Anda di halaman 1dari 124

SEMIOTIKA MAKNA TOLERANSI BERAGAMA DALAM

VIDEO KENAPA & BAGAIMANA KITA BERSAMA


MESKI TAK SAMA DI KANAL YOUTUBE JEDA NULIS

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar


Sarjana Sosial (S. Sos)

Oleh:

Muhamad Yunus Firmansyah


NIM. 11170510000222

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN


ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF
HIDAYATULLAH JAKARTA
2022 M / 1443 H
SEMIOTIKA MAKNA TOLERANSI BERAGAMA DALAM
VIDEO KENAPA & BAGAIMANA KITA BERSAMA
MESKI TAK SAMA DI KANAL YOUTUBE JEDA NULIS

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar


Sarjana Sosial (S. Sos)

Oleh:

Muhamad Yunus Firmansyah


NIM. 11170510000222

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN


ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF
HIDAYATULLAH JAKARTA
2022 M / 1443 H
LEMBAR PERNYATAAN

Yang bertanda tanga di bawah ini:


Nama : Muhamad Yunus Firmansyah
NIM : 11170510000222
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Semiotika
Makna Toleransi Beragama dalam Video Kenapa &
Bagaimana Kita Bersama Meski Tak Sama di kanal YouTube
Jeda Nulis adalah benar merupakan karya sendiri dan tidak
melakukan kegiatan plagiat dalam penyusunannya. Adapun
seluruh sumber yang saya jadikan sebagai bahan acuan telah saya
cantumkan sesuai dengan standar ketentuan yang berlaku dalam
ketentuan yang ada di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.

Tangerang, 22 Desember 2021

Muhamad Yunus Firmansyah


LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

SEMIOTIKA MAKNA TOLERANSI BERAGAMA DALAM


VIDEO KENAPA & BAGAIMANA KITA BERSAMA
MESKI TAK SAMA DI KANAL YOUTUBE JEDA NULIS

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar


Sarjana Sosial (S. Sos)

Oleh:

Muhamad Yunus Firmansyah


NIM. 11170510000222

Pembimbing:

Zakaria. M. Ag.
NIP. 19720807 200312 1 003

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN


ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF
HIDAYATULLAH JAKARTA
2022 M / 1443 H
LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi yang bejudul Semiotika Makna Toleransi Beragama


dalam Video Kenapa & Bagaimana Kita Bersama Meski Tak
Sama di kanal YouTube Jeda Nulis telah diujikan dalam sidang
Munaqosyah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta dan telah dinyatakan lulus pada
tanggal 2 Februari 2022. Skripsi ini telah diterima sebagai salah
satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sosial (S. Sos) dalam bidang
Komunikasi dan Penyiaran Islam.

Tangerang, 2 Februari 2022

Tim Penguji Munaqasyah Tanggal Tanda Tangan

Ketua
Dr. Armawati Arbi, M. Si. 2 Februari 2022 ____________
NIP. 196502071991032002

Sekretaris
Dr. H. Edi Amin, S.Ag., M.A. 2 Februari 2022 ____________
NIP. 197609082009011010

Penguji I
Drs. Sunandar, M.Ag. 2 Februari 2022 ____________
NIP. 196206261994031002

Penguji II
Dr. Abd. Rozak, M.A. 2 Februari 2022 ____________
NIP. 196005091988031001

Pembimbing
Zakaria. M. Ag. 2 Februari 2022 ____________
NIP. 19720807 200312 1 003
ABSTRAK

Muhamad Yunus Firmansyah – 11170510000222

Semiotika Makna Toleransi Beragama dalam Video Kenapa


& Bagaimana Kita Bersama Meski Tak Sama di kanal
YouTube Jeda Nulis
Video ‘Kenapa & Bagaimana Kita Bersama Meski Tak
Sama?’ merupakan konten yang diunggah pada kanal YouTube
“Jeda Nulis” yang berisikan tentang toleransi dalam beragama.
Video yang di dalamnya ada Habib Ja’far, Pendeta Yerry, Tretan
Muslim, dan Coki Pardede ini berisi tentang pembicaraan mereka
berempat tentang apa saja yang telah mereka lakukan selama ini.
Mereka menceritakan tentang bagaimana hubungan mereka
selama ini, apa saja hal yang mereka lakukan dan membicarakan
tentang toleransi yang ada sekarang ini.

Peneliti menelaah video ini lebih dalam dengan melakukan


penelitian untuk bisa menemukan makna denotasi, konotasi, mitos
dan makna toleransi dalam beragama yang ada di dalam video
‘Kenapa & Bagaimana Kita Bersama Meski Tak Sama?’ yang
diunggah pada kanal YouTube “Jeda Nulis.”

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan


menggunakan analisi semiotika Roland Barhtes yang
mengembangkan semiotika dua tingkatan dan berfokus pada
makna denotasi, konotasi, dan mitos. Dengan teknik pengumpulan
data yang dilakukan penulis diantaranya melalui studi pustaka,
observasi, dan dokumentasi.
Dari hasil penelitian ini maka dapat di bahwa makna
toleransi beragama yang terdapat pada enam scene di video
‘Kenapa & Bagaimana Kita Bersama Meski Tak Sama?’ ini
diuraikan kedalam makna denotasi, konotasi, dan mitos dimasing-
masing sceme-nya. Makna toleransi beragama pada enam scene di
video ‘Kenapa & Bagaimana Kita Bersama Meski Tak Sama?”
adalah saling mengerti pada scene 2, scene 4, dan scene 5,
menghormati keyakinan orang lain pada scene 3 dan scene 6,
terakhir berbuat adil kepada siapapun pada scene 1 dan scene 3.

Kata Kunci : Analisis Semiotik, YouTube, Toleransi Beragama,


Jeda Nulis, Habib Husein Ja’far Al Hadar.
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Puji dan syukur penulis panjatkan atas berkat serta rahmat
yang dikaruniakan Allah SWT. kepada peneliti atas ridho-Nya
untuk menyelesaikan skripsi dengan judul Semiotika Makna
Toleransi Beragama dalam Video Kenapa & Bagaimana Kita
Bersama Meski Tak Sama? di kanal YouTube Jeda Nulis hingga
selesai. Tidak lupa shalawat serta salam peneliti panjatkan atas
kehadiran Nabi Muhammad SAW.

Dalam proses penyelesaian skripsi ini sendiri tentu tidak


luput dari berbagai macam kesulitan dan tantangan yang peneliti
hadapi baik itu datang dari dalam maupun luar, dan juga dari segi
materi juga non-materi. Dengan penuh kesadaran, peneliti sadar
dengan banyaknya pihak yang telah berkontribusi aktif dalam
proses penyusunan hingga penyelesaian skripsi ini. Oleh karena itu,
peneliti ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada:

1. Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah


Jakarta, Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Umar Lubis, Lc.
M.A.
2. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi,
Suparto. M.Edm Ph.D; Wakil Dekan I Bidang Akademik,
Dr. Siti Napsiyah, S. Ag. BSW. MSW; Wakil Dekan II
Bidang Administrasi, Dr. Sihabudin Noor, M.Ag; serta

i
Wakil Dekan II Bidang Kemahasiswaan, Cecep
Castrawijaya, M.A.
3. Ketua Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam, Dr.
Armawati Arbi, M.Si. dan Sekretaris Program Studi
Komunikasi dan Penyiaran Islam, Dr. H. Edi Amin, S.Ag.,
M.A.
4. Dosen Pembimbing Akademik, Prof. Andi M. Faisal Bakti,
M.A. yang telah bersedia menuntun dan memberikan
masukkan dalam penulisan skripsi ini.
5. Dosen Pembimbing Skripsi, Zakaria, M. Ag. yang telah
meluangkan waktunya selama bimbingan penyusunan
skripsi ini hingga selesai.
6. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi memberikan banyak ilmu kepada peneliti
selama masa perkuliahan.
7. Kepada kedua orang tua saya yang begitu saya sayangi dan
hormati, Satiri dan Tasni. Atas segalanya yang telah kalian
berikan dan korbankan selama ini untuk bisa membuat saya
bisa sampai dititik ini dengan segala do’a dan harapan yang
selalu mengiringi.
8. Kakak dan adik-adik tersayang, Firda Apriyani, Naswah
Hafifah, dan Albi Syarah atas dukungannya selama
penyusunan skripsi ini.
9. Kepada Teman “Kehidupan” yang terdiri dari Balyan
Rabaz, Bayu Angga Setyawan, Muhamad Faisal Bahri,
Hari Hidayat, Hanif Nur Pasha, Ikhwal Rizki, Ahmad Rifqi
Arief, Irlan Istichori, dan Fakhrajad Kaffabihi yang selama

ii
ini hadir dalam perjalanan kuliah ini sebagai rekan berbagi
rasa suka dan duka, dukungan moral dan materiil, dan
menjadi tempat untuk tumbuh dan berkembang guna
menghadapi kehidupan.
10. Kepada teman-teman “AyamSquad” yang terdiri dari I
Made Bagus Mulia Juliarsa, M. Chaerul Adjie Putra
Yunanto, Andiko Pradana, Nur Anisa Agustiana, dan Farah
Alya Reiza yang telah menemani penulis dari sejak masih
duduk di bangku SMA hingga sekarang.
11. Seluruh teman seperjuangan angkatan 2017 serta anggota
dari KPI D yang telah memberi pengalaman dan cerita yang
berkesan selama ini.

Peneliti memohon do’a atas segala kelancaran perjalanan


selanjutnya yang akan dihadapi nanti, dan semoga skripsi ini bisa
bermanfaat baik untuk penulis sendiri ataupun pihak lain yang
membacanya.

Tangerang, 22 Desember 2021

Muhamad Yunus Firmansyah

iii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................. i

DAFTAR ISI ............................................................................... iv

DAFTAR GAMBAR .................................................................. vi

DAFTAR TABEL ..................................................................... vii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................ 1


A. Latar Belakang Masalah .................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ........................................................ 10
C. Batasan Masalah.............................................................. 11
D. Rumusan Masalah ........................................................... 11
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ....................................... 11
F. Review Kajian Terdahulu ............................................... 12
G. Metode Penelitian............................................................ 15

BAB II KAJIAN PUSTAKA .................................................... 22


A. Landasan Teori ................................................................ 22
B. Kajian Pustaka ............................................................... 28
C. Kerangka Berpikir ........................................................... 38

BAB III GAMBARAN UMUM LATAR PENELITIAN....... 39


A. Profil Habib Husein Ja’far Al Hadar ............................... 39
B. Gambaran Umum Profil Jeda Nulis ................................ 41
C. Video Kenapa & Bagaimana Kita Bersama Meski Tak
Sama di kanal YouTube Jeda Nulis ......................................... 42

BAB IV DATA DAB TEMUAN PENELITIAN..................... 46


A. Scene 1 ............................................................................ 46
B. Scene 2 ............................................................................ 48
C. Scene 3 ............................................................................ 50

iv
D. Scene 4 ............................................................................ 52
E. Scene 5 ............................................................................ 55
F. Scene 6 ............................................................................ 57

BAB V PEMBAHASAN ........................................................... 60


A. Makna Denotasi, Konotasi, dan Mitos Toleransi Beragama
dalam video Kenapa & Bagaimana Kita Bersama Meski
Tak Sama di kanal YouTube Jeda Nulis .......................... 60
B. Makna Toleransi Beragama dalam video Kenapa &
Bagaimana Kita Bersama Meski Tak Sama di kanal
YouTube Jeda Nulis ......................................................... 89

BAB VI PENUTUP ................................................................... 95


A. Kesimpulan ..................................................................... 95
B. Saran ................................................................................ 98

DAFTAR PUSTAKA .............................................................. 100

LAMPIRAN ............................................................................. 108

v
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3. 1 Husein Ja’far Al Hadar ........................................... 39
Gambar 3. 2 Profil Kanal YouTube Jeda Nulis .......................... 41
Gambar 5. 1 Scene mereka tertawa ............................................. 61
Gambar 5. 2 Pendeta Yerry menjawab pertanyaan ..................... 61
Gambar 5. 3 Habib Ja’far kembali bertanya ............................... 67
Gambar 5. 4 Pendeta Yerry menjawab pertanyaan Habib Ja’far 67
Gambar 5. 5 Tretan Muslim sedang bercerita ............................. 71
Gambar 5. 6 Habib Ja’far & Coki Pardede saling berpendapat .. 75
Gambar 5. 7 Coki Pardede menyampaikan pendapatnya kepada
semua........................................................................................... 79
Gambar 5. 8 Coki Pardede bicara dengan gestur tangan ............ 80
Gambar 5. 9 Habib Ja’far tertawa dengan candaannya ............... 84

vi
DAFTAR TABEL
Tabel 1. 1 Kajian Terdahulu........................................................ 12
Tabel 2. 1 Peta Roland Barthes ................................................... 25
Tabel 2. 2 Kerangka Berpikir ...................................................... 38
Tabel 4. 1 Scene 1 ....................................................................... 46
Tabel 4. 2 Scene 2 ....................................................................... 48
Tabel 4. 3 Scene 3 ....................................................................... 50
Tabel 4. 4 Scene 4 ....................................................................... 52
Tabel 4. 5 Scene 5 ....................................................................... 55
Tabel 4. 6 Scene 6 ....................................................................... 57

vii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Allah SWT. menciptakam manusia sebagaimana
mestinya dengan keberagaman individunya, mulai dari
perbedaan jenis kelamin yang terbagi menjadi laki-laki dan
perempuan, berbagai macam suku dan ras keturunan. Mereka
tersebar ke seluruh penjuru bumi. Manusia sebagai makhluk
Tuhan yang paling sempurna menciptakan kebudayaan mereka
sendiri dan melestarikannya secara turun menurun.1 Berbagai
bentuk kebudayaan yang memiliki ciri khas di tiap daerahnya,
hingga pada keyakinan suatu kelompok dalam menganut suatu
agama kepercayaannya. Allah SWT. berfirman dalam Al-
Qur’an, surat Al-Hujurat ayat: 13.
ۤ
‫َّاس اِ ََّّن َخلَ ْق ٓن ُك ْم ِم ْن ذَ َك ٍر َّواُنْثٓى َو َج َعلْ ٓن ُك ْم ُشعُ ْواًب َّوقَبَا ِٕى َل‬
ُ ‫ٓاٰيَيُّ َها الن‬
ِ ِ ِ ِ ِ ِ
ٌ‫لتَ َع َارفُ ْوا ۚ ا َّن اَ ْكَرَم ُك ْم عْن َد ٓاّلل اَتْ ٓقى ُك ْم ۗا َّن ٓاّللَ َعلْي ٌم َخبِ ْي‬

Artinya:

“Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu


dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian
Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar

1 Mahdayeni, Muhammad Roihan Alhaddad, dan Ahmad Syukri Saleh. (2019).


Manusia dan Kebudayaan (Manusia dan Sejarah Kebudayaan, Manusia dalam
Keanekaragaman Budaya dan Peradaban, Manusia dan Sumber Penghidupan). Tadbir:
Jurnal Manajemen Pendidikan Islam, v. 7, n. 2, h. 154.
Ahmad Zaini, Dakwah Melalui Internet, At-Tabsyir: Jurnal Komunikasi
Penyiaran Islam, [S.l.], v. 1, n. 1, sep. 2015, h. 102.

1
kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di
antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa.
Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Mahateliti” (Q.S Al-
Hujurat ayat: 13).2

Ayat tersebut memaparkan bahwa manusia diciptakan


dengan berbagai macam perbedaan, mulai dari jenis kelamin,
bangsa dan suku untuk saling mengenal satu sama lainnya.
Dengan demikian, manusia dapat memperbaiki
komunikasinya, baik vertikal maupun horizontal. Terkait
dengan aspek vertikal kepercayaan, seperti kepercayaan
kepada Tuhan, malaikat, nabi, kitab suci, hari kiamat, sholat
lima waktu, dan sholat malam; lainnya berkaitan dengan
unsur-unsur horizontal, seperti berbuat baik kepada manusia
dan ciptaan Tuhan lainnya. Jadi, peduli pada orang lain,
komitmen, kesabaran, memaafkan orang lain, mengendalikan
emosi; menyadari dan menghindari kesalahan sebelumnya;
dan ketekunan untuk berprestasi, semua dianggap oleh Al-
Qur'an sebagai tindakan dan nilai-nilai orang yang benar-
benar saleh (muttaqun).3

Keberagaman ini pun juga hadir di Indonesia,


sebagaimana kita ketahui bahwa negeri ini berdiri dengan
landaskan semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang memiliki
makna “berbeda-beda tetapi tetap satu jua.” Indonesia dengan

2 https://quran.kemenag.go.id/index.php/sura/49/13 (diakses pada tanggal 26


Maret 2021 15:10).
3 Andi Faisal Bakti, Good Deeds as Positive Actions in Nursi’s Work: Human

Communication Perspective, 2017, h. 2.

2
sejarahnya yang panjang menceritakan bagaimana Nusantara
merupakan sebuah tempat di mana berbagai macam ras suku,
budaya dan juga agama hidup saling berdampingan. Dengan
seboyan inilah, diharapkan Indonesia bisa terus berdiri dan
menjunjung tinggi nilai kebersamaan dalam sebuah
keberbedaan dan terhindar dari pertikaian dan permusuhan.
Demi mengabulkan harapan dari semboyan Bhinneka Tunggal
Ika inilah diperlukan sebuah unsur yang perlu diterapkan oleh
manusia dalam hidup bermasyarakat, yaitu nilai-nilai toleransi.
Toleransi merupakan elemen dasar yang dibutuhkan untuk
menumbuhkembangkan sikap saling memahami dan
4
menghargai perbedaan yang ada. Orang-orang dapat
mengagumi bagaimana keragaman ras dan budaya yang
begitu luas berperan dalam menyatukan orang Indonesia
dalam "negara-bangsa" yang dilambangkan dengan slogan
Bhinneka Tunggal Ika.5

Namun sayangnya, nilai ini kerap luput dalam


masyarakat dan menimbulkan ketidakharmonisan
dikarenakan beberapa golongan menolak untuk menerima
perbedaan dan menentangnya. Bahkan tidak jarang
pertentangan ini menimbulkan retaknya kesatuan dan
persatuan bangsa Indonesia hingga melahirkan sebuah
prasangka buruk antar kelompok yang membuat kelompok ini

4 Muhammad Rifqi Fachrian, Toleransi Antarumat Beragama dalam Al-

Qur’an (Telaah Konsep Pendidikan Islam), (Depok: PT RajaGrafindo Persada, 2018), h.


21.
5 Andi Faisal Bakti, “Major Conflicts in Indonesia. How can Communication

Contribute to a Solution?” Review of Human Factor Studies, v. 6, n. 2, des. 2000, h. 34.

3
saling memusuhi dan saling membenci. Faktanya, tindakan
intoleran seperti kekerasan, intimidasi, penyerangan sebuah
kelompok terhadap kelompok lain, bahkan terorisme telah
menjadi laku dari bagian kelompok atau ormas. 6 Dan kasus
intoleransi di Indonesia paling kental terjadi pada ranah agama,
baik intoleransi antar agama maupun intra agama, yang
membuat masalah ini menjadi salah satu faktor perpecahan
yang paling fatal di Indonesia. Dalam bermasyarakat, umat
manusia perlu menerapkan konsep ketauhidan (kesatuan
esensi, sifat dan ciptaan Tuhan yang diwujudkan melalui
penghormatan kepada Sang Pencipta, umat manusia, dan
lingkungan). Hanya dengan menerepakan masyarakat ini
seseorang akan bisa disebut sebagai Muslim (yang aktif
menegakan perdamaian). Itu adalah konsep yang dapat
ditemukan di agama lain dan dapat diimplementasikan.7

Islam sebagai agama yang mengajarkan kasih sayang


tentunya juga mengajarkan bagaimana manusina agar saling
menyayangi seluruh makhluk hidup yang ada di muka bumi,
bahkan dengan orang yang berbeda keyakinan dengannya.
Maka dari itu, apabila intoleransi terjadi di dalam agama
kepercayaan, itu akan berlawanan dengan apa yang diajarkan
dalam agama Islam, manusia hendaknya memberikan kasih
sayang kepada seluruh makhluk. Oleh karena itu, kita sebagai

6 Zuhairi Misrawi, Pandangan Muslim Moderat, (Jakarta: PT Kompas Media

Nusantara, 2010), h. 9.
7 Andi Faisal Bakti, “Communication and Violence: Communicating Human

Integrity Characteristics is Necessary for Horizontal Conflict Resolution in Indonesia,”


Identity, Culture, and Politics, v. 9, n. 1, jul. 2008, h. 100.

4
manusia sewajarnya juga hidup dengan penuh kasih sayang
kepada seluruh makhluk hidup tanpa memandang golongan,
suku ras, dan agama dengan menerapkan nilai-nilai toleransi
dalam kehidupan bermasyarakat. Agar tidak terjadi konflik
antarumat beragama, toleransi harus menjadi kesadaran
kolektif seluruh kelompok masyarakat.8

Salah satu cara untuk mengingatkan umat Islam


tentang nilai-nilai toleransi adalah melalui metode dakwah.
Sebagaimana firman Allah SWT. dalam Al-Qur’an, surat Al-
Imran ayat: 104.

ِ ‫ولْت ُكن ِمنْ ُكم اَُّمةٌ يَّ ْدعو َن اِ ََل ا ْْل ِي وَيْمرو َن ًِبلْمعرو‬
ۗ ‫ف َويَنْ َه ْو َن َع ِن الْ ُمنْ َك ِر‬ ْ ُ ْ َ ْ ُ ُ َ َ َْ ُْ ْ ْ ََ
ۤ
‫ك ُه ُم الْ ُم ْفلِ ُح ْو َن‬ ٓ
َ ِٕ ‫َواُو‬
‫ى‬ ‫ل‬

Artinya:

“Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang


menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf,
dan mencegah dari yang mungkar. Dan mereka itulah orang-
orang yang beruntung” (Q.S. Ali Imron: 104).9

Ayat tersebut memerintahkan umat Islam untuk


berdakwah menyerukan kebaikan dan mencegah perbuatan
mungkar yang ada. Karenanya, dakwah toleransi demi

8 Muhammad Rifqi Fachrian, Toleransi Antarumat Beragama dalam Al-

Qur’an (Telaah Konsep Pendidikan Islam), (Depok: PT RajaGrafindo Persada, 2018), h.


21.
9 https://quran.kemenag.go.id/sura/3/104 (diakses pada tanggal 26 Maret 2021

15:25).

5
kebaikan akan membawa berkah dan keberuntungan karena
dapat mempersatukan dan menjaga keharmonisan sesama
manusia.

Saat ini, dakwah telah berkembang mengikuti zaman,


mulai dari cara menyampaikan, alat bantu yang digunakan,
hingga tempat melakukan dakwah itu sendiri. Salah satu
contohnya adalah dakwah sekarang ini tidak terbatas pada
tempat yang perlu didatangi secara langsung untuk
memaparkan dakwah kepada mad’u, Dengan bantuan
teknologi sekarang, siapapun bisa menyebarkan informasi
apapun di mana saja dan kapan saja, dan dakwah termasuk di
dalamnya. Hingga sampai pada era perkembangan teknologi
sekarang, setiap orang tidak harus berdakwah seperti layaknya
seorang penceramah atau mubaligh, karena dakwah bisa
dilakukan di mana saja dan oleh siapa saja yang terpenting
semua dilakukan dengan tujuan utama yaitu amar ma’ruf dan
nahi munkar.10

Para dai agar pesan-pesan dakwahnya sampai kepada


mitra dakwahnya maka harus menggunakan berbagai macam
media dakwah (washilah) yang dapat digunakan, baik media
11
visual maupun audiovisual. Dengan memanfaatkan
teknologi di bidang informasi, dakwah dapat disebarkan
dengan lebih luas lagi tanpa terbatas pada jarak dan waktu.

10 Aripudin, Pengembangan Metode Dakwah, (Jakarta: PT. Raja Grafindo


Persada, 2011), h. 4.
11 Ahmad Zaini, Dakwah Melalui Internet, At-Tabsyir: Jurnal Komunikasi

Penyiaran Islam, [S.l.], v. 1, n. 1, sep. 2015, h. 95.

6
Dengan berkembangnya teknologi ini orang lain bisa bertukar
informasi antar kota, antar negara bahkan antar benua
sekalipun.12 Salah satu teknologi yang bisa digunakan untuk
membantu dalam proses dakwah ialah Internet. Internet
sebagai salah satu media massa yang memiliki jangkauan yang
luas dan mendunia dapat digunakan sebagai media
penyampaian pesan yang cepat dan efektif, termasuk pesan-
pesan dakwah.13

Dengan bantuan dari Internet, seseorang bisa


menggunakan media sosial YouTube untuk mencari berbagai
informasi. Dengan kelebihannya, kita bisa memberikan dan
menerima informasi dalam bentuk audio dan visual membuat
media sosial ini menjadi pilihan hiburan yang paling diminati
di Indonesia bahkan di seluruh dunia. Pemanfaatan media
sosial dalam kegiatan keagamaan termasuk dakwah sangat
penting. Media sosial populer mencakup Facebook, Instagram
dan Twitter dan YouTube. Keempat media sosial ini
merupakan kemajuan di dunia teknologi informasi.14 Dengan
kelebihan inilah banyak pihak yang menyebarkan dakwahnya
di media YouTube. Dengan berbagai berbagai bentuk, cara dan
tema dakwah yang ada, berbagai macam kanal YouTube
dakwah tersebar di Internet, salah satunya adalah kanal

12 Ricky Brilianto, Panduan Praktis Internet Plus, (Jakarta: Puspa Swara,


2007), h. 2.
13 Ahmad Zaini, Dakwah Melalui Internet, At-Tabsyir: Jurnal Komunikasi

Penyiaran Islam, [S.l.], v. 1, n. 1, sep. 2015, h. 102.


14 Imam Suprabowo, Ustaz Populer di Indonesia Kajian tentang Brand di

Media Sosial, (Disertasi Sekolah Pascasarjana Universitas Islam Negeri Syarif


Hidayatullah Jakarta, 2020), h. 2.

7
YouTube miliki Husein Ja’far Al Hadar atau yang lebih
dikenal dengan sebutan Habib Ja’far.

Habib Ja’far adalah seorang da’i dan penulis buku,


beliau juga menyebarkan dakwahnya melalui kanal YouTube-
nya dengan nama “Jeda Nulis” yang aktif dalam membuat
konten sejak tahun 2018. Dengan gaya dakwahnya yang bak
anak muda dan menanggapi berbagai candaan anak muda
dalam permasalahan agama dan memberi penjelasan dengan
benar membuat dakwahnya digemari oleh kalangan anak
muda. Karena tujuan utamanya adalah menyasar anak-anak
muda yang dekat dengan dunia digital, maka Habib Husein
memilih media sosial sebagai media dakwahnya.15 Berbagai
macam dakwah telah dia sebarkan di dalam kanalnya, mulai
dari membahas tentang akhlak, akidah, budaya, dan lain-
lainya.

Dari berbagai konten yang Habib Ja’far telah buat,


terdapat konten dakwah beliau yang mengangkat masalah
toleransi, baiki itu toleransi antar agama maupun toleransi
intra agama. Salah satu keunikan dari konten yang ada di kanal
“Jeda Nulis” dalam mengangkat masalah toleransi, antar
agama khususnya, Habib Ja’far bertukar pikiran dan
berdisukusi dalam tema konten tersebut dengan seorang sosok
Pendeta dari agama Kristen, Pendeta Yerry Pattinasarany dan

15 Ayun Masfupah, "Dakwah Digital Habib Husein Ja’far Al Hadar." Jurnal

Dakwah, v. 20, n. 2, 2019, h. 253.

8
juga sosok dari seorang Agnostik yaitu Reza Pardede atau
yang akrab dikenal dengan sebutan Coki Pardede.

Habib Ja’far yang santai dan menerapkan gaya anak


muda dalam dakwahnya memberikan angin segar dalam
dakwah toleransi yang beliau usung. Tutur kata dan nada
bicaranya cenderung lembut. Tak lantang dan meledak-ledak.
Senyum lebar selalu menghiasi wajah setiap menyelesaikan
ucapannya. Habib Husein Ja'far Al Hadar mungkin salah satu
habib yang berpenampilan beda dengan beberapa habib yang
malang melintang berdakwah di depan publik.16 Walau duduk
bersama dengan sosok yang berbeda keyakinan dengannya,
konten yang tersebut tetaplah memberikan pesan dakwah yang
bermakna tanpa membuat perbedaan itu menjadi sesuatu yang
salah. Justru konten toleransi dari Jeda Nulis ini membuka
cakrawala dari makna berbeda dalam keberagaman dan
membuka pandangan yang selama ini salah di mata khalayak
umum tentang perbedaan yang ada di suatu kelompok yang
berbeda. Rasulullah SAW mendidik umat Islam agar
berakhlak dengan penuh cinta. Akhlak kebajikan hendaknya
ditunjukkan, sekalipun kepada orang-orang yang tidak
menyukai kita.17

16 https://news.detik.com/x/detail/intermeso/20190601/Dakwah-Digital-Sang-
Habib-Muda/ (diakses pada tanggal 27 Juni 2021 23:57).
17 Muhammad Haris Fiardhi, "PERAN DAKWAHTAINMENT AKUN

CHANNEL YOUTUBE JEDA NULIS TERHADAP PEMUDA TERSESAT OLEH


HABIB HUSEIN JA’FAR." Jurnal Riset Mahasiswa Dakwah dan Komunikasi, v. 3, n.
2, mei. 2021, h. 83.

9
Di sini penulis akan meneliti salah satu video di kanal
YouTube “Jeda Nulis” dengan judul ‘Kenapa & Bagaimana
Kita Bersama Meski Tak Sama?’ Di dalam video ini, Habib
Ja’far membagikan cerita tentang bagaimana dirinya bisa
mengenal Coki Pardede, Tretan Muslim dan Pendeta Yerry.
Apa saja yang telah mereka lakukan dalam menyebarkan
pesan toleransi, dan apa saja yang telah mereka hadapi dalam
proses penyebaran pesan toleransi yang mereka tengah
kerjakan.

Oleh karena dasar alas an tersebut penulis bertujuan


untuk melakukan penelitian mengenai “Semiotika Makna
Toleransi Beragama dalam Video Kenapa & Bagaimana
Kita Bersama Meski Tak Sama di kanal YouTube Jeda
Nulis.”

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, peneliti
dapat mengidetifikasi masalah sebagai berikut:

1. Maraknya intoleransi yang terjadi diantara penganut


agama.
2. Berlarut-larutnya konflik intoleransi beragama hingga
membuatnya cukup sulit untuk ditangani.
3. Rusaknya kesatuan dan persatuan masyarakat yang
diakibatkan oleh intoleransi beragama.

10
C. Batasan Masalah
Merujuk pada identifikasi masalah yang telah penulis
jabarkan di atas, maka penulis membatasi penelitian pada:
1. Pesan tanda atau simbol yang mengandung aspek toleransi
agama yang ada pada video ‘Kenapa & Bagaimana Kita
Bersama Meski Tak Sama?’ di kanal YouTube “Jeda
Nulis.” Menggunakan analisis semiotik model Roland
Barthes.
2. Penelitian ini dilakukan melalui media internet dengan
menggunakan situs resmi https://www.youtube.com/

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah dan batasan masalah
di atas, maka perumusan masalah utama penelitian ini adalah:
1. Seperti apa bentuk denotasi, konotasi dan mitos toleransi
beragama dalam video ini?
2. Apa makna toleransi beragama dalam video ini?

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian


1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pemikiran dan rumusan permasalahan di
atas, penelitian ini secara spesifik bertujuan untuk
mengetahui makna tersurat dan tersirat yang terdapat dalam
video ‘Kenapa & Bagaimana Kita Bersama Meski Tak
Sama?’ di kanal YouTube “Jeda Nulis.”

2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini, ditinjau dari segi
akademis dan praktis adalah sebagai berikut:

11
a. Segi Akademis
Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan
kontribusi yang bermanfaat dalam khazanah
keilmuan terutama di bidang dakwah melalui media
sosial, khususnya tentang penelitian analisis
semiotika video dakwah.
b. Segi Praktis
Penelitian ini bisa dijadikan masukan dan saran
dalam membuat konten dakwah di media YouTube
dengan pendekatan dakwah toleransi dalam
beragama. Hal ini juga dapat menambah wawasan
bagi para praktisi komunikasi dan dakwah tentang
pentingnya menyampaikan nilai-nilai toleransi
beragama di tengah keberagaman masyarakat
Indonesia yang hidup dalam berbagai kelompok ras,
budaya dan kepercayaan.

F. Review Kajian Terdahulu


Sebagai bahan komparasi pada penelitian ini, maka
penulis mengkaji melalui beberapa hasil penelitian terdahulu.
Adapun beberapa kajian adalah sebagai berikut;

Tabel 1. 1 Kajian Terdahulu

Nama Peneliti, Perbedaan


No Persamaan
Tahun & Judul Terdahulu Sekarang
1. Ahmad Penelitian ini Subjek Subjek
Sopyan menggunakan yang yang

12
Asauri, teori diteliti diteliti
“Analisis semiotika ialah film ialah video
Semiotika dengan dengan YouTube
Makna analisis dari judul dengan
Toleransi Roland “Hujan judul
Agama Barthes. Bulan “Kenapa
Dalam Film Juni” &
Hujan Bulan karya Bagaimana
Juni” karya Kita
Program Studi Reny Bersama
Komunikasi Nurcahyo Meski Tak
Penyiaran Hestu Sama?’ di
Islam, Saputra. kanal
Fakultas Ilmu YouTube
Dakwah dan “Jeda
Ilmu Nulis”
Komunikasi
UIN Syarif
Hidayatullah
Jakarta, Tahun
2019.18
2. Akmad Fauzi, Objek Subjek Subjek
“Analisis penelitiannya yang yang
Semiotika yaitu diteliti diteliti

18 Ahmad Sopyan Asauri, Analisis Semiotika Makna Toleransi Agama Dalam

Film Hujan Bulan Juni, (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2019).

13
Toleransi Toleransi ialah film ialah video
Beragama Beragama. dengan YouTube
Dalam Film judul dengan
PK “PK” judul
(PEEKAY)” karya ‘Kenapa &
Program Studi Rajhumar Bagaimana
Komunikasi Hirani. Kita
Penyiaran Bersama
Islam, Meski Tak
Fakultas Ilmu Sama?’ di
Dakwah dan kanal
Ilmu YouTube
Komunikasi “Jeda
UIN Syarif Nulis”
Hidayatullah
Jakarta, Tahun
2020.19
3. Anzen Bhilla Media yang Objek Objek
Setya, digunakan yang yang
“Analisis yaitu melalui diteliti diteliti
Semiotika YouTube. yaitu yaitu
Pesan pesan toleransi
Dakwah dakwah beragama
dalam Video yang yang

19 Akmad Fauzi, Analisis Semiotika Toleransi Beragama Dalam Film PK

(PEEKAY), (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2020).

14
Kan Kan terdapat terdapat
Challenge di pada video pada video
Youtube the ‘Kan Kan ‘Kenapa &
Sungkars Challenge’ Bagaimana
Family” di Youtube Kita
Program Studi the Bersama
Komunikasi Sungkars Meski Tak
Penyiran Family. Sama?’ di
Islam, kanal
Fakultas Ilmu YouTube
Dakwah dan “Jeda
Ilmu Nulis”
Komunikasi
UIN Syarif
Hidayatullah
Jakarta, Tahun
2020.20
G. Metode Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan kualitatif. Menurut Imam Gunawan kualitatif
analisis proses yaitu, “proses berpikir secara induktif yang
berkaitan dengan dinamika hubungan antarfenomena yang
diamati, dan senantiasi menggunakan logika ilmiah serta

20 Anzen Bhilla Setya, Analisis Semiotika Pesan Dakwah dalam Video Kan

Kan Challenge di Youtube the Sungkars Family, (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2020).

15
menekankan pada kedalaman berpikir formal dari penulis
dalam menjawab permasalahan yang dihadapi.”21

2. Paradigma Penelitian
Bogdan dan Biklen, menjelaskan bahwa
“paradigma merupakan kumpulan longgar yang berkaitan
dengan asumsi yang secara logis dianut bersama, konsep,
atau proposisi yang mengarahkan cara berpikir dan cara
penelitian.”22

Peneliti menggunakan paradigma konstruktivis


sebagai alur dalam membentuk kerangka berpikir. Menurut
Maryaeni, “paradigma ini memahami realitas berdasarkan
pemahaman. Paradigma konstruktivis berusaha memahami
dan mengkonstruksikan sesuatu yang menjadi pemahaman
subjek yang akan diteliti.”23

Peneliti harus mendapatkan data yang diperlukan


melalui observasi dengan cara melakukan pengamatan
pada video ‘Kenapa & Bagaimana Kita Bersama Meski
Tak Sama?’ di kanal YouTube “Jeda Nulis.” Tidak hanya
dilakukan observasi, namun dalam pengungkapan data
juga dilakukan melalui wawancara mendalam terhadap
sosok yang terlibat di dalam video tersebut.

21 Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik, (Jakarta:


Bumi Aksara, 2013), h. 80.
22 Andi Prastowo, Metode Penelitian Kualitatif dalam Persepektif Rancangan

Penelitian, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2016), h. 36.


23 Maryaeni, Metode Penelitian Budaya (Jakarta: Bumi Akasara, 2005), cet. Ke

1, h. 7.

16
3. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah video ‘Kenapa &
Bagaimana Kita Bersama Meski Tak Sama?’ di kanal
YouTube “Jeda Nulis.” Dan objek penelitian ini adalah
adegan serta narasi yang menandakan pesan toleransi
beragama dalam video ‘Kenapa & Bagaimana Kita
Bersama Meski Tak Sama?’ di kanal YouTube “Jeda Nulis.”

4. Teknik Pengumpulan Data


a. Studi Pustaka
Studi Pustaka bertujuan untuk pengumpulan informasi
sebagai data teoritis dari berbagai literature keilmuan
yang bersangkutan. Kegiatan yang dilakukan yaitu
dengan mengkaji dan menganalisis literatur yang
diperoleh sehingga dapat memberikan pencerahan
berupa informasi, inspirasi, dan data-data untuk
penulis teliti. Studi Pustaka dalam penelitian ini adalah
buku literatur, jurnal, dan internet yang terkait dengan
toleransi beragama dan penelitian semiotik.
b. Observasi
Observasi adalah “kegiatan yang paling utama serta
teknik penelitian ilmiah yang penting karena
pengumpulan teknik ini berguna dalam menjelaskan
dan merincikan gejala yang terjadi.” 24
Observasi
adalah “metode pengumpulan data yang digunakan

24 Jalaludin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi, (Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2007), cet. ke-13, h. 83.

17
untuk menghimpun data penelitian melalui
pengamatan dan pengindraan.”25
Dalam teknik ini, observasi yang dilakukan oleh
peneliti yaitu menonton dan melakukan pengamatan
dengan teliti terhadap terhadap scene yang
mengandung toleransi beragama. Pengamatan
dilakukan langsung pada video “Kenapa &
Bagaimana Kita Bersama Meski Tak Sama?” di kanal
YouTube “Jeda Nulis” yang berdurasi 49 menit 51
detik, maka peneliti diharuskan untu menyortir scene
yang mungkin tidak diperlukan.
c. Dokumentasi
Dokumentasi adalah salah satu metode pengumpulan
data yang digunakan dalam metodelogi penelitian
sosial dengan data dokumentasi berbentuk; Monumen,
artefak, foto, tape, mikrofilm, disc, CD, harddisk,
flashdisk dan sebagainya.26 Dengan metode ini penulis
mengumpulkan data dari dokumen yang telah ada
yaitu video “Kenapa & Bagaimana Kita Bersama
Meski Tak Sama?” di kanal YouTube “Jeda Nulis.”
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan
dokumentasi berupa screenshot dari enam scene yang
mengandung toleransi beragama yang bersumber
langsung dari video ‘Kenapa & Bagaimana Kita

25 Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif; Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan


Publik, Dan Ilmu Sosial Lainnya, (Jakarta: Kencana, 2011), h. 118.
26 Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif; Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan

Publik, Dan Ilmu Sosial Lainnya, (Jakarta: Kencana, 2011), h. 124.

18
Bersama Meski Tak Sama?’ buku, jurnal atau internet
mengenai data yang diperlukan untuk kebutuhan
penelitian.

5. Teknik Analisis Data


Teknik analisis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah teknik analisis data kualitatif,
menggunakan teori Miles dan Huberman yaitu interactive
model,27 yang terdiri dari tiga komponen:

a. Reduksi data (data reduction)


Dalam tahap ini, peneliti memulai dengan menonton
video ‘Kenapa & Bagaimana Kita Bersama Meski Tak
Sama?’ yang ada di kanal YouTube “Jeda Nulis” yang
kemudian peneliti meneliti adegan-adegan yang
berhubungan dan menandakan makna pesan toleransi
beragama. Selain itu peneliti mencari dan mengambil
bahan-bahan data dari buku dan sumber lain yang
bersangkutan dengan penelitian.
b. Penyajian data (data display)
Komponen kedua yaitu penyajian data (data display)
melibatkan langkah-langkah mengorganisasikan data,
yakni menjalin (kelompok) data yang satu dengan
(kelompok) data yang lain sehingga seluruh data yang
dianalisis benar-benar dilibatkan dalam satu kesatuan.
Peneliti dalam tahap ini berusaha mengaitkan dan
mengorganisasikan seluruh sajian data yang telah

27 Pawito, Penelitian Komunikasi Kualitatif, (Yogyakarta: Lkis, 2007). h. 104.

19
direduksi dan dipilih sesuai dengan kerangka teori yang
digunakan.
c. Penarikan serta pengujian kesimpulan (drawing and
verifying conclusions)
Dalam tahapan terkahir ini, peniliti mengonfirmasi,
mempertajam, atau merevisi kesimpulan-kesimpulan
yang telah dibuat untuk sampai pada kesimpulan final
berupa proposisi-proposisi ilmiah mengenai gejala atau
realitas yang diteliti.

6. Sistematika Penulisan
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis membagi
sistem penulisan dalam penelitian ini dalam enam bab,
yang secara lebih rinci dijelaskan sebagai berikut:

Penulis memulai dengan Bab Pendahuluan sebagai


Bab I. Bab ini berisikan tentang latara belakang masalah,
indentifikasi masalah, batasan dan rumusan masah, tujuan
dan manfaat penelitian, tinjauan Pustaka dan sistem
penulisan.

Adapun Landasan Teori sebagai bagian dari Bab II.


Bab ini berisikan tentang penjelasan dari konsep dan teori
yang akan digunakan dalam penelitian ini.

Sebagai Bab III, yaitu Gambaran Umum Latar


Belakang. Bab ini berisikan tentang paradigma penelitian,
pendekatan penelitian, metode penelitian, teknik
pengumpulan data, teknik analisis data, gambaran umum

20
dari kanal YouTube Jeda Nulis dan biografis pemilik
channel Jeda Nulis, Husein Ja’far Al Hadar.

Sebagai Bab IV merupakan Data dan Temuan


Penelitian. Bab ini berisikan hasil dari temuan data dari
video yang akan dianalisis kemudian dipaparkan secara
deskriptif.

Sebagai analisanya maka Bab V berisikan hasil


analisa dari apa yang telah ditemukan pada Bab
sebelumnya dengan menerapkan perspektif dari teori
semiotika Roland Barthes untuk menemukan makna
toleransi beragama.

Akhirnya sebagai Bab Penutup, bab ini akan


berisikan kesimpulan dan saran dari penelitian dan
penyusunan skripsi ini.

21
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori
1. Pengertian Semiotika
Menurut Alex Sobur, semiotika secara etimologis
“berasal dari kata Yunani "Semion" yang berarti "tanda".
Tanda itu didefinisikan sebagai sesuatu yang atas dasar
konversi sosial yang terbangun sebelumnya, dapat
mewakili sesuatu yang lain.” Dan secara terminologis,
“semiotika dapat didefinisikan sebagai ilmu yang
mempelajari sederetan luas objek-objek, peristiwa, dan
seluruh kebudayaan sebagai tanda.”1

Semiotika adalah ilmu yang mempelajari tentang


tanda fenomena sosial-budaya, termasuk sastra sebagai
sistem tanda. Tanda-tanda yang dimaksud memiliki suatu
makna informasi sehingga bersifat komunikatif. Cabang
ilmu ini, semula berkembang di bidang bahasa, kemudian
berkembang pula dalam bidang seni rupa dan desain
komunikasi visual.2

Tanda atau sign, adalah sesuatu yang berarti sesuatu


yang lain. Lahir secara alamiah dalam kehidupan sosial
manusia, tanda merupakan sarana komunikasi, yang
dibentuk untuk berkomunikasi. Tanda-tanda itu dapat

1 Alex Sobur. Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisi Wacana,
Analisis Semiotik, Analisis Framing. (Bandung. Remaja Rosdakarya, 2006), h. 123.
2 Sumbo Tinarbuko, Semiotika Komunikasi Visual, (Yogyakarta: Jalasutra,

2013), h.16.

22
berupa tanda yang diindera, baik berupa bunyi, tanda visual
yang dapat dilihat, diraba, dirasakan dan dicium baunya.
Bentuknya bisa sangat sederhana sampai rumit, bergantung
dari teks dan konteks yang dikomunikasikan.3

Tanda memiliki arti khusus, “mengacu pada


konteks sosial dan budaya di mana semua tanda digunakan
agar kita memperoleh signifikasi atau makna tertentu.”
Bahasa dan sistem simbolis lainnya seperti musik dan
gambar “disebut sistem tanda, karena mereka diatur,
dipelajari, dan ditularkan berdasarkan aturan dan konvensi
bersama oleh suatu masyarakat.” 4 Tanda-tanda adalah
basis dari keseluruhan komunikasi. Melalui tanda-tanda,
“manusia dapat melakukan komunikasi dengan sesama
mengenai banyak hal yang ada di dunia.”5

Sistem semiotika inilah “yang membentuk dan


membangun representasi mental, dan dari representasi
mental inilah individu membuat klarifikasi atau kategori
terhadap segala sesuatu yang bersifat artifisial yang
ditangkap indera dari lingkungan dunia atau eksternal.”
Sesungguhnya semiotika itu “dibentuk oleh kata-kata yang
berbasis pada ikon yang telah dikategorisasi, karena itu

3 Adrian Darmawan, Analisis Semiotika Makna Sabar dan Syukur dalam Film

Gadis di Ruang Tunggu karya Catherine Sharon Granier, (Skripsi S1 Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,
2017), h. 14.
4 Alo Liliweri, Komunikasi Serba Ada Serba Makna, (Jakarta: Prenada

Media Group, 2011), h. 345.


5 Alex Sobur, Semiotika Komunikasi (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009),

h. 15.

23
pula sebenarnya setiap sistem kognitif mewakili ikon dari
objek tertentu.”6

2. Semiotika Roland Barthes


Roland Barthes lahir di Cherbourg pada tahun 1915,
dibesarkan dari keluarga kelas menengah Protestan di dua
kota di Prancis, yaitu Paris dan Bayonne, sebuah kota kecil
dekat pantai Atlantik di sebelah barat daya Prancis. 7
Barthes dikenal sebagai salah satu pemikir strukturalis
yang rajin memprakktikan model linguistik dan semiologi
dari Saussurean. Roland berpendapat bahwa bahasa adalah
sebuah sistem tanda yang mencerminkan asumsi- asumsi
dari suatu masyarakat tertentu dan waktu tertentu juga.8

Roland Barthes membuat sebuah model sistematis


dalam menganalisis makna dari tanda-tanda. Fokus
perhatian Barthes lebih tertuju kepada gagasan tentang
signifikasi dua tahap (Two order of signification) Barthes
ini terdiri atas first order of signification yaitu denotasi, dan
second order of signification yaitu konotasi.9

6 Alo Liliweri, Komunikasi Serba Ada Serba Makna, (Jakarta: Prenada Media
Group, 2011), h. 346.
7 Dadan Rusmana, Filsafat Semiotika Paradigma, Teori, dan Metode

Iterpretasi Tanda: dari Semiotika Struktural Hingga Dekonstruksi Praktis, (Bandung,


Pustaka Setia, 2014), h. 181.
8 Alex Sobur, Semiotika Komunikasi (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009),

h. 63.
9 M. Antonius Birowo, M.A, Metode Penelitian Komunikasi, (Yogyakarta:

Gitanyali, 2004), h. 56.

24
Tabel 2. 1 Peta Roland Barthes

1. Signifer 2. Signified
(Penanda) (Petanda)
3. Denotative Sign
(Tanda Denotatif)
5. CONNOTATIVE
4. CONNOTATIVE
SIGNIFIED
SIGNIFIER
(PETANDA
(PENANDA KONOTATIF)
KONOTATIF)
6. CONNOTATIVE SIGN (TANDA
KONOTATIF)

Dari peta Barthes di atas terlihat bahwa “tanda


denotatif (3) terdiri atas petanda (1) dan petanda (2).
Akan tetapi, pada saat bersamaan tanda denotatif adalah
juga tanda konotatif (4).” Dengan kata lain, hal tersebut
merupakan unsur material: jika anda mengenal kata
“singa,” barulah konotasi seperti harga diri, kegarangan
dan keberanian menjadi mungkin.10

Makna denotasi adalah “makna bersifat langsung


yaitu makna khusus yang terdapat dalam sebuah tanda,
yang pada intinya disebut sebagai gambaran sebuah
petanda.” Sedangkan makna konotasi akan sedikit
berbeda dan dapat dihubungkan dengan “kebudayaan

10 Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana,

Analisis Semiotik dan Analisis Framing, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), h. 69.

25
yang tersirat dalam pembungkusnya tentang makna
yang terkandung di dalamnya.”11

Konotasi mempunyai makna yang “subjektif”


atau paling tidak “intersubjektif.” Dengan demikian,
“denotasi adalah apa yang digambarkan tanda terhadap
sebuah objek, sedangkan makna konotasi adalah
bagaimana cara menggambarkannya.” 12 Dengan kata
lain, “konotasi adalah makna yang dapat menghasilkan
makna lapis kedua yang bersifat implisit, tersembunyi
atau makna konotatif yang mengacu pada makna yang
menempel pada kata karena sejarah pemakaiannya.”13

Makna denotasi sering juga disebut “makna


dasar, makna asli atau makna pusat.” Sedangkan makna
konotasi disebut sebagai “makna tambahan.” Makna
denotasi adalah “makna kata atau kelompok kata yang
didasarkan atas penunjukan yang lugas pada sesuatu di
luar bahasa atau yang didasarkan atas konvensi tertentu
dan sifatnya objektif.” Sementara, “makna konotasi
diartikan sebagai aspek makna sebuah kata yang

11 Arthur Asa Berger, Tanda-Tanda dalam Kebudayan Kontemporer, (Yogya:

Tiara Wacana Yogya, 2000), h. 55.


12 Indiwan Seto Wahyu Wibowo, Semiotika Komunikasi: Aplikasi Praktis Bagi

Penelitian dan Skripsi Komunikasi, (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2013), h. 21-22.
13 Dadan Rusmana, Filsafat Semiotika Paradigma, Teori, dan Metode

Iterpretasi Tanda: dari Semiotika Struktural hingga Dekonstruksi Praktis, (Bandung,


Pustaka Setia, 2014), h. 201.

26
didasarkan atas perasaan atau pikiran yang ditimbulkan
pembicara (penulis) dan pendengar (pembaca).”14

Semiologi Barthes mengacu pada Saussure


dengan menyelidiki hubungan antara penanda dan
petanda, tidak hanya sampai di situ, Barthes juga melihat
aspek lain dari penandaan yaitu mitos. Mitos menurut
Barthes terletak pada “tingkat kedua penandaan, jadi
setelah terbentuk sistem tanda-penanda maka tanda
tersebut akan menjadi penanda baru yang kemudian
memiliki petanda kedua dan membentuk tanda baru.”
Jadi, “setelah terbentuk tanda-penanda-petanda, tanda
tersebut akan menjadi petanda baru yang kemudian
memiliki pertanda kedua dan membentuk tanda baru.”15

Menurut Syaiful Halim, “mitos secara umum


memiliki arti sebagai sebuah cerita yang bertindak
sebagai pemandu simbolis atau peta makna dan
signifikasi dalam alam semesta.” 16 Sedangkan bagi
Pawito, “mitos berfungsi sebagai perubahan bentuk dari
lambang-lambang yang kemudian menghadirkan
makna-makna tertentu dengan berpijak pada nilai-nilai
sejarah dan budaya masyarakat.”17

14 Akhmad Muzzaki, Kontribusi Semiotika dalam Memahami Bahasa

Agama, (Malang: UIN Malang Press,2007), h. 44.


15 Tommy Cristomy dan Untung Yuwono (ed.), Semiotika Budaya, (Jakarta:

PPKB-LPUI, 2004), h. 94.


16 Syaiful Halim, Semiotika Dokumenter: Membongkar Dekonstruksi Mitos

Dalam Media Dokumenter, (Yogyakarta: Deepublish, 2017), h. 85.


17 Pawito, Penelitian Komunikasi Kualitatif, (Yogyakarta: LKIS
Yogyakarta, 2007), h. 164.

27
Roland Barthes memandang “mitos adalah
bahasa atau sebuah sistem komunikasi dan mitos
merupakan sebuah pesan dan sebagai produk kelas
sosial yang berkuasa.”18 Menurut Nawiro Vera, “mitos
ditentukan oleh bagaimana cara objek menyampaikan
pesan itu sendiri. Mitos memiliki landasan, historis baik
mitos kuno maupun yang tidak kuno, karena dipilih oleh
sejarah bukan dari hakikat tertentu.”19

B. Kajian Pustaka
1. Tinjauan Umum tentang Toleransi
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia,
“toleransi berasal dari kata “toleran” (Inggris: tolerance;
Arab: tasamuh) yang berarti batas ukur untuk
penambahan atau pengurangan yang masih
diperbolehkan.” 20 Secara etimologi, “toleransi adalah
kesabaran, ketahanan emosional, dan kelapangan dada.”
Sedangkan menurut istilah (terminologi), “toleransi
yaitu bersifat atau bersikap menenggang (menghargai,
membiarkan, membolehkan) pendirian (pendapat,
pandangan, kepercayaan, kebiasaan, dsb) yang berbeda
dan atau yang bertentangan dengan pendiriannya.”21

18 Roland Barthes, Mitologi, terj. Nurhadi, (Yogyakarta: Kreasi Wacana

Yogyakarta, 2004), h. 153.


19 Nawiroh Vera, Semiotika dalam Riset Komunikasi, (Bogor: Ghalia

Indonesia, 2004), h. 28.


20 Hasan Alwi, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Balai Pustaka, 2001), h.87.
21 Siti Aminah, Merajut Ukhuwah Islamiyah dalam Keanekaragaman Budaya

dan Toleransi Antar Agama, Jurnal Cendekia, v. 13, n. 1, jan. 2015, h. 52.

28
Menurut Victor I. Tanja, “toleransi berarti
endurance atau ketabahan, yang bukan hanya menunjuk
pada sikap membiarkan orang lain hidup di sekitar kita
tanpa larangan dan penganiayaan.” Toleransi dalam
artian seperti ini, khususnya di bidang agama,
“menunjuk pada kerelaan dan kesediaan untuk
memasuki dan memberlakukan agama lain dengan
penuh hormat dalam suatu dialog dengan orang lain
secara terus menerus tanpa perlu dipengaruhi oleh
pendapat lain dalam dialog tersebut.”22

Dari kajian tersebut, toleransi mengarah pada


sikap seseorang untuk bisa terbuka dan mau mengakui
adanya keberbedaan, baik itu perbedaan dalam ras, suku,
bangsa, bahasa, adat-istiadat, budaya dan agama. Hal ini
telah menjadi fitrah dan sunnatullah hukum alam.

Menurut Githarama Mahardhika, “walau dengan


menganut pemahaman toleransi dalam beragama, bukan
berarti seseorang dengan bebas boleh menganut suatu
agama tertentu dan di suatu saat dirinya berpindah
menganut agama lainnya.” Atau dengan bebasnya
seseorang mengikuti ibadah dan ritual keagamaan
semua agama kepercayaan tanpa ada peraturan yang
mengikat. Akan tetapi menurut Githarama Mahardhika,
“toleransi beragama yang dimaksud adalah sebuah

22 Victor I. Tanja. Pluralisme Agama dan Problematika Sosial. Diskursus

Teologi tentang Isu-Isu Kontemporer. (Jakarta: PT. Pustaka CIDESINDO, 1998)

29
bentuk pengakuan akan adanya agama-agama lain selain
agama yang tengah dianut dengan segala bentuk aturan
kepercayaan dan memberikan kebebasan untuk
menjalankan keyakinan agama masing-masing.”23

Jalinan persaudaraan dan toleransi antar umat


beragama sama sekali tidak dilarang dalam Islam,
selama masih dalam ranah kemanusiaan dan tiap
pihaknya saling menghormati masing-masing haknya.
Sebagaimana firman Allah SWT. dalam surat Al-
Mumtahanah ayat 8.

ِ ‫اّلل ع ِن الَّ ِذين ََل ي َقاتِلُوُكم ِِف‬


‫الدي ِن َوََلْ ُُيْ ِر ُجوُك ْم ِم ْن‬ ْ ُْ َ َ َُّ ‫ََل يَنْ َها ُك ُم‬
ِِ ُّ ‫اّللَ ُُِي‬
َّ ‫وه ْم َوتُ ْق ِسطُوا إِلَْي ِه ْم ۚ إِ َّن‬ ِ
‫ي‬
َ ‫ب الْ ُم ْقسط‬ ُ ‫د َٰي ِرُك ْم أَ ْن تَََُّب‬

Artinya:

“Allah tidak melarang kamu berbuat baik dan berlaku


adil terhadap orang-orang yang tidak memerangimu
dalam urusan agama dan tidak mengusir kamu dari
kampung halamanmu. Sesungguhnya Allah mencintai
orang-orang yang berlaku adil.” (Q.S. Al-Mumtahanah:
8).24

23 Githarama Mahardhika, Makna Toleransi Beragama dalam Film Muallaf

Karya Yasmin Ahmad, (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2016), h. 40.
24 https://quran.kemenag.go.id/sura/60/8 (diakses pada tanggal 8 April 2021

02:46).

30
Dalam menanggapi keyakinan dan agama yang
berbeda-beda, Al-Qur’an menjelaskannya dalam surat
Al-Kafirun ayat 6.

ࣖ ‫ِل ِديْ ِن‬ِ ِ


َ ‫لَ ُك ْم ديْنُ ُك ْم َو‬

Artinya:

“Untukmu agamamu, dan untukku agamaku” (Q.S. Al-


Kafirun: 6).25

Dapat diartikan ayat tersebut, bahwa agammu


adalah khusus untukmu saja dan tidak untuk dipaksakan
kepadaku, begitupun sebaliknya. Pernyataan ini pula
“mencerminkan bahwa keyakinan bukanlah sesuatu
yang dapat dipaksakan, keyakinan agama bukan wilayah
negosiasi dan kompromi, dan bergatung pada pilihan
pribadi.”26

2. Pesan Dakwah
Secara bahasa (etimologi) kata dakwah berasal
dari bahasa Arab “(da'a, yad'u, da'watan) yang berarti
menyeru, memanggil, mengajak.” Sedangkan
pengertian dakwah menurut istilah (terminologi) adalah
“mengajak menusia dengan cara bijaksana ke jalan yang

25 https://quran.kemenag.go.id/sura/109/6 (diakses pada tanggal 8 April 2021


02:55).
26 Zakiyuddin Baidhawi, Kredo Kebebasan Beragama, (Jakarta: PSAP,

2006), h.58.

31
benar sesuai dengan perintah Allah SWT untuk
kemaslahatan dan kebahagiaan dunia akhirat.”27

Menurut Nawiroh Vera, “pesan adalah apa saja


yang dikomunikasikan oleh sumber kepada
penerima.” 28
Atau “pesan adalah sesuatu pesan
keseluruhan atas apa yang telah disampaikan oleh
komunikator.”29 Pesan dapat disampaikan dalam bentuk
verbal (lisan) maupun non verbal (non lisan). Menurut
M.S Hidayat dalam bentuk verbal pesan sendiri, “dapat
disampaikan dengan kata-kata atau ucapan, sedangkan
pesan non verbal dapat disampaikan melalui gerak fisik
seperti gerakan mata, ekspresi wajah, melambaikan
tangan, sikap badan atau menunjukan warna.”30

Sedangkan dakwah merupakan suatu proses


penyampaian pesan-pesan tertentu yang dapat berupa
ajakan atau seruan dengan tujuan agar orang lain mau
memenuhi ajakan tersebut. Jadi, Pesan dakwah adalah
isi pesan atau materi yang disampaikan oleh da'i kepada
mad'u.

Menurut Toto Tasmara, “pesan dakwah adalah


semua pernyataan yang bersumber dari Al- Quran dan

27 Toha Yahya Omar, Ilmu Dakwah, (Jakarta: PT. Wijaya, 1998), cet. ke-3
h. 1.
28 Nawiroh Vera, Semiotika Dalam Riset Komunikasi, (Bogor: Ghalia
Indonesia, 2014), h. 30.
29 A.W Widjaja, Komunikasi: Komunikasi Dan Hubungan Masyarakat,

(Jakarta: Bumi Aksara, 1993), h. 14.


30 M.S Hidayat, Public Speaking dan Teknik Presentasi, (Yogyakarta:

Graha Ilmu, 2006), h. 43.

32
Sunnah baik yang disampaikan secara lisan maupun
tertulis dengan pesan-pesan risalah tersebut.”31

Sedangkan menurut istilah, para ulama


memberikan definisi yang bermacam-macam, antara
lain:

a. Toha Yahya Umar mengatakan, “dakwah adalah


mengajak manusia dengan cara bijaksana kepada
jalan yang benar sesuai dengan perintah tuhan
untuk kemaslahatan dan kebahagiaan di dunia
dan akhirat.”32
b. Dr. Moh. Ali Aziz menjelaskan bahwa “dakwah
adalah aktivitas dan upaya untuk mengubah
manusia, baik individu maupun kolektif dari
situasi yang tidak baik kepada situasi yang lebih
baik.” Sementara itu, dalam bahasa Islam
“dakwah adalah tindakan mengomunikasikan
pesan-pesan Islam.” Dakwah adalah “istilah
teknis yang pada dasarnya dipahami sebagai
upaya untuk menghimbau orang lain kearah
Islam.”33
c. Moesa A. Machfoed mendefinisikan “dakwah
sebagai panggilan.” Tujuannya “membangkitkan
kesadaran manusia untuk kembali ke jalan Allah

31 Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah, (Jakarta: Gaya Media, 1997), h. 31-


43.
32 H.M. Toha Yahya Omar, Islam dan Dakwah, (Jakarta: PT. AL Mawardi

Prima, 2004), h. 67.


33 Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Prenada Media, 2004), 22.

33
SWT, Upaya memanggil atau mengajak kembali
manusia ke jalan Allah tersebut bersifat
ekspansif, yaitu memperbanyak jumlah manusia
yang berda di jalan-Nya.”34

Dari beberapa definisi mengenai dakwah yang


telah dipaparkan di atas, dapat diambil kesimpulan
bahwah dakwah adalah sebuah usaha dan ajakan kepada
manusia untuk menuju kepada jalan kebenaran tanpa
ada paksaan dan sesuai dengan tuntunan Al-Qur’an dan
As-Sunnah.

3. YouTube sebagai Media Dakwah


a. Media Dakwah

Media adalah segala sesuatu yang menjadi


perantara untuk menyampaikan informasi dan
transfer ilmu pengetahuan. Dalam proses dakwah,
“media berperan penting dalam membantu prose
penyampaian pesan dakwah sehingga mudah
diterima oleh komunikan (Mad'u),” Maka ada
beberapa macam media yang digunakan dalam
suatu proses dakwah. Hamzah Yaqub membagi
sarana dan media yang dikatakan “sebagai wasilah
dakwah itu menjadi lima macam yaitu: Lisan,
tulisan, audiovisual dan akhlaq.” 35 Secara umum,

34 Moesa A. Machfoed, Filsafat Dakwah Ilmu Dakwah dan Penerapannya,


(Jakarta: PT. Bulan Bintang, 2004), h. 15.
35 Syamsuddin, Pengantar Sosiologi Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2016), h.

305.

34
pembagian Hamzah Yaqub ini tergolong ke dalam
tiga sarana, sebagai berikut:

i. Spoken words, yaitu jenis media dakwah yang


berbentuk ucapan atau bunyi yang ditangkap
dengan indra telinga, seperti radio dan telepon.
ii. Printed writing, yaitu media dakwah yang
berbentuk tulisan, gambar, lukisan dan
sebagainya yang dapat ditangkap dengan indra
mata.
b. Media Sosial YouTube

Definisi media sosial menurut Rulli


Nasrullah adalah “medium di Internet yang
memungkinkan penggunanya merepresentasikan
dirinya mampu berinteraksi, bekerja sama, berbagi,
berkomunikasi dengan pengguna lain, dan
membentuk ikatan secara visual.”36

Lebih jauh, Rulli Nasrullah mengatakan


“pengguna media sosial bisa berkomunikasi dan
berinteraksi mengungkapkan apa yang sedang
disaksikan atau dialami keadaan di sekitar dirinya,
hingga berbagi tanggapan terhadap suatu situasi
yang sedang berkembang.”37

36 Rulli Nasrullah, Media Sosial Perspektif Komunikasi, Budaya, dan


Sosioteknologi (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2015), h. 11.
37 Rulli Nasrullah, Teori dan Riset Media Siber (Cybermedia), (Jakarta

Prenada Media Group, 2014), h. 36-37.

35
YouTube adalah sebuah situs web video
sharing (berbagi video) yang populer di mana para
pengguna dapat memuat, menonton, dan berbagi
klip video secara gratis. Berdiri pada bulan Februari
2005 oleh 3 orang mantan karyawan PayPal, yaitu
Chad Hurley, Steve Chen dan Jawed Karim.”38

Menurut Faiqah, Fatty, Muh. Nadjib, dan


Andi Subhan Amir, “salah satu layanan dari Google
ini, memfasilitasi penggunanya untuk mengupload
video dan bisa diakses oleh pengguna yang lain dari
seluruh dunia secara gratis.” Lebih jauh, dikatakan
bahwa “YouTube adalah database video yang paling
popular di dunia internet, atau bahkan mungkin
yang paling lengkap dan variatif.”39

Dengan ini dapat dikatakan bahwa YouTube


adalah sebuah media sosial penyedia video yang
sangat berpotensi menjadi media dakwah dengan
keunggulannya yang mana YouTube sendiri
memberikan fitur untuk bisa membagikan video
apapun di website ini dan siapa saja diberikan akses
gratis untuk menikmati video-video tersebut.

38 Faiqah, Fatty, Muh. Nadjib, dan Andi Subhan Amir, Youtube sebagai
Sarana Komunikasi bagi Komunitas Makasarvidgram, Jurnal Ilmu Komunikasi, v. 5
n. 2 (Jul – Des 2016): h. 1.
39 Faiqah, Fatty, Muh. Nadjib, dan Andi Subhan Amir, Youtube sebagai

Sarana Komunikasi bagi Komunitas Makasarvidgram, Jurnal Ilmu Komunikasi, v. 5


n. 2 (Jul – Des 2016): h. 1.

36
YouTube berisikan konten video yang
diklasifikasikan sebagai media audio visual yang
merupakan gambar sekaligus suara, “sehingga
informasi dakwah menjadi lebih efektif dan mudah
40
diterima oleh khalayak.” Dengan kebebasan
berekspresi yang bisa digali oleh para pengguna
media sosial YouTube menjadi tempat bagi orang-
orang untuk menuangkan kreatifitas mereka dalam
membuat konten video, tak terkecuali konten
dakwah.

40 Wahyu Ilahi, Komunikasi Dakwah (Bandung: PT.Rosdakarya, 2013), cet

ke-2 h. 122.

37
C. Kerangka Berpikir
Tabel 2. 2 Kerangka Berpikir

Video YouTube ‘Kenapa & Bagaimana


Kita Bersama Meski Tak Sama?’

Semiotika Roland Barthes

Denotasi Konotasi Mitos

Makna Toleransi Beragama pada video YouTube ‘Kenapa


& Bagaimana Kita Bersama Meski Tak Sama?’

38
BAB III
GAMBARAN UMUM LATAR PENELITIAN

A. Profil Habib Husein Ja’far Al Hadar

Gambar 3. 1 Husein Ja’far Al Hadar


Husein Ja’far Al Hadar atau yang lebih dikenal dengan
sebutan akrabnya Habib Ja’far adalah seorang da’i dan penulis
buku, beliau juga menyebarkan dakwahnya melalui kanal
YouTube-nya dengan nama “Jeda Nulis” yang aktif dalam
membuat konten sejak tahun 2018.

Husein Ja'far adalah Magister Tafsir Qur’an di UIN


Syarif Hidayatullah Jakarta. Ia merupakan Penulis Buku
Keislaman terbitan Gramedia & Mizan, Penulis di Media
Massa Seputar Keislaman (Kompas, Majalah Tempo, dll),

39
Pembicara Seputar Keislaman di TV Nasional (Metro TV,
CNN Indonesia, dll), Direktur Cultural Islamic Academy
Jakarta, dan Aktivis di Gerakan Islam Cinta. 1 Beliau selain
menjadi seorang penulis keislaman, Habib Ja’far juga
menyebarkan dakwahnya lewat media sosial seperti Twitter
2
dengan akun @Husen_Jafar , Instagram dengan akun
@husein_hadar3, dan juga kanal YouTube dengan nama Jeda
Nulis4.

Husein Ja’far dikenal sebagai habib muda yang


menyebarkan Islam dengan cinta. Lalu, kedekatannya dengan
kalangan muda juga membuatnya dikenal sebagai Da’i
milenial, karena dakwahnya memang begitu digandrungi oleh
pemuda milenial. 5 Dengan gaya dakwahnya yang bak anak
muda dan menanggapi berbagai candaan anak muda dalam
permasalahan agama dan memberi penjelasan dengan benar
membuat dakwahnya digemari oleh kalangan anak muda.

1 https://cariustadz.id/ustadz/detail/Husein-Ja’far-Al-Hadar (diakses pada

tanggal 27 September 2021 00:26).


2 https://twitter.com/Husen_Jafar (diakses pada tanggal 27 September 2021

00:45).
3 https://www.instagram.com/husein_hadar/ (diakses pada tanggal 27
September 2021 00:46).
4 https://www.youtube.com/channel/UCp7hJfiiocdY085XnWVrp2Q (diakses

pada tanggal 27 September 2021 00:50).


5 Muhammad Haris Fiardhi, "PERAN DAKWAHTAINMENT AKUN

CHANNEL YOUTUBE JEDA NULIS TERHADAP PEMUDA TERSESAT OLEH


HABIB HUSEIN JA’FAR." Jurnal Riset Mahasiswa Dakwah dan Komunikasi, v. 3, n.
2, mei. 2021, h. 77.

40
B. Gambaran Umum Profil Jeda Nulis

Gambar 3. 2 Profil Kanal YouTube Jeda Nulis


Jeda Nulis merupakan kanal YouTube berisikan konten-
konten yang dibuat oleh Habib Ja’far dan dibuat pada 4 Mei
2018 dan mengunggah video pertamanya dengan judul
‘Menjadi Muslim Moderat itu Bagaimana sih?’ Kanal ini pun
menjadi media dakwah yang paling digandrungi oleh kalangan
anak muda yang ingin menambah ilmu keagamaan dengan cara
yang menurut mereka menarik. Dan beliau mengungkapkan
bahwa memang yang mengurusi dakwah untuk para pemuda
yang tidak hanya dimasjid saja akan tetapi yang melalui social
media masih sedikit sehingga perlu adanya dakwah melalui
platform digital khususnya untuk pemuda milineal.6

Berbagai macam dakwah telah dia sebarkan di dalam


kanalnya, mulai dari membahas tentang akhlak, akidah, budaya,
dan lain-lainya. Selain itu, Habib Ja’far juga berkolaborasi

6 Muhammad Haris Fiardhi, "PERAN DAKWAHTAINMENT AKUN


CHANNEL YOUTUBE JEDA NULIS TERHADAP PEMUDA TERSESAT OLEH
HABIB HUSEIN JA’FAR." Jurnal Riset Mahasiswa Dakwah dan Komunikasi, v. 3, n.
2, mei. 2021, h. 77.

41
dengan berbagai macam tokoh seperti stand up comedian,
influencer, musisi, akademisi dan lain-lainnya untuk
memperluas perspektif keislaman pada berbagai sudut pandang
yang ada. Ketika membicarakan tentang dakwah melalui musik
Habib mengundang Vikri Rasta seorang musisi, menagajak Dr.
Nur Rofi’ah untuk membicarakan perempuan menurut Islam,
mengenalkan bahwa Islam itu asyik kepada Coki Pardede, dan
mengajak Gita Savitri yang sekarang tinggal di Jerman
bagaimana rasanya menjadi minoritas muslim di Eropa.7

C. Video Kenapa & Bagaimana Kita Bersama Meski Tak


Sama di kanal YouTube Jeda Nulis
Video ‘Kenapa & Bagaimana Kita Bersama Meski Tak
Sama?’ ini merupakan satu dari sekian banyak video yang telah
di unggah di kanal YouTube Jeda Nulis oleh Habib Ja’far.
Video yang telah diunggah pada 5 Maret 2021 ini diisi dengan
kehadiran Habib Ja’far bersama Pendeta dari agama Kristen,
Yerry Pattinasarany, seorang Agnostik Reza Pardede atau yang
akrab dikenal dengan panggilan Coki Pardede dan duet komedi
Coki, Aditya Muslim atau yang akrab dikenal dengan
panggilan Tretan Muslim.

Dalam video yang berdurasi 49 menit 51 detik itu,


keempat orang ini membahas dan berdiskusi tentang
bagaimana mereka yang pada dasarnya berbeda secara
keyakinan agama bisa saling mengenal dan duduk bersama

7 Ayun Masfupah, "Dakwah Digital Habib Husein Ja’far Al Hadar." Jurnal

Dakwah, v. 20, n. 2, 2019, h. 254.

42
untuk saling bertukar pikiran, hingga hasil dari kebersamaan
mereka ini membuahkan sebuah gerakan untuk menyuarakan
tentang toleransi dalam beragama, baik itu antar agama
maupun intra agama.

Pada pembukaan video, Habib Ja’far menjelaskan


bahwa video ini hanyalah sekedar reuni dari mereka berempat
berkumpul bersama sejak wabah COVID-19 merebak dan
mereka ingin menceritakan tentang apa yang mereka lakukan
tahun lalu. Habib Ja’far memaparkan bahwa sebelum wabah
mereka aktif dalam berdakwah toleransi, dengan kombinasi
Habib Ja’far dari tokoh keislaman, Pendeta Yerry dari tokoh
kekristenan, dan Tretan Coki sebagai pemberi jokes dalam
kegiatan dakwah tersebut.

Sebelum mereka membahas lebih jauh tentang dakwah


toleransi yang mereka usung, mereka lebih dahulu
menceritakan tentang bagaimana pertama kali mereka bertemu
dan bagaimana mereka bisa saling menjadi teman sharing.
Yang bagaimana dijelaskan bahwa semua ini berawal dari
pertemuan Tretan Coki dengan Habib Ja’far yang mana saat itu
duet komedian ini tengah terjerat suatu kasus karena konten
yang mereka berdua buat di YouTube, sehingga mereka berdua
mencari jalan keluar dengan cara bertemu dengan Habib Ja’far
untuk berdiskusi dan membuat konten kolaborasi bersama
demi memperbaiki masalah yang Tretan Coki tengah hadapi.
Dan dari kolaborasi konten mereka inilah tercipta sebuah acara
dengan nama ‘Deep Talk’ yang mana acara ini membahas

43
tentang toleransi beragama di berbagai kota, dan di sinilah
mereka bertemu dengan Pendeta Yerry dan mereka terus
bersama dalam membuat konten toleransi beragama.

Lanjut, dalam video tersebut mereka menceritakan


tentang apa saja yang mereka berempat alami selama mengisi
acara Deep Talk, mulai dari antusiasme para penonton acara
itu, kesan mereka berempat tentang bagaimana acara Deep
Talk diselenggarakan, berbagai pengalaman menarik yang
terjadi selama acara Deep Talk, hingga dampak dari acara
Deep Talk yang dirasakan baik oleh mereka berempat maupun
para penontoh yang hadir di dalam acara tersebut.

Lalu di video itu mereka juga saling memaparkan sudut


pandang mengenai toleransi beragama, baik itu dalam ranah
toleransi beragama menurut sudut pandang Islam, menurut
sudut pandang Kristen, tanggapan dan sikap kedua pemuka
agama ini tentang bagaimana mereka saling menerapkan
toleransi beragama dan juga tanggapan Coki Pardede yang
merupakan seorang Agnostik mengenai toleransi beragama ini
baik itu dampak terhadap dirinya dan juga perspektifnya yang
jadi lebih luas dalam menilai suatu agama kepercayaan.

Habib Ja’far dan Pendeta Yerry juga menjelaskan


tentang bagaimana intoleransi intra dan antar agama bisa
tercipta, baik itu muncul dari dalam sautu kelompok pada tiap
agama kepercayaan itu sendiri maupun tercipta begitu saja
karena persepsi salah yang tertanam dan disebarkan oleh para
oknum-oknum yang ada. Dan mereka berdua menjelaskan

44
bahwa agama justru mengajarkan umatnya untuk saling
menyayangi dan saling menghormati kepercayaan masing-
masing. Ditekankan bahwa keberbedaan itu bukanlah sesuatu
yang harus dimusuhi maupun dihancurkan.

45
BAB IV
DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

Dalam bab ini peneliti menelaah video ‘Kenapa &


Bagaimana Kita Bersama Meski Tak Sama?’ di kanal YouTube
“Jeda Nulis” untuk dapat menemukan makna toleransi beragama
dalam video tersebut.

Setelah menonton dan melihat video tersebut, peneliti


menemukan beberapa scene yang mengandung makna toleransi
beragama di dalamnya. Untuk mengantisipasi peluasan dalam
penelitian, maka peneliti membatasi jumlah scene yang akan
dipilih pada video yang akan diteliti. Berikut adalah data-data
terkait toleransi beragama yang ada di dalam video tersebut:

A. Scene 1
Durasi 08:32-09:35

Tabel 4. 1 Scene 1

Visual Dialog
Habib Ja’far :
“Nah, terus bang Yerry kalo
pandangan, kan gini, kita yakin
lah bahwa gak semua orang
bisa seperti bang Yerry, mau
duduk bersama, kalo duduk
bersama dengan saya mungkin
agak biasa ya perbedaan
agama, tapi duduk bersama

46
dengan Coki yang memilih
untuk tidak memilih agama,
sebenernya itu pandangan
kekristenan abang itu gimana
sih?”

Pendeta Yerry :
“Jadi tuh kaya, teorinya sih
sehat tapi pelaksanaannya itu
yang orang sulit. Makanya
orang butuh tools, orang butuh
teladan sih, orang butuh visual,
makanya hal-hal yang teoritis
nggak akan menghasilkan
orang-orang yang produktif,
kecuali disuguhkan secara
visual, maksudnya ada sesuatu
yang dilihat, ada sesuatu yang
didengar dan akhirnya related-
nya ada gitu.”

Tretan Muslim :
“Iya misalnya, ngomongin
perbedaan, kalo lo omongin
doang agak kurang pas ya.”

47
Pendeta Yerry :
“Iya.”

Tretan Muslim :
“Begitu disaksikan bang Yerry
mau duduk ini adalah contoh
menghormati perbedaan.”
Scene 1 yang diambil pada durasi ke 08:32 detik hingga
09:35 ini menampilkan percakapan antara Habib Ja’far dengan
Pendeta Yerry yang mana Habib Ja’far bertanya tentang
kenapa dia mau berteman dengan Coki Pardede dalam
pandangan agama Kristen dan kemudian Pendeta Yerry
menjawab kalau teorinya itu sehat tapi pelaksanaannya sulit,
sehingga diperlukan sosok contoh dari hal itu. Lalu diakhir
Tretan Muslim ikut bicara untuk menanggapi pembicaraan itu.

B. Scene 2
Durasi 17:07-18:03

Tabel 4. 2 Scene 2

Visual Dialog
Habib Ja’far :
“Nah, teori yang tadi Bang
Yerry, kalo teori yang Bang
Yerry maksud bahwa orang
yang bisa membuat Bang
Yerry mau gitu berteman

48
dengan dia (Coki), teorinya
dalam Kristen sebenarnya
seperti apa Bang soal berteman
dengan yang berbeda?”

Pendeta Yerry :
“Iya, pertama gini, semua yang
beda itu bukan musuh, bukan
ancaman, bukan sesuatu yang
harus disingkirkan. Itu kaya
dogma latah yang bisa di, yang
tiba-tiba gak tahu semua orang
punya gitu aja, ‘berbeda itu
musuh’ padahal sebenarnya
literasinya, doktrinnya nggak
berkata seperti itu. Bahkan
orang yang meninggalkan
iman pun bukan musuh,
bahkan musuh itu juga bukan
orang yang layak dimusuhi.
Jadi, implementasi dari doktrin
itu adalah karya-karya seperti
ini, which is kaya ‘cinta itu
bisa dilihat oleh orang buta,
dan didengar sama orang tuli’
dalam artian apa yang kita

49
lakukan dari hati nih, akhirnya
kan menyentuh ke hati juga.”

Tretan Muslim :
“Nyampe juga akhirnya.”

Pedeta Yerry :
“Iya.”
Scene 2 diambil dari rentang durasi 17 menit 07 detik
hingga 18 menit 03 detik. Menunjukkan tentang Habib Ja’far
kembali memberi pertanyaan yang hampir sama seperti di
scene 1 dengan penekanan dalam pertanyaannya. Pendeta
Yerry menjawab pertanyaan Habib Ja’far dengan jawaban
yang cukup panjang, beliau memberi penjelasan bahwa
berbeda bukanlah musuh yang dianggap berbahaya. Dan
diakhir Tretan Muslim memberi tanggapan singkat dari
jawaban Pendeta Yerry.

C. Scene 3
Durasi 20:01-20:18

Tabel 4. 3 Scene 3

Visual Dialog
Tretan Muslim :
“Jadi pada saat acara Deep
Talk itu misalnya ada orang
Kristen tanya ke Habib…”

50
Coki Pardede :
“Boleh!”

Tretan Muslim :
“Habib tidak akan, apa
namanya…”

Habib Ja’far :
“Ngomporin”

Tretan Muslim :
“Ngompor-ngomporin atau
menjelek-jelekan agama
Kristen, nggak.”

Coki Pardede :
“Dan sebaliknya, ya.”

Tretan Muslim :
“Sebaliknya juga Bang Yerry,
karena memang tujuannya, ‘oh
ini beda, beda’ yaudah baik aja
gitu.”
Pada Scene 3 yang diambil dari rentang durasi video
20:01 hingga 20:18 menunjukkan tentang Tretan Muslim yang
sedang mengambarkan tentang bagaimana acara Deep Talk
berlangsung dulu. Dia berkata bahwa bila ada orang Kristen

51
bertanya kepada Habib Ja’far itu dibolehkan, dan begitu pun
sebaliknya, karena berbeda itu baik-baik saja menurutnya.

D. Scene 4
Durasi 21:32-22:14

Tabel 4. 4 Scene 4

Visual Dialog
Habib Ja’far :
“Dan mencari orang yang mau
duduk gini kan nggak mudah
juga.”

Coki Pardede :
“Apa lagi setelah tragedi
biasanya ada prasangka kan?”

Habib Ja’far :
“Ada prasangka, stigma itu.”

Coki Pardede :
“Stigma itu yang sangat sulit.”

Habib Ja’far :
“Nah itu yang bikin akhirnya
toleransi itu sulit Cok, karena
kita terhadap agama lain tuh

52
punya stigma, dan gak pernah
diklarifikasi oleh kita.”

Pendeta Yerry :
“Ya, gak pernah di…”

Habib Ja’far :
”Gak pernah ditambah yuni
kalo dalam bahasa Islam. Udah
itu ada dari kecil dan terus saja,
misalnya saya tuh, Gereja
penginjil adalah Gereja yang
mengotak-atik Injil.”

Coki Pardede :
“Stigma kan?”

Habib Ja’far :
“Stigma! Itu dari…”

Tretan Muslim :
“Itu salah paham namanya.”

Habib Ja’far :

53
“Iya! Kan begitu, dan itu kalau
saya gak ketemu langsung
dengan Bang Yerry…”

Coki Pardede :
“Tidak dapet penjelasannya.”

Habib Ja’far :
“Makanya orang yang bisa
bertemu dengan yang berbeda
dengan dia itu sebenarnya
keberuntungan,”
Pada scene 4 yang diambil dari video pada durasi 21:32
hingga 22:14 ini menunjukkan tentang Habib Ja’far memberi
pernyataan bahwah mengumpulkan orang-orang yang berbeda
untuk duduk bersama seperti yang mereka lakukan merupakan
hal yang tidak mudah. Dan Coki menanggapi pernyataan itu
dengan tanggapan mengenai dengan alasan mengapa hal itu
bisa terjadi. Alasan prasangka menjadi salah satu penyebabnya,
dan Habib Ja’far mengiyakan itu dan mengatakan kalau itu
salah satu penyebab toleransi menjadi sulit terwujud. Habib
Ja’far juga memberi contoh tentang prasangkanya dulu
terhadap agama Kristen sebelum bertemu Pendeta Yerry.

54
E. Scene 5
Durasi 36:45-37:21

Tabel 4. 5 Scene 5

Visual Dialog
Coki Pardede :
“Karena gini Bang, selama ini
perbedaan ini tuh orang tuh
sangat rapuh, pemahamannya
terhadap perbedaan, sehingga
orang takut. Pada saat ada kata
perbedaan orang lebih diam.”

Habib Ja’far :
“Iya.”

Coki Pardede :
“Iya kan? Mereka takut, takut
sekali. Karena makna dari
perbedaan ini, kata perbedaan
ini rapuh sekali, mereka lebih
baik diam. Karena ini diam, ini
diam, ini diam, ini diam, ini
diam, tidak terjadi apa-apa!
Tidak terjadi apa-apa.”

Tretan Muslim :

55
“Tapi tetep mendem.”

Coki Pardede :
“Tapi tetep mendem, dan
akhirnya prasangka. Jadi
diamnya itu tuh jadi bola salju
tuh, jadi prasangka.”

Tretan Muslim :
“Diam bukan damai tapi dalam
hati…”

Coki Pardede :
“Iya, jadi prasangka…”
Pada scene 5 yang diambil dari video pada durasi 36:45
hingga 37:21 ini terlihat Coki Pardede memaparkan bahwa
pemahaman orang-orang tentang perbedaan sangat rapuh
sehingga membuat orang-orang jadi diam dalam menanggapi
perbedaan. Namun diam yang terjadi pada saat itu bukanlah
diam damai, tapi diam yang memendam prasangka pada
sesuatu yang berbeda itu.

56
F. Scene 6
Durasi 48:41-49:33

Tabel 4. 6 Scene 6

Visual Dialog
Habib Ja’far :
“Minimal kalo gak bisa bikin
sesuatu untuk orang lain,
minimal didiri sendiri. Kita
bikin pertemanan-pertemanan
yang lintas gitu. Karena riset
tuh bilang kan, yang paling
banyak hoax-nya itu
WhatsApp dan Facebook,
karena itu ada grupnya, basic-
nya adalah grup. Dan grup itu
biasanya echo chamber kan?
Kesamaan.”

Pendeta Yerry :
“Iya, iya betul.”

Habib Ja’far :
“Nah kalo ada kesamaan, hoax
itu gampang masuk,”

Coki Pardede :

57
“Iya.”

Habib Ja’far :
“Asalkan hoax-nya tentang
kejelekan kelompok lain,
diterima aja karena sama-
sama.”

Coki Pardede :
“Iya betul, betul, betul, betul.”

Habib Ja’far :
“Makanya gampang sekali
hoax, karena itu cara
menangkal hoax itu juga
adalah dengan, ya perbedaan
itu dalam satu grup. Sehingga
minimal, kalo ada Pendeta
Yerry di grup jamaah saya,
mau ngata-ngatain Kristen gak
enak kan…”

Tretan Muslim :
“Hahahaha!”

Habib Ja’far :

58
“Minimal, kan al haya'u minal
iman, malu itu bagian dari
iman, ya karena itu
minimal…”

Tretan Muslim :
“Yah, ada orangnya lagi.”

Habib Ja’far :
“Iya!”

Pendeta Yerry :
“Betul, betul.”
Pada scene 6 ini, yang diambil dari video yang diteliti
pada durasi 48:41 hingga 49:33 yang merupakan penghujung
dari video ini menunjukkan Habib Ja’far mengajak penonton
untuk melakukan kebaikan, yang minimal itu pada diri sendiri.
Salah satunya adalah membuat pertemanan lintas agama. Lalu
beliau mengatakan bahwa hoaks atau berita bohong itu mudah
menyebar karena biasanya tersebar di dalam sebuah kelompok
yang berisikan orang-orang yang sama. Maka bila dalam
kelompok itu terdapat seseorang yang berbeda maka berita
bohong tentang orang yang berbeda itu tidak akan tersebar di
dalam kelompok itu.

59
BAB V
PEMBAHASAN

Pada bab ini, penulis melakukan observasi data berupa


scene dan dialog yang ada pada video ‘Kenapa & Bagaimana Kita
Bersama Meski Tak Sama?’ di kanal YouTube “Jeda Nulis” yang
didapatkan dengan cara menonton, mengamati, dan menilai hasil
temuan dalam video tersebut. Lalu data dikumpulkan kedalam 6
scene yang mana tiap scene itu mengandung makna toleransi
beragama, dan kemudian dianalisis menggunakan teori analisis
semiotika Roland Barthes.

Observasi adalah “metode pengumpulan data yang


digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan
dan pengindraan.” 1 Dengan hasil observasi tersebut, data dari
perspektif denotasi, konotasi, dan mitos itu penulis jabarkan
berdasarkan tiap perspektif dan ditarik kesimpulan hingga
menghasilkan temuan sebagai berikut.

A. Makna Denotasi, Konotasi, dan Mitos Toleransi


Beragama dalam video Kenapa & Bagaimana Kita
Bersama Meski Tak Sama di kanal YouTube Jeda Nulis

1 Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif; Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan

Publik, Dan Ilmu Sosial Lainnya, (Jakarta: Kencana, 2011), h. 118.

60
1. Scene 1
a. Denotasi

Gambar 5. 1 Scene mereka tertawa

Habib Ja’far dengan sikap santai melempar


pertanyaan kepada Pendeta Yerry sambil
menyampaikan sebuah gurauan, dan mereka berempat
tertawa mendengar gurauan tersebut.

Gambar 5. 2 Pendeta Yerry menjawab pertanyaan

61
Lalu Pendeta Yerry menjawab pertanyaan
tersebut dengan sikap yang santai dan sesekali
membuat gestur tangan sambil memasang senyum tipis
di wajahnya. Juga Tretan Muslim menanggapi jawaban
Pendeta Yerry dan ikut memberikan pendapat dari
jawabannya.

Terlihat keakraban kedua pemuka agama yang


berbeda dalam melakukan diskusi dan berlangsung
dengan santai. Betapa indahnya jika agama Islam-
Kristen membuka lembaran baru untuk sebuah
peradaban manusia yang menjunjung tinggi
kemanusiaan dan membangun budaya saling
menghargai.2

b. Konotasi

Scene ini menunjukkan tentang Habib Ja’far


yang bertanya kepada Pendeta Yerry dengan sedikit
bergurau mengenai mengapa dia mau bergaul dengan
Coki Pardede yang seorang Agnostik. Habib Ja’far
yang merasa bahwa pergaulannya dengan Pendeta
Yerry masih bisa dianggap wajar oleh beliau
mempertanyakan alasan Pendeta Yerry bisa dan mau
bergaul dengan Coki dari sudut pandang agamanya.

2 Zuhairi Misrawi, Pandangan Muslim Moderat, (Jakarta: PT Kompas Media

Nusantara, 2010), h. 19.

62
Kemudian Pendeta Yerry menjawab pertanyaan
Habib Ja’far bahwa bentuk pergaulan dirinya dengan
Coki adalah suatu hal yang baik, namun Pendeta Yerry
menganggap bahwa pergaulan seperti ini adalah hal
yang sulit untuk dilakukan oleh orang lain, dan dia
merasa kalau penjelasan melalui kalimat saja tidak
cukup untuk membuktikan hal tersebut. Sehingga
beliau berusaha menjadikan dirinya sebagai sosok yang
bisa dijadikan contoh oleh orang lain, dan
menunjukkan bahwa bergaul dengan orang yang
berbeda agama bukanlah hal yang salah. Dan harapan
Pendeta Yerry juga adalah membuat orang yang
melihat bentuk pergaulan ini bisa lebih terasa karena
ada bentuk nyatanya.

Tretan Muslim pun mengiyakan tanggapan


Pendeta Yerry karena dia merasa bahwa pesan dan
ajakan secara verbal saja akan kurang efektif dalam
memberi dampak terhadap orang lain. Toleransi
menjadi jembatan komunikasi antarumat beragama.3

c. Mitos

Berteman adalah sebuah kebutuhan manusia


karena manusia tercipta dengan kodrat sebagai
makhluk sosial. Sebagaimana yang telah diketahui
bahwa manusia memang tidak bisa hidup sendiri

3 Muhammad Rifqi Fachrian, Toleransi Antarumat Beragama dalam Al-Qur’an

(Telaah Konsep Pendidikan Islam), (Depok: PT RajaGrafindo Persada, 2018), h. 5.

63
karena kita sebagai makhluk hidup memerlukan sosok
yang dibergantungkan. Suatu individu tidak bisa
melakukan segalanya seorang diri, tiap individu yang
ada di dunia ini hidup dengan beberapa kemampuan
namun tidak bisa melakukan beberapa hal lainnya.
Maka dari itu suatu individu memerlukan sosok
individu lainnya untuk saling menutupi kekurangannya
masing-masing agar tetap bisa bertahan menjalani
hidup. Manusia diciptakan Allah dari al-Alaq. Dari segi
pengertian kebahasaan, kata ‘alaq antara lain berarti
sesuatu yang tergantung. Kata ‘Alaq dapat juga berarti
ketergantungan manusia kepada pihak lain. Ia tidak
dapat hidup sendiri.4

Menurut Habib Husein generasi muslim yang


baik adalah mengidolakan cendikiawan, muslim yang
modernis, Islami tetapi juga hidup di ruang lingkup
sosial. Karena sebelum disebut sebagai umat muslim
terlebih dahulu disebut umat manusia. 5 Ikatan sosial
antar individu yang paling mendasar adalah sebuah
ikatana pertemanan. Semua orang dapat dipastikan
memerlukan sesosok teman sebagai tempat berbagi
rasa, saling menasehati dan saling tolong-menolong
baik dalam suka maupun duka. Atas dasar inilah

4 https://tirto.id/ajaran-islam-tentang-manusia-sebagai-makhluk-sosial-cpKp
(diakses pada tanggal 26 November 2021 23:15).
5 Ayun Masfupah, "Dakwah Digital Habib Husein Ja’far Al Hadar." Jurnal

Dakwah, v. 20, n. 2, 2019, h. 257.

64
manusia mau tidak mau, sadar tak sadar akan
membutuhkan dan memiliki teman dalam perjalanan
hidupnya.

Selain itu, teman juga akan menjadi sosok yang


membentuk dan mempengaruhi sikap, perilaku dan
cara hidupn seseorang, Rasulullah SAW. bersabda:

‫ُس َامةَ َع ْن بَُريْ ٍد َع ْن أَِِب بُْرَدةَ َع ْن‬ ِ


َ ‫َحدَّثَنَا ُُمَ َّم ُد بْ ُن الْ َع ََلء َحدَّثَنَا أَبُو أ‬
َ َ‫اّللُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم ق‬
‫ال َمثَ ُل‬ َّ ‫صلَّى‬ َّ ‫وسى َر ِض َي‬
ِ ِ‫اّللُ َعْنهُ َع ْن الن‬
َ ‫َّب‬ َ ‫أَِِب ُم‬
ِ ِ ِ ِ َّ ‫الصالِ ِح و‬
ِ ‫ك و ََّنفِ ِخ الْكِ ِي فَح ِامل الْ ِمس‬ ِ ِ‫ا ْْلَل‬
‫ك‬ ْ ُ َ َ ‫الس ْوء َك َحام ِل الْم ْس‬ َ َّ ‫يس‬
‫اع ِمنْهُ َوإَِّما أَ ْن ََِت َد ِمنْهُ ِرُياا طَيِبَةا َو ََّنفِ ُخ‬
َ َ‫ك َوإِ َّما أَ ْن تَبْ ت‬
ِ
َ َ‫إَِّما أَ ْن ُُْيذي‬

‫ك َوإَِّما أَ ْن ََِت َد ِرُياا َخبِيثَةا‬


َ َ‫الْكِ ِي إِ َّما أَ ْن ُُْي ِر َق ثِيَاب‬

Artinya:

Telah menceritakan kepada kami [Muhammad


bin Al 'Ala`] telah menceritakan kepada kami [Abu
Usamah] dari [Buraid] dari [Abu Burdah] dari [Abu
Musa] radliallahu 'anhu, dari Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam beliau bersabda: "Perumpamaan teman yang
shalih dengan teman yang buruk bagaikan penjual
minyak wangi dengan pandai besi, bisa jadi penjual
minyak wangi itu akan menghadiahkan kepadamu atau
kamu membeli darinya atau kamu akan mendapatkan
bau wanginya sedangkan pandai besi hanya akan

65
membakar bajumu atau kamu akan mendapatkan bau
tidak sedapnya." (HR. Bukhari: 5108).6

Dari hadits ini dapat ditarik pemaknaan bahwa


dalam berteman akan memberi dampak kepada diri
seseorang. Dengan perumpamaan berteman dengan
penjual minyak wangi, maka akan membuatmu aroma
maju menjadi wangi. Dengan perumpamaan ini dapat
dimaknai bahwa apabila seseorang berteman dengan
orang yang baik, maka orang itu akan ikut merasakan
kebaikan di dalam hidupnya. Dan perumpamaan jika
berteman dengan dengan pandai besi akan membakar
baju dan memberi aroma tidak sedap kepada dirinya,
dengan artian bahwa bila kita berteman dengan orang
yang buruk maka dirinya akan ikut terjerumus kedalam
keburukan-keburukan itu. Maka dari itu penting bagi
seseorang agar dapat memilah pergaulannya dengan
orang lain demi kebaikan dirinya dikemudian hari. Al-
Qur'an diturunkan Allah ke muka bumi untuk
memberikan penjelasan tentang segala sesuatu,
sehingga manusia memiliki pedoman dan arahan yang
jelas dalam melaksanakan tugas hidupnya sebagai
makhluk Allah.7

6 https://tafsirq.com/hadits/bukhari/5108 (diakses pada tanggal 27 November


2021 01:40).
7 Muhammad Rifqi Fachrian, Toleransi Antarumat Beragama dalam Al-Qur’an

(Telaah Konsep Pendidikan Islam), (Depok: PT RajaGrafindo Persada, 2018), h. 13.

66
2. Scene 2
a. Denotasi

Gambar 5. 3 Habib Ja’far kembali bertanya

Habib Ja’far kembali menekankan pertanyaan


dia yang sebelumnya kepada Pendeta Yerry, tetap
dengan sikapnya yang santai namun tanpa memberi
gurauan dalam pertanyaannya.

Gambar 5. 4 Pendeta Yerry menjawab pertanyaan


Habib Ja’far

Pendeta Yerry menjawab pertanyan Habib


Ja’far mengenai pertanyaannya. Beliau memberi
jawaban dengan sikap yang tenang dan penjelasan yang

67
mudah dimengerti dengan beberapa gestur tangan saat
menjelaskan hal tersebut.

Walau mereka melakukan percakapan dengan


serius, tetapi hal ini tidak menimbulkan perselisihan
diantara kedua pemuka agama yang berbeda ini. Al-
Qur'an Al-Karim melarang kita mendebat ahli kitab
(Yahudi dan Nasrani) kecuali dengan cara yang baik
pula, karena mereka percaya keberadaan Allah Swt.
dan hari akhir, percaya kepada kitab-kitab samawi yang
diturunkan kepada Musa dan Isa.8

b. Konotasi

Scene ini menunjukan tentang Habib Ja’far


yang kembali mempertanyakan tentang mengapa
Pendeta Yerry mau berteman dengan Coki Pardede
yang berbeda denganya secara kepercayaan yang
dianut dengan sudut pandang agama Kristen.

Lalu Pendeta Yerry menjawab pertanyaan itu


dengan penjelasan bahwa dalam ajaran agama yang dia
peluk bahwa sesuatu yang berbeda bukanlah musuh,
bukan sesuatu yang harus disingkirkan, dan tidak
memberi ancama kepada dirinya. Pendeta Yerry
berkata bahwa walau agamanya tidak mengajarkan
untuk memusuhi sesuatu yang berbeda, pemahaman

8 Muhammad Rifqi Fachrian, Toleransi Antarumat Beragama dalam Al-Qur’an

(Telaah Konsep Pendidikan Islam), (Depok: PT RajaGrafindo Persada, 2018), h. 79.

68
tentang berbeda adalaha musuh itu tumbuh dan
tertanam pada orang-orang dengan begitu saja. Dan
bahkan dia memberikan sebuah contoh bahwa orang
yang meninggalkan kepercayaan agama Kristen pun
tidak boleh dimusuhi dan musuh tidak boleh dimusuhi
secera tidak semestinya.

Oleh karena itu Pendeta Yerry mempraktikan


pertemanan dengan yang berbeda kepercayaan agama
secara langsung dengan tulus agar orang-orang yang
melihat hal ini juga bisa merasakan apa yang ingin
beliau sampaikan dengan baik. Allah tidak melarang
kalian untuk berbuat baik terhadap kaum kafir yang
berdamai dengan kalian dan tidak memerangi kalian
dalam urusan agama, seperti halnya kaum perempuan
dan kaum lemah di antara mereka, serta tidak mengusir
kalian dari kampung-kampung kalian.9

c. Mitos

Musuh secara umum digambarkan sebagai


sesuatu hal yang bersifat membahayakan bagi diri
seseorang. Musuh yang dimaksudkan itu adalah apa
saja yang menjadikan dirinya celaka, merugi, mati, atau
10
binasa. Musuh ini sendiri biasanya
diimplementasikan kepada suatu sosok yang setara

9 Muhammad Rifqi Fachrian, Toleransi Antarumat Beragama dalam Al-Qur’an


(Telaah Konsep Pendidikan Islam), (Depok: PT RajaGrafindo Persada, 2018), h. 87.
10 https://www.uin-malang.ac.id/r/160701/mengenali-musuh-dari-dalam-diri-

sendiri.html (diakses pada tanggal 28 November 2021 02:47).

69
untuk disandingkan, seperti contoh sebuah permusuhan
antar seseorang dengan orang lain, suatu kelompok
dengan kelompok lain, ataupun suatu negara dengan
negara lain yang dirasa dapat memberi ancaman bagi
masing-masing pihak.

Dalam agama Islam pun ummatnya diajarkan


untuk selalu menjauhin dan bahkan memerangi musuh
(penggunaan hadits dan ayat Al-Qur’an diterapkan
pada situasi dan kondisi yang tepat) demi menjaga
ketakwaan mereka kepada Allah SWT. Adapun firman
Allah SWT. dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat:
168.

ِ ‫ض ح ََلاَل طَيِبا وََل تَتَّبِعوا خطُو‬ ِ


‫ات‬َ ُ ُ َ ‫ا‬ َ ِ ‫َّاس ُكلُوا ِمَّا ِِف ْاْل َْر‬
ُ ‫َٰي أَيُّ َها الن‬
ِ َ‫الشَّيط‬
ٌ ِ‫ان ۚ إِنَّهُ لَ ُك ْم َع ُد ٌّو ُمب‬
‫ي‬ ْ

Artinya:

“Wahai manusia! Makanlah dari (makanan) yang halal


dan baik yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu
mengikuti langkah-langkah setan. Sungguh, setan itu
musuh yang nyata bagimu.” (Q.S. Al-Baqarah ayat:
168).11

11 https://quran.kemenag.go.id/sura/2/168 (diakses pada tanggal 29 November

2021 22:44).

70
Dari ayat tersebut dapat dimaknai bahwa kita
sebagai umat Muslim diharuskan untuk selalu menjauhi
sosok musuh berserta sifatnya yang telah ditetapkan
oleh agama. Dengan sosok syaitan sebagai musuh umat
Muslim yang sebagaimana tercantum dalam surat Al-
Baqarah ayat 168, kita dituntut untuk menjauhi segala
langkah perbuatan syaitan karena mereka mengambil
segala sesuatu yang berlawanan dari kebaikan yang ada
di bumi.

3. Scene 3
a. Denotasi

Gambar 5. 5 Tretan Muslim sedang bercerita

Tretan Muslim menceritakan tentang


bagaimana mereka menanggapi penonton yang hadir di
acara Deep Talk. Dengan ekspresi yang agak serius dia
menjelaskan sambil membuat gestur tangan, dan Coki
Pardede merespon setuju penjelasan Muslim dengan
senyuman lebar.

71
Disela-sela Muslim menjelaskan, Habib Ja’far
sedikit membantu dia menerangkan apa yang dimakud
Muslim dan Coki pun kembali menanggapi
pembicaraan Muslim. Mereka semua menyimak cerita
Tretan Muslim dengan baik dan menanggapinya
dengan baik.

b. Konotasi

Di dalam scene ini Tretan Muslim menceritakan


bahwa dalam acara Deep Talk yang dia jalani dulu para
penonton dibebaskan untuk bertanya kepada mereka,
mau itu penonton beragama Kristen yang bertanya
kepada Habib Ja’far, maupun penonton beragama
Islam yang bertanya kepada Pedeta Yerry. Habib Ja’far
pun sedikit membantu menyanggah peryataan itu
dengan arti bahwa mereka tidak akan menanggapi
pertanya-pertanyaan dari para penonton dengan
jawaban yang akan memunculkan prasangka buruk
pada pihak manapun yang ada di sana.

Karena Tretan Muslim merasa bahwa tidak ada


yang salah ataupun buruk dalam menanggapi seseorang
yang berbeda dengan orang yang ditanyai. Dengan
menunjukkan tanggapan yang baik akan melahirkan
hubungan yang baik juga di dalam interaksi itu.
Berbeda keyakinan soal agama bukan berarti tidak bisa

72
saling bertukar informasi dan belajar pengetahuan
baru.12

c. Mitos

Bertanya merujuk kepada kalimat ‘tanya’ yang


dalam KBBI dapat ditarik makna yaitu permintaan
keterangan (penjelasan dan sebagainya). 13 Maka kata
bertanya dapat diartikan sebagai sebuah tindakan untuk
mencari sebuah keterangan atau penjelasan dari apa
yang ingin diketahui dan belum ditetahui.

Sejak masih masih Sekolah Dasar atau bahkan


di Taman Kanak-kanak kita diajarkan untuk selalu
bertanya tentang apa yang tidak diketahui agar kita bisa
selalu belajar banyak hal baru dan terus berkembang
dalam segala pengetahuan yang ada. Bahkan kita
diajarkan tentang sebuah peribahasa yang berbunya,
“malu bertanya, sesat di jalan”. Peribahasa ini sendiri
dapat dimaknai untuk kita agar selalu menanyakan apa
yang kita tidak ketahui atau tidak dipahami agar kita
tidak terjerumus kedalam pemaknaan yang keliru
sehingga akan membuat seseorang bisa terjebak
kedalam berbagai kesalahan karena ketidaktahuannya.

12 Ayun Masfupah, "Dakwah Digital Habib Husein Ja’far Al Hadar." Jurnal

Dakwah, v. 20, n. 2, 2019, h. 257.


13 https://kbbi.web.id/tanya (diakses pada tanggal 29 November 2021 23:19).

73
Allah SWT. berfirman dalam Al-Qur’an, surat
An-Nahl Ayat: 43.

ِ ِ
َ ‫َوَما أ َْر َسلْنَا ِم ْن قَ ْبل‬
ْ َ‫ك إََِّل ِر َج ااَل نُوحي إِلَْي ِه ْم ۚ ف‬
‫اسأَلُوا أ َْه َل‬
ِ
‫الذ ْك ِر إِ ْن ُكنْ تُ ْم ََل تَ ْعلَ ُمو َن‬

Artinya:

“Dan Kami tidak mengutus sebelum engkau


(Muhammad), melainkan orang laki-laki yang Kami beri
wahyu kepada mereka; maka bertanyalah kepada orang
yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak
mengetahui,” (Q.S. An-Nahl Ayat: 43).14

Pada penggalan ayat itu dikatakan untuk kita


bertanya kepada seseorang yang memiliki ilmu
pengetahuan yang belum kita ketahui. Ayat ini pun
menunjukkan bahwa dalam Islam kita dituntut untuk selalu
bertanya pada saat kita tidak mengetahui tentang sesuatu
kepada seseorang yang mempunyai pengetahuan itu.

Dalam aspek Pendidikan dan pengajaran Islam


terdapat kata ta’lim, yang berarti mengajarkan atau
memberi tahu sesuatu yang sebelumnya belum diketahui
dan dipahami sehingga menjadi tahu dan mampu

14 https://quran.kemenag.go.id/sura/16/43 (diakses pada tanggal 29 November

2021 23:19).

74
dipahami.15 Karenanya untuk menjauhi kita dari kekeliruan,
kita diharuskan untuk bertanya kepada sosok yang jelas
memahami tentang hal yang akan ditanyakan dengan baik
dan dia adalah sosok yang telah memperdalam ilmu
pengetahuan dalam bidang tersebut.

4. Scene 4
a. Denotasi

Gambar 5. 6 Habib Ja’far & Coki Pardede saling


berpendapat

Terlihat bahwa Habib Ja’far dan Coki Pardede


tengah saling berpendapat dan saling menanggapi dari
apa yang tengah dibahas. Dengan Coki yang
menggunakan gestur tangan kedepan untuk menunjuk
apa yang tengah dia ungkapkan, dan Habib Ja’far yang
terlihat cukup serius dan mengarahkan kedua
tangannya ke arah kepalanya, lalu beliau

15 Muhammad Rifqi Fachrian, Toleransi Antarumat Beragama dalam Al-

Qur’an (Telaah Konsep Pendidikan Islam), (Depok: PT RajaGrafindo Persada, 2018), h.


37.

75
menyampaikan pendapatnya yang membuat Tretan
Muslim dan Pendeta Yerry sedikit tertawa dan
menanggapi pendapat Habib Ja’far.

Terlihat disaat Habib Ja’far dan Coki tengah


berbincang, Muslim dan Pendeta Yerry menyimak
mereka berdua dengan baik juga seksama dan mereka
menanggapi percakapan itu disaat yang tepat tanpa
menyela percakapan walaupun sedang berhadapan
dengan Coki yang berbeda kepercayaan.

b. Konotasi

Dalam scene ini menunjukkan mengenai


bagaimana pedapat Habib Ja’far tentang salah satu
alasan mengapa sulitnya toleransi itu tercapai dan
orang-orang yang berbeda agama cukup sulit untuk
bisa dipersatukan. Salah satu faktor itu ialah karena
prasangka yang tumbuh diantara kedua belah pihak
yang tidak diklarifikasi ataupun mendapatkan
penjelasan tentang kesalahpahaman dari prasangka itu.
Dan Coki pun menyampaikan bahwa salah satu hal
yang bisa menumbuhkan prasangka itu adalah karena
terjadinya sebuah tragedi yang melibatkan suatu agama
kepercayaan.

Habib Ja’far mengatakan bahwa suatu


prasangka bisa tumbuh pada seseorang bahkan mulai
dari dia masih kecil dan akan terbawa terus oleh orang

76
itu selama dia tidak pernah bertemu dengan pihak yang
diprasangkai dan mendapatkan penjelasan. Habib
Ja’far pun memberi sebuah contoh langsung dari
pengalamannya tentang dirinya yang dulu mengira
bahwa Gereja penginjil dia kira adalah Gereja yang
mengotak-atik Injil saat belum bertemu dengan Pendeta
Yerry dan mendapat penjelasan langsung darinya. Dan
Habib Ja’far menekankan kalau bisa bertemu dan
saling berinteraksi dengan orang yang berbeda adalah
sebuah keberuntungan bagi kedua belah pihak.
Terciptanya kedamaian dan kerukunan antarumat
beragama merupakan dambaan bagi setiap manusia,
agar tidak terjadi kekacauan dan kesenjangan sosial di
antara sesama.16

c. Mitos

Salah paham adalah suatu kondisi dimana


terjadinya suatu kekeliruan makna yang disampaikan
oleh seorang komunikator yang kemudian diterima
oleh komunikan dalam suatu pertukaran makna pesan
(informasi). Dalam komunikasi, kekeliruan makna
yang diterima dalam berkomunikasi akan
mengakibatkan terjadinya timbal balik yang tidak
sesuai dengan semestinya. Akibatnya dari timbal balik
yang tidak sesuai ini bisa mengakibatkan konflik

16 Muhammad Rifqi Fachrian, Toleransi Antarumat Beragama dalam Al-

Qur’an (Telaah Konsep Pendidikan Islam), (Depok: PT RajaGrafindo Persada, 2018), h.


6.

77
diantara kedua belah pihak yang saling memberi dan
menerima makna.

Adapun firman Allah SWT. dalam Al-Qur’an


surat Al-Hujurat Ayat: 6.

ِ
ِ ُ‫اسق بِنَ بإٍ فَتَ ب يَّ نُوا أَ ْن ت‬ ِ َّ
‫صيبُوا‬ َ َ ٌ َ‫آمنُوا إِ ْن َجاءَ ُك ْم ف‬
َ ‫ين‬
َ ‫َٰي أَيُّ َها الذ‬
ِِ ٍ ِ
َ ‫صبِ ُحوا َعلَ ٓى َما فَ َع ْلتُ ْم ََّندم‬
‫ي‬ ْ ُ‫قَ ْواما ِبَ َهالَة فَت‬

Artinya:

“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu


orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah
dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu
musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui
keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas
perbuatanmu itu.” (Q.S. Al-Hujurat Ayat: 6).17

Ayat terebut mengajarkan umat Islam untuk


tabayyun dalam menerima informasi terutama dari
orang fasik (orang yang keluar dari ketaatan kepada
Allah dan Rasul-Nya.) Dengan landasan ini diharapkan
kita untuk selalu meneliti lebih lanjut informasi yang
diterima agar terhindar dari kesalahpahaman atas
informasi yang diterima, dengan harapan kita dapat
terhindar dari perbuatan yang dapat disesali

17 https://quran.kemenag.go.id/sura/49/6 (diakses pada tanggal 30 November

2021 00:22).

78
dikemudian hari. Pentingnya akhlak yang baik itu bisa
mempengaruhi ibadah kita, sebaik-baiknya beribadah
tetapi akhlaknya buruk seperti menindas orang lain,
berbohong, menipu orang lain, berkhianat maka semua
amal ibadah yang dilakukan itu percuma.18

5. Scene 5
a. Denotasi

Gambar 5. 7 Coki Pardede menyampaikan


pendapatnya kepada semua

Coki Pardede terlihat tengah menyampaikan


pendapatnya, dan Habib Ja’far, Pendeta Yerry, juga
Tretan Muslim mendengarkannya dengan seksama.

18 Ayun Masfupah, "Dakwah Digital Habib Husein Ja’far Al Hadar." Jurnal

Dakwah, v. 20, n. 2, 2019, h. 258.

79
Gambar 5. 8 Coki Pardede bicara dengan gestur
tangan

Dengan serius dan penekanan maksud yang


kuat, Coki membicarakan apa yang tengah dia bahas
dengan gestur tangan seakan menunjukkan sesuatu dan
juga mengarahkan tangannya kepada dirinya. Muslim
terlihat setuju dengan apa yang disampaikan Coki lalu
ikut menanggapi apa yang dia sampaikan.

Dengan gestur tangan Coki yang cenderung


mengarahkan tangannya ke badannya, menunjukkan
tentang apa yang tengah dimaksud adalah dirinya atau
orang-orang yang sama seperti dia.

b. Konotasi

Dalam scene ini Coki Pardede menyampaikan


tentang bagaimana orang-orang menyikapi perbedaan.
Coki berkata kalau selama ini pemahaman orang-orang
dalam menyikapi sebuah perbedaan itu terbilang rapuh
untuk diungkit dalam kehidupan sosial, dikarenakan
ketidaktahuan mereka terhadap hal yang berbeda

80
dianggap sesuatu yang menyeramkan. Bukannya
mencari tahu kebenaran dari apa yang berbeda,
kebanyakan orang justru mengambil keputusan untuk
diam dalam menyikapi perbedaan yang mereka temui.

Namun yang menjadi permasalahan adalah,


disaat orang-orang ini memilih untuk diam disaat
mereka menemui suatu perbedaan, hal ini justru
menumbuhkan berbagai macam pemikiran dan
prasangka dalam benak pikiran mereka karena
ketidaktahuan atas fakta apa yang sebenarnya ada dari
apa yang mereka tidak tahu tentang keberbedaan itu.
Dan ini diperburuk dengan kondisi dimana tiap pihak
menyikapi suatu perbedaan dengan cara seperti ini.

Dikarenakan setiap belah pihak memilih untuk


diam dalam menyikapi perbedaan, maka hanya akan
saling membangun prasangkan antar kelompok atau
golongan tersebut. Walau diluar terlihat tidak ada
masalah, namun prasangka yang dipendam dan terus
ditimbun terus menerus dapat mengakibatkan saling
benci diantara kelompok atau golongan ini. Toleransi
tidak hanya saling menghargai dan menghormati tanpa
adanya pemaksaan terhadap masing-masing agama
maupun golongan, tetapi toleransi juga merupakan
totalitas kehidupan rukunnya antarumat beragama,

81
masing-masing bertanggung jawab menciptakan
keadilan antarumat beragama.19

c. Mitos

Prasangka dalam KBBI diartikan sebagai


pendapat (anggapan) yang kurang baik mengenai
sesuatu sebelum mengetahui (menyaksikan,
20
menyelidiki) sendiri. Istilah prasangka biasa
digunakan untuk menilai sesuatu tanpa melakukan
pemeriksaan terlebih dahulu, sehingga timbullah
penilaian yang buruk terhadap apa yang tengah dinilai
karena kurangnya informasi yang terkumpul.
Prasangka ini pun bisa menimbulkan sikap seperti
merendahkan, penilaian yang negatif, bahkan perasaan
benci terhadap apa yang diprasangkai.

Dalam Islam juga banyak keterangan mengenai


prasangka, salah satunya adalah dalam hadits Jami' At-
Tirmidzi No. 1911 yang berbunyi,

‫الزََّن ِد َع ْن ْاْل َْعَرِج َع ْن أَِِب‬


ِ ‫َحدَّثَنَا ابْ ُن أَِِب عُ َمر َحدَّثَنَا ُس ْفيَا ُن َع ْن أَِِب‬
َ
َ َ‫اّللُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم ق‬
‫ال إِ َّٰي ُك ْم َوالظَّ َّن فَإِ َّن الظَّ َّن‬ َّ ‫صلَّى‬ َِّ ‫ول‬ َّ ‫ُهَريْ َرةَ أ‬
َ ‫اّلل‬ َ ‫َن َر ُس‬

‫ال و‬
َ َ‫يح ق‬ ِ ‫يث حسن‬ ِ ِ ِ ‫أَ ْك َذب ا ْْل ِد‬
ٌ ‫صح‬َ ٌ َ َ ٌ ‫يسى َه َذا َحد‬
َ ‫ال أَبُو ع‬
َ َ‫يث ق‬ َ ُ

19 Muhammad Rifqi Fachrian, Toleransi Antarumat Beragama dalam Al-

Qur’an (Telaah Konsep Pendidikan Islam), (Depok: PT RajaGrafindo Persada, 2018), h.


87.
20 https://kbbi.web.id/prasangka (diakses pada tanggal 30 November 2021

00:35).

82
‫ال‬
َ َ‫ال ق‬ ِ ‫َصح‬
َ َ‫اب ُس ْفيَا َن ق‬ ِ ‫ََِس ْعت َعْب َد بْ َن ُُحَْي ٍد يَ ْذ ُك ُر َع ْن بَ ْع‬
َ ْ ‫ضأ‬
ِ ِ
ٌ‫س ِبِِ ٍْْث فَأ ََّما الظَّ ُّن الَّذي ُه َو إِ ْْث‬ ِ َّ
َ ‫ُس ْفيَا ُن الظ ُّن ظَنَّان فَظَ ٌّن إ ْْثٌ َوظَ ٌّن لَْي‬
‫س ِبِِ ٍْْث فَالَّ ِذي يَظُ ُّن َوََل‬ ِ َّ َّ ِِ َّ ِ َّ
َ ‫فَالذي يَظُ ُّن ظَنًّا َويَتَ َكل ُم به َوأ ََّما الظ ُّن الذي لَْي‬
‫يَتَ َكلَّ ُم بِِه‬

Artinya:

Telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu


Umar, telah menceritakan kepada kami Sufyan dari
Abu Zinad dari Al A'raj dari Abu Hurairah bahwa
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Jauhilah oleh kalian prasangka, karena prasangka itu
adalah ungkapan yang paling dusta." Abu Isa berkata;
Ini adalah hadits hasan shahih. Ia juga berkata; Dan aku
mendengar Abda bin Humaid menyebutkan dari
sebahagian sahabat Sufyan berkata, bahwa Sufyan
berkata, "Prasangka itu ada dua, yaitu prasangka yang
mengandung dosa dan prasangka yang tidak
mengandung dosa. Yang mengandung dosa adalah
seorang yang berprasangka buruk lalu ia
membicarakannya. Sedangkan yang tidak mengandung
dosa adalah seorang yang berprasangka, namun ia tidak
membicarakannya." (HR. Tirmidzi: 1911).21

21 https://www.hadits.id/hadits/tirmidzi/1911 (diakses pada tanggal 30

November 2021 00:58).

83
Hadits ini mengatakan untuk kita menjauhi
prasangka karena hal ini hanya akan membawa ucapan
dusta yang membawa dosa di dalamnya. Namun
prasangka itu sendiri bisa tidak membawa dosa apabila
tidak dikatakan dan dibicarakan kepada orang lain. Al-
Qur'an juga memerintahkan untuk saling menghormati,
menyayangi, bersikap sopan santun, terhadap umat
beragama lain, dan tolong menolong di dalam
kebaikan.22

6. Scene 6
a. Denotasi

Gambar 5. 9 Habib Ja’far tertawa dengan candaannya

Habib Ja’far menyampaikan sebuah ajakan


kepada penonton videonya dengan beberapa penjelasan
singkat, dengan gestur tubuh yang ringan dan beberapa
gerakan tangan. Kemudian diakhir belau memberi
sebuah perumpamaan dengan candaan tentang Pendeta

22 Muhammad Rifqi Fachrian, Toleransi Antarumat Beragama dalam Al-

Qur’an (Telaah Konsep Pendidikan Islam), (Depok: PT RajaGrafindo Persada, 2018), h.


9.

84
Yerry pada penjelasannya itu, dan mereka tertawa riang
menanggapi candaan tersebut.

Walau dibercandai oleh Habib Jafar, Pendeta


Yerry tidak menunjukkan bahwa dirinya tersinggung
dengan candaan itu. Bahkan dia ikut tersenyum dengan
candaan itu.

b. Konotasi

Dalam scene ini Habib Ja’far membuat ajakan


tentang berbuat kebaikan, yang apabila dirasa masih
cukup sulit untuk diterapkan kepada banyak kalangan
secara sekaigus, maka beliau menyarankan agar
penonton untuk melakukannya kepada diri sendiri lebih
dahulu, dengan contoh hal yang bisa dilakukan adalah
dengan membuat sebuah kelompok pertemanan yang
dimana mereka berbeda-beda.

Habib memberi contoh kasus yang mana sebuah


kelompok itu rentan menerima informasi yang sifatnya
keburukan sesuatu yang ada diluar kelompok itu, mau
itu fakta ataupun hoaks. Habib mengatakan ada riset
yang menunjukkan bahwa media sosial seperti
WhatsApp dan Facebook sangat rentan menerima
hoaks karena adanya sebuah sistem grup yang mana
isinya merupakan orang-orang dengan kesamaan baik
itu kesamaan latar belakang, tujuan, kemauan dan lain
sebagainya. Sehingga apabila ada informasi yang

85
mengatakan tentang keburukan sesuatu yang berasal
dari luar kelompok itu akan sangat mudah diterima
karena informasi itu tidak menyerang siapapun di grup
tersebut.

Islam datang untuk menyampaikan kabar


23
gembira bukan kesedihan atau ketakutan. Oleh
karena itu Habib Ja’far mengatakan bahwa cara yang
bisa diterapkan untuk mencegah penyebaran hoaks itu
adalah dengan ikut menyertakan orang yang berbeda
dalam satu kelompok itu, dengan harapan kehadiran
sosok yang berbeda itu dapan meredam penyebaran
informasi yang salah atau hoaks tentang sosok yang
berbeda itu.

Dengan contoh tersebut beliau


menggambarkannya dengan memasukkan Pendeta
Yerry kedalam grup jemaah dia agar orang-orang yang
ada di grup itu tidak sembarangan menyebarkan
informasi tentang keburukan agama Kristen di grup itu
atas dasar malu kepada Pendeta Yerry. Dengan
terciptanya hubungan sosial dan toleransi yang baik
antarumat beragama, maka setiap individu akan

23 Ayun Masfupah, "Dakwah Digital Habib Husein Ja’far Al Hadar." Jurnal

Dakwah, v. 20, n. 2, 2019, h. 255.

86
menjadi sadar untuk tidak mudah menghakimi dan
menyerang orang lain.24

c. Mitos

Berita bohong membawakan informasi yang


dapat merugikan siapa saja yang menerima informasi
dari berita tersebut karena ketidak selarasan antara
fakta yang terjadi dengan informasi yang didapatkan.
Berita dapat dengan mudah didapatkan diberbagai
media, baik online, cetak, maupun elektronik seperti
televisi dan radio. Berita berisikan laporan atas
kejadian atau peristiwa yang sedang dan telah terjadi.25

Berita bohong atau yang sekarang ini lebih


akrab dikenal dengan sebutan hoaks adalah manipulasi
berita yang sengaja dilakukan dan bertujuan untuk
memberikan pengakuan atau pemahaman yang salah.26
Berita bohong memberi dampak yang buruk bagi siapa
saja yang menerima berita tersebut karena berbagai
kerugian yang ditimbulkan. Berita bohong dapat
menyesatkan penerima berita karena ketidak selarasan
antara informasi dan fakta yang ada sehingga terjadi
kesalahan. Selain itu berita bohong ini juga bisa

24 Muhammad Rifqi Fachrian, Toleransi Antarumat Beragama dalam Al-

Qur’an (Telaah Konsep Pendidikan Islam), (Depok: PT RajaGrafindo Persada, 2018), h.


9.
25 https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5563773/teks-berita-pengertian-
ciri-ciri-dan-struktur-teks-berita (diakses pada tanggal 30 November 2021 01:16).
26 https://www.gramedia.com/literasi/pengertian-hoaks/ (diakses pada tanggal

30 November 2021 01:22).

87
dimanfaatkan untuk menjatuhkan pihak yang dijadikan
target sehingga orang-orang yang mengonsumsi berita
itu akan menilai buruk sosok yang tengah dijatuhkan,
dan masih banyak lagi dampak negatif dari berita
bohong ini.

Dalam Surat An-Nur Ayat 19 Allah SWT.


berfirman,

ِ ‫احشةُ ِِف الَّ ِذين آمنوا ََلم ع َذ‬ ِ ‫إِ َّن الَّ ِذ‬
‫يم ِِف‬
ٌ ‫اب أَل‬
ٌ َ ُْ ُ َ َ َ ِ ‫يع الْ َف‬ ِ
َ ‫ين ُُيبُّو َن أَ ْن تَش‬ َ
َّ ‫الدُّنْيَا َو ْاْل ِخ َرةِ ۚ َو‬
‫اّللُ يَ ْعلَ ُم َوأَنْتُ ْم ََل تَ ْعلَ ُمو َن‬

Artinya:

“Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar (berita)


perbuatan yang amat keji itu tersiar di kalangan orang-
orang yang beriman, bagi mereka azab yang pedih di
dunia dan di akhirat. Dan Allah mengetahui, sedang,
kamu tidak mengetahui.” (Q.S. An-Nur Ayat: 19).27

Ayat ini menegaskan tentang orang-orang yang


menginginkan berita bohong yang dinilai keji
tersebarnya kepada orang-orang yang beriman adalah
azab baginya, baik di dunia maupun di akhirat.

27 https://quran.kemenag.go.id/sura/24/19 (diakses pada tanggal 30 November

2021 01:37).

88
B. Makna Toleransi Beragama dalam video Kenapa &
Bagaimana Kita Bersama Meski Tak Sama di kanal
YouTube Jeda Nulis
1. Saling Mengerti
Sikap saling mengerti merupakan sebuah bentuk
tindakan dimana tiap pihak saling memahami rasa dan
maksud yang disampaikan suatu pihak. Dengan saling
mengerti situasi dan kondisi seseorang, maka kita akan
lebih bisa menerima keberbedaan yang akan ditemui dari
orang lain dan membuang sikap menolak apa yang berbeda.
Toleransi merupakan elemen dasar yang dibutuhkan untuk
menumbuhkembangkan sikap saling memahami dan
menghargai perbedaan yang ada.28

Hal ini ditemukan di dalam video “Kenapa &


Bagaimana Kita Bersama Meski Tak Sama?” Yang mana
pentingnya esensi saling mengerti ini ada pada scene 2,
scene 4, dan scene 5. Pada scene 2 ini dapat ditarik dari
penjelasan Pendeta Yerry mengenai sesuatu yang berbeda
dalam keyakinan bukanlah musuh, bukan sesuatu yang
harus disingkirkan, dan tidak memberi ancama kepada
dirinya. Dan pemahaman tentang berbeda adalah musuh itu
tumbuh dan tertanam pada orang-orang dengan begitu saja.
Sehingga dengan mengenal dan saling mengerti sosok yang
berbeda keyakinan inilah kita bisa membangun toleransi

28 Muhammad Rifqi Fachrian, Toleransi Antarumat Beragama dalam Al-

Qur’an (Telaah Konsep Pendidikan Islam), (Depok: PT RajaGrafindo Persada, 2018), h.


21.

89
dalam agama kepercayaan dan menghapus rasa
bermusuhan diantara kedua belah pihak.

Pada scene 4 dan 5 dapat ditarik garis besar bahwa


prasangka yang tumbuh pada seseorang karena
ketidaktahuan dia terhadap pihak yang diprasangkai karena
mereka tidak pernah bertemu untuk saling memberi
penjelasan atas ketidaktahuan dan fakta yang ada. Dan
pada tingkat tertentu bahkan mereka memilih untuk diam
dalam menyikapi perbedaan dan pada akhirnya hanya
menimbun prasangka itu terus menerus. Maka dengan
saling mengerti satu sama lain, kita bisa membuang
prasangka yang ada diantara kedua belah pihak dan
membangun toleransi beragama dalam keberbedaan
diantara mereka.

2. Menghormati Keyakinan Orang Lain


Dengan menghormati keyakinan orang lain, maka
kita akan lebih mudah dalam menyikapi keberbedaan yang
ada dalam kepercayaan dan keyakinan seseorang yang kita
temui. Walau menghadapi suatu hal yang tidak sejalan
dengan apa yang kita yakini pada keyakinan orang lain,
dengan menerapkan sikap menghormati keyakinan
seseorang yang berbeda inilah diharapkan mereka juga bisa
menghormati keyakinan kita dan pada akhirnya dapat
melahirkan toleransi beragama dan menjauhkan pertikaian
di dalamnya. Dengan demikian, masing-masing pihak
dapat melaksanakan apa yang dianggapnya benar dan baik,

90
tanpa memutlakkan pendapat kepada orang lain tetapi
sekaligus tanpa mengabaikan keyakinan masing-masing.29

Sikap ini dapat ditemukan di dalam scene 3 dan


scene 6 yang mana pada scene 3 itu sendiri dikatakan
bahwa pada acara Deep Talk penonton beragama Kristen
diperbolehkan untuk bertanya kepada Habib Ja’far maupun
sebaliknya tanpa memberi jawaban yang memunculkan
rasa benci dan prasangka kepada orang yang tengah
bertanya. Ini menunjukkan bahwa Habib Ja’far dan
Pendeta Yerry dengan mau menjawab pertanyaan dari
seseorang yang beragama berbeda dengannya tanpa
memberi jawaban yang menyerang kepercayaan orang
tersebut merupakan sebuah bentuk menghormati
keyakinan orang lain. Dengan sikap inilah toleransi
beragama dapat tercipta dengan saling menjaga perasaan
pemeluk agama lain yang tengah ingin mendapatkan
jawaban tentang suatu agama kepercayaan lain.

Pada scene 6 ditunjukkan pada dimana Habib Ja’far


memberi ajakan untuk membuat pertemanan lintas agama
untuk mencegah penyebaran hoaks tentang agama lain.
Harapan dari Habib Ja’far dalam ajakan ini adalah dengan
menyertakan orang yang berbeda agama dalam suatu
kelompok pertemanan, maka informasi hoaks tentang
agama orang tersebut tidak akan tersebar didalam

29 Muhammad Rifqi Fachrian, Toleransi Antarumat Beragama dalam Al-

Qur’an (Telaah Konsep Pendidikan Islam), (Depok: PT RajaGrafindo Persada, 2018), h.


56.

91
kelompok itu untuk menjaga perasaan orang tersebut. Juga
Habib Ja’far mengatakan bahwa harusnya mereka malu
untuk membicarakan berita hoaks itu didalam kelompok itu
karena keberadaan temannya yang merupakan pemeluk
agama yang tengah dimaksud. Sikap ini menggambarkan
bentuk dari menghormati kepercayaan orang lain, karena
dengan sikap ini mereka menjaga perasaan seseorang yang
berbeda agama itu dalam kelompok pertemanannya agar
tidak terjadi pertikaian diantara mereka.

3. Berbuat Adil Kepada Siapapun


Adil memiliki makna tidak memihak, tidak berat
sebelah atau meletakkan sesuatu pada tempatnya. Maka
dapat diartikan bahwa berbuat adil adalah sikap dimana
kita memposisikan sesuatu sesuai pada tempatnya, tidak
memihak secara khusus pada apa yang tidak seharusnya,
dan menempatkan sesuatu sesuai dengan yang seharusnya
tanpa melebihkan sesuatu pada salah satunya saja atau
mengurangi salah satunya.

Allah juga memerintahkan nabi-Nya untuk


bersikap adil di antara umat manusia betapa pun agama
mereka berbeda-beda, dengan mengedepankan kebenaran
dan keadilan dalam menetapkan keputusan hukum apabila
mereka mengajukan gugatan perkara kepadanya. 30 Maka
dengan berbuat adil kepada siapapun kita harus

30 Muhammad Rifqi Fachrian, Toleransi Antarumat Beragama dalam Al-

Qur’an (Telaah Konsep Pendidikan Islam), (Depok: PT RajaGrafindo Persada, 2018), h.


75.

92
menerapkan konsep adil tersebut kepada siapapun, tidak
memihak kepada salah satu saja atau sewenang-wenang
kepada salah satu saja.

Sikap ini dapat dilihat pada scene 1 dan scene 3.


Pada scene 1 ditunjukkan pada penjelasan Pendeta Yerry
yang mana dirinya mau berteman dengan Coki Pardede
yang berkepercayaan Agnostik. Pendeta Yerry mengatakan
bahwa berteman dengan Coki adalah hal yang baik
menurut ajaran agamanya, tetap sulit untuk diterapkan oleh
orang lain karena kurangnya sosok yang dapat dilihat
sebagai contoh dari bentuk pertemanan tersebut. Pendeta
Yerry mengatakan ingin menunjukkan bahwa berteman
dengan yang berbeda bukanlah hal yang salah. Sikap
berbuat adil kepada siapapun ini terlihat pada Pendeta
Yerry yang sebagai sosok pemuka agama Kristen tetap
bersikap adil kepada siapapun dalam menjalin hubungan
pertemanan, mau itu dari sosok yang seagama ataupun
tidak.

Kemudian pada scene 3 yang mana diceritakan


bahwa Habib Ja’far dan Pendeta Yerry mau menjawab
pertanyaan para penonton yang datang pada acara Deep
Talk, mau itu penonton Kristen bertanya kepada Habib
Ja’far yang berlatar belakang Islam maupun penonton
Islam bertanya kepada Pendeta Yerry yang berlatar
belakang Kristen. Ini menunjukkan sikap berbuat adil
kepada siapaun, Habib Ja’far dan Pendeta Yerry

93
menunjukkan sikap adil dengan mau menjawab pertanyaan
dari siapa saja, baik dari yang sama agamanya maupun
yang berbeda dengannya.

Dengan sikap ini, toleransi beragama dapat muncul


karena tidak adanya batasan dalam berinteraksi, dan tiap
pihak tidak merasa saling menyisihkan satu sama lain.
Sehingga membuat semua orang bisa saling percaya satu
sama lain dan melahirkan keharmonisan didalamnya.

94
BAB VI
PENUTUP

A. Kesimpulan
Untuk menarik kesimpulan dari penelitian ini, peneliti
mengacu fokus pada rumusan masalah yang telah ditetapkan
pada penelitian ini. Melalui pendekatan teori terhadap objek
penelitian, berikut kesimpulan dari penelitian ini sebagai
berikut:

1. Makna Denotasi, Konotasi dan Mitos


a. Makna denotasi dalam video ‘Kenapa & Bagaimana
Kita Bersama Meski Tak Sama?’ di kanal YouTube
“Jeda Nulis” adalah ditemukannya enam scene yang
menunjukkan tentang bagaimana gambaran dari Habib
Ja’far, Pendeta Yerry, Tretan Muslim, dan Coki
Pardede dalam hubungan pertemanan mereka yang
seperti diketahui bahwa mereka duduk bersama dengan
latar belakang agama kepercayaan yang berbeda-beda.
Dengan Habib Ja’far dan Tretan Muslim yang
beragama Islam, Pendeta Yerry yang beragama Kristen,
dan Coki Pardede yang berkepercayaan Agnostik.
Walau mereka memiliki latar belakang agama
kepercayaan yang bebeda namun dapat dinilai
bagaimana keakraban mereka dalam hubungan
pertemanan mereka.

95
b. Makna konotasi yang ditemukan dalam video ‘Kenapa
& Bagaimana Kita Bersama Meski Tak Sama?’ di
kanal YouTube “Jeda Nulis” dan dikumpulkan dalam
enam scene adalah berbagai bentuk gambaran dari
toleransi beragama yang diterapkan oleh Habib Ja’far,
Pendeta Yerry, Tretan Muslim, dan Coki Pardede baik
secara lisan maupun tindakan yang mereka ceritakan
sepanjang video tersebut. Mulai dari menjadi contoh
dari bentuk pertemanan yang berbeda agama
kepercayaan, pandangan tentang bagaimana seseorang
yang menganggap entitas Tuhan tidak dapat diketahui
seperti Coki bukanlah sosok yang harus dimusuhi dan
tetap bisa berteman dengannya, tentang sikap baik para
pemuka agama menjawab pertanyaan dari orang yang
berbeda keyakinan, dan membahas tentang prasangka
yang selalu hadir diantar agama.
c. Makna mitos yang ditemukan dalam video ‘Kenapa &
Bagaimana Kita Bersama Meski Tak Sama?’ di kanal
YouTube “Jeda Nulis” yaitu menjelaskan tentang mitos
yang berhubungan dengan toleransi beragama ditiap
scene yang diteliti dan menjelaskannya dari sudut
pandang yang dipahami oleh khalayak umum dan juga
dari sudut pandang agama Islam lalu menjabarkan
makna mitos itu kedalam scene yang dimaksud.

96
2. Makna Toleransi Beragama
a. Saling Mengerti

Dalam video ‘Kenapa & Bagaimana Kita


Bersama Meski Tak Sama?’ di kanal YouTube
“Jeda Nulis” mengandung makna saling mengerti
yang mana dapat menjauhkan rasa bermusuhan dan
menghapus prasangka yang ada diantara orang yang
berbeda agama kepercayaan untuk membangun
sikap toleransi beragama.

b. Menghormati Keyakinan Orang Lain

Dalam video ‘Kenapa & Bagaimana Kita


Bersama Meski Tak Sama?’ di kanal YouTube
“Jeda Nulis” ditemukan makna ini dari penjelasan
bahwa Habib Ja’far dan Pendeta Yerry
menghormati orang yang berbeda keyakinan dengan
mereka dengan menjawab pertanyaan mereka
dengan baik dan tentang ajakan dari Habib Ja’far
untuk membuat pertemanan lintas agama untuk
mencegah penyebaran informasi hoaks tentang
agama yang dipeluk oleh anggota kelompok
pertemanan itu.

c. Berbuat Adil Kepada Siapapun

Dalam video ‘Kenapa & Bagaimana Kita


Bersama Meski Tak Sama?’ di kanal YouTube
“Jeda Nulis” makna berbuat adil kepada siapapun

97
dari Pendeta Yerry yang mau berteman dengan Coki
Pardede untuk mejadi sosok yang bisa dicontoh bagi
orang lain merupakan sikap adil dalam berteman
dengan siapapun tanpa pilah-pilih orang itu harus
seagama dengannya. Lalu juga pada sikap Habib
Ja’far dan Pendeta Yerry yang menjawab
pertanyaan dari orang yang berbeda keyakinan
dengannya menunjukkan sikap tidak pilih kasih
kepada siapapun merupakan sifat adil.

B. Saran
Untuk menutup penelitian pada video ‘Kenapa &
Bagaimana Kita Bersama Meski Tak Sama?’ di kanal
YouTube “Jeda Nulis” penulis akan menuangkan saran yang
diharap bisa bermanfaat, yaitu:

1. Untuk tim produksi kanal YouTube Jeda Nulis diharap


untuk bisa terus menjadi pelopor dari penyebar pesan
kebaikan dan pesan dakwah yang sekiranya bisa
bermanfaat bagi khalayak, baik itu pesan dakwah toleransi
beragama maupun pesan dakwah bermanfaat lainnya.
2. Untuk masyarakat dan penonton kanal YouTube Jeda Nulis,
hendaknya selalu bisa menjalin silaturahim baik, itu antar
agama maupun intra agama dan jadi bagian dari
berkontribusi dalam menciptakan toleransi beragama
dalam bermasyarakat.

98
3. Untuk kalangan akademisi hendaknya memberikan
perhatian lebih baik lagi terhadap kajian-kajian tentang
toleransi dan mengembangkannya dalam penelitian agar
bisa jadi lebih baik lagi.

99
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an

Qur’an Kemenag https://quran.kemenag.go.id

Buku

Alwi, Hasan. (1997). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Departemen


Pendidikan & Kebudayaan. Jakarta: Balai Pustaka.

Aripudin. (2011). Pengembangan Metode Dakwah. Jakarta: PT.


Raja Grafindo Persada.

Aziz, Moh Ali. (2004). Ilmu Dakwah. Jakarta: Prenada Media.

Baidhawi, Zakiyuddin. (2006). Kredo Kebebasan Beragama.


Jakarta: Pusat Studi Agama dan Peradaban.

Barthes, Roland. (2004). Mitologi, terj. Nurhadi. Yogyakarta:


Kreasi Wacana Yogyakarta.

Berger, Arthur Asa. (2000). Tanda-Tanda dalam Kebudayan


Kontemporer. Yogya: Tiara Wacana Yogya.

Birowo, M. Antonius. (2004). Metode Penelitian Komunikasi.


Yogyakarta: Gitanyali.

Brilianto, Ricky. (2007). Panduan Praktis Internet Plus. Jakarta:


Puspa Swara.

Bungin, Burhan. (2011). Penelitian Kualitatif; Komunikasi,


Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya.
Jakarta: Kencana.

100
Cristomy, Tommy dan Untung Yuwono. (2004). Semiotika
Budaya. Jakarta: PPKB-LPUI.

Gunawan, Imam. (2013). Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan


Praktik. Jakarta: Bumi Aksara.

Halim, Syaiful. (2017). Semiotika Dokumenter: Membongkar


Dekonstruksi Mitos dalam Media Dokumenter.
Yogyakarta: Deepublish.

Hidayat, M.S. (2006). Public Speaking dan Teknik Presentasi.


Yogyakarta: Graha Ilmu.

Ilahi, Wahyu. (2013). Komunikasi Dakwah. Bandung: PT


Rosdakarya.

Liliweri, Alo. (2011). Komunikasi Serba Ada Serba Makna.


Jakarta: Prenada Media Group.

Machfoed, Moesa A. (2004). Filsafat Dakwah Ilmu Dakwah dan


Penerapannya. Jakarta: PT. Bulan Bintang.

Maryaeni. (2005). Metode Penelitian Budaya. Jakarta: Bumi


Akasara.

Muzzaki, Akhmad. (2007). Kontribusi Semiotika dalam


Memahami Bahasa Agama. Malang: UIN Malang Press.

Nasrullah, Rulli (2004). Teori dan Riset Media Siber (Cybermedia).


Jakarta: Prenada Media Group.

101
Nasrullah, Rulli. (2005). Media Sosial Perspektif Komunikasi,
Budaya, dan Sosioteknologi. Bandung: Simbiosa Rekatama
Media.

Nazir, Moh. (2013) Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.

Omar, Toha Yahya H. M. (1998). Ilmu Dakwah. Jakarta: PT.


Wijaya.

______________________ (2004). Islam dan Dakwah. Jakarta:


PT. AL Mawardi Prima.

Pawito. (2007). Penelitian Komunikasi Kualitatif. Yogyakarta:


LKIS.

Prastowo, Andi. (2016). Metode Penelitian Kualittif dalam


Prespektif Rancangan Penelitian. Yogyakarta: Ar-Ruz
Media.

Rakhmat, Jalaludin. (2007). Metode Penelitian Komunikasi.


Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Rusmana, Dadan. (2014). Filsafat Semiotika Paradigma, Teori


dan Metode Interpretasi Tanda: dari Semiotika Struktural
hingga Dekonstruksi Praktis. Bandung: Pustaka Setia.

Sobur, Alex. (2006). Analisis Teks Media: suatu Pengantar untuk


Analisi Wacana, Analisis Semiotik, Analisis Framing.
Bandung: Remaja Rosdakarya.

__________ (2009). Semiotika Komunikasi. Bandung: Rosdakarya.

102
Syamsuddin. (2016). Pengantar Sosiologi Dakwah. Jakarta:
Kencana.

Tanja, Victor I. (1998). Pluralisme Agama dan Problema Sosial.


Diskursus Teologi tentang Isu-Isu Kontemporer. Jakarta:
PT Pustaka CIDESINDO.

Tasmara, Toto. (1997). Komunikasi Dakwah. Jakarta: Gaya Media.

Tinarbuko, Sumbo. (2013). Semiotika Komunikasi Visual.


Yogyakarta: Jalasutra.

Vera, Nawiroh. (2014). Semiotika dalam Riset Komunikasi. Bogor:


Ghalia Indonesia.

Wibowo, Indiwan Seto Wahyu. (2013). Semiotika Komunikasi:


Aplikasi Praktis bagi Penelitian dan Skripsi Komunikasi.
Jakarta: Mitra Wacana Media.

Widjaja, A.W. (1993). Komunikasi: Komunikasi dan Hubungan


Masyarakat. Jakarta: Bumi Aksara.

Misrawi, Zuhairi. (2010). Pandangan Muslim Moderat. Jakarta:


PT Kompas Media Nusantara.

Fachrian, Muhammad Rifqi. (2018). Toleransi Antarumat


Beragama dalam Al-Qur’an (Telaah Konsep Pendidikan
Islam). Depok: PT RajaGrafindo Persada.

Makalah

Bakti, Andi Faisal. (2017). Good Deeds as Positive Actions in


Nursi’s Work: Human Communication Perspective.

103
Jurnal

Aminah, Siti. (2015). Merajut Ukhuwah Islamiyah dalam


Keanekaragaman Budaya dan Toleransi Antar Agama.
Jurnal Cendekia. Vol. 13, No. 1.

Bakti, Andi Faisal. (2000). “Major Conflicts in Indonesia. How


can Communication Contribute to a Solution?” Review of
Human Factor Studies. Vol. 6, No. 2.

Bakti, Andi Faisal. (2008). “Communication and Violence:


Communicating Human Integrity Characteristics is
Necessary for Horizontal Conflict Resolution in Indonesia,”
Identity, Culture, and Politics. Vol. 9, No. 1.

Faiqah, Fatty, Muh. Nadjib, dan Andi Subhan Amir. (2016).


Youtube sebagai Sarana Komunikasi bagi Komunitas
Makasarvidgram. Jurnal Ilmu Komunikasi, Vol. 5, No. 2.

Fiardhi, Muhammad Haris. (2021). "PERAN


DAKWAHTAINMENT AKUN CHANNEL YOUTUBE
JEDA NULIS TERHADAP PEMUDA TERSESAT OLEH
HABIB HUSEIN JA’FAR." Jurnal Riset Mahasiswa
Dakwah dan Komunikasi, Vol. 3, No. 2.

Masfupah, Ayun. (2019). "Dakwah Digital Habib Husein Ja’far Al


Hadar." Jurnal Dakwah, Vol. 20, No. 2.

Zaini, Ahmad. (2015). Dakwah Melalui Internet. At-Tabsyir:


Jurnal Komunikasi Penyiaran Islam, [S.l.]. Vol. 1, No. 1.

104
Mahdayeni, Muhammad Roihan Alhaddad, dan Ahmad Syukri
Saleh. (2019). Manusia dan Kebudayaan (Manusia dan
Sejarah Kebudayaan, Manusia dalam Keanekaragaman
Budaya dan Peradaban, Manusia dan Sumber
Penghidupan). Tadbir: Jurnal Manajemen Pendidikan
Islam, Vol. 7, No. 2.

Skripsi

Asauri, Ahmad Sopyan. (2019). Analisis Semiotika Makna


Toleransi Agama Dalam Film Hujan Bulan Juni. Jakarta:
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.

Darmawan, Adrian. (2017). Analisis Semiotika Makna Sabar dan


Syukur dalam Film Gadis di Ruang Tunggu karya
Catherine Sharon Granier. Jakarta: Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah.

Fauzi, Akmad. (2020). Analisis Semiotika Toleransi Beragama


Dalam Film PK (PEEKAY). Jakarta: Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah.

Mahardhika, Githarama. (2016). Makna Toleransi Beragama


dalam Film Muallaf Karya Yasmin Ahmad. Jakarta:
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.

Setya, Anzen Bhilla. (2020). Analisis Semiotika Pesan Dakwah


dalam Video Kan Kan Challenge di Youtube the Sungkars
Family. Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah.

105
Disertasi

Suprabowo, Imam. (2020). Ustaz Populer di Indonesia Kajian


tentang Brand di Media Sosial. Jakarta: Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah.

Website

https://cariustadz.id/ustadz/detail/Husein-Ja’far-Al-Hadar

https://kbbi.web.id/prasangka

https://kbbi.web.id/tanya

https://news.detik.com/x/detail/intermeso/20190601/Dakwah-
Digital-Sang-Habib-Muda/

https://tafsirq.com/hadits/bukhari/5108

https://tirto.id/ajaran-islam-tentang-manusia-sebagai-makhluk-
sosial-cpKp

https://twitter.com/Husen_Jafar

https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5563773/teks-berita-
pengertian-ciri-ciri-dan-struktur-teks-berita

https://www.gramedia.com/literasi/pengertian-hoaks/

https://www.hadits.id/hadits/tirmidzi/1911

https://www.instagram.com/husein_hadar/

https://www.uin-malang.ac.id/r/160701/mengenali-musuh-dari-
dalam-diri-sendiri.html

106
https://www.youtube.com/channel/UCp7hJfiiocdY085XnWVrp2
Q

107
LAMPIRAN

108
109
110

Anda mungkin juga menyukai