Anda di halaman 1dari 15

ACARA I

UJI SIFAT FISIK DAN KIMIA CAIRAN TUBUH (AIR LIUR  EMPEDU)

A. PELAKSANAN PRAKTIKUM
1. Tujuan Praktikum :
Mempelajari sifat fisik dan kimia cairan tubuh (air liur dan empedu).
2. Waktu Praktikum :
Senin, 14 April 2014
3. Tempat Praktikum :
Laboratorium Kimia Dasar, lantai III, Fakultas MIPA, Universitas Mataram.

B. LANDASAN TEORI
Dalam mulut makanan dihancurkan secara mekanis oleh gigi dengan jalan
dikunyah. Selama penghancuran secara mekanis ini berlangsung, kelenjar yang ada
disekitar mulut mengeluarkan cairan yang disebut saliva atau ludah.Saliva adalah
cairan yang lebih kental dari pada air biasa. Setiap harinya kelenjar ludah dapat
menghasilkan 1-1,5 L air ludah. Kandungan air alam ludah sekitar 99,24%. Saliva
sendiri memiliki pH sedikit dibawah 7 (Poedjadi, 2007: 234).
Air liur dalam rongga mulut berfungsi sebagai pelican dan untuk membasahi
makanan saat dikunyah sehingga mudah ditelan. Air liur juga merupakan tempat
eksresi obat-obatan tertentu seperti alkohol dan morfin. Air liur mengandung air kira-
kira 99,5%. Sekitar dua pertiga dari bahan terlarut dalam air liur merupakan bahan
organik dan sepertiganya adalah bahan anorganik. Komponen anorganik air liur antara
lain adalah natrium, kalium, kalsium, magnesium, fosfat dan bikarbonat. Sedang
kandungan organik air liur terutama terdiri atas musim dan enzim amylase; bahan
organik lain yang juga terdapat dalam jumlah sedikit adalah urea, kolesterol, hormon-
hormon tertentu dan lain-lain. saliva juga mengandung berbagai macam sel, seperti  sel
epitel mukosa mulut, leukosit dan bakteri (Kimball, 2007 : 451).
Kuman (bakteri) Streptococcus mutans adalah penyebab karies gigi, karena
kuman tersebut mempunyai sifat asidogenik dan kariogenik, aktifitas kuman tersebut
jelas ditemukan pada penduduk Pulau Kelapa.nKuman ini dijadikanparameter
penelitian karena kuman ini terdapat juga di dalam air liur. Untuk mengetahui jumlah
minimal kuman Streptococcus mutans didalam air liur telah dilakukan kumur sehari 5
kali a 100 ml Aquanar dengan hasil dapat mengurangi jumlah kuman tersebut
dibandingkan dengan Aqua ( Mangundjaja, 1999).
Air liur (saliva) disekresi oleh tiga pasang kelenjar besar yaitu parotis,
submaksilaris dan sublingualis. Air liur parotis merupakan cairan hipotonis yang sangat
encer dengan konsentrasi zat padat yang rendah; air liur submaksilaris dapat kental
maupun encer tergantung pada rangsang  simpatis atau parasimpatisan; air liur
sublingualis mengandung banyak musim. Selain itu air liur juga disekresi oleh
beberapa kelenjar kecil dalam mukosa mulut seperti labialis, lingualis, bukal dan
palatal. Sekresi air liur dari kelenjar ke dalam mulut dapat disebabkan oleh rangsangan
lokal dalam mulut atau oleh perangsangan pusat akibat rangsang psikis atau somatik
(Prijanti, 1999: 22).
Organ tubuh yang terbesar adalah hati. Hati merupakan organ pensekresi cairan
empedu. Empedu sendiri bukan sejenis enzim yang dapat mengkatalis reaksi dalam
tubuh. Komposisi empedu terdiri dari air, garam empedu, pigmen empedu, kolestrol,
lisitin, garam anorganik. Dari semua komposisi tersebut, yang paling penting dalam
pencernaan lemak adalah efek hidrotropiknya. Tegangan permukaan rendah dari lemak
dan sebgian bartanggung jawab untuk emulsifikasi lemak sebelum dicerna dan
diabsorpsi di dalam usus halus. Selain untuk absorpsi lemak empedu juga penting
untuk proses absorpsi vitamin-vitamin yang larut dalam dalam lemak (Vitamin A,D,E,
dan K). Garam empedu berfungsi sebagai penetral asam lambung yang masuk ke
dalam deudenum. Asam empedu merangsang produksi garam-garam empedu (Harper,
2001 : 324).
Cairan empedu dibuat dalam hati dan disimpan dalam kantong empedu apabila
tidak digunakan. Kantong empedu ini dapat melekat dalam hati. Pada waktu ada proses
pencernaan makanan kantung empedu berkontraksi, dan mengeluarkan cairan empedu
ke dalam duodenum, melalui saluran yang menyatu dengan saluran cairan pangkreas
pada bagian akhir. Cairan empedu merupakan cairan jernih, berwarna kuning, agak
kental dan berasa pahit. Cairan empedu mengandung zat-zat anorganik yaitu, HCO 3-,
Cl-, Na+ dan K +, serta zat-zat organic yaitu asam-asam empedu, bilirubin, kolesterol
(Wibawa, 2004 : 300).
Fungsi empedu adalah untuk membuang limbah tubuh tertentu (terutama
pigmen hasil pemecahan sel darah merah dan kelebihan kolesterol) serta membantu
pencernaan dan penyerapan lemak. Garam empedu menyebabkan meningkatnya
kelarutan kolesterol, lemak dan vitamin yang larut dalam lemak, sehingga membantu
penyerapannya dari usus. Hemoglobin yang berasal dari penghancuran sel darah merah
dirubah menjadi bilirubin (pigmen utama dalam empedu) dan dibuang ke dalam
empedu (Wirahadikusumah, 1989 : 203).

C. ALAT DAN BAHAN


1. Alat praktikum
a. Tabung reaksi
b. Rak tabung reaksi
c. Corong gelas
d. Pipet tetes
e. Gelas kimia 250 mL
f. pH stick
2. Bahan praktikum
a. Air liur
b. Empedu
c. NaOH 10 %
d. CuSO40,1 M
e. Reagen molisch
f. H2SO4 pekat
g. HNO3 pekat
h. CH3COOH 2 M
i. HCl 1 M
j. BaCl22 %
k. Sukrosa 5 %
l. Minyak goring
m. Aquades

D. SKEMA KERJA
1. Air Liur
a. Penetapan PH air liur
Air liur
 Diukur pH dengan pH stik

Hasil
b. Uji Biuret
2 mL (30 tetes) air liur
 Dimasukkan dalam tabung reaksi
 + 2 mL NaOH 10%
Hasil
 + beberapa tetes CuSO4 0,1 M
Hasil

c. Uji Molish

2 mL (30 tetes) air liur


 Di masukkan dalam tabung reaksi
 + 2 tetes pereaksi molisch dan dicampur dengan
baik
Hasil
 Dimiringkan tabung reaksi
 + 2 ml H2SO4 pekat melalui dindingtabung
Hasil

d. Uji Presipitasi
2mL (30 tetes) air liur
 Disaring
 + 1 tetes asam asetat encer
 Dicampur dengan baik
Hasil

e. Uji Sulfat

2 mL (30 tetes) air liur


 Dimasukkan dalam tabung reaksi
 + 3-5 tetes HCl 1 M
Hasil
 + 5-10 tetes BaCl2 2 %
Hasil
2. Empedu
a. Sifat empedu

Empedu
 Diperhatikan dan dicatat sifat fisik empedu

Hasil

b. Preparasi Empedu

Empedu
 Dilumatkan
 + aquades
 Disaring

Hasil

c. Uji Gmelin
Tabung Reaksi
 3 ml HNO3 pekat
 + 3 mL larutan empedu encer (melalui dinding
tabung)
Hasil

d. Uji Pettenkofer
5 mLEmpedu Encer
 Dimasukkan dalam tabung reaksi
 + 5 tetes sukrosa 5 %
Hasil
 + 3 mLH2SO4 pekat (melalui dinding tabung)
Hasil
e. Fungsi Empedu sebagai Emulgator
2 Tabung Reaksi

Tabung 1 Tabung 2
 + 3 mL aquades + 3 mL aquades
 + 3 tetes minyak goreng + 3 tetes minyak goreng
 + 3 ml larutan empedu Dikocok
 Dikocok Hasil

Hasil

E. HASIL PENGAMATAN
1. Air Liur

Air Liur

No Langkah Kerja Hasil Pengamatan

1 Penetapan pH Air liur


 Diukur pH air liur tanpa
 pH = 7.5
penyaringan.

2 Uji Biuret
 Warna larutan bening, tetapi terdapat
 2 ml air liur tanpa penyaring
butiran-butiran putih
an + 2 ml NaOH 10%
 Warna larutannya berubah menjadi ungu
 + CuSO4, Dikocok
dan masih terdapat butiran/ endapan
3 Uji Molisch
 Warna larutan coklat di bagian atas dan
 2 ml air liur + 2 tetes pereaksi
menempel di dinding tabung
molisch
 + 2 ml H2SO4 melalui dinding
 Terbentuk beberapa fase larutan. Bagian
tabung
atas : putih keruh, bagian bawah: bening.
Terdapat cincin berwarna ungu kecoklatan

4 Uji Presipitasi
 Larutan yang awalnya bening menjadi
 2 ml Air liur yang sudah
keruh.
disaring + CH3COOH encer
5 Uji Sulfat
 Setelah ditambah HCl, dalam larutan
 1 ml air liur yang telah
terbentuk gel serta endapan putih.
disaring + 3-5 tetes HCl
 Warna larutan berubah menjadi bening.
 + 5-10 tetes BaCl2 2%
Terdapat gumpalan putih.

2. Empedu

Empedu

No Langkah kerja Hasil Pengamatan

1 Sifat Empedu  Warna hijau kehitaman (hijau pekat),


terbungkus oleh kantung yang berisi cairan
empedu.
 Jika didiamkan pada waktu yang lama akan
timbul bau amis.
2 Uji Gmelin
 3 ml HNO3 pekat + 3 ml  Terbentuk 3 fase ,Pada bagian atas adalah
empedu melalui dinding cairan empedu berwarna hijau; di tengah
tabung reaksi terbentuk cincin berwarna coklat; pada
bagian bawah berwarna bening tapi
berlangsung sesaat dan lama-kelamaan
berubah menjadi 2 lapisan. Warna hijau
berubah coklat

3 Uji Pattenkofer
 5 ml empedu encer + 5 tetes  Terbentuk larutan kental 2 fase. Bagian atas:
sukrosa 5 % bagian bawah:
 + 3 ml asam H2SO4 pekat
 Terbentuk 3 lapisan: lapisan bawah: kuning
bening; lapisan tengah: terbentuk cincin
coklat; lapisan atas: warna hijau keruh
4 Fungsi Empedu sebagai
emuglator
 Tabung 1 : 3 ml air suling + 1  Warna larutan bening, terbentuk 2 fase
tetes minyak (tidak bercampur). Minyak di bagian atas
dan air di bagian bawah
 Tabung II : 3 ml air suling +  Warna larutan bening, terbentuk 2 fase
1 tetes minyak (tidak bercampur). Minyak di bagian atas
dan air di bagian bawah
 + 3 ml larutan empedu  Minyaknya menggumpal, pecah-pecah dan
teremulsi. Warnanya hijau muda.

F. ANALISIS DATA
1. Air Liur
a. Uji Biuret

b. Uji Molish
c. Uji Presipitasi

Na+ + CH3COOH → CH3COONa (mengendap)

d. Uji Sulfat

BaCl2 + SO42- ⃗
HCl BaSO4(s) + 2 Cl-

Penguraiannya:
BaCl2 + HCl → Ba2+ + 3Cl- + H+
Ba2+ + SO42-→ BaSO4(s)

2. Empedu
a. Uji Gmelin
Bilirubin + HNO3 → kompleks senyawa warna-warni
b. Uji pettenkofer

c. Fungsi empedu sebagai Emulgator


Garam-garam empedu + minyak → micelles
Micelles + air → larut

G. PEMBAHASAN
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mempelajari sifat fisik dan kimia cairan
tubuh, yakni air liur (saliva) dan empedu. Untuk mencapai tuuan tersebut dilakukan
beberapa percobaan seperti menguji sifat fisik dan kimia dari air liur yang dilakukan
dengan beberapa pengujian antara lain pengukuran pH air liur, uji biuret, uji molish, uji
presipitasi, dan uji sulfat.
Secara fisik, air liur merupakan cairan cairan agak pekat dan licin karena
mengandung molekul-molekul karbohidrat, protein disebut musin. Uji sifat air liur
diawali dengan pengukuran pH yakni menggunakan pH stik, diperoleh pH dari air liur
adalah sekitar 7,5. Hal ini menunjukkan bahwa enzim yang terdapat dalam air liur
tersebut bersifat basa, tidak terlalu berbeda dengan pH sebenarnya, dimana air liur
memiliki range pH antara 5,75-7,05.
Uji Biuret pada air liur dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya protein dalam
air liur atau saliva. Secara umum prinsip uji biuret adalah protein akan bereaksi dengan
NaOH dan selanjutnya dengan CuSO4 yang akan menghasilkan warna ungu atau biru.
Pada penambahan NaOH, protein yang terdapat dalam air liur akan bereaksi dengan
ion Na+ membentuk garam. Penambahan CuSO4 menyebabkan ion Cu2+ pada larutan
CuSO4 bereaksi dengan gugus CO dan NH2 pada asam amino dalam protein sehingga
membentuk kompleks berwarna(Poedjadi,2007).Berdasarkan hasil pengamatan, setelah
air liur ditambahkan NaOH 10 % maka terbentuk 2 lapisan, yakni lapisan atas keruh
kental dan lapisan bawah bening.Lalu setelah ditambahkan CuSO4 campuran menjadi
berwarna biru dan terbentuk gumpalan pada air liur. Adanya endapan biru ini
menunjukkan bahwa air liur tersebut mengandung protein. Protein yang ada didalam
saliva ini berasal dari enzim yang terdapat di dalamnya, yakni enzim amylase yang
tersusun atas protein.
Pengujian ketiga adalah uji molish yang bertujuan untuk mengetahui ada
tidaknya karbohidrat yang terkandung di dalam air liur. Pada prinsipnya, jika terdapat
karbohidrat baik pentose maupun heksosa akan mengalami kondensasi jika di
tambahkan H2SO4. Hasil kondensasi ini akan bereaksi dengan naftol sehingga
membentuk kompleks ungu yang berupa cincin di antara 2 lapisan. Prinsip umum dari
pengujian ini adalah jika terdapat karbohidrat baik pentose maupun heksosa akan
mengalami kondensasi jika di tambahkan H2SO4. Hasil kondensasi ini akan bereaksi
dengan α-naftol sehingga membentuk kompleks ungu yang berupa cincin di antara 2
lapisan. Berdasarkan hasil pengamatan setelah air liur ditambahkan reagen molisch
maka terbentuk campuran yang kental dan berwarna coklat muda. Penambahan H2SO4
selanjutnya memberikan, warna campuran yang lebih coklat dan tercampur sempurna
dan terbentuknya cincin berwarna ungu pada air liur.
Pengujian berikutnya untuk air liur yaitu uji presipitasi. Pengujian ini harus
mengunakan air liur yang disaring untuk menghilangkan kotoran-kotoran sehingga
akan lebih kelihatan perbedaannya. Tujuan dilakukan pengujian ini adalah untuk
mengetahui ada tidaknya protein yang terkandung di dalam air liur. Saliva mengandung
ion Na+ yang mampu berikatan dengan senyawa protein. Protein akan mengalami
denaturasi jika ditambahkan dengan asam sehingga terbentuk suatu endapandan protein
tersebut mengalami kerusakan. Berdasarkan hasilpengamatan, diperoleh larutan yang
semakin keruh daripada sebelumnya setelah ditambahkan asam asetat encer.
Kekeruhan ini merupakan indikasi bahwa di dalam larutan tersebut terbentuk endapan.
Hal ini menunjukkan bahwa air liur yang dianalisis mengandung protein.
Pengujian terakhir pada air liur adalah uji sulfat yang bertujuan untuk
mengetahui adanya zat anorganik sulfat didalam air liur (saliva). Penambahan BaCl2 ke
dalam sampel yang sebelumnya ditambah dengan HCl, menyebabkan terjadinya
disosiasi atau penguraian dari BaCl2 menjadi ion-ionnya yaitu Ba2+ dan Cl-, dengan
adanya ion sulfat didalam saliva akan menyebabkan terjadinya suatu reaksi antara ion
SO42- dengan Ba2+ membentuk BaSO4 yang berupa endapan putih. Berdasarkan hasil
pengamatan, tidak terjadi perubahan warna setelah ditambahkan HCl sedangkan setelah
ditambahkan BaCl2Warna air liur menjadi keruh dan terdapat gumpalan berwarna
putih. Hasil ini menunjukkan adanya ion sulfat di dalam air liur (saliva).
Percobaan kedua adalah menguji sifat fisik dan kimia dari empedu.Empedu
yang dianalisis merupakan empedu ayam yang berbentuk lonjong, terbungkus oleh
kantung yang berisi cairan empedu yang agak kental berwarna hijau kehitaman (hijau
pekat) dan berbau amis.Warna hijau kehitaman ini disebabkan oleh adanya pigmen
biliverdin, yaitu zat warna empedu yang berasal dari pemecahan hemoglobin pada butir
sel darah merah. Empedu berbau amis dikarenakan empedu banyak mengandung
garam-garam anorganik, kolesterol, lemak dan pigmen-pigmen yang bercampur
menjadi satu sehingga menghasilkan bau yang amis. Cairan empedu bersifat kental
karena banyaknya zat-zat yang terkandung dalam empedu.
Pengujian sifat kimia empedu dilakukan dengan tiga jenis pengujian, yakni uji
Gmelin, uji pettenkofer dan uji fungsi empedu sebagai emulgator. Uji Gmelin
didasarkan atas reaksi asam nitrat dengan zat warna yang akan menghasilkan
serangkaian warna hasil oksidasi. Uji ini bertujuan untuk mengetahui adanya
kandungan bilirubin dalam cairan empedu. Prinsip pengujiannya meliputi reaksi antara
bilirubin dengan HNO3 yang akan menghasilkan larutan berwarna sesuai dengan
konsentrasi HNO3 yang dipakai. Berdasarkan hasil pengamatan, setelah ditambahkan
beberapa tetes HNO3 pekat terbentuk 3 fase yakni lapisan atas berwarna hijau pekat,
pada lapisan tengah terdapat cincin yang berwarna coklat muda, dan lapisan paling
bawah berwarna kuning bening, namun setelah beberapa lama dibiarkan diudara
larutan berubah jadi 2 fase, yakni lapisan tengah berwarna coklat. Terjadinya
perubahan warna dan adanya cincin berwarna tersebut menunjukkan adanya bilirubin.
Uji kedua pada empedu adalah uji pettenkofer.Uji ini bertujuan untuk
mengetahui adanya garam empedu dalam cairan empedu. Garam empedu bereaksi
dengan asam sulfat membentuk asam empedu sedangkan heksosat dari sukrosa, jika
bereaksi dengan asam sulfat akan membentuk hidroksimetilfural. Asam empedu akan
bereaksi dengan fulfural atau hidroksimetilfulfural membentuk kompleks merahdi
antara 2 lapisan yang terbentuk. Berdasarkan hasil pengamatan, setelah ditambahkan
sukrosa 5% pada empedu encer tidak menghasilkan perubahan warna yakni tetap hijau
tua. Ketika ditambahkan H2SO4 pekat dinding tabung reaksi terasa panas. Hal ini
menunjukkan bahwa reaksi yang terjadi termasuk reaksi eksoterm.Reaksi eksoterm ini
terjadi bila reaksi kimia melepaskan kalor ke sekelilingnya. Untuk mencegah reaksi
hebat yang ditimbulkan dari H2SO4 pekat ini maka penambahan H2SO4 pekat pada air
liur harus dilakukan dengan memiringkan tabung reaksi. Hasilnya diperoleh 3 fase,
lapisan atas berwarna hijau, lapisan tengah menyerupai cincin berwarna coklat tua, dan
lapisan bawah bening. Hasil ini menunjukkan bahwa empedu tersebut positif
mengandung garam empedu.
Uji terakhir pada empedu adalah menguji fungsi empedu sebagaiemulgator.
Pada pengujian ini dibandingkan hasil reaksi pada tabung reaksi 1 dengan tabung
reaksi 2. Tahap pertama dalam pengujian ini adalah pencampuran aquades dengan
minyak goreng ke dalam dua tabung reaksi tersebut. Berdasarkan hasilpengamatan,
baik pada tabung reaksi 1 maupun tabung reaksi 2 terdapat gumpalan-gumpalan
minyak yang tidak dapat bercampur dengan aquades. Hal ini disebabkan oleh adanya
perbedaanmassa jenis yang sangat besar antara minyak dengan air sehingga air dan
minyak tidak dapat bercampur. Selain itu, adanya perbedaan kepolaran antara minyak
dengan air, dimana air bersifat polar sedangkan minyak bersifat non polar inilah yang
juga menyebabkan kedua zat ini tidak dapat bercampu.. Perlakuan berbeda dilakukan
pada tabung reaksi 2, yakni dengan menambahkan empedu encer ke dalam campuran
minyak dan aquades.
Berdasarkan hasil pengamatan,terlihat campuran tersebut dapat sedikit
bercampur ditandai dengan minyak yang terpecah dan terdapat sisa gumpalan minyak
di lapisan atasnya. Hal ini dapat terjadi karena adanya pengaruh dari cairan empedu
yang berfungsi sebagai emulgator. Sifat ini berkaitan dengan fungsi empedu dalam
proses pencernaan makanan di dalam tubuh yaitu sebagai pencerna lemak. Lemak akan
mudah di hidrolisis dengan cara mengubah bentuknya menjadi emulsi. Zat yang
berperan disini adalah enzimlipase. Pada proses pembentukan emulsi ini bagianyang
hidrofob atau tidak suka air masuk kedalam lemak, sedangkan ujung yang bermuatan
negatif ada dibagian luar. Oleh karena adanya gaya tolak muatan listrik negatif ini,
maka akan mnyebabkan minyak terpecah menjadi menjadi partikel-partikel kecil yang
bertambah banyak.

H. KESIMPULAN
Setelah melakukan percobaan, maka dapat disimpulkan bahwa sifat fisikdan kimia
cairan tubuh (air liur dan empedu) adalah sebagai berikut :
1. Secara fisik, air liur (saliva) merupakan cairan bening yang lebih kental dan licin
dari pada air biasa.
2. Pengukuran pH air liur (saliva) diperoleh sekitar 7,5 yang menunjukkan sifatnya
basa.
3. Pada uji biuret,air liur (saliva) positif mengandung protein, ditandai dengan
terbentuknya endapan berwarna biru.
4. Pada uji molisch, saliva positif mengandung karbohidrat jika membentuk kompleks
ungu yang berupa cincin di antara 2 lapisan. Berdasarkan hasil pengamatan, uji
molisch yang dilakukan pada saliva memberikan hasil positif karena membentuk
warna coklat.
5. Pada uji presipitasi, saliva positif mengandung protein jika larutan semakin keruh
daripada sebelumnya setelah ditambahkan asam asetat encer.
6. Pada uji sulfat, saliva positif mengandung ion sulfat jika menunjukkan
terbentuknya endapan yang berwarna putih.
7. Secara fisik empedu berbentuk lonjong, terbungkus oleh kantung yang berisi cairan
empedu yang agak kental berwarna hijau kehitaman (hijau pekat) dan berbau amis.
8. Pada uji gmelin, empedu positif mengandung bilirubin jika terbentuknya cincin
berwarna kecoklatan pada larutan.
9. Pada uji pettenkofer, empedu positif mengandung garam empedu jika terbentuknya
cincin yang berwarna coklat tua di antara 2 lapisan.
10. Empedu mempunyai sifat sebagai emulgator.

DAFTAR PUSTAKA

Harper, Murray, dkk. 2001. Biokimia. Jakarta : Kedokteran EGC.

Kimball, John W. 2007. Biologi Jilid 2. Jakarta: Erlangga.

Mangundjaja, Soeherwin, dkk.1999.Perbandingan Populasi Streptococcus mutansdalam Air


Liur setelah Kumur dengan Air Kemasan Merek Aqua dan Aquanar. Depok :
Universitas Indonesia

Poedjiadi, Anna dan F. M. Titin Supryanti. 2007. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: UI Press.

Prjanti, dkk. 1999. Penuntun Praktikum Biokimia Untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta :
Widiya Medika.

Wibawa, Pratama Jujur. 2004. Prinsip-Prinsip Kimia Organik. Semarang : badan Penerbit
Universitas Diponegoro.

Wirahadikusumah M. 1989. Biokimia: Protein, Enzim, dan Lemak. Bandung : Penerbit ITB.

Anda mungkin juga menyukai