Anda di halaman 1dari 3

1.

Prinsip utama dalam bermuamalah sesuai dnegan Surat An-Nisaa, ayat 29 :

Fikih Mualamalah menjelaskan dengan sangat terperinci mengenai prinsip yang perlu untuk
diterapkan dalam bermumalah. Terdapat beberapa prinsip-prinsip yang harus dan perlu untuk
diperhatikan dalam bermuamalah tersebut. Salah satu implementasinya berhubungan dengan
memberikan hak dan juga melakukan segala sesuatu hal yang berkaitan dengan tindakan
tersebut. Terlebih dalam proses bermuamalah sangat dianjurkan untuk melakukan tindakan yang
tidak menimbulkan kerugain terhadap orang lain. Dimana tindakan yang merugikan tersebut
baik disengaja atau tidak disengaja akan tetap dimintai pertanggung jawaban.

Prinsip utama dalam bermumalah adalah terjadinya unsur kerelaan didalamnya antara kedua
belah pihak. Prinsip tersebut telah dijelaskan oleh Allah SWT dalam surat An-Nisaa ayat 29 :

“hai orang-orang yang beriman, janganlan kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan
yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka-suka diantara kamu…”
sebagaimana yang perlu dipahami bahwa dalam fikih mualamah terdapat prinsip-prinsip yang
jelas :

Pada asalnya muamalah tersebut tidak boleh hingga terdapat dalil yang menunjukkan
keharamannya. Kadiah ini pun disampaikan oleh Ulama Syafi’i, Maliki dan Imam Ahmad.
Muamalah tersebut sangat perlu dilaukan atas dasar suka sama suka, atau bahkan mau sama mau
untuk melakukan kesepakatan tersebut.

Mu’amalah yang seharusnya dilakukan sangat penting untuk mendatangkan mashlahat dan
menolak mudharat bagi manusia. Dimana muamalah harus terhindar dari kezaliman, penipuan,
manipulasi, spekulasi, dan hal-hal lain yang sangat tidak dibenarkan oleh Syari’at. Dimana
prinsip-prinsip muamalah harus mengenal adanya keterbukaan dalam transaksi (aqad) dan
prinsip tersebut diantaranya sebagai berikut :

- Setiap transaksi pada dasarnya memang mengikat orang (pihak) yang melakukan tarnsaksi
itu sendiri, kecuali apabila transaksi yang dilakukan tersebut jelas melanggar aturan-aturan
syariat.
- Syarat-syarat terhadap proses transaksi juga dilakukan secara bebas tetapi penuh dengan
tanggung jawab yang tidak bertentangan dengan syariat.
- Dilakukan secara suka rela tanpa adanya paksaan
- Sesuai dengan hukum dimana perencanaan dalam transaksi didasarkan atas niat yang abik
sehingga segala bentuk penipuan atau kecurangan dan penyelewengan dapat dihindari.
- Transaksi yang dilakukan diberikan penentuannya pada urf atau adat yang kemudian
mengatur mengenai kriteria dan batas-batasnya.
2. Perbedaan Hablu Minallah dan Hablu Minannas

Sebelumya pengertian dari Hablum Minallah (ِ ‫)ح ْب ٍل ِّم ْن هَّللا‬


َ sendiri adalah suatu hubungan dengan
Allah dan Hablum Minannas adalah hubungan dengan manusia ( ‫اس‬ ِ َّ‫ ٍل ِّمنَ الن‬EEEْ‫)حب‬.
َ Sehingga
penjelasan dari keduanya adalah tentang interaksi manusia sebagai makhluk hidup dengan
penciptanya atau dengan sesame manusia memang harus seimbang. Perbedaan Hablum Minallah
dan Hablum Minannas.

Hablum Minallah sebagaimana telah dijelaskan dalam tafsir At-Thabari, Al-Baghawi dan tafsir
Ibnu Katsir merupakan perjanjian dari Allah yang dimaksudkan tentang masuknya Islam sebagai
agama yang memang menjamin keselamatan bagi manusia baik di dunia dan di akhirat. Kegiatan
Hablum minallah dilaksanakan dengan melakukan ibadah atau sesuai dengan aspek ‘ubuditas
sebagai ritual secara sipiritual dan religi kepada Allah SWT.

Ibadah atau ubudiay sendiri dapat diartikan sebagai suatu penghambaaran yang berarti
melaksanakan perintah Allah SWT, untuk menghambakan dir Kepada-Nya, menyembah Allah
SWT, menjauhi larangannya dan melakukan perintahnya.

Contoh dari Hablum minallah sendiri sesuai dengan pnejelasan oleh Iman Al-Ghazali yang
pernah ditanya mengenai ‘ubudiyah menjawab bahwa beribadah dan penghambaan terbagi
menjadi tiga, diantaranya sebagai berikut :

1. Menunanikan perintah syariat


2. Rela dengan ketentaun takdir serta pembagian rezeki dari Allah SWT
3. Meninggalkan kehendak nafsunya untuk mencari keridhaan Allah SWT
4. Ibadah adalah tujuan yang paling utama mengenai penciptaan manusia oleh Allah SWT.

Hablum Minannas

Sedangkan pembahasan mengenai Hablum minannas sendiri memiliki hubungan manusia dalam
bentuk mua’amalah. Berasal dari kata Aamala, yuamilu, muamalat, yang berarti perlakuan atau
tindakan terhadap orang lain. Sehingga muamalah tersebut adalah jubungan manusia dalam
interaksi sosual, termasuk masalah yang berhubungan dengan harta, waris dan jual beli.
Muamalah memiliki pemahalaman yang cukup bercabang diantaranya berkaitan dengan politik,
ekonomi dna sosial. bahkan secara umum muamalah dapat mencakup dua aspek yang berkaitan
dengan aspek adabiyah dan madaniyah.

Apsek yang berhubungan dengan akhlak seperti kejujuran, sopan snatun dan sebagainya.

Aspek Madaniyah berhubungan dengan kebendaaan, halal haram, syubhat dan segala bentuk
madarat lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Lihat:Mas’adi, Ghufron. 2002. Fikih Muamalah Kontekstual. Pt. Raja Grafindo Persada :


Jakarta, hal 12

Drs. M. Yatimin Abdullah, MA, Studi Islam Kontemporer, Cet I, Amzah, Jakarta, Hal. 157

https://www.risalahislam.com/2019/02/pengertian-hablum-minallah-minannas.html diakses pada


tanggal 24 Desember 2021

Anda mungkin juga menyukai