Anda di halaman 1dari 12

Model Sistem Dinamik Ketersediaan Singkong Bagi Industri Tape...

Jurnal Agroteknologi Vol. 09 No. 02 (2015)

MODEL SISTEM DINAMIK KETERSEDIAAN SINGKONG BAGI INDUSTRI


TAPE DI KABUPATEN JEMBER
System Dynamic Model of Cassava Supply for Fermented Cassava Industries
in Jember Regency

Bambang Herry Purnomo1), Ahmad Subayri1)*, Nita Kuswardhani1)


1
Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Jember
Jalan Kalimantan 37, Kampus Tegal Boto Jember 68121
*E-mail : subayri1057@gmail.com

ABSTRACT

As we know, fermented cassava (TAPE in indonesian language) is one of popular food in


Jember Regency. There are a lot of fermented cassava industry at Jember Regency. One of the
major problem for fermented cassava industry is decreasing of cassava production. The aim of this
research was to design a dynamic system model of cassava availability for fermented cassava
industry using dynamic system methods. Model of cassava availability consist of 3 sub models;
model of supply, model of consumption and model of industrial demand. Based on simulation
results it was known that in 2004-2013 the availability of cassava continues to decrease.The
decreasing happenned because tape industry is only able to produce 60% of its maximum capacity.
Therefore, it is needed to build scenarios that meet the needs of cassava for tape industries. The
result shows four scenarios orientated to the model; 1. Scenario partnership, on this scenario the
need of cassava for fermented cassava industry can be met, but make the needed cassava for
consumption not fullfilled; 2. partnership scenario and acreage extension plant out as big as 2% per
year, this scenario can't meet the need cassava for fermented cassava industry up to next 10 years;
3.The third scenario, partnership scenario and productivity step-up as big as 20 kw/ha is not
overdose give influences even have can meet the need cassava next 10 years. The fourth scenario,
partnership scenario and combined scenario, combination of scenarios 2 and 3, can supply cassava
for the next 10 year.

Keywords: Dynamic System Model, production, availability, scenario

PENDAHULUAN product), seperti gaplek dan tepung tapioka


Singkong (Manihot esculenta Crantz) (Rukmana, 1997).
merupakan salah satu sumber karbohidrat Tingkat persediaan singkong dapat
lokal Indonesia yang menduduki urutan dipengaruhi oleh faktor alam (iklim), waktu
ketiga terbesar setelah padi dan jagung. panen, harga di tingkat petani, dan
Singkong, pada awalnya ditanam untuk dipengaruhi oleh kebijakan-kebijakan yang
diambil umbinya dan dimanfaatkan sebagai diterapkan oleh Pemerintah Kabupaten
bahan pangan, namun seiring berjalannya Jember. Kebijakan-kebijakan yang
waktu singkong dimanfaatkan sebagai diterapkan pemerintah bersifat operasional
bahan pakan dan industri. Selain dapat dan bertujuan untuk meningkatkan
dikonsumsi langsung dalam berbagai jenis kesejahteraan masyarakat.
makanan, yakni singkong rebus, singkong Semakin tingginya aktivitas konversi
bakar, singkong goreng, kolak, keripik, lahan tanam singkong akan menyebabkan
opak, dan tape, singkong juga dapat diolah produksi singkong mengalami penurunan
menjadi produk antara (intermediate (Pontecorovo dan Schrank, 2001; Murillas

162
Model Sistem Dinamik Ketersediaan Singkong Bagi Industri Tape...
Jurnal Agroteknologi Vol. 09 No. 02 (2015)

dan Chammoro, 2005). Kondisi tersebut METODE PENELITIAN


menyebabkan industri yang berbasis
singkong mengalami kesulitan memperoleh Alat dan Bahan
bahan baku (Robert et al., 2005). Alat yang digunakan dalam penelitian
Marimin (2005) menyatakan bahwa ini adalah kuisioner, perangkat keras
pemecahan masalah yang kompleks tidak komputer, serta software simulasi sistem
dapat dilakukan dengan cara sederhana dinamik. Bahan yang digunakan adalah
menggunakan penyebab tunggal, tetapi data primer yang diperoleh dari wawancara
dengan menerapkan pendekatan sistem dan data sekunder hasil telaah pustaka dan
yang dapat memberikan dasar untuk penelusuran data dari instansi terkait.
memahami penyebab ganda dari suatu
masalah dalam kerangka suatu sistem. Tahapan Penelitian
Prediksi ketersediaan singkong bukan Tahapan dalam penelitian ini
merupakan hal yang sederhana dan mudah mengacu pada model tahapan yang
karena sifatnya yang kompleks dan dinamis dikembangkan oleh Widayani (1999).
(FAO, 1999). Salah satu pendekatan yang Tahapan penelitian dapat dilihat pada
dapat digunakan untuk memahami perilaku Gambar 1.
dinamik tingkat persediaan singkong di
Kabupaten Jember adalah dengan
pendekatan simulasi model “Sistem
Dinamik”.
Sistem dinamik pertama kali
perkenalkan oleh Jay W. Forrester di
Massachussetts Institute of Technology
(MIT) pada tahun 1950-an, merupakan
suatu metode pemecahan masalah-masalah
kompleks yang timbul karena adanya
kecenderungan sebab-akibat dari berbagai
macam variabel di dalam sistem. Dengan
kemampuan tersebut, prediksi ketersediaan
singkong dapat dilakukan secara akurat
(Hidayanto et al., 2001; Halog dan Chain,
2006).
Metode sistem dinamik pertama kali
diterapkan pada permasalahan manajemen Gambar 1. Diagram alir tahap penelitian
seperti fluktuasi inventori, ketidakstabilan
tenaga kerja, dan penurunan pangsa pasar Identifikasi masalah
suatu perusahaan. Hingga saat ini aplikasi Masalah utama yang timbul dalam
metode sistem dinamik terus berkembang sistem ketersediaan singkong adalah tidak
semenjak pemanfaatannya dalam bidang- tersedianya kuantitas bahan baku secara
bidang sosial dan ilmu-ilmu fisik. Tujuan kontinyu dan terjadinya fluktuasi harga
dari penelitian ini adalah (1) Merancang singkong pada tingkat petani sehingga
model sistem dinamik ketersediaan bahan mempengaruhi minat petani untuk
baku bagi industri tape singkong di menanam singkong. Kedua hal tersebut
Kabupaten Jember; (2) Merancang akhirnya dapat menimbulkan
beberapa skenario perencanaan penyediaan ketidakstabilan dalam persediaan singkong.
singkong bagi industri tape singkong.
163
Model Sistem Dinamik Ketersediaan Singkong Bagi Industri Tape...
Jurnal Agroteknologi Vol. 09 No. 02 (2015)

Langkah awal dalam membangun bagi menjadi tiga yaitu (1) submodel
model sistem dinamik adalah pemilihan kebutuhan konsumsi, submodel, (2)
tema dan tujuan. Tahap ini merupakan submodel kebutuhan industri, (3) submodel
bagian terpenting dari pemodel agar penyediaan. Tujuan dari pembagin
permasalahan yang dikaji dan batasan- submodel ini adalah untuk mempermudah
batasan sistemnya (system boundary) dalam melakukan simulasi.
menjadi jelas dan terarah. Ketersediaan
singkong merupakan tema yang dipilih Simulasi model
dalam penelitian ini dan tujuan pemodelan Setelah tahap formulasi model
dibuat untuk mengetahui tingkat dilakukan tahap simulasi model. Tahapan
ketersediaan singkong dimasa yang akan ini merupakan tahapan pemberian nilai
datang. pada variabel awal yang telah diketahui
nilainya. Sistem dinamik menggunakan
Konseptualisasi sistem persamaan matematika (differential
Konseptualisasi sistem merupakan equations) untuk menggambarkan sebuah
tahapan pemahaman tentang sistem yang sistem ke dalam model. Model simulasi
akan dimodelkan dalam sebuah konsep. Hal harus sudah dilengkapi dengan persamaan
ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran matematis yang benar, satuan dan
secara menyeluruh tentang model yang penentuan kondisi nilai awal (initial) agar
akan kita buat. Struktur dari model dibuat dapat dijalankan (run). Hasilnya akan
dengan membangun CLD (causal loop diperoleh hubungan yang sesuai antara
diagrams). variabel-variabel dalam diagram.
Berdasarkan CLD dapat dilihat
variabel-variabel utama dalam penelitian Verifikasi dan validasi model
ini yaitu jumlah singkong untuk konsumsi, Verifikasi model merupakan tahap
jumlah singkong untuk bahan baku industri pembuktian bahwa model komputer yang
dan jumlah produksi singkong di telah disusun pada tahap sebelumnya
Kabupaten Jember. Pada variabel jumlah mampu melakukan simulasi dari model
singkong untuk industri akan dilihat dari abstrak yang dikaji (Eriyanto, 1990).
dua jenis industri yaitu tape singkong dan Verifikasi model merupakan tahapan
keripik singkong. Selain digunakan untuk pengujian sejauh mana program komputer
mengetahui tingkat kebutuhan singkong yang telah dibuat telah menunjukan
untuk industri, industri keripik singkong perilaku dan respon yang benar.
juga digunakan sebagai pembanding dari Menurut Daalen dan Thissen (2001)
industri tape singkong dalam memenuhi validasi dalam pemodelan sistem dinamik
kebutuhan bahan baku bagi masing-masing dapat dilakukan dengan beberapa cara
industri. meliputi uji struktur secara langsung (direct
structure tests) tanpa mengoperasikan
Formulasi model (running) model, uji struktur tingkah laku
Tahap formulasi model simulasi model (structure-oriented behaviour test)
menggunakan alat bantu program komputer dengan mengoperasikan model, dan
Powersim studio 2005. Pembuatan struktur pembandingan tingkah laku model dengan
model dilakukann dengan membangun sistem nyata (quantitative behaviour
diagram alir atau SFD (stock-flow pattern comparison).
diagrams) untuk menghantar pada tahap Validasi model dilakukan sesuai
simulasi. Berdasarkan model yang dengan tujuan pemodelan yaitu dengan
dibangun CLD, model pada penelitian ini di membandingkan perilaku dinamis model
164
Model Sistem Dinamik Ketersediaan Singkong Bagi Industri Tape...
Jurnal Agroteknologi Vol. 09 No. 02 (2015)

dengan kondisi sistem nyata. Apabila skenario untuk memenuhi kebutuhan


model telah dianggap valid, selanjutnya persediaan singkong bagi agroindustri tape
model ini dapat dipergunakan sebagai wakil singkong. Skenario kebijakan pada
sistem nyata. Validasi dalam pemodelan ini penelitian ini dilakukan dalam rentan waktu
dilakukan dengan membandingkan tingkah sepuluh tahun kedepan (2014-2023).
laku model dengan sistem nyata
(quantitative behaviour pattem
comparison) yaitu dengan uji MAPE (Mean HASIL DAN PEMBAHASAN
Absolute Percentage Error). MAPE adalah
salah satu ukuran relatif yang menyangkut Konseptualisasi Sistem
kesalahan persentase. Uji ini dapat Permasalahan ketersediaan singkong
digunakan untuk mengetahui kesesuaian merupakan suatu permasalahan sistem yang
data hasil prakiraan dengan data aktual. cukup kompleks dengan melibatkan
berbagai komponen, variabel di dalamnya
yang saling berinteraksi dan terintegrasi.
Ketersediaan singkong secara regional
dapat dipandang sebagai suatu masalah
dinamika sistem yang berubah sepanjang
waktu dan dipengaruhi oleh faktor-faktor
Keterangan : yang juga bersifat dinamis. Gambar 2
Xm : data hasil simulasi merupakan gambaran model konseptual
Xd : data aktual yang akan dibangun pada penelitian ini.
n : periode/banyaknya data

Kriteria ketepatan model dengan uji MAPE


(Lomauro dan Bakshi, 1985 di dalam
Somantri, 2005) adalah :
MAPE < 5% : sangat tepat
menggambarkan kondisi sesungguhnya
5% < MAPE < 10% : cukup tepat
menggambarkan kondisi sesungguhnya
MAPE > 10% : tidak tepat model
tidak tepat dalam menggambarkan kondisi
sesungguhnya

Analisis kebijakan Gambar 2. Model konseptual


Kebijakan adalah aturan umum
bagaimana status keputusan dibuat berdasar
pada informasi yang ada. Dalam sistem Model sistem dinamik yang
dinamik ketersediaan singkong bagi dikembangkan dibatasi pada hal-hal yang
agroindustri tape, kebijakan-kebijakan berkaitan dengan penyediaan (produksi)
dibangun berdasarkan variabel-variabel singkong dan permintaan terhadap
terkait seperti luas lahan, produktivitas, dan singkong bagi kebutuhan konsumsi dan
kebutuhan singkong untuk konsumsi dan bahan baku industri. Untuk memudahkan
industri. Berdasarkan variabel-variabel dalam pemodelan, sistem ketersediaan
tersebut, nantinya akan dibangun skenario- singkong dibagi menjadi tiga sub sistem

165
Model Sistem Dinamik Ketersediaan Singkong Bagi Industri Tape...
Jurnal Agroteknologi Vol. 09 No. 02 (2015)

yaitu sub sistem penyediaan, sub sistem sitem ketersediaan singkong.


kebutuhan konsumsi, dan sub sistem Model dinamika sistem yang
kebutuhan industri. dikembangkan dibatasi pada hal-hal yang
Simulasi model dinamik ketersediaan berkaitan dengan penyediaan (produksi)
singkong merupakan suatu model yang singkong dan permintaan terhadap
dirancang dengan menggunakan singkong bagi kebutuhan konsumsi dan
pendekatan sistem dinamik. Model ini bahan baku industri. Untuk mempermudah
dibuat berdasar identifikasi permasalahan dalam melakukan analisa model
yang dituangkan ke dalam diagram sebab ketersediaan singkong yang dibangun bagi
akibat (causal loop), diformulasikan dalam menjadi tiga sub unit yaitu : sub model
diagram alir (stock dan flow) dan penyediaan, sub model kebutuhan
disimulasikan dengan menggunakan konsumsi, dan sub model kebutuhan
software simulasi sistem dinamik. Gambar industri.
3 merupakan diagram sebab akibat dari

Gambar 3. Diagram sebab akibat penyediaan singkong

166
Model Sistem Dinamik Ketersediaan Singkong Bagi Industri Tape...
Jurnal Agroteknologi Vol. 09 No. 02 (2015)

Formulasi Model Sub model penyediaan


Tahapan formulasi model adalah Sub model penyediaan singkong
tahapan dimana sub model yang telah merupakan gambaran sistem penyediaan
dibangun dirubah ke dalam bentuk stock singkong di Kabupaten Jember. Sub model
flow diagram. Tahapan ini dilakukan penyediaan ini dipengaruhi oleh variabel-
dengan menggunakan software simulasi variabel antara lain luas areal tanam, alih
sistem dinamik. stock flow diagram yang fungsi lahan (konversi), perluasan areal
dibuat nantinya akan diberikan persamaan tanam (ekstensifikasi), luas panen, dan
matematika untuk melihat hubungan antar produktivitas. Secara lebih jelas, SFD sub
variabel. model penyediaan dapat dilihat pada
Gambar 5.
Sub model kebutuhan konsumsi
Sub model kebutuhan singkong untuk
konsumsi sangat dipengaruhi oleh perilaku
masyarakat dalam mengkonsumsi singkong
baik dalam bentuk segar maupun dalam
bentuk olahannya. Perilaku masayarakat
dalam sub model kebutuhan konsumsi ini
adalah konsumsi singkong segar. Perilaku
masyarakat Kabupaten Jember dapat di
gambarkan seperti Gambar 4.

Gambar 5. Diagram alir penyediaan singkong


Gambar 4. Diagram alir kebutuhan konsumsi

Luas tanamt = Luas tanamt-1 + Laju


Penduduk kab. jembert = Penduduk Kab. ekstensifikasi – Laju
Jembert-1 + Laju pertumbuhant .............(1) konversit.................(2)
Sub model kebutuhan konsumsi pada
penelitian ini dipengaruhi oleh jumlah Produksi singkong sangat dipengaruhi oleh
penduduk Kabupaten Jember dan tingkat luas panen dan produktivitas. Dimana, pada
konsumsi penduduk Kabupaten Jember. pada penelitian ini peroduktivitas singkong
Semakin tinggi jumlah penduduk di input dengan menggunakan persamaan
Kabupaten Jember dan tingkat konsumsi GRAPH. Sementara, untuk produksi
singkong maka semakin tinggi pula jumlah singkong menggunakan persamaan berikut :
singkong yang dikonsumsi. Luas panent = Luas tanamt-1 – Penyusutant
...............................................................(3)
Produksi singkongt = Luas Panent *
Produktivitast ........................................(4)

167
Model Sistem Dinamik Ketersediaan Singkong Bagi Industri Tape...
Jurnal Agroteknologi Vol. 09 No. 02 (2015)

Sub model kebutuhan industri Kapasitas industrit = Kapasitas industrit-1


Sub model kebutuhan industri + Laju kapasitas industrit
dibangun berdasarkan kebutuhan bahan ….......................(5)
baku pada industri kecil/home industry
yang meliputi industri tape sebagai kajian
utama dan industri keripik sebagai industri
pembanding. Industri tersebut merupakan Jumlah singkong yang dimanfaatkan
industri primer yang mengolah secara industri sebagai bahan baku masih dibawah
langsung singkong Gambar 6. kapasitas produksinya sebagaimana
Kapasitas dari industri yang ditunjukan persamaan berikut ini.
mengolah singkong semakin semakin lama Kapasitas Max > Kapasitask ... k = 2
semaki meningkat. Oleh karena itu …..(6)
kapasitas industri sangat dipengaruhi oleh
laju kapasitas industri. Hal ini sesuai
dengan persamaan 5.

Gambar 6. Diagram alir kebutuhan industri

168
Model Sistem Dinamik Ketersediaan Singkong Bagi Industri Tape...
Jurnal Agroteknologi Vol. 09 No. 02 (2015)

Industri yang digunakan dalam Pangan Jawa Timur, 2006) dan


penelitian ini adalah industri yang terdaftar dianggap tetap selama tahun 2004-
di Dinas Perdagangan dan Perindustrian 2023.
Kabupaten Jember yaitu industri tape dan e. Periode analisis simulasi dibatasi untuk
keripik. Oleh karena itu persamaan periode tahun 2014 sampai dengan
matematika yang digunakan adalah sebagai tahun 2023.
berikut: f. Industri tape di Kabupaten Jember
Kebutuhan singkong total = f (kebutuhan diasumsikan memilki kapasitas
industri tape, kebutuhan produksi tetap
industri keripik) …..................................(7) g. Kapasitas produksi industri tape hanya
terpenuhi sebesar 60%.
h. Variabel yang merupakan konstanta
dalam penelitian ini adalah tingkat
...............................................................(8) konsumsi, faktor penyesuaian, laju
intensifikasi, luas lahan non produktif,
Kebutuhan industri merupakan kebutuhan rate ekstensifikasi, rate konversi, rate
gabungan dari industri keripik dan tape kapasitas industri, dan ketersediaan
yang ada di Kabupaten Jember. Sub model bahan baku.
ini sangat dipengaruhi oleh kapasitas
produksi dari masing-masing industri. Keterbatasan Model
Menurut Eriyatno (1999) model
didefinisikan sebagai suatu perwakilan atau
Asumsi Model abstraksi dari sebuah objek atau situasi
Asumsi merupakan pikiran-pikiran aktual. Model memperlihatkan hubungan-
dasar yang digunakan sebagai titik tolak hubungan langsung maupun tidak lansung
atau alasan dalam menjelaskan suatu serta kaitan timbal balik antar variabelnya.
fenomena dan diyakini kebenarannya. Semakin banyak variabel yang terkait
Berikut asumsi-asumsi yang digunakan dalam suatu pemodelan, maka pemodelan
dalam pemodelan sistem dinamik tersebut dapat dikatakan baik karena
ketersedian singkong bagi industri tape di mendekati sistem nyata.
Kabupaten Jember : Ketersediaan singkong yang
a. Permintaan singkong adalah untuk dimodelkan dalam penelitian ini hanya
kebutuhan industri yang terdaftar di berfokus pada supply dan demand. Supply
Disperinda Kabupaten Jember merupakan penyediaan singkong yang
b. Penyediaan singkong hanya berasal dari berasal dari Kabupaten Jember saja,
Kabupaten Jember. sedangkan demand merupakan permintaan
c. Umur panen singkong diasumsikan 9 dari industri tape, keripik dan kebutuhan
bulan. Rukmana (1997), Singkong konsumsi. Industri yang dipilih merupakan
memiliki kadar karbohidrat (pati) industri yang terdaftar di Disperinda
maksimal pada umur tanaman 9-12 Kabupaten Jember.
bulan. Model yang dibangun pada penelitian
d. Konsumsi rata-rata Singkong penduduk ini tidak melibatkan variabel biaya atau
Kabupaten Jember dalam bentuk segar keuntungan (finansial) sehingga tidak
diasumsikan sama dengan konsumsi mempunyai keterkaitan antara produksi
penduduk Jawa Timur yaitu sebesar singkong dengan industri tape.
0,1952 kw/jiwa/thn (Badan Ketahanan

169
Model Sistem Dinamik Ketersediaan Singkong Bagi Industri Tape...
Jurnal Agroteknologi Vol. 09 No. 02 (2015)

kw
Hasil simulasi
500,000
Simulasi merupakan tahapan dimana
model ketersediaan singkong dioperasikan 400,000

untuk mempelajari secara detail bagaimana


300,000
pengaruh setiap variabel terhadap
ketersediaan singkong. Melalui proses 200,000

simulasi dapat diketahui bagaimana 100,000


perilaku sistem yang sebenarnya.
Kondisi awal luas areal tanam selama 0
04 05 06 07 08 09 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
periode tahun 2004-2013 dimana terjadi
kecenderungan penurunan. Penurunan luas Gambar 8. Kebutuhan singkong total Kabupaten
areal tanam terjadi karena adanya konversi ......................Jember
lahan setiap tahunnya. Menurut data yang
Berdasarkan hasil simulasi di atas
didapat dari Dinas Pertanian, luas areal
terlihat bahwa produksi singkong
tanam singkong berkurang setiap tahunnya.
berfluktuasi setiap tahunnya dan memiliki
Pada simulasi ini laju konversi lahan
kecenderungan menurun sebagai adanya
sebesar 8% per tahun (Disperta Kab.
pergeseran areal tanam singkong.
Jember, 2014). Penurunan luas areal tanam
Sementara itu kebutuhan singkong total,
singkong berdampak pada produksi
baik untuk industri maupun konsumsi
singkong di Kabupaten Jember.
mengalami peningkatan. Pada Gambar 9
Berdasarkaan hasil simulasi produksi
terlihat bahwa neraca ketersediaan
singkong di Kabupaten Jember dapat dilihat
singkong. Pada Gambar 9 terlihat bahwa
pada Gambar 7 dan Gambar 8 merupakan
ketersediaan singkong mengalami surplus
grafik kebutuhan total singkong di
pada tahun 2004-2012. Sedangkan pada
Kabupaten Jember.
tahun 2013-2024 neraca ketersediaan
singkong mengalami defisit atau dapat
kw dikatakan bahwa produksi singkong tidak
1,100,000 dapat memenuhi kebutuhan.
1,000,000
produksi singkong

900,000
800,000
Neraca Ketersediaan
700,000
600,000 kw
500,000
400,000 1,000,000
300,000
800,000
200,000
100,000 600,000
0
0405060708091011121314151617181920212223 400,000

Gambar 7. Grafik produksi singkong Kabupaten 200,000

......................Jember 0
0405060708091011121314151617181920212223

Gambar 9. Neraca ketersediaan singkong

170
Model Sistem Dinamik Ketersediaan Singkong Bagi Industri Tape...
Jurnal Agroteknologi Vol. 09 No. 02 (2015)

Uji Validasi 2004-2013 diperoleh nilai rata-rata sebesar


Validasi model dilakukan dengan 0.51%. Nilai tersebut lebih kecil dari 5%
membandingkan hasil simulasi dengan data sehingga dapat disimpulkan bahwa model
aktual yang diperoleh dari sistem nyata. tepat dan dapat diterima.
Validasi pada pemodelan ketersediaan Uji validasi terahir dilakukan
singkong ini dilakukan kepada data-data terhadap data luas tanam. Hasil simulasi
aktual yang tersedia meliputi data pada tahun 2013 2.561,95 ha dan data
kependudukan, produksi singkong, dan luas aktual sebesar 2.592 ha. Berdasarkan
tanam singkong. perhitungan uji MAPE terhadap data
Berdasarkan hasil simulasi, penduduk produksi singkong tahun 2004-2013
Kabupaten Jember pada tahun 2013 diperoleh nilai rata-rata sebesar 0,39%.
berjumlah 2.358.407,49 jiwa. Sedangkan Nilai tersebut lebih keci dari 5% sehingga
data aktual berjumlah 2.332.726 jiwa. dapat disimpulkan bahwa model sangat
Perhitungan dengan uji MAPE terhadap tepat dan dapat diterima.
data kependudukan pada tahun 2004-2013
diperoleh nilai rata-rata 0,96%. Nilai Skenario Kebijakan untuk
tersebut kurang dari 5% sehingga dapat Meningkatkan Ketersediaan Singkong
disimpulkan bahwa model model tersebut bagi Industri Tape
tepat. Berdasarkan hasil simulasi diketahui
Hasil simulasi produksi singkong bahwa ketersediaan singkong di Kabupaten
pada tahun 2013 sebesar 434.320,82 kw. Jember mengalami penurunan dan sejak
Sedangkan data aktual berjumlah 415.600 tahun 2013 produksi singkong tidak mampu
kw. Berdasarkan perhitungan uji MAPE memenuhi kebutuhan singkong untuk
terhadap data produksi singkong tahun konsumsi dan untuk kebutuhan industri.

Tabel 1. Hasil skenario kebijakan

Time Produksi singkong Kapasitas riil Kapasitas gap


industri tape maksimum industri
tape
2004 1.142.891,40 kw 4.006,08 kw 11.128,00 kw -4.451,20 kw
2005 998.630,10 kw 4.206,38 kw 11.684,40 kw -4.673,76 kw
2006 706.911,70 kw 4.416,70 kw 12.268,62 kw -4.907,45 kw
2007 641.992,95 kw 4.637,54 kw 12.882,05 kw -5.152,82 kw
2008 640.853,52 kw 4.869,42 kw 13.526,15 kw -5.410,46 kw
2009 587.390,18 kw 5.112,89 kw 14.202,46 kw -5.680,98 kw
20101 523.461,63 kw 5.368,53 kw 15.658,21 kw -5.965,03 kw
2012 505.947,11 kw 5.636,96 kw 16.441,12 kw -6.576,45 kw
2013 434.320,83 kw 5.918,80 kw 17.263,18 kw -6.576,45 kw
2014 450.747,10 kw 6.214,74 kw 18.126,34 kw -6.905,27 kw
2015 421.795,08 kw 10.875,80 kw 19.032,66 kw 0,00 kw
2016 395.159,23 kw 11.419,59 kw 19.984,29 kw 0,00 kw
2017 370.654,24 kw 11.990,57 kw 20.983,50 kw 0,00 kw
2018 348.109,66 kw 12.590,10 kw 22.032,66 kw 0,00 kw
2019 327.368,64 kw 13.219,61 kw 23.134,31 kw 0,00 kw
2020 308.286,90 kw 13.880,59 kw 24.291,03 kw 0,00 kw
2021 290.731,70 kw 14.574,62 kw 25.505,58 kw 0,00 kw
2022 274.580,92 kw 16.068,52 kw 26.780,86 kw 0,00 kw
2023 259.722,20 kw 16.871,94 kw 28.119,90 kw 0,00 kw

171
Model Sistem Dinamik Ketersediaan Singkong Bagi Industri Tape...
Jurnal Agroteknologi Vol. 09 No. 02 (2015)

Pada penelitian ini skenario-skenario yang peningkatan produktivitas singkong sebsar


dibangun bertujuan untuk mencari skenario 20 kw/ha. Hasil skenario menunjukan
terbaik untuk memenuhi kebutuhan bahwa skenario yang telah dibangun
singkong bagi industri tape. Skenario yang mampu untuk memenuh kebutuhan
digunakan pada penelitian ini adalah singkong industri tape.
skenario kemitraan, perluasan areal tanam
dan peningkatan produktivitas singkong. DAFTAR PUSTAKA
Skenario ini juga merupakan Daalen, V. and Thissen, W. A. H. 2001.
gambaran peranan aktif dari pemerintah Dynamics Systems Modelling
dalam masalah ketersediaan singkong. Continuous Models. Faculteit Techniek,
Kebijakan yang diterapkan pada skenario Bestuur en Management (TBM),
Technische Universiteit Delft.
ini adalah kebijakan perluasan areal tanam
sebesar 2% per tahun dan upaya Eriyatno. 1999. Ilmu Sistem, Meningkatkan
intensifikasi yang meningkatkan Mutu dan Efektifitas Manajemen. IPB
produktivitas hingga 20 kw/tahun. Press, Bogor.
Hasil dari skenario ini dapat dilihat [FAO] Food and Agriculture Organization.
pada Gambar 10 dan secara kualitatif hasil 1999. Fisheries Management: Technical
simulasi dapat dilihat pada Tabel 1. Guidelines for Responsible
Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui Fisheries(68). Rome: 68p.
bahwa nilai peningkatan produksi singkong Forrester, J. W. 1989. The Begining of System
lebih besar jika dibandingkan dengan nilai Dynamics [paper]. Banquet Talk at the
gap. Hal itu menunjukan bahwa International Meeting of The System
peningkatan produksi singkong mampu Dynamics Society. Stuttgart, Germany (
memenuhi kebutuhan singkong untuk http://leml.asu.edu/jingle/Wap_Pages/Ec
industri tape. oMod_Website/Readings). [Diakses
Tanggal 24 September 2015]
kw Halog, A and Chain, A. 2006. Toward
1,100,000
1,000,000
sustainable production in the canadian
produksi singkong

900,000 oil sands industry. Proceding of LCE.


800,000
Institute of Chemical Process and
700,000
600,000 Environmental Technology. Montreal,
500,000 Ottawa, Ontario: National Research of
400,000
300,000
Canada: 131–136.
200,000
100,000
Hidayatno, A., Sutrisno, A., Zagloel, Y. M.,
0 Purwanto. 2011. System dynamics
0405060708091011121314151617181920212223
sustainability model of palm-oil based
biodiesel production chain in Indonesia.
Gambar 10. Hasil skenario kebijakan International Journal of Engineering &
Technology IJET-IJENSI, 11 (3): 1–6.
Marimin. 2005. Teori dan Aplikasi Sistem
KESIMPULAN
Pakar dalam Teknologi Manajerial. IPB
Model sistem dinamik yang telah Press, Bogor
dikembangkan telah dapat mendiskripsikan
kondisi ketersediaan singkong di Murillas, A., Chamorro, J. M. 2006. Valuation
Kabupaten Jember dari sisi suplay dan and management of fishing resources
under price uncertainty. Environmental
demand. Pada penelitian ini dibangun
& Resource Economics, 33: 39–71.
skenario kemitraan dengan kebijakan
perluasan areal tanam (ekstensifikasi) dan
172
Model Sistem Dinamik Ketersediaan Singkong Bagi Industri Tape...
Jurnal Agroteknologi Vol. 09 No. 02 (2015)

Pontecorvo, G., Schrank, W. E. 2001. A small


core fishery: A New approach to
fisheries management. Marine Policy,
25: 43–48.
Rukmana, R. H. 1997. Singkong, Budidaya dan
Pasca Panen. Kanisius, Yogyakarta.
Roberts, C. M., Hawkins, Gelly. 2005. The role
of marine reserves in achieving
sustainable. Fisheries. Phil. Trans. R.
Soc.B, 360: 123–132.

173

Anda mungkin juga menyukai