Tugas Sejarah Indo Dapa Mahesa

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 5

Nama: -Mahesa Aziz Al-Hakim

-M. Daffa Addinnia A.


Kelas : XII IPA 1

KEHIDUPAN MASYARAKAT INDONESIA PADA MASA DITERAPKANNYA SISTEM


DEMOKRASI TERPIMPIN DAN LIBERAL DALAM ASPEK POLITIK DAN EKONOMI

DEMOKRASI

Demokrasi ialah bentuk pemerintahan di mana semua warga negaranya memiliki hak yang sama untuk
pengambilan keputusan yang dapat mengubah hidup mereka. Demokrasi mengizinkan warga negara
ikut serta—baik secara langsung atau melalui perwakilan—dalam perumusan, pengembangan, dan
pembuatan hukum.Demokrasi sendiri itu di bagi menjadi demokrasi liberal dan demokrasi terpimpin

1. DEMOKRASI LIBERAL

Demokrasi liberal adalah sistem politik yang menganut kebebasan individu. Atau juga merupakan sistem
politik yang melindungi hak individu dari kekuasaan pemerintah, secara konstitusional. Dalam demokrasi
liberal, keputusan mayoritas akan diberlakukan untuk sebagian besar kebijakan pemerintah yang tunduk
pada pembatasan, supaya tidak melanggar kemerdekaan serta hak tiap individu.

Indonesia memasuki era demokrasi liberal pada 1949 hingga 1959 yang ditandai dengan banyaknya
partai politik dan berlakunya kabinet parlementer. Penerapan demokrasi liberal akhirnya berhenti
setelah diketahui tidak cocok atau sesuai dengan kehidupan politik bangsa Indonesia.

a. KEBIJAKAN EKONOMI

Pemerintahan demokrasi liberal menetapkan beberapa kebijakan ekonomi. Kebijakan tersebut antara
lain adalah:

1. Sistem Ekonomi Gerakan Benteng

Terbentuk pada tahun 1950. Tujuan dari terbentuknya Sistem Ekonomi Gerakan Benteng adalah untuk
membentuk kelas pengusaha pribumi dan jalan memberikan perlindungan kepada kelas pengusaha
pribumi agar mampu untuk bersaing dalam perekonomian.

2. Nasionalisasi De Javasche Bank


Setelah pengakuan kedaulatan dari Belanda didapatkan pada tahun 1949 pemerintah melakukan upaya
pembentukan bank sirkulasi. Pada awalnya, muncul usul dari Soemitro Djojohadikusumo untuk
menjadikan Bank Negara Indonesia (BNI) sebagai bank sirkulasi. Namun di sisi lainnya muncul usulan
dari Syafrudin Prawiranegara untuk menasionalisasikan De Javasche Bank menjadi bank milik Indonesia
dan menjadikannya sebagai bank sirkulasi.

3. Sistem Ekonomi Ali Baba

Iskaq Cokroadisuryo adalah pencetus dari sistem ekonomi ini. Kebijakan ekonomi yang satu ini bertujuan
untuk menumbuhkan kerja sama ekonomi antara pengusaha pribumi dengan pengusaha keturunan
Tionghoa. Sistem Ekonomi Ali Baba sendiri berlaku semenjak tahun 1953 sampai dengan 1955.

4. Nasionalisasi Perusahaan-perusahaan Belanda

Nasionalisasi perusahaan-perusahaan Belanda ini merupakan kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah
Indonesia terhadap Belanda yang tidak juga segera menyerahkan Irian Barat kepada pemerintah
Indonesia. Oleh karena itu, pemerintah melakukan konfrontasi ekonomi kepada Belanda dengan cara
menasionalisasi perusahaan-perusahaan Belanda di Indonesia seperti KPM (perusahaan pelayaran
Belanda) dan the Big Five, yakni lima perusahaan terbesar Belanda di Indonesia yang terdiri atas
Lindeteves, Geo Wehry, Jacobson van den Berg, Borsumij, dan Internatio.

b. KEBIJAKAN POLITIK

1. Pergantian Kabinet yang Cepat

Sistem multi partai pada masa demokrasi liberal menimbulkan persaingan antar golongan. Sehingga
mengakibatkan ketidakstabilan politik Indonesia yang diwarnai jatuh bangunnya kabinet dikarenakan
masing-masing partai tidak ada sikap saling percaya. Sebagai bukti dapat dilihat pergantian kabinet
dalam waktu yang relatif singkat berikut ini.

1.Kabinet Natsir (September 1950 - Maret 1951).

2.Kabinet Sukiman (April 1951 - Februari 1952).

3.Kabinet Wilopo (April 1952 - Juni 1953).

4.Kabinet Ali Sastroamijoyo I (Juli 1953 – Agustus 1955).

5.Kabinet Burhanuddin Harahap (Agustus 1955 - Maret 1956)

6.Kabinet Ali Sastroamijoyo II (Maret 1956 - Maret 1957).

7.Kabinet Juanda (Maret 1957 - Juli 1959).

2. Hubungan Pusat dan Daerah

Silih bergantinya kabinet dalam waktu yang relatif singkat menyebabkan ketidakpuasan pemerintahan
daerah. Karena pemerintahan pusat sibuk dengan pergantian kabinet, daerah kurang mendapat
perhatian. Tuntutan-tuntutan dari daerah ke pusat sering tidak didengarkan. Situasi ini menyebabkan
munculnya gejala provinsialisme atau sifat kedaerahan. Gejala provinsialisme akhirnya berkembang ke
separatisme atau usaha memisahkan diri dari pusat. Gejala tersebut terwujud dalam berbagai macam
pemberontakan, APRA, pemberontakan Andi Azis,RMS, PRRI, dan Permesta.

3. Pemilu I Tahun 1955

Pemilihan Umum (Pemilu) sudah direncanakan oleh pemerintah, tetapi program ini tidak segera
terwujud. Karena usia kabinet pada waktu itu relatif singkat, persiapan-persiapan secara intensif untuk
program tersebut tidak dapat dilaksanakan. Pemilu merupakan wujud nyata pelaksanaan demokrasi.
Pemilu I di Indonesia akhirnya dilaksanakan pada masa kabinet Burhanudin Harahap. Pemilu I yang
diselenggarakan pada tahun 1955 dilaksanakan dua kali, yaitu:

1.Tanggal 29 September 1955 untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat atau Parlemen.

2.Tanggal 15 Desember 1955 untuk memilih anggota Dewan Konstituante (Dewan Pembentuk
Undang-Undang Dasar).

4. Kemacetan Konstituante

Pemilihan umum tahap II pada tanggal 15 Desember 1955 mengantar terbentuknya Dewan Konstituante
yang bertugas menyusun Undang Undang Dasar. Namun, antara kurun waktu 1956-1959, Dewan
Konstituante belum berhasil merumuskan Undang-Undang Dasar tersebut. Ketidak berhasilan
Konstituante menyusun UUD baru dan kehidupan politik yang tidak stabil menimbulkan kekecewaan
bagi masyarakat Indonesia.

5. Dekrit Presiden 5 Juli 1959

Untuk menanggulangi hal-hal yang dapat membahayakan negara, Letjen A. H Nasution, selaku Kepala
Staf Angkatan Darat, mengeluarkan larangan bagi semua kegiatan politik terhitung sejak tanggal 3 Juni
1959. Kehidupan politik semakin buruk dan mengancam persatuan dan kesatuan bangsa. Di daerah-
daerah terjadi pemberontakan merebut kekuasaan. Partai-partai yang mempunyai kekuasaan tidak
mampu menyelesaikan persoalan. Soekarno dan TNI tampil untuk mengatasi krisis yang sedang melanda
Indonesia dengan mengeluarkan Dekrit Presiden untuk kembali ke UUD 1945. Pertimbangan
dikeluarkannya dekrit Presiden adalah sebagai berikut:

1.Anjuran untuk kembali kepada UUD 1945 tidak memperoleh keputusan dari Konstituante.

2.Konstituante tidak mungkin lagi menyelesaikan tugasnya karena sebagian besar anggotanya telah
menolak menghadiri sidang.

3.Kemelut dalam Konstituante membahayakan persatuan, mengancam keselamatan negara, dan


merintangi pembangunan nasional.
Oleh karena itu, Presiden Soekarno pada tanggal 5 Juli 1959 mengeluarkan keputusan (dekrit).
Keputusan itu dikenal dengan nama Dekrit Presiden 5 Juli 1959. Isi dekrit ini adalah sebagai berikut:

1.Pembubaran Konstituante.

2.Berlakunya UUD 1945.

3.Akan dibentuk Majelis Permusyawaratan Rakyat.

2. DEMOKRASI TERPIMPIN

Demokrasi terpimpin dikenal dengan pemerintahan terkelola dengan peningkatan otokrasi, dalam artian
lain negara yang menganut sistem demokrasi terpimpin adalah di bawah pemerintahan penguasa
tunggal. Atau bisa juga diartikan di mana segala kebijakan atau keputusan yang diambil dan dijalankan
berpusat kepada satu orang, yaitu pemimpin pemerintahan.

Indonesia era demokrasi terpimpin adalah sebuah periode dalam sejarah peradaban Indonesia modern.
Praktik secara resmi demokrasi terpimpin berlangsung di Indonesia dari tanggal 5 Juli 1959 hingga 11
Maret 1966, periode ini juga disebut dengan istilah Orde Lama.

a. KEBIJAKAN EKONOMI

Di awal Demokrasi Terpimpin, kondisi ekonomi Indonesia cukup memperihatikan. Hal ini karena
pemberontakan yang terjadi di mana-mana. Untuk mengatasi keadaan ekonomi pada masa ini, sistem
ekonomi berjalan dengan sistem komando. Artinya, alat-alat produksi dan distribusi yang vital harus
dimiliki dan dikuasai negara, minimal di bawah pengawasan negara.

Beberapa contoh kebijakan saat demokrasi terpimpin:

1.Pembentukan Dewan Perancang Nasional (Depernas) yang kemudian berubah menjadi Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) pada tahun 1963

2.Pembentukan Bank Tunggal

3.Mencetak mata uang dalam jumlah besar

4.Pemotongan nilai mata uang (sanering)

5.Politik Mercusuar, yakni pembangunan bangunan-bangunan megah dan besar. Di antara proyek
mercusuar adalah:

1.Stadion Gelora Bung Karno

2.Hotel Indonesia

3.Patung Dirgantara

4.TVRI

5.Patung Selamat Datang


6.Jembatan Semanggi

7.Masjid Istiqlal

b. KEBIJAKAN POLITIK

1.Pembentukan MPRS dan DPAS

2.Pembentukan Kabinet Kerja (1959-1964) dan Kabinet Dwikora (1964-1966)

3.Pembubaran Partai Masyumi dan PSI karena keterlibatan sebagian anggota partai tersebut dalam
Peristiwa PRRI/Permesta

4. Pembentukan DPR-GR

5.Pembentukan Front Nasional

6.Pencanangan TRIKORA (Tri Komando Rakyat) pada tanggal 19 Desember 1961 dalam upaya
merebut kembali Irian Barat.

SUMBER
Liberal

https://fahum.umsu.ac.id/sistem-demokrasi-liberal-di-indonesia/

https://blog.edcent.id/kebijakan-ekonomi-pada-masa-demokrasi-liberal/

https://sumber.belajar.kemdikbud.go.id/repos/FileUpload/Demokrasi%20Liberal%20Reformat/topik2.html

https://hukamnas.com/dampak-demokrasi-liberal

https://www.kompas.com/skola/read/2022/05/19/100000769/pengertian-dan-ciri-ciri-demokrasi-liberal

terpimpin

https://www.hukumonline.com/berita/a/periode-sistem-pemerintahan-demokrasi-terpimpin-di-indonesia-
lt6239a34782507?page=all

https://www.kompas.com/skola/read/2020/02/28/070000469/dampak-demokrasi-terpimpin-di-berbagai-bidang?
page=all

https://blog.edcent.id/demokrasi-terpimpin-latar-belakang-dan-kebijakan-yang-terbentuk/

https://www.kompas.com/skola/read/2020/10/26/144944369/penerapan-demokrasi-terpimpin?page=all

Anda mungkin juga menyukai