Anda di halaman 1dari 17

PENGARUH PEMBANGUNAN KAFE DI JALAN

DIPONEGORO TERHADAP JARINGAN JALAN DI


KABUPATEN KETAPANG

MAKALAH

Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Oleh:

FANISSA ADINDA AULIA


NIM D1091211022

FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan
makalah ini guna memenuhi tugas pada mata kuliah Perencanaan Transportasi
dalam Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota dengan judul “Pengaruh
Pembangunan Kafe di Jalan Diponegoro terhadap Jaringan Jalan di
Kabupaten Ketapang”

Tidak lupa saya ucapkan terima kasih kepada ibu S. Nurlaily Kadarini ST, MT
selaku dosen pengampu Perencanaan Transportasi.

Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dikarenakan
terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang saya miliki. Oleh karena itu, saya
mengharapkan segala bentuk saran serta kritik yang membangun dari berbagai
pihak. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun para pembaca.

Pontianak, Oktober 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................................. ii

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................... 2
1.3 Tujuan dan Manfaat Makalah ........................................................................ 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................... 3

2.1 Ruang Publik .................................................................................................. 3


2.2 Kafe ................................................................................................................ 3
2.3 Lokasi Jalan ................................................................................................... 4

BAB III PEMBAHASAN .............................................................................................. 5

3.1 Gambaran Umum Kabupaten Ketapang ........................................................ 5


3.2 Kondisi Arus Jalan di Jalan Diponegoro ....................................................... 6
3.3 Faktor Pembangunan Kafe di Jalan Diponegoro ........................................... 6

3.4.1 Aspek Sosial ................................................................................ 6


3.4.2 Aspek Ekonomi ........................................................................... 7

3.4 Faktor Pendorong dan Penghambat Pembangunan Kafe di Jalan

Dipoengoro ................................................................................................... 8

3.4.1 Faktor Pendorong ........................................................................ 8


3.4.2 Faktor Penghambat...................................................................... 8

3.5 Dampak Yang Didapatkan Dari Pembangunan Kafe di Jalan Diponegoro ... 9

ii
3.5.1 Dampak Positif ............................................................................ 9
3.5.2 Dampak Negatif .......................................................................... 9

BAB IV PENUTUP ...................................................................................................... 11

4.1. Kesimpulan .................................................................................................. 11


4.2. Saran ............................................................................................................ 11

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 12

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Jalan Diponegoro ......................................................................................... 4

Gambar 3.1. Peta Wilayah Kabupaten Ketapang ............................................................. 5

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di era globlisasi seperti sekarang ini kafe merupakan pembangunan yang banyak
diminati masyarakat. Bukan hanya sekedar area untuk makan saja akan tetapi banyak
masyarakat yang menjadikan kafe digunakan untuk tempat berkumpul. Hal ini dapat
ditinjau dari gaya masyarakat saat ini yang senang bertatap muka, berbincang-bincang
dan juga bersantai. Manusia adalah makluk sosial dimanapun mereka berada saling
membutuhkan satu sama yang lain. Dengan demikian mereka membutuhkan sarana
untuk bersosialisasi. Oleh karena itu dengan adanya kafe sebagai ruang publik ini dapat
merealisikan keinginan mereka akan tempat berkumpul.

Kabupaten Ketapang saat ini mengalami pertumbuhan yang sangat pesat. Dari
infrastruktur bangunan hingga aspek-aspek lain seperti ekonomi, sosial dan lain
sebagainya selalu meningkat dari waktu ke waktu. Tidak hanya bangunan seperti
jembatan, trotoar dan sebagainya saja yang di tumbuh, pembangunan untuk tempat
orang-orang bersosialisasi juga tumbuh pesat, contohnya adalah pembangunan
bangunan kafe. Kafe ini memiliki peminat yang terus meningkat seiring dengan
peningkatan minum kopi di tengah masyarakat menjadi salah satu pemicu
bertambahnya jumlah kafe dari tahun ke tahun. Pembangunan kafe ini juga berpengaruh
terhadap arus jalan dikarenakan semakin banyaknya masyarakat yang berpergian ke
kafe.

Jalan Diponegoro merupakan salah satu jalan yang sering dilewati oleh
masyarakat dikarenakan jalan ini merupakan jalan yang menghubungkan ke jalan
utama. Dengan ramainya masyarakat yang melewati jalan ini, Jalan Diponegoro
menjadi salah satu pusat kegiatan perdagangan seperti tempat makan, pasar dan lain-
lain warkop dan lain-lainnya. Kafe merupakan salah satu infrastruktur yang terbangun
di Jalan Diponegoro ini. Adanya pembangunan kafe di jalan ini tentunya akan
berpengaruh terhadap arus serta jaringan jalan sehingga masyarakat yang melewati jalan
ini menjadi semakin ramai. Maka dari itu. Disusunnya makalah untuk mengetahui lebih

1
lanjut mengenai pembangunan kafe di Jalan Diponegoro terhadap jaringan jalan di
Kabupaten Ketapang.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, adapun rumusan masalah sebagai


berikut:

1. Bagaimana kondisi arus jalan di Jalan Diponegoro?


2. Apa faktor dibangunannya kafe di Jalan Diponegoro?
3. Apa faktor pendorong dan penghambat pembangunan kafe di Jalan
Diponegoro?
4. Apa dampak yang didapatkan dari pembangunan kafe di Jalan
Diponegoro?

1.3 Tujuan dan Manfaat Makalah

Adapun tujuan dan manfaat penulisan dari penyusunan makalah ini berdasarkan
rumusan masalah tersebut sebagai berikut:

1. Mengetahui kondisi arus jalan di Jalan Diponegoro.


2. Mengetahui faktor dibangunnya kafe di Jalan Diponegoro.
3. Mengetahui faktor pendorong dan penghambat pembangunan kafe di Jalan
Diponegoro.
4. Mengetahui dampak yang didapatkan dari pembangunan kafe di Jalan
Diponegoro.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ruang Publik

Ruang publik adalah Areal atau tempat dimana suatu masyarakat atau komunitas
dapat berkumpul untuk meraih tujuan yang sama, sharing permasalah baik permasalah
pribadi maupun kelompok. Areal ini dapat berupa ruang dalam dunia nyata (Real Space)
ataupun dunia maya (Virtual Space). Real space dapat berupa taman-taman, sekolah,
gedung-gedung bersama, Gym dll. Sedangkan virtual space dapat berupa grup-grup
Instagram, WhatsApp, Line dan lain-lain. Jika diambil contoh dalam sebuah grup
Bahasa Inggris di Facebook, semua orang yang berada didalam grup itu bisa dikatakan
memiliki satu tujuan sama, yaitu belajar bahasa inggris (tanpa menghitung beberapa
orang yang bertujuan untuk berjualan atau tujuan lain yang tidak diungkapkan). Di
dalam grup ini nantinya akan dibahas materi-materi yang dipelajari. Selain itu, admin
(ataupun pengurus) grup biasanya akan bertanya tentang hal apa yang menjadi
permasalahan anggota grup, seperti pada bagian mana seorang anggota grup masih
sangat kurang dalam memahami materi. Selanjutnya pengurus grup bisa memberikan
solusi. Jika pengurus tidak mampu, maka pengurus tersebut bisa melemparnya ke semua
member untuk didiskusikan bersama. Contoh lain, pada taman-taman kota ataupun
tempat wisata. areal taman ini tentu saja fungsi utamanya adalah sebagai tempat
untuk bersantai, sebagai tempat mendapatkan relaksasi setelah melewati pekerjaan yang
cukup membebani pikiran, atau juga sebagai tempat untuk berkumpul bersama keluarga.
Jadi, dapat dikatakan bahwa ruang publik mempunyai ‘tugas’ untuk menampung dan
memberi tempat pada semua kepentingan publik.

2.2 Kafe

Coffeehouse, coffeeshop, café merupakan gabungan dari karakter bar dan


beberapa karakter restoran. Di beberapa Negara, kafe dapat menyerupai resto,
menawarkan aneka makanan berat. Bagian terpenting dari sebuah coffeehouse dari awal
mulanya adalah fungsi sosialnya, tersedianya tempat dimana orang-orang pergi untuk
berkumpul, bercengkrama, menulis, membaca, bermain atau ketika menghabiskan
waktu baik dalam kelompok/secara individu. Kafe berasal dari kata Prancis yaitu cafe

3
yang berarti coffee dalam Bahasa Indonesia yaitu kopi atau coffeehouse dalam
Bahasa Indonesia adalah kedai kopi, istilah ini muncul pada abad ke-18 di Inggris. Kopi
pertama kali masuk ke Eropa pada tahun 1669 ketika utusan Sultan Mohammed IV
berkunjung ke Paris, Prancis, dengan membawa berkarung-karung biji misterius yang
nantinya dikenal dengan nama coffee.

Pada awalnya kafe hanya berfungsi sebagai kedai kopi, tetapi sesuai dengan
perkembangan jaman kafe telah memiliki banyak konsep, diantaranya sebagai tempat
menikmati hidangan/dinner, kafe otomotif yang kafe ini disediakan bagi komunitas
penggemar dunia otomotif, sampai pada cyber cafe atau kafe yang menyediakan fasilitas
jaringan online/internet bagi konsumennya.

2.3 Lokasi Jalan

Jalan Diponegoro merupakan jalan lingkungan sekuder yang memiliki panjang


585 meter serta lebar 5.8 meter. Jalan ini dibagi menjadi dua karena dipotong oleh Jalan
Basuki Rahmat. Sebagian besar jalan ini merupakan kawasan perdagangan karena
terletak dengan dengan Pasar Baru. Jalan ini merupakan salah satu jalan menuju Jalan
M.T. Haryono yang merupakan jalur jalan menuju jalan utama yaitu Jalan R.Suprapto.

Gambar 2.1 Jalan Diponegoro

4
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Gambaran Umum Kabupaten Ketapang

Kabupaten Ketapang adalah salah satu Daerah Tingkat II di Provinsi Kalimantan


Barat. Ibukota kabupaten ini terletak di Kecematan Delta Pawan atau yang dikenal
sebagai Kota Ketapang, sebuah kota yang terletak di Delta Sungai Pawan. Berdasarkan
geografi kabupaten ini memiliki luas wilayah 31.588,00 km2 dan memiliki penduduk
sebanyak 579.627 jiwa. Kabupaten Ketapang terletak di antara garis 0º 19’00” - 3º 05’
00” Lintang Selatan dan 108º 42’ 00” - 111º 16’ 00” Bujur Timur.

Gambar 3.1 Peta Wilayah Kabupaten Ketapang

Dibandingkan kabupaten lain di Kalimantan Barat, Kabupaten Ketapang


merupakan kabupaten terluas, memiliki pantai yang memanjang dari selatan ke utara

5
dan sebagian pantai yang merupakan muara sungai, berupa rawa-rawa terbentang mulai
dari Kecamatan Teluk Batang, Simpang Hilir, Sukadana, Matan Hilir Utara, Matan Hilir
Selatan, Kendawangan dan Pulau Maya Karimata, sedangkan daerah hulu umumnya
berupa daratan yang berbukit-bukit dan diantaranya masih merupakan hutan.

3.2 Kondisi Arus Jalan di Jalan Diponegoro

Jalan Diponegoro merupakan jalan yang menghubungkan ke kawasan


perdangan/pasar dan berdekatan dengan jalan utama sehingga jalan ini dapat dikatakan
cukup ramai dilewati oleh masyarakat. Jalan ini jarang terjadi kemacetan dan masih
lancar, namun ketika ada kendaraan beroda empat seperti mobil maupun truk yang ingin
memutar arah akan terjadi kemacetan. Kemacetan ini terjadi dikarenakan jalan yang
hanya memiliki lebar 5,8 meter.

3.3 Faktor Pembangunan Kafe di Jalan Diponegoro

3.3.1 Aspek Sosial

Seringnya masyarakat melewati Jalan Diponegoro, semakin sering juga


masyarakat akan melihat kafe-kafe yang berada di pinggiran jalan sehingga
dapat menarik perhatian masyarakat. Semakin banyak dan eksisnya kafe dan
budaya ngafe pada masyarakat ini menunjukkan bagaimana kafe sebenarnya
mengalami transformasi signifikan. Dengan kata lain, kafe telah mengalami
perubahan sosial.

Membedah perubahan sosial pada institusi kafe bisa dilihat dari dua
sudut padang: lembaga kafe dan pengunjung kafe. Keduanya memiliki karakter
perubahan transformatif yang berbeda-beda.

Pertama, dari aspek kelembagaannya sendiri: kafe telah banyak berubah:


manajemen, struktur dan sistem pengelolaan, hingga pilihan desain interior serta
suasana yang ditawarkan. Jangan dilupakan, transformasi kelembagaan kafe
juga telah mengalami perubahan signifikan segmen yang dibidik. Beragam tema
kafe yang ditawarkan menunjukkan bagaimana lembagan ini mendefinisikan
dirinya, segmen sasarannya, dan imajinasinya.

6
Kedua, dari aspek penikmat budaya kafe. Saat ini perubahan pada aras
ini bisa diproporsikan yang paling signifikan. Kafe jika dulu dianggap eksklusif,
saat ini menjadi sangat variatif. Pengunjung bisa memilih jenis kafe sesuai
dengan selera dan kemampuan finansialnya. Budaya di kafe-kafe juga sudah
berubah banyak. Dulu kebanyakan kafe untuk santai, bertemu dengan teman dan
sahabat, sekarang kafe juga menjadi arena untuk produktif. Bahkan kafe seperti
menfasilitasi hal itu, sehingga banyak orang yang memilih bekerja sambal ngafe.

Kafe menjadi ruang paling produktif bagi TimSes (Tim Sukses) untuk
merumuskan agenda, program, bahkan rencana aksi para konsultan politik. Atau
kaafe menjadi ruang diskusi santai dan serius untuk menghasilkan sesuatu. Tidak
kalah penting, transformasi kafe juga sudah menjadi tempat keluarga-keluarga
untuk berbagi kebersamaan di antara mereka. Dengan kata lain, kafe bisa
menjadi ruang publik baru tempat masyarakat mengimajinasikan kehidupannya.

3.3.2 Aspek Ekonomi

Selain kafe, Jalan Diponegoro juga terdapat tempat hiburan lain seperti
tempat Billiard, tempat makan, bengkel, dan lain-lain. Dengan ini diharapkan
dapat memberikan perubahan ekonomi di sekitar kafe. Perubahan ekonomi
masyarakat juga terlihat dari sistem mata pencaharian masyarakat dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya. Masyarakat sekitar pun memperoleh
keuntungan apabila kawasan tersebut menjadi ramau dan banyak dikunjungi.
Mereka dapat berjualan makanan dan minuman, menjadi tukang parkir,
membuka tempat makan di sekitar kafe. Keadaan tersebut tentunya akan
membuka kesempatan masyarakat sekitar kafe untuk membuka usaha yang
dapat membantu perekonomian mereka.

Teori-teori pertukaran sosial yang dikemukakan oleh Homans


dilandaskan pada prinsip transaksi ekonomis yang elementer yaitu orang
menyediakan barang atau jasa dan sebagai imbalannya berharap memperoleh
barang atau jasa yang diinginkan. Ahli teori pertukaran memiliki asumsi
sederhana bahwa interaksi sosial itu mirip dengan transaksi ekonomi. Akan
tetapi mengakui bahwa pertukaran sosial tidak selalu dapat diukur dengan nilai

7
uang, sebab dalam berbagai transaksi sosial dipertukarkan juga hal-hal yang
nyata dan tidak nyata.

Pada kafe, masyarakat sekitar kafe melakukan interaksi sosial yang mirip
dengan transaksi ekonomi. Misalnya interaksi sosial berupa penyediaan
makanan dan minuman yang disediakan kafe sebagian dari toko-toko yang
berada di sekitar kafe bahkan jauh dari kafe. Makanan ringan pun didapat dari
masyarakat yang menitipkan barang dagangannya di kafe.

3.4 Faktor Pendorong dan Penghambat Pembangunan Kafe di Jalan Diponegoro

3.4.1 Faktor Pendorong

Adapun faktor-faktor pendorong pembangunan kafe di Jalan Diponegoro


antara lain:

a. Daerah yang stratgis sehingga membuka peluang usaha bagi masyarakat


sekitar dan pemilik kafe. Masyarakat sekitar dapat menitipkan di kafe
karena kafe berada di jalan yang sering dilewati dan pemilik kafe dapat
mendapatkan banyak pengunjung.
b. Semakin banyak orang membutuhkan informasi yang diinginkan secara
cepat melalui. Kebanyakan kafe selalu menyiapkan wifi untuk masyarakat
yang sehingga akan mempermudah kehidupan masyarakat.
c. Menjadi tempat bersantai pada waktu luang. Apabila ada seseorang yang
sibuk dan tidak memiliki waktu namun tetap ingin bersantai, Kafe dapat
memberikan kenyamanan dalam satu tempat.

3.4.2 Faktor Penghambat

Adapun faktor-faktor penghambat pembangunan kafe di Jalan


Diponegoro antara lain:

a. Adanya persaingan antar kafe. Banyaknya dibangun kafe di Jalan


Diponegoro menjadi persaingan usaha, seperti persaingan dalam hal
fasilitas, kecepatan akses, serta harga yang diberikan. Fasilitas yang lengkap

8
dan nyaman, akses mudah serta harga yang murah tentunya akan menarik
banyak pengunjung kafe.
b. Pengunjung kafe lebih memilih kafe yang dekat dengan kampus, sekolah,
atau tempat tinggal. Perilaku pengunjung kafe tentu memiliki alasan tertentu
untuk menentukan kafe yang akan dikunjungi dengan alasan jarak maupun
fasilitas yang disediakan.

3.5 Dampak yang Didapatkan Dari Pembangunan Kafe di Jalan Diponegoro

Dampah yang didapatkan dari pembangunan kafe di Jalan Diponegoro dapat


berupa dampak positif dan dampak negatif.

3.5.1 Dampak Positif

Dampak positif yang didapatkan dari pembangunan kafe di Jalan


Diponegoro antara lain:

a. Jalan Diponegoro semakin maju dengan perkembangan ekonomi yang pesat


dengan adanya kafe yang semakin banyak. Hal ini dikarenakan jalan ini
semakin ramai dan maju seiiring dengan perkembangan zaman.
b. Masyarakat yang berada di Jalan Diponegoro semakin mudah membuka
usaha yang didukung oleh banyaknya kafe yang dibangun.
c. Berdirinya kafe dapat menyerap tenaga kerja yang berasal dari masyarakat
sekitar sehingga menekan angka pengangguran.

3.5.2 Dampak Negatif

Dampak negatif yang didapakan dari pembangunan kafe di Jalan


Diponegoro antara lain:

a. Arus lalu lintas di Jalan Diponegoro semakin padat. Kemacetan di jalan ini
bisa dibilang jarang, namun pada waktu tertentu dapat menggangu arus jalan
karena padatnya kendaraan yang berlalu-lalang di jalan ini serta jalan yang
tidak terlalu lebar. Hal ini dikarenakan Jalan Diponegoro merupakan salah
satu jalan penghubung ke jalan utama.

9
b. Banyaknya remaja menghabiskan waktu luang ke kafe hingga larut malam.
Pelanggan kafe masih remaja yang berinteraksi dengan teman-teman sebaya
hingga pukul 12 malam hingga melupakan waktu belajar mereka.

10
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Pembangunan kafe di Jalan Diponegoro memberikan berbagai perubahan yang


berdampak. Perubahan dalam aspek sosial yang terjadi dari kelembagaan yaitu desain
interior serta suasana yang diberikan. Lalu pada aspek pelanggan kafe ini sesuai dengan
selera dan kemampuan finansial. Tidak hanya untuk bersantai, kafe juga menjadi tempat
untuk produktifitas seseorang. Perubahan dalam aspek ekonomi yaitu membuka mata
pencaharian masyarakat dan membantu perekonomian mereka.

Dampak yang terjadi dalam pembangunan kafe ini dibagi menjadi dua yaitu
dampak positif dan dampak negatif. Dampak positifnya ialah perkembangan ekonomi
pesat kaena banyaknya pembangunan kafe, mudahnya masyarakat membuka usaha dan
menekan angka pengangguran. Dampak negatif yang didapat ialah arus jalan dapat
terganggu pada waktu tertentu dan remaja yang lebih sering menghabiskan waktu di
kafe hingga larut malam.

4.2 Saran

Bagi pemilik kafe, menjalin hubungan antara kafe dengan masyarakat di Jalan
Diponegoro diharapkan terbina lebih baik, sehingga dapat menjalin hubungan yang
sudah ada semakin erat serta menutup lebih awal kafe (kecuali akhir pekan) sehingga
remaja-remaja dapat pulang lebih awal.

Memiliki hubungan yang baik antara kafe dan masyarakat di Jalan Diponegoro
dapat memberikan kenyamanan serta keamanan bagi kedua pihak dan masyarakat harus
lebih pandai menyaring kemajuan teknologi yang ada agar tidak ada yang dirugikan
baik diri sendiri maupun orang lain.

11
DAFTAR PUSTAKA

Sudibyo, A. & Wibowo, S. H. (2005). Republik Tanpa Ruang Publik. Yokyakarta: IRE
Press.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Ketapang. (2022). Kabupaten Ketapang Dalam Angka
2022. Ketapang: BPS Kabupaten Ketapang.

Nurullah, S & Sudaryono. (2022). Fenomena Persebaran dan Faktor Penentuan Lokasi
Coffe Shop di Kawasan Perkotaan Yogyakarta Studi Kasus: Pogung Dalangan,
Pogung Kidul dan Pogung Baru. Skripsi. Tidak Dipublikasikan. Bandung:
Universitas Gadjah Mada.

Wahyu, T. Y. (2012). Eksistensi Warnet café ER, MR dan JE Terhadap Perubahan Sosial
Ekonomi Masyarakat (Studi Kasus di Dusun Mrican Baru, Catur Tunggal,
Depok, Sleman). Skripsi. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.

Ritzer, G. dan Goodman, G. J. (2007). Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Prenada Media
Group.

Kotalogy. (2019). Café dan Perubahan Sosial. https://kotalogy.com/2019/05/25/cafe-dan-


perubahan-sosial/. (Diakses tanggal 1 Oktober 2022)

12

Anda mungkin juga menyukai