Anda di halaman 1dari 61

PERPINDAHAN KALOR DAN MASSA : 3 SKS

MEKANISME KONDUKSI

Fakultas : TEKNIK DAN INFORMATIKA


Program studi : TEKNIK MESIN

Tatap Muka

02
Kode Matakuliah :W5119022
Kode Kelas :32651T6EA
Disusun oleh : Ir. Komarudin, MT.
II. Perpindahan Panas Konduksi

2.1. Perpindahan Panas Konduksi


Perpindahan Panas Konduksi adalah proses transport/laju perpindahan panas dari
daerah bersuhu tinggi ke daerah bersuhu rendah dalam satu medium (padat, cair atau
gas), atau antara medium – medium yang berlainan yang bersinggungan secara langsung

Gambar 2.1. Transport Panas Konduksi

Jika baja dipanaskan, maka energi kinetik molekul baja akan makin meningkat seiring
dengan meningkatnya temperatur molekul itu akibat pemanasan yang dilakukan. Dengan
meningkatnya energi kinetik molekul maka akan terjadi getaran pada molekul tersebut,
sehingga terjadi transfer energi kinetik antara molekul yang bergetar dengan molekul
didekatnya, akhirnya seluruh molekul pada baja tersebut akan bergetar seluruhnya. Jika
energi kinetik molekul meningkat dengan sendirinya terjadi peningkatan temperatur pada
molekul itu, inilah yang dinamakan rambatan kalor atau konduksi kalor.
Besar laju aliran kalor Konduksi untuk satu dimensi dinyatakan dengan : Hukum Fourrier

(2.1)

Dimana :
q = Laju perpindahan panas (W) (J/s)
A = Luas penampang dimana panas mengalir (m2)
dt/dx = Perbedaan temperatur t terhadap jarak dalam arah aliran
panas pada koordinat x
k = Konduktivitas thermal bahan (W/moC)

Konduktivitas panas dari suatu material menggambarkan kemampuan suatu material untuk
mentransfer panas.

Perpindahan Panas Dasar/Komarudin 16


Berikut adalah gafik perubahan gradient temperature dengan tebal yang mempengaruhi
pula terhadap besarnya laju aliran panas.

Gambar 2.2. Grafik Perubahan Gradient Vs Tebal terhadap laju aliran kalor

2.2. Perhitungan Laju Aliran Panas Konduksi


1. Konduksi kalor pada keadaan tetap (steady state)
a. Konduksi Kalor melalui Dinding Datar
b. Konduksi Kalor melalui sistim radial: silinder dan bola
c. Sistim dengan sumber kalor
d. Sistim Konduksi Konveksi
2. Konduksi kalor pada keadaan tidak tetap (unsteady state)

2.2.1. Konduksi Kalor pada Keadaan Tetap (Steady State)


2.2.1.1. Konduksi kalor pada Dinding datar
Jika sebuah dinding datar (gambar 2.3), padat terdapat perbedaan temperature pada
kedua sisi dindingnya, maka pada dinding tersebut akan merambat panas yang disebut
laju aliran kalor dari temperature yang lebih tinggi menuju temperature yang lebih
rendah, seperti terlihat pada gambar berikut.

Jika T1 > T2, maka laju aliran kalor akan merambat pada
dinding yang memiliki ketebalan L menuju kearah
temperature t2.
Dari Hukum Fourier laju perpindahan kalornya :

... (2.2)

Gambar 2.3. Laju aliran kalor pada dinding datar

Perpindahan Panas Dasar/Komarudin 17


Dari gambar 2.3 diatas, jika persamaan diintegrasikan sesuai kondisi batas dimana laju aliran
merambat dari titik 1 ke titik 2 :

Pada : x=0, T(0) = T1 dan x= L, T(L) = T2, maka :


L T2

 q.dx    (2.3)
x0
k.A.dt
T1

q.(L  0)  k.A.(T2  T1 )
q.L  k.A.(T2  T1)
Karena : T1>T2, maka persamaan menjadi : q.L  k.A.(T1  T2 )
Dengan demikian besar laju aliran kalor total pada dinding tersebut :

k.A.(T1  T2 ) (Watt) (2.4)


q L
Atau :
(T1  T2 ) (2.5)
q L
k.A
Dalam konduksi kalor dikenal juga apa yang dinamakan dengan konsep tahanan
termal, dimana pada konsep ini aliran kalor dianalogikan sama dengan aliran listrik
sehingga prinsip hukum Ohm dapat diterapkan dalam aliran kalor. Laju perpindahan kalor
dapat dianggap sebagai arus aliran, beda suhu dianggap sebagai beda potensial
sedangkan konduktivitas panas dan tebal bahan dianggap sebagai tahanan terhadap arus
aliran. Dan persamaan Fourier dapat ditulis :

(2.6)

Dari persamaan : (T1  T2 )


q L
k .A
Sehingga besar tahanan termal adalah : L
R (oC/W) (2.7)
k.A

Perpindahan Panas Dasar/Komarudin 18


Analogi listrik : R

Gambar 2.4. Tahanan panas/thermal pada dinding datar

Dengan demikian besar laju aliran kalor dapat ditulis menjadi :

(T1  T2 ) (2.8)
q R

Contoh Soal 2.1. Perpindahan Panas konduksi


Salah satu permukaan sebuah plat tembaga yang tebalnya 3 cm mempunyai suhu tetap
400 0C, sedangkan suhu permukaan yg sebelah lagi dijaga tetap 100 0C. Berapa kalor yang
berpindah melintasi lempeng itu persatuan luas?
Penyelesaian
Dari tabel diketahui konduktivitas termal tembaga adalah 370 W/m 0C.
Besar tahanan panas pada dinding setebal 3 cm adalah :
L
R
3x102 ........o C /W
k 
370

Maka kalor yang berpindah melintasi lempeng persatuan luas :

(T1  T2 )
qA R
q (T1  T2 )
A R
q (400  100) W
A  R .............m2

Perpindahan Panas Dasar/Komarudin 19


2.2.1.2. Konduksi kalor pada Dinding datar Berlapis Seri
Jika dalam suatu sistim terdapat lebih dari satu lapisan dinding yang terbuat dari
bahan yang berbeda, maka analisa konduksi kalor akan menjadi :

Gambar 2.4. Laju aliran kalor pada dinding datar berlapis


seri
L1
R1  k .A
Laju perpindahan kalor pada lapisan A : ;
1 1
L2
Laju
: perpindahan kalor pada lapisan B ; R2 
.A
k2 2
L3
Laju perpindahan kalor pada lapisan C ; R3  k .A
:
3 3

Aliran kalor pada ketiga lapisan ini adalah sama dan pada kasus ini dianggap luas
permukaan penerima panas dari ketiga lapisan ini adalah sama atau konstan. Jika ketiga
persamaan diatas dijumlahkan akan dihasilkan :

(T0  T3
)q  (2.9)
L1  2 k2  3 k3
.A2 .A3
k1.A1
Dan konsep tahanan termalnya menjadi :

q (T0  T3 )
(2.10)
R1  R2  R3

Perpindahan Panas Dasar/Komarudin 20


Contoh Soal 2.2. Perpindahan Panas konduksi dinding berlapis
Sebuah Ketel Uap terbuat dari baja dengan konduktivitas panas 60 W/m.oC dengan
dengan asumsi sebagai plat datar tebal dindingnya 20 cm digunakan untuk memanaskan
air yang bertemperatur 30 oC, jika temperatur pemanasan 150oC, hitung :
a. Laju aliran panas per satuan luas
b. Karena kualitas air mempengaruhi terhadap dinding sehingga menimbulkan
pengotoran (fouling) pada dinding yang tebalnya 2 mm yang memiliki konduktivitas
panas 20 W/m.oC, hitung laju aliran panas per satuan luas yang diserap oleh plat dan
kotoran
c. Dengan asumsi bahwa laju aliran panas konstan, hitung temperatur antara plat dan
kotoran

Penyelesaian :
a. Untuk dinding ketel dalam keadaan bersih :

Plat baja, k = 60 W/m.oC

Besar tahanan panas pada dinding plat baja setebal 20 cm per m2, adalah :
L
R  20 x102
k.A  0,003 o C W/
60.1
Maka kalor yang berpindah melintasi dinding plat baja persatuan luas :
q ( T 1−T 2 )
=
A R

q (150−30 ) W
= =40.000 2
A R m

Perpindahan Panas Dasar/Komarudin 21


b. Untuk dinding ketel dengan adanya fouling adalah :

Besar tahanan panas pada dinding plat baja setebal 20


cm per m2, adalah :
L1
R   20 x102
1
k1.A1 0,003 oC /W
60.1

Besar tahanan panas pada fouling setebal 2 mm per m2,


adalah
L2
R   2x103
2
k2 .A2  0,001 oC /W
20.1

Maka laju aliran panas total pada dinding dan fouling :


( T 1 −T 3 ) ( 150−30 ) ( 120 ) W
q= = = =60.000
R 1−R2 R1−R 2 0,002 m2
c. Temperatur antara plat dan kotoran (T2), assumsi bahwa laju aliran panas konstan :
q/A = q1/A1 = q2/A2 = konstan

 Laju aliran panas pada dinding plat baja :

q1 (T1  T2
A1  ) T  40.000o C
R1 2

Atau :

 Laju aliran panas pada fouling :

q2 (T2  T3
)  T2 40.000o C
A2 R12

Perpindahan Panas Dasar/Komarudin 22


2.2.1.3. Konduksi kalor pada Dinding datar Berlapis Paralel

Besar Laju aliran kalor :

(T1  T2 ) (2.11)
q Rtotal
Besar Tahanan Kalor Total :

(2.12)

(2.13)

Gambar 2. 5. Laju aliran kalor pada dinding datar berlapis paralel

2.2.1.4. Konduksi kalor pada Dinding datar Berlapis Seri Paralel

Besar Laju aliran kalor :

(T1  T3 )
q Rtotal

Besar Tahanan Kalor Total :

(2.14)

Dimana :

Gambar 2.6. Laju aliran kalor pada dinding datar


berlapis seri paralel

Jika diperhitungkan terhadap laju aliran kalor menuju lingkungan bagian luar dinding dimana
dilalui oleh udara sekeliling, seperti tampak pada gambar 6, maka analisa perhitungan

Perpindahan Panas Dasar/Komarudin 23


dilakukan dengan menambahkan besarnya tahanan panas secara konveksi pada udara
sekeliling tersebut.

Konveksi udara

Gambar 2.7. Laju aliran kalor pada dinding datar berlapis seri parallel dan Konveksi udara

Maka besar tahanan panas totalnya menjadi :

(2.15)

Dan tahanan masing‐masing adalah :

Maka besar laju aliran totalnya menjadi (T1  T )


q Rtotal
:

Perpindahan Panas Dasar/Komarudin 24


Tugas :
Sebuah pembangkit listrik tenaga batubara, menggunakan sebuah dinding tungku terdiri
dari refraktori tebal 125‐mm‐ dan batu bata tahan api isolasi tebal 125‐mm, dipisahkan
oleh sebuah airgap seperti ditunjukkan pada Gambar 2.8. Dinding luar ditutupi plester
dengan ketebalan 12mm. Temperatur permukaan dalam dari dinding adalah 1100 ◦C, dan
suhu ruang adalah 25 ◦ C. Koefisien perpindahan panas dari luar dinding permukaan
ruangan ke udara adalah 17 W/m2 K, dan resistensi untuk memanaskan aliran airgap
adalah 0,16 K / W. Termal konduktivitas masing‐masing dari refraktori adalah batu bata
tahan api, isolasi, dan plester adalah 1,6; 0,3; dan 0,14 W / m K,.Hitung :
1. Kehilangan panas per satuan luas permukaan dinding.
2. Suhu di setiap antarmuka di seluruh dinding.
3. Suhu di permukaan luar dinding.

Gambar 2.8. Lapisan Dinding Tungku pada Pembangkit Listrik

2.2.2. Konduksi pada Sistim Radial (Silinder/Pipa)


2.2.2.1. Konduksi pada Sistim Radial (Silinder/Pipa)
Perhatikan gambar2.9, terlihat suatu silinder dengan panjang L dan radius bagian
dalam r1 , radius bagian luar r2 . Temperatur bagian dalam silinder t1 dan bagian luar t2.

dr

Gambar 2.9. Laju aliran kalor radial pada Silinder/Pipa

Perpindahan Panas Dasar/Komarudin 25


Diasumsikan kalor mengalir pada arah radial sepanjang L, maka luas bidang aliran kalor
dalam sistim silinder ini adalah :
(2.16)

Dari Hukum Fourier laju perpindahan kalor secara radial pada sebuah silinder/pipa adalah :

(2.17)

Luas bidang aliran kalor Ar disubtitusikan ke dalam persamaan diatas, sehingga menjadi :
dt
q  k.2 .r.L
(2.18)
dr

Persamaan diintegrasikan sesuai kondisi batas dimana laju aliran merambat dari titik 1 ke
titik 2 jika t1>t2 :
Pada : r=r1, T(r1) = T1 dan r=r2 , T(r2) = T2, maka akan menghasilkan :
dr
q r  k.2 (2.19)
r2 dr .L.dt
t2
 k.2
 q
r .L  dt
rr1 tt1
r
q.ln 2
 k.2 .L.(t2  t1 )
r1

Karena : t >t , maka laju aliran kalor : 2 .k.L.(t1  t2 (2.20)


)q 
1 2
r
ln r21
Analogi listrik, konsep tahanan panas : r2
ln
Rcyl  r1 (2.21)
2 .k .
L

Gambar 2.10. Analogi Listrik


Pada Aliran Radial Maka Laju
aliran kalor
menjadi :

Perpindahan Panas Dasar/Komarudin 26


(t1  t2 )
q Rcyl
(2.22)

Perpindahan Panas Dasar/Komarudin 27


2.2.2.2. Konduksi pada Sistim Radial (Silinder/Pipa) Berlapis
Untuk analisa silinder yang mempunyai lebih dari satu dinding, dapat digunakan
konsep tahanan kalor/termal. Sekarang diandaikan suatu dinding silinder dilapisi oleh dua
lapisan isolasi untuk mencegah kalor keluar ataupun masuk seperti pada gambar 2.11a
dan 2.11b di bawah ini.

Gambar 2.11a. Laju Aliran kalor pada silinder berlapis


dan Tahanan kalor

r1 = Jari‐jari dalam
silinder r2 = Jari‐jari luar
silinder
= Jari‐jari dalam isolasi
r3= Jari‐jari luar isolasi

Gambar 2.11b. Laju Aliran kalor pada silinder berlapis

Persamaan Fourier untuk kasus ini jika laju aliran kalor konstan, dapat ditulis :

q = q1 = q2 = konstan (2.23)

Dari persamaan diatas dapat kita lihat bahwa tahanan termal ( R ) untuk dinding berlapis,
masing masing adalah :

Tahanan panas pada silinder : (2.24)

Tahanan panas pada lapisan/isolasi : (2.25)

:  t3 )
(t1 Rtotal
laju aliran kalor total q
Perpindahan Panas Dasar/Komarudin 28
(t1  t3 )
RA  RB (2.26)

Perpindahan Panas Dasar/Komarudin 29


Contoh Soal 2.3. Perpindahan Panas konduksi radial
Suatu tabung berdinding tebal terbuat dari baja tahan karat (1.8% Cr, 8% Ni, k = 19
W/m.oC) (gambar 12), dengan diameter dalam dan luar masing –masing 3.5 cm dan 4 cm,
dibalut dengan isolasi asbes setebal 3 cm (k = 0.2 W/m. oC). Jika didalam tabung dialiri uap
sehingga suhu didinding dalam 600 oC dan suhu dinding luar isolasi 100 oC, hitunglah kalor
yang diserap oleh tebal lapisan per meter panjang?.

Gambar 2.12. Tabung berisi uap mengalir pada silinder berisolasi

Penyelesaian :
Diketahui bahwa besar laju aliran kalor total pada silinder berlapis :

(t1  t3 ) (t1  t3 )
q RA  RB

Dimana : Rtotal
 Bahan tabung terbuat dari baja tahan karat; kb = 19 W/oC.m
 Diameter dalam tabung (di) = 3,5 cm = 3,5x10‐2 m
 Diameter luar tabung (do) = 4 cm = 4x10‐2 m
 Tebal isolasi (t) = 3 cm = 3x10‐2 m
 Bahan isolasi memiliki konduktivitas panas (ki) = 0,2 W/oC.m
 Temperatur dinding dalam tabung (t1) = 600oC
 Temperatur dinding luar isolasi (t3) = 100oC

Besar tahanan kalor pada masing‐masing dinding per meter :

 Pada tabung :

4x102
ln
3,5x102 o
C
RA  
2 .1,9.1 W
0,133/11,932 = 0,011
 Pada isolasi :

Perpindahan Panas Dasar/Komarudin 30


r3 = jari‐jari luar isolasi = r2 + tebal isolasi
= (4x10‐2)/2 + 3x10‐2
= 5x10‐2 m
ln 5x102 o
Maka : 2x102 C
Maka :
RB  ..........
2 .10,2.1 W
0,916/64,056 = 0,014
 Jadi besar tahanan kalor total : Rtotal = RA + RB
 Dengan demikian Besar laju aliran kalor total yang diserap per meter panjang:
q (t1  t3 ) (t1  t3 )

 RA  RB
L Rtotal

q (600  100) W
L Rtotal .......... m
500/0,025 = 20.000
Sama halnya dengan laju aliran kalor konduksi pada dinding datar, jika memperhitungkan
pengaruh fluida didalam maupun udara diluar, maka besar laju aliran kalornya
diperhitungkan terhadap laju konveksi fluida didalam maupun udara diluar yaitu :

Gambar 2.13a. Tabung berisi uap mengalir pada silinder berisolasi dan pengaruh konveksi
uap dan konveksi udara

Gambar2.13b. Tahanan panas pada konduksi konveksi


Perpindahan Panas Dasar/Komarudin 31
2.2.2.3. Konduksi pada Sistim Radial (Bola)
Secara prinsip untuk laju aliran kalor pada benda berbentuk bola sama dengan laju
aliran kalor pada silinder/pipa, hanya untu tahanan kalor dan luas penampangnya adalah
sebagai berikut :

 Luas penampang bola : A = 4.π.r2 (2.27)

 Untuk tahanan kalor : Rsph  r2  r1 (2.28)


4r1r2
k

2.2.2.4. Tebal kritis Isolasi


Sekarang perhatikan suatu lapisan isolasi yang dipasang pada pipa, seperti pada
gambar14, di bawah ini.

Gambar 2.14. Pipa yang diisolasi

Temperatur permukaan bagian dalam isolasi t1, sedangkan temperatur permukaan luar
isolasi t2 dan temperatur fluida luar adalah t3. Persamaan untuk aliran kalor pada isolasi
adalah :

(2.29)

Sekarang kita olah persamaan ini untuk menentukan jari jari permukaan luar isolasi r3 agar
perpindahan kalor maksimum. Kondisi maksimum adalah :
dq
 2 2L 1 k
(t1  t ( ) (2.30)
)  0
dr2 r2
[(ln ) ] 2 h, r2 2
r2 hr
 k 2

r1

Yang menghasilkan jari‐jari kritik isolasi untuk silinder/pipa : (2.31)


Perpindahan Panas Dasar/Komarudin 32
Untuk jari‐jari kritik pada bola adalah : (2.32)

Perpindahan Panas Dasar/Komarudin 33


Persamaan terakhir ini adalah persamaan untuk jari jari kritis isolasi. Jika jari jari luar
kurang dari nilai yang diberikan oleh persamaan ini maka perpindahan kalor akan
meningkat dengan penambahan tebal isolasi. Untuk jari jari luar yang lebih dari nilai
persamaan ini, pertambahan tebal isolasi akan mengurangi perpindahan kalor yang
terjadi. Konsep intinya adalah bahwa untuk nilai h yang cukup kecil, rugi kalor konveksi
mungkin meningkat karena penambahan tebal isolasi.

Gambar 2.15. Gambar menunjukan perubahan nilai tebal isolasi terhadap laju aliran kalor

Contoh nilai R pada berbagai macam isolasi.

Tabel 2.1. Nilai “R” pada berbagai variasi tebal isolasi


Insulation Thickness “R‐Value” (m2 ˚C/W)
Extruded Polystyrene 3.8 cm 1.3
Expanded Polyurethane 1.3 cm 0.6
Expanded Polyurethane 3.2 cm 1.6
Fiberglass 8.9 cm 2.1

Contoh Soal 2.4. Jari‐jari kritik isolasi


Hitunglah jari‐jari kritik isolasi asbes (k=0.17 W/m. oC) yang membalut pipa yang terkena
udara kamar yang suhunya 20 oC dengan h=3.0W/m2.oC. Hitunglah rugi kalor persatuan
panjang dari pipa yang diameternya 5.0 cm dan suhunya 200 oC jika dibalut dengan isolasi
pada jari‐jari kritik, dan tanpa isolasi

Penyelesaian :
0,17
Jari‐jari kritik isolasi :  0,057m  5,67cm
= 3,0

Jari‐jari dalam isolasi :

Perpindahan Panas Dasar/Komarudin 34


Maka laju perpindahan kalor dengan isolasi per satuan panjang :
q 2 (200 
20)  106.7W / m
L 5.67
ln( )
2.5  1
0.17 0.0507x3.0

Tanpa, isolasi konveksi dari permukaan luar pipa :


q
 hx2r(T  T )  3.0x2x0.025(200  20)84.8W / m
i o
L
Jadi jika ditambahkan isolasi setebal 3.17 cm, perpindahan bertambah 2.5 %.

Contoh Soal 2.5. Jari‐jari kritik isolasi


Sebuah kawat listrik berdiameter 3,5‐mm‐ dan panjang 5‐m‐ terbungkus isolasi plastic
dengan tebal 2‐mm yang konduktivitas termalnya k=0,15 W/m∙ oC. Kawat tersebut dilalui
arus listrik yang pada pengukuran menunjukkan 10A, dan tegangan sebesar 8V. Jika
temperature bagian luar isolasi tersebut 30 oC dan koefisien perpindahan panas konveksi
udara h= 12 W/m2∙oC, tentukan suhu pada antarmuka kawat dan isolasi plastik jika
beroperasi tetap. Dan hitung pula apakah dengan penggandaan ketebalan isolasi penutup
akan meningkatkan atau menurunkan temperatur antarmuka.

Gambar 2.16. Batang kawat berarus listrik yang diisolasi

Penyelesaian :
Seperti dijelaskan diatas bahwa analogi listrik itu sama dengan panas, maka dengan
demikian besarnya daya listrik sama dengan panas, sehingga :

Jika : P = daya listrik (Watt)


q = laju aliran kalor/panas (W)

Maka : P = q = V.I dimana : V = tegangan potensial (Volt)


I = arus listrik (Ampere)
Diketahu bahwa : d = diameter kawat = 3,5 mm = 3,5x10‐3 m
L = panjang kawat = 5
m I = 10 Ampere

Perpindahan Panas Dasar/Komarudin 35


V = 8 Volt

Perpindahan Panas Dasar/Komarudin 36


Sehingga : P = 8 . 10 = 80 Watt
Tahanan kalor total pada kawat pada luas penampang yang dialiri arus listrik sepanjang L
dan udara disekelilingnya adalah :

Maka temperature antar muka dapat dihitung dari Laju aliran panas total :

Jari‐jari kritik isolasi :


Maka jari‐jari isolasi plastik yang lebih besar mencapai 12,5 mm akan meningkatkan
ketebalan isolasi plastik sehingga akan meningkatkan transfer panas sampai radius luar.
Akibatnya, laju perpindahan panas q akan meningkat
ketika suhu T1 antarmuka dipertahankan konstan, atau T1 akan menurun jika q tetap
konstan.

2.2.3. Tahanan Kontak Panas/Termal/Kalor


2.2.3.1. Pada Bidang Datar
Pada analisis laju aliran konduksi sistim yang berlapis secara nyata terjadi kontak
antar permukaan padat bidangnya baik pada bidang datar maupun pada sistim
sambungan antar silinder ataupun pipa. Mekanisme fisik tahanan kontak akan lebih
dipahami jika kita periksa sambungan itu secara lebih teliti seperti terlihat pada Gambar
17 dan 21. Untuk memudahkan pembahasan, kekasaran permukaan di sini dibuat lebih
besar dari yang sebenarnya. Tidak ada permukaan yang benar‐benar halus, dan kekasaran
permukaan itulah yang diperkirakan memegang peranan penting dalam penentuan
tahanan kontak. Ada dua unsur pokok yang menentukan perpindahan kalor pada
sambungan:

1. Konduksi antara zat padat dengan zat padat pada titik‐titik Singgung
2. Konduksi melalui gas yang terkurung pada ruang‐ruang lowong yang terbentuk
karena persinggungan itu.

Faktor kedua ini diperkirakan memberikan tahanan utama terhadap aliran kalor, karena

Perpindahan Panas Dasar/Komarudin 37


konduktivitas gas itu sangat kecil dibandingkan dengan zat padat.

Perpindahan Panas Dasar/Komarudin 38


Gambar 2.17. Bidang Kontak Antar Permukaan dari 2 Sistim Bidang Datar

Pengaruh yang terjadi pada bidang tersebut terjadinya penurunan temperature yang
secara tiba‐tiba pada sistim laju aliran kalornya seperti terlihat pada gambar 2.17, diatas
akibat adanya rongga/gap yang terbentuk antar permukaannya yang men. Jadi,
rongga/gap yang terbentuk antar permukaan unit daerah pada bidangnya disebut sebagai
tahanan/resistensi kontak termal, Rc dan nilainya Rc ditentukan melalui eksperimental.
Jika perpindahan panas melalui dua batang logam mempunyai luas penampang A yang
yang ditekan terhadap satu sama lain maka perpindahan panas melalui antarmuka dari
kedua bidang adalah jumlah laju aliran panas melalui tempat kontak yang solid dengan
bidang di daerah rongga/gap noncontact dan dapat dinyatakan sebagai :
(2.33)

Dimana : A = luas antar muka dari dua bidang


ΔT = Beda temperature antar muka
hc = Koefisien perpindahan panas konveksi yang disebut sebagai
Konduktansi kontak termal dan besarnya dihitung dengan persamaan
sebagai berikut.

Faktor ini sangat penting dalam berbagai penerapannya karena banyak sekali situasi
perpindahan kalor yang menyangkut persambungan dua bahan.

Dan Tahanan Kontak Termalnya :

Perpindahan Panas Dasar/Komarudin 39


Tabel 2.2.

Gambar 2.18. Efek Pelapisan Metal pada


Konduktansi kontak termal
Tabel 2.3.

Perpindahan Panas Dasar/Komarudin 40


Contoh Soal 2.6. Bidang Kontak Termal
Konduktansi termal kontak pada antarmuka dua pelat aluminium terukur 11.000 W/m 2∙oC
pada ketebalan 1‐cm‐ dan koefisien perpindahan panas konduksi 237 W/m. oC. Tentukan
ketebalan dari pelat aluminium tersebut yang termal resistensinya adalah sama dengan
resistansi termal dari antarmuka antara pelat (Gambar 2.19).

Gambar 2.19a. Skematik soal 6

Penyelesaian :
Perhatikan bahwa resistansi kontak termal adalah invers dari kontak termal
konduktansi, dimana resistansi kontak termal adalah :

Untuk luas permukaan unit, tahanan termal dari pelat datar didefinisikan sebagai :

di mana L adalah ketebalan pelat dan k adalah konduktivitas termal. Dimana


R = Rc, maka tebal setara ditentukan dari hubungan di atas menjadi :

Gambar 2.19b. Skematik soal 6

Perpindahan Panas Dasar/Komarudin 41


Contoh Soal 2.7. Bidang Kontak Termal
Empat transistor daya ditempatkan pada casing aluminium yang satu sisinya melekat pada
pelat tembaga persegi 20‐cm x 20‐cm dan tebalnya 1‐cm‐ (k 386 W/m∙oC) diikat sekrup
dengan pada tekanan rata‐rata 6 MPa (Gambar 20). Luas daerah basis dari masing‐masing
transistor adalah 8 cm2, dan masing‐masing transistor ditempatkan di pusat 10‐cm x 10‐
cm dari seperempat bagian pelat. Kekasaran antarmuka diperkirakan sekitar 1,5 µm.
Semua transistor ditutupi oleh lapisan kaca tebal, dan memiliki konduktor panas yang
buruk, dengan demikian semua panas yang dihasilkan pada perpotongan jari‐jari
transistor harus hilang ke lingkungan pada 20 °C melalui permukaan belakang dari plat
tembaga. Gabungan koefisien perpindahan panas konveksi dan radiasi di permukaan
belakang diasumsikan 25 W/m2∙oC. Jika suhu transistor tidak melebihi 70 oC,. Tentukan
kehilangan daya maksimum pada masing‐masing transistor dan suhu antar muka pelat.

Gambar 2.20. Skematik soal 7

Penyelesaian :
Properties tembaga pada konduktivitas termal sebesar k=386 W/m∙oC. Konduktansi
kontak termal hc = 42.000 W/m2∙oC, sesuai dengan kekasaran antarmuka tembaga‐
aluminium 1,4 µm (pada kasus 1,5 µm dan 6 MPa) dan tekanan 5 Mpa.

Diketahui :
Luas area kontak antara pelat 8 cm2, dan luas pelat untuk setiap transistor adalah 100
cm2. Jaringan resistansi termal terdiri dari tiga resistensi dalam seri (antarmuka, pelat, dan
konveksi), sehingga :

Perpindahan Panas Dasar/Komarudin 42


Total Tahanan Panas/Kalor/Termal :

Perhatikan bahwa hambatan termal dari pelat tembaga yang sangat kecil dan dapat
diabaikan. Maka laju perpindahan panas menjadi :

Oleh karena daya transistor tidak boleh dioperasikan lebih besar dari 12,4 W, dan suhunya
tidak melebihi 70 oC. Sehingga suhu pada antarmuka ditentukan dari,

Jadi jika kita menghilangkan resistansi kontak termal pada antarmuka sepenuhnya, maka
akan menurunkan suhu operasi transistor kurang dari 0,4 oC

2.2.3.2. Pada Bidang Silinder/Pipa


Dua batang padat yang dihubungkan satu sama lain seperti pada Gambar 2.21a,
konduktivitas termal kedua bahan mungkin berbeda. Sisi batang itu diisolasi, sehingga
aliran kalor hanya berlangsung dalam arah aksial (sejajar poros), maka fluks kalor yang
melewati kedua bahan itu dalam keadaan‐stedi (steady state). Pengalaman menunjukkan
bahwa profil suhu pada kedua bahan itu ialah kira‐kira seperti pada Garnbar 2.21b.
Penurunan suhu secara tiba‐tiba tetapi jika sisinya diisolasi, pada bidang 2, yaitu bidang
kontak antara kedua bahan adalah disebabkan oleh tahanan kontak termal (thermal
contact resistance).

Gambar 2.21b. Pengaruh kekasaran


Permukaan terhadap
Tahan kontak termal

Gambar 2.21a. Efek tahanan kontak termal dan prufil suhu


Perpindahan Panas Dasar/Komarudin 43
Dengan memberi tanda Ac untuk bidang kontak dan Au untuk bidang lowong, maka
dapatlah kita menuliskan aliran kalor melintasi sambungan itu sebagai berikut :
T2 A  T2
q  k A T2 A  T2  T2 A  T2 (2.34)
B
B B

Lg  Lg 1
f v
Lg
2k A 2kB Ac hc A
Ac
Di mana :
Lg ialah tebal ruang lowong
kf konduktivitas termal fluida yang mengisi ruang lowong
A ialah Luas penampang total batangan itu
hc koefisien kontak,
Dengan menyelesaikan persamaan tersebut diperoleh besar hc :
1  Ac 2kAkB
hc   Av  (2.35)
k L A k 
 k f
g  A B A 

Dalam kebanyakan hal, fluida yang mengisi ruang lowong ialah udara, dan kf kecil
dibanbandingkan dengan kA dan kB. Jika bidang kontak kecil, tahanan termal utama ialah
yang disebabkan oleh ruang lowong. Teori yang sederhana ini ada masalahnya, yaitu nilai‐
nilai efektif Ac , Av , dan Lg untuk permukaan kontak sangat sulit menentukannya.
Dari model fisik di atas, dapatlah kita tarik kesimpulan sementara :
1. Tahanan kontak meningkat jika tekanan gas sekitar diturunkan hingga di bawah
nilai di mana lintasan bebas rata‐rata (mean free path) molekul besar dibandingkan
dengan dimensi karakteristik ruang lowong itu, karena konduktans termal efek
(effective thermal conductance) gas yang terkurung akan menurun pada keadaan ini.
2. Tahanan kontak menurun jika tekanan sambungan ditingkatkan, karena hal ini
akan mengakibatkan deformasi kontak, dan dengan demikian memperluas bidang
kontak antara kedua zat padat.

Contoh Soal 2.8. Bidang Kontak Termal


Dua buah batangan baja tahan‐karat, diameter 3,0 cm, panjang 10 cm, mempunyai per
mukaan yang digerinda, dan terbuka ke udara. Kekasaran permukaan ialah kira‐kira μm.
Jika kedua permukaan ditekankan satu sama lain dengan tekanan 50 atm, dan gabung dua
batangan itu diberi beda suhu 100°C, hitunglah aliran kalor aksial dan beda suhu antara
kedua muka kontak, jika k bahan 16.3 W/m.oC

Penyelesaian :
Aliran kalor menyeluruh mengalami tiga macam tahanan termal, yaitu satu tahanan
konduksi untuk masing‐masing batangan, dan satu tahanan kontak. untuk masing‐masing
batangan.

Tahanan thermal dua permukaan batang sepanjang 10 cm :

Rth  x 0.01
kA   2

Perpindahan Panas Dasar/Komarudin 44
o
C /W
16.3x 0.03
4

Perpindahan Panas Dasar/Komarudin 45


1 4

Tahanan kontak antara batang (konveksi) : Rc   5.28x10 o


.......... C / W

hc A x0.03
2

4
Jadi tahanan thermal total : ΣRth = 2Rth + Rc =..........oC/W

Dan aliran kalor menyeluruh :


q T 100
 ........W
 Rt
h

Beda temperatur :
Tc  Rc xTh  ...........o C
Rth

2.2.4. Sistim Sirip (Fin Sistem)


2.2.4.1. Laju Perpindahan Panas Pada Sistim Sirip (fin)
Kalor yang dihantarkan melalui benda sering harus dibuang (atau
diserahkan)melalui proses konveksi. Umpamanya, rugi kalor karena konduksi melalui
dinding tanur harus dibuang melalui konveksi, atau Permukaan‐permukaan menonjol atau
sirip (fin) tersebut dapat pula digunakan untuk menambah luas Permukaan efektif untuk
perpindahan panas secara konveksi dalam Heat Exchanger, motormotor bakar dan lain‐
lain.
Dalam alat penukar kalor diterapkan susunan tabung sirip (finned‐tube) untuk
Membuang kalor dari cairan panas. Perpindahan kalor dari 2 cair ke pipa bersirip
berlangsung dengan konveksi. Kalor dihantarkan melalui bahan, dan akhirnya dilepaskan
ke lingkungan melalui konveksi. Jadi, jelaslah bahwa dari segi praktis, analisa sistem
konduksi‐ konveksi itu sangat penting.
Perhatikan suatu sirip satu dimensi yang bersinggungan dengan fluida lingkungan yang
suhunya T∞ seperti terlihat pada Gambar 22. Suhu di dasar sirip ialah To. Pendekatan
terhadap masalah dilakukan dengan membuat neraca energi untuk unsur sirip setebal dx
seperti terlil pada gambar tersebut. Jadi,

Energi masuk di muka kiri = energi keluar di muka kanan + energi hilang karena konveksi

Kita ingat persamaan dasar untuk koefisien perpindahan kalor sekeliling lingkungan yaitu :
q = hA(Tw ‐ T∞) (2.36)

Perpindahan Panas Dasar/Komarudin 46


Gambar 2.22. Sistim Sirip pada satu dimensi
yang bersinggungan dengan udara

Perpindahan Panas Dasar/Komarudin 47


di mana luas bidang di dalam persamaan ini ialah luas permukaan untuk konveksi. Kalau luas‐
penampang sirip ialah A, dan kelilingnya P, maka kuantitas energi ialah :
qx dT
• Energi masuk di muka kiri =  kA
x dx
q  kA dT ]
• Energi masuk di muka kanan =
x  dx dx xdx
• Energi hilang karena konveksi = h.P.Ax.(T ‐ T∞),

Dimana P = keliling = 2 (W+t)

Di sini terlihat bahwa diferensial luas muka konveksi ialah hasil perkalian keliling sirip
dengan diferensial panjang dx. Jika besaran‐besaran itu digabungkan, maka dari neraca
energi kita peroleh :
dT dT dT dT
 kA  [kA  (kA )dx]  hpdx(T  (2.37)
T)
dx dx dx dx

Bentuk baku dari persamaan differensial orde kedua :


d 2T 2

dx2  m (T  (2.38)
T)
m  hP
Dimana : 2 hP atau (2.39)
m  kA kA

Penyelesaian umum : T ‐ T∞= C1e‐mx + C2emx (2.40)

Menentukan C1 dan C2 :
Syarat‐syarat batas : T = Tb pada x=0

Tb ‐ T∞= C1 eo + C2 eo

Tb ‐ T∞= C1 + C2 (2.41)

a. Kasus 1 : Sirip sangat panjang, dan suhu di ujung sirip sama dengan fluida

sekitar. X ∞ T = T∞ Tb ‐ T∞= C1 e‐∞ + C2 e∞ = 0 (2.42)

Syarat‐syarat batas dipenuhi hanya jika C1 = 0 dari C1 = Tb ‐ T∞

Distribusi temperatur : Tb ‐ T∞= (T ‐ T∞) e‐mx (2.43)

Laju aliran panas dari sirip ke fluida dapat diperoleh dengan 2 cara.
1. Panas yang mengalir melintasi sirip dengan cara konduksi
2. Harus diteruskan dari permukaan batang

ke fluida dengan cara konveksi.
dT
Perpindahan Panas Dasar/Komarudin 48
qsirip  kA ]x0   hP(T  T)dx (2.44)
dx 0

Perpindahan Panas Dasar/Komarudin 49


Dari : T ‐ T∞ = (Ts ‐ T∞) e ‐mx , dT = (Ts ‐ T∞) e ‐mx (‐m) dx dT
 m(Ts  Tw)emx
dx

Maka untuk x= 0, qsirip  kA[m(Ts  T)e(m)0 ] x0 (2.45)


Atau dengan cara lain 

:
 hP(T  T)e
mx
qsirip  dx
0
hP mx 
q
sirip(Ts  T)e] 0
m
Dengan demikian laju aliran kalor/panas pada batang sirip :

qsirip  hPkA(Ts  (2.46)


T)

Kasus 2 : Ujung sirip diisolasi sehingga dT/dx = O.

Syarat‐syarat batas kedua bahwa gradient suhu pada x = L yang mempunyai harga nol :

Ts 
C
T dan Ts  T
C2 
1
1 e2mL 1 e2mL

Ts  T  (Ts  T) emx e mx )


( 
1 e2mL 1 e2mL
Selanjutnya dapat diperoleh laju aliran panas dari batang sirip :
dT
qsirip  kA ]
x0
 hPkA(Ts  T) (2.47)
dx tanh(mL)

Gambar 2.23. Distribusi temperature sepanjang L

Perpindahan Panas Dasar/Komarudin 50


Gambar 2.24. Gradient Temperatur Sistim Sirip pada pelepasan kalor ke lingkungan

Panjang koreksi sistim sirip.


Cara praktis untuk menghitung kehilangan panas dari ujung sirip adalah untuk
menggantikan sirip panjang L dalam hubungan untuk kasus ujung terisolasi dengan
panjang dikoreksi didefinisikan sebagai (Gambar 2.25)
Panjang Koreksi sirip Lc yang didefinisikan bahwa laju perpindahan panas dari sirip dengan
panjang Lc dengan ujung terisolasi adalah sama dengan panas laju perpindahan dari panjang
L sirip actual/sebenarnya dengan konveksi di ujung sirip

Perpindahan Panas Dasar/Komarudin 51


Gambar 2.25. Panjang Koreksi sirip Lc dengan ujung terisolasi

Panjang koreksi sirip :

(2.48)
Dimana Ac adalah luas penampang dan p adalah keliling sirip di ujung.
Dengan mengalikan persamaan diatas dengan keliling memberikan A koreksi = Asirip lateral +
Aujung, yang menunjukkan bahwa luas sirip ditentukan dengan menggunakan panjang koreksi
adalah setara dengan jumlah luas lateralis ditambah sirip daerah ujung sirip.
Pendekatan Panjang dikoreksi memberikan hasil yang sangat baik ketika variasi
suhu dekat ujung sirip kecil (yang terjadi ketika mL≥1) dan koefisien perpindahan panas di
ujung sirip hampir sama dengan yang di lateralis permukaan sirip. Oleh karena itu, sirip
mengalami konveksi di ujung sirip dan terisolasi dengan mengganti panjang sirip aktual
oleh panjang koreksi persamaan‐persamaan sebelumnya.
Menggunakan hubungan yang tepat untuk Ac dan p, panjang koreksi untuk
sirip silinder menjadi :

(2.49)
dimana t adalah ketebalan sirip persegi panjang dan D adalah diameter
sirip silinder.

Perpindahan Panas Dasar/Komarudin 52


Gambar 2.26. Sistim Sirip plat tipis pada Radiator kendaraan
(photo oleh : Yunus Cengel dan James Kleiser)

Gambar 2.27. Berbagai bentuk Sistim Sirip

Perpindahan Panas Dasar/Komarudin 53


2.2.4.2. Efisiensi Sistim Sirip
Kinerja (Performance) sirip sering dinyatakan dalam effisiensi sirip (η r), yaitu yang
menunjukan efektifitas sirip dalam memindahkan kalor tertentu. Besar efisiensi sirip
dihitung dengan persamaan :

panas yang sebenarnya dipindahkan oleh sirip


 
r
panas yang dipindahkan jika suhu seluruh sama dengan suhu dasar sirip

(2.50)

Gambar 2.29. Sirip meningkatkan transfer panas dari permukaan dengan meningkatnya luas
permukaan

Untuk sirip pena berpenampang lingkaran yang garis tengahnya D dan panjangnya L
dengan ujung yang berisolasi adalah :

 4L2h 
tanh kD (2.51)
 
f 
 4L2h 
 kD 
 

Untuk sirip yang berpenampang segi empat (panjang L dan tebal t) dengan ujung ber‐isolasi
adalah :
 hPL2 
tanh kA
 (2.52)
  
f
hPL2 
kA 
Perpindahan Panas Dasar/Komarudin 54
 

Perpindahan Panas Dasar/Komarudin 55


Jika sirip segiempat tersebut adalah panjang, tebal dan tipis maka :
tanh  2h (L  t 
P 2 kt 2
 f   
A t  2h (L  t 
(2.53)
 kt 2


Untuk sirip yang panjang Lc : Lkonveksi = L + (t/2) (untuk ujung isolasi)

Dan,

Dimana :
Sirip segiempat mempunyai effisiensi yang lebin tinggi dari pada sirip segitiga yang sama
panjangnya, tetapi sirip segiempat memakai bahan dua kali lebih banyak dari pada sirip
segitiga. Dalam praktek, penambahan sirip diperlukan jika >>> 1.

Gambar 2.30. Distribusi temperatur

Perpindahan Panas Dasar/Komarudin 56


pada sistim sirip

Gambar 2.31. Nilai efisiensi sirip bulat, segi empat dan segi tiga dengan lebar w

Gambar 2.32. Nilai efisiensi sirip bulat dengan pajang L dan tebal t konstan

Perpindahan Panas Dasar/Komarudin 57


2.2.4.3. Efektivitas Sistim Sirip
Sirip digunakan untuk meningkatkan laju perpindahan panas, dan penggunaan sirip
pada permukaan tidak dapat dianjurkan kecuali untuk peningkatan laju perpindahan
panas dapat dibenarkan sehingga menimbulkan tambahan biaya dan kompleksitas yang
terkait dengan sirip. Bahkan, tidak ada jaminan bahwa menambahkan sirip di permukaan
akan meningkatkan laju perpindahan panas. Kinerja sirip dinilai berdasarkan peningkatan
dalam laju perpindahan panas relatif terhadap kasus‐kasus sirip yang ada. Kinerja sirip
dinyatakan dalam efektivitas sirip yang didefinisikan sebagai berikut.

(2.54)

Dimana : Ab = luas permukaan sirip


qno fin = laju aliran panas tanpa sirip

Perpindahan Panas Dasar/Komarudin 58


Gambar 2.33. Efektifitas Sirip

Efektivitas Sirip Ɛfin=1, menunjukkan bahwa penambahan sirip ke permukaan tidak


mempengaruhi laju perpindahan panas sama sekali. Artinya, panas dilakukan untuk sirip
melalui luas Ab adalah sama dengan panas yang dipindahkan dari luas A b sama dengan
media sekitarnya. Efektivitas Sirip Ɛfin<1 menunjukkan bahwa sirip sebenarnya berfungsi
tindak sebagai isolasi, yang memperlambat laju perpindahan panas dari permukaan. Ini
situasi dapat terjadi ketika sirip terbuat dari bahan yang digunakan memiliki konduktivitas
termal yang rendah. Efektivitas Sirip Ɛfin>1, menunjukkan bahwa sirip dapat meningkatkan
laju perpindahan panas dari permukaan, sebagaimana seharusnya. Namun, penggunaan
sirip tidak dapat dibenarkan kecuali Ɛfin sirip lebih besar dari 1.
Permukaan bersirip dirancang pada dasarnya memaksimalkan efektivitas dengan
biaya tertentu atau efektifitas untuk meminimalkan biaya yang diinginkan. Perhatikan
bahwa baik efisiensi dan efektivitas sirip‐sirip terkait dengan kinerja dari sirip, tetapi
dengan jumlah yang berbeda. Namun, dengan hubungan satu sama lain ditulis dengan
persamaan :

(2.55)

Oleh karena itu, efektifitas sirip dapat ditentukan dengan mudah ketika efisiensi sirip
diketahui, atau sebaliknya. Tingkat perpindahan panas dari sirip yang cukup panjang
penampang dan seragam dalam kondisi stabil diberikan oleh Persamaan sebelumnya.
Mensubstitusikan hubungan persamaan‐persamaan sebelumnya dengan yang terakhir
diatas, efektivitas untuk sirip panjang menjadi :

(2.56)

Perpindahan Panas Dasar/Komarudin 59


Ketika : Ab=Ac dalam kasus ini. Dapat ditarik kesimpulan penting dari beberapa
hubungan efektivitas sirip di atas untuk dipertimbangkan dalam desain dan pemilihan dari
sirip:
1. konduktivitas termal (k) dari bahan sirip harus setinggi mungkin. Jadi kebetulan
bahwa sirip yang terbuat dari logam, dengan
tembaga, aluminium, dan besi menjadi yang paling umum,
sirip yang paling banyak digunakan adalah terbuat dari aluminium karena biaya
rendah dan berat badan dan ketahanan terhadap korosi.
2. Rasio keliling penampang sirip p/Ac harus setinggi mungkin. Kriteria ini banyak
pada oleh sirip pelat tipis dan sirip pin ramping.
3. Penggunaan sirip yang paling efektif dalam aplikasi yang melibatkan koefisien
perpindahan panas konveksi rendah. Dengan demikian, penggunaan sirip yang
dibenarkan ketika medianya adalah gas bukan cairan dan laju perpindahan panas
oleh konveksi alamiah bukan oleh konveksi paksa. Oleh karena itu, kebetulan
bahwa dalam cairan‐ke gas seperti penukar panas sebagai radiator mobil, sirip
ditempatkan pada sisi gas.
Ketika menentukan laju perpindahan panas dari permukaan yang bersirip, kita harus
mempertimbangkan bagian permukaan yang tak bersirip serta permukaan yang
bersirip. Oleh karena itu, laju perpindahan panas untuk permukaan yang mengandung
sejumlah n sirip dapat dinyatakan sebagai :

Kita juga dapat menentukan efektivitas keseluruhan untuk permukaan yang bersirip
sebagai perbandingan laju perpindahan panas total dari permukaan bersirip dengan laju
perpindahan panas dari permukaan yang sama jika tidak ada sirip,

(2.57)

Dimana Ano sirip adalah luas permukaan ketika tidak ada sirip, Afin adalah total
luas permukaan dari semua sirip di permukaan, dan Aunfin adalah luas bagian permukaan
tanpa sirip (Gambar 32). Perhatikan bahwa efektivitas keseluruhan sirip tergantung pada
kepadatan sirip (jumlah sirip per satuan panjang) serta efektivitas sirip individu. Efektivitas
keseluruhan adalah ukuran kinerja yang lebih baik dari permukaan bersirip dibandingkan
efektivitas sirip itu sendiri.

Perpindahan Panas Dasar/Komarudin 60


Gambar 2.34. Berbagai luas permukaan pada bentuk sirip
persegi panjang dengan sirip permukaan segi tiga.

Tabel 2.5.

Perpindahan Panas Dasar/Komarudin 61


Contoh Soal 9. Sistim Sirip
Hitunglah laju perpindahan panas lewat sirip yang dapat diperoleh dari dinding silinder
suatu motor dengan mempergunakan 6 sirip yang berbentuk pena per 10 cm 2, masing‐
masing sirip tersebut bergaris tengah 5 mm dan tingginya 25 mm. Asumsikan bahwa
Koefisien perpindahan panas antara permukaan dinding silinder atau sirip dan udara
sekitarnya 140 W/m2.K, suhu dinding silinder 600 K dan suhu udara 300 K, dinding dan
sirip tersebut terbuat dari alumunium. Koefisien konduksi pada batang k = 205 W/m.K
Penyelesaian :
Besar laju perpindahan panas pada sirip : qsirip  hPkA(Ts  T) tanh(mL)
Diketahui :
 k = 205 W/mK
 n = 6 sirip/10 cm2
 d = 5 mm
 L = 25 mm
 h = 140 W/m2K
 Ts = 600 K
 Tu = 300 K

Keliling sirip : P = π x d = π x 0.005 = 0.0157 m


 
Luas sirip : A d2  (0.005)2  1.96x105 m2
4 4
PhAk  0.0157 x140x1.96x105 x205  0.094

mL  L hP 140x0.0157
kA  0.025 205x1.96x105  0.5847

tan hmL = tan 140x0.5847 = 0.5261

Maka : qsirip = 0.94 x (600‐300)x0.5261 = 14.8 W (untuk 1

sirip) Untuk jumlah sirip : 6/10 cm2 = 14.8 x 6000 = 88,800 W/m2

Contoh Soal 10. Sistim Sirip


Sebuah sirip alumunium (k=200 W/m. oC) tebal 3 mm dan panjang 7.5 cm, terpasang Pada
dinding seperti pada gambar dibawah. h=10 W/m 2.oC, suhu pada dasar 300 oC suhu sekitar
50 oC. Hitung kalor yang lepas dari sirip itu persatuan kedalaman bahan.

Gambar 2.35. Bentuk sirip soal 10


Perpindahan Panas Dasar/Komarudin 62
Penyelesaian :
Untuk kedalaman sirip z = 1 m
: Diketahui :
 k = 200 W/mK
 L = 7.5 cm
 t = 3 mm
 h = 10 W/m2K
 Td = 300 oC dan

Tu = 50 oC Besar laju aliran qsirip  hPkA(Ts  T) tanh(mL)


panas pada sirip :
Keliling sirip : P = 2z + 2t =2x1 + 2x3x10‐3= 2.0006 m

Luas sirip : A  txz  3x103 x1  3x103 m2


PhAk  2.0006x10x200x3x103  ..........
hP 10x2.0006
m  kA   .............
200x3x103

Lkonveksi = L + (t/2) (untuk ujung isolasi) = 7.5 + 0.15 = 7.65 cm


tan hmL = tan 10x ....... = ..........

Maka : q =............W/m

2.2.5. Sistim dengan sumber Kalor


Diantara penerapan prinsip perpindahan panas, banyak yang menyangkut sistim
dimana panas dibangkitkan dari dalam misalnya yang banyak dijumpai pada
kumparan/konduktor listrik, pemanas, reaktor nuklir, pembakaran bahan bakar di ruang‐
ruang bakar dan lain‐lain, dimana pembuangan atau rambatan terjadi dari sumber panas
pada pusat menuju kesisi sisi permukaan benda yang selanjutnya terdistribusi ke
lingkungan luar secara konveksi. Pembuangan panas dari sumber‐sumber di dalam
tersebut juga merupakan pertimbangan yang penting dalam menetapkan daya nominal
motor listrik, generator dan transformator

2.2.5.1. Pada Bidang Datar


Jika ada dinding datar dengan energi internal terbagi secara seragam. dinding
datar dapat berupa elemen pemanas yang dibangkitkan arus listrik, dengan asumsi :
 Steady State
 Bahan Homogen
 Dinding atau pelat cukup besar sehingga pengaruh ujung‐ujungnya dapat diabai
 Kondisi satu dimensi

Perpindahan Panas Dasar/Komarudin 63


Gambar 2.36. Sistim dengan sumber kalor pada bidang
datar

Persamaan differensial hantaran panas yang dibangkitkan :

d q (2.58)
 0
T k
2

dx2
Kondisi batas pada kedua muka ujung :
T = Tw pada x = ± L
q
Diperoleh : T  x2  C1 x  C2
2k
Karena suhu pada masing‐masing sisi dinding sama, maka C1 sama, maka suhu pada bidang
Tengah yaitu : To = C2
q
Distribusi suhu menjadi : T  x2
To 2k
Maka diperoleh Distribusi suhu menjadi :

T  To x
( )2

L
Tw  To

Pada keadaan steady kalor yang dibangkitkan sama dengan rugi kalor pada permukaan :
dT
2(kA ]
dx x )  qA2L A = Luas penampang plat
L

Gradient suhu diperoleh dengan differensial dari persamaan, dengan demikian suhu di
Perpindahan Panas Dasar/Komarudin 64
pusat adalah :

To  qL
2  (2.59)
Tw
2k

Perpindahan Panas Dasar/Komarudin 65


Dimana : q’ =Kalor yang dibagkitkan per satuan volume
To = Suhu pembangkitan
Tw = Suhu pada sisi dinding

2
Atau dapat ditulis menjadi : TTw x (2.60)
To  Tw  1
L2

2.2.5.2. Sumber Kalor Pada Silinder Pejal


Jika ada dinding silinder dengan jari‐jari R, yang memiliki sumber kalor yang terbagi
rata dengan konduktivitas termal tetap. Jika silinder cukup panjang, maka suhu dapat
dianggap sebagai fungsi jari‐jari saja, maka persamaan differensial diturunkan dengan
mengabaikan suku‐suku yang bergantung waktu :
d 2T q
 1 dT   (2.61)
0
dr 2 r dr k

Gambar 2.36. Sistim dengan sumber kalor pada bidang Silinder Pejal

Kondisi batas pada : T = Tw pada r = R

Kalor yang dibangkitkan sama dengan kalor yang dilepas :


dT
qR2L  k 2RL ] (2.62)
r R
dr
Karena fungsi suhu harus kontinu dipusat silinder, maka :

dT
dr  0 pada r = 0
Dengan memasukan persamaan yang ada kedalam persamaan :
d 2T 1 dT q
  0
dr 2 r dr k

Perpindahan Panas Dasar/Komarudin 66


d
r  dT
T 2 dr  qr
2

dr  k

Perpindahan Panas Dasar/Komarudin 67


d 2T dT d dT
Maka : r   (r )
dr dr dr dr
2
 qr 2  qr 2
Integrasi diperoleh : r dT  C Dan :
dr 2k 1 T
 C1 ln r  C2
4k
Dari kondisi batas yang kedua diatas, dT  qR  qR C1
]rR   
dr 2k 2k R
 qR 2

Dari kondisi batas yang pertama, T  Tw   C2 Pada : r = R


4k
qR2
Maka diperoleh : C2   Tw
4k
qR2 2 2
Penyelesaian akhir distribusi suhu : T Tw r )
(R 4k

Atau dalam bentuk tak berdimensi :


T  Tw r 2
 ( )
To  1 R
Tw qR2
Dimana To adalah suhu pada r = 0 dan diberikan oleh To  Tw (2.63)
: 4k
Untuk silinder bolong dengan sumber terbagi rata, kondisi batasnya :
T = Ti pada r = ri (bagian muka dalam)
T = To pada r = ro (bagian muka luar)
 qr 2
Maka penyelesaian diperoleh :
T  C1 ln r 2 C2
4k qR 2 2 r
Dengan kondisi batas baru, diperoleh : T  To (ro  r )  C1 ln
 4k ro

2 2
Dimana konstanta C1 diberikan oleh 4k C Ti  To  r(ri  or ) /
1
: ri
ln( )
ro

Contoh Soal 11. Sistim Dengan Sumber Kalor


Arus sebesar 200A, dilewatkan melalui sebuah kawat baja tahan karat (k = 19 W/m.oC)
yang diameternya 3 mm. Resitivitas baja sebesar 70 μ.Ω.cm, dan panjang kawat 1 m,
kawat ini dibenamkan didalam air kemudian suhu airnya naik menjadi 110oC, dimana
koefisien perpindahan kalor konveksi adalah 4 kW/m2.oC. Hitung suhu dipusat kawat.
Perpindahan Panas Dasar/Komarudin 68
Penyelesaian :
Diketahui :

Gambar 2.37. Skematik soal 11

Daya yang dibangkitkan oleh arus listrik sebesar 200 A : P = I2R


Seluruh daya dibangkitkan kawat dilepas melalui konveksi ke air :

P = q = h.A (Tw‐T∞)

Besar tahanan kawat : R'  L (70x106 )(100)  0.099


A  (0.15)2

Maka suhu pada kawat : P = q = h.A (Tw‐


T∞) I2R = h.A (Tw‐
T∞)

(200)2.(0.099) = (4000).(3π x10‐3 .1)(Tw‐110)

Maka suhu pada sisi kawat : Tw = 215 oC


Kalor yang dibangkitkan persatuan volume : q q
P 
V 2R2L
 3960 3
q 3 2
 560.2MW / m
 (1.5x10 ) (1)

qR 2 5.602x108 x(1.5x103 )2
Jadi suhu dipusat kawat To  Tw  215  231.6o C
:  4k  4x19

Perpindahan Panas Dasar/Komarudin 69


2.2.6. Laju Perpindahan Panas Konduksi Pada Dua Dimensi
Sejauh ini, telah dianalisis perpindahan panas dalam bentuk geometri sederhana
seperti besar dinding pesawat, silinder panjang, dan bola. Hal ini karena laju perpindahan
panas pada geometri dapat diperkirakan melalui satu‐dimensi, dengan analisis sederhana
solusi dapat diperoleh dengan mudah. Tetapi banyak masalah yang dihadapi dalam
prakteknya untuk geometri pada dua‐atau tiga‐dimensi agak rumit untuk mendapatkan
solusi dalam bentuk persamaan yang sederhana.
Salah satu dari solusi masalah perpindahan panas yang sederhana diperoleh dengan
melibatkan dua permukaan pada suhu yang dipertahankan konstan yaitu pada T1 dan T2.
Tingkat perpindahan panas yang stabil antara dua permukaan dinyatakan sebagai

(2.64)

dimana S adalah faktor bentuk konduksi, yang memiliki dimensi panjang, dan k adalah
konduktivitas termal dari media antara permukaan. Para konduksi tergantung pada
geometri dari sistem saja. faktor bentuk Konduksi ditentukan untuk sejumlah konfigurasi
dalam praktek diberikan dalam Tabel 6.
Setelah nilai faktor bentuk yang dikenal untuk geometri tertentu, laju perpindahan
keseluruhan stabil dapat ditentukan dari persamaan‐persamaan di atas dengan menentukan
suhu dari dua permukaan yang konstan dan konduktivitas termal media antara.
Perhatikan bahwa faktor bentuk konduksi berlaku hanya ketika perpindahan panas antara
dua permukaan berlangsung secara konduksi. Oleh karena itu, ketika media antara
permukaannya adalah cair atau gas maka tidak dapat digunakan, karena adanya pengaruh
arus pada laju perpindahan panas konveksi alamiah atau konveksi paksa.
Besar resistensi termal karena pengaruh factor bentuk S persamaannya ditulis
menjadi R = 1/kS atau S = 1/kR.

Contoh Soal 12. Perpindahan Panas Dua Dimensi


Sebuah pipa air panas berdiameter 10‐cm‐ dan panjangnya 30‐m‐ dibenamkan 50‐cm‐
kedalam tanah dari permukaannya seperti terlihat pada gambar 36. Suhu permukaan luar
pipa adalah 80 oC. Suhu permukaan tanah 10 oC dan konduktivitas termal tanah 0,9
W/M∙oC. Hitung kehilangan panas dari pipa tersebut.

Gambar 2.37. Soal 11


Perpindahan Panas Dasar/Komarudin 70
Faktor bentuk pada Tabel 6 yaitu :

Pada : z>1.5D, di mana z adalah jarak pipa dari permukaan tanah dan D adalah diameter
pipa. maka,

Maka tingkat laju perpindahan panas yang hilang pada keadaan tetap/stabil/steady dari
pipa menjadi :

Jadi panas ini hilang secara konduksi dari permukaan pipa ke permukaan bumi melalui tanah
dan kemudian dipindahkan/transfer ke atmosfer secara konveksi dan radiasi.

Contoh Soal 13. Perpindahan Panas Dua Dimensi


Dua buah pipa air panas dan pipa air dingin panjangnya 5‐m‐ diletakan sejajar satu sama
lain pada beton berlapis tebal dengan sejajar 30‐cm‐ dari pusat masing‐masing pipa
seperti yang ditunjukkan pada Gambar 37. Diameter dari kedua pipa 5‐cm‐. Suhu
permukaan masing‐ masing dari pipa panas dan pipa air dingin adalah 70oC dan 15oC,. Jika
konduktivitas termal dari beton, k= 0,75 W/m∙oC, tentukan laju perpindahan panas antara
pipa‐pipa tersebut.

Gambar 2.38. Soal 12

Penyelesaian :
Asumsi bahwa : 1. Kondisi operasi pada keadaan mantap/steady. 2. Laju perpindahan
panas adalah dua dimensi (two dimensional) (tidak ada perubahan dalam arah aksial). 3.
termal konduktivitas beton adalah konstan.
Faktor bentuk pada Tabel 6 yaitu :

Perpindahan Panas Dasar/Komarudin 71


dimana z adalah jarak antara centerlines dari pipa dan L adalah panjang pipa, maka :

Maka tingkat stabilitas perpindahan panas antara pipa menjadi :

Jadi Kita dapat mengurangi hilangnya panas ini dengan menempatkan pipa air panas dengan
pipa air dingin lebih jauh satu sama lainnya.

Tabel 2.6.

Perpindahan Panas Dasar/Komarudin 72


Hal ini juga diketahui bahwa isolasi mengurangi perpindahan panas dan
menghemat energi dan uang. Keputusan mengenai tebal isolasi yang tepat didasarkan
pada analisis perpindahan panas, diikuti dengan analisis ekonomi untuk menentukan nilai
ekonomis kehilangan energi. Hal ini diilustrasikan pada Contoh soal 13 berikut.

Perpindahan Panas Dasar/Komarudin 73


Contoh Soal 13. Biaya Perpindahan Panas
Sebuah rumah yang dipanaskan dengan listrik yang tinggi dindingnya 9 ft dan memiliki
nilai R‐ insulasi 13 (rasio ketebalan untuk konduktivitas termal L/k=13 hr∙ft 2.oF/Btu). Dua
dari dinding rumah adalah 40 kaki panjang dan lain 30 kaki panjang. Rumah dipertahankan
pada suhu 75oF setiap saat, sementara suhu dari luar bervariasi. Tentukan jumlah panas
yang hilang melalui dinding rumah pada hari tertentu di mana suhu rata‐rata dari luar
adalah 45oF. Juga hitung biaya kehilangan panas jika biaya unit listrik adalah Rp.750/kWh.
Untuk konveksi gabungan dan koefisien perpindahan panas radiasi, gunakan ASHRAE
(American Society Engineers untuk Pemanasan, Pendinginan, dan penyejuk udara/AC)
yang direkomendasikan hi=1,46 Btu/hr.ft2.oF untuk permukaan bagian dalam dari dinding
dan ho=4,0 Btu/hr∙ft2.oF untuk permukaan luar dari dinding pada kondisi angin bawah 15
mph di musim dingin.

Gambar 2.38. Soal 13.

Penyelesaian :
Asumsi : 1. Suhu udara indoor dan outdoor tetap diberikan nilai untuk sepanjang hari
sehingga transfer panas melalui dinding stabil. 2. Laju perpindahan panas melalui dinding
adalah salah satu dimensi karena setiap gradien suhu yang signifikan dalam kasus ini dari
arah dalam ruangan ke luar rumah. 3. Efek radiasi dihitung melaui koefisien perpindahan
panas.
Luas penampang perpindahan panas dinding :

Perpindahan Panas Dasar/Komarudin 74


Tahanan panas masing‐masing :
Dinding dalam :

Dinding padat :

Dinding luar :

Resistansi berbentuk seri :

Maka laju perpindahan panas melalui dinding rumah menjadi :

Akhirnya, jumlah total panas yang hilang melalui dinding selama 24‐jam dan biaya yang
harus dikeluarkan :

Jadi Kehilangan panas melalui dinding rumah hari itu membutuhkan biaya listrik senilai Rp.
1,400

Perpindahan Panas Dasar/Komarudin 75

Anda mungkin juga menyukai