Anda di halaman 1dari 12

GRAVITY Vol. 2 No.

2 (2016)
http://jurnal.untirta.ac.id/index.php/Gravity
ISSN 2442-515x, e-ISSN 2528-1976

PENERAPAN STRATEGI METAKOGNISI PADA


PEMBELAJARAN KOOPERATIF UNTUK
MENGIDENTIFIKASI PROFIL METAKOGNISI SISWA
SMA KELAS X
Intan Asriningsih 1, Duden Saepuzaman 1, Selly Ferranie 1
1
Departemen Pendidikan Fisika, FPMIPA, Universitas Pendidikan Indonesia
Email: intan.asriningsih@student.upi.edu

Abstract

This study focused on identifying the profile metacognition high school students of class X on
the material temperature and heat. This study design is posttest control group design. The
ability of metacognition identified in this study is the ability of metacognitive knowledge,
metacognition metacognition control and awareness. The results showed a different profile of
metacognition experiment class and control class. Profile metacognition knowledge of the
experimental class is as follows, metacognitive knowledge: declarative knowledge as much as
80.95% of students can mention the concept precisely control class, while 58.09%, 51.43%
procedural knowledge students can explain the procedure to complete and can connect with
whereas the concept of control class 27.56, and 93.34% conditional knowledge of students
comfortable with the answers while the control class 58.10. On metacognition ability to control
experimental class produced an average score of 3.54 on planning, monitoring and evaluation
3.51 3.68, while the control class 3,25 planning, monitoring and evaluation 3,21 3,32. The
ability of metacognition awareness generated an average score of 3.86 to 3.90 for the
experimental class and control class.

Keywords: metacognition strategy, cooperative learning, profile metacognition

Abstrak

Penelitian ini difokuskan untuk mengidentifikasi profil metakognisi siswa SMA kelas X pada
materi suhu dan kalor. Desain penelitian ini adalah posttest control group design. Kemampuan
metakognisi yang diidentifikasi pada penelitian ini adalah kemampuan metakognisi
pengetahuan, metakognisi kontrol dan metakognisi kesadaran. Hasil penelitian menunjukkan
terdapat perbedaan profil metakognisi kelas eksperimen dan kelas kontrol. Profil metakognisi
pengetahuan pada kelas eksperimen adalah sebagai berikut, metakognisi pengetahuan :
pengetahuan deklaratif sebanyak 80,95% siswa dapat menyebutkan konsep dengan tepat
sedangkan kelas kontrol 58,09%, pengetahuan prosedural 51,43% siswa dapat menjelaskan
prosedurnya dengan lengkap dan dapat menghubungkan dengan konsep sedangkan kelas kontrol
27,56, dan pengetahuan kondisional 93,34% siswa yakin dengan jawabannya sedangkan kelas
kontrol 58,10. Pada kemampuan metakognisi kontrol kelas eksperimen dihasilkan skor rata-rata
pada perencanaan 3,54, pemantauan 3,51 dan evaluasi 3,68, sedangkan kelas kontrol
perencanaan 3,25, pemantauan 3,21 dan evaluasi 3,32. Kemampuan metakognisi kesadaran
dihasilkan skor rata-rata 3,86 untuk kelas eksperimen dan 3,90 untuk kelas kontrol.

Kata kunci : strategi metakognisi, pembelajaran kooperatif, profil metakognisi

166
Gravity: Jurnal Ilmiah Penelitian dan Pembelajaran Fisika
Intan Asriningsih / Strategi Metakognisi 2 (2016), 166 - 177 167

PENDAHULUAN Penelitian ini bertujuan untuk


Kemampuan metakognisi menjadi
mengidentifikasi profil metakognisi
salah satu standar kompetensi lulusan
siswa SMA kelas X pada materi suhu
pada jenjang SMA. Kemampuan
dan kalor setelah diterapkannya strategi
metakognisi dicantumkan pada silabus
metakognisi pada pembelajaran
SMA kelas XI. Hasil penelitian para
kooperatif.
ahli psikologi menunjukkan
Strategi yang digunakan pada
kemampuan metakognitif muncul
penelitian ini merujuk pada langkah-
sekitar usia 8-10 tahun dan didahului
langkah penerapan strategi metakognisi
oleh kemampuan kognitif seperti
yang diungkapkan oleh Blakey &
perkembangan Theory of Mind (ToM)
Spence (1990), yaitu identifikasi diri
Whitebread (dalam Murti, 2011.hlm
tentang apa yang diketahui, berbicara
53). Artinya siswa SMA kelas X pun
tentang yang dipikirkan, mencatat apa
sebenarnya memiliki kemampuan
yang dipikirkan, membuat perencanaan
metakognisi. Metakognisi merupakan
dan regulasi diri, pengarahan proses
kemampuan yang penting untuk belajar
berpikir dan evaluasi diri. Tahap-tahap
sukses karena memungkinkan individu
pada strategi itu diberikan pada lembar
untuk lebih baik mengelola
kerja siswa (LKS). Namun pada
keterampilan kognitif mereka, dan
penelitian ini LKS disebut dengan
untuk menentukan kelemahan yang
Jurnal Pemikiran Siswa (JPS).
dapat diperbaiki dengan membangun
keterampilan kognitif yang baru Profil metakognisi adalah
(Schraw, 2001). Kemampuan gambaran keadaan kemampuan
metakognisi erat kaitannya dengan metakognisi siswa, yang meliputi tiga
kemampuan kognitif siswa. Menurut sub metakognisi yang diungkapkan oleh
Shelia (dalam Jayapraba, 2013) Thomas & Mc Robbie (2001) yaitu
mengungkapkan bahwa keunggulan lain metakognisi pengetahuan, metakognisi
dari kemampuan metakognisi adalah kontrol dan metakognisi kesadaran.
perannya dalam meningkatkan prestasi Metakognisi pengetahuan
akademik siswa. Siswa yang memiliki mencakup tiga sub komponen yaitu
kemampuan metakognisi dapat pengetahuan deklaratif, pengetahuan
memiliki hasil belajar yang baik.
Intan Asriningsih / Strategi Metakognisi 2 (2016), 166 - 177 168

prosedural dan pengetahuan tersebut. Evaluasi (evaluation) yaitu


kondisional. Pengetahuan deklaratif kemampuan mengevaluasi efektivitas
(declarative knowledege) merupakan strategi belajarnya, apakah ia akan
pengetahuan yang mengacu pada mengubah strateginya, menyerah pada
pengetahuan diri sendri mengenai suatu keadaan atau mengakhirinya.
hal, seperti seorang siswa akan Metakognisi kesadaran mencakup
memecahkan masalah mengetahui dua sub komponen yaitu kesadaran dan
konsep-konsep yang akan digunakan realisasi. Kesadaran adalah kesadaran
untuk menyelesaikan masalah tersebut. seseorang tentang dirinya sendiri
Pengetahuan prosedural (declarative sebagai pelaku proses pembelajaran.
knowledege) merupakan pengetahuan Kesadaran erat kaitannya dengan
yang mengacu pada pengetahuan realisasi, ketika seseorang memiliki
tentang bagaimana melakukan suatu kesadaran tentang proses kognisinya
kegiatan, hal ini termasuk pada maka kesadaran tersebut akan segera
pengetahuan tentang bagaimana direalisasikan dalam suatu tindakan
menerapkan strategi dan langkah- pemecahan masalah
langkah dalam melakukan suatu
kegiatan. Pengetahuan kondisional METODE
Populasi pada penelitian ini adalah
(conditional knowledege) adalah
seluruh siswa kelas X tahun ajaran
pengetahuan yang mengacu pada
2015/2016 di salah satu SMA Negeri di
kondisi pengetahuan mereka mengenai
Kota Bandung. Sampel yang digunakan
kapan dan mengapa menggunakan
pada penelitian ini adalah 2 kelas. Satu
pengetahuan deklaratif dan prosedural,
kelas sebagai kelas eksperimen dengan
dengan digambarkan dengan kondisi
jumlah siswa 35 dan satu kelas sebagai
keyakinannya.
kelas kontrol dengan jumlah siswa 35.
Metakognisi kontrol mencakup tiga
Instrumen yang digunakan untuk
sub komponen yaitu perencanaan,
mengetahui profill metakognisi adalah
pemantauan, dan evaluasi. Perencanaan
menggunakan tiga macam kuisioner,
(planning) yaitu kemampuan
yaitu kuisioner metakognisi
merencanakan aktivitas belajarnya
pengetahuan, kuisioner metakognisi
sebelum melakukan tugas. Pemantauan
kontrol dan kuisioner metakognisi
(monitoring) yaitu kemampuan dalam
kesadaran. Kuisioner metakognisi
memonitor proses belajarnya dan hal-
pengetahuan diadaptasi dari the
hal yang berhubungan dengan proses
Questionnaire of Metacognition on
Intan Asriningsih / Strategi Metakognisi 2 (2016), 166 - 177 169

Nuclear Energy issues (QMNE). menghubungkan konsep yang diketahui


Sedangkan kuisioner metakognisi dengan prosedurnya. Pengetahuan
kontrol dan metakognisi kesadaran kondisionalnya dikelompokkan
diadaptasi dari SEMLI-S (Self-Efficacy berdasarkan jawaban siswa yakin/tidak
and Metacognition Learning Inventory- yakin dengan jawabannya. Setiap
Science). kelompok jawaban akan dibuat dalam
Instrumen kuisioner metakognisi bentuk persentase, sehingga setiap
ini digunakan pada kedua kelas, baik persentase yang disajikan adalah
kelas eksperimen maupun kelas kontrol. menggambarkan banyaknya siswa.
Perbedaan perlakuan pada kedua kelas Instrumen yang digunakan untuk
adalah untuk kelas eksperimen mengukur metakognisi kontrol adalah
diberikan strategi metakognisi pada dengan menggunakan kuisioner
pembelajaran kooperatif, sedangkan metakognisi kontrol. Kuisioner ini
kelas kontrol hanya diberikan terdiri dari 9 pertanyaan yang
pembelajaran kooperatif. menggambarkan perencanaan,
Metakognisi pengetahuan yang monitoring dan evaluasi yang dialami
berisi pertanyaan mengenai materi yang siswa selama pembelajaran.
dipelajari pada setiap pertemuan, maka Instrumen yang digunakan untuk
kuisioner ini diberikan disetiap akhir mengukur metakognisi kesadaran
pembelajaran. Pertanyaan tersebut adalah dengan menggunakan kuisioner
menggambarkan kemampuan metakognisi kesadaran. Kuisioner ini
metakognisi pengetahuan deklaratif, terdiri dari 5 pertanyaan yang
prosedural dan kondisional. Pengolahan menggambarkan kesadaran siswa saat
kuisioner metakognisi pengetahuan pembelajaran.
dengan cara mengelompokkan jawaban Kedua kuisioner ini menggunakan
siswa. Untuk pengetahuan deklaratif skala likert, dengan 5 pilihan yaitu
dikelompokkan berdasarkan pada hampir tidak pernah, jarang, kadang-
jawaban siswa yang dapat menyebutkan kadang (sesekali), sering dan selalu.
konsep yang dipahami dengan Setiap jawaban siswa diberikan skor
lengkap/tidak lengkap dan tepat/kurang 1,2,3,4,5 secara berturut-turut.
tepat. Pengetahuan prosedural Pengolahan kedua kuisioner ini adalah
dikelompokkan berdasarkan jawaban dengan cara merata-ratakan skornya,
siswa yang dapat menjelaskan dengan menggunakan persamaan
prosedurnya dengan lengkap/tidak berikut :
lengkap dan menghubungkan/tidak Rata- rata :
Intan Asriningsih / Strategi Metakognisi 2 (2016), 166 - 177 170

Jika rata-rata skor lebih dari 3,0


maka diinterpretasikan siswa telah
memiliki kemampuan metakognisi
kontrol atau metakognisi kesadaran
selama pembelajaran dan cukup untuk
berorientasi untuk mengembangkan dan
meningkatkan kemampuan metakognisi
kontrol atau kesadarannya seperti yang
diungkapkan Chantharanuwong.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Pada bagian ini akan dipaparkan
profil metakognisi siswa. Profil
Metakognisi ini dapat diinterpretasikan
kuisioner metakognisi pengetahuan,
metakognisi kontrol dan metakognisi
kesadaran. Berikut ini adalah hasil dari
penelitian untuk mengetahui profil
metakognisi siswa :

a) Metakognisi Pengetahuan
Metakognisi pengetahuan terdiri
dari tiga bagian yaitu pengetahuan
deklaratif, pengetahuan prosedural dan
pengetahuan kondisional. Secara umum,
profil metakognisi siswa pada kelas
eksperimen disajikan dalam tabel 1 :
Intan Asriningsih / Strategi Metakognisi 2 (2016), 166 - 177 171

Tabel 1. Hasil kuisioner Metakognisi Pengetahuan Kelas Eksperimen

Pertemuan Materi Pengetahuan Deklaratif Pengetahuan Prosedural Pengetahuan


Kondisional
1 Suhu - Menyebutkan konsep dengan - Menjelaskan dengan - 91,43% siswa
tepat dan lengkap (77,14%) lengkap dan menyatakan
- Menyebutkan konsep dengan menghubungkan konsep yakin akan
tepat namun kurang yang disebutkan (45,71%) jawabannya
lengkap(22,86%) - Penjelasannya kurang - 8,57% siswa
lengkap dan menyatakan
menghubungkan konsep kurang yakin
yang disebutkan (54,29%) dengan
jawabannya
2 Pemuaian - Menyebutkan konsep dan - Menjelaskan dengan - 94,29% siswa
besaran dengan tepat dan lengkap dan menyatakan
lengkap (80%) menghubungkan konsep yakin akan
- Menyebutkan konsep dan yang disebutkan (48,57%) jawabannya
besaran dengan tepat, tetapi - Penjelasannya kurang - 5,71% siswa
kurang lengkap (20%) lengkap dan menyatakan
menghubungkan konsep kurang yakin
yang disebutkan (51,43%) dengan
jawabannya
3. Azaz - Menyebutkan kosep dengan - Menjelaskan dengan - 94,29% siswa
Black tepat dan dapat mebedakan lengkap dan menyatakan
zat yang melepas dan menghubungkan konsep yakin akan
menerima kalor (85,71%) yang disebutkan (60%) jawabannya
- Menyebutkan konsep dengan - Penjelasannya kurang - 5,71% siswa
tepat dan belum dapat lengkap dan menyatakan
membedakan zat yang menghubungkan konsep kurang yakin
melepas dan menerima kalor yang disebutkan (25,71%) dengan
(5,71%) - Penjelasanya tidak lengkap jawabannya
- Kurang tepat dalam dan tidak menghubungkan
menyebutkan konsep tetapi konsep yang disebutkan
dapat membedakan zat yang (14,29%)
melepas dan menerima kalor
(8,57%)

Adapun untuk hasil pengolahan kuisioner metakognisi pengetahuan pada kelas kontrol
disajikan dalam tabel 2 :

Tabel 2 Hasil kuisioner Metakognisi Pengetahuan Kelas Kontrol


Intan Asriningsih / Strategi Metakognisi 2 (2016), 166 - 177 172

Pertemuan Materi Pengetahuan Deklaratif Pengetahuan Prosedural Pengetahuan


Kondisional
1. Suhu - Menyebutkan konsep dengan - Menjelaskan dengan lengkap - 51,43% siswa
tepat dan lengkap (20%) dan menghubungkan konsep menyatakan
- Menyebutkan konsep dengan yang disebutkan (40%) yakin akan
tepat tetapi kurang lengkap - Penjelasannya kurang lengkap jawabannya
(68,57%) dan menghubungkan konsep - 48,57% siswa
- Menyebutkan konsep kurang yang disebutkan (31,43%) menyatakan
tepat dan kurang lengkap - Penjelasan tidak kurang yakin
(11,4%) menghubungkan konsep dengan
(28,57%) jawabannya
2. Pemuaian - Menyebutkan konsep dan - Menjelaskan dengan lengkap - 51,43% siswa
besaran dengan lengkap dan dan menghubungkan konsep menyatakan
tepat (65,71%) yang disebutkan (31,43%) yakin akan
- Menyebutkan konsep dan - Penjelasannya kurang lengkap jawabannya
besaran dengan tepat tetapi dan menghubungkan konsep - 48,57% siswa
kurang lengkap (31,43%) yang disebutkan (25,71%) menyatakan
- Tidak menyebutkan konsep - Penjelasan tidak kurang yakin
dengan tepat (2,86%) menghubungkan konsep dengan
(42,86%) jawabannya
3. Azaz - Menyebutkan kosep dengan - Menjelaskan dengan lengkap - 71,43% siswa
Black tepat dan dapat membedakan dan menghubungkan konsep menyatakan
zat yang melepas dan yang disebutkan (11,24%) yakin akan
menerima kalor (88,57%) - Penjelasannya kurang lengkap jawabannya
- Menyebutkan konsep dengan dan menghubungkan konsep - 28,57% siswa
tepat dan belum dapat yang disebutkan (8,6%) menyatakan
membedakan zat yang - Penjelasanya tidak lengkap kurang yakin
melepas dan menerima kalor dan tidak menghubungkan dengan
(11,43%) konsep yang disebutkan jawabannya
(80%)
Intan Asriningsih / Strategi Metakognisi 2 (2016), 166 - 177 173

Secara umum, terdapat peningkatan kata “prosedur” karena saat pembelajaran


metakognisi pengetahuan baik kelas pun ada beberapa siswa yang bertanya arti
eksperimen maupun kelas kontrol. Hal ini dari kata prosedur alangkah baiknya
ditunjukkan dari presentase yang diganti menggunakan langkah-langkah
meningkat dari pertemuan satu sampai atau tahap-tahap. Selain itu pengetahuan
pertemuan tiga. Namun ada penurunan kondisional siswa pada kelas kontrol
pada kelas kontrol bagian pengetahuan cukup meningkat.
prosedural. Dari tabel 1 dan tabel 2 diatas terlihat
Dari tabel 1 dapat dilihat bahwa dari perbedaan dari jawaban dari kelas kontrol
pertemuan 1 sampai pertemuan 3 baik dan eksperimen, jawaban kelas eksperimen
pengetahuan deklaratif, pengetahuan lebih baik daripada kelas kontrol baik dari
prosedural dan pengetahuan kondisional, kemampuan metakognisi pengetahuan
mengalami peningkatan. Ditinjau dari deklaratif, pengetahuan prosedural dan
jawaban pada pengetahuan deklaratif siswa pengetahuan kondisional. Presentase kelas
dapat menyebutkan konsep yang perlu eksperimen lebih besar daripada presentase
dipahami saat menjawab permasalahan. kelas kontrol. Artinya penerapan strategi
Pada pengetahuan prosedural siswa dapat metakognisi siswa memiliki pengaruh yang
menjelaskan prosedur dalam lebih baik. Selain itu pada kelas
menyelesaikan masalah dengan lengkap eksperimen siswa diberikan jurnal
dan dapat menghubungkan konsep yang pemikiran siswa secara individu sedangkan
disebutkan sebelumnya. Sedangkan pada pada kelas kontrol jurnal pemikiran siswa
pengetahuan kondisional dari 3 pertemuan diberikan satu buah jurnal di setiap
selalu lebih dari 90% siswa menjawab kelompoknya. Dari pembagian jurnal juga
yakin akan jawabannya. dapat mempengaruhi kemampuan siswa.
Pada tabel 2 dapat dilihat terjadi Ketika siswa diberikan jurnal pemikiran
peningkatan pada pengetahuan deklaratif per individu, artinya setiap siswa memiliki
siswa. Tetapi pada pengetahuan prosedural tanggungjawab untuk mengisinya. Beda
mengalami penurunan. Artinya siswa halnya ketika jurnal pemikiran siswa
mengetahui tentang konsep yang dipelajari diberikan secara kelompok. Pada
namun belum bisa mengaplikasikan kenyataannya beberapa kelompok hanya
pengetahuan yang dimiliki dalam bentuk mengandalkan satu atau dua orang yang
prosedur kerja atau kemungkinan lainnya benar-benar berdiskusi. Teman-teman
siswa banyak yang belum memahami arti lainnya hanya berkumpul tetapi tidak
Intan Asriningsih / Strategi Metakognisi 2 (2016), 166 - 177 174

mengerjakan. Hal ini diungkapkan siswa menyelesaikan masalah yang diberikan.


saat mengumpulkan jurnal pemikiran siswa Sembilan pertanyaan itu dikelompokkan
dan pengamatan guru saat diskusi menjadi tiga sub yang menggambarkan
kelompok berlangsung. Sehingga tidak perencanaan, pemantauan, dan evaluasi,
semua siswa mengetahui solusi masalah masing-masing sub diinterpretasikan
dari jurnal pemikiran siswa. Hal ini melalui 3 pernyataan pada kuisioner.
berdampak ketika siswa diberikan Berikut ini grafik yang menggambarkan
kuisioner metakognisi pengetahuan, ketiga sub kemampuan metakognisi
terlihat pada presentase pengetahuan kontrol pada kelas eksperimen dan kelas
prosedural dan pengetahuan kondisional. kontrol :

b) Metakognisi Kontrol
Pada pertemuan keempat siswa
diberikan kuisioner metakognisi kontrol.
Kuisioner ini berbentuk angket skala likert.
Kuisioner ini terdiri dari 9 pertanyaan,
untuk menggali sejauh mana siswa
mengontrol proses berpikirnya saat

Gambar 1 Diagram Batang Perbandingan Skor Rata-Rata Kelas Eksperimen dan Kelas
Kontrol Metakognisi Kontrol
Hasil dari kuisioner metakognisi disebutkan bahwa, jika rata-rata skornya
kontrol, rata-rata dari jawaban siswa kelas lebih dari 3,0 ditafsirkan siswa akan cukup
eksperimen adalah diatas dari 3,50 dan rata- berorientasi untuk mengembangkan dan
rata kelas kontrol 3,0. Pada salah satu jurnal meningkatkan kemampuan metakognisi
Intan Asriningsih / Strategi Metakognisi 2 (2016), 166 - 177 175

kontrol (Chataranuwong, 2012). Menurut


Schraw pada Mahdavi (2014) menyatakan Gambar 2 Diagram Batang
bahwa metakognisi kontrol merupakan Perbandingan Skor Rata-Rata Kelas
komponen kedua yang penting pada Eksperimen dan Kelas Kontrol Metakognisi
kemampuan metakognisi. Metakognisi Kesadaran
kontrol ini kadang disebut juga sebagai
Hasil dari kuisioner metakognisi
“Regulation of cognition” yang sering
kesadaran, rata-rata dari jawaban siswa
direpresentasikan sebagai pengontrol
kelas eksperimen adalah 3,89 dan rata-rata
tindakan yang dilakukan siswa untuk
kelas kontrol 3,90. Jika rata-rata skornya
mengontrol pemikirannya atau saat
lebih dari 3,0 ditafsirkan siswa akan cukup
pembelajaran.
berorientasi untuk mengembangkan dan
c) Metakognisi Kesadaran meningkatkan kemampuan metakognisi
Pada pertemuan keempat siswa juga
kesadaran. (Chataranuwong, 2012).
diberikan kuisioner metakognisi kesadaran.
Menurut Thomas (2008) ada juga yang
Kuisioner ini berbentuk angket skala likert.
disebut “self efficacy” adalah dimensi
Kuisioner yang terdiri dari 5 pertanyaan,
dimana siswa dapat mengeksplor persepsi
untuk menggali sejauh mana siswa
mereka untuk mengatur dan melakukan
menyadari kemampuan berpikirnya dalam
tindakan yang diperlukan untuk mencapai
menyelesaikan masalah yang diberikan.
tujuan pembelajaran. Dari uraian di atas
bahwa ketika siswa dapat mengontrol dan
menyadari kemampuannya seharusnya
siswa dapat memotivasi dirinya sendiri,
dapat mengatur dan melakukan tindakan
yang diperlukan.
Pada metakognisi kesadaran siswa pada
kelas kontrol lebih tinggi dibanding dengan
3.91
Rata-rata metakognisi kesadaran

kelas eksperimen hal ini terjadi karena siswa


3.9
3.89
memang menyadari tidak dapat
3.88 menyelesaikan masalah terbukti pada saat
3.87 3.9 diberikan jurnal berpikir siswa dan kuisioner
3.86
3.85 3.86 metakognisi pengetahuan, siswa terlihat
3.84 kesulitan dalam menyelesaikannya.
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Intan Asriningsih / Strategi Metakognisi 2 (2016), 166 - 177 176

Namun pada kelas eksperimen, eskperimen, perencaanaan 3,54, pemantauan


kemampuan metakognisi kesadaranya juga 3,51 dan evaluasi 3,68. Sedangkan pada
cukup tinggi, padahal hasil dari jurnal kelas kontrol menghasilkan rata-rata skor
berpikir siswa dan kuisioner metakognisi perencaanaan 3,25, pemantauan 3,21 dan
pengetahuan menunjukan kemampuan yang evaluasi 3,32. Metakognisi kesadaran
baik. Artinya pada kelas eksperimen terlihat dengan rata-rata skor kelas eksperimen 3,86,
bahwa ketika siswa menyadari tidak dapat sedangkan kelas kontrol 3,90.
menyelesaikan masalah, siswa mencoba Saran
mencari solusi dalam menyelesaikannya. Saran untuk perbaikan penelitian ini
Tentunya dengan arahan dan bimbingan dari adalah pada kuisoner metakognisi
guru yang bersangkutan, yang membedakan pengetahuan bagian pengetahuan prosedural
keduanya adalah realisasinya. Namun pada gunakan kata “langkah-langkah atau tahap-
penelitian ini belum ada instrumen yang tahap” pada kuisioner. Cari referensi berupa
menggambarkan sejauh mana realisasi yang instrumen yang mengukur realisasi siswa
dilakukan siswa dalam melaksanakan dalam melaksanakan rencana-rencana yang
rencana-rencana yang dibuatnya. dibuat siswa. Pada penelitian ini sudah
terlihat bahwa pada siswa kelas X pun
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan memiliki kemampuan metakognisi. Maka
Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat dilakukan penelitian selanjutnya
dapat disimpulkan bahwa metakognisi peningkatan kemampuan metakognisi pada
pengetahuan diberikan selama tiga siswa kelas X.
pertemuan dihasilkan rata-rata dari sub
bagian metakognisi pengetahuan. UCAPAN TERIMAKASIH

Pengetahuan deklaratif kelas eksperimen Penulis mengucapkan terimakasih

80,95% sedangkan kelas kontrol 58,09%. kepada seluruh pihak yang yang telah

Pengetahuan prosedural kelas eksperimen membantu dalam penelitian ini terutama

51,43% sedangkan kelas kontrol hanya siswa kelas X MIA 1 dan X MIA 2 yang

27,56%. Pengetahuan kondisional kelas telah menjadi subjek penelitian serta guru-

eksperimen 93,34% sedangkan kelas guru Fisika SMAN 9 Bandung.

kontrol 58,10%.
Metakognisi kontrol terdiri dari
perencanaan, pemantauan dan evaluasi.
Dihasilkan data dengan rata-rata skor kelas
Intan Asriningsih / Strategi Metakognisi 2 (2016), 166 - 177 177

DAFTAR PUSTAKA Student' Metacognition in the


Chemistry classroom. Journal of
Chantharanuwong, W., Thathong, K., & research in Science Teaching. 38 (2),
Yuenyong, C. 2012, Exploring 222-259.
Student Metacognition on Nuclear
Energy in Secondary School. SciVerse
ScienceDirect Procedia, 5098-5115.

Chantharanuwong, W., Thathong, K.,


Yuenyong, C., & Thomas, G. P. 2012,
Exploring The Metacognitive
Orientation of The Science
Classrooms in a Thai Context.
SciVerse ScienceDirect Procedia,
5116-5123.

Jayapraba, A.P. 2013, Metacognitive


Awareness in Science Clasroom of
Higher Secondary Student.
International Journal on New Trends
in Education and Their
Implication,49-56.

Murti, HAS. 2011, Metakognisi dan Theory


of Mind (ToM). jurnal.umk.ac.id. Vol
1, No 2 (2011) › Murti. Hlm. 53-64.

Schraw, gregory. 2001, Metacognition in


learning. United States of america : e-
book.

Thomas, G.P. & Mc.Robbie. 2001, Using a


Metaphor for Learning to Improve

Anda mungkin juga menyukai