Gawat Nafas Neonatus 2018
Gawat Nafas Neonatus 2018
2
Evaluasi Gawat napas dengan
Menggunakan Skor Down
0 1 2
Learning Objective 1 4
Penanganan umum bayi sesak napas
• Inkubator
• Minimal handling
• Pemberian cairan intravena
• Penggunaan CPAP
5
…penanganan umum
6
…penanganan umum
• Foto toraks
• Analisis gas darah
• Bila apnu berulang atau dengan CPAP klinis tidak
membaik ventilator
• Antibiotika sampai terbukti tidak ada infeksi (kultur
steril)
7
Penyebab Umum RD
• Transient tachypnea of the newborn (TTN)
• Penyakit Membran Hialin (HMD)
• Sindrom aspirasi Mekonium (MAS)
• Air leak syndrome
• Pneumonia
• Penyakit jantung bawaan
8
Transient Tachypnea of the
Definisi Newborn (TTN)
Suatu penyakit ringan pada neonatus yang
mendekati cukup bulan atau neonatus cukup bulan
yang mengalami gawat napas segera setelah lahir
dan hilang dengan sendirinya dalam waktu 3-5 hari.
Learning Objective 3 9
Patogenesis TTN
• Bagaimana cairan paru terbentuk?
• Apa fungsi dari cairan paru?
• Apa yang terjadi pada cairan paru selama
persalinan?
• Apakah cara bayi dilahirkan berpengaruh
terhadap keadaan ini?
10
Transient Tachypnea of the
Newborne (TTN) (lanj.)
Faktor Risiko
Learning Objective 3 12
13
Transient Tachypnea of the
Newborne (TTN) (lanj.)
o Rontgen dada:
Garis pada perihilar, kardiomegali ringan, peningkatan volume paru,
cairan pada fissura minor, dan umumnya ditemukan cairan pada
rongga pleural.
Learning Objective 3 16
Takipnea sementara pada
Neonatus (TTN) (lanj.)
Penatalaksanaan TTN
Umum:
Pemberian oksigen dalam jumlah berlebihan
Pembatasan cairan
Pemberian asupan setelah takipnea membaik
Konfirmasi diagnosis dengan menyisihkan
penyebab-penyebab takipnea lain seperti
pneumonia, penyakit jantung kongenital dan
hiperventilasi serebral.
Learning Objective 3 17
Takipnea sementara pada Neonatus
(TTN) (lanj.)
Hasil Akhir dan Prognosis TTN
Learning Objective 3 18
Penyakit Membran Hialin
(Sindrom Gawat napas)
Definisi
Penyakit membran hialin juga dikenal
sebagai sindrom gawat napas. Kondisi ini
biasanya terjadi pada bayi prematur.
Learning Objective 4 19
Penyakit Membran Hialin
(Sindrom Gawat napas) (lanj.)
Kesulitan bernapas yang terlihat mencakup:
• Takipnea yang meningkat (> 60/menit)
• Retraksi dada
• Sianosis pada udara kamar yang menetap
atau progresif lebih dari 24-48 jam pertama
kehidupan
• Foto rontgen yang khas menunjukkan adanya
pola retikulogranular seragam dan bronkogram
udara.
• Menurunnya udara yang masuk
• Grunting
Learning Objective 4 20
Penyakit Membran Hialin
(Sindrom Gawat napas) (lanj.)
Insidens
Learning Objective 4 21
Penyakit Membran Hialin
(Sindrom Gawat napas) (lanj.)
Faktor Risiko HMD
• Risiko meningkat apabila ada
o Prematuritas
o Jenis kelamin laki-laki
o Neonatus dari ibu dengan diabetes
Learning Objective 4 22
Penyakit Membran Hialin
(Sindrom Gawat napas) (lanj.)
Faktor Risiko HMD
• Risiko berkurang apabila ada
o Stres intrauterin kronis
• Ketuban Pecah Dini dalam waktu lama
• Hipertensi ibu
• Pemakaian narkotik
• Pertumbuhan Janin Terhambat (PJT) atau kecil untuk masa
kehamilan (KMK)
o Kortikosteroid – Prenatal
Learning Objective 4 23
Penyakit Membran Hialin
(Sindrom Gawat napas) (lanj.)
Pemeriksaan untuk HMD (RDS)
• Pemeriksaan Laboratorium:
o Gas darah: mengungkap adanya hipoksia, hiperkarbia,
asidosis
o Gambaran darah lengkap dan biakan darah diperlukan
untuk menyisihkan kemungkinan infeksi
o Kadar glukosa darah biasanya rendah
• Pemeriksaan rontgen dada:
o Adanya penampilan seperti ground glass appearance,
infiltrat halus dengan bronkogram udara
Learning Objective 4 24
Foto toraks
Stadium HMD (Giedion, 1973):
1. Pola retikulogranular (PRG)
2. PRG dan bronkogram udara
(BGU)
3. PRG + BGU + batas jantung kabur
4. Kolaps seluruh paru (white lung)
25
Severe respiratory distress syndrome (RDS). Reticulogranular opacities are present throughout
both lungs, with prominent air bronchograms and total obscuration of the cardiac silhouette.
Cystic areas in the right lung may represent dilated alveoli or early pulmonary interstitial
emphysema (PIE).
Moderately severe respiratory distress syndrome
(RDS). The reticulogranular pattern is more
prominent and uniformly distributed than usual.
The lungs are hypoaerated. Increased air
bronchograms are observed.
Surfactant treatment in hyaline membrane disease. Radiograph taken
immediately after surfactant administration. Note the inhomogeneous
appearance, with right lung improved more than the left.
28
Hyaline membrane disease. An intubated premature infant with homogeneous
opacity throughout both lung fields. These are air bronchograms.
29
30
Penyakit Membran Hialin
(Sindrom Gawat napas) (lanj.)
Penatalaksanaan HMD (RDS)
Umum
o Pengaturan suhu
o Cairan parenteral
o Antibiotik
o Pemantauan berkesinambungan
Learning Objective 4 31
Penyakit Membran Hialin
(Sindrom Gawat napas) (lanj.)
o Penggunaan CPAP telah dicoba
o Jika dengan CPAP
• PH < 7,2
• Atau PO2 < 40mmHg FiO2 > 60%
• Atau PCO2 > 60mmH
• Defisit basa > -10
Jika 2 analisis gas darah yang dilakukan
berturut-turut dengan jeda 20 menit
mengungkap nilai di atas, lakukan intubasi
endotracheal dan ventilasi mekanik
Learning Objective 4 32
Penyakit Membran Hialin
(Sindrom Gawat napas) (lanj.)
Learning Objective 4 33
Penyakit Membran Hialin
(Sindrom Gawat napas) (lanj.)
• Perawatan Khusus
o Terapi penggantian surfaktan jika intubasi trakeal diperlukan
• Hasil Akhir
o RDS bertanggung jawab untuk 20% dari semua kematian neonatus
o Penyakit paru kronis terjadi pada 29% BBLSR
Learning Objective 4 34
35
Sindrom Aspirasi Mekonium
(MAS)
Definisi
Gawat napas yang bersifat sekunder akibat aspirasi
mekonium oleh fetus dalam uterus atau oleh
neonatus selama proses persalinan dan kelahiran.
Learning Objective 5 36
Sindrom Aspirasi
Mekonium(MAS) (lanj.)
Patogenesis: aspirasi mekonium dapat
menyebabkan:
Learning Objective 5 37
Sindrom Aspirasi Mekonium
(MAS) (lanj.)
Faktor Risiko MAS
Learning Objective 5 38
Sindrom Aspirasi Mekonium
(MAS) (lanj.)
Presentasi Klinis MAS
• Air ketuban bercampur mekonium sebelum
kelahiran
• Pewarnaan kuning oleh mekonium pada
neonatus setelah lahir.
• Gagal pernapasan yang mengarah pada
peningkatan diameter anteroposterior dada
• Persistent pulmonary hypertension of the
newborn (PPHN).
Learning Objective 5 39
Sindrom Aspirasi Mekonium
(MAS) (lanj.)
Pemeriksaan untuk MAS
• Pemeriksaan Laboratorium
o Analisis gas darah
o Kultur darah dan CBC
Learning Objective 5 40
Sindrom Aspirasi Mekonium
(MAS) (lanj.)
Pemeriksaan untuk MAS
• Pemeriksaan Radiologi
o Rontgen dada: bercak infiltrat, garis kasar pada kedua bidang paru,
hiperinflasi anteroposterior dan diafragma.lebih datar
Learning Objective 5 41
42
Frontal chest shows large, ropey and strand-like densities in a post-
mature infant consistent with Meconium Aspiration Syndrome
43
MAS Lateral
MAS progress
Hyperaeration, asymmetric coarse
patchy infiltrates, and right pneumothorax
46
Chest radiograph of infant with severe meconium aspiration
syndrome showing typical “white out” appearance 24 hours after
institution of venoarterial extracorporeal membrane oxygenation
support.
47
Sindrom Aspirasi Mekonium
(MAS) (lanj.)
Penatalaksanaan MAS
Penatalaksanaan Prenatal:
• Identifikasi kehamilan berisiko tinggi
• Memantau denyut jantung janin selama
persalina
• “Amnioinfusion” (?)
Learning Objective 5 48
Sindrom Aspirasi Mekonium
(MAS) (lanj.)
Penatalaksanaan MAS
Penatalaksanaan di ruang bersalin (jika ketuban
tercampur mekonium)
• Obstetrik: pengisapan oropharynx oleh
obgyn sebelum melahirkan bahu
• Pediatrik: visualisasi pita suara dan
pengisapan trakea apabila bayi tidak
bernapas.
Learning Objective 5 49
Sindrom Aspirasi Mekonium
(MAS) (lanj.)
• Penatalaksanaan Umum Neonatus dengan
MAS
o Mengosongkan isi lambung untuk menghindari
aspirasi lebih lanjut.
o Koreksi abnormalitas metabolik, misalnya
hipoksia, asidosis, hipoglikemia, hipokalsemia
dan hipotermia.
o Pemantauan untuk melihat kerusakan pada
organ lain (otak, ginjal, jantung dan hati).
Learning Objective 5 50
Sindrom Aspirasi Mekonium
(MAS) (lanj.)
• Penatalaksanaan Pernapasan pada Neonatus
dengan MAS
o Pengisapan dan vibrasi dada dengan frekuensi yang sering
o Pulmonary toilet untuk menghilangkan mekonium residual jika diintubasi
o Cakupan antibiotik (ampicillin dan gentamicin)
o Gunakan CPAP
Learning Objective 5 51
Sindrom Aspirasi Mekonium (MAS)
(lanj.)
Hasil Akhir dan Prognosis (MAS)
• Angka kematian bisa mencapai setinggi 50%.
• Bayi yang bertahan hidup mungkin akan menderita
displasia bronkopulmonari dan sekuele neurologis.
Learning Objective 5 52
Sindrom Kebocoran Udara
Definisi
Sindrom kebocoran udara (pneumomediastinum,
pneumothorax, pulmonary interstitial emphysema
dan pneumopericardium) adalah spektrum
penyakit dengan penyebab patofisiologi dasar
yang sama. Distensi saccus alverolaris atau
saluran napas terminal yang berlebihan akan
menyebabkan pada kerusakan integritas saluran
napas yang mengakibatkan penyebaran udara ke
rongga di sekitarnya.
Learning Objective 6 53
Sindrom Kebocoran Udara (lanj.)
Insidensi
Paling sering ditemui pada neonatus dengan
penyakit paru yang pernapasannya dibantu
ventilator tapi bisa juga terjadi secara spontan.
Semakin parah penyakit paru yang diderita, semakin
sering kebocoran udara terjadi.
Learning Objective 6 54
Sindrom Kebocoran Udara (lanj.)
• Spontan 0,5%
• Bantuan ventilator 15-20%
• CPAP 5%
• Pewarnaan kuning oleh mekonium / aspirasi
mekonium
• Terapi surfaktan
• Upaya keras resusitasi (ventilasi dengan
kantung)
Learning Objective 6 55
56
57
Sindrom Kebocoran Udara (lanj.)
Presentasi Klinis Neonatus dengan Sindrom Kebocoran
Udara
• Gawat napas atau kondisi klinis yang tiba-
tiba
memburuk dan disertai dengan perubahan
tanda-
tanda vital dan memburuknya gas darah.
•Ditemui toraks asimetris pada kasus unilateral.
Learning Objective 6 58
Sindrom Kebocoran
Udara (lanj.)
Pemeriksaan Sindrom Kebocoran Udara
Learning Objective 6 59
60
Sindrom Kebocoran Udara (lanj.)
Learning Objective 6 61
62
Pneumothorax
63
1-day-old male neonate with right pneumothorax. Edge-enhanced soft copy of
anteroposterior radiograph of chest shows sharp pleural line (arrows)
64
Example of simulated pneumothorax produced by
skin folds in a neonate
65
Bilateral Pneumothorax
66
Apnea
Definisi
• Berhentinya pernapasan disertai oleh
bradikardia dan/atau sianosis selama lebih
dari 20 detik.
Insidensi
• 50-60% dari bayi prematur memperlihatkan
adanya apnea (35% dengan apnea sentral,
5-10% apnea obstruktif, dan 15-20% dengan
apnea campuran).
Learning Objective 7 67
Apnea (lanj.)
Learning Objective 7 68
Apnea (lanj.)
Pemeriksaan
• Pemantauan neonatus berisiko dengan usia
kehamilan kurang dari 32 minggu.
• Mengevaluasi kemungkinan penyakit dasar.
• Pemeriksaan laboratorium mencakup
pemeriksaan darah rutin, analisis gas darah,
glukosa serum, elektrolit dan kadar kalsium.
• Lakukan pemeriksaan radiologi jika ada
kecurigaan penyakit organ di dalam rongga
dada
Learning Objective 7 69
Apnea (lanj.)
Penatalaksanaan Apnea
• Terapi Umum
o Melakukan stimulasi taktil.
o CPAP pada apnea berulang dan memanjang.
o Terapi farmakologis (kafein atau theophylline) mungkin diperlukan.
• Pantau kadarnya.
Learning Objective 7 70
Apnea (lanj.)
Penatalaksanaan Apnea
• Terapi Spesifik
o Pengobatan penyebab, jika terindentifikasi, misalnya pengobatan sepsis,
hipoglikemia, anemia dan kelainan elektrolit.
Learning Objective 7 71
Apnea (lanj.)
Learning Objective 7 72
PNEUMONIA
• Saat lahir : komplikasi korioamnionitis
Setelah lahir : infeksi nasokomial
• Diagnosis
o Pus cells dan bakteri pada cairan lambung
o Foto toraks : daerah paru-paru yang kolaps dan konsolidasi
• Pengobatan
o Suportif
o Antibiotika
73
74