Tugas Tutorial Ke 1
Tugas Tutorial Ke 1
1. Jelaskan Devinisi birokrasi menurut Max Weber beserta contoh nyata dalam kehidupan
birokrasi di Indonesia!
Jawaban
Max Weber tidak pernah mendefinisikan secara utuh tentang birokrasi tetapi hanya
mengemukakan ciri-ciri birokrasi. Dari ciri-ciri itu dapat ditarik kesimpulan, bahwa
“Birokrasi adalah suatu badan administratif tentang pejabat yang diangkat, dan
membentuk hubungan kolektif bagi golongan pejabat itu sebagai suatu kelompok tertentu
yang berbeda, yang pekerjaan dan pengaruhnya dapat dillihat dalam organisasi tertentu,
khususnya menurut prosedur pengangkatannya”. Dengan demikian, berarti bahwa dalam
konsep umum tentang birokrasi Weber, bukan hanya terdiri dari gagasan tertentu tentang
kelompok, tetapi juga gagasan tentang bentuk-bentuk tindakan yang berbeda dalam
kelompok tertentu itu. Contoh nyata birokrasi weber di Indonesia seperti, ASN, TNI,
POLRI, Menteri, DPR, Sekda, Sekcam, Sekwan, dan lain-lain.
Weber memandang birokrasi rasional sebagai unsur pokok dalam rasionalisasi dunia
modern, yang baginya jauh lebih penting dari seluruh proses sosial. Proses ini mencakup
ketepatan dan kejelasan yang dikembangkan dalam prinsip-prinsip memimpin organisasi
sosial sehingga memudahkan dan mendorong konseptualisasi ilmu sosial.
3. Menurut anda apakah praktik birokrasi pada masa kerajaan masih ada pada birokrasi di
era modern? Jelasakan beserta contoh !
Jawaban
Sejarah birokrasi masa kerajaan di Indonesia dapat dilihat pada periode kerajaan-kerajaan
besar seperti Sriwijaya, Majapahit, Kutai, ataupun Mataram. Pada masa kerajaan-
kerajaan tersebut, birokrasi diciptakan memang bukan untuk melayani dan mengabdi
kepada rakyat, tapi ditujukan untuk menguatkan dan mempertahankan kekuasaan raja
sehingga raja mampu memerintah rakyatnya selama mungkin. Kondisi tersebut
disebabkan pada waktu itu berkembang anggapan di masyarakat luas yang menganggap
raja sebagai sosok yang mempunyai kelebihan dibanding rakyatnya seperti dalam hal
menyejahterakan, melindungi, menghidupi dan atau bahkan berhak menentukan hidup
matinya seorang rakyat. Kondisi tersebut dapat tergambarkan dalam kehidupan pada
masa Kerajaan Sriwijaya dan Majapahit. Pada masa Kerajaan Sriwijaya sudah ada
pembagian tugas dalam birokrasi pemerintahan. Terlepas dari semua itu, seluruh
kewenangan dan kekuasaan masih terpusat pada raja.
Berlajut pada masa kolonial, hierarki atasan-bawahan mewarnai sistem pemerintahan
Indonesia setelah sentral kepada raja. Jabatan pangreh praja diperebutkan oleh para
penggila kekuasaan pribumi. Terjadi hubungan patron-klien, di mana hubungan yang
menunjukkan ketidakseimbangan antara hak dan kewajiban seperti halnya hubungan
majikan dan buruh. Tidak jauh berbeda dengan sistem patronase zaman kerajaan
sebelumnya.
Untuk menjadi seorang pangreh praja, calon pangreh praja harus terlebih dahulu magang
kepada priyayi (pangreh praja) selama waktu yang tidak ditentukan dikarenakan kenaikan
jabatan berdasarkan keinginan seorang priyayi mengangkat pemagangnya bukan karena
kinerja yang proesional. Budaya pangreh praja pada akhirnya ikut menjadi kultur
birokrasi di Indonesia melalui konsep patronklien. Konsep patron-klien ini merupakan
salah satu penyumbang kultur ABS(Asal Bapak Senang).
Di masa modern sekarang, praktik real dari sistem pemerintahan Indonesia masih
terpengaruh oleh masa feodalisme silam. Hubungan atasan dan bawahan masih kental
berlaku meskipun sudah ada konsep good governance. Seseorang yang menginkan
jabatan harus tunduk kepada orang yang bersangkutan. Setelah jabatan itu dimiliki, ada
timbul rasa “balas dendam” karena sudah susah payah mendapatkan jabatan, tak heran
jika ada praktik korupsi dan kesewenang-wenangan dari para aparat pemerintahan.