Anda di halaman 1dari 16

ACARA VI

PENENTUAN KADAR VITAMIN C

A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
1. Tujuan Praktikum
Menentukan kadar vitamin C (asam askorbat) dalam sampel jeruk buah dan
jeruk nipis secara titrasi iodimetri.
2. Waktu Praktikum
Senin, 22 April 2019
3. Tempat Praktikum
Lantai III, Laboratorium Kimia Dasar, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Mataram.

B. LANDASAN TEORI
Vitamin c atau asam askorbat merupakan salah satu vitamin yang diperlukan
oleh tubuh untuk membantu proses metabolisme tubuh . Vitamin c berperan dalam
pembentukan kolagen interseluler.Vitamin c atau asam askorbat merupakan vitamin c
yang banyak digunakan dalam dunia farmasi dan banyak dikonsumsi sebagai
antioksidan. Asam askorbat dalam sediaan farmasi dapat ditentukan dengan titrasi
iodometri dan spektrofotometri ultraviolet. Asam askorbat yang direkomendasikan
untuk dikonsumsi orang dewasa kira/kira 45 mg/hari.Asam askorbat bersifat
termolabile (Badriyah dan Manggara,2015).

Manusia tidak dapat memproduksi vitamin C, sehinngga vitamin c hanya


busa dipeoleh dari sayuran dan buah-buahan . Buah jeruk, berry, tomat, kentang, dan
sayuran hijau adalah sumber utama vitamin c. Walaupun kebanyakan vitamin c
diserap di dalam usus kecil , kadar penyerapan vitamin c akan menurun jika
konsentrasi intraluminalnya meningkat. Residu proline dalam prokolagen
membutuhkan vitamin c untuk hidroksilasi. Hal ini penting untuk formasi triple helix
dari kolagen yang sudah tua (Abdullah dan Attia, 2019 : 20).

Vitamin c berfungsi sebagai antioksidan dan menagkal radikal bebas yang


dapat merusak sel. Sumber vitamin c adalah buah buahan dan sayuran segar.Analisa
kualitatif dilakukan dengan menggunakan beberapa pereaksi yang spesifik dengan
tujuan mengetahui ada atau tidaknya vitamin c pada buah.Adapun pereaksi spesifik
yang dapat digunakan adalah besi(III)klorida(FeCl 3), kalium permanganat(KMnO4),
dan metilen blue.Dasar dari metode idometri adalah bersifat mereduksi vitamin c.
Vitamin C atau asam askorbat merupakan zat perseduksi yang kuat dan secara
sederhana dapat dititrasi dengan larutan baku iodium.Metode iodometri dapat
digunakan pada asam askorbat langsung ataupun larutannya.Penetapan kadar vitamin
C dengan metode iodometri ini merupakan reaksi reduksi-oksidasi (redoks) .Dalam
hal ini vitamin C bertindak sebagai zat perdeuksi dan iodium sebagai zat
pengoksidasi (Mulyani,2015).

Perbedaan kandungan vitamin c dengan metode yang sama dapat terjadi


karena perbedaan pada usia dan variansi wilayah pada buah.Kandungan vitamin c
bahkan dapat berbeda antara sampel dalam spesies yang sama. Perbedaan tekhnik
dalam pengukuran dan proses pemerasan dapat pula berdampak pada kandungan
vitamin c pada jus buah. Faktor yang mempengaruhi termasuk iklim,suhu, dan jumlah
pupuk nitrogen yang digunakan dalam pertumbuhan tumbuhan dan kondisi iklim
seperti cahaya dapat berefek pada konsentrasi AA dalam buah. Peningkatan
penggunaan pupuk nitrogen dapat mengurangi kadar vitamin.Jumlah vitamin C
dalam jus, juga dapat dipengarugi oleh cara penyimpanan. Jus buah harus
ditempatkan di penyimpanan dengan suhu dingin, sehingga kadar vitamin c tidak
hilang. Hal ini dapat terjadi karena, vitamin c sangat sensitive terhadap suhu dan
dapat dengan mudah teroksidasi (Bekele dan Geleta,2015).
Kadar asam askorbat dapat diketahui dengan 2 metode yaitu
spektromotometri UV-VIS dan metode titrasi. Buah jeruk memiliki kandungan
vitamin c yang lebih tinggi sekitar 35,72 mg/L. Metode titrasi bisa dibilang tidak
begitu disukai karena hasilnya tidak konsisten dan tidak dapat dipercaya.Kandungan
asam askorbat yang tinggi dapat diperoleh dengan metode spektrofotometri yang
digabungkan dengan metode titrasi. Cara ini tepat serta menunjukan bahwa
pengukuran menggunakan metode titrasi kurang sensitive dalam menentukan
kandungan asam askorbat pada buah (Al Majidi dan Al Qubury,2016).

Titrasi merupakan suatu proses analisis dimana suatu volum larutan standar
ditambahkan ke dalam larutan dengan tujuan mengetahui komponen yang tidak
dikenal. Larutan standar adalah larutan yang konsetrasinya sudah diketahui secara
pasti. Berdasarkan kemurniannya larutan standar dibedakan menjadi larutan standar
primer dan larutan standar sekunder . Larutan standar primer adalah larutan standar
yang dipersiapkan dengan menimbang dan melarutkan suatu zat tertentu dengan
kemurnian tinggi. Larutan standar sekunder adalah larutan standar yang dipersiapkan
dengan menimbang dan melarutkan suatu zat tertentu dengan kemurnian yang
relative rendah sehingga konsentrasi diketahui dari hasil standarisasi (Underwood,
1999 : 98).

Iodometri adalah titrasi dengan larutan standar iodium. Iodometri adalah


titrasi terhadap iodium yang dibebaskan dari suatu reaksi redoks, menggunakan
larutan standar natrium tiosulfat (Na2S2O3). Iodium temasuk oksidator lemah jika
dibandingkan dengan kalium permanganat maupun kalium dikromat. Jika oksidator
kuat ditambahkan ion iodida misalnya KI berlebihan dalam suasana asam atau netral
maka jumlah zat reduktor yang mengalami oksidasi secara kuantitatif dapat
ditentukan. I2 dapat membentuk kompleks berwarna biru terhadap amilum. Bila
indikator amilum digunakan dalam titrasi maka titik ekivalen ditandai dengan
hilangnya warna biru dari larutan. Indikator amilum sebaiknya ditambahkan sesaat
sebelum titik ekivalen terjadi , yaitu ketika larutan yang telah dititrasi berubah
menjadi kuning jerami. Hal ini bertujuan agar kesalahan titrasi dapat dikurangi,
karena kompleks amilum tidak larut secara sempurna dalam pelarut air ( Suyanto,
2003).

C. ALAT DAN BAHAN PRAKTIKUM


1. Alat-alat Praktikum
a. Alat pemeras jeruk
b. Aluminium foil
c. Buret 50 mL
d. Cutter
e. Corong kaca 75 mm
f. Corong kaca kecil
g. Erlenmeyer 250 mL
h. Gelas kimia 250 mL
i. Kertas saring
j. Klem
k. Labu takar 100 mL
l. Pipet gondok 10 mL
m. Pipet tetes
n. Pipet volume 2 mL
o. Pipet volume 5 mL
p. Rubber bulb
q. Statif
r. Timbangan analitik
2. Bahan-bahan praktikum
a. Amilum 1%
b. Aquades (H2O(l))
c. Indikator amilum 2 %
d. Jeruk buah
e. Jeruk nipis
f. Larutan asam sulfat (H2SO4) 1 N
g. Larutan asam sulfat (H2SO4) 2 N
h. Larutan iodine (I2) standar 0.1 N
i. Larutan kalium triodida (KIO3) 0,1 N
j. Larutan kalium iodide (KI) 10%
k. Larutan natrium tiosulfat (Na2S2O3) 0,1 N
l. Vitacimin C
D. SKEMA KERJA

1. Standarisasi Larutan Na2S2O3 dengan Larutan KIO3 0,1 N

10 mL larutan KIO3 0,1 N

Dimasukkan ke dalam erlenmeyer


Ditimbang
Ditambahkan 5 mL larutan KI 10%
Ditambahkan 5 tetes larutan H2SO4 2 N

Hasil

 Dititrasi dengan larutan Na2S2O3 0,1 N sampai


berwarna kuning muda
 Ditambahkan beberapa tetes larutan amilum 2
 Dititrasi dengan larutan Na2S2O3 sampai warna biru
hilang

Hasil

2. Standarisasi Larutan I2 dengan Larutan Standar Na2S2O3 0,1 N

10 mL larutan I2

Dititrasi dengan larutan Na2S2O3 0,1 N sampai berwarna ku


Ditambahkan beberapa tetes larutan amilum 2%
Dititrasi dengan larutan Na2S2O3 sampai warna biru hilang

Hasil
3. Penetapan Kadar Vitamin C dalam Larutan dengan Larutan Iodium Standar
a. Pembuatan Larutan Buah

Sampel jeruk buah dan jeruk nipis

Diperas untuk mendapatkan air jeruknya


Diletakkan pada wadah yang berbeda

Hasil

Diambil 10 mL air perasan jeruk buah dan jeruk


Ditimbang untuk mendapatkan beratnya

Hasil

Vitacimin C

Digerus
Ditimbang sebanyak 0,5 gram
Dilarutkan dengan sedikit aquades, kemudian diencerkan

Hasil

b. Titrasi Iodimetri Cara I


10 mL air jeruk buah

Diencerkan dengan aquades sampai 100 mL

Larutan air jeruk

Diambil 10 mL larutan air jeruk


Dimasukkan ke dalam erlenmeyer
Ditambahkan 6 mL larutan H2SO4 2 N
Ditambahkan beberapa tetes larutan amilum 2%
Dititrasi dengan larutan I2 standar sampai berwarna biru

Hasil
(Diulangi langkah diatas menggunakan air jeruk nipis, dan larutan vitacimin)
c. Titrasi Iodimetri Cara II
10 mL air jeruk buah

Dimasukkan ke dalam erlenmeyer


Ditambahkan 6 mL larutan H2SO4 2 N
Ditambahkan beberapa tetes larutan amilum 2%
Dititrasi dengan larutan I2 standar sampai berwarna biru

Hasil

(Diulangi langkah diatas menggunakan air jeruk nipis)


E. HASIL PENGAMATAN
1. Tabel Perubahan Fisik
No Prosedur Hasil Pengamatan
1. Standarisasi Larutan Na2S2O3
dengan Larutan KIO3 0,1 N
 10 mL larutan KIO3 0,1 N  Larutan KIO3 0,1 N tidak
dimasukkan ke dalam berwarna
erlenmeyer dan ditimbang  Berat erlenmeyer kosong =
101,65 g
 Berat erlenmeyer + larutan KIO3
= 111,75 g
 Berat larutan KIO3 = 111,75 g –
101,65 g = 10,1 g
 + 5 mL larutan KI 10%  Warna larutan setelah
dicampurkan dengan KI 10%
 + beberapa tetes H2SO4 1 N tetap bening
 Setelah ditambahkan 10 tetes
H2SO4, warna larutan menjadi
orange kecoklatan dan terdapat
 Dititrasi dengan larutan endapan hitam pada dasar
Na2S2O3 0,1 N erlenmeyer
 Hasil titrasi warna larutan
menjadi kuning muda
 + beberapa tetes amilum 2%  Larutan indikator amilum tidak
berwarna (bening)
 Setelah ditambahkan 2 mL
indikator amilum larutan berubah
 Dititrasi dengan Na2S2O3 0,1 warna dari kuning muda menjadi
N biru tua
 Hasil titrasi warna larutan
menjadi bening
2. Standarisasi Larutan I2 dengan
Larutan Standar Na2S2O3 0,1 N
 10 mL I2 dititrasi dengan  Warna awal larutan I2 kuning
larutan Na2S2O3 0,1 N pekat. Setelah dititrasi warna
larutan berubah menjadi kuning
muda
 + beberapa tetes amilum 2%  Setelah ditambahkan 6 tetes
dan dititrasi dengan larutan indikator amilum warna larutan
Na2S2O3 0,1 N yang awalnya kuning muda
berubah menjadi biru tua
 Setelah dititrasi warna larutan
menjadi bening (warna biru
hilang)
3. Penentuan Kadar Vitamin C
dalam Larutan Iodium Standar
a. Pembuatan Larutan Buah  Jeruk buah
 Jeruk buah dan jeruk nipis  Warna perasan air jeruk buah
diperas dan ditempatkan orange
pada wadah yang berbeda  Berat erlenmeyer kosong =
 10 mL air perasan jeruk 101,65 g
buah dan jeruk nipis  Berat erlenmeyer + perasan air
ditimbang jeruk = 109,6 g
 Berat perasan air jeruk = 7,95 g
 Jeruk nipis
 Perasan air jeruk nipis berwarna
kuning kehijauan
 Berat erlenmeyer kosong =
101,65 g
 Vitacimin digerus dan  Berat erlenmeyer + perasan air
ditimbang sebanyak 0,5 jeruk = 109,6 g
gram  Berat perasan air jeruk = 7,95 g
 Vitamin C (Vitacimin)
 Warna serbuk vitacimin adalah
orange muda


b. Titrasi Iodimetri Cara I
 10 mL jeruk buah/jeruk  Warna perasan air jeruk buah
nipis diencerkan dengan setelah diencerkan orange bening
100 mL aquades dan  Warna perasan air jeruk nipis
dimasukkan ke dalam setelah diencerkan kuning keruh
erlenmeyer  Setelah ditambahkan asam sulfat
 + 6 mL H2SO4 2 N warna larutan jeruk buah dan
jeruk nipis tidak berubah
 Setelah ditambahkan indikator
 + beberapa tetes indikator amilum warna larutan jeruk buah
amilum 2% dan jeruk nipis tidak berubah
 Hasil titrasi warna kedua larutan
 Dititrasi dengan larutan I2 menjadi biru tua
standar
c. Titrasi Iodimetri Cara II
 10 mL perasan jeruk  Warna awal perasan air jeruk
buah/jeruk nipis buah orange pekat
dimasukkan ke dalam  Warna awal perasan air jeruk
erlenmeyer nipis kuning kehijauan pekat
 Setelah ditambahkan asam sulfat,
 + 6 mL H2SO4 1 N warna kedua larutan tidak
berubah
 + beberapa tetes indikator  Setelah ditambahkan indikator
amilum 2% amilum warna kedua larutan tetap
tidak berubah
 Dititrasi dengan larutan I2  Hasil titrasi kedua larutan
standar berwarna biru

2. Tabel Perubahan Volume


No. Percobaan Hasil Pengamatan
1. Standarisasi Larutan Na2S2O3 Vtit1 = 0,6 mL
dengan Larutan KIO3 0,1 N Vtit2 = 0,2 mL
Vtit-tot = Vtit1+Vtit2
= 0,6 mL+ 0,2 mL
= 0,8 mL
2. Standarisasi Larutan I2 dengan Vtit1 = 2,2 mL
Larutan Standar Na2S2O3 0,1 N Vtit2 = 0,1 mL
Vtit-tot = Vtit1+Vtit2
= 2,2 mL+0,1 mL
= 2,3 mL
3. Penentuan kadar Vitamin C dalam
Larutan Iodium Standar
a. Sampel jeruk buah  Volume titrasi cara 1 = 0,5 mL
 Volume titrasi cara 2 = 0,4 mL
 Volume titrasi cara 1 = 0,3 mL
b. Sampel jeruk nipis  Volume titrasi cara 2 = 0,7 mL

 Volume titrasi cara 1 = 0,1 mL


c. Sampel Vitacimin

F. ANALISIS DATA
1. Persamaan reaksi
a. Standarisasi Larutan Na2S2O3 dengan Larutan KIO3 0,1 N
 Oksidator + KIO3(aq) → I2(aq) + KI(aq)
 IO3–(aq) +  5I–(aq) +  6H+(aq) → 3I2(aq) +  3H2O(l)
 I2(aq) +  2Na2S2O3(aq) → 2NaI(aq)  +  Na2S4O6(aq)
 I2(aq) +  amilum(aq) → I2-amilum(aq)

Titrasi kembali
 I2-amilum(aq)  +  2S2O32-(aq) → 2I–(aq) +  amilum(aq)  +  S4O6–(aq)

b. Standarisasi Larutan I2 dengan Larutan Na2S2O3


 I2(aq) + Na2S2O3(aq) → 2NaI(aq) + Na2S4O6(aq)
 I2(aq) +  amilum(aq) → I2-amilum(aq)

Titrasi kembali
 I2-amilum(aq)  +  2S2O32-(aq) → 2I–(aq) +  amilum(aq)  +  S4O6–(aq)

c. Reaksi Vitamin C dengan Iodium

 C6H8O6(aq) + I2(aq) → C6H6O6(aq) + 2I-(aq) + 2H+(aq)


2. Perhitungan
a. Standarisasi Larutan Na2S2O3 dengan Larutan KIO3
massa 1000
N KIO3 = × × valensi
Mr V
10,1 g 1000
= × ×1
214 g/ mol 10 mL
= 0,04719 × 100 × 1
= 4,719 N
(N × V) Na2S2O3 = (N × V) KIO3
N × 0,8 mL Na2S2O3 = 4,719 N × 10 mL KIO3
4,719 N × 10 mL
N Na2S2O3 =
0,8 mL
47,19
N Na2S2O3 =
0,8
= 58,9875 N
b. Standarisasi Larutan I2 dengan Larutan Natrium Tiosulfat
(N × V) I2 = (N × V) Na2S2O3
N × 10 mL I2 = 58,9875N × 2,3 mL Na2S2O3
58,9875 N × 9,2mL
N I2 =
10 mL
135,67
=
10
= 13,567 N
c. Kadar Vitamin C dalam Jeruk Buah
1. Cara I
VI 2 × 0,88× 0,00726
% b/b = 100
1,01× × faktor pengenceran
gr sampel
0,5 mL ×0,88 × 0,00726
= 100
1,01× ×10
7,95 gr
0.0031944
=
127,044
= 0,000025144
= 0,0025144%
2. Cara II
VI 2 × 0,88× 0,00726
% b/b = 100
1,01× × faktor pengenceran
gr sampel
0,4 mL × 0,88× 0,00726
= 100
1,01 × ×1
7,95 gr
0,002555
=
127,044
= 0,00002
= 0,002%
d. Kadar Vitamin C dalam Jeruk Nipis
1. Cara I
VI 2 × 0,88× 0,00726
% b/b = 100
1,01× × faktor pengenceran
gr sampel
0,3 mL ×0,88 × 0,00726
= 100
1,01× ×10
7,95 gr
0,00191
=
127,044
= 0,000015
= 0,0015%
2. Cara II
VI 2 × 0,88× 0,00726
% b/b = 100
1,01× × faktor pengenceran
gr sampel
0,7 mL × 0,88× 0,00726
= 100
1,01 × ×1
7,95 gr
0,00447
=
127,044
= 0.000035
= 0,0035 %
e. Kadar Vitamin C dalam Vitacimin
1. Cara I
VI 2 × 0,88× 0,00726
% b/b = 100
1,01× × faktor pengenceran
gr sampel
0,1 mL ×0,88 ×0,00726
= 100
1,01× ×10
0,5 gr
0.000638
=
2020
= 0,000000316
= 0,0000316 %
G . PEMBAHASAN

Vitamin C merupakan salah satu senyawa yang sangat dibutuhkan pada


reaksi metabolisme tubuh. Vitamin C adalah vitamin yang tergolong vitamin yang
larut dalam air. Vitamin C bermanfaat bagi kesehatan tubuh, yaitu sebagai sumber
antioksidan. Vitamin C juga bermanfaat sebagai senyawa pembentuk kolagen yang
merupakan protein penting penyusun jaringan kulit, sendi, tulang, dan jaringan
penyokong lainnya. Sumber Vitamin C sebagian besar terdapat dalam buah-buahan
terutama buah- buahan segar diantaranya jeruk. Kekurangan vitamin C pada
makanan yang dikonsumsi dapat menyebabkan penurunan daya tahan tubuh. Jumlah
kecukupan gizi terhadap konsentrasi vitamin per hari yang berhubungan dengan
kesehatan harus disesuaikan dengan Recomended Daily Allowance (RDA) . Penyakit
deficiency disease scurvy dapat dicegah dengan asupan vitamin C paling sedikit 10
mg per hari . Kebutuhan vitamin C dapat dipenuhi dengan mengkonsumsi buah dan
sayur.
Pada pH rendah vitamin c jauh lebih stabil dibandingkan dengan pH tinggi.
Sifat vitamin c sendiri mudah teroksidasi. Vitamin C yang teroksidasi akan
membentuk asam dihidroaskorbat. Vitamin C termasuk senyawa turunan gula , dan
merupakan kofaktor pada reaksi biokimia dalam tubuh . Fungsinya sangat penting
dalam proses hidroksilasi dan lisin dalam pembentukan kolagen. Kolagen merupakan
salah satu penyusun penting dalam jaringan ikat , oleh karena itu vitamin c
mendukung kelangsungan hidup jaringan ikat. Sehingga , dalam penyembuhan luka
atau pun penyembuhan tubuh terhadapap trauma infeksi , vitamin c sangat berperan
penting di dalamnya.
Tubuh tidak dapat mensintesis maupun menghasilkan vitamin C , sehingga
sumber vitamin c hanya diperoleh dari makanan seperti sayuran dan buah segar.
Kadar vitamin C pada setiap jenis buah atau sayuran pasti berbeda – beda. Maka
untuk mengetahuinya , dapat dilakukan dengan metode analisis spektrofotometri UV
–VIS untuk analisis secara instrumentasi dan analisis dengan titrasi iodometri untuk
analisis secara manual. Sesuai praktikum yang telah dilakukan adalah penentuan
kadar vitamin c dengan menggunakan metode titrasi iodometri pada sampel jeruk
buah dan jeruk nipis. Dengan tujuannya adalah menetukan kadar asam askorbat pada
kedua jenis buah turunan sitrus . Dalam praktikum ini digunakan dua sampel karena
kedua sampel tersebut terkenal merupakan sumber vitamin c yang sangat berbeda dan
keduanya memiliki kadar vitamin c yang berbeda pula . Titrasi iodometri adalah
titrasi yang menggunakan I2 sebagai larutan standar dan merupakan titrasi yang
membebaskan iodium dari suatu reaksi redoks menggunakan larutan standar natrium
tiosulfat.
Titrasi iodometri merupakan analisis kadar vitamin c secara kuantitatif
dasar dari metode ini adalah mereduksi vitamin c. Vitamin c merupakan zat perduksi
yang kuat . Metode ini dapat digunakan baik pada askorbat murni maupun larutannya.
Penetapan kadar dengan titrasi iodometri merupakan reaksi reduksi oksidasi . Dalam
hal ini vitamin c bertindak sebagai zat pereduksi atau reduktor dan iodium sebagai zat
pengoksidasi atau oksidator. Iodium sendiri merupakan oksidator lemah
dibandingkan dengan kalium permanganate dan kalium dikromat.
Dalam praktikum ini terlebih dahulu dilakukan standarisasi Na 2S2O3
dengan KIO3 yang merupakan standar primer. Larutan kalium iodat ditambahkan
dengan asam sulfat pekat untuk memberikan suasana asam , karena larutan yang
terdiri dari kalium iodat dan kalium iodida berada dalam kondisi netral atau suasana
keasaman yang rendah . Indikator yang digunakan adalah amilum karena I 2 dapat
membentuk kompleks berwarna biru terhadap amilum . Selanjutnya I 2 distandarisasi
dengan Na2S2O3 . Hasil dari kedua standarisasi ini adalah amilum dan iod membentuk
komplek amilum-I2 dan masing- masing standarisasi melepaskan I2

Sampel yang digunakan adalah air jeruk buah dan jeruk nipis dan sebagai
standar adalah vitamin C dengan merek dagang vitacimin c. Air jeruk yang telah
diperoleh kemudian ditambahkan akuades untuk diencerkan dan untuk membuat
larutan asam askorbat. Asam sulfat pekat ditambahkan untuk menambah suasana
asam agar reaksi dapat terjadi. Indikator amilum ditambahkan sebelum dititrasi agar
mencapai titik ekivalen dan titik akhir titrasi yang ditandai dengan perubahan warna
dari kuning menjadi biru. Hal ini karena I2 dapat membentuk kompleks dengan
amilum. Hasil yang sama juga diperoleh pada titrasi pada air jeruk nipis . Titrasi
iodometri ini dilakukan dengan 2 cara. Cara yang pertama, sampel diencerkan
terlebih dahulu dengan aquades sedangkan yang kedua tidak dilakukan pengenceran
hasilnya adalah dari dua cara mesing-masing teranalisis adanya vitamin c tetapi pada
masing maisng perlakuan diperoleh volume titrasi yang tidak berbeda jauh. Kedua
cara tersebut dapat digunakan untuk penentuan kadar vitamin c . Uji ini membuktikan
teori yang mengatakan bahwa asam askorbat dapat dianalisis dengan bentuk larutan
ataupun dalam bentuk murninya.
Hal ini dapat dibuktikan dari hasil perhitungan yang diperoleh . Pada
jeruk buah cara I diperoleh kadar sebesar 0,002514% dan pada cara II sebesar 0,002%
. Hasilnya tidak jauh berbeda. Pada sampel jeruk nipis kadar yang diperoleh pada cara
I sebesar 0,0015% dan pada cara II sebesar 0,0035% . Kadar vitamin c dalam
vitacimin sebesar 0,0000316% dalam 0,5 gram sampel .
H.KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan , kadar vitamin c yang diperoleh
pada jeruk buah dan jeruk nipis dengan metode titrasi iodometri diperoleh sebesar
0,0025144% dengan pngenceran dan sebesar 0,002% tanpa pengenceran. Sementara
pada jeruk nipis dipeoleh kadar vitamin c sebesar 0,0015% dengan pengenceran dan
tanpa pengenceran sebesar 0,0035% . Hasil ini menunjukan dengan cara II atau tanpa
pengenceran kadar yang diperoleh lebih besar dal lebih akurat dibandingkan cara I
walaupun tidak berbeda jauh.

Anda mungkin juga menyukai