Lika Dan Kambaba Luwa Ai
Lika Dan Kambaba Luwa Ai
Penulis: Margaretha Dj. Tara, S.Pd, guru Bahasa Indonesia di SMA NEGERI 1 KAMBERA dan
sebagai pengelola TAMAN BACA HAMMU WANGU 2 di kelurahan Malumbi.
1. buku ini berisi cerita tentang seorang anak perempuan yang bernama Lika.
3. Lika membanti ibunya membuat makanan khas lokal yang terbuat dari ubi kayu yang
dikeringkan yang kemudian ditumbuk untuk menghasilkan adonan yang dibentuk menjadi kue
ubi panggang (Kambaba Luwa Ai)
4. buku ini saya dedikasikan kepada anak-anak Taman baca Hammu Wangu 2 di kelurahan
Malumbi yang selalu menunggu ku pulang
5. terima kasihku kepada kantor Bahasa NTT dan Inovasi yang telah memberi ku ruang untuk
berkarya
LIKA DAN KAMBABA LUWA AI
( gambar)
(gambar)
(gambar)
“tapi itu akan lebih baik dari pada berbohong, nanti boku akan perbaiki jungganya Domu”
(gambar)
“Maafkan saya, Domu. Jungga mu rusak karena jatuh dari pohon saat saya menyimpannya di
sana” dengan wajah menunduk.
(gambar)
“junggamu sudah jadi, boku sudah perbaiki dan memasang snarnya yang baru” sambil
memperlihatkan jungganya pada Domu.
“terima kasih Boku, hmmm maaf karena saya sudah marah pada Damung” sambil menatap
Damung
“tidak apa-apa, Domu. Saya juga salah karena tidak jujur padamu”
Mereka berpelukan
Boku tersenyum
(gambar)
*Jungga adalah gitar mini yang menjadi alat music tradisional yang hanya terdiri dari 2 snar
Mereka mengikat perahunya pada sebatang pohon agar perahunya tidak hanyut terbawa air.
Mereka bertemu Ndilu dan Windi yang sedang memotong rumput untuk ternak sapi peliharaan
mereka
“eh, Ndilu! Kenapa sapimu tidak diikat saja di sini biar makan rumput puas” sambil Lemba
menunjukan hamparan rumput yang menghijau
“saya tidak bisa bawa sapi ke sini karena takut menyebrang sungai”
“jangan omong kosong, Ndilu” menatapnya marah karena Lembah pun takut.
Tiba-tiba sesuatu bergerak dari dalam air tepat dibawah pohon asam.
“jangan takut, anak-anak. Appu mau berjemur di pinggir kali” suara boku Bara mengejutkan
anak.
‘Kami takut, Boku” kata Lemba sambil bersembunyi di balik punggung boku Bara
“kalau kita tidak ganggu appu maka appu tidak akan ganggu kita”
“itu karena dipercaya bahwa nenek moyang kita dulu adalah jelmaan seekor buaya sehingga
dipercaya sampai saat ini bahwa buaya adalah nenek moyang kita” kata boku sambil menunjuk
pada buaya putih yang berenang menuju pinggir kali di sebrang mereka.
Mereka semua melihat buaya berenang ke pinggir untuk berjemur. Ndilu dan windi meneruskan
pekerjaan mereka memotong rumput