01-Modul Pertemuan - 3 - Perpidahan Panas Konduksi
01-Modul Pertemuan - 3 - Perpidahan Panas Konduksi
MEKANISME KONDUKSI
Tatap Muka
02
Kode Matakuliah :W5119022
Kode Kelas :32651T6EA
Disusun oleh : Ir. Komarudin, MT.
II. Perpindahan Panas Konduksi
Jika baja dipanaskan, maka energi kinetik molekul baja akan makin meningkat seiring
dengan meningkatnya temperatur molekul itu akibat pemanasan yang dilakukan. Dengan
meningkatnya energi kinetik molekul maka akan terjadi getaran pada molekul tersebut,
sehingga terjadi transfer energi kinetik antara molekul yang bergetar dengan molekul
didekatnya, akhirnya seluruh molekul pada baja tersebut akan bergetar seluruhnya. Jika
energi kinetik molekul meningkat dengan sendirinya terjadi peningkatan temperatur pada
molekul itu, inilah yang dinamakan rambatan kalor atau konduksi kalor.
Besar laju aliran kalor Konduksi untuk satu dimensi dinyatakan dengan : Hukum Fourrier
(2.1)
Dimana :
q = Laju perpindahan panas (W) (J/s)
A = Luas penampang dimana panas mengalir (m2)
dt/dx = Perbedaan temperatur t terhadap jarak dalam arah aliran
panas pada koordinat x
k = Konduktivitas thermal bahan (W/moC)
Konduktivitas panas dari suatu material menggambarkan kemampuan suatu material untuk
mentransfer panas.
Gambar 2.2. Grafik Perubahan Gradient Vs Tebal terhadap laju aliran kalor
Jika T1 > T2, maka laju aliran kalor akan merambat pada
dinding yang memiliki ketebalan L menuju kearah
temperature t2.
Dari Hukum Fourier laju perpindahan kalornya :
... (2.2)
q.dx (2.3)
x0
k.A.dt
T1
q.(L 0) k.A.(T2 T1 )
q.L k.A.(T2 T1)
Karena : T1>T2, maka persamaan menjadi : q.L k.A.(T1 T2 )
Dengan demikian besar laju aliran kalor total pada dinding tersebut :
(2.6)
(T1 T2 ) (2.8)
q R
(T1 T2 )
qA R
q (T1 T2 )
A R
q (400 100) W
A R .............m2
Aliran kalor pada ketiga lapisan ini adalah sama dan pada kasus ini dianggap luas
permukaan penerima panas dari ketiga lapisan ini adalah sama atau konstan. Jika ketiga
persamaan diatas dijumlahkan akan dihasilkan :
(T0 T3
)q (2.9)
L1 2 k2 3 k3
.A2 .A3
k1.A1
Dan konsep tahanan termalnya menjadi :
q (T0 T3 )
(2.10)
R1 R2 R3
Penyelesaian :
a. Untuk dinding ketel dalam keadaan bersih :
Besar tahanan panas pada dinding plat baja setebal 20 cm per m2, adalah :
L
R 20 x102
k.A 0,003 o C W/
60.1
Maka kalor yang berpindah melintasi dinding plat baja persatuan luas :
q ( T 1−T 2 )
=
A R
q (150−30 ) W
= =40.000 2
A R m
q1 (T1 T2
A1 ) T 40.000o C
R1 2
Atau :
q2 (T2 T3
) T2 40.000o C
A2 R12
(T1 T2 ) (2.11)
q Rtotal
Besar Tahanan Kalor Total :
(2.12)
(2.13)
(T1 T3 )
q Rtotal
(2.14)
Dimana :
Jika diperhitungkan terhadap laju aliran kalor menuju lingkungan bagian luar dinding dimana
dilalui oleh udara sekeliling, seperti tampak pada gambar 6, maka analisa perhitungan
Konveksi udara
Gambar 2.7. Laju aliran kalor pada dinding datar berlapis seri parallel dan Konveksi udara
(2.15)
dr
Dari Hukum Fourier laju perpindahan kalor secara radial pada sebuah silinder/pipa adalah :
(2.17)
Luas bidang aliran kalor Ar disubtitusikan ke dalam persamaan diatas, sehingga menjadi :
dt
q k.2 .r.L
(2.18)
dr
Persamaan diintegrasikan sesuai kondisi batas dimana laju aliran merambat dari titik 1 ke
titik 2 jika t1>t2 :
Pada : r=r1, T(r1) = T1 dan r=r2 , T(r2) = T2, maka akan menghasilkan :
dr
q r k.2 (2.19)
r2 dr .L.dt
t2
k.2
q
r .L dt
rr1 tt1
r
q.ln 2
k.2 .L.(t2 t1 )
r1
r1 = Jari‐jari dalam
silinder r2 = Jari‐jari luar
silinder
= Jari‐jari dalam isolasi
r3= Jari‐jari luar isolasi
Persamaan Fourier untuk kasus ini jika laju aliran kalor konstan, dapat ditulis :
q = q1 = q2 = konstan (2.23)
Dari persamaan diatas dapat kita lihat bahwa tahanan termal ( R ) untuk dinding berlapis,
masing masing adalah :
: t3 )
(t1 Rtotal
laju aliran kalor total q
Perpindahan Panas Dasar/Komarudin 28
(t1 t3 )
RA RB (2.26)
Penyelesaian :
Diketahui bahwa besar laju aliran kalor total pada silinder berlapis :
(t1 t3 ) (t1 t3 )
q RA RB
Dimana : Rtotal
Bahan tabung terbuat dari baja tahan karat; kb = 19 W/oC.m
Diameter dalam tabung (di) = 3,5 cm = 3,5x10‐2 m
Diameter luar tabung (do) = 4 cm = 4x10‐2 m
Tebal isolasi (t) = 3 cm = 3x10‐2 m
Bahan isolasi memiliki konduktivitas panas (ki) = 0,2 W/oC.m
Temperatur dinding dalam tabung (t1) = 600oC
Temperatur dinding luar isolasi (t3) = 100oC
Pada tabung :
4x102
ln
3,5x102 o
C
RA
2 .1,9.1 W
0,133/11,932 = 0,011
Pada isolasi :
q (600 100) W
L Rtotal .......... m
500/0,025 = 20.000
Sama halnya dengan laju aliran kalor konduksi pada dinding datar, jika memperhitungkan
pengaruh fluida didalam maupun udara diluar, maka besar laju aliran kalornya
diperhitungkan terhadap laju konveksi fluida didalam maupun udara diluar yaitu :
Gambar 2.13a. Tabung berisi uap mengalir pada silinder berisolasi dan pengaruh konveksi
uap dan konveksi udara
Temperatur permukaan bagian dalam isolasi t1, sedangkan temperatur permukaan luar
isolasi t2 dan temperatur fluida luar adalah t3. Persamaan untuk aliran kalor pada isolasi
adalah :
(2.29)
Sekarang kita olah persamaan ini untuk menentukan jari jari permukaan luar isolasi r3 agar
perpindahan kalor maksimum. Kondisi maksimum adalah :
dq
2 2L 1 k
(t1 t ( ) (2.30)
) 0
dr2 r2
[(ln ) ] 2 h, r2 2
r2 hr
k 2
r1
Gambar 2.15. Gambar menunjukan perubahan nilai tebal isolasi terhadap laju aliran kalor
Penyelesaian :
0,17
Jari‐jari kritik isolasi : 0,057m 5,67cm
= 3,0
Penyelesaian :
Seperti dijelaskan diatas bahwa analogi listrik itu sama dengan panas, maka dengan
demikian besarnya daya listrik sama dengan panas, sehingga :
Maka temperature antar muka dapat dihitung dari Laju aliran panas total :
1. Konduksi antara zat padat dengan zat padat pada titik‐titik Singgung
2. Konduksi melalui gas yang terkurung pada ruang‐ruang lowong yang terbentuk
karena persinggungan itu.
Faktor kedua ini diperkirakan memberikan tahanan utama terhadap aliran kalor, karena
Pengaruh yang terjadi pada bidang tersebut terjadinya penurunan temperature yang
secara tiba‐tiba pada sistim laju aliran kalornya seperti terlihat pada gambar 2.17, diatas
akibat adanya rongga/gap yang terbentuk antar permukaannya yang men. Jadi,
rongga/gap yang terbentuk antar permukaan unit daerah pada bidangnya disebut sebagai
tahanan/resistensi kontak termal, Rc dan nilainya Rc ditentukan melalui eksperimental.
Jika perpindahan panas melalui dua batang logam mempunyai luas penampang A yang
yang ditekan terhadap satu sama lain maka perpindahan panas melalui antarmuka dari
kedua bidang adalah jumlah laju aliran panas melalui tempat kontak yang solid dengan
bidang di daerah rongga/gap noncontact dan dapat dinyatakan sebagai :
(2.33)
Faktor ini sangat penting dalam berbagai penerapannya karena banyak sekali situasi
perpindahan kalor yang menyangkut persambungan dua bahan.
Penyelesaian :
Perhatikan bahwa resistansi kontak termal adalah invers dari kontak termal
konduktansi, dimana resistansi kontak termal adalah :
Untuk luas permukaan unit, tahanan termal dari pelat datar didefinisikan sebagai :
Penyelesaian :
Properties tembaga pada konduktivitas termal sebesar k=386 W/m∙oC. Konduktansi
kontak termal hc = 42.000 W/m2∙oC, sesuai dengan kekasaran antarmuka tembaga‐
aluminium 1,4 µm (pada kasus 1,5 µm dan 6 MPa) dan tekanan 5 Mpa.
Diketahui :
Luas area kontak antara pelat 8 cm2, dan luas pelat untuk setiap transistor adalah 100
cm2. Jaringan resistansi termal terdiri dari tiga resistensi dalam seri (antarmuka, pelat, dan
konveksi), sehingga :
Perhatikan bahwa hambatan termal dari pelat tembaga yang sangat kecil dan dapat
diabaikan. Maka laju perpindahan panas menjadi :
Oleh karena daya transistor tidak boleh dioperasikan lebih besar dari 12,4 W, dan suhunya
tidak melebihi 70 oC. Sehingga suhu pada antarmuka ditentukan dari,
Jadi jika kita menghilangkan resistansi kontak termal pada antarmuka sepenuhnya, maka
akan menurunkan suhu operasi transistor kurang dari 0,4 oC
Lg Lg 1
f v
Lg
2k A 2kB Ac hc A
Ac
Di mana :
Lg ialah tebal ruang lowong
kf konduktivitas termal fluida yang mengisi ruang lowong
A ialah Luas penampang total batangan itu
hc koefisien kontak,
Dengan menyelesaikan persamaan tersebut diperoleh besar hc :
1 Ac 2kAkB
hc Av (2.35)
k L A k
k f
g A B A
Dalam kebanyakan hal, fluida yang mengisi ruang lowong ialah udara, dan kf kecil
dibanbandingkan dengan kA dan kB. Jika bidang kontak kecil, tahanan termal utama ialah
yang disebabkan oleh ruang lowong. Teori yang sederhana ini ada masalahnya, yaitu nilai‐
nilai efektif Ac , Av , dan Lg untuk permukaan kontak sangat sulit menentukannya.
Dari model fisik di atas, dapatlah kita tarik kesimpulan sementara :
1. Tahanan kontak meningkat jika tekanan gas sekitar diturunkan hingga di bawah
nilai di mana lintasan bebas rata‐rata (mean free path) molekul besar dibandingkan
dengan dimensi karakteristik ruang lowong itu, karena konduktans termal efek
(effective thermal conductance) gas yang terkurung akan menurun pada keadaan ini.
2. Tahanan kontak menurun jika tekanan sambungan ditingkatkan, karena hal ini
akan mengakibatkan deformasi kontak, dan dengan demikian memperluas bidang
kontak antara kedua zat padat.
Penyelesaian :
Aliran kalor menyeluruh mengalami tiga macam tahanan termal, yaitu satu tahanan
konduksi untuk masing‐masing batangan, dan satu tahanan kontak. untuk masing‐masing
batangan.
Rth x 0.01
kA 2
Perpindahan Panas Dasar/Komarudin 44
o
C /W
16.3x 0.03
4
4
Jadi tahanan thermal total : ΣRth = 2Rth + Rc =..........oC/W
Beda temperatur :
Tc Rc xTh ...........o C
Rth
Energi masuk di muka kiri = energi keluar di muka kanan + energi hilang karena konveksi
Kita ingat persamaan dasar untuk koefisien perpindahan kalor sekeliling lingkungan yaitu :
q = hA(Tw ‐ T∞) (2.36)
Di sini terlihat bahwa diferensial luas muka konveksi ialah hasil perkalian keliling sirip
dengan diferensial panjang dx. Jika besaran‐besaran itu digabungkan, maka dari neraca
energi kita peroleh :
dT dT dT dT
kA [kA (kA )dx] hpdx(T (2.37)
T)
dx dx dx dx
dx2 m (T (2.38)
T)
m hP
Dimana : 2 hP atau (2.39)
m kA kA
Menentukan C1 dan C2 :
Syarat‐syarat batas : T = Tb pada x=0
Tb ‐ T∞= C1 eo + C2 eo
Tb ‐ T∞= C1 + C2 (2.41)
a. Kasus 1 : Sirip sangat panjang, dan suhu di ujung sirip sama dengan fluida
Laju aliran panas dari sirip ke fluida dapat diperoleh dengan 2 cara.
1. Panas yang mengalir melintasi sirip dengan cara konduksi
2. Harus diteruskan dari permukaan batang
ke fluida dengan cara konveksi.
dT
Perpindahan Panas Dasar/Komarudin 48
qsirip kA ]x0 hP(T T)dx (2.44)
dx 0
:
hP(T T)e
mx
qsirip dx
0
hP mx
q
sirip(Ts T)e] 0
m
Dengan demikian laju aliran kalor/panas pada batang sirip :
Syarat‐syarat batas kedua bahwa gradient suhu pada x = L yang mempunyai harga nol :
Ts
C
T dan Ts T
C2
1
1 e2mL 1 e2mL
(2.48)
Dimana Ac adalah luas penampang dan p adalah keliling sirip di ujung.
Dengan mengalikan persamaan diatas dengan keliling memberikan A koreksi = Asirip lateral +
Aujung, yang menunjukkan bahwa luas sirip ditentukan dengan menggunakan panjang koreksi
adalah setara dengan jumlah luas lateralis ditambah sirip daerah ujung sirip.
Pendekatan Panjang dikoreksi memberikan hasil yang sangat baik ketika variasi
suhu dekat ujung sirip kecil (yang terjadi ketika mL≥1) dan koefisien perpindahan panas di
ujung sirip hampir sama dengan yang di lateralis permukaan sirip. Oleh karena itu, sirip
mengalami konveksi di ujung sirip dan terisolasi dengan mengganti panjang sirip aktual
oleh panjang koreksi persamaan‐persamaan sebelumnya.
Menggunakan hubungan yang tepat untuk Ac dan p, panjang koreksi untuk
sirip silinder menjadi :
(2.49)
dimana t adalah ketebalan sirip persegi panjang dan D adalah diameter
sirip silinder.
(2.50)
Gambar 2.29. Sirip meningkatkan transfer panas dari permukaan dengan meningkatnya luas
permukaan
Untuk sirip pena berpenampang lingkaran yang garis tengahnya D dan panjangnya L
dengan ujung yang berisolasi adalah :
4L2h
tanh kD (2.51)
f
4L2h
kD
Untuk sirip yang berpenampang segi empat (panjang L dan tebal t) dengan ujung ber‐isolasi
adalah :
hPL2
tanh kA
(2.52)
f
hPL2
kA
Perpindahan Panas Dasar/Komarudin 54
Dan,
Dimana :
Sirip segiempat mempunyai effisiensi yang lebin tinggi dari pada sirip segitiga yang sama
panjangnya, tetapi sirip segiempat memakai bahan dua kali lebih banyak dari pada sirip
segitiga. Dalam praktek, penambahan sirip diperlukan jika >>> 1.
Gambar 2.31. Nilai efisiensi sirip bulat, segi empat dan segi tiga dengan lebar w
Gambar 2.32. Nilai efisiensi sirip bulat dengan pajang L dan tebal t konstan
(2.54)
(2.55)
Oleh karena itu, efektifitas sirip dapat ditentukan dengan mudah ketika efisiensi sirip
diketahui, atau sebaliknya. Tingkat perpindahan panas dari sirip yang cukup panjang
penampang dan seragam dalam kondisi stabil diberikan oleh Persamaan sebelumnya.
Mensubstitusikan hubungan persamaan‐persamaan sebelumnya dengan yang terakhir
diatas, efektivitas untuk sirip panjang menjadi :
(2.56)
Kita juga dapat menentukan efektivitas keseluruhan untuk permukaan yang bersirip
sebagai perbandingan laju perpindahan panas total dari permukaan bersirip dengan laju
perpindahan panas dari permukaan yang sama jika tidak ada sirip,
(2.57)
Dimana Ano sirip adalah luas permukaan ketika tidak ada sirip, Afin adalah total
luas permukaan dari semua sirip di permukaan, dan Aunfin adalah luas bagian permukaan
tanpa sirip (Gambar 32). Perhatikan bahwa efektivitas keseluruhan sirip tergantung pada
kepadatan sirip (jumlah sirip per satuan panjang) serta efektivitas sirip individu. Efektivitas
keseluruhan adalah ukuran kinerja yang lebih baik dari permukaan bersirip dibandingkan
efektivitas sirip itu sendiri.
Tabel 2.5.
mL L hP 140x0.0157
kA 0.025 205x1.96x105 0.5847
sirip) Untuk jumlah sirip : 6/10 cm2 = 14.8 x 6000 = 88,800 W/m2
Maka : q =............W/m
d q (2.58)
0
T k
2
dx2
Kondisi batas pada kedua muka ujung :
T = Tw pada x = ± L
q
Diperoleh : T x2 C1 x C2
2k
Karena suhu pada masing‐masing sisi dinding sama, maka C1 sama, maka suhu pada bidang
Tengah yaitu : To = C2
q
Distribusi suhu menjadi : T x2
To 2k
Maka diperoleh Distribusi suhu menjadi :
T To x
( )2
L
Tw To
Pada keadaan steady kalor yang dibangkitkan sama dengan rugi kalor pada permukaan :
dT
2(kA ]
dx x ) qA2L A = Luas penampang plat
L
Gradient suhu diperoleh dengan differensial dari persamaan, dengan demikian suhu di
Perpindahan Panas Dasar/Komarudin 64
pusat adalah :
To qL
2 (2.59)
Tw
2k
Gambar 2.36. Sistim dengan sumber kalor pada bidang Silinder Pejal
dT
dr 0 pada r = 0
Dengan memasukan persamaan yang ada kedalam persamaan :
d 2T 1 dT q
0
dr 2 r dr k
dr k
2 2
Dimana konstanta C1 diberikan oleh 4k C Ti To r(ri or ) /
1
: ri
ln( )
ro
P = q = h.A (Tw‐T∞)
qR 2 5.602x108 x(1.5x103 )2
Jadi suhu dipusat kawat To Tw 215 231.6o C
: 4k 4x19
(2.64)
dimana S adalah faktor bentuk konduksi, yang memiliki dimensi panjang, dan k adalah
konduktivitas termal dari media antara permukaan. Para konduksi tergantung pada
geometri dari sistem saja. faktor bentuk Konduksi ditentukan untuk sejumlah konfigurasi
dalam praktek diberikan dalam Tabel 6.
Setelah nilai faktor bentuk yang dikenal untuk geometri tertentu, laju perpindahan
keseluruhan stabil dapat ditentukan dari persamaan‐persamaan di atas dengan menentukan
suhu dari dua permukaan yang konstan dan konduktivitas termal media antara.
Perhatikan bahwa faktor bentuk konduksi berlaku hanya ketika perpindahan panas antara
dua permukaan berlangsung secara konduksi. Oleh karena itu, ketika media antara
permukaannya adalah cair atau gas maka tidak dapat digunakan, karena adanya pengaruh
arus pada laju perpindahan panas konveksi alamiah atau konveksi paksa.
Besar resistensi termal karena pengaruh factor bentuk S persamaannya ditulis
menjadi R = 1/kS atau S = 1/kR.
Pada : z>1.5D, di mana z adalah jarak pipa dari permukaan tanah dan D adalah diameter
pipa. maka,
Maka tingkat laju perpindahan panas yang hilang pada keadaan tetap/stabil/steady dari
pipa menjadi :
Jadi panas ini hilang secara konduksi dari permukaan pipa ke permukaan bumi melalui tanah
dan kemudian dipindahkan/transfer ke atmosfer secara konveksi dan radiasi.
Penyelesaian :
Asumsi bahwa : 1. Kondisi operasi pada keadaan mantap/steady. 2. Laju perpindahan
panas adalah dua dimensi (two dimensional) (tidak ada perubahan dalam arah aksial). 3.
termal konduktivitas beton adalah konstan.
Faktor bentuk pada Tabel 6 yaitu :
Jadi Kita dapat mengurangi hilangnya panas ini dengan menempatkan pipa air panas dengan
pipa air dingin lebih jauh satu sama lainnya.
Tabel 2.6.
Penyelesaian :
Asumsi : 1. Suhu udara indoor dan outdoor tetap diberikan nilai untuk sepanjang hari
sehingga transfer panas melalui dinding stabil. 2. Laju perpindahan panas melalui dinding
adalah salah satu dimensi karena setiap gradien suhu yang signifikan dalam kasus ini dari
arah dalam ruangan ke luar rumah. 3. Efek radiasi dihitung melaui koefisien perpindahan
panas.
Luas penampang perpindahan panas dinding :
Dinding padat :
Dinding luar :
Akhirnya, jumlah total panas yang hilang melalui dinding selama 24‐jam dan biaya yang
harus dikeluarkan :
Jadi Kehilangan panas melalui dinding rumah hari itu membutuhkan biaya listrik senilai Rp.
1,400