Anda di halaman 1dari 3

TUGAS TUTORIAL 1 BIROKRASI INDONESIA

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN

Nama : Indri Alfia


NIM : 042410047

1. Jelaskan Devinisi birokrasi menurut Max Weber beserta contoh nyata dalam kehidupan
birokrasi di Indonesia!
Jawaban
Max Weber tidak pernah mendefinisikan secara utuh tentang birokrasi tetapi hanya
mengemukakan ciri-ciri birokrasi. Dari ciri-ciri itu dapat ditarik kesimpulan, bahwa
“Birokrasi adalah suatu badan administratif tentang pejabat yang diangkat, dan
membentuk hubungan kolektif bagi golongan pejabat itu sebagai suatu kelompok tertentu
yang berbeda, yang pekerjaan dan pengaruhnya dapat dillihat dalam organisasi tertentu,
khususnya menurut prosedur pengangkatannya”. Dengan demikian, berarti bahwa dalam
konsep umum tentang birokrasi Weber, bukan hanya terdiri dari gagasan tertentu tentang
kelompok, tetapi juga gagasan tentang bentuk-bentuk tindakan yang berbeda dalam
kelompok tertentu itu. Contoh nyata birokrasi weber di Indonesia seperti, ASN, TNI,
POLRI, Menteri, DPR, Sekda, Sekcam, Sekwan, dan lain-lain.
Weber memandang birokrasi rasional sebagai unsur pokok dalam rasionalisasi dunia
modern, yang baginya jauh lebih penting dari seluruh proses sosial. Proses ini mencakup
ketepatan dan kejelasan yang dikembangkan dalam prinsip-prinsip memimpin organisasi
sosial sehingga memudahkan dan mendorong konseptualisasi ilmu sosial.

2. Jelasakan struktur pemerintahan kerajaan Kutai serta organisasi pemerintahnnya!


jawaban
Kerajaan Kutai mulai berkembang pada masa pemerintahan Aji Pangeran Sinum Panji
Mandapa ditandai dengan pembentukan UUD yang dikenal dengan UUD Panji Selatan.
Dasar Negara kerajaan ini berdasarkan hukum islam dan hukum adat. Hal ini tertuang
dalam UUD Panji Selatan Pasal 1, 3, 4-11, dan pasal 19-20. Selain itu, di dalam UUD
tersebut tercermin struktur pemerintahan dan pembagian wilayah Kerajaan Kutai
Kertanegara Ing Martapura.
Organisasi pemerintahan Kerajaan Kutai Kertanegara Ing Martapura terdiri dari:
1) Raja
Merupakan penguasa tertinggi kerajaan dan negara. Keputusan atau titah raja
tidak dapat diganggu gugat karena lidah raja adalah adat. Kecuali ada mufakat
dari majelis orang besar dan orang arif bijaksana dengan raja supaya keputusan itu
diubah. Dalam melaksanakan tugas pemerintahan, raja memberikan instruksi
kepada mangkubumi. Kemudian, dari mangkubumi akan meneruskan kepada
bawahannya, yaitu menteri dan hulubalang.
2) Mangkubumi
Jabatan mangkubumi biasanya adalah seorang keluarga raja. Tugas seorang
mangkubumi sangatlah berat sehingga memerlukan syarat untuk bisa menjabat
sebagai seorang mangkubumi. Mangkubumi harus melaksanakan perintah raja
dengan baik dan tepat berlandaskan UUD Panji Selatan. Untuk melaksanakan
perintah itu, mangkubumi memanfaatkan bawahannya, yaitu menteri dan
hulubalang, punggawa sampai petinggi rakyat.
3) Majelis orang-orang arif bijaksana
Terdiri dari kaum bangsawan dan rakyat biasa. Majelis orang arif dan bijaksana
punya kekeuasaan yang terbatas kerena seluruh keputusan harus dapat
persutujuan raja.
4) Menteri
Merupakan pejabat yang menjadi mediator antara raja dan mangkubimi dengan
punggawa, petinggi, dan rakyat. Menteri biasanya masih dari keluarga raja atau
keturunan bangsawan. Menteri termasuk orang ketiga penting setelah raja dan
mangkubumi.
5) Hulubalang (senopati)
Bertugas untuk mengamankan negara, baik terhadap raja maupun keutuhan
wilayah kerajaan. Mirip seperti TNI di zaman sekarang. Posisi hulubalang ada di
bawah menteri, artinya yang bertanggung jawab terhadap keamanan negeri adalah
menteri. Yang berarti pulalah, angkatan bersenjata dikuasai oleh menteri.
6) Punggawa
Kedudukannya di bawah menteri maka ia menerima perintah dari menteri,
kemudian diteruskan ke para petinggi dan langsung diteruskan kepada rakyat.
Biasanya, pejabat punggawa berasal dari orang yang telah berjasa terhadap
kerajaan.
7) Petinggi atau Kepala Kampung
Petinggi adalah jabatan yang paling rendah dalam hierarki Kerajaan Kutai. Dan
mereka langsung berhubungan dengan rakyat. Petinggi ini merupakan pemuka-
pemuka masyarakat atau orang yang banyak berjasa terhadap Kerajaan Kutai.

3. Menurut anda apakah praktik birokrasi pada masa kerajaan masih ada pada birokrasi di
era modern? Jelasakan beserta contoh !
Jawaban
Sejarah birokrasi masa kerajaan di Indonesia dapat dilihat pada periode kerajaan-kerajaan
besar seperti Sriwijaya, Majapahit, Kutai, ataupun Mataram. Pada masa kerajaan-
kerajaan tersebut, birokrasi diciptakan memang bukan untuk melayani dan mengabdi
kepada rakyat, tapi ditujukan untuk menguatkan dan mempertahankan kekuasaan raja
sehingga raja mampu memerintah rakyatnya selama mungkin. Kondisi tersebut
disebabkan pada waktu itu berkembang anggapan di masyarakat luas yang menganggap
raja sebagai sosok yang mempunyai kelebihan dibanding rakyatnya seperti dalam hal
menyejahterakan, melindungi, menghidupi dan atau bahkan berhak menentukan hidup
matinya seorang rakyat. Kondisi tersebut dapat tergambarkan dalam kehidupan pada
masa Kerajaan Sriwijaya dan Majapahit. Pada masa Kerajaan Sriwijaya sudah ada
pembagian tugas dalam birokrasi pemerintahan. Terlepas dari semua itu, seluruh
kewenangan dan kekuasaan masih terpusat pada raja.
Berlajut pada masa kolonial, hierarki atasan-bawahan mewarnai sistem pemerintahan
Indonesia setelah sentral kepada raja. Jabatan pangreh praja diperebutkan oleh para
penggila kekuasaan pribumi. Terjadi hubungan patron-klien, di mana hubungan yang
menunjukkan ketidakseimbangan antara hak dan kewajiban seperti halnya hubungan
majikan dan buruh. Tidak jauh berbeda dengan sistem patronase zaman kerajaan
sebelumnya.
Untuk menjadi seorang pangreh praja, calon pangreh praja harus terlebih dahulu magang
kepada priyayi (pangreh praja) selama waktu yang tidak ditentukan dikarenakan kenaikan
jabatan berdasarkan keinginan seorang priyayi mengangkat pemagangnya bukan karena
kinerja yang proesional. Budaya pangreh praja pada akhirnya ikut menjadi kultur
birokrasi di Indonesia melalui konsep patronklien. Konsep patron-klien ini merupakan
salah satu penyumbang kultur ABS(Asal Bapak Senang).
Di masa modern sekarang, praktik real dari sistem pemerintahan Indonesia masih
terpengaruh oleh masa feodalisme silam. Hubungan atasan dan bawahan masih kental
berlaku meskipun sudah ada konsep good governance. Seseorang yang menginkan
jabatan harus tunduk kepada orang yang bersangkutan. Setelah jabatan itu dimiliki, ada
timbul rasa “balas dendam” karena sudah susah payah mendapatkan jabatan, tak heran
jika ada praktik korupsi dan kesewenang-wenangan dari para aparat pemerintahan.

Anda mungkin juga menyukai