Anda di halaman 1dari 7

LAMPIRAN NASKAH LOMBA MONOLOG

DITULIS OLEH: FITRI LASMINI XI TKJ 3

RORO RAMBAT
Bopok Simbok. Jenengan(1) harus tetap waspada kita semua tidak tahu kalau ternyata Santa
abdi di pendopo inilah yang telah menyebabkan wabah itu ada. Bopok, Simbok. Bopok dan
Simbok itulah pertemuan terakhir saya dengan bopok dan simbo. Kiyai(2) Kramat dan Nyai(3)
Bogem yang dengan kemarahannya beliau berdua menguber(4) abdi dalam kami, si Santa yang
ternyata adalah seorang penghianat, penebar malapetaka, penebar wabah penyakit.

Kiyai Kramat dan Nyi Bogem beliau berdua adalah tokoh yang sangat di segani di wilayah
ini. Wilayah yang di bangun oleh pangeran Purboyo atas perintah langsung dari pemerintahan
senopati, sang penguasa Mataram. Membangun wilayah ini yang dulunya hutan belantaran yang
terkenal angker. Tentunya bukan tanpa alasan, karna menurut Ki Gede Pemanahan wilayah ini
memiliki energi besar untuk memperluas wilayah Mataram. Maka, meskipun harus membabat
hutan yang sangat luas, sekaligus harus membersihkan secara spiritual kebangsaan bangsa Jin yang
ada di wilayah ini, harus tetap di lakukan.

Itulah awal mula persoalan ini muncul raja Jin Spanjang yang adalah penguasa wilayah ini,
yang waktu itu masih berupa alas marah besar dan mengadakan perlawanan terhadap pasukan
tantara Mataram yang di pimpin oleh Pangeran Purboyo. Namun karena kesaktian Pangeran
Purboyo Raja Jin Spanjang dan pasukanaya lari tunggang langgang(5). Namun dendam Jin
Spanjang tetaplah besar terhadap pasukan tantara Mataram.

Jin: “ Aaarrghh, kalian telah mengusik ketenangan kami, tak akan ku biarkan hal ini terjadi
begitu saja. Ini sumpahku dendam ini akan segera tebalaskan. Tunggu saja. Tunggu saja.
Aarrgh”.

Bukan itu saja, pembangunan wilayah ini juga memberikan cerita indah tersendiri. Di
sinilah awal pertemuanku dengan Raden Kuning. Ia seorang kesatria yang gagah dan tampan,
bagian dari pasukan tantara Mataram.
(1) Jenengan = kamu
(2) Kiyai =
(3) Nyi =
(4) Menguber = mengejar
(5) Lari tunggang langgang = lari terbirit birit
Roro Rambat: “ ya, iya. Monggo, monggo kisanak silahkan binara(6). Mencari bopok, Kiyai
Kramat kisanak?. Sebentar je saya panggilkan, silahkan binara dulu”.

Namanya Santa seorang laki-laki bertubuh pendek, kurus, dekil. Badannaya sedikit
bongkok, siang itu datang ke padepokan kami. Bopok menyambutnya dengan ramah seperti pada
orang biasanya, simbok pun menjamunya dengan makanan yang sama yang kami makan pada hari
itu. Ntah pembicaraan apa saja yang di lakukan Santa dengan bopok dan di temani simbok, aku
hanya bisa melihatnya dari kejauhan menemani kang mas Kuning mencangkul di kebun samping
pendopo. Yang kulihat saat itu tiba -tiba Santa bertekuk lutut di hadapan bopok dan simbok. Mulai
hari ini Santa menjadi abdi di padepokan ini.

Awalnya baik. Dia orangnya pendiam. Namun juga misterius, terkadang aku ketakutan
Ketika bertatapan dengan matanya yang juling itu.

Bopok: “ Itu hanya perasaanmu saja Rambat. Dia itu pemuda yang baik nasibnya saja yang
kurang baik, dia hidup sebatang kara sejak dia kecil. Untuk itulah jika dia berniat
mengabdi di padepokan ini ya langsung bopok iyakan saja “.

Begitu jawaban bopok Ketika suatu hari kuutarankan pererasaanku terhadap Santa.

Bopok: “Pendam dalam-dalam kecurigaanmu itu ndok itu hanya akan menjadi penyakit hatimu
dapat merusak pikiranmu tidak baik dok”.

Tapi ntahlah aku selalu merasa tidak enak dan was-was jika si Santa masih ada di
padepokan ini.

Roro Rambat: “ Ouh Kisepuh to, monggoki binara. Hah mencari simbok? Ouh ada-ada sebentar
je saya panggilkan “.

(6) Binara = duduk


Sore itu salah satu warga kami datang ke pendopo ia meminta simbok yang juga seorang
tabib untuk datang kerumahnya. Dia melaporkan bahwa anak, istri, dan cucunya secara mendadak
mengalami sesak nafas dan demam tinggi. Belum juga simbok berangkat baru mempersiapkan
peralatan pengobatan, tiba-tiba datang lagi salah satu warga kami dan melaporkan hal serupa
seperti kisepuh tadi dan dalam satu hari ada puluhan warga yang datang dan melaporkan hal yang
serupa. Kacaunya lagi hari-hari berikutnya warga yang sakit semakin bertambah, dari warga yang
sakit itu kemudian meninggal.

Betapa terkejut dan marah besarnya bopok Kiyai Kramat Ketika tahu kalua ternyata Santa
abdi di pendopo inilah yang telah menyebabkan wabah itu ada, kami pun semakin terkejut saat
tahu kalau Santa ternyata adalah jelemaan Jin Spanjang yang dulunya penguasa wilayah ini. Kiyai
Kramat dan Nyi Bogem yang dengan kemarahan besarnya beliau berdua menguber abdi dalam
kami. Aku sangat berdebar menunggu di rumah.

Roro Rambat: “kang mas, kang mas, kang mas. Ada apa kang mas, kang mas ingin bicara apa?
Apa kang mas? Tidak. Tidak. Tidak. Tidak mungkin, mereka pasti salah lihat,
mereka pasti salah lihat. Hiks hiks hiks. Sedemikian saktikah santa “.

Kabar dari kang mas Kuning sulit aku terima. Ada warga yang melaporkan padanya bahwa
bopok dan simbokku telah meninggal. Seketika itu juga duniaku menjadi gelap. Kang mas Kuning
mengangkat dan menidurkanku di bangku Panjang ini, kemudian dia pun pergi dengan membawa
parang dang tongkat dengan menaiki kuda kesayangannya. Saat perlahan kubuka mataku,
kenyataan pahit harus aku terima Kembali. Bahwa kang mas Kuning telah gagal dalam upaya
membalaskan dendam atas kematian kedua mertuanya yang adalah juga kedua orang tuaku.

Derap tarapan ditabuh oleh Keraton Mataram. Mendengar tiga orang yang aku cintai telah
tiada juga menjadikan kemarahan pasukan tantara Mataram yang dipimpin oleh Pangeran
Purboyo. Pertempuran sengit pun terjadi. Santa di uber oleh pasukan Mataram, dari berbagai
penjuru arah pasukan Mataram mengepungnya.

Jin: “arrghhh. Purboyo lagi-lagi kau yang mengusikku, hari ini akan menjadi pertanda bahwa
kau akan bertekuk lutut dihadapanku hahahhhhh arghh “.
Kabar baik pun datang dari prajurit Mataram, yang datang kemari dan mengabarkan bahwa
Santa telah dikalahkan. Roro Rambat namaku menjadi saksi kejayaan mataram meskipun keringat,
darah dan air mata menjadi pupuknya.

Prestasi:

Link video Monolog: https://www.youtube.com/watch?v=7u3EH8UoNQc


LAMPIRAN NASKAH LOMBA LUKIS
DITULIS OLEH: SITI NUR AJIJA XI DPIB 2

Tema : “Menatap Indonesia Cerah Kini Dan Masa Depan”


Konsep : “Perjuangan Indonesia Melawan Wabah”

LATAR BELAKANG

Meluasnya wabah virus covid membuat Indonesia untuk tetap di rumah, menjaga
Kesehatan agar tidak terpapar. Pandemi berdampak pada interaksi sosial yang mengharuskan
masyarakat berjaga jarak dan tidak berkerumun, sehingga masyarakat memerlukan cara lain untuk
berkomunikasi salah satunya dengan menggunakan media sosial. Ditengah maraknya berita yang
beredar kita harus menyaring berita agar tidak salah dalam menerima informasi.

Berlambangkan “Bhineka tunggal ika” menunjukan persatuan yang terjadi di wilayah


Indonesia yang menjadikan Indonesia Jaya dan pulih seperti dulu kala.

DESKRIPSI

Dari gambar lukisan disini menjelaskan tentang burung garuda yang berlambangkan
“Bhineka Tunggal Ika” yang artinya adalah “Berbeda-beda tetapi tetap satu”. Makna tersebut
terlihat dari Indonesia yang merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang memiliki banyak
suku, agama, ras dan antar golongan.

Didalam gambar ada keindahan pura Bali yang sangat indah dan ada juga gambar media
sosial karena dengan media sosial mempermudah kita bersilaturahim, memperbanyak teman,
pengetahuan, ajang promosi bisnis, dan mudah mendapatkan informasi. Adapun kekurangan sosial
media seperti banyak informasi yang tidak sesuai cerita atau “Hoak” dan bisa berakibat Tindakan
criminal.

Didalam gambar juga terdapat pengorbananpejuang medis yang berjuan agar wabah cepat
hilang dan Indonesia kembali sehat seperti dulu.
Yang terakhir ada pencemaran udara yang menyebabkan kerusakan lingkungan berupa
penurunan kualitas udara karena masuknya unsur-unsur berbahaya kedalam udara atau atmosfer
bumi contoh pabrik-pabrik dan polusi kendaraan.

Lekas Pulih Indonesia-ku


I LOVE YOU
Hasil karya Lukis:
Prestasi:

Link Video Lomba Lukis: https://youtu.be/gTE2dwklZ3o

Anda mungkin juga menyukai