Anda di halaman 1dari 8

Menu  Cari

Nurrochma's Blog
FKM UNDIP

Iklan

Teori Kausalitas Menurut Bradford Hill

Berikut sepuluh konsep kausalitas menurut Bradford Hill yang sudah dikembangkan dan diperbarui :

1.        Konsistensi

Jika variabel, faktor atau peristiwa yang sama muncul dan muncul lagi dalam keadaan yang berbeda, dan
memiliki hubungan berulang yang sama dengan penyakit. ( Pada penyakit Kuru di Papua Nugini penduduk
asli – tanpa memandang pria, wanita, ataupun usianya – yang selalu memakan otak kerabatnya yang sudah
meninggal akan memperlihatkan gejala penyakit Kuru).

2.        Kekuatan

Jika hubungan menunjukkan bahwa faktor tertentu menyebabkan beberapa penyakit, atau KLB penyakit
lebih mungkin terjadi akibat keberadaan satu faktor dibandingkan keberadaan faktor atau peristiwa lain dan
penyakit itu terjadi dalam tahap yang lebih parah atau dalam jumlah yang besar.

3.        Spesifisitas

Jika hubungan sebab akibat dari suatu KLB berhubungan secara khusus dengan satu atau dua penyakit
yang saling berkaitan. Hubungan sebab – akibat  itu memang memiliki kemampuan untuk menghasilkan
kemampuan negatif sejati, yang dalam sebuah KLB, pengkajian sebab – akibat difokuskan pada mereka
yang tidak terjangkit penyakit. Kelompok masyarakat dalam populasi selama KLB berlangsung tampaknya
termasuk dalam mereka yang tidak terkena penyakit dan dikategorikan sebagai populasi yang tidak terkena
penyakit. ( Dalam sebuah studi tentang kanker paru, hampir semua bukan perokok ditetapkan tidak
mengidap kanker paru).

4.        Hubungan waktu

Jika hubungan sebab akibat suatu kejadian atau pajanan secara logis terjadi sebelum penyakit atau kondisi
berkembang, faktor waktu dipertimbangkan. ( Gigitan nyamuk terjadi sebelumnya dan mengakibatkan
malaria ).

5.        Kongruensi

Jika suatu hubungan sebab akibat dicurigai, apakah hubungan tersebut sesuai dengan pengetahuan yang
ada dan apakah observasi dan pengkajian yang logis secara ilmiah masuk akal?

6.        Sensitivitas

Jika terjadi KLB, apakah analisis sebab akibat mengandung kebenaran dan apakah pengkajian memiliki
kemampuan untuk mengidentifikasi dengan benar bahwa mereka yang sakit karena penyakit, pada
kenyataannya, memang sakit karena akibat yang dicurigai? ( Contoh, kelompok buruh melakukan skrining
kanker paru. Sejumlah 50 % kasus mengidap kanker paru dan disimpulkan bahwa kanker paru berhubungan
dengan merokok).

7.        Bioligis atau Medis

Jika hubungan didasarkan pada virilitas patogen atau faktor resiko dan pada kemampuannya untuk
menyebabkan penyakit atau suatu kondisi (hubungan respon dosis) serta tingkat kerentaan penjamu,
hubungan adalah kausal. ( Orang yang tidak divaksinasi dipajankan pada poliovirus dan kemudian akan
memperlihatkan gejala awal penyakit).

8.        Plausibilitas ( kelogisan )

Hubungan harus dibuktikan sebagai hubungan kausal dan didasarkan pada pada ilmu pengetahuan 
biologis, kedokteran, pengetahuan ilmiah. Analisis logis yang didasarkan  pada pengetahuan yang baru
jangan sampai mencampuri atau membatasi kesimpulan kausal yang jelas dan masuk akal. ( Konsumsi air
yang mengandung bibit penyakit kolera akan menyebabkan munculnya penyakit).

9.        Eksperimen dan Penelitian

Pengetahuan dan kesimpulan tentang hubungan sebab akibat yang didasarkan pada penelitian dan
eksperimen menambah bukti pendukung substansial dan bobot sifat kausal dari hubungan tersebut. (
Demonstrasi ekperimental yang dapat memperlihatkan bahwa cacar dapat dicegah melalui iminisasi).

10.                  Faktor Analogi

Jika hubungan yang sama ternyata bersifat kausal memperlihatkan hubungan sebab akibat, transfer
pengetahuan harus berguna dan secara analogis hubungan tersebut dapat dievaluasi sebagai hubunga
kausal.( Pengamatan historis bahwa vaksinasi dengan cowpox dapat mencegah smallpox).

UKURAN FREKUENSI PENYAKIT

Ukuran Epidemiologi:
•         Ukuran-ukuran frekuensi penyakit

•         Ukuran-ukuran asosiasi

•         Ukuran-ukuran dampak

Ukuran frekuensi penyakit

•         Mengukur kejadian penyakit, cacad ataupun kematian pada populasi. Merupakan dasar dari
epidemiologi deskriptif. Frekuensi kejadian yang diamati diukur dengan menggunakan Prevalens dan
Incidens

•         Untuk mengukur frekuensi kejadian penyakit pada suatu populasi, digunakan salah satu dari tiga
bentuk pecahan, yaitu

–       Proporsi

–        Ratio

–        Rate

Proporsi

•         Proporsi adalah bentuk pecahan yang pembilangnya merupakan bagian dari penyebutnya. Bentuk ini
sering dinyatakan dalam persen, yaitu dengan mengalikan pecahan ini dengan 100%

Ciri dari Proporsi

•         Tidak mempunyai satuan (dimensi), karena satuan dari pembilang dan penyebutnya sama, sehingga
saling meniadakan.

•         Nilainya antara 0 dan 1

Ratio

Ratio adalah pecahan yang pembilangnya bukan merupakan bagian dari penyebutnya. Ini yang
membedakannya dengan proporsi. Ratio menyatakan hubungan antara pembilang dan penyebut yang
berbeda satu dengan yang lain.

Jenis Rasio

1.  Ratio yang mempunyai satuan, misalnya:

–        Jumlah dokter per 100.000 penduduk

–        Jumlah kematian bayi selama setahun per 1.000 kelahiran    hidup.

2.  Ratio yang tidak mempunyai satuan oleh karena pembilang dan penyebutnya mempunyai satuan yang
sama, misalnya:

–  Ratio antara satu  proporsi dengan proporsi lain atau ratio antara satu rate dengan rate yang lain,
contohnya Relative Risk dan Odds Ratio

Rate

•         Rate merupakan konsep yang lebih kompleks  dibandingkan dengan dua bentuk pecahan yang
terdahulu.

•         Rate yang sesunguhnya merupakan kemampuan berubah suatu kuantitas bila terjadi perubahan pada
kuantitas lain.

•         Kuantitas lain yang digunakan sebagai patokan ini biasanya adalah kuantitas waktu.

•         Bentuk ukuran ini sering dicampuradukkan penggunaannya dengan proporsi.

Ciri Rate

•         Mempunyai satuan ukuran, yaitu per satuan waktu.

•         Besarnya tidak terbatas. Secara teoritis nilainya terbentang antara 0 sampai tak terhingga.

UKURAN FREKUENSI PENYAKIT

•         Incidens: menggambarkan jumlah kasus baru yang terjadi dalam satu periode tertentu

•         Prevalens: menggambarkan jumlah kasus yang ada pada satu saat tertentu.

PREVALENS

•         PREVALENS adalah proporsi populasi yang sedang menderita sakit pada satu saat tertentu

Ciri dari prevalens

•         berbentuk proporsi

•         tidak mempunyai satuan

•         besarnya antara 0 dan 1

Jenis Prevalens

•         Point Prevalence

–        Point Prevalens, yaitu probabilitas dari individu dalam populasi berada dalam keadaan sakit pada satu
waktu tertentu

•         Period Prevalence

Period Prevalens yaitu proporsi populasi yang sakit pada satu periode tertentu

Kegunaan Prevalens

•         Untuk menentukan situasi penyakit yang ada pada satu waktu tertentu

•         Untuk merencanakan fasilitas kesehatan dan ketenagaan

Insidens

•         Cumulative insidence

–        Mengukur risiko untuk sakit

•         Insidence rate (insidence density)

–        Mengukur kecepatan untuk sakit


Cumulative insidence/Incidence Risk

•         Probabilitas dari seorang yang tidak sakit untuk menjadi sakit selama periode waktu tertentu, dengan
syarat orang tersebut tidak mati oleh karena penyebab lain.

•         Risiko ini biasanya digunakan untuk mengukur serangan penyakit yang pertama pada orang sehat
tersebut.

•         Misalnya : Insidens penyakit jantung mengukur risiko serangan penyakit jantung pertama pada orang
yang belum pernah menderita penyakit jantung.

•         Baik pembilang maupun penyebut yang digunakan dalam    perhitungan ini adalah individu yang tidak
sakit pada    permulaan periode pengamatan, sehingga mempunyai           risiko untuk terserang.

•          Kelompok individu yang berisiko terserang ini disebut population at risk atau populasi yang berisiko.

Ciri dari cumulative insidence

•         Berbentuk proporsi

•         Tidak memilik satuan

•         Besarnya berkisar antara 0 dan 1

Attack rate

jenis khusus insidens kumulatif yang berguna selama epidemic

Insidence rate atau insidence density

Insidens rate dari kejadian penyakit adalah potensi perubahan status penyakit per satuan waktu, relative
terhadap besarnya populasi individu yang sehat pada waktu itu

Insidence Density = Insidens orang-waktu = Incidence Rate

–        Menyatakan suatu jumlah kasus baru per orang-waktu

Ciri Dari Insidens Density

•         Mempunyai satuan, yaitu per waktu. Tanpa satuan ini insidens density kehilangan maknanya

•         Besarnya berkisar antara 0 sampai tak terhingga

Apa yang sesungguhnya diukur oleh insidence density?

•         Jumlah orang yang berpindah status dari tidak sakit ke status sakit selama periode waktu tertentu
merupakan hasil paduan antara tiga faktor, yaitu

–        Ukuran besarnya populasi


–        Lama periode pengamatan

–        Kekuatan penyebaran penyakit (force of morbidity)

•         Oleh karena besarnya populasi dan lama periode pengamatan telah ditentukan oleh
pengamat/peneliti, maka yang diukur dengan insidens density ini adalah kekuatan penyebaran penyakit
(force of morbidity).

Iklan

 Suka
Jadilah yang pertama menyukai ini.

Oktober 20, 2010  Leave a reply

Iklan

« Sebelumnya Berikutnya »
Iklan

Tinggalkan Balasan
Alamat surel Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Komentar

Nama

*
Surel

*
Situs Web

Kirim Komentar

Beri tahu saya komentar baru melalui email.


Iklan

View Full Site

Buat situs web atau blog gratis di WordPress.com.

Anda mungkin juga menyukai