SK Panduan Triase
SK Panduan Triase
Ditetapkan : di Perbaungan
Direktur
RSU. Melati Perbaungan
Perbaungan
Penyusun
Halaman Judul
Surat Keputusan Direktur
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I DEFISINI
A. Definisi
B. Tujuan
BAB II RUANG LINGKUP
BAB III TATA LAKSANA
A. Sistem Triase
B. Proses Triase
BAB IV DOKUMENTASI
KEPUSTAKAAN
PANDUAN
TRIASE
INSTALASI GAWAT DARURAT
DEFINISI
A. Latar Belakang
Banyak sistem skoring dikembangkan untuk memprediksi kategori triage apa yang
harus diberikan kepada pasien yang datang ke IGD, namun dari banyak sistem
tersebut menggunakan beberapa parameter fisiologis klinis dan laboratoris yang
tidak tersedia pada proses triase awal di IGD. Penggunaan skor fisiologis yang
simpel dalam identifikasi dini pasien-pasien yang beresiko mengalami deteriorisasi,
dapat memberikan kategori triage yang tepat kepada pasien-pasien yang datang ke
IGD. Skor fisiologis tersebut juga dapat menjadi dasar bilamana terjadi tumpang
tindih dalam memutuskan prioritas penanganan pasien-pasien yang menjalani
triage.
Mengartikan keluhan utama saja tidak akan berhubungan dengan situasi yang
dilihat dari diagnosis klinis saja, tetapi dapat pula dilihat dari perubahan fisiologis.
Pasien dengan keluhan sederhana namun dengan risiko memburuk akan
ditunjukkan oleh perubahan-perubahan fisiologis yang bisa diukur melalui tanda-
tanda vital (Labaf, dkk., 2010). The worthing Psycological scoring system (WPSS)
adalah suatu sistem skoring prognostik sederhana yang mengindentifikasi penanda
fisiologik pada tahap awal untuk melakukan tindakan secepatnya, yang dituangkan
dalam bentuk interuention-calling score. Pengukuran tanda vital pada WPSS
mencakup tekanan darah, frekuensi nadi, frekuensi pernapasan, temperature,
saturasi oksigen, dan tingkat kesadaran berdasar AVPU (alert, verbal, pain,
unresponsive) (Duckitt, dkk., 2007).
Triage adalah suatu proses yang dinamik, status atau keadaan pasien dapat berubah
menjadi tebih baik maupun menjadi lebih buruk karena cederanya maupun sebagai
dampak dan tindakan yang dilakukan. Triage harus diulang-ulang selama masih
dalam penanggulangan cederanya. Dapat dilakukan di tempat kejadian, di daerah
triage sebelum dilakukan evakuasi, tiba di IGD selama resusitasi maupun
sesudahnya, sebelum maupun sesudah operasi, dan setelah tiba di ruangan. Triage
dilakukan hanya dalam waktu 60 detik tanpa intervensi tindakan apapun.
B. Tujuan
a. Tujuan Umum :
Tujuan dari triage dimanapun dilakukan, bukan saja supaya The Right Patien To
The Right Hospital By The Right Ambulance At The Right Time Tetapi Juga To Do
Most For The Most.
Jadi Tujuan triage adalah memilah dan menilai pasien agar mendapatkan
pertolongan medik secara cepat dan tepat sesuai dengan kategori kegawatdaruratan
dan sesuai dengan penyakitnya.
BAB II
RUANG LINGKUP
B. Batasan Operasional
2. Triase
3. Prioritas
4. Survey Primer
Adalah deteksi cepat dan koreksi segera terhadap kondisi yang mengancam
jiwa.
5. Survey Sekunder
Pasien yang tiba-tiba berada dalam keadaan gawat atau akan menjadi gawat
dan terancam nyawanya atau anggota badannya ( akan menjadi cacat ) bila
tidak mendapat pertolongan secepatnya.
Pasien berada dalam keadaan gawat tetapi tidak memerlukan tindakan darurat
misalnya kanker stadium lanjut.
Pasien akibat musibah yang datang tiba – tiba tetapi tidak mengancam nyawa
dan anggota badannya, misalnya luka sayat dangkal.
1. Tempat kejadian :
Kecelakaan di sekolah
3. Waktu kejadian
TATA LAKSANA
Sumber daya manusia sangat memegang peran penting untuk tercapainya kepuasan
para pasien di IGD. Dokter dan paramedis yang bertugas di IGD dituntut untuk dapat
melakukan triage secepat dan setepat mungkin, agar tidak terjadi kesalahan dalam
melakukan pemilahan saat triase.
Setiap pasien masuk IGD Rumah Sakit Umum Melati Perbaungan dilakukan
pemeriksaan dan terencana tindakan sesuai dengan kasusnya. Pasien yang tidak gawat
darurat dibagi dua yaitu pasien poliklinik atau pasien yang perlu rawat inap.
Sedangkan prosedur yang harus dilakukan saat pasien datang antara lain sbb :
1. Pasien datang ke IGD Rumah Sakit Umum Melati Perbaungan, baik yang datang
sendiri ataupun rujukan, akan langsung di terima oleh perawat atau dokter Jaga
dan di triase.
2. Dokter/perawat melakukan Triage secara cepat dan tepat, kemudian pasien diberi
label warna yang sesuai (pada korban misal/Mettag Triase).
3. Keluarga atau perujuk diarahkan untuk mendaftar di loket pendaftaran.
4. Dalam keadaan tertentu langsung dilakukan resusitasi di tempat resusitasi.
5. Pasien ditempatkan di ruangan sesuai dengan kasusnya
a. Apabila terdapat tanda-tanda gangguan Airway Breathing Circulation
(ABC) berat atau penurunan kesadaran, maka perawat triase langsumg
mengantar pasien ke ruang resusitasi atau P-l ( Merah ) dan melakukan
triase di ruangan tersebut.
b. Apabila tidak terdapat tanda ancaman jiwa, maka perawat menerima dan
melakukan pemeriksaan terhadap pasien di ruang triase untuk menentukan
prioritas terhadap pasien tersebut. Setelah perawat triase menentukan
tingkat kegawatan pasien, maka perawat triage mengirim pasien beserta
lembaran statusnya ke bilik prioritas sesuai kegawatan pasien. Pasien akan
dimasukkan kebilik P-2 (Kuning).
c. bila terdapat gangguan ABC ringan dan nilai Glasgow Coma Scale (GCS)
15, pasien terasa nyeri hebat atau mengalami fraktur terbuka. Apabila ABC
pasien tidak terganggu, dan mempunyai keluhan simptomatis atau luka
ringan, GCS 15, maka akan dimasukkan ke bilik P-3 (Hijau).
d. Penentuan prioritas oleh perawat triage adalah berdasarkan keluhan utama
dan diagnosis awal yang sesuai dengan pelabelan Triase Mettag dan tingkat
gangguan ABC.dan di validasi menggunakan WPSS untuk pengambilan
Keputusan.
6. Pelayanan di ruang kritis (critical care) mencakup pelayananan prioritas 1
(P-1/merah) dan prioritas 2 (P-2/ kuning ). Semua kasus di ruang ini harus
sepengetahuan dokter spesialis on site maupun on call.
BAB IV
DOKUMENTASI
Hasil triase pasien didokumentasikan tertulis dalam dari rekam medis pasien.
Hasil re-triase pasien didokumentasikan tertulis dalam lembar status rekam medis
pasien IGD yang merupakan bagian dari rekam medis pasien'
KEPUSTAKAAN
Advanced Trauma Life Support for Doctors, Student Course Manual, Eighth
Edition, American College of Surgeons Committee on Trauma, Diterjemahkan &
dicetak oleh komisi trauma .'IKABI", tahun 2008.
Buku Panduan BT&CLS (Basic Trauma Life Support And Basic Cardiac Life
Support) Edisi Keempat, Yayasan Ambulans Gawat Darurat 118, tahun 2011.
Emergency Severity Index (ESI : A Triage Tool For Emergency Departmnt
,www.ahrq-gov/pr:oI'essionals/systems/hospitaliesi/c'si.html;
Emergency Care Singapore General Hospital. www.sgh.sorn.sg;
Materi Pelatihan GELS (General Emergency Life Support), Departemen Kesehatan
RI - - Direktorat Jenderal Pelayanan Medik, Edisi ke-7, September 2006.
Dong SL., Bullard M., 2009. Emergency Department Triage dalam Rowe BH. (Ed),
Evidence-based Emergency Medicine,Blacltwell Publishing Ltd. uK. p. 58-65
Duckitt RW., et al. Worthing Physiological Scoring System: derivation and
validation of
a physiological early-warning system for medical admissions. An observational,
population-based single-centre study. British Journal of Anaesthesia 98 (6): 769-
774.
2007
Fttzgerald D, et al.Emergency department triage revisited. Emerg Med J, 27:86-
92.2010
Labaf A, et al. Evaluation of the modified acute physiology and chronic health
evaluation scoring system for prediction of mortality in patients admitted to an
emergency department. Hong Kong J Emerg Med, l7(5). 2010
Wulp I, et al. Association of the Emergency Severity Index triage categories with
patient's vital signs attriage: a prospective observational study. Emerg Med J.2010