Anda di halaman 1dari 3

Terimakasih Guruku

Pagi itu Akhsan bangun pagi dengan penuh semangat seperti biasanya dan bersiap siap untuk
melakukan aktifitasnya sebagai seorang pelajar di Madrasah Tsanawiyah Negeri Kesesi.
Akhsan adalah seorang yang lahir dari keluarga dengan kondisi ekonomi rendah, bisa sekolah
sampai tahap sederajat SMP adalah suatu keberuntungan yang luar biasa mengingat banyak
teman teman seusianya yang hanya mampu mengenyam pendidikan sampai tahap sekolah
dasar saja. Akhsan saat ini duduk di kelas sembilan semester dua yang artinya tidak lama lagi
dia akan lulus.

Setelah bersiap siap dia pun berangkat ke sekolah dengan berjalan kaki dengan menempuh
jarak 1,5 kilometer. Akhsan menjalani hari harinya di sekolah dengan bahagia karena
dikelilingi dengan teman teman yang baik dan guru guru yang baik pula. Akhsan merupakan
salah seorang yang berprestasi di sekolah, dia juga aktif dalam banyak kegiatan di sekolah
yang membuat dia dekat dengan guru karena baginya guru adalah sosok orang tua kedua saat
di sekolah.

Akhsan sangat menghormati semua gurunya di sekolah dan salah satu guru yang sangat
dekat dengan Akhsan adalah bu Mimik Widyawati seorang guru yang mengajar mata
pelajaran bimbingan konseling sekaligus guru pembimbing ekstrakulikuler Palang Merah
Remaja (PMR). Akhsan sudah menganggap bu Mimik seperti ibunya sendiri, begitupun
sebaliknya bu Mimik sudah menganggap Akhsan seperti anaknya sendiri.

Akhsan tidak akan pernah lupa jasa jasa bu Mimik selama ini yang telah membantunya dalam
menghadapi kegiatan dan masalahnya di sekolah. Suatu hari Akhsan pernah terpilih menjadi
salah satu peserta dalam kegiatan jumbara dan temu karya provinsi Jawa Tengah tahun 2012
mewakili kabupaten Pekalongan,salah satu kegiatan rutin Palang Merah Remaja yang
diadakan empat tahun sekali. Berkat dukungan bu Mimik Akhsan mampu bersaing dengan
ratusan pelajar lain yang ikut seleksi untuk dapat masuk dalam kontingen kabupaten
Pekalongan.

Akhsan sangat bahagia bisa lolos seleksi tersebut namun dia mendapati masalah karena
sebelum mengikuti kegiatan tersebut Akhsan harus mengikuti pemusatan latihan setiap dua
minggu sekali selama 4 bulan di Kajen yang letaknya jauh dari rumah Akhsan sementara dia
terkendala transportrasi untuk menuju tempat latihan. Dia hampir putus semangat tapi bu
Mimik tetap mendukungnya dan bersedia mengantar jemputnya ke tempat latihan dan
mengantarnya pulang ke rumah.

Sebagai seorang guru pengajar mata pelajaran bimbingan konseling bu Mimik memang
sering berhadapan dengan siswa yang memiliki permasalahan di sekolah, beliau juga selalu
terbuka kepada semua siswa yang hendak berkonsultasi terkait masalah yang sedang
dihadapinya untuk dibantu menemukan solusi terbaik. Selain itu bu Mimik juga terkenal bisa
membaca ekspresi seseorang yang dengan itu beliau tahu masalah apa yang sedang dihadapi
oleh seorang siswa.

Pagi dihari kamis itu bu Mimik masuk ke kelas Akhsan untuk mengisi jam pelajaran
bimbingan konseling, seperti biasa mata pelajaran ini selalu belangsung santai dan ceria.
“Assalammu’alaikum, selamat pagi anak – anak” sapa bu mimik. “wa’alaikumussalam, pagi
bu Mimik” saut para siswa. “Pada pertemuan kali ini kita akan membahas tentang apa
rencana kalian setelah lulus dari Madrasah, coba tuliskan diselembar kertas dan
dikumpulkan” kata bu Mimik. Semua siswa pun mengerjakan tugas dari bu Mimik.

Di sore harinya “kriiing kriing kriiing” bel tanda pulang berbunyi, semua siswa pun bergegas
pulang ke rumah masing masing. Namun rupanya pelajaran bu Mimik itu mengganggu
pikiran Akhsan, dia terus berfikir apa rencananya setelah lulus nanti. Sementara biaya untuk
melanjutkan ke SMA/SMK tidak murah dan juga membutuhkan kendaraan karena letaknya
yang lumayan jauh. Dalam hati kecilnya Akhsan ingin sekali melanjutkan sekolah tapi dia
sadar diri bagaimana kondisi ekonomi keluarganya. Selama ini dalam keluarga Akhsan belum
ada yang bisa bersekolah sampai ke jengjang SMA/SMK termasuk kedua kakaknya yang
hanya bisa bersekolah sampai SMP saja.

Di malam harinya Akhsan pun memberanikan diri untuk berbicara kepada orang tuanya
perihal keinginannya untuk melanjutkan pendidikan SMA/SMK. “pak,bu Akhsan pingin
lanjut sekolah setelah lulus nanti” kata Akhsan dengan suara melirih karena takut. Serentak
ayah Akhsan pun berkata “biaya SMA/SMK itu mahal bapak kan sudah tidak bekerja,
kasihan ibumu”. Sang ibu sejenak terdiam “Insya Allah nanti ada rejekinya nak” kata sang
ibu.

Waktu terus berlalu, Akhsan coba memaksimalkan kemampuannya untuk menghadapi ujian
nasional untuk mencapai hasil yang memuaskan, meskipun hatinya terus dirundung
keresahan karena belum ada kejelasan bagaimana nasibnya nanti setelah lulus Mts. Sampai
pada suatu hari di kala jam istirahat Akhsan dipanggil oleh bu Mimik keruangannya.
“ Assalamu’alaikum , mohon maaf ada apa ya bu” sapa Akhsan dengan perasaan bingung.
“Ada yang ingin ibu tanyakan” sahut bu Mimik. “perihal apa ya bu” tanya Akhsan. Sebentar
lagi kan kamu lulus, lalu kamu mau melanjutkan kemana” tanya bu Mimik. Akhsan spontan
menceritakan masalah yang selama ini iya pikirkan, terkait kendala biaya yang dihadapinya
agar dapat melanjutkan pendidikan. Bu Mimik pun menawarkan solusi dengan mengenalkan
sekolah baru jenjang SMK yang dekat dengan rumah Akhsan dan dengan biaya terjangkau
serta ada kemungkinan bantuan beasiswa. Akhsan pun langsung tersenyum bahagia
mendengar kabar itu, setelah berterima kasih kepada sang guru dia pun langsung bergegas
pulang untuk menceritakan kabar baik yang dia bawa kepada orang tuanya.

Saat malam hari disaat semua anggota keluarga berkumpul, Akhsan pun langsung
menceritakan tentang berita baik itu. Melihat semangat Akhsan orang tua dan kakak Ahsan
pun mendukungnya, dan untuk masalah biaya akan ditanggung oleh kakak Ahsan.

Begitulah kisah Akhsan dan gurunya bu Mimik, bagi Akhsan guru seperti orang tua yang
patut dihormati. Guru seperti pelita dalam kegelapan yang senantiasa memberikan kecerahan
cara berpikir setiap siswa. Terimakasih guruku karena kasih dan baktimu mampu berdaya
dalam kehidupan dan melihat dunia lebih baik dari sebelumnya.

Anda mungkin juga menyukai