Anda di halaman 1dari 136

MEMBANGUN SISTEM INFORMASI PENDUKUNG KEPUTUSAN

UNTUK MENENTUKAN BOBOT PENILAIAN RUMAH SAKIT


UMUM BERDASARKAN KRITERIA PELAYANAN DENGAN
MENGIMPLEMENTASIKAN METODE AHP
(Studi kasus: Dinas Kesehatan Kota Bandung)

TUGAS AKHIR

Oleh :
I MADE RIYAN ADI NUGROHO
116080028

PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI


FAKULTAS REKAYASA INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI TELKOM
2012

0
MEMBANGUN SISTEM INFORMASI PENDUKUNG KEPUTUSAN
UNTUK MENENTUKAN BOBOT PENILAIAN RUMAH SAKIT
UMUM BERDASARKAN KRITERIA PELAYANAN DENGAN
MENGIMPLEMENTASIKAN METODE AHP
(Studi kasus: Dinas Kesehatan Kota Bandung)

TUGAS AKHIR
Karya tulis sebagai salah satu syarat
Untuk Menyelesaikan Pendidikan Strata Satu
Pada Program Studi Sistem Informasi
Institut Teknologi Telkom

Oleh:
I MADE RIYAN ADI NUGROHO
116080028

PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI


FAKULTAS REKAYASA INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI TELKOM
2012

1
LEMBAR PENGESAHAN

Tugas Akhir dengan Judul:

MEMBANGUN SISTEM INFORMASI PENDUKUNG KEPUTUSAN


UNTUK MENENTUKAN BOBOT PENILAIAN RUMAH SAKIT
UMUM BERDASARKAN KRITERIA PELAYANAN DENGAN
MENGIMPLEMENTASIKAN METODE AHP
(Studi kasus: Dinas Kesehatan Kota Bandung)

Telah disetujui dan disahkan untuk mengikuti Sidang Tugas Akhir

Program Studi Strata-1 Sistem Informasi Fakultas Rekayasa Industri

Institut Teknologi Telkom

Oleh:

I MADE RIYAN ADI NUGROHO

116080028

Bandung, 12 Juli 2012

Menyetujui

Pembimbing I Pembimbing II

(Riza Agustiansyah, S.T., M.Kom.) (Wahyu Wicaksono, S.T., M.M. )

i
ABSTRAK
MEMBANGUN SISTEM INFORMASI PENDUKUNG KEPUTUSAN
UNTUK MENENTUKAN BOBOT PENILAIAN RUMAH SAKIT
UMUM BERDASARKAN KRITERIA PELAYANAN DENGAN
MENGIMPLEMENTASIKAN METODE AHP
(Studi kasus: Dinas Kesehatan Kota Bandung)
Oleh
I Made Riyan Adi Nugroho
NIM : 116080028
(Program Studi Sistem Informasi)

Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan


pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan
rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Pelayanan tersebut diatur sedemikian
rupa mengikuti sistem rujukan. Pelayanan dalam jenjang rujukan, dikaitkan
dengan klasifikasi rumah sakit: kelas A, kelas B, kelas C dan kelas D. Makin
tinggi kelas rumah sakit makin besar kemampuannya dan makin canggih serta
komplek tindakan yang dapat diberikan, tanpa mengurangi kemampuan dasar.

Untuk menjaga agar kebijakan klasifikasi rumah sakit ini dapat berjalan dengan
baik maka dilakukan pembinaan dan pengawasan. Dalam melakukan pembinaan
dan pengawasan pelayanan yang berhubungan dengan klasifikasi rumah sakit ini
Dinas Kesehatan Kota Bandung membentuk bagian Pelayanan Kesehatan
Rujukan atau yang biasa disebut Yankes Rujukan.

Dalam melakukan pembinaan dan pengawasan,ada beberapa masalah yang


dihadapi Yankes Rujukan, antara lain jumlah kriteria untuk menentukan
pengkelasan suatu rumah sakit relatif bayak,terbatasnya jumlah sumber daya
manusia yang ada di Yankes Rujukan, pengolahan data sebagai bahan
pengkelasan rumah sakit memerlukan waktu yang relatif lama dan tingkat
akurasinya rendah karena masih dilakukan dengan cara manual, pengadaan
program pembinaan dan pengawasan yang tidak sesuai dengan tingkat kebutuhan,
serta masih ada pengkelasan rumah sakit yang tidak sesuai dengan kriteria
layanan yang ada.

Untuk mengatasi beberapa masalah tersebut akan dibangung suatu sistem


pendukung keputusan yang dapat membantu pihak Yankes Rujukan untuk
melakukan pengontrolan pelayanan rumah sakit serta mengolah data tersebut
sebagai bahan untuk penetuan pengkelasan rumah sakit dalam bentuk pembobotan
pelayanan yang ada di rumah sakit dengan menggunakan mentode
AHP(Analytical Hierarchy Process).

Kata kunci : pengkelasan, rumah sakit, sistem pendukung keputusan, AHP.

ii
ABSTRACT
DEVELOPMENT OF DECISION SUPPORT SYSTEMS FOR
DETERMINING THE QUALITY OF GENERAL HOSPITAL
DEPEND ON THEIR SERVICES CRITERIA
WITH AHP METHOD
(Case Study: Dinas Kesehatan Kota Bandung)
by
I Made Riyan Adi Nugroho
NIM : 116080028
(Information System Program)

Hospitalis a health care institution that organizes a complete personal health


services that provide inpatient services, outpatient services, and emergency
services. That services arearranged following a referral system. The services of
referral level are associated with the hostpital classification : class A, class B,
class C, and class D. The higher class hospital has a greater capacity and more
sophisticated and complex action that can be given, without reduce ability of the
base.

To keep the hospital's clasification policy can work well, then do guidance and
supervision. In conducting the guidance and supervision services that releted to
this hostpital classification, bandung health of department establish referral
services division or commonly called "Yankes Rujukan".

In conducting the guidance and supervision,there are some problems encountered


by Yankes Rujukan, such as the number of criteria to determine a hospital
classification relatively much, the limited number of existing human resource in
Yankes Rujukan, data processing as a hospital classification need a relatively
long time and low level of accuracy because it is still done manually, procurement
guidance and supervision program that do not fit with the requirement, and there
are still hospital classification that do not fit the criteria of existing services.

To solve those problems will be developed a decision support system that can help
the Yankes Rujukan for controlling hospital services and processing those data
for the determination hospital classification in a weight of services in the hospital
by using AHP (Analytical Hierarchy Process) method.

Keywords : Classification, Hospital, Decision Suport Systems, AHP method.

iii
Dipersembahkan untuk Ayahanda dan Ibunda

iv
PERNYATAAN ORISINALITAS

NAMA : I Made Riyan Adi Nugroho


NIM : 116080028
JL. Pulau Belitung Perum.
ALAMAT : Babakan Sari I no. 9, Denpasar,
Bali, 80222
No. Telp : 08987421472

Menyatakan bahwa Tugas Akhir ini merupakan karya orisinal saya sendiri.

Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko / sanksi yang dijatuhkan kepada
saya, apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap kejujuran
akademik atau etika keilmuan dalam karya ini, atau ditemukan bukti yang
menunjukkan ketidakaslian karya ini.

Bandung, 12 Juli 2012

I Made Riyan Adi Nugroho

v
PEDOMAN PENGGUNAAN TUGAS AKHIR

Tugas Akhir ini tidak dipublikasikan, terdaftar dan tersedia di Perpustakaan


Institut Teknologi telkom, dan terbuka untuk umum dengan ketentuan bahwa hak
cipta ada pada penulis dengan mengikuti aturan HaKI yang berlaku di Institut
Teknologi Telkom. Referensi kepustakaan diperkenankan dicatat, tetapi
pengutipan atau peringkasan hanya dapat dilakukan seizin penulis dan harus
disertai dengan kebiasaan ilmiah untuk menyebutkan sumbernya.

Memperbanyak atau menerbitkan sebagian atau seluruh Tugas Akhir ini harus
seizin Dekan Fakultas Rekayasa Industri, Institut Teknologi Telkom.

vi
KATA PENGANTAR

Om Swastiastu,

Segala puji syukur kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa atas segala karunia
nikmat, rahmat, serta hidayah-Nya sehingga Tugas Akhir penulis yang berjudul "
Membangun Sistem Informasi Pendukung Keputusan untuk menentukan
bobot rumah sakit umum berdasarkan kriteria pelayanan dengan metode
AHP (Studi kasus: Dinas Kesehatan Kota Bandung)" dapat diselesaikan
dengan baik.

Tugas Akhir ini disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan studi strata
satu dan memperoleh gelar sarjana pada Jurusan Sistem Informasi, Fakultas
Rekayasa Industri, Institut Teknologi Telkom.

Pengerjaan Tugas Akhir ini dengan segala keterlibatan dan kekurangan penulis
sebagai manusia biasa, sehingga hasil yang didapatkan masih jauh dari sempurna.
Mudah-mudahan Tugas Akhir ini dapat berguna dan memberikan manfaat yang
berharga bagi yang memerlukannya.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak
yang telah membantu selama masa studi maupun selama proses penyelesaian
Tugas Akhir ini, antara lain kepada:

1. Ida Sang Hyang Widhi Wasa yang telah membantu penulis dari seminar
proposal sampai laporan ini selesai.
2. Semua orang tuaku yang selalu setia memberikan semangat, dukungan, doa,
dan bimbingan dalam menjalani setiap langkah kehidupan untuk menjadi
pribadi yang selalu bersyukur serta tangguh dalam menghadapi setiap nikmat
yang diberikan.
3. Bapak Riza Agustiansyah, S.T, M.Kom., selaku pembimbing satu yang telah
mengarahkan, membimbing, memberi saran, serta motivasi selama penulis
menjalani penelitian dan penyusunan Laporan Tugas Akhir ini.
4. Bapak Wahyu Wicaksono, S.T, M.T., selaku pembimbing dua, yang telah
memberikan banyak motivasi, saran dan bimbingan Tugas Akhir ini.

vii
5. Ibu Nia Ambarsari, S.T, M.T., selaku pembimbing tiga, yang telah
memberikan banyak masukan serta motivasi mengenai Tugas Akhir ini.
6. Bapak Imam Rozali, selaku dosen wali yang telah memberikan pengarahan
dan motivasi selama penulis menempuh pendidikan di kampus.
7. Bapak Avon Budiyono, selaku Kaprodi Sistem Informasi yang telah
membimbing dan memberikan visi pada seluruh mahasiswa Sistem Informasi.
8. Seluruh petugas Bagian Yankes Rujukan, Dinas Kesehatan Kota Bandung,
khususnya Bapak Totok dan Ibu Yeyet yang sudah mau membantu penulis
dalam mencari data yang dibutuhkan untuk Tugas Akhir ini. Terima Kasih
atas kerjasamanya dalam pengembangan sistem.
9. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Rekayasa Industri yang telah
memberikan ilmunya selama perkuliahan maupun diluar perkuliahan di IT
Telkom. Terima kasih.
10. Teman-teman seperjuangan sekaligus keluarga ketiga di bandung, semua
anggota KMH Saraswati dan UKM Widiyacana Murti IT Telkom. Terima
kasih telah menjadi keluarga baru penulis, terima kasih atas dukungannya
selama ini.
11. Teman-teman seperjuangan sekaligus keluarga di Laboratorium Prodase, yaitu
ENS, ARS, ALE, KDK, DMS, OKY, ADC, RDJ, PFA, CHO, GIE, NTY,
GIT, AZZ, IMD, EBY, CDA, ZAL, YAN, dan ICE. Asisten angkatan 2009,
yaitu : YQN, FDA, YDF, AHP, NNM, KNO, MAW, DZL, DKA, NOR, DAP,
KDE, LIN, SMN, ALF, JOE, DVI, NRZ, CIT, NRA, ERC, dan EKF. Asisten
angkatan 2010 : RDE, HRR, SHA, FHR, RAS, dan KHU. Asisten yang baru
saja diterima : Arnes, Novia, Nurvita, Nunung, Bambang, Komang, Yusril,
Ainu, Renantia, dan Fathimah. Terima kasih telah menjadi keluarga baru
penulis selama perkuliahan, terima kasih atas dukungannya selama ini.
12. Teman-teman seperjuangan yaitu kroco team yang selalu memberikan
perhatian, semangat dan doa untuk penulis. Terima kasih.
13. Teman-teman sesama asisten Gedung C lantai 2, yaitu Lab. SISJAR, Lab.
ERP, dan Lab. BIS, dan sesama asisten Gedung C lantai 3, yaitu Lab.
SISPROMASI, Lab. TEKMI, Lab. SIMBI, Lab. APK&E, Lab. GARTEK, dan
Lab. PFT.

viii
14. Keluarga Sistem Informasi 2008, terima kasih atas kenangan dan kisah klasik
selama perkuliahan, serta berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu
persatu.

Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan tugas akhir ini masih jauh dari
sempurna, oleh sebab itu dengan segala kerendahan hati penuiis memohon maaf
sebesar-besarnya dan segala kritik dan saran yang bersifat membangun akan
penulis terima dengan senang hati.

Om Canthi Canthi Canthi Om

Bandung, 12 Juli 2012

Penulis

ix
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................... i


ABSTRAK ............................................................................................................. ii
ABSTRACT .......................................................................................................... iii
PERNYATAAN ORISINALITAS ........................................................................v
PEDOMAN PENGGUNAAN TUGAS AKHIR ................................................ vi
KATA PENGANTAR ......................................................................................... vii
DAFTAR ISI ...........................................................................................................x
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiv
DAFTAR TABEL.................................................................................................xv
DAFTAR SINGKATAN .................................................................................... xvi
DAFTAR ISTILAH .......................................................................................... xvii
Bab I Pendahuluan ............................................................................................1
1.1 Latar Belakang ..........................................................................................1
1.2 Perumusan Masalah ..................................................................................4
1.3 Tujuan penelitian.......................................................................................4
1.4 Manfaat penelitian.....................................................................................5
1.5 Batasan Masalah........................................................................................5
Bab II Tinjauan Pustaka ....................................................................................7
2.1 Penelitian Terkait ......................................................................................7
2.1 Definisi Sistem Informasi .........................................................................8
2.2 Sistem Pendukung Keputusan (SPK) ........................................................8
2.1.1 Ciri-ciri Sistem Pendukung Keputusan ......................................9
2.1.2 Karakteristik, Kemampuan dan Keterbatasan SPK ...................9
2.1.3 Komponen - Komponen Sistem Pendukung Keputusan ..........11
2.1.4 Tahapan Proses Pengambilan Keputusan.................................12
2.3 Analytical Hierarchy Process (AHP)......................................................12
2.2.1 Langkah-Langkah Analytical Hierarchy Process.....................13
2.2.2 Prinsip - Prinsip Analytical Hierarchy Process ........................14
2.2.3 Uji Konsistensi Indeks dan Rasio ............................................15
2.2.4 Kelebihan AHP ........................................................................16
2.4 Pengkelasan Rumah Sakit Umum ...........................................................16
2.5 Siklus Hidup Sistem Informasi ...............................................................21
2.6 Metodologi Pemodelan Sistem ...............................................................24

x
2.7 Alat Pemodelan Sistem UML .................................................................26
2.6.1 Pengertian UML .......................................................................26
2.6.2 UML Diagrams ........................................................................26
2.6.3 Langkah-Langkah Penggunaan UML ......................................28
2.8 Object Oriented PHP ...............................................................................29
2.7.1 Implementasi dasar OOP di PHP .............................................30
2.9 Konsep MVC (Model, View, Controller) ...............................................31
Bab III Metodologi Penelitian ...........................................................................33
3.1 Model Konseptual ...................................................................................33
3.2 Sistematika Penelitian .............................................................................34
3.2.1 Survei Sistem ...........................................................................36
3.2.2 Analisis Sistem .........................................................................36
3.2.3 Desain Sistem ...........................................................................37
3.2.4 Pembuatan Sistem (Coding).....................................................38
3.2.5 Implementasi Sistem ................................................................39
3.2.6 Tahap Kesimpulan dan Saran...................................................40
Bab IV Analisis dan Perancangan ....................................................................41
4.1 Kondisi Eksistensi dan Kebutuhan Pengguna .........................................41
4.1.1 Gambaran Umum Tentang Dinas Kesehatan Kota Bandung ...41
4.1.2 Unit Kerja dan Fungsi Dinas Kesehatan Kota Bandung ..........43
4.1.3 Analisis Proses Bisnis Saat Ini .................................................45
4.1.4 Analisis Proses Bisnis Usulan ..................................................48
4.1.5 Analisis Kebutuhan Sistem ......................................................49
4.1.6 Analisis Pengguna Sistem ........................................................49
4.1.7 Analisis Arsitektur Teknologi ..................................................52
4.2 Desain Sistem ..........................................................................................55
4.2.1 Desain Perancangan Proses Sistem ..........................................55
4.2.1.1 Activity Diagram .........................................................55
4.2.1.2 Sequence Diagram ......................................................64
4.2.1.3 Class Diagram ............................................................76
4.2.1.4 Deployment Diagram ..................................................77
4.2.2 Desain Perancangan Database Sistem ......................................81
4.2.3 Perancangan Interface Sistem ..................................................83
4.2.4 Coding Summary .....................................................................84
4.2.5 Pengujian Aplikasi ...................................................................84
Bab V Hasil dan Pengujian ..............................................................................85
5.1 Hasil Aplikasi ..........................................................................................85
5.1.1 Screenshot Aplikasi..................................................................85
5.1.2 Hasil Implementasi Sistem.......................................................85
5.2 Pengujian Hasil Perancangan Aplikasi ...................................................92

xi
5.2.1 Pengujian Fungsional Aplikasi ................................................92
5.2.2 Pengujian Hasil Penerimaan User (User Acceptance Test) .....96
Bab VI Penutup ..................................................................................................98
6.1 Kesimpulan .............................................................................................98
6.2 Saran........................................................................................................98
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................100

xii
DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A Skenario Black box Testing

LAMPIRAN B Skenario User Acceptance Test

LAMPIRAN C Screenshot Aplikasi

LAMPIRAN D Dokumen User Acceptance Test

xiii
DAFTAR GAMBAR

Gambar II-1 Siklus hidup sistem informasi .......................................................... 21


Gambar II-2 Tahap metode waterfall.................................................................... 23
Gambar II-3 Model konsep MVC ......................................................................... 31
Gambar III-1 Model konseptual penelitian ........................................................... 33
Gambar III-2 Sistematika Penelitian ..................................................................... 35
Gambar IV-1 Struktur organisasi Dinas Kesehatan Kota Bandung ...................... 42
Gambar IV-2 Proses Bisnis Pengkelasan Saat Ini ................................................ 47
Gambar IV-3 Proses Bisnis Usulan Pengkelasan Rumah Sakit ............................ 48
Gambar IV-4 Uscase Aplikasi .............................................................................. 51
Gambar IV-5 Arsitektur 3-tier .............................................................................. 53
Gambar IV-6 Activity diagram input data pengontrolan ....................................... 56
Gambar IV-7 Activity diagram update status pengontrolan .................................. 57
Gambar IV-8 Activity diagram reset data control ................................................. 58
Gambar IV-9 Activity diagram delete data pengontrolan...................................... 59
Gambar IV-10 Activity diagram view pengontrolan.............................................. 60
Gambar IV-11 Activity diagram view report per-RS ............................................ 60
Gambar IV-12 Activity diagram view pembobotan ............................................... 61
Gambar IV-13 Activity diagram view detail pengontrolan ................................... 61
Gambar IV-14 Activity diagram export pdf per-RS .............................................. 62
Gambar IV-15 Activity diagram export pdf pembobotan...................................... 62
Gambar IV-16 Acivity diagram input data kontrol................................................ 63
Gambar IV-17 Acivity diagram verifikasi data report (Confirm) ......................... 64
Gambar IV-18 Acivity diagram verifikasi data report (Reject) ............................ 64
Gambar IV-19 Sequence diagram input data pengontrolan .................................. 65
Gambar IV-20 Sequence diagram input data kontrol............................................ 66
Gambar IV-21 Sequence diagram view pengontrolan ........................................... 67
Gambar IV-22 Sequence diagram view report per-RS ......................................... 68
Gambar IV-23 Sequence diagram view report pembobotan ................................. 69
Gambar IV-24 Sequence export pdf report........................................................... 70
Gambar IV-25 Sequence view detail pengontrolan............................................... 71
Gambar IV-26 Sequence reset data kontrol .......................................................... 72
Gambar IV-27 Sequence delete pengontrolan....................................................... 73
Gambar IV-28 Sequence update status pengontrolan ........................................... 74
Gambar IV-29 Sequence verifikasi report ............................................................ 75
Gambar IV-30 Class diagram ............................................................................... 76
Gambar IV-31 Deployment user role petugas kontrol .......................................... 78
Gambar IV-32 Deployment user role kepala dinas ............................................... 79
Gambar IV-33 Deployment user role pihak Menkes ............................................ 80
Gambar IV-34 Diagram ER Aplikasi DSS Scoring Hospital................................ 81

xiv
DAFTAR TABEL

Table I-1 Daftar Rumah Sakit yang terdaftar di Dinas Kesehatan kota Bandung .. 2
Table I-2 Hasil observasi masalah yang dihadapi Yankes Rujukan ....................... 3
Table II-1 Intensitas kepentingan kriteria ............................................................. 14
Table II-2 Tabel random index (RI) ...................................................................... 15
Table II-3 Kriteria klasifikasi rumah sakit ............................................................ 17
Table IV-1 Hak akses user dalam DSS Pengkelasan Rumah Sakit ...................... 50
Table IV-2 Contoh data tabel user ........................................................................ 82
Table IV-3 Contoh data tabel Rumah Sakit .......................................................... 82
Table IV-4 Contoh data tabel Kriteria .................................................................. 82
Table IV-5 Contoh data tabel Pengontrolan.......................................................... 83
Table IV-6 Contoh data tabel Status ..................................................................... 83
Table IV-7 Contoh data tabel Kontrol .................................................................. 83
Table V-1 Bobot nilai data kriteria ....................................................................... 85
Table V-2 Matrik berpasangan data Kriteria ........................................................ 86
Table V-3 Matrik pembobotan data Kriteria yang dinormalkan ........................... 86
Table V-4 Matrik penjumlahan tiap baris data Kriteria ........................................ 87
Table V-5 Perhitungan rasio konsistensi data Kriteria ......................................... 87
Table V-6 Bobot nilai data Status ......................................................................... 88
Table V-7 Matrik perbandingan berpasangan data Status .................................... 88
Table V-8 Matrik pembobotan data Status yang dinormalkan ............................. 88
Table V-9 Matrik penjumlahan tiap baris data Status ........................................... 89
Table V-10 Perhitungan rasio konsistensi data Status .......................................... 89
Table V-11 Bobot nilai data rumah sakit .............................................................. 89
Table V-12 Matrik perbandingan berpasangan data Rumah Sakit ....................... 90
Table V-13 Matrik pembobotan data Rumah Sakit yang dinormalkan ................ 90
Table V-14 Matrik penjumlahan tiap baris data Rumah Sakit .............................. 91
Table V-15 Perhitungan rasio konsistensi data Rumah Sakit ............................... 91
Table V-16 Matrik faktor evaluasi total ................................................................ 91
Table V-17 Matrik faktor pembobotan hierarki ................................................... 92
Table V-18 Ranking bobot penilaian rumah sakit Bandung ................................. 92
Table V-19 Hasil pengujian fungsional aplikasi ................................................... 92
Table V-20 Lanjutan Hasil pengujian fungsional aplikasi .................................... 93
Table V-21 Hasil User Acceptance Test ............................................................... 96

xv
DAFTAR SINGKATAN

SINGKATAN Nama Pemakaian


pertama kali
pada halaman
SKPD Satuan Kerja Perangkat Daerah 1
Yankes Rujukan Pelayanan kesehatan Rujukan 2
RSU Rumah sakit umum 2
AHP Analytical Hierarchy Process 4
Permenkes Peraturan Menteri kesehatan 6
Menkes Menteri kesehatan 6
SPK Sistem pendukung keputusan 8
DSS Decision Suport System 8
SDLC System Development Life Cycle 24
ERD Entity Relationship Diagram 24
UML Unified Modeling Language 25
OOP Object-oriented programming 28
PHP Hypertext Preprocessor 28
MVC Model-View-Controller 30
SQL Structured Query Language 37
HTML HyperText Markup Language 38
CSS Cascading Style Sheet 38
RS Rumah Sakit 52

xvi
DAFTAR ISTILAH

AHP : AHP merupakan salah satu metode untuk membantu menyusun


suatu prioritas dari berbagai pilihan dengan menggunakan berbagai
kriteria.
Black-box : Metode pengujian perangkat lunak yang memfokuskan pengujian
Testing pada fungsional perangkat lunak.

DSS : Suatu sistem informasi bebasis komputer yang menghasilkan


berbagai alternatif keputusan untuk membantu manajemen dalam
menangani berbagai permasalahan yang terstruktur ataupun tidak
terstruktur dengan menggunakan data dan model.
Three-Tier : Salah satu jenis arsitektur multitier dimana di dalam model ini,
pemrosesan disebarkan di dalam tiga lapisan yaitu laisan client,
lapisan aplikasi server, dan lapisan database server
Hardware : Satu komponen dari sebuah komputer yang sifat alat nya bisa
dilihat dan diraba secara langsung atau yang berbentuk nyata, yang
berfungsi untuk mendukung proses komputerisasi
Software : Sekumpulan data elektronik yang disimpan dan diatur oleh
komputer, data elektronik yang disimpan oleh komputer itu dapat
berupa program atau instruksi yang akan menjalankan suatu
perintah.
User : Proses untuk mendapatkan konfirmasi bahwa sebuah sistem
Acceptance Test memenuhi yang disepakati persyaratan oleh user pengguna.
Waterfall : Salah satu metode pengembangan aplikasi dimana setiap tahapan
harus diselesaikan terlebih dahulu secara penuh sebelum
meneruskan ke tahapan berikutnya,

xvii
Bab I Pendahuluan

1.1 Latar Belakang


Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan
rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Berdasarkan jenis layanannya rumah
sakit dapat dibagi menjadi dua jenis rumah sakit, yaitu rumah sakit umum dan
rumah sakit khusus. Rumah Sakit Umum adalah Rumah Sakit yang memberikan
pelayanan kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit. Berdasarkan fasilitas
dan kemampuan pelayanan, Rumah Sakit Umum diklasifikasikan menjadi empat,
yaitu: rumah sakit umum kelas A, rumah sakit umum kelas B, rumah sakit umum
kelas C dan rumah sakit umum kelas D [7].

Pada dasarnya pelayanan kesehatan di rumah sakit merupakan pelayanan yang


menyeluruh dan terpadu, bersifat peningkatan, pencegahan, pengobatan dan
pemulihan serta ditujukan kepada seluruh lapisan masyarakat. Pelayanan tersebut
diatur sedemikian rupa mengikuti sistem rujukan. Pelayanan dalam jenjang
rujukan, dikaitkan dengan klasifikasi rumah sakit: kelas A, kelas B, kelas C dan
kelas D. Makin tinggi kelas rumah sakit makin besar kemampuannya dan makin
canggih serta kompleks tindakan yang dapat diberikan, tanpa mengurangi
kemampuan dasar [4].

Untuk menjaga agar kebijakan klasifikasi rumah sakit ini dapat berjalan dengan
baik maka dilakukan pembinaan dan pengawasan secara berjenjang, yaitu Menteri
kesehatan melakukan pembinaan dan pengawasan kepada pemerintah daerah
provinsi atau gubernur, gubernur melakukan pembinaan dan pengawasan kepada
pemerintah daerah kabupaten/kota, dan pemerintah daerah kabupaten/kota
melakukan pembinaan dan pengawasan langsung kepada rumah sakit yang ada di
daerahnya [7].

Dinas Kesehatan Kota Bandung adalah salah satu SKPD (Satuan Kerja Perangkat
Daerah) di lingkungan pemerintah Kota Bandung yang bertanggung jawab dalam
bidang pembangunan Kesehatan. Dalam melakukan pembinaan dan pengawasan

1
pelayanan yang berhubungan dengan klasifikasi rumah sakit ini Dinas Kesehatan
Kota Bandung membentuk bagian Pelayanan Kesehatan Rujukan atau yang biasa
disebut Yankes Rujukan [2].

Dari penelitian awal yang dilakukan, di Kota Bandung terdapat 32 rumah sakit
yang terdaftar, yang terdiri dari lima (5) rumah sakit umum pemerintah, 12 rumah
sakit umum swasta, dan 15 rumah sakit khusus, yang dijelaskan pada Tabel 1.1.

Table I-1 Daftar Rumah Sakit yang terdaftar di Dinas Kesehatan kota Bandung

Nama RS Jenis
RSU Dr. Hasan Sadikin Rumah Sakit Umum Pemerintah
RSUD Ujungberung Rumah Sakit Umum Pemerintah
RSU Sartika Asih Rumah Sakit Umum Pemerintah
RSU Sariningsih Rumah Sakit Umum Pemerintah
RSU Dr. Salamun Rumah Sakit Umum Pemerintah
Jumlah 5 RSU. Pemerintah
RSU Pindad Rumah Sakit Umum Swasta
RSU Muhammadiyah Rumah Sakit Umum Swasta
RSU Al-Islam Rumah Sakit Umum Swasta
RSU St. Borromeus Rumah Sakit Umum Swasta
RSU Bungsu Rumah Sakit Umum Swasta
RSU Rajawali Rumah Sakit Umum Swasta
RSU St. Yusuf Rumah Sakit Umum Swasta
RSU Immanuel Rumah Sakit Umum Swasta
RSU Kebonjati Rumah Sakit Umum Swasta
RSU Advent Rumah Sakit Umum Swasta
RS Hermina Arcamanik Rumah Sakit Umum Swasta
RS Santosa Rumah Sakit Umum Swasta
Jumlah 12 RSU. Swasta
RS Jiwa Bandung Rumah Sakit Jiwa Pemerintah
RS Jiwa Hurip Waluya Rumah Sakit Jiwa Swasta
RS Mata Cicendo Rumah Sakit Mata Pemerintah

2
RSTP Dr H A Rotinsulu Rumah Sakit Paru Pemerintah
RSB Limijati Rumah Sakit Bersalin Swasta
RSB Emma P Rumah Sakit Bersalin Swasta
RS Halmahera Rumah Sakit Bedah Swasta
RSK Ginjal H A Habibie Rumah Sakit Ginjal Swasta
RSB Tedja Rumah Sakit Ibu dan Anak Swasta
RSIA Sukajadi Rumah Sakit Ibu dan Anak Swasta
RSIA Hermina Pasteur Rumah Sakit Ibu dan Anak Swasta
Rumah Sakit Ibu dan Anak
RSIA Kota Bandung
Pemerintah
RS Melinda Rumah Sakit Ibu dan Anak Swasta
Rumah Sakit Gigi dan Mulut
RSK Gigi dan Mulut Kota Bandung
Pemerintah
Rumah Sakit Gigi dan Mulut
RSK Gigi dan Mulut UNPAD
Pemerintah
Jumlah 15 Rumah Sakit Khusus
Jumlah Total 32 Rumah Sakit

Dalam melakukan pembinaan dan pengawasan 32 rumah sakit tersebut, ada


beberapa masalah yang dihadapi Yankes Rujukan, antara lain:

Table I-2 Hasil observasi masalah yang dihadapi Yankes Rujukan


No Masalah
jumlah kriteria yang harus divalidasi untuk menentukan pengkelasan suatu
1
rumah sakit relatif bayak,
terbatasnya jumlah sumber daya manusia yang ada di Yankes Rujukan untuk
2
melakukan pembinaan dan pengawasan secara langsung,
pengolahan data sebagai bahan pengkelasan rumah sakit memerlukan waktu
3 yang relative lama dan tingkat akurasinya rendah karena masih dilakukan dengan
cara manual,
pengadaan program pembinaan dan pengawasan yang tidak sesuai dengan
4
tingkat kebutuhan

3
masih ada pengkelasan rumah sakit yang tidak sesuai, karena adanya perbedaan
5
perbandingan jumlah rumah sakit berdasarkan tipenya di setiap daerah.

Dari beberapa maslah yang dihadapi Yankes Rujukan dalam melakukan


pembinaan dan pengawasan dalam upaya pengkelasan rumah sakit diatas, dapat
ditarik hipotesis awal bahwa masalah yang dialami Yankes Rujukan disebabkan
karena tidak adanya bobot penilaian prioritas kriteria untuk masalah
pengkelasan di setiap rumah sakit yang ada di Bandung.

Jika masalah yang dihadapi Yankes Rujukan tersebut tidak segera di selesaikan
maka berpotensi tehadap sistem rujukan yang tidak optimal sehingga sistem
pelayanan kesehatan yang menyeluruh dan terpadu tidak dapat berjalan secara
optimal.

1.2 Perumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah untuk penelitian ini adalah.
1. bagaimana Dinas Kesehatan Kota Bandung menentukan prioritas kriteria
klasifikasi rumah sakit umum untuk mengefektifkan pembinaan dan
pengawasan pengkelasan rumah sakit umum di Bandung?
2. bagaimana meningkatkan akurasi pembobotan kriteria klasifikasi rumah sakit
umum dalam pengkelasan rumah sakit umum di Bandung?
3. bagaimana mengimplementasikan metode AHP (Analytical Hierarchy
Process) dalam menentukan prioritas kriteria klasifikasi rumah sakit umum?

1.3 Tujuan penelitian


Berdasarkan pada masalah yang telah terdefinisikan di atas maka tujuan dari
penelitian tugas akhir ini adalah membangun sistem informasi pendukung
keputusan untuk menentukan bobot penilaian rumah sakit umum
berdasarkan kriteria pelayanan dengan mengimplementasikan metode AHP
(Analytical Hierarchy Process) di Dinas Kesehatan Kota Bandung.

4
1.4 Manfaat penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini, antara lain:
1. bagi Dinas Kesehatan Kota Bandung
- dinas kesehatan dapat menentukan kriteria mana yang lebih dahulu
dibina, berdasarkan prioritas kriteria ang dihasilkan,
- keputusan yang diambil dalam melakukan pembinaan dan pengawasan
lebih efektif (waktu dan kualitas),
- potensi pembinaan dan pengawasan setiap rumah sakit secara langsung
lebih besar,
- program pembinaan dan pengawasan yang dibuat berdasarkan kebutuhan
yang muncul sehingga bermanfaat secara langsung,
- kemungkinan pengkelasan rumah sakit yang tidak sesuai dengan kriteria
layanan semakin kecil.
2. bagi rumah sakit
- program-program yang diadakan dinas kesehatan sesuai dengan masalah
yang ada di rumah sakit, sehingga diharapkan masalah dapat teratasi
dengan lebih cepat dan tepat,
- masalah pelayanan yang berhubungan dengan pengkelasan dapat
terdeteksi sesuai prioritas kepentinganya, sehingga manajemen rumah
sakit dapat memperbaiki secara mendiri tanpa menunggu kebijaksanaan
dinas kesehatan.
3. bagi masyarakat
- tingkat keselamatan masyarakat/pasien lebih terjamin, karena rujukan
yang diberian sudah sesuai dengan pelayanan yang ada.

1.5 Batasan Masalah


Untuk memperoleh hasil penelitian yang dapat memperjelas ruang lingkup
masalah yang akan dibahas, maka perlu dilakukan beberapa pembatasan masalah.
Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. objek penelitian hanya untuk jenis rumah sakit umum di Bandung,
2. data yang digunakan pada penelitian ini adalah data pada tahun 2011 melalui
Dinas Kesehatan Kota Bandung,

5
3. kriteria yang digunakan dalam pengkelasa rumah sakit sesuai dengan
PERMENKES RI NOMOR 340/MENKES/PER/III/2010 tentang Klasifikasi
Rumah Sakit,
4. untuk pengujian dan implementasi hanya menggunakan lima (5) kriteria
untuk tiap kategori dari kriteria yang ada pada PERMENKES RI NOMOR
340/MENKES/PER/III/2010 dan lima (5) data rumah sakit yang akan
dibandingkan.

6
Bab II Tinjauan Pustaka

Berikut ini adalah teori-teori untuk mendukung pembahasan dan analisis


permasalahan yang dikemukakan.

2.1 Penelitian Terkait


Berikut ini adalah beberapa penelitian terkait penentuan pembobotan kriteria
menggunakan metode AHP (Aalytical Hierarchy Process).

1. Penentuan ranking kabupaten Propinsi Sumatra Utara berdasarkan nilai


infrastruktur dengan Metode Analitical Hierarchy Process (AHP)
(Tugas akhir : Bintur Tioria Purba/050813009/ Universitas Sumatra Utara)
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh rangking dari 18 kabupaten
propinsi Sumatera Utara Berdasarkan Nilai Infrastruktur menggunakan AHP.
Berdasarkan analisis diperoleh bahwa Kabupaten Deli Serdang menduduki
rangking pertama. Kabupaten Pakpak Bharat dan Humbang Hasundutan
sebagai rangking terakhir [12].
2. Sistem pendukung keputusan penentuan lokasi pembangunan Tower
Base Transceiver Sation (BST) pada PT. XL Axiata tbk-Medan dengan
metode Analytic Hierarchy Process (AHP)
(Tugas akhir : Mika Indika/051401076/Universitas Sumatra Utara)
Sistem pendukung keputusan untuk proses AHP ini dibuat berdasarkan data
dan norma-norma faktor pemilihan lokasi pembangunan tower bts yang ada
pada Divisi Network Optimization PT. XL Axiata Tbk-Medan. Hasil dari
proses ini berupa nilai prioritas yang akan menjadi pertimbangan bagi
pengambil keputusan untuk memilih lokasi yang tepat sebagai lokasi
pembangunan tower bts yang baru [5].
3. Penerapan metode Analytical Hierarchy Process dalam penerimaan
karyawan pada PT. Pasir Besi Indonesia
(Thesis : Ratih Hafsarah Maharrani/Pascasarjana Teknik Informatika
Universitas Dian Nuswantoro)
Dalam aplikasi ini, pengguna diijinkan untuk menentukan kriteria apa saja
yang dipakai beserta bobot dari kriteria-kriteria tersebut. Dengan perpaduan
antara data kriteria serta bobot yang dimasukkan pengguna dengan data
karyawan yang telah ada di perusahaan, aplikasi akan mampu menghasilkan
rangking masing-masing pelamar berdasarkan besarnya nilai akhir. Semakin
besar nilai seorang pelamar maka semakin bagus rangking yang diberikan
berarti pula semakin sesuai dengan kriteria yang diharapkan oleh perusahaan
[10]
.

7
2.1 Definisi Sistem Informasi
Ada beberapa definisi mengenai sistem informasi dari para ahli dalam bidang
sistem informasi, antara lain [13]:

- Alter (1992) berpendapat bahwa sistem informasi adalah kombinasi


antara prosedur kerja, informasi, orang dan teknologi informasi yang
diorganisasikan untuk mencapai tujuan dalam sebuah organisasi.
- Bodnar dan Hopwwod (1993) berpendapat bahwa sistem informasi adalah
kumpulan perangkat keras dan perangkat lunak yang dirancang untuk
mentransformasikan data ke dalam bentuk informasi yang berguna.
- Gelinas, Oram, dan Wiggins (1990) berpendapat bahwa sistem informasi
adalah suatu sistem buatan manusia yang secara umum terdiri atas
kumpulan komponen berbasis komputer dan manual yang dibuat untuk
menghimpun, menyimpan dan mengelola data serta menyediakan
informasi keluaran kepada para pemakai.
- Hall (2001) berpendapat bahwa sistem informasi adalah sebuah rangkaian
prosedur formal dimana data dikelompokkan, diproses menjadi informasi
untuk tujuan yang spesifik.
- Turban, McLean dan Wetherbe (1999) berpendapat bahwa sistem
informasi adalah kerangka kerja yang mengkoordinasikan sumber daya
(manusia, komputer) untuk mengubah masukan (input) menjadi keluaran
(informasi), guna mencapai sasaran-sasaran perusahaan.

Jadi dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa sistem Informasi
mencakup sejumlah komponen (manusia, komputer, teknologi informasi dan
prosedur kerja), ada sesuatu yang diproses (data menjadi informasi), dan
dimaksudkan untuk mencapai suatu sasaran atau tujuan.

2.2 Sistem Pendukung Keputusan (SPK)


Pada dasarnya Sistem Pendukung Keputusan atau Decision Support System (DSS)
ini merupakan pengembangan lebih lanjut dari sistem informasi manajemen
terkomputerisasi yang dirancang sedemikian rupa sehigga bersifat interaktif
dengan pemakainya. Sifat interaktif ini dimaksudkan untuk memudahkan integrasi
antara berbagai komponen dalam proses pengambilan keputusan seperti prosedur,

8
kebijakan, teknik analisis, serta pengalaman dan wawasan manajerial guna
membentuk suatu kerangka keputusan yang bersifat fleksibel.
Menurut Litlle Sistem Pendukung Keputusan adalah suatu sistem informasi
bebasis komputer yang menghasilkan berbagai alternatif keputusan untuk
membantu manajemen dalam menangani berbagai permasalahan yang terstruktur
ataupun tidak terstruktur dengan menggunakan data dan model. Kata berbasis
komputer merupakan kata kunci, karena hampir tidak mungkin membangun SPK
tanpa memanfaatkan komputer sebagai alat bantu, terutama untuk menyimpan
data serta mengelola model.

2.1.1 Ciri-ciri Sistem Pendukung Keputusan


Menurut Kosasi adapun ciri-ciri sebuah DSS seperti yang dirumuskan oleh Alters
Keen adalah sebagai berikut [8]:

1. DSS ditujukan untuk membantu pengambilan keputusan-keputusan yang


kurang terstruktur dan umumnya dihadapi oleh para manajer yang berada
di tingkat puncak,
2. DSS merupakan gabungan antara kumpulan model kualitatif dan
kumpulan data,
3. DSS memiliki fasilitas interaktif yang dapat mempermudah hubungan
antara manusia dengan komputer,
4. DSS bersifat luwes dan dapat menyesuaikan dengan perubahan-perubahan
yang terjadi.

2.1.2 Karakteristik, Kemampuan dan Keterbatasan SPK


Sehubungan banyaknya definisi yang dikemukakan mengenai pengertian dan
penerapan dari sebuah DSS, sehingga menyebabkan terdapat banyak sekali
pandangan mengenai sistem tersebut. Selanjutnya Turban (1996), menjelaskan
terdapat sejumlah karakteristik dan kemampuan dari DSS yaitu [14]:

1. Karakteristik DSS
a. mendukung seluruh kegiatan organisasi,
b. mendukung beberapa keputusan yang saling berinteraksi,
c. dapat digunakan berulang kali dan bersifat konstan,

9
d. terdapat dua komponen utama, yaitu data dan model,
e. menggunakan baik data eksternal dan internal,
f. memiliki kemampuan what-if analysis dan goal seeking analysis,
g. menggunakan beberapa model kuantitatif.
2. Kemampuan DSS
a. menunjang pembuatan keputusan manajemen dalam menangani
masalah semi terstruktur dan tidak terstruktur,
b. membantu manajer pada berbagai tingkatan manajemen, mulai dari
manajemen tingkat atas sampai manajemen tingkat bawah,
c. menunjang pembuatan keputusan secara kelompok maupun
perorangan,
d. menunjang pembuatan keputusan yang saling bergantung dan
berurutan,
e. menunjang tahap-tahap pembuatan keputusan antara lain intelligensi,
desain, choice, dan implementation,
f. menunjang berbagai bentuk proses pembuatan keputusan dan jenis
keputusan,
g. kemampuan untuk melakukan adaptasi setiap saat dan bersifat
fleksibel,
h. kemudahan melakukan interaksi sistem,
i. meningkatkan efektivitas dalam pembuatan keputusan daripada
efisiensi,
j. mudah dikembangkan oleh pemakai akhir,
k. kemampuan pemodelan dan analisis pembuatan keputusan,
l. kemudahan melakukan pengaksesan berbagai sumber dan format data.
3. Keterbatasan DSS
a. ada beberapa kemampuan manajemen dan bakat manusia yang tidak
dapat dimodelkan, sehingga model yang ada dalam sistem tidak
semuanya mencerminkan persoalan sebenarnya,
b. kemampuan suatu SPK terbatas pada pembendaharaan pengetahuan
yang dimilikinya (pengetahuan dasar serta model dasar),

10
c. proses-proses yang dapat dilakukan oleh SPK biasanya tergantung juga
pada kemampuan perangkat lunak yang digunakannya,
d. SPK tidak memiliki kemampuan intuisi seperti yang dimiliki oleh
manusia. Karena walau bagaimana pun canggihnya suatu SPK,
hanyalah sautu kumpulan perangkat keras, perangakat lunak dan
sistem operasi yang tidak dilengkapi dengan kemampuan berpikir.

2.1.3 Komponen - Komponen Sistem Pendukung Keputusan


Sistem Pendukung Keputusan terdiri dari tiga komponen utama atau subsistem
yaitu [14]:

1. Subsistem Data (Data Subsystem)


Subsistem data merupakan komponen SPK penyedia data bagi sistem.
Data dimaksud disimpan dalam database yang diorganisasikan oleh suatu
sistem dengan sistem manajemen pangkalan data (DataBase Management
System/ DBMS). Melalui pangkalan data inilah data dapat diambil dan
diekstrasi dengan cepat.
2. Subsistem Model (Model Subsystem)
Keunikan dari SPK adalah kemampuannya dalam mengintegrasikan data
dengan model - model keputusan. Model merupakan peniruan dari alam
nyata. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah pada setiap model yang
disimpan hendaknya ditambahkan rincian keterangan dan penjelasan yang
komprehensif mengenai model yang dibuat, sehingga pengguna atau
perancang:
a. mampu membuat model yang baru secara mudah dan cepat,
b. mampu menghubungkan model dengan model yang lain melalui
pangkalan data,
c. mampu mengelola model base dengan fungsi manajemen yang analog
dengan manajemen database.
3. Subsistem Dialog (User System Interface)
Keunikan lain dari SPK adalah adanya fasilitas yang mampu
mengintegrasikan sistem terpasang dengan pengguna secara interaktif.
Melaui subsistem dialog inilah sistem diartikulasikan dan

11
diimplementasikan sehingga pengguna dapat berkomunikasi dengan
sistem yang dirancang. Fasilitas yang dimiliki oleh subsistem ini dapat
dibagi menjadi tiga komponen, yaitu:
a. bahasa aktif (Action Language), perangkat yang digunakan untuk
berkomunikasi dengan sistem, seperti keyboard, joystick, panel-panel
sentuh lain, perintah suara atau key function lainnya,
b. bahasa tampilan (Presentation Language), perangkat yang digunakan
sebagai sarana untuk menampilkan sesuatu, seperti printer, grafik
display, plotter, dan lainnya.
c. basis pengetahuan (Knowladge Base), perangkat yang harus diketahui
pengguna agar pemakaian sistem bisa efektif.

2.1.4 Tahapan Proses Pengambilan Keputusan


Menurut Simon ada 4 tahap yang harus dilalui dalam proses pengambilan
keputusan, yaitu [14]:

1. Penelusuran (intelligence)
Tahap ini merupakan tahap pendefinisian masalah serta identifikasi
informasi yang dibutuhkan yang berkaitan dengan persoalan yang di
hadapi serta keputusan yang akan di ambil.
2. Perancangan (design)
Tahap ini merupakan tahap analisa dalam kaitan mencari atau
merumuskan alternatif-alternatif pemecahan masalah.
3. Pemilihan (choose)
Yaitu memilih alternatif solusi yang diperkirakan paling sesuai.
4. Implementasi (implementation)
Tahap ini merupakan tahap pelaksanaan dari keputusan yang telah
diambil.

2.3 Analytical Hierarchy Process (AHP)


AHP merupakan salah satu metode untuk membantu menyusun suatu prioritas
dari berbagai pilihan dengan menggunakan berbagai kriteria. Karena sifatnya
yang multikriteria, AHP cukup banyak digunakan dalam penyusunan prioritas. Di
samping bersifat multikriteria, AHP juga didasarkan pada suatu proses yang

12
terstruktur dan logis. Pemilihan atau penyusunan prioritas dilakukan dengan suatu
prosedur yang logis dan terstuktur.
Metode AHP merupakan salah satu model untuk pengambilan keputusan yang
dapat membantu kerangka berfikir manusia. Metode ini mula-mula dikembangkan
oleh Thomas L. Saaty pada tahun 70-an. Dasar berpikirnya metode AHP adalah
proses membentuk skor secara numerik untuk menyusun rangking setiap alternatif
keputusan berbasis pada bagaimana sebaiknya alternatif itu dicocokkan dengan
kriteria pembuat keputusan.
Proses pengambilan keputusan pada dasarnya adalah memilih suatu alternatif.
Peralatan utama AHP adalah sebuah hirarki fungsional dengan input utamanya
persepsi manusia. Dengan hirarki, suatu masalah kompleks dan tidak terstruktur
dipecahkan ke dalam kelompok-kelompoknya. Kemudian kelompok-kelompok
tersebut diatur menjadi suatu bentuk hirarki [11].

2.2.1 Langkah-Langkah Analytical Hierarchy Process


Pada dasarnya langkah-langkah dalam metode AHP meliputi [11]:

1. mendefinisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan,


2. membuat struktur hirarki yang diawali dengan tujuan umum, dilanjutkan
dengan subtujuan-subtujuan kriteria dan kemungkinan alternatif-alternatif
pada tingkatan kriteria yang paling bawah,
3. menentukan matriks perbandingan berpasangan yang menggambarkan
kontribusi relatif atau pengaruh setiap elemen terhadap masing-masing
tujuan atau kriteria yang setingkat di atasnya,
4. melakukan perbandingan berpasangan sehingga sehingga diperoleh
judgment seluruhnya sebanyak n x [(n-1)/2] buah, dengan n adalah
banyaknya elemen yang dibandingkan,
5. menghitung nilai eigen dan menguji konsistensinya ,jika tidak konsisten
maka pengambilan data diulangi,
6. mengulang langkah 3, 4, dan 5 untuk seluruh tingkat hirarki,
7. menghitung vektor eigen dari setiap matriks perbandingan berpasangan,
8. memeriksa konsistensi hirarki. jika nilainya lebih dari 10% maka penilaian
data judgment harus diperbaiki.

13
2.2.2 Prinsip - Prinsip Analytical Hierarchy Process
Menurut Mulyono Dalam menentukan proiritas AHP menggunakan prinsip -
prinsip sebagai berikut [11]:

1. Decomposition
Setelah persoalan didefenisikan, maka perlu dilakukan decomposition
yaitu memecah persoalan yang utuh menjadi unsur – unsurnya.

Table II-1 Intensitas kepentingan kriteria


Intensitas Kepentingan Keterangan
1 Kedua elemen sama pentingnya
Elemen yang satu sedikit lebih penting daripada
3
elemen yang lainnya
Elemen yang satu lebih penting daripada elemen
5
yang lainnya
Satu elemen jelas lebih mutlak penting daripada
7
elemen lainnya
Satu elemen mutlak penting daripada elemen
9
lainnya
Nilai-nilai antara dua nilai pertimbangan yang
2,4,6,8
berdekatan
Jika untuk aktifitas i mendapat satu angka
Kebalikan dibanding dengan aktifitas j, maka j mempunyai
nilai kebalikannya dibanding nilai i

2. Comparative judgment (penilaian kriteria dan alternatif)


Prinsip ini memberikan penilaian tentang kepentingan relatif dua elemen
pada suatu tingkat tertentu dalam kaitannya dengan tingkat diatasnya.
3. Synthesis of priority (Menentukan Prioritas)
Dari setiap matriks pairwise comparison kemudian dicari eigenvectornya
untuk mendapatkan local priority.
4. Logical Consistency (konsistensi logis)
Konsistensi memiliki dua makna. Pertama, objek-objek serupa yang
dikelompokkan sesuai dengan keseragaman dan relevansi. Kedua,

14
menyangkut tingkat hubungan antar objek yang didasarkan pada kriteria
tertentu.

2.2.3 Uji Konsistensi Indeks dan Rasio


Saaty telah membuktikan bahwa Indeks konsistensi dari matriks berordo n dapat
diperoleh dengan rumus : CI= (λ.max-n)/(n-1)

- CI = Rasio penyimpangan (deviasi) konsistensi (consistency index)


- λ-max = Nilai eigen terbesar dari matriks berordo n

Apabila CI bernilai nol, berarti matriks konsisten, batas ketidakkonsistensi yang


ditetapkan Saaty diukur dengan menggunakan Rasio Konsistensi (CR), yakni
perbandingan indeks konsistensi dengan nilai random indeks (RI) yang
diperlihatkan seperti tabel II-2

Table II-2 Tabel random index (RI)


N (Ordo) RI (Random Index)
1 0.000
2 0.000
3 0.580
4 0.900
5 1.120
6 1.240
7 1.320
8 1.410
9 1.450
10 1.490
11 1.510
12 1.480
13 1.560
14 1.570
15 1.590

John DeSchutter membuat rumus RI untuk n yang cukup besar sebagai berikut:

RI=1.98*((n-2)/n)

15
Bila matriks bernilai CR lebih kecil dari 0.100, ketidak konsitenan pendapat
masih dapat diterima , jika tidak maka penilaian perlu diulang [12].

2.2.4 Kelebihan AHP


Adapun yang menjadi kelebihan dengan menggunakan metode AHP
dibandingkan yang lainnya adalah [11]:

1. Struktur yang berbentuk hirarki sebagai konsekuensi dari kriteria yang


dipillih sampai pada subkriteria yang paling dalam.
2. Memperhatikan validitas sampai dengan batas toleransi inkonsistensi
berbagai kriteria dan alternatif yang dipilih oleh para pengambil
keputusan.
3. Memperhitungkan daya tahan atau ketahanan keluaran analisis sensitivitas
pembuat keputusan.

Selain itu metode AHP mempunyai kemampuan untuk memecahkan masalah


yang multiobjektif dan multikriteria yang berdasar pada perbandingan preferensi
dari setiap elemen dalam hierarki. Jadi, metode AHP merupakan suatu bentuk
pemodelan pembuatan keputusan yang sangat komprehensif.

2.4 Pengkelasan Rumah Sakit Umum


Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan
rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Berdasarkan jenis pelayanannya rumah
sakit dibagi menjadi dua jenis, yaitu rumah sakit umum, dan rumah sakit khusus.

Rumah sakit umum adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan
pada semua bidang dan jenis penyakit. Sedangkan rumah sakit khusus adalah
rumah sakit yang memberikan pelayanan utama pada satu bidang atau satu jenis
penyakit tertentu, berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur, organ atau jenis
penyakit.

Klasifikasi rumah sakit adalah pengelompokan kelas rumah sakit berdasarkan


fasilitas dan kemampuan pelayanan. yang dimaksud fasiitas disini adalah segala
sesuatu hal yang menyangkut sarana, prasarana maupun alat (baik alat medik

16
maupun alat non medik) yang dibutuhkan oleh rumah sakit dalam memberikan
pelayanan yang sebaik-baiknya bagi pasien.

Berdasarkan fasilitas dan kemampuan pelayanan, rumah sakit umum


diklasifikasikan menjadi 4, yaitu: Rumah Sakit Umum Kelas A, Rumah Sakit
Umum Kelas B, Rumah Sakit Umum Kelas C, dan Rumah Sakit Umum Kelas D.
Klasifikasi rumah sakit umum ditetapkan berdasarkan: pelayanan, sumber daya
manusia, peralatan, sarana dan prasarana dan administrasi dan manajemen.

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor : 340/MENKES/PER/III/2010


Tanggal : 11 Maret 2010, kriteria klasifikasi rumah sakit umum dijelaskan seperti
tabel dibawah ini [7]:

Table II-3 Kriteria klasifikasi rumah sakit


KRITERIA A B C D KETERANGAN
I. PELAYANAN
A. Pelayanan Medik Umum
1. Pelayanan medic dasar + + + +
2. Pelayanan medic gigi mulut + + + +
3. Pelayanan KIA/KB + + + +
B. Pelayanan Gawat Darurat
1. 24 jam dan 7 hari seminggu + + + +
C. Pelayanan Medik Dasar
1. Penyakit Dalam + + + +/- Untuk kelas D minimal
ada 2 dari 4 Pelayanan
Medik Spesialis Dasar
2. Kesehatan Anak + + + +/-
3. Bedah + + + +/-
4. Obstetri & Ginekologi + + + +/-
D. Pelayanan Spesialis Penunjang
Medik
1. Radiologi + + + +
2. Patologi Klinik + + + +
3. Anestiologi + + + -
4. Rehabilitasi Medik + + - -
5. Patologi Anatomi + - - -
E. Pelayanan Medik Spesialis
Lain
1. Mata + +/- - - Untuk kelas B minimal
8 dari 13 Pelayanan
Medik Spesialis
2. Telinga Hidung Tenggorokan + +/- - -
3. Syaraf + +/- - -
4. Jantung dan Pembuluh Darah + +/- - -
5. Kulit dan Kelamin + +/- - -
6. Kedokteran Jiwa + +/- - -
7. Paru + +/- - -
8. Orthopedi + +/- - -
9. Urologi + +/- - -
10. Bedah Syaraf + +/- - -
11. Bedah Plastik + +/- - -
12. Kedokteran Forensik + +/- - -

17
F. Pelayanan Medik Spesialis
Gigi Mulut
1. Bedah Mulut + + +/- - Untuk kelas C minimal
ada 1 dari 7 Pelayanan
Medik Spesialis Gigi
Mulut
2. Konservasi/Endodonsi + + +/- -
3. Orthodonti + + +/- -
4. Periodonti + - +/- -
5. Prosthodonti + - +/- -
6. Pedodonsi + - +/- -
7. Penyakit Mulut + - +/- -
G. Pelayanan Medik Subspesialis
1. Bedah + +/- - Untuk kelas B minimal
ada 2 dari 4 Pelayanan
Subspesialis Dasar
2. Penyakit Dalam + +/- -
3. Kesehatan Anak + +/- -
4. Obstetri dan Ginekologi + +/- -
5. Mata + - -
6. Telinga Hidung Tenggorokan + - -
7. Syaraf + - -
8. Jantung dan Pembuluh Darah + - -
9. Kulit dan Kelamin + - -
10. Jiwa + - -
11. Paru + - -
12. Orthopedi + - -
13. Gigi Mulut + - -
H. Pelayanan keperawatan dan
kebidanan
1. Asuhan Keperawatan + + + +
2. Asuhan Kebidanan + + + +
I. Pelayanan Penunjang Klinik
1. Perawatan Intensif + + + - Kelas D cukup HCU
2. Pelayanan Darah + + + +
3. Gizi + + + +
4. Farmasi + + + +
5. Sterilisasi instrument + + + +
6. Rekap medic + + + +
J. Pelayanan Penunjang Non
Klinik
1. Laundry/Linen + + + +
2. Jas Boga/Dapur + + + +
3. Teknik dan Pemeliharaan + + + +
Fasilitas
4. Pengelolaan Limbah + + + +
5. Gudang + + + +
6. Ambulance + + + +
7. Komunikasi + + + +
8. Kamar Jenazah + + + +
9. Pemadam Kebakaran + + + +
10. Pengelolaan Gas Medik + + + +
11. Penampungan Air Bersih + + + +
II. SUMBER DAYA MANUSIA
A. Pelayanan medic dasar,
masing-masing minimal:
- 18 Dokter umum & 4 + - - - Tenaga tetap
dokter gigi
- 12 Dokter umum & 3 - + - - Tenaga tetap
dokter gigi
- 9 Dokter umum & 2 dokter - - + - Tenaga tetap
gigi

18
- 4 Dokter umum & 1 dokter - - - + Tenaga tetap
gigi
B. 4 Pelayanan medic spesialis
dasar, masing-masing
minimal:
- 6 Dokter spesialis + - - - Min. 8 tenaga tetap dari
24 tenaga
- 3 Dokter spesialis - + - - Min. 4 tenaga tetap dari
12 tenaga
- 2 Dokter spesialis - - + - Min. 4 tenaga tetap dari
8 tenaga
- 1 Dokter spesialis (2 dari 4 - - - + Min. 2 tenaga tetap
spesialis dasar)
C. 12 Pelayanan medic spesialis
lain, masing-masing minimal:
- 3 Dokter spesialis + - - - Min 12 tenaga tetap
dari 36 tenaga
- 1 Dokter spesialis (8 dari - + - - Min 8 tenaga tetap dari
12 pelayanan spes) 12 tenaga
D. 13 Pelayanan mesik sub
spesialis, masing-masing
minimal:
- 2 Dokter spesialis + - - - Min 13 tenaga tetap
dari 26 tenaga
- 1 Dokter spesialis (2 dari 4 - + - - Min 2 tenaga tetap dari
spesialis dasar) 4 tenaga
E. Pelayanan medic spesialis
penunjang, masing-masing
minimal:
- 3 Dokter spesialis (dari 5 + Min. 5 tenaga tetap dari
yan spes) 15 tenaga
- 2 Dokter spesialis (dari 4 + Min. 4 tenaga tetap dari
yan spes) 8 tenaga
- 1 Dokter spesialis (dari 2 + Min. 2 tenaga tetap
yan spes)
F. 7 Pelayanan medic spesialis
gigi dan mulut, masing-
masinh:
- 1 Dokter gigi spesialis + Min. 7 tenaga tetap
- 1 Dokter gigi spesialis (3 + Min. 3 tenaga tetap
dari 7 pelayanan spes)
- 1 Dokter gigi spesialis (3 + Min. 1 tenaga tetap
dari 7 pelayanan spes)
G. Sumber Daya Manusis RS
- Keperawatan (perawat dan 1:1 1:1 2:3 2:3
Bidan)
- Kefarmasian + + + +
- Gizi + + + +
- Keterapian Fisik + + + +
- Keteknisan Medik + + + +
- Petugas Rekap Medis + + + +
- Petugas IPSRS + + + +
- Petugas Pengelola Limbah + + + +
- Petugas Kamar Jenazah + + + +
III. PERALATAN
1. Peralatan medis di Instalasi + + + +
Gawat Darurat
2. Peralatan medis di Instalasi + + + +
Rawat Jalan
3. Peralatan medis di Instalasi + + + +
Rawat Inap
4. Peralatan medis di Instalasi + + + - Kelas D cukup HCU

19
Rawat Intensif
5. Peralatan medis di Instalasi + + + +
Tindakan Operasi
6. Peralatan medis di Instalasi + + + +
Persalinan
7. Peralatan medis di Instalasi + + + +
Radiologi
8. Peralatan medis di Instalasi + + + -
Anestesia
9. Peralatan medis Laboratorium + + + -
Klinik
10. Peralatan medis Farmasi + + + +
11. Peralatan medis di Instalasi + + + -
Pelayanan Darah
12. Peralatan medis Rehabilitasi + + + +
Medik
13. Peralatan medis di Instalasi Gizi + + + +
14. Peralatan medis Kamar Jenazah + + + +
IV. SARANA & PRASARANA
1. Bangunan/ Ruang Gawat + + + +
Darurat
2. Bangunan/ Ruang Rawat Jalan + + + +
3. Bangunan/ Ruang Rawat Inap + + + +
4. Bangunan/ Ruang Bedah + + + +
5. Bangunan/ Ruang Rawat + + + -
Intensif
6. Bangunan/ Ruang Isolasi + + + -
7. Bangunan/ Ruang Radiologi + + + +
8. Bangunan/ Ruang Laboratorium + + + +
Klinik
9. Bangunan/ Ruang Farmasi + + + +
10. Bangunan/ Ruang Gizi + + + +
11. Bangunan/ Ruang Rehabilitasi + + + +
Medik
12. Bangunan/ Ruang pemeliharaan + + + +
Sarana Prasarana
13. Bangunan/ Ruang Pengolahan + + + +
Limbah
14. Ruang Sterilisasi + + + +
15. Bangunan/ Ruang Laundry + + + + Kelas A&B harus
CSSD
16. Bangunan/ Ruang Pemulasaraan + + + +
Jenazah
17. Bangunan/ Ruang Administrasi + + + +
18. Bangunan/ Ruang Gudang + + + +
19. Bangunan/ Ruang Sanitasi + + + +
20. Bangunan/ Ruang Dinas Asrama + + + +
21. Ambulan + + + +
22. Ruang Komite Medis + + + +
23. Ruang PKMRS + + + +
24. Ruang Perpustakaan + +/- - - Khusus RS Pendidikan
25. Ruang jaga Ko Ass + +/- - - Khusus RS Pendidikan
26. Ruang Pertemuan + + + +
27. Bangunan /Ruangan Diklat + +/- - -
28. Ruang Diskusi + +/- - -
29. Skill Lab dan Audio Visual + - - - Khusus RS Pendidikan
30. Sistem Informasi Rumah Sakit + + + +
31. Sistem Dokumentasi Medis + - - -
Pendidikan
32. Listrik + + + +
33. Air + + + +
34. Gas medis + + + +

20
35. Limbah Cair + + + +
36. Limbah Padat + + + -
37. Penanganan Kebakaran + + + +
38. Perangkat Komunikasi (24 jam) + + + +
39. Tempat Tidur >400 >200 >100 >50
V. ADMINISTRASI &
MANAJEMEN
1. Status Badan Hukum + + + +
2. Struktur Organisasi + + + +
3. Tataletak/ Tata Kerja/ Uraian + + + +
Tugas
4. Peraturan Internal Rumah Sakit + + + +
(HBL & MSBL)
5. Komite Medik + + + +
6. Komite Etik & Hukum + + + +
7. Surat Pemeriksaan Internal (SPI) + + + +
8. Surat Izin Praktek Dokter + + + +
9. Perjanjian Kerjasama Rumah + + + +
Sakit & Dokter
10. Akreditasi RS + + + -

2.5 Siklus Hidup Sistem Informasi

Siklus hidup sistem informasi dimulai dari perencanaan, pengembangan (survei,


analisa, desain, pembuatan, implementasi, pemeliharaan) dan dievaluasi secara
terus menerus untuk mendapatkan apakah sistem informasi tersebut masih layak
diaplikasikan, jika tidak, sistem informasi tersebut akan diganti dengan yang baru
dan dimulai dari perencanaan kembali [13].

Gambar II-1 Siklus hidup sistem informasi

1. Tahap Perancangan
Perencanaan pengembanan sistem informasi bertujuan untuk
mengidentifikasi dan memprioritaskan sistem informasi apa yang akan

21
dikembangkan, sasaran yang ingin dicapai, jangka waktu pelaksanaan
serta mempertimbangkan dana yang tersedia dan siapa yang akan
melaksanakan. Perencanaan sistem dapat mencakup keseluruhan unit
bisnis maupun secara departemen dengan memperhatikan misi dari usaha
bisnis tersebut. Perencanaan dimulai setelah adanya usulan baik dari intern
maupun ekstern, dilanjutkan dengan keputusan manajemen.
2. Tahap Pengembangan Sistem Informasi
Tahap pengembangan sistem informasi disebut juga Siklus Hidup
Pengembangan Sistem Informasi yang garis besarnya (tahapan umumnya)
terdiri dari enam langkah. Tahapan-tahapan pekerjaan dalam pelaksanaan
tidak harus kaku namun dapat disesuaikan dengan kebutuhan. Tahapan
tersebut antara lain :
a. survei, bertujuan untuk mengetahui ruang lingkup pekerjaan,
b. analisis, bertujuan untuk memahami sistem yang ada, mengidentifikasi
masalah dan mencari solusinya,
c. desain, bertujuan mendesain sistem baru yang dapat menyelesaikan
masalahmasalah yang dihapdai perusahaan,
d. coding (program), membuat sistem baru / membuat program sistem
yang akan dikemabangkan,
e. impelementasi, bertujuan untuk mengimplementasikan sistem yang
baru,
f. pemeliharaan, bertujuan agar sistem dapat berjalan secara optimal.
Ada beberapa cara dapat ditempuh dalam penerapan tahapan
pengembangan sistem informasi, yaitu secara berurutan (waterfall model),
iterasi dan spiral.
Waterfall, setipa tahapan harus diselesaikan terlebih dahulu secara penuh
sebelum meneruskan ke tahapan berikutnya, dengan tujuan menghindari
terjadinya pengulangan tahapan tersebut. Proses ini lebih cocok untuk
diterapkan dalam pengembangan “mass product”.

22
Gambar II-2 Tahap metode waterfall

Iterasi dan Spiral, tahapan-tahapan tersebut dilakasanakan dengan


memakai teknik iterasi / pengulangan dimana suatu proses dilaksanakan
secara berulang-ulang sampai mendapatkan hasil yang diinginkan.
Umumnya proses ini diaplikasikan untuk pembuatan “Tailor Made
Product”.
3. Tahap Evaluasi
Evaluasi perlu dilakukan untuk memastikan bahwa pelaksanaan
pengembangan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan baik dari segi
waktu, biaya maupun secara teknis.
a. Evaluasi saat pengembangan
Pada saat pengembangan sistem informasi perlu dievaluasi apakah
sesuai dengan rencana, jadwal dan sebagainya. Dengan demikian
setiap penyimpanan dapat diatasi sedini mungkin.
b. Evaluasi saat penyerahan
Sistem yang telah dikembangkan, perlu dites apakah program dapat
berfungsi sebagai mana yang diharapkan seperti efisiensi sistem baru,
waktu respon, kelengkapan informasi yang disajikan dan sebagainya.
Setelah semua dievaluasi, dan sistem tersebut dinyatakan dapat
diterima, maka perlu dibuat suatu berita acara penyerahan sebagai
bukti telah selesainya pengembangan sistem tersebut.

23
c. Evaluasi saat pengoprasian
Dalam pengoperasian sehari-hari sistem tersebut masih perlu
dievaluasi, tetapi tidak perlu seintensif pada saat pengembangan
ataupun pada saat penyerahan. Evaluasi dapat dilakukan misalnya
setengah tahun, satu tahun atau sesuai kebutuhan.
Hasil dari proses evaluasi menjadi masukkan bagi manajemen dalam
menentukan apakah sistem yang berjalan harus dipertahankan atau
diganti dengan sistem yang baru. Jika diambil keputusan untuk
membangun sistem yang baru menggantikan sistem yang ada, maka
harus kembali ke proses perencanaan. Demikian proses ini berjalan
secara terus menerus, sehingga membentuk sebuah siklus.

2.6 Metodologi Pemodelan Sistem

Ada tiga alasan mengapa kita melakukan pemodelan sistem, yaitu [13]:

1. Dapat memfokuskan perhatian pada hal yang lebih penting dalam sistem
tanpa mesti terlibat lebih jauh.
2. Mendiskusikan perubahan dan koreksi terhadap kebutuhan pemakai
dengan resiko dan biaya minimal.
3. Menguji pengertian penganalisa sistem terhadap kebutuhan pemakai dan
membantu pendesaian sistem dan programmer dalam membangun sistem.

Tetapi ada banyak bentuk model yang dapat kita gunakan dalam perancangan
sistem antara lain model narasi, model prototipe, model grafis, dll. Dalam hal ini
tidak jadi masalah model mana yang akan digunakan, yang jelas harus sampai
mereperesentasikan visualisasi bentuk sistem yang diinginkan pemakai, karena
sistem akhir yang dibuat bagi pemakai akan diturunkan dari model.

Dari perkembangannya sampai sekarang, metodologi sistem informasi dapat


dikelompokkan menjadi empat ditinjau dari alat untuk membuat model dan
paradigma. Keempat metodologi tersebut terdiri dari [13]:

1. Metodologi berorientasi keluaran (output)


Sebelum alat bantu pemodelan sistem dikembangkan, kebanyakan para
perancang sistem menggunakan pendekatan berbasis keluaran atau sering

24
disebut pendekatan klasik (trasisononal). Metode ini diperkenalkan sekitar
tahun 1960 dengan memberikan tahapan dalam pengembangan sistem
tanpa dibekali dengan teknik dan peranti (tools) yang memadai seperti cara
menganalisa, menggambarkan sistem, sehingga sering juga disebut
metodologi System Development Life Cycle (SDLC).
2. Metodologi berorientasi proses (process)
Metodologi ini disebut juga dengan metodologi analisa dan desain,
diperkenalkan sekitar tahun 1970 dan masih mendominasi dalam sistem
pengembangan sistem sampai saat ini, karena metodologi ini telah
dilengkapi dengan alat-alat (tools) dan teknik-teknik yang dibutuhkan
dalam pengembangan sistem khususnya pemrograman terstruktur /
modular. Fokus utama metodologi ini pada proses dengan
menggambarkan dunia nyata memakai
diagram arus data.
3. Metodologi berorientasi data
Metodologi ini disebut juga metodologi model informasi, diperkenaklan
sekitar tahun 1980an dengan banyaknya perusahaan menggunakan
“Relational Database Management System”. Alat yang digunakan untuk
membuat model ialah Entity Relationship Diagram (ERD). Fokus utamam
metodologi ini adalah data, diaman dunia nyata digambarkan dalam
bentuk entitas, atribut data serta hubungan atar data tersebut.
4. Object Oriented / Metodologi Berorientasi Objek
Metodologi ini diperkenalksan sekitar tahun 1990 sebagai pelengkap untuk
pemrograman yang terlebih dahulu telah mengadopsi metode berorientasi
objek. Beberapa alat dan teknik yang dapat digunakan antara lain dynamic
dan static object-oriented model, state transisition diagram dan case
scenario.
Fokus utama metodologi ini pada objek, dengan melihat suatu sistem
terdiri dari objek yang saling berhubungan dengan beberapa cara untuk
mencapai suatu tujuan. Objek dapat digambarkan sebagai benda, orang,
tempat dan sebaginya yang mempunyai atribut dan method.

25
2.7 Alat Pemodelan Sistem UML

Kesuksesan suatu pemodelan piranti lunak ditentukan oleh tiga unsur, yang
kemudian terkenal dengan sebutan segitiga sukses (the triangle for success).
Ketiga unsur tersebut adalah metode pemodelan (notation), proses (process) dan
tool yang digunakan.

Memahami notasi pemodelan tanpa mengetahui cara pemakaian yang sebenarnya


(proses) akan membuat proyek gagal. Dan pemahaman terhadap metode
pemodelan dan proses disempurnakan dengan penggunaan tool yang tepat.

2.6.1 Pengertian UML


UML (Unified Modeling Language) adalah tool pemodelan secara visual sebagai
sarana untuk merancang dan atau membuat software berorientasi objek. Karena
UML ini merupakan bahasa visual untuk pemodelan bahasa berorientasi objek,
maka semua elemen dan diagram berbasiskan pada paradigma object oriented [3].

2.6.2 UML Diagrams


UML sendiri terdiri atas pengelompokkan diagram-diagram sistem menurut aspek
atau sudut pandang tertentu. Diagram adalah yang menggambarkan permasalahan
maupun solusi dari permasalahan suatu model. UML mempunyai 8 diagram, yaitu
[3]
:

1. Diagram Use Case


Diagram Use Case menggambarkan apa saja aktifitas yang dilakukan oleh
suatu sistem dari sudut pandang pengamatan luar. yang menjadi persoalan
itu apa yang dilakukan bukan bagaimana melakukannya.
2. Diagram Class
Diagram Class memberikan pandangan secara luas dari suatu sistem
dengan menunjukan kelas-kelasnya dan hubungan mereka. Diagram Class
bersifat statis, menggambarkan hubungan apa yang terjadi bukan apa yang
terjadi jika mereka berhubungan.
Setiap diagram Class memiliki Class (kelas), association, dan multiplicity.
Sedangkan navigability (alur arah) dan role (kegiatan) merupakan optional
(tidak diharuskan).

26
3. Diagram Package
Untuk mengatur pengorganisasian Diagram Class yang kompleks, dapat
dilakukan pengelompokan kelas-kelas berupa package (paket-paket).
Package adalah kumpulan elemen-elemen logika UML.
4. Diagram Sequence
Diagram Class merupakan suatu gambaran model statis. Namun ada juga
yang bersifat dinamis, seperti Diagram Interaction. Diagram sequence
merupakan salah satu diagram Interaction yang menjelaskan bagaimana
suatu operasi itu dilakukan; message (pesan) apa yang dikirim dan kapan
pelaksanaannya. Diagram ini diatur berdasarkan waktu. Obyek-obyek
yang berkaitan dengan proses berjalannya operasi diurutkan dari kiri ke
kanan berdasarkan waktu terjadinya dalam pesan yang terurut.
5. Diagram Collaboration
Diagram Collaboration juga merupakan diagram interaction. Diagram
membawa informasi yang sama dengan Diagram Sequence, tetapi lebih
memusatkan atau memfokuskan pada kegiatan obyek dari waktu pesan itu
dikirimkan.
6. Diagram StateChart
Behaviors dan state dimiliki oleh obyek. Keadaan dari suatu obyek
bergantung pada kegiatan dan keadaan yang berlaku pada saat itu.
Diagram StateChart menunjukan kemungkinan dari keadaan obyek dan
proses yang menyebabkan perubahan pada keadaannya.
7. Diagram Activity
Pada dasarnya diagram Activity sering digunakan oleh flowchart. Diagram
ini berhubungan dengan diagram Statechart. Diagram Statechart berfokus
pada obyek yang dalam suatu proses (atau proses menjadi suatu obyek),
diagram Activity berfokus pada aktifitas-aktifitas yang terjadi yang terkait
dalam suatu proses tunggal. Jadi dengan kata lain, diagram ini
menunjukkan bagaimana aktifitas-aktifitas tersebut bergantung satu sama
lain.

27
8. Diagram Component dan Deployment
Component adalah sebuah code module (kode-kode modul). Diagram
Component merupakan fisik sebenarnya dari Diagram Class. Diagram
Deployment menerangkan bahwa konfigurasi fisik software dan hardware.

2.6.3 Langkah-Langkah Penggunaan UML


Ada beberapa tips langkah pengembangan piranti lunak dengan menggunakan
UML, antara lain [3]:

1. buatlah daftar business process dari level tertinggi untuk mendefinisikan


aktivitas dan proses yang mungkin muncul,

2. petakan use case untuk tiap business process untuk mendefinisikan dengan
tepat fungsionalitas yang harus disediakan oleh sistem. Kemudian perhalus
use case diagram dan lengkapi dengan requirement, constraints dan
catatan-catatan lain,

3. buatlah deployment diagram secara kasar untuk mendefinisikan arsitektur


fisik sistem,

4. definisikan requirement lain (non-fungsional, security dan sebagainya)


yang juga harus disediakan oleh sistem,

5. berdasarkan use case diagram, mulailah membuat activity diagram,

6. definisikan objek-objek level atas (package atau domain) dan buatlah


sequence dan/atau collaboration diagram untuk tiap alir pekerjaan. Jika
sebuah use case memiliki kemungkinan alir normal dan error, buatlah satu
diagram untuk masing-masing alir,

7. buatlah rancangan user interface model yang menyediakan antarmuka bagi


pengguna untuk menjalankan skenario use case,

8. berdasarkan model-model yang sudah ada, buatlah class diagram. Setiap


package atau domain dipecah menjadi hirarki class lengkap dengan atribut
dan metodanya. Akan lebih baik jika untuk setiap class dibuat unit test
untuk menguji fungsionalitas class dan interaksi dengan class lain,

28
9. setelah class diagram dibuat, kita dapat melihat kemungkinan
pengelompokan class menjadi komponen-komponen. Karena itu buatlah
component diagram pada tahap ini. Juga, definisikan tes integrasi untuk
setiap komponen meyakinkan ia berinteraksi dengan baik,

10. perhalus deployment diagram yang sudah dibuat. Detilkan kemampuan


dan requirement piranti lunak, sistem operasi, jaringan, dan sebagainya.
Petakan komponen ke dalam node.

11. mulailah membangun sistem. Ada dua pendekatan yang dapat digunakan:

- pendekatan use case, dengan meng-assign setiap use case kepada tim
pengembang tertentu untuk mengembangkan unit code yang lengkap
dengan tes,

- pendekatan komponen, yaitu meng-assign setiap komponen kepada tim


pengembang tertentu.

12. lakukan uji modul dan uji integrasi serta perbaiki model berserta kodenya.
Model harus selalu sesuai dengan kode yang actual,

13. piranti lunak siap dirilis.

2.8 Object Oriented PHP

PHP pada awalnya hanyalah kumpulan script sederhana. Dalam


perkembangannya, selanjutnya ditambahkan sebagai fitur pemrograman
berorientasi objek pada PHP versi 5. Keuntungan menggunakan OOP yaitu
aplikasi yang dikembangkan lebih fleksibel dan terstruktur. Pemrograma
berorientasi objek atau object-oriented programming (OOP) merupakan suatu
pendekatan pemrograman yang menggunakan objct dan class. OOP bukanlah
sekedar cara penulisan sintaks pemrograman yang berbeda, namun lebih dari itu,
didalam OOP setiap bagian dari program adalah objct. Beberapa konsep OOP
dasar, antara lain [1]:

1. Encapsulation (Class dan Object)


digunakan untuk menjaga akses bagi kelas lain yang ingin mengakses
suatu fungsi atau variabel yang ada dengan diberikan atribut tertentu.

29
2. Inheritance (Penurunan Sifat)
yaitu penurunan sifat dari induk ke anak sehingga anak dapat memiliki
sifat yang yang ada pada induknya. Dengan adanya pewarisan, kelas anak
dapat memiliki method yang tidak dimiliki oleh kelas induk.
3. Polymorphisme
Adalah sifat anak yang dimiliki dari induk yang kemudian dibuat ulang
dengan nama yang sama tapi memiliki isi yang berbeda sehingga
memberikan hasil yang berbeda.
2.7.1 Implementasi dasar OOP di PHP

1. Mendefinisikan Class

2. Menambahkan Properties (Variabel)

3. Menambahkan Method (Fungsi)

4. Menambahkan Konstruktor

30
5. Membentuk Objek Class

6. Memanggil fungsi (method) dari class

2.9 Konsep MVC (Model, View, Controller)


Arsitektur Model-View-Controller adalah sebuah pola yang terbukti membangun
proyek secara lebih efektif. Hal itu dilakukan dengan memilah komponen antara
Model, View dan Controller pada bagian - bagian dalam proyek [6].

Gambar II-3 Model konsep MVC

Diagram di atas menunjukkan 3 komponen yang terdapat dalam pola MVC dan
interaksi yang terjadi dari [6]:

1. Model
Pola MVC memiliki layer yang disebut dengan Model yang
merepresentasikan data yang digunakan oleh aplikasi sebagaimana proses
bisnis yang diasosiasikan terhadapnya. Dengan memilahnya sebagai
bagian terpisah, seperti penampungan data, persistence, serta proses
manipulasi, terpisah dari bagian lain aplikasi.

31
Terdapat beberapa kelebihan dalam pendekatan ini. Pertama, membuat
detail dari data dan operasinya dapat ditempatkan pada area yang
ditentukan (Model) dibanding tersebar dalam keseluruhan lingkup
aplikasi. Hal ini memberikan keuntungan dalam proses maintenance
aplikasi.
Kedua, dengan pemisahan total antara data dengan implementasi interface,
komponen model dapat digunakan kembali oleh aplikasi lain yang
memiliki kegunaan yang hampir sama.
2. View
Layer ini mengandung keseluruhan detail dari implementasi user
interface. Disini, komponen grafis menyediakan representasi proses
internal aplikasi dan menuntun alur interaksi user terhadap aplikasi. Tidak
ada layer lain yang berinteraksi dengan user, hanya View.
Penggunaan layer View memiliki beberapa kelebihan : Pertama,
memudahkan pengabungan divisi desain dalam development team. Divisi
desain dapat berkonsentrasi pada style, look & feel, dan sebagainya, dalam
aplikasi tanpa harus memperhatikan lebih pada detail yang lain.
3. Controller
Terakhir, arsitektur MVC memiliki layer Controller. Layer ini
menyediakan detail alur program dan transisi layer, dan juga bertanggung
jawab akan penampungan events yang dibuat oleh user dari View dan
melakukan update terhadap komponen Model menggunakan data yang
dimasukkan oleh user.

32
Bab III Metodologi Penelitian

3.1 Model Konseptual


Model konseptual merupakan konsep pemikiran yang dapat membantu peneliti
untuk merumuskan pemecahan masalah dan membantu dalam merumuskan solusi
dari permasalahan yang ada. Model konseptual dari penelitian ini adalah sebagai
berikut:

Gambar III-1 Model konseptual penelitian

Dalam melakukan penelitian mengenai DSS Pengkelasan Rumah Sakit ini


terdapat tiga faktor inputan yang diperhatikan yakni kondisi dan permasalahan
saat ini, kebijakan mengenai pengkelasan rumah sakit, dan faktor teknologi yang
sedang berkembang saat ini.
Faktor pertama adalah faktor mengenai kondisi dan permasalahan yang ada.
Faktor ini bertujuan untuk menganalisis proses pengkelasan rumah sakit yang ada
saat ini dan masalah yang timbul dari proses yang ada. Permasalahan yng ada di

33
Dinas Kesehatan Kota Bandung yaitu proses pengkelasan rumah sakit masih
menggunakan sistem konvensional. Hal ini mengakibatkan proses pengkelasan
membutuhkan waktu yang lama, dokumentasi tidak tertata rapi, kondisi
pengkelasan menjadi tidak terstruktur karena adanya perbedaan perbandingan
jumlah rumah sakit berdasarkan tipenya di setiap daerah.
Faktor kedua adalah kebijakan yang mengatur proses pengkelasan rumah sakit,
yaitu berdasarkan PERMENKES RI NOMOR 340/MENKES/PER/III/2010
tentang Klasifikasi Rumah Sakit. Kebijakan ini mengatur bagaimana proses
pengkelasan rumah sakit harus dijalankan.
Faktor ketiga adalah teknoloogi yang sedang berkembang dan menjadi tren saat
ini sesuai kebutuhan subjek yang berkaitan. Dari hasil observasi yang ada
teknologi yang dipakai adalah aplikasi berbasis website dengan bahasa
pemrograman yang dipakai berbasis PHP.
Setelah mendapatkan hasil analisis ketiga faktor input tersebut, dilakukan
pengembangan sistem informasi untuk mendukung pemecahan masalah dalam
melakukan pengkelasan rumah sakit. Dalam melakukan pengembangan metode
pengembangan yang digunakan adalah metode Waterfall. Metode ini dipilih
karena lingkup proses dan tujuan yang ada sudah jelas dan tidak terlalu besar.
Sedangkan untuk metode yang digunakan untuk menentukan bobot penilaian tiap
rumah sakit menggunakan metode AHP (Analytical Hierarchy Process).
Untuk aktivitas bisnis yang dibangun dalam DSS Pengkelasan Rumah Sakit ini
terbagi menjadi dua bagian, yaitu aktivitas operasional, dan aktivitas manajemen.
Untuk aktivitas operasional antara lain: input pengontrolan, input data kontrol,
update status pengontrolan, detail pengontrolan, history pengontrolan, reset data
kontrol. Sedangkan untuk aktivitas manajemen terdiri dari: export report per-sesi,
export report per-RS, view report per-RS, view report pembobotan, export report
pembobotan, verifikasi report. Output untuk penelitian tugas akhir ini adalah DSS
Pengkelasan Rumah Sakit.

3.2 Sistematika Penelitian


Berikut ini adalah langkah-langkah yang dilakukan dalam proses pemecahan
masalah pada penelitian ini. Langkah-langkah ini dilakukan untuk mendapatkan

34
solusi optimal yang harus dilakukan perusahaan supaya permasalahan yang ada
dapat diselesaikan dengan baik.

Perumusan Masalah

Penentuan Tujuan Penelitian


Identifikasi
Penelitian Perumusan Kerangka Pemecahan Masalah

Identifikasi kondisi eksisting dan kebutuhan pengguna

Definisi Ruang LIngkup


Survei Sistem

Analisis Business Analisis Business Analisis Business Analisis Business


User Process Ruless Tools

Analisis Business Problems and Solution


Analisis Sistem

Desain Perancangan Desain Perancangan Desain Perancangan


Proses Sistem Database Sistem Interface Sistem

· Diagram Use Case · Diagram Hubungan


· Diagram Class Entitas · Tampilan Layar
· Diagram Package · Stuktur Tabel
Desain Sistem · Diagram Activity
· Diagram Component
dan Deployment

Coding Aplikasi Coding Database Coding Interface

Testing 1
(Functional Testing)
Pembuatan Sistem
Testing 2
(Acceptance Testing)

Implementasi Terbatas

Evaluasi Pengimplementasian
Implementasi

Kesimpulan dan Saran


Kesimpulan & Saran

Keterangan : Metode Waterfall

Metode Penelitian

Gambar III-2 Sistematika Penelitian

35
3.2.1 Survei Sistem
Kegiatan survei ini dilakukan setelah adanya rencan dari pihak Dinas Kesehatan
Kota Bandung untuk membangun DSS Pengkelasan Rumah Sakit Umum yang
ditawarkan. Pada kegiatan survei ini ada dua kegiatan yang dilakukan, yaitu
identifikasi kondisi eksistensi dan kebutuhan pengguna serta definisi ruang
lingkup pekerjaan. Kegiatan survei ini dilakukan dengan melakukan wawancara
dan tinjauan langsung ke Dinas Kesehatan Kota Bandung, di bagian Yankes
Rujukan, serta penelitian terhadap dokumen yang ada.

1. Identifikasi Kondisi Eksistensi dan Kebutuhan Pengguna


Identifikasi kondisi eksistensi dan kebutuhan pengguna dilaksanakan
untuk mengetahui rencana aplikasi yang akan dikembangkan, ruang
lingkup dan jadwal pelaksanaan, software dan hardware yang akan
dipergunakan, serta inventarisasi terhadap sistem/aplikasi yang telah ada
di bagian Yankes Rujukan.
2. Definis Ruang Lingkup
Tujuan dari definisi ruang lingkup adalah untuk mengetahui ruang lingkup
dari DSS Pengkelasan Rumah Sakit Umum yang akan dikembangkan baik
luas cakupan maupun dari tahapan pekerjaan. Kegiatan definisi ruang
lingkup ini dilakukan dengan wawancara langsung dengan pihak Yankes
Rujukan.

3.2.2 Analisis Sistem


Setelah kondisi eksistensi dan kebutuhan pengguna sudah terindikasi serta ruang
lingkup aplikasi dan pekerjaan sudah terdefinisi tahap berikutnya adalah analisis
sistem.

Seperti yang sudah dijelaskan pada bab tinjauan pustaka tahap analisis sistem
merupakan suatu tahap untuk memahami sistem yang ada. Untuk memahami
sistem tersebut dalam analisis sistem ada beberapa poin yang akan dianalisis,
antara lain: business users, analisa jabatan, business process, business ruless,
business problems & solusi, dan business tools.

1. Business Users

36
Business user merupakan personel yang menjalankan suatu bisnis, yang
dapat dimulai dari staff, kasi, kabag / manajer sampai diraktur. Untuk
analisis business user dilakukan dengan wawancara langsung serta
menganalisis dokumen struktur organisasi yang ada di Dinas Kesehatan
Kota Bandung.
2. Business Process
Buseiness process menggambarkan rangkian tugas yang harus diselesaikan
menurut aturan-aturan tertentu untuk mendapatkan suatu hasil. Analisis
business process ini bertujuan untuk mempelajari proses bisnis di Dinas
Kesehatan Kota Bandung yang berkaitan dengan DSS Pengkelasan Rumah
Sakit Umum yang akan dikembangkan, yang nantinya akan berhubungan
dengan proses yang ada didalam DSS Pengkelasan Rumah Sakit Umum.
3. Business Ruless
Business ruless merupakan suatu ketentuan atau aturan untuk menjamin
agar sebuah sistem dapat berjalan seperti yang diharapkan. Tujuan dari
analisis business ruless ini untuk mengidentifikasi aturan bisnis yang ada
di Dinas Kesehatan Kota Bandung, agar nantinya DSS Pengkelasan
Rumah Sakit Umum yang dikembangkan tidak merusak sistem yang ada
atau merugikan Dinas Kesehatan Kota Bandung.
4. Business Tools
Business tools merupakan alat-alat yang digunakan untuk menjalankan
proses bisnis. Tujuan dari analisis business tools ini adalah untuk
mengidentifikasi business tools yang digunakan di Dinas Kesehatan Kota
Bandung, sehingga kelebihan dan kekurangan business tool dapat
terindentifikasi jika DSS Pemantauan Layanan Rumah Sakit diterapkan
disana.

3.2.3 Desain Sistem


Setelah memahami sistem yang ada termask solusi business problems dan
kebutuhan (user reqirement), tahap selanjutnya adalah mendesain sistem baru
agar dapat berjalan lebih baik, dan diharapkan dapat mengatasi masalah-masalah
yang ada serta sedapat mungkin mengatasi kemungkinan-kemungkinan dimasa
yang akan datang. Pada penelitian kali ini tahap desain sistem dibagi menjadi tiga

37
jenis desain sistem, yaitu desain perancangan proses sistem, desain perancangan
database sistem dan desain perancangan interface sistem.

1. Desain Perancangan Proses Sistem


Pada desain perancangan proses sistem peneliti menggunakan pendekatan
berorientasi objek, yaitu dengan menggunakan alat pemodelan UML
(Unified Modeling Language). Dengan menggambarkan beberapa
diagram UML, yaitu: Diagram Use Case, Diagram Sequence, Diagram
Class, Diagram Activity, dan Diagram Deployment.
2. Desain Perancangan Database Sistem
Pada desain perancangan database sistem, peneliti menggunakan
pendekatan berorientasi data, yaitu dengan menggunakan alat pemodelan
Entity Relationship Diagram (ERD) serta Tabel Relasi dan kamus data
sebagai desain pelengkapnya.
3. Desain Perancangan Interface Sistem
Pada desain perancangan interface meliputi struktur menu, tampilan layar
dan level security. Struktur menu adalah pilihan menu yang terdapat pada
antar muka untuk pengguna user backend dan frontend.

3.2.4 Pembuatan Sistem (Coding)


Tahap pembuatan sistem (coding) dilakukan setelah semua desain perancangan
selesai dilakukan. Pembuatan sistem mencakup pembuatan database sistem,
progam aplikasi dan buku petunjuk.

1. Database
Untuk manajemen database peneliti menggunakan aplikasi RDBMS
(Relational Database Management System) PhpMyAdmin yang sudah di-
bundling kedalam aplikasi XAMPP. Untuk pembuatan database
digunakan syntax SQL (Structured Query Language). Pada tahap
pembuatan database ini akan dibuat objek database seperti tabel, skema,
indeks, view, triger dan stored procedure berdasarkan desain perancangan
yang sudah dibuat sebelumnya.
2. Aplikasi

38
Aplikasi yang akan dikembangkan peneliti merupakan aplikasi berbasis
website dan aplikasi pendukung berbasis mobile dengan lingkup client-
server, sehingga pada pembuatan DSS Pengkelasan Rumah Sakit Umum
ini memiliki dua fokus teknologi pengkodean (coding), yaitu teknologi
coding untuk sisi client dan teknologi coding untuk sisi server.
Untuk aplikasi website dari sisi client menggunakan bahasa pemrograman
HTML (HyperText Markup Language), Javascript, dan Cascading Style
Sheet (CSS) dan dari sisi server menggunakan bahasa pemrograman PHP
(Hypertext Preprocessor). Sedangkan untuk aplikasi mobile dari sisi client
menggunakan bahasa pemrograman Java Android, dan untuk sisi server
menggunakan bahasa pemrograman PHP (Hypertext Preprocessor).
3. Testing
Tujuan dari testing adalah untuk mengetahui masih ada atau tidaknya
kesalahan program, kekurangan atau ketidakefisienan sistem yang
dikembangkan. Pada pengembangan DSS Pengkelasan Rumah Sakit
Umum ini tahapan testing dilakukan setelah penyatuan unit-unit program
kemudian diuji secara keseluruhan (sistem testing). Ada dua jenis testing
yang akan dilakukan, yaitu Functional Testing untuk memastikan fungsi
yang ada di aplikasi sudah sesuai dengan perancangan dan Acceptance
Testing yang bertujuan untuk memastikan aplikasi yag dibuat sudah sesuai
dengan kebutuhan end users.

3.2.5 Implementasi Sistem


Setelah dilakukan pengujian terhadap aplikasi secara keseluruhan sehingga
aplikasi sudah sesuai dengan desain perancangan sistem, aplikasi siap untuk
diimplementasikan. Pada penelitian ini implementasi dilakukan di Dinas
Kesehatan Kota Bandung, bagian Yankes Rujukan dan beberapa rumah sakit yang
ada di Bandung. Tahap implementasi DSS Pengkelasan Rumah Sakit Umum ini
terdiri dari dua tahap, yaitu impelmentasi terbatas pada beberapa data rumah sakit,
dan evaluasi implementasi untuk menentukan kesesuaian fungsional, kelebihan,
dan kekurangan sistem yang dibuat.

39
3.2.6 Tahap Kesimpulan dan Saran
Sebagai langkah terakhir, berdasarkan seluruh tahapan sebelumnya akan diambil
kesimpulan dan saran dari hasil penelitian mengenai pengembangan DSS
Pengkelasan Rumah Sakit Umum pada Dinas Kesehatan Kota Bandung ini.
Sedangkan saran yang diberikan untuk kemungkinan dapat dikembangkan bagi
penelitian selanjutnya.

40
Bab IV Analisis dan Perancangan

4.1 Kondisi Eksistensi dan Kebutuhan Pengguna


4.1.1 Gambaran Umum Tentang Dinas Kesehatan Kota Bandung
Dinas Kesehatan Kota Bandung didirikan berdasarkan Peraturan Daerah No. 5
tahun 2001 dan disahkan oleh Kepala Daerah Tingkat I Jawa Barat.
Visi Dinas Kesehatan Kota Bandung adalah “Masyarakat Bandung yang Mandiri
Untuk Hidup Sehat”. Untuk mencapai visi tersebut, Dinas Kesehatan Kota
Bandung memiliki beberapa misi dan strategi, antara lain:
a. Misi
1. meningkatkan serta mendorong kesadaran individu, keluarga serta
masyarakat untuk hidup sehat secara mandiri,
2. meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau,
3. mengutamakan profesionalisme dalam memberikan pelayanan kepada
masyarakat,
4. menggali potensi masyarakat dalam pembangunan kesehatan.
b. Strategi
1. meningkatkan kualitas dan akses pelayanan kesehatan. dasar dan
rujukan yang bermutu, merata dan terjangkau,
2. meningkatkan promosi dan pemberdayaan masyarakat dalam
pembangunan kesehatan,
3. meningkatkan kualitas lingkungan bersih dan sehat melalui sanitasi
dasar dan sanitasi umum,
4. meningkatkan kebijakan dan manajemen pembangunan kesehatan.

Dinas Kesehatan Kota Bandung merupakan dinas yang berada dibawah


Pemerintah Kota Bandung dan telah ditetapkan melalui peraturan daerah No 13
tahun 2007 tentang pembentukan susunan organisasi Dinas Kesehatan Kota
Bandung. Pada dasarnya struktur organisasi merupakan suatu kerangka yang
menggambarkan hubungan antara bagian – bagian yang terkait dalam suatu
organisasi dan biasanya digambarkan dalam bentuk bagan. Untuk lebih jelasnya,
struktur organisasi Dinas Kesehatan Kota Bandung dapat di lihat dibawah ini:

41
Gambar IV-1 Struktur organisasi Dinas Kesehatan Kota Bandung

42
4.1.2 Unit Kerja dan Fungsi Dinas Kesehatan Kota Bandung
Dinas adalah unsur pelaksana Pemerintah Daerah. Dinas dipimpin oleh seorang
Kepala Dinas yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Walikota.
Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Bandung No.05 Tahun 2001, maka susunan
organisasi Dinas Kesehatan Kota Bandung terdiri dari:
a. Kepala Dinas
b. Sekretariat
1. Membawahi
- Sub Bagian Umum
- Sub Bagian Keuangan
- Sub Bagian Kepegawaian
c. Bidang Bina Pelayanan Kesehatan
1. Membawahi
- Seksi Pelayanan Kesehatan Dasar
- Seksi Pelayanan Kesehatan Rujukan
- Seksi Pelayanan Kesehatan Khusus
2. Fungsi
- Penyusunan rencana dan program lingkup lingkup penyusunan
program farmasi, evaluasi program kesehatan serta data dan
informasi program kesehatan.
- Penyusunan petunjuk teknis lingkup penyusunan program
kesehatan serta evaluasi program kesehatan serta data dan
informasi program kesehatan.
- Pelaksanaan lingkup penyusunan program kesehatan, evaluasi
program kesehatan serta data dan informasi program kesehatan.
- Pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan lingkup
penyusunan program kesehatan, evaluasi program kesehatanserta
data dan informasi program kesehatan
d. Bidang Pengendalian Penyakit Dan Penyehatan Lingkungan
1. Membawahi
- Seksi Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit
- Seksi Pemantau Penyakit

43
- Seksi Penyehatan lingkungan
2. Fungsi
- Pengumpulan dan penganalisaan data, bahan penyusunan program
sehatan kota.
- Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup Penyusunan Program
Kesehatan.
- Pelaksanaan lingkup Penyusunan Program Kesehatan yang
meliputi survei, penelitian kajian kebijakan dan program kesehatan
pemerintah, penelitian dan peengembangan program kesehatan,
penelitian dan pengembangan kesehatansebagai vahan
perumusankebijakan kesehatan kota, koordinasi dan advokasi
program kesehatandan fasiitas kerjasama luar negeri.
- Evaluasi dan pelaporan pelaksanaan lingkup penyusunan progran
kesehatan.
e. Bidang Sumber Daya Kesehatan
1. Membawahi
- Seksi Pendayagunaan Tenaga dan Sarana Kesehatan
- Seksi Promosi Kesehatan
- Seksi Farmasi dan Perbekalan Kesehatan
2. Fungsi
- Pengumpulan dan penganalisaan data lingkup evaluasi program
kesehatan.
- Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup evaluasi program
kesehatan.
- Pelaksanaan lingkup Penyusunan Program Kesehatan yang
meliputi monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan program
kerja pelayanan kesehatan, perumusan dan analisa standar
pelaporan kesehatan sebagai alat evaluasi kinerja pelayanan
kesehatan, koordinasi penyusunan laporan pertanggungjawaban
(akuntabilitas) kinerja satuan unit organisasi Dinas.
- Evaluasi dan pelaporan pelaksanaan lingkup evaluasi progran
kesehatan.

44
f. Bidang Bina Program Kesehatan
1. Membawahi
- Seksi Penyususnan Program Kesehatan
- Seksi Evaluasi Program Kesehatan
- Seksi Data dan Informasi Program Kesehatan
2. Fungsi
- Pengumpulan dan penganalisaan data, lingkup data dan informasi
program kesehatan.
- Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup data dan informasi
program kesehatan.
- Pelaksanaan lingkup data dan informasi program kesehatan yang
meliputi pengumpulan peraturan perundang – undangan, kebijakan
– kebijakan dan program – program lingkup kesehatan ,
pengelolaan dokumentasi dan kepustakaan, pengumpulan referensi
masalah kesehatandan pengolahan data kesehatan menjadi
informasi kesehatan, penyediaan informasi kesehatan serta
pengembangan dan pengelolaan sistem informasi kesehatan.
- Evaluasi dan pelaporan pelaksanaan lingkup data dan informasi
program kesehatan.

4.1.3 Analisis Proses Bisnis Saat Ini


Analisis proses bisnis yang sedang berjalan sangat diperlukan untuk mengetahui
kelemahan yang terdapat didalamnya serta untuk memenuhi kebutuhan akan data
suatu sistem, sehingga kita bisa membuaat perancangan sistem yang baru yang
lebih baik dari sistem yang sedang berjalan tersebut.
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan di Dinas Kesehatan Kota Bandung
khususnya di Seksi Pelayanan Kesehatan Rujukan, serta berdasarkan Peraturan
Menteri Keseharan Republik Indonesia NOMOR 340/MENKES/PER/III/2010
tentang klasifikasi rumah sakit.
Berdasarkan fasilitas dan kemampuan pelayanan, Rumah Sakit Umum
diklasifikasikan menjadi: Rumah Sakit Umum Kelas A, Rumah Sakit Umum
Kelas B, Rumah Sakit Umum Kelas C dan Rumah Sakit Umum Kelas D.
Klasifikasi Rumah Sakit Umum ini ditetapkan berdasarkan: Pelayanan, Sumber

45
Daya Manusia, Peralatan, Sarana dan Prasarana dan Administrasi dan
Manajemen.
Rumah sakit yang tidak memenuhi kriteria klasifikasi sebagaimana diatur dalam
ketentuan ini akan disesuaikan kelasnya dengan Keputusan Menteri Kesehatan.
Pelaksanaan ketentuan mengenai Kriteria Klasifikasi Rumah Sakit Umum ini
dikecualikan bagi Daerah Perbatasan dan Daerah terpencil yang ditetapkan
dengan Peraturan Menteri Kesehatan.
Untuk mengetahui pelayanan apa saja yang ada di rumah sakit, Kementerian
Kesehatan bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Kota untuk melakukan
pengontrolan pelayanana dengan meninjau langsung ke rumah sakit, kemudian
melakukan pengecekan terhadap kesesuaian kelas rumah sakit dengan pelayanan
yang ada. Kegiatan pengontrolan ini dilakukan minimal satu tahun sekali untuk
tiap rumah sakit.
Data hasil pengecekan tersebut kemudian di inputkan ulang kedalam aplikasi
pengolah data untuk diolah secara manual untuk dijadikan laporan ke pihak
Kementerian Kesehatan. Data pelaporan tersebut kemudian dijadikan bahan untuk
menentukan program dan pengawasan di suatu rumah sakit. Secara umum, proses
pengkelasan rumah sakit dapat dijelaskan pada gambar IV.2.

46
Petugas Kontrol Kepala Dinas Rumah Sakit Kemkes

cetak form kontrol

mendatangi rumah sakit

melakukan pengecekan verifikasi pengecekan

<<No>>
sesuai

<<Yes>>
balik ke dinkes

input ulang data

mengolah data verifikasi report

<<reject>>

verifikasi

<<confirm>>
kirim hasil ke kemkes menerima hasil

menganalisis hasil

buat keputusan pengkelasan

mnerima hasil putusan kirim keputusan ke dinkes

melakukan pembinaan

Gambar IV-2 Proses Bisnis Pengkelasan Saat Ini

Berdasarkan sistem eksisting, dapat diidentifikasi beberapa permasalahan yang


terjadi. Permasalahan tersebut diantaranya adalah:

1. petugas kesulitan dalam mengontrol perkembangan setiap rumah sakit,


2. jumlah rumah sakit yang relative banyak sehingga membutuhkan waktu
dan sumber daya yang relative banyak untuk melakukan pengawasan,

47
3. waktu yang dibutuhkan untuk mengolah data relative lama,
4. data hasil pengolahan manual memiliki nilai akurasi yang relative rendah,
5. waktu yang dibutuhkan untuk pengambilan keputusan tentang pengkelasan
dan pembinaan rumah sakit relative lebih lama,
6. adanya perbedaan perbandingan jumlah rumah sakit berdasarkan tipenya
di setiap daerah sehingga susah dalam menentukan kelas rumah sakit.

4.1.4 Analisis Proses Bisnis Usulan


Secara umum proses bisnis usulan yang dirancang diharapkan dapat
menyelesaikan masalah yang terjadi pada proses bisnis saat ini. Pada proses bisnis
usulan akan menggunakan DSS pengkelasan rumah sakit sebagai alat bantu dalam
melakukan pengontrolan pelayanan dan pembobotan rumah sakit sebagai
pertimbangan pengkelasan rumah sakit. Proses bisnis usulan ini dapat dilihat pada
gambar IV.3.

Petugas Kontrol Kepala Dinas Kemenkes

pilih RS dan sesi kontrol

input data kontrol view report dan pembobotan

verifikasi report

verifikasi menerima laporan

menganalisa laporan

buat keputusan pengkelasan

menerima putusan kirim putusan ke dinas

melakukan pembinaan

Gambar IV-3 Proses Bisnis Usulan Pengkelasan Rumah Sakit

48
Pada proses bisnis usulan dimulai ketika petugas control melakukan pengontrolan
layanan di urmah sakit. Petugas control memilih sesi dan rumah sakit yang akan
dikontrol melalui DSS Pengkelasan Rumah Sakit, kemudian petugas kontrol
meng-input-kan data kontrol secara langsung kedalam sistem. Setelah selesai
laporan dapat langsung dilihat dan diterima pihak kepala dinas tanpa diolah secara
manual lagi. Data hasil pengontrolan juga dapat langsung dicetak dan dikirim ke
Kementerian Kesehata sebagai bahan pengambilan kebijakan dalam melakukan
pengkelasa dan pembinaan rumah sakit. Kebijakan atau putusan tersebut
kemudian dikirim kembali ke dinas kesehatan sebagai perintah untuk melakukan
pembinaan.

4.1.5 Analisis Kebutuhan Sistem


Setelah melakukan identifikasi sistem eksisting, maka dilakukanlah identifikasi
kebutuhan sistem, kebutuhan sistem akan berfokus pada penyelesaian masalah
yang terdapat pada sistem eksisting. Berdasarkan masalah yang terdapat pada
sistem eksisting, maka sistem yang akan dirancang diharapkan dapat memberikan
solusi sebagai berikut.

1. dapat mempermudah petugas dalam melakukan pengontrolan


perkembangan rumah sakit,
2. dapat mempercepat waktu pengolaha data pengontrolan, serta
meningkatkan akurasi hasil pengolahan,
3. dapat mempercepat waktu pengambilan keputusan serta pengambilan
keputusan dapat dilakukan pada bagian dinas kesehatan kota,
4. dapat melakukan pengkelasan tidak hanya berdasar ada tidaknya
pelayanan yang ada di rumah sakit, tetapi juga berdasarkan tingkat
kepentingan dari setiap pelayanan.

4.1.6 Analisis Pengguna Sistem


Pada DSS pengkelasaan rumah sakit ini sebenarnya terdapat empat jenis user
yang dapat mengaksesnya, yaitu petugas kontrol, kepala dinas, pihak menkes dan
admin. Tetapi karena yang berhubungan langsung dengan proses bisnis hanya
kepala dinas, petugas kontrol dan pihak menkes maka pada perancangan sistem

49
hanya dijelaskan untuk lingkup user petugas kontrol, user kepala dinas, dan pihak
menkes.

Tugas dari user petugas kontrol adalah melakukan pengontrolan pelayanan secara
langsung ke setiap rumah sakit, kemudian data yang didapat di-input-kan kedalam
DSS pengkelasan rumah sakit. Sedangkan tugas dari user kepala dinas dan pihak
menkes adalah sebagai pengawas kegiatan pengontrolan serta bertugas untuk
mengambil keputusan yang berkaitan dengan pengkelasan dan pembinaan rumah
sakit.

Adapun hak akses yang dimiliki oleh masing-masing user dalam penggunaan
sistem ini digambarkan dalam Tabel IV.1.

Table IV-1 Hak akses user dalam DSS Pengkelasan Rumah Sakit
Role Hak Akses
Petugas Kontrol · Input data pengontrolan
· Input data kontrol
· View pengontrolan
· View detail pengontrolan
· Reset data kontrol
· Update status pengontrolan
· Delete pengontrolan
· Export pdf report per sesi
· View report per RS
· Export pdf report per RS
Kepala Dinas · View pengontrolan
· Detail pengontrolan
· Export pdf report per sesi
· View report per RS
· Export pdf per RS
· View report pembobotan
· Export pdf report pembobotan
· Verifikasi report
Pihak Menkes · View report per RS

50
· Export pdf per RS
· View report pembobotan
· Export pdf report pembobotan

Untuk detail user role dengan fungsi masing-masing user role dapat dilihat pada
diagram use-case dibawah ini:

DSS Scoring Hospital

<<include>>
Input data
Input data kontrol pengontrolan

Delete
pengontrolan

Update status
<<extend>> pengontrolan

<<extend>>

Reset data kontrol


<<extend>>
View pengontrolan View pengontrolan
(P) (KD)
<<extend>>
<<extend>>
Detail
pengontrolan
Kepala Dinas
Petugas Kontrol <<extend>>
<<extend>>

Export pdf report


per sesi

View report per


RS

<<extend>> <<extend>>
Kemenkes

Verifikasi Report Export pdf report


(KD) per RS

Export pdf report <<extend>> View report


pembobotan pembobotan

Gambar IV-4 Uscase Aplikasi

51
4.1.7 Analisis Arsitektur Teknologi
Arsitektur teknologi yang digunakan pada pengembangan DSS pengkelasan
rumah sakit ini adalah arsitektur Three-Tier. Dalam model ini, pemrosesan
disebarkan di dalam tiga lapisan (atau lebih jika diterapkan arsitektur multitier).
Lapisan ketiga dalam arsitektur ini,masing-masing menjumlahkan fungsionalitas
khusus, yaitu :

1. Layanan presentasi (tingkat client)


2. Layanan bisnis (tingkat menengah)
3. Layanan data (tingkat sumber data)

Layanan presentasi atau logika antarmuka pengguna ditempatkan pada mesin


client. Logika bisnis dikeluarkan dari kode client dan ditempatkan dalam tingkat
menengah. Lapisan layanan data berisi server database. Setiap tingkatan dalam
model three-tier berada pada komputer tersendiri, Konsep model three-tier adalah
model yang membagi fungsionalitas ke dalam lapisan-lapisan, aplikasi
mendapatkan skalabilitas, keterbaharuan, dan keamanan.

Arsitektur Three Tier merupakan inovasi dari arsitektur Client Server. Pada
arsitektur Three Tier ini terdapat Application Server yang berdiri di antara Client
dan Database Server. Arsitektur Three Tier ini banyak sekali diimplementasikan
dengan menggunakan Web Application. Karena dengan menggunakan Web
Application, Client Side (Komputer Client) hanya akan melakukan instalasi Web
Browser. Dan saat komputer client melakukan inputan data, maka data tersebut
dikirimkan ke Application Server dan diolah berdasarkan business process-nya.
Selanjutnya Application Server akan melakukan komunikasi dengan database
server.

Kelebihan menggunakan arsitektur teknologi three-tier:

1. segala sesuatu mengenai database terinstalasikan pada sisi server, begitu


pula dengan pengkonfigurasiannya. Hal ini membuat harga yang harus
dibayar lebih kecil,
2. apabila terjadi kesalahan pada salah satu lapisan tidak akan menyebabkan
lapisan lain ikut salah,

52
3. perubahan pada salah satu lapisan tidak perlu menginstalasi ulang pada
lapisan yang lainnya dalam hal ini sisi server ataupun sisi client,
4. transfer informasi antara web server dan server database optimal,
5. komunikasi antara system-sistem tidak harus didasarkan pada standart
internet, tetapi dapat menggunakan protocol komunikasi yang lebih cepat
dan berada pada tingkat yang lebih rendah,
6. penggunaan middleware mendukung efisiensi query database dalam SQL
di pakai untuk menangani pengambilan informasi dari database,
7. mudah untuk mengubah DBMS engine,
8. memungkinkan pula middle tier ke platform yang berbeda,
9. biaya jangka panjang yang rendah,
10. perubahan-perubahan cukup dilakukan pada middle tier daripada pada
aplikasi keseluruhan,
11. kemampuan untuk bereaksi terhadap perubahan bisnis dengan cepat,
dengan cara mengubah.

HTTP Response Return Result


HTTP Request SQL Query Database
Server

Client
Aplication Server

Gambar IV-5 Arsitektur 3-tier

4.1.7.1 Software
Software (Perangkat Lunak) yang dibutuhkan dalam pengembangan aplikasi ini
diantaranya :

1. Komputer Client
· Sistem Operasi Windows XP
· Web browser
2. Aplication Server
· Sistem Operasi XP
· XAMPP 1.7.4
3. Database Server

53
· Sistem Operasi XP
· XAMPP 1.7.4

4.1.7.2 Hardware
Hardware (Perangkat Keras) yang dibutuhkan dalam pengembangan aplikasi ini
diantaranya :

1. Komputer Client
· CPU dengan prosesor Intel Pentium 4, RAM minimal 512 Mb, dan
harddisk minimal 80 Gb
· Monitor
· Keyboard
· Mouse
· Wireless & LAN Adapter
2. Application Server
· CPU dengan prosesor Intel Core 2 Duo, RAM minimal 3 Gb, dan
harddisk minimal 250 Gb
· Monitor
· Keyboard
· Mouse
· LAN Adapter

3. Database Server
· CPU dengan prosesor Intel Core 2 Duo, RAM minimal 3 Gb, dan
harddisk minimal 500 Gb
· Monitor
· Keyboard
· Mouse
· LAN Adapter

54
4.2 Desain Sistem
Pada tahap desain sistem perancangan desain dibagi menjadi tiga jenis desain
sistem, yaitu desain perancangan proses sistem, desain perancangan database
sistem dan desain perancangan interface sistem.

4.2.1 Desain Perancangan Proses Sistem


Pada desain perancangan proses sistem peneliti menggunakan pendekatan
berorientasi objek, yaitu dengan menggunakan alat pemodelan UML (Unified
Modeling Language). Dengan menggambarkan beberapa diagram UML, yaitu :
Diagram Activity, Diagram Sequence, Diagram Class, dan Diagram Deployment.

4.2.1.1 Activity Diagram


Activity diagram dalam sistem ini mendeskripsikan setiap aktivitas yang dilakukan
oleh setiap aktor. Aktivity diagram ini dibuat berdasarkan hasil use-case diagram
yang sebelumnya telah didefinisikan. Pada use-case diatas terdapat 14 aktivitas
yang dapat dilakukan oleh user, tetapi untuk activity diagram hanya akan
digambarkan 12 aktivitas dari 14 aktivitas yang ada, hal ini karena terdapat 2
aktivitas yang memiliki alur proses yang sama, yaitu ViewPengontrolan(P)
dengan ViewPengontrolan(K), serta ExportPdfPerSesi dengan ExportPdfPerRS.
Jadi untuk masing-masing aktivitas yang memiliki alur sama dibuat masing-
masing satu activitu diagram.

55
1. Activity diagram untuk input data pengontrolan

Petugas Kontrol DSS Scoring Hospital

Request form add pengontrolan View form add pengontrolan

Input data pengontrolan baru Validasi data pengontrolan

<Success> <Failed>
Valid1

Insert data ke database

Show popup success

Show popup failed

Confirm popup Redirect to view data pengontrolan

Melihat hasil input data

Gambar IV-6 Activity diagram input data pengontrolan

56
2. Activity diagram untuk update status pengontrolan

Petugas Kontrol DSS Scoring Hospital

Request form update status pengontrolan Get data pengontrolan from DB

Input data pengontrolan baru Show form update status pengontrolan

Validasi status pengontrolan

<Success> <Failed>
Valid1

Update status ke database

Show popup success

Show popup failed

Confirm popup Redirect to view data pengontrolan

Melihat hasil update status data

Gambar IV-7 Activity diagram update status pengontrolan

57
3. Activity diagram untuk reset data kontrol

Petugas Kontrol DSS Scoring Hospital

Request form update status pengontrolan Get data pengontrolan from DB

Input data pengontrolan baru Show form update status pengontrolan

Validasi status pengontrolan

<Success> <Failed>
Valid1

Update status ke database

Show popup success

Show popup failed

Confirm popup Redirect to view data pengontrolan

Melihat hasil update status data

Gambar IV-8 Activity diagram reset data control

58
4. Activity diagram untuk delete data pengontrolan

Petugas Kontrol DSS Scoring Hospital

Request delete data pengontrolan Check avaliable relation data

relation

Show popup data can not deleted

Show popup confirm delete data

<No>
Confirm popup delete Confirm

<Yes>

Delete data from DB

Confirm popup Show popup message

Redirect to view data pengontrolan

Melihat hasil delete data pengontrolan

Gambar IV-9 Activity diagram delete data pengontrolan

59
5. Activity diagram untuk view pengontrolan

Petugas kontrol DSS Scoring Hospital

Request view data pengontrolan Get data from database

<is empty>
result

<Not empty>

Show data from get result

Show message empty data

View result data

Gambar IV-10 Activity diagram view pengontrolan

6. Activity diagram untuk view report per RS

Kepala dinas, Petugas kontrol DSS Scoring Hospital

Request form report per RS Show form report per RS

Select session control Check control data by sessin and RS

<not available>
result

<available>

Show report per RS

Show message data is not available

View result data

Gambar IV-11 Activity diagram view report per-RS

60
7. Activity diagram untuk view pembobotan

Kepala dinas DSS Scoring Hospital

Request form report pembobotan Show form report pembobotan

Select session control Generate report pembobotan

Check consistency of data

<not consistent>
result

<consistent>

Show report pembobotan

Show message data is not consistent

View result report pembobotan

Gambar IV-12 Activity diagram view pembobotan

8. Activity diagram untuk view detail pengontrolan

Kepala dinas, Petugas kontrol DSS Scoring Hospital

Request detail pengontrolan Get data from DB

result

Show detail pengontrolan

Show message data is empty

View result detail pengontrolan

Gambar IV-13 Activity diagram view detail pengontrolan

61
9. Activity diagram untuk export pdf per RS

Kepala dinas, Petugas kontrol DSS Scoring Hospital

Request export pdf report per RS Get data from database

Generate report to pdf

View pdf report Show generate result

Gambar IV-14 Activity diagram export pdf per-RS

10. Activity diagram untuk export pdf pembobotan

Kepala dinas DSS Scoring Hospital

Request export pdf report pembobotan Generate report to pdf

View pdf report pembobotan Show generate result

Gambar IV-15 Activity diagram export pdf pembobotan

62
11. Activity diagram untuk input data kontrol

Petugas Kontrol DSS Scoring Hospital

Request form add kontrol View form add kontrol

Input data kontrol baru Validasi data kontrol

<Success> <Failed>
Repeat until form is empty
Valid1

Insert data ke database

Show popup success

Show popup failed

Confirm popup Redirect to view form add kontrol

Melihat hasil input data

Gambar IV-16 Acivity diagram input data kontrol

63
12. Activity diagram untuk verifikasi data report

Kepala Dinas DSS Scoring Hospital

Request verifikasi report show popup confirm

Pilih Confirm

confirm update status report menjadi confirm

redirect to view report

Melihat hasil verifikasi

Gambar IV-17 Acivity diagram verifikasi data report (Confirm)

Kepala Dinas DSS Scoring Hospital

Request reject report show popup confirm

Pilih Confirm

confirm update status report menjadi reject

redirect to view report

Melihat hasil verifikasi

Gambar IV-18 Acivity diagram verifikasi data report (Reject)

4.2.1.2 Sequence Diagram


Diagram sequence merupakan salah satu diagram interaction yang menjelaskan
bagaimana suatu operasi itu dilakukan; message (pesan) apa yang dikirim dan
kapan pelaksanaannya. Diagram ini diatur berdasarkan waktu. Obyek-obyek yang
berkaitan dengan proses berjalannya operasi diurutkan dari kiri ke kanan
berdasarkan waktu terjadinya dalam pesan yang terurut.

64
1. Sequence diagram untuk input data pengontrolan
Input Pengontrol an

/Cl i ent /Control l er /Model /Vi ew

HT T PRequest Control l er obj Rumahsaki t obj Pengontrol an obj Db obj Vi ewPengontrol an

Petugas kontrol

submi t ( );
http_request ( );
addPengontrol anForm ( );
vi ew_al l _rs ( )

al l ($a);
return ( ); return ( );

addPengontrol anForm ( );

pengontrol anAddForm ($a,$b,$c);

http_response ( ); show form


vi ew form i nput

i nputdata

http_request ( );

addPengontrol anSubmi t ( );
add pengontrol an ($data);

i nput ($a);
return ( ); return ( );
popup message popup message

Gambar IV-19 Sequence diagram input data pengontrolan

65
2. Sequence diagram untuk input data control
Input data kontrol

/Client /Controller /Model /View

HT T PRequest Controller objKontrol objPengontrolan objDb objViewKontrol

Petugas kontrol

submit ( );
http_request ( );
addKontrolForm ( );
view_kontrol_beluminput ($a,$b);

all ($a);
return ( );
return ( );
addKontrolForm ( );

kontrolAddForm ($a,$b,$c,$d);
show form
http_response ( );
view form input

inputdata

http_request ( );

addKontrolSubmit ( );
add_kontrol ($data);

input ($a);
return ( );
popup message popup message return ( );

Gambar IV-20 Sequence diagram input data kontrol

66
3. Sequence diagram untuk view pengontrolan
View pengontrolan

/Client /Controller /Model /View

HTTPRequest Controller objPengontrolan objDb objViewPengontrolan

User

submit ( );
http_request ( );

viewPengontrolan ( );
view_all_pengontrolan ( );

all ($a);
return ( ); return ( );

viewPengontrolan ( );

http_response ( ); pengontrolanView ($data);


show tabel
view data pengontrolan

Gambar IV-21 Sequence diagram view pengontrolan

67
4. Sequence diagram untuk view report per RS
View Report PerRS

/Controller /Model /View


/Client

HT T PRequest Controller objPengontrolan objKontrol objDb objViewKontrol objViewReport

User

submit ( );
http_request ( );

reportPerrsForm ( );
view_rs_pengontrolanfinish ($a,$b,$c);

all ($a);
return ( );
return ( );

reportPerrsForm ( );

reportPerrsForm ($a,$b,$c,$d,$e);
show form
view form input http_response ( );

select sesi

http_request ( );

reportPengontrolanPerrs ( );
view_kontrol_byrs ($a,$b,$c);

all ($a);
return ( ); return ( );

reportPengontrolanPerrs ( );
view pengontrolan info ($a,$b);

all ($a);
return ( );
return ( );
reportPengontrolanPerrs ( );

reportPerrs ($a,$b,$c);
http_response ( ); tampilan report
view report per RS

Gambar IV-22 Sequence diagram view report per-RS

68
5. Sequence diagram untuk view report pembobotan
Vi ew Report Pembobotan

/Cl i ent /Control l er /Model /Vi ew

HT T PRequest Control l er obj Pengontrol an obj Kri teri a obj Pembobotan obj Ahp obj Db Bobot

Kepal a di nas

submi t ( );
http_request ( );

vi ewBobot ( ); vi ew_data_pengontrol anfi ni sh ($a,$b);

return ( ); al l ($a);
return ( );

vi ewBobot ( );

bobotRsForm ($a,$b);
http_response ( ); show form
vi ew form sel ect

sel ect sesi

http_request ( );

reportPembobotan ( );
vi ew_bobot_kategori ($a);

al l ($a);
return ( );
return ( );

reportPembobotan ( );

matri k_pri ori tas ($a);


return ( );

reportPembobotan ( );

vi ew_al l _matri k ($a,$b,$c);


show matri k kategori

reportPembobotan ( ); Diulang sebanyak j umlah kategori


vi ew_bobot_by ($a,$b);

return ( ); return ( );

reportPembobotan ( );

matri k_pri ori tas ($a);


return ( );

reportPembobotan ( );

vi ew al l matri k ($a[],$b[],$c[]);
show matri k per kategori

reportPembobotan ( );

eval uasi total konsi sten ($a,$b,$c,$d);


show report pembobotan
http_response ( );
vi ew report pembobotan

Gambar IV-23 Sequence diagram view report pembobotan

69
6. Sequence diagram untuk export pdf report
Export pdf report

/Control l er /M odel
/Cl i ent

HT T PRequest Control l er obj Data pdf obj Db

User

subm i t ( );
http_request ( );

tabel T oPdfReport ( ); exportpdf_report ($a,$b,$c);

al l ($a);
return ( );
return ( );

tabel T oPdfReport ( );

LoadDataku ($a);
return ( );

tabel T oPdfReport ( );

Al i asNbPages ( );

AddPage ( );

Headerku ($a,$b);

Im age ($a,$b);

T abel Warnaku ($a,$b,$c);

Keterangan ($a);

output report pdf Output ( );

http_response ( );
vi ew report pdf

Gambar IV-24 Sequence export pdf report

70
7. Sequence diagram untuk view detail pengontrolan
Detail pengontrolan

/Controller /Model /View


/Client

HT T PRequest Controller objPengontrolan objDb objViewPengontrolan

User

submit ( );
http_request ( );

detailPengontrolan ( );
detail_data_pengontrolan ($a,$b);

return ( ); all ($a);


return ( );

detailPengontrolan ( ); detail_belum_pengontrolan ($a,$b);

all ($a);
return ( ); return ( );

detailPengontrolan ( );

pengontrolanDetail ($a,$b,$c);
show detail pengontrolan
view detail pengontrolan http_response ( );

Gambar IV-25 Sequence view detail pengontrolan

71
8. Sequence diagram untuk reset data kontrol
Reset data kontrol

/Controller /Model
/Client

HT T PRequest Controller objKontrol objDb

User

submit ( );
http_request ( );

resetKontrolConfirm ( );
cek_resetdata_kontrol ( );

sum ($a);
return ( ); return ( );
http_response ( );
popup confirm

submit confirm ( );
http_request ( );
resetKontrolSubmit ( );
reset_kontrol ($a);

input ($a);
return ( );
http_response ( ); return ( ):
show message

Gambar IV-26 Sequence reset data kontrol

72
9. Sequence diagram untuk delete pengontrolan
Delete data pengontrolan

/Controller /Model
/Client

HT T PRequest Controller objPengontrolan objDb

Petugas Kontrol

submit ( );
http_request ( );

deletePengontrolanConfirm ( );
cek_deletedata_pengontrolan ($a,$b);

sum ($a);
return ( );
return ( );
http_response ( );
popup confirm

submit confirm ( );
http_request ( );
deletePengontrolanSubmit ( ); delete_pengontrolan ($a);

input ($a);
return ( );
http_response ( ); return ( ):
show message

Gambar IV-27 Sequence delete pengontrolan

73
10. Sequence diagram untuk update status pengontrolan
Update status pengontrolan

/Client /Controller /Model /View

HT T PRequest Controller objPengontrolan objDb objViewPengontrolan

Petugas kontrol

submit ( );
http_request ( );

editPengontrolanForm ( ); view_pengontrolan_by ($a,$b);

all ($a);
return ( ); return ( );

pengontrolanEditForm ($a);

pengontrolanEditForm ($a);
http_response ( ); show form
view form edit

edit status

http_request ( );
editPengontrolanSubmit ( );
edit_pengontrolan ($a,$b);

input ($a);
return ( );
return ( );
http_response ( );
popup message

Gambar IV-28 Sequence update status pengontrolan

74
11. Sequence diagram untuk verifikasi report
Delete verifikasi report

/Controller /Model
/Client

HT T PRequest Controller objPengontrolan objDb

Petugas Kontrol

submit ( );
http_request ( );

verifikasiReportConfirm ( );
cek_verifikasi_report ($a,$b);

sum ($a);
return ( );
return ( );
http_response ( );
popup confirm

submit confirm ( );
http_request ( );
verifikasiReportSubmit ( ); verifikasi report ($a);

input ($a);
return ( );
http_response ( ); return ( ):
show message

Gambar IV-29 Sequence verifikasi report

75
4.2.1.3 Class Diagram
Berdasarkan model-model yang sudah ada akan dibuat class diagram disusun
sesuai hirarki package atau domain class lengkap dengan atribut dan method nya.
Diagram Class memberikan pandangan secara luas dari suatu sistem dengan
menunjukan kelas-kelasnya dan hubungan mereka. Diagram Class bersifat statis,
menggambarkan hubungan apa yang terjadi bukan apa yang terjadi jika mereka
berhubungan. Untuk detail class diagram aplikasi ini dapat dilihat pada class
diagram dibawah ini.

DSS
Controller
1..1
Controller

- module : String 0..*


View
- url : String
index.php - message : String
1..1 ViewPengontrolan ViewKontrol
- id : String
- data : Array - data : Aray
- pass : String
- role : String + pengontrolanAddForm () : void + kontrolAddForm () : void
0..*
- count : int + pengontrolanView () : void + reportPerrsForm () : void
- data : Array + pengontrolanDetail () : void
+ pengontrolanEditForm () : void
+ addPengontrolanForm () : void 1..1
+ addPengontrolanSubmit () : void View
+ addKontrolForm () : void 0..*
+ addKontrolSubmit () : void Bobot
+ viewPengontrolan ()
Controller : void 1..1
- data : Array Report
+ reportPerrsForm () : void
0..*
+ reportPengontrolanPerrs () : void + bobotRsForm () : void - data : Array
+ viewBobot () : void + view_all_matrik () : void + reportPerrs () : void
+ reportPembobotan () : void + evaluasi_total_konsisten () : void

1..1 + tabelT oPdfReport () : void


+ detailPengontrolan () : void
+ resetKontrolConfirm () : void
1..1
1..1 + resetKontrolSubmit () : void
+ deletePengontrolanConfirm () : void
1..1
+ deletePengontrolanSubmit () : void
+ editPengontrolanForm () : void
+ editPengontrolanSubmit () : void 1..1

1..1
Model 0..* 0..* 0..*
DSS

Pengontrolan Pdf Kontrol

# objDb : Object - data : Array # objDb : Object


- raw : Array - query : String - raw : Array
- hasil : Array
+ add_pengontrolan () : boolean + view_kontrol_beluminput () : String
- I : int
+ add_kontrol () : boolean + view_kontrol_byrs () : String
- J : int
+ view_all_pengontrolan () : String + view_bobot_kategori () : String
+ view_rs_pengontrolanfinish () : String + loadDataku () : String + cek_resetdata_kontrol () : int
+ view_pengontrolan_info () : String + AliasNbPage () : void + reset_kontrol () : boolean
+ view_data_pengontrolanfinish () : String + AddPage () : void
+ detail_data_pengontrolan () : String + Headerku () : void
+ detail_belum_pengontrolan () : String + Image () : void
+ cek_deletedata_pengontrolan () : int + T abelWarnaku () : void
+ delete_pengontrolan () : boolean + Keterangan () : void
+ view_pengontrolan_by () : String + Outputmodel
() : void
+ edit_pengontrolan () : boolean
0..*

0..*
Connection

# connection : boolean
Pembobotan Rumahsakit - server : String
0..*
# objDb : Object # objDb : Object - username : String
- raw : Array - raw : Array - password : String
- database : String
+ view_bobot_by () : String + view_all_rs () : String
- result : Array

+ all () : String
+ sum () : int
+ input () : boolean

Gambar IV-30 Class diagram

76
4.2.1.4 Deployment Diagram
Setelah class diagram dibuat, maka class tersebut dapat dipetakan menjadi
component atau code module yang merupakan fisik sebenarnya dari diagram
class. Oleh karena itu untuk menerangkan konfigurasi fisik software dan
hardware dibuat deployment diagram. Pada perancangan aplikasi ini akan dibuat
2 deployment diagram, ini sesuai dengan jumlah user role yang ada.

77
1. Deployment diagram untuk user role petugas kontrol

Web server

Database Server

inputPengontrolan viewPengontrolan resetDataKontrol

inputKontrol updatePengontrolan detailPengontrolan

db_pengkelasan

pdfReportPerSesi viewReportPerRs pdfReportPerRs

T PC/IP webInterface T PC/IP


Web browser

Gambar IV-31 Deployment user role petugas kontrol

78
2. Deployment diagram untuk user role kepala dinas

Web server

ViewPengontrolan DetailPengontrolan PdfReportPembobotan Database server

PdfReportPerSesi ReportPerRs verifikasi report

db_pengkelasan

PdfReportPerRs ReportPembobotan

T PC/IP
Web browser T PC/IP WebInterface

Gambar IV-32 Deployment user role kepala dinas

79
3. Deployment diagram untuk user role pihak Menkes

Web server

Database server
PdfReportPembobotan ReportPerRs

PdfReportPerRs ReportPembobotan
db_pengkelasan

T PC/IP
Web browser T PC/IP WebInterface

Gambar IV-33 Deployment user role pihak Menkes

80
4.2.2 Desain Perancangan Database Sistem
Perancangan Basis Data pada aplikasi ini menggunakan Entity Relationship
Diagram (Diagram Hubungan Entitas). ERD dari aplikasi ini digambarkan dalam
gambar IV.34.

User

id_user <pi> Integer <M>


uname Variable characters (30)
pass Variable characters (30)
kode_tugas Variable characters (20)
nama Variable characters (50)
statususer Variable characters (5)
picuser Variable characters (50)
melakukan
pk_user <pi>

pengontrolan

kode_kontrol <pi> Variable characters (50) <M>


rs
p.id_user Integer <M> dilakukan
p.id_rs Integer <M> id_rs <pi> Integer <M>
tanggal Date kode_rs Variable characters (20)
sesi Variable characters (30) nama_rs Variable characters (50)
status_pengontrolan Variable characters (10) target_kelas Characters (1)
jenis Variable characters (20)
pk_pengontrolan <pi>
pic Variable characters (100)
pemilik Variable characters (50)
alamat Variable characters (100)
telp Variable characters (15)
tgl_expijin Date

pk_rumah_sakit <pi>

kontrol kriteria
berisi
k.id_kriteria <pi> Integer <M> id_kriteria <pi> Integer <M>
k.status Variable characters (20) <M> nama_kriteria Variable characters (100)
k.kode_kontrol <pi> Variable characters (50) <M> terdiri
kategori Variable characters (100)
note T ext deskripsi T ext
bobot Integer jenis Variable characters (20)
cr Float bobot Integer
pk_kontrol <pi> A Variable characters (3)
B Variable characters (3)
dimiliki C Variable characters (3)
D Variable characters (3)
umum Variable characters (3)

status_pelayanan pk_kriteria <pi>

status <pi> Variable characters (20) <M>


bobot Integer
keterangan T ext
prioritas Float

pk_status_pelayanan <pi>

Gambar IV-34 Diagram ER Aplikasi DSS Scoring Hospital

Untuk memperjelas gambar ERD diatas, dideskripsikan juga contoh data hasil
implementasi ERD diatas menjadi table database, deskripsi dapat dilihat pada tabe
dibawah ini:

81
- Tabel User

Table IV-2 Contoh data tabel user

Tabel : User
id_user(PK) uname pass kode_tugas nama statususer picuser
1 maderiyan maderiyan admin Made Riyan Aktif maderiyan.jpg
2 kontrol kontrol kontrol Ucok Baba Aktif none.jpg
3 riyan riyan kadin Riyan Adi Aktif none.jpg

- Tabel Rumah sakit

Table IV-3 Contoh data tabel Rumah Sakit

Tabel : RS
id_rs(PK) kode_rs nama_rs target_kelas jenis pic pemilik
1 RSU-01-BDG Hasan Sadikin A Umum Hasan Sadikin.jpg Depkes
2 RSU-02-BDG Sartika Asih B Umum Sartika Asih.jpg POLRI
3 RSU-03-BDG Salamun B Umum Salamun.jpg TNI-AU

alamat telp tgl_expijin


Jln. Pasteur No. 38 022-423456 12/31/2012
Jln. Moch. Toha No. 369 022-231234 12/31/2012
Jln. Ciumbuleuit No. 203 022-2233344 12/31/2012

- Tabel Kriteria

Table IV-4 Contoh data tabel Kriteria

Tabel : Kriteria
id_kriteria(PK) nama_kriteria kategori deskripsi
1 Pelayanan medik dasar Pelayanan Merupakan jenis pelayanan Medik Umum
2 18 dokter umum & 4 dokter gigi SDM Tenaga tetap pelayanan medik dasar
3 Pelayanan medik gigi mulut Pelayanan Pelayanan umum tentang gigi dan mulut

jenis bobot A B C D Umum


Umum 6 Yes Yes Yes Yes Yes
Umum 4 Yes No No No Yes
Umum 9 Yes Yes Yes Yes Yes

82
- Tabel Pengontrolan

Table IV-5 Contoh data tabel Pengontrolan

Tabel : Pengontrolan
kode_kontrol(PK) id_user(FK) id_rs(FK) tanggal sesi status
01-2012-Hasan Sadikin-2 2 1 7/9/2012 Jan-12 Finish
01-2012-Sartika Asih-2 2 2 7/9/2012 Jan-12 Finish
01-2012-Salamun-2 2 3 7/9/2012 Jan-12 Processing

- Tabel Status

Table IV-6 Contoh data tabel Status

Tabel : Status
status(PK) bobot keterangan prioritas
Ada 7 Kriteria pelayaan tersedia 1
Pengembangan 5 Pelayanan dalam masa pengembangan 0.72
Tidak 1 Tidak tersedia pelayanan 0.15

- Table Kontrol

Table IV-7 Contoh data tabel Kontrol

Tabel : Kontrol
id_kriteria(PK/FK) kode_kontrol(PK/FK) status(FK) bobot cr
1 01-2012-Hasan Sadikin-2 Pengembangan 6 -0.54
2 01-2012-Hasan Sadikin-2 Tidak 1.35 -0.54
3 01-2012-Hasan Sadikin-2 Ada 9 -0.54

note
Masih dalam masa pegembangan
Merupakan rumah sakit kelas A
Sudah ada dengan baik

4.2.3 Perancangan Interface Sistem


Setelah tahap perancangan sistem menggunakan UML, tahap selanjutnya adalah
perancangan screen halaman aplikasi. Halaman aplikasi yang dirancang akan
digunakan sebagai interface dalam DSS Scoring Hospital dapat dilihat pada
lampiran C.

83
4.2.4 Coding Summary
Pada tahap ini dilakukan implementasi hasil rancangan ke dalam baris kode
program yang dapat dimengerti oleh komputer. Proses coding pada rancangan ini
menggunakan bahasa pemrograman PHP untuk sisi server, menggunakan bahasa
pemrograman HTML, JavaScript, CSS untuk sisi client atau tampilan, serta
menggunakan bahasa pemrograman SQL untuk sisi database. Berikut adalah
coding summary yang dibagi berdasarkan package:

· Model
Berisi kelas-kelas model yang bertugas untuk menampung data yang akan
digunakan dalam program. Pada kelas-kelas di package model ini
merupakan kelas-kelas yang berhubungan langsung dengan database.
· View
Berisi tampilan-tampilan yang dibagi berdasarkan hasil dari setiap request
dari user.
· Controller
Berisi kelas Action yang bertugas untuk mengontrol hubungan antara
tampilan (view) dan data (model).

4.2.5 Pengujian Aplikasi


Pengujian aplikasi ini menggunakan black-box testing yang terdiri dari pengujian
fungsi yang terdapat dalam sistem dalam melakukan pengolahan data. Pengujian
aplikasi ini bertujuan untuk memeriksa apakah aplikasi yang telah dibuat sudah
memenuhi kebutuhan fungsionalitas yang telah ditentukan. Pengujian ini
dilakukan dengan cara menelusuri use-case setiap aktor pada aplikasi dan
kemudian memeriksa kebenaran perilaku perangkat lunak dalam memenuhi
kebutuhan fungsionalitasnya. Selain black-box testing, pengujian yang akan
dilakukan adalah pengujian penerimaan user (User Acceptance Test) dimana
aplikasi akan didemonstrasikan dan user tersebut memberikan feedback dan saran
aplikasi. Lampiran A menggambarkan skenario pengujian black-box, sedangkan
Lampiran B menggambarkan skenario user acceptance test.

84
Bab V Hasil dan Pengujian

5.1 Hasil Aplikasi

5.1.1 Screenshot Aplikasi


DSS Pengkelasan Rumah Sakit yang sebelumnya telah dirancang kemudian
diimplementasikan ke dalam bentuk kode, berhasil menjadi sebuah sistem
informasi yang dapat menangani proses bisnis pengkelasan rumah sakit mulai dari
pengontrolan sampai dengan pembobotan tiap rumah sakit. Screenshot DSS
Pengkelasan Rumah Sakit dapat dilihat pada Lampiran C.

5.1.2 Hasil Implementasi Sistem


Pada sub bab ini akan dibahas secara khusus implementasi pembobotan rumah
sakit berdasarkan pelayanan sesuai dengan metode AHP menggunakan aplikasi
DSS Scoring Hospital.

5.1.2.1 Perhitungan Pembobotan untuk Semua Kriteria


Berdasarkan hasil yang didapat dari dinas kesehatan menunjukan bahwa bobot
kepentingan untuk setiap kriteria, sebagai berikut:

Table V-1 Bobot nilai data kriteria

Kriteria Kategori Bobot Bobot rata


Status Badan Hukum Administrasi dan Manajemen 7
Struktur Organisasi Administrasi dan Manajemen 5
Akreditasi RS Administrasi dan Manajemen 7 7.4
Komite Medik Administrasi dan Manajemen 9
Surat Ijin Praktek Dokter Administrasi dan Manajemen 9
Pelayanan Medik Dasar Pelayanan 9
Pelayanan Spesialis Anestesiologi Pelayanan 7
Peayanan Spesialis Rehabilitasi Medik Pelayanan 5 6.4
Pelayanan Spesialis Patologi Anatomi Pelayanan 3
Pelayanan Penyakit Dalam Pelayanan 8
Peralatan Instalasi Gawat Darurat Peralatan 9
Peralatan Instalasi Rawat Jalan Peralatan 9
Peralatan Instalasi Rawat Intensif Peralatan 7 8.2
Peralatan Instalasi Anestesi Peralatan 7
Peralatan Kamar Jenazah Peralatan 9
Bangunan / Ruang Gawat Darurat Sarana dan Prasarna 9 7.6

85
Bangunan / Ruang Rawat Jalan Sarana dan Prasarna 9
Ruang Gawat Darurat Sarana dan Prasarna 9
Ruang Rawat Intensif Sarana dan Prasarna 7
Ruang Diklat Sarana dan Prasarna 4
18 dokter umum & 4 dokter gigi SDM 9
12 dokter umum & 3 dokter gigi SDM 7
9 dokter umum & 2 dokter gigi SDM 5 6.6
4 dokter umum & 1 dokter gigi SDM 3
Keperawatan (Perawat dan Bidan) SDM 9

Dari data yang didapat kemudian diolah menjadi matrik perbadingan berpasangan
dengan cara membandingkan antara bobot satu kriteria dengan kriteria yang lain,
sehingga didapat matrik seperti dibawah ini:

Table V-2 Matrik berpasangan data Kriteria

Adminstrasi Pelayanan Peralatan Sarana SDM


Administrasi 1 1.156 0.902 0.974 1.121
Pelayanan 0.865 1 0.78 0.842 0.97
Peralatan 1.108 1.281 1 1.079 1.242
Sarana 1.027 1.188 0.927 1 1.152
SDM 0.892 1.031 0.805 0.868 1
Jumlah 4.892 5.656 4.414 4.763 5.485

Setelah mendapatkan matrik perbandingan maka dari matrik tersebut diolah


menjadi matrik pembobotan kriteria yang dinormalkan, untuk mendapatkan
prioritas tiap kriteria (Vektor Eigen). Nilai baris kolom pembobotan yang
dinormalkan didapat dari nilai baris kolom matrik perbandingan dibagi jumlah
masing-masing kolom matrik perbandingan, untuk nilai kolom jumlah matrik
pembobotan yang dinormalkan diperoleh dari penjumlahan nilai pada tiap baris,
sedangkan untuk nilai prioritas diperoleh dari pembagian kolom jumlah dibagi
jumlah kriteria. Hasil perhitungan bisa dilihat pada tabel berikut:

Table V-3 Matrik pembobotan data Kriteria yang dinormalkan

Adminstrasi Pelayanan Peralatan Sarana SDM Jumlah Prioritas


Administrasi 0.204 0.204 0.204 0.204 0.204 1.022 0.204
Pelayanan 0.177 0.177 0.177 0.177 0.177 0.884 0.177
Peralatan 0.227 0.227 0.227 0.227 0.227 1.133 0.227

86
Sarana 0.21 0.21 0.21 0.21 0.21 1.05 0.21
SDM 0.182 0.182 0.182 0.182 0.182 0.912 0.182

Setelah mendapatkan matrik pembobotan kriteria yang dinormalkan tahap


berikutnya adalah membuat matrik penjumlahan setiap baris. Matrik ini dibuat
dengan mengalikan nilai prioritas pada tabel matrik nilai kriteria dengan matrik
perbandingan berpasangan. Hasil perhitungannya dapat dilihat pada tabel berikut:

Table V-4 Matrik penjumlahan tiap baris data Kriteria

Adminstrasi Pelayanan Peralatan Sarana SDM Jumlah


Administrasi 0.204 0.205 0.205 0.204 0.204 1.022
Pelayanan 0.176 0.177 0.177 0.177 0.176 0.884
Peralatan 0.226 0.227 0.227 0.227 0.226 1.133
Sarana 0.21 0.21 0.21 0.21 0.21 1.05
SDM 0.182 0.183 0.183 0.182 0.182 0.912

Setelah membuat matrik penjumlahan tiap baris, dilakukan rasio konsistensi.


Perhitungan ini digunakan untuk memastikan bahwa nilai rasio konsistensi (CR)
<= 0,1 jika nilainya lebih besar dari 0,1 maka matrik perbandingan berpasangan
perlu diperbaiki. Untuk menghitung rasio konsistensi dibuat tabel seperti berikut:

Table V-5 Perhitungan rasio konsistensi data Kriteria

Tiap Baris Prioritas Hasil


Administrasi 1.022 0.204 1.226
Pelayanan 0.884 0.177 1.061
Peralatan 1.133 0.227 1.36
Sarana 1.05 0.21 1.26
SDM 0.912 0.182 1.094

Kolom jumlah per baris diperoleh dari kolom jumlah pada tabel penjumlahan tiap
baris, sedangkan kolom prioritas diperoleh dari kolom prioritas tabel matrik nilai
kriteria. Dari tabel diatas diperoleh nilai berikut:
- Jumlah (jumlahan dari nilai hasil) = 5.999
- n (jumlah kriteria) = 5
- λ maks (Jumlah/n) =1,2
- CI (λ maks – n/n) = -0,76

87
- IR=1.188
- CR (CI/IR (lihat pada tabel indek random) = -0,64
Oleh karena nilai CR <=0,1 maka rasio konsistensi perhitungan dapat diterima.

5.1.2.2 Perhitungan Pembobotan untuk Status


Bobot kepentingan untuk setiap status, sebagai berikut:

Table V-6 Bobot nilai data Status


Status Bobot
Ada 9
Pengembangan 5
Tidak 1

Dari data yang didapat kemudian diolah menjadi matrik perbadingan berpasangan,
sebagai berikut:

Table V-7 Matrik perbandingan berpasangan data Status

Ada Pengembangan Tidak


Ada 1 1.8 9
Pengembangan 0.556 1 5
Tidak 0.111 0.2 1
Jumlah 1.667 3 15

Setelah mendapatkan matrik perbandingan maka dari matrik tersebut diolah


menjadi matrik pembobotan data status yang dinormalkan. Karena status
merupakan sub kriteria dari kriteria pengkelasan yang utama, maka bobot
maksimal dari sub kriteria ini adalah 1, sehingga prioritas sub kriteria didapat dari
pembagian antara nilai pada kolom prioritas dibagi dengan nilai tertinggi pada
prioritas tersebut. Hasil perhitungan bisa dilihat pada tabel berikut:

Table V-8 Matrik pembobotan data Status yang dinormalkan

Ada Pengembangan Tidak Jumlah Prioritas Prioritas Sub kriteria


Ada 0.6 0.6 0.6 1.8 0.6 1
Pengembangan 0.333 0.333 0.333 1 0.333 0.555
Tidak 0.067 0.067 0.067 0.2 0.067 0.111666667

88
Setelah mendapatkan matrik pembobotan kriteria yang dinormalkan tahap
berikutnya adalah membuat matrik penjumlahan setiap baris. Hasil
perhitungannya dapat dilihat pada tabel berikut:

Table V-9 Matrik penjumlahan tiap baris data Status

Ada Pengembangan Tidak Jumlah


Ada 0.6 0.599 0.603 1.802
Pengembangan 0.333 0.333 0.335 1.001
Tidak 0.067 0.067 0.067 0.2

Setelah membuat matrik penjumlahan tiap baris, dilakukan rasio konsistensi.


Hasil perhitungannya dapat dilihat pada tabel berikut:

Table V-10 Perhitungan rasio konsistensi data Status

Tiap Baris Prioritas Hasil


Ada 1.802 0.6 2.402
Pengembangan 1.001 0.333 1.334
Tidak 0.2 0.067 0.267

Dari tabel diatas diperoleh nilai berikut:


- Jumlah (jumlahan dari nilai hasil) = 4.04
- n (jumlah kriteria) = 3
- λ maks (Jumlah/n) =1,347
- CI (λ maks – n/n) = -0,551
- IR=0.66
- CR (CI/IR (lihat pada tabel indek random) = -0,835
Oleh karena nilai CR <=0,1 maka rasio konsistensi perhitungan dapat diterima.

5.1.2.3 Perhitungan Faktor Evaluasi untuk Setiap Kriteria


Berdasarkan data pengontrolan yang didapat dari dinas kesehatan menunjukan
bahwa bobot kepentingan untuk setiap rumah sakit, sebagai berikut:

Table V-11 Bobot nilai data rumah sakit


Rumah Sakit Bobot
Borromeus 3.76
Hasan Sadikin 5.77

89
Kebon Jati 3.76
Pindad 3.76
Salamun 4.362

Dari data tersebut dapat diolah menjadi matrik faktor evaluasi rumah sakit untuk
masing-masing kriteria. Untuk tahapan pembobotannya sama dengan tahapan
pembobotan semua kriteria. Sebagai contohnya dideskripsikan tahapan
pembobotan rumah sakit berdasarkan kriteria pelayanan.

Matrik perbadingan berpasangan setiap rumah sakit untuk kriteria pelayanan


dapat dilihat pada table berikut:

Table V-12 Matrik perbandingan berpasangan data Rumah Sakit

Borromeus Hasan Sadikin Kebon Jati Pindad Salamun


Borromeus 1 0.652 1 1 0.862
Hasan Sadikin 1.535 1 1.535 1.535 1.323
Kebon jati 1 0.652 1 1 0.862
Pindad 1 0.652 1 1 1.152
Salamun 1.16 0.756 1.16 1.16 1
Jumlah 5.695 3.712 5.695 5.695 4.909

Matrik pembobotan data setiap rumah sakit untuk kriteria pelayanan yang
dinormalkan dapat dilihat pada table berikut:

Table V-13 Matrik pembobotan data Rumah Sakit yang dinormalkan

Borromeus Hasan Sadikin Kebon jati Pindad Salamun Jumlah Prioritas

Borromeus 0.176 0.204 0.204 0.204 0.204 0.878 0.176

Hasan Sadikin 0.268 0. 269 0. 269 0. 269 0.269 1.347 0.269

Kebon jati 0.176 0. 176 0. 176 0. 176 0. 176 0.878 0.176

Pindad 0.176 0. 176 0. 176 0. 176 0.176 0.878 0.176

Salamun 0.204 0.204 0. 204 0. 204 0. 204 1.018 0.204

Matrik penjumlahan setiap baris data rumah sakit untuk kriteria pelayanan dapat
dilihat pada table berikut:

90
Table V-14 Matrik penjumlahan tiap baris data Rumah Sakit

Borromeus Hasan Sadikin Kebon Jati Pindad Salamun Jumlah


Borromeus 0.176 0.175 0.176 0.176 0.176 0.879
Hasan Sadikin 0.27 0.269 0.27 0.27 0.27 1.349
Kebon Jati 0.176 0.175 0.176 0.176 0.176 0.879
Pindad 0.176 0.175 0.176 0.176 0.176 0.879
Salamun 0.204 0.203 0.204 0.204 0.204 1.02

Setelah membuat matrik penjumlahan tiap baris, dilakukan rasio konsistensi.


Hasil perhitungannya dapat dilihat pada tabel berikut:

Table V-15 Perhitungan rasio konsistensi data Rumah Sakit

Tiap Baris Prioritas Hasil


Borromeus 0.879 0.176 1.055
Hasan Sadikin 1.349 0.269 1.618
Kebon Jati 0.879 0.176 1.055
Pindad 0.879 0.176 1.055
Salamun 1.02 0.204 1.224

Dari tabel diatas diperoleh nilai berikut:


- Jumlah (jumlahan dari nilai hasil) = 6.069
- n (jumlah kriteria) = 5
- λ maks (Jumlah/n) =1,214
- CI (λ maks – n/n) = -0,757
- IR=1.188
- CR (CI/IR (lihat pada tabel indek random) = -0,637
Oleh karena nilai CR <=0,1 maka rasio konsistensi perhitungan dapat diterima.

5.1.2.4 Perhitungan Evaluasi Total dan Ranking Rumah Sakit


Dari seluruh evaluasi yang dilakukan terhadap kriteria yang ada diperoleh faktor
evaluasi total sebagai berikut:

Table V-16 Matrik faktor evaluasi total

Administrasi Pelayanan Peralatan Sarana SDM


Borromeus 0.201 0.176 0.208 0.232 0.214
Hasan Sadikin 0.225 0.27 0.225 0.244 0.235

91
Kebon Jati 0.201 0.176 0.189 0.211 0.166
Pindad 0.149 0.176 0.171 0.109 0.172
Salamun 0.225 0.204 0.208 0.205 0.214

Untuk total ranking yang diperoleh dengan mengalikan matriks faktor evaluasi
total dengan mariks faktor pembobotan hirarki, yaitu:

Table V-17 Matrik faktor pembobotan hierarki


Rumah Sakit Bobot
Administrasi 0.205
Pelayanan 0.177
Peralatan 0.277
Sarana 0.21
SDM 0.182

Dari hasil perhitungan diatas ternyata urutan rangking rumah sakit umum kota
bandung berdasarkan kriteria yang ada adalah sebagai berikut:

Table V-18 Ranking bobot penilaian rumah sakit Bandung

Total Bobot Prosentase Ranking


Hasan Sadikin 0.239 23.9% 1
Salamun 0.211 21.1% 2
Borromeus 0.207 20.7% 3
Kebon Jati 0.19 19% 4
Pindad 0.155 15.5% 5
5.2 Pengujian Hasil Perancangan Aplikasi

5.2.1 Pengujian Fungsional Aplikasi


Pengujian dari masing masing proses yang terdapat dalam aplikasi ini bertujuan
untuk menguji setiap fungsionalitas dari aplikasi ini. Hal ini dilakukan untuk
melihat berhasil atau tidaknya sistem dan berjalan sesuai dengan hasil yang
diharapkan. Untuk melihat hasil dari pengujian dapat dilihat dalam tabel berikut.

Table V-19 Hasil pengujian fungsional aplikasi


Nama Nama Use- Hasil
Hasil yang diharapkan Output
Aktor Case Evaluasi

92
Data pengontrolan Popup message data
tersimpan didalam database, berhasil di-input-kan
Input data
kemudian sistem me- kemudian tampil Berhasil
pengontrolan
redirect halaman ke view halaman view
pengontrolan pengontrolan
Petugas
Kontrol Data kontrol tersimpan
Popup message data
didalam database, kemudian
berhasil di-input-kan
Input data sistem me-redirect halaman
kemudian tampil Berhasil
kontrol ke form input data kontrol
halaman form input
sampai form ter-input
data kontrol
semua

Table V-20 Lanjutan Hasil pengujian fungsional aplikasi


Nama Nama Use- Hasil
Hasil yang diharapkan Output
Aktor Case Evaluasi

Sistem dapat mengambil


data pengontrolan dari
database, kemudian Ditampilkan data
View
dikelompokan berdasarkan history pengontrolan Berhasil
pengontrolan
sesi pengontrolannya, dalam bentuk tabel
kemudian menampilkan
dalam bentuk tabel

Pertama sistem dapat


menampilkan form edit
sesuai data yang dipilih, Tampil form edit
kemudian setelah data di- sesuai data yang akan
update data dapat ter-update di-edit, muncul popup
Update status
didalam database, lalu message data berhasil Berhasil
pengontrolan
sistem menampilkan popup di-update, tampil
message data berhasil di- halaman view
update dan yang terakhir pengontrolan
sistem me-redirect halaman
ke view pengontrola

Berhasil
Reset data Data kontrol didalam Tampil popup

93
kontrol database terhapus sesuai konfirmasi data akan
kode kontrolnya, kemudian di reset, muncul
sistem menampilkan popup popup data berhasil
message data berhasil di-reset kemudian
direset, lalu sistem me- ditampilkan halaman
redirect ke halaman view view pengontrolan
pengontrolan

Data pengontrolan didalam


database terhapus sesuai Tampil popup
kode pengontrola, konfirmasi data akan
kemudian sistem dihapus, muncul
Delete data
menampilkan popup popup data berhasil Berhasil
pengontrolan
message data berhasil dihapus kemudian
dihapus, lalu sistem me- ditampilkan halaman
redirect ke halaman view view pengontrolan
pengontrolan

Sistem menampilkan
Sistem dapat mengambil
data pengontrolan
data pengontrolan sesuai
sesuai sesi yang
sesi yang dipilih, kemudian
View detail dipilih, dan
sistem mengelompokan Berhasil
pengontrolan mengelompokan
rumah sakit yang sudah
rumah sakit yang
dikontrol dan rumah sakit
belum dan sudah
yang belum dikontrol
dikontrol

Export pdf Sistem dapat me-generate


Tampil report per-sesi
report per data report per-sesi menjadi Berhasil
dalam bentuk pdf
sesi bentuk pdf

Sistem dapat mengolah data


pengontrolan tiap rumah Tampil report
View report sakit menjadi report per-rs, pengontrolan per-rs
Berhasil
per RS kemudian menampilkan dalam bentuk table
dalam bentuk table dan dan grafik
grafik

Export pdf Tampil report per-rs


Sistem dapat me-generate Berhasil
report per RS dalam bentuk pdf
data report per-rs menjadi

94
bentuk pdf

Sistem dapat mengambil


data pengontrolan dari
database, kemudian Ditampilkan data
View data
dikelompokan berdasarkan history pengontrolan Berhasil
pengontrolan
sesi pengontrolannya, dalam bentuk tabel
kemudian menampilkan
dalam bentuk tabel

Sistem menampilkan
Sistem dapat mengambil
data pengontrolan
data pengontrolan sesuai
sesuai sesi yang
sesi yang dipilih, kemudian
View detail dipilih, dan
sistem mengelompokan Berhasil
pengontrolan mengelompokan
rumah sakit yang sudah
rumah sakit yang
dikontrol dan rumah sakit
belum dan sudah
yang belum dikontrol
dikontrol

Export pdf Sistem dapat me-generate


Tampil report per-sesi
report per- data report per-sesi menjadi Berhasil
dalam bentuk pdf
sesi bentuk pdf
Kepala Sistem dapat mengolah data
Dinas pengontrolan tiap rumah Tampil report
View report sakit menjadi report per-rs, pengontrolan per-rs
Berhasil
per-rs kemudian menampilkan dalam bentuk table
dalam bentuk table dan dan grafik
grafik

Sistem dapat me-generate


Export pdf Tampil report per-rs
data report per-rs menjadi Berhasil
report per-rs dalam bentuk pdf
bentuk pdf

Sistem dapat mengolah data Tampil report


pengontrolan tiap rumah pengontrolan
sakit menjadi report pembobotan dalam
View report
pembobotan, kemudian bentuk pe-ranking-an Berhasil
pembobotan
menampilkan pe-ranking-an tiap rumah sakit
tiap rumah sakit dalam dalam bentuk table
bentuk table dan grafik dan grafik

Export pdf Tampil report


Sistem dapat me-generate
report pembobotan dalam Berhasil
data report pembobotan
pembobotan bentuk pdf
dalam bentuk table menjadi

95
bentuk pdf

5.2.2 Pengujian Hasil Penerimaan User (User Acceptance Test)


Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan terhadap petugas di Dinas Kesehatan
Kota Bandung. Dokumen pengujian penerimaan user dilampirkan pada Lampiran
D. Berikut ini beberapa kesimpulan yang dapat diperoleh dari hasil user
acceptance test.
Table V-21 Hasil User Acceptance Test
Jawaban
Nama Dimensi Pertanyaan
Ya Tidak

Apakah Tampilan website secara keseluruhan menarik ? √

Apakah Menu dan Fungsi dalam website dapat


Website Design √
dimengerti dengan baik ?

Apakah Informasi yang diberikan dari website cukup ? √

Apakah website dapat memproses data pengontrolan



dengan baik dan akurat ?
Reliability
Apakah sistem pengkelasan di website cukup efektif dan

efisien ?

Apakah website dapat memberikan kemudahan dalam



memonitoring kegiatan pengontrolan ?

Apakah website dapat memberikan respons yang cepat



Responsiveness ketika diakses ?

Apakah sistem dapat memberikan solusi yang diinginkan


petugas kontrol dalam mengontrol rumah sakit, dan √
kepala dinas dalam melakukan pengkelasan rumah sakit?

Apakah website dapat dipercaya sebagai media dalam


Trust pelayanan pengontrolan rumah sakit, serta pengkelasan √
rumah sakit ?

96
Apakah website dapat memberikan nilai tambah kepada
Personalization √
petugas kontrol dan kepala dinas yang menggunakan ?

1. Website Design
· Menu mudah dimengerti.
· Fitur dalam pengontrolan dan pembobotan mudah dimengerti
· Informasi tentang data pengontrolan mudah dimengerti
· Tampilan interaktif
2. Reliability
· Website dapat memberikan pengolahan data yang akurat & real-time
· Proses pengontrolan, pengolahan, dan pembobotan rumah sakit dapat
berjalan lebih efektif dan efisien
3. Responsiveness
· Website memberikan respon yang cepat
· Sistem dapat memberikan solusi untuk setiap user yang meggunakan
4. Trust
· Website dapat digunakan sebagai media pengontrolan pelayanan rumah
sakit, serta mengolah data pengontrolan tersebut menjadi data
pengkelasan rumah sakit
5. Personalization
· Sistem dapat memberikan nilai tambah bagi setiap user yang
menggunakannya.

97
Bab VI Penutup

6.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat dari pengembangan DSS pengkelasan rumah sakit
adalah :

1. DSS Pengkelasan Rumah Sakit dapat memberikan solusi terhadap


permasalahan yang terjadi dalam proses pengkelasan rumah sakit yang ada
saat ini,
2. DSS Pengkelasan Rumah Sakit dapat diterima dengan baik oleh user,
khususnya Bagian Yankes Rujukan, Dinas Kesehatan Kota Bandung karena
telah memenuhi kriteria pelayanan pengkelasan rumah sakit,
3. DSS Pengkelasan Rumah Sakit memiliki fitur secara online yang
memudahkan dioperasikan seperti:
a. Input data pengontrolan
b. Input data kontrol
c. View pengontrolan
d. Update status pengontrolan
e. Verifikasi report
f. Reset data control
g. View data pengontrolan
h. Export pdf report per-sesi
i. View report per-rumah sakit
j. Export pdf report per-rumah sakit
k. View report pembobotan
l. Export pdf report pembobotan

6.2 Saran
Adapun saran untuk penelitian selanjutnya diantaranya:

1. Untuk fitur input data kontrol dan data pengontrolan dapat


dikembangkan dalam bentuk aplikasi mobile, sehingga proses kegiatan
pengontrolan dapat lebih mudah.

98
2. Untuk pengembangan aplikasi dapat dikembangkan untuk jenis rumah
sakit lainnya, seperti rumah sakit khusus.
3. Untuk pegembangan kriteria pengkelasan dapat diperinci lagi untuk per
bagian yang ada di rumah sakit, seperti IGD, ICU, OK, dll yang datanya
lebih spesifik untuk bagian-bagian tersebut.

99
DAFTAR PUSTAKA

[1] Aziz, M. F. (2005). Object Oriented Programming dengan PHP5. Jakarta:


PT Elex Media Komputindo.
[2] Bandung, D. K. (n.d.). About Us: Dinas Kesehatan Kota Bandung.
Retrieved January 11, 2012, from Dinas Kesehatan Kota Bandung Web
Site: www.bandung.go.id/?fa=dilemtek.detail&id=8
[3] Dharwiyanti, S. (2003). Pengantar Unified Modeling Language (UML).
Jakarta: IlmuKomputer.com.
[4] Herijulianti, D. E., & Indriani, T. S. (2001). Pendidikan Kesehatan Gigi.
Jakarta: Kedokteran EGC.
[5] Indika, M. (2010). Sistem Pendukung Keputusa penentuan lokasi
pembangunan Tower Base Transceiver Station(BTS) pada PT. XL Axiata
tbk-Medan dengan Metode Analytic Hierarchy Process(AHP). Medan:
Universitas Sumatra Utara.
[6] Indonesia, J. E. Pemrograman Website Lanjut. Java Education Network
Indonesia.
[7] Indonesia, M. K. (2010). Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 340/MENKES/PER/III/2010 Tentang Klasifikasi Rumah
Sakit. Jakarta: Menteri Kesehatan Republik Indonesia.
[8] Kosasi, S. (2002). Sistem Penunjang Keputusan (Decision Support
System). Pontianak.
[9] Kusrini. (2007). Konsep dan Aplikasi Sistem Pendukung Kepautusan.
Yogayakarta: Andi Publiser.
[ 10 ] Maharrani, R. H. (2012). Penerapan Metode Analytical Hierarchi Process
dalam penerimaan karyawan pada PT. Pasir Besi Indonesia. Jurnal
Teknologi Informasi, volume 6 no. 1, ISSN 1414-9999 .
[ 11 ] Permadi, B. (1992). AHP. Jakarta: Universitas Indonesia.
[ 12 ] Purba, B. T. (2007). Penentuan Ranking Kabupaten Propinsi Sumatra
Utara bergasarkan nilai infrastruktur degan Metode Analitic Hierarchy
Process(AHP). Medan: Universitas Sumatra Utara.

100
[ 13 ] Suryantara, I. G. (2009). Analisis dan Perancangan SISFO (Bahan
Pelengkap E-Learning). Jakarta: Universitas Bunda Mulia.
[ 14 ] Turban, E. (2005). Decision Support Systems and Intelligent Systems 7th
Ed. New Jersey: Pearson Education.

101
LAMPIRAN A
Skenario Black box Testing
Skenario Black-Box Testing

Nama Hasil
Nama Use-Case Hasil yang diharapkan Output
Aktor Evaluasi

Data pengontrolan tersimpan


Input data didalam database, kemudian sistem
pengontrolan me-redirect halaman ke view
pengontrolan

Data kontrol tersimpan didalam


Input data database, kemudian sistem me-
kontrol redirect halaman ke form input data
kontrol sampai form ter-input semua

Sistem dapat mengambil data


pengontrolan dari database,
View kemudian dikelompokan
pengontrolan berdasarkan sesi pengontrolannya,
kemudian menampilkan dalam
bentuk tabel

Petugas Pertama sistem dapat menampilkan

Kontrol form edit sesuai data yang dipilih,


kemudian setelah data di-update
data dapat ter-update didalam
Update status
database, lalu sistem menampilkan
pengontrolan
popup message data berhasil di-
update dan yang terakhir sistem me-
redirect halaman ke view
pengontrola

Data kontrol didalam database


terhapus sesuai kode kontrolnya,
Reset data kemudian sistem menampilkan
kontrol popup message data berhasil direset,
lalu sistem me-redirect ke halaman
view pengontrolan

Delete data Data pengontrolan didalam database


pengontrolan terhapus sesuai kode pengontrola,

A-1
kemudian sistem menampilkan
popup message data berhasil
dihapus, lalu sistem me-redirect ke
halaman view pengontrolan

Sistem dapat mengambil data


pengontrolan sesuai sesi yang
View detail dipilih, kemudian sistem
pengontrolan mengelompokan rumah sakit yang
sudah dikontrol dan rumah sakit
yang belum dikontrol

Export pdf Sistem dapat me-generate data


report per sesi report per-sesi menjadi bentuk pdf

Sistem dapat mengolah data


pengontrolan tiap rumah sakit
View report per
menjadi report per-rs, kemudian
RS
menampilkan dalam bentuk table
dan grafik

Export pdf Sistem dapat me-generate data


report per RS report per-rs menjadi bentuk pdf

Sistem dapat mengambil data


pengontrolan dari database,
View data kemudian dikelompokan
pengontrolan berdasarkan sesi pengontrolannya,
kemudian menampilkan dalam
bentuk tabel

Kepala Sistem dapat mengambil data


pengontrolan sesuai sesi yang
Dinas
View detail dipilih, kemudian sistem
pengontrolan mengelompokan rumah sakit yang
sudah dikontrol dan rumah sakit
yang belum dikontrol

Export pdf Sistem dapat me-generate data


report per-sesi report per-sesi menjadi bentuk pdf

View report per- Sistem dapat mengolah data


rs pengontrolan tiap rumah sakit
menjadi report per-rs, kemudian

A-2
menampilkan dalam bentuk table
dan grafik

Export pdf Sistem dapat me-generate data


report per-rs report per-rs menjadi bentuk pdf

Sistem dapat mengolah data


pengontrolan tiap rumah sakit
View report menjadi report pembobotan,
pembobotan kemudian menampilkan pe-ranking-
an tiap rumah sakit dalam bentuk
table dan grafik

Export pdf Sistem dapat me-generate data


report report pembobotan dalam bentuk
pembobotan table menjadi bentuk pdf

Tabel diatas adalah tabel isian untuk scenario black-box testing. Setiap use-case
dari masing-masing aktor akan dijalankan dan hasil yang tampil dari program
untuk setiap use-case akan dilampirkan di kolom isian hasil, lalu dilakukan
evaluasi terhadap hasil yang diharapkan dengan hasil yang terjadi. Apabila hasil
sesuai dengan hasil yang diharapkan maka pada kolom isian Hasil Evaluasi diisi
Berhasil, apabila hasil tidak sesuai dengan hasil yang diharapkan maka pada
kolom isian Hasil Evaluasi diisi Tidak Berhasil.

A-3
LAMPIRAN B
Skenario User Acceptance Test
Skenario User Acceptance Test

Jawaban
Nama Dimensi Pertanyaan
Ya Tidak

Apakah Tampilan website secara keseluruhan menarik ?

Apakah Menu dan Fungsi dalam website dapat


Website Design
dimengerti dengan baik ?

Apakah Informasi yang diberikan dari website cukup ?

Apakah website dapat memproses data pengontrolan


dengan baik dan akurat ?
Reliability
Apakah sistem pengkelasan di website cukup efektif dan
efisien ?

Apakah website dapat memberikan kemudahan dalam


memonitoring kegiatan pengontrolan ?

Apakah website dapat memberikan respons yang cepat


Responsiveness ketika diakses ?

Apakah sistem dapat memberikan solusi yang diinginkan


petugas kontrol dalam mengontrol rumah sakit, dan
kepala dinas dalam melakukan pengkelasan rumah sakit?

Apakah website dapat dipercaya sebagai media dalam


Trust pelayanan pengontrolan rumah sakit, serta pengkelasan
rumah sakit ?

Apakah website dapat memberikan nilai tambah kepada


Personalization
petugas kontrol dan kepala dinas yang menggunakan ?

Skenario User Acceptance Test:

· DSS Pengkelasan Rumah Sakit akan didemonstrasikan


· User akan mencoba menggunakan aplikasi tersebut secara mandiri tanpa
bantuan dari pihak developer

B-1
· Setelah user selesai menggunakan sistem tersebut, user akan diminta
mengisi form isian sesuai dengan tabel diatas, dengan tata cara pengisian
sebagai berikut
o Berikan ceklist pada kolom Ya apabila pertanyaan tersebut
memenuhi kriteria berdasarkan asumsi user
o Berikan ceklist pada kolom Tidak apabila pertanyaan tersebut tidak
memenuhi kriteria berdasarkan asumsi user
· Setelah pengisian form selesai, user akan diminta untuk memberikan
feedback dan saran untuk DSS Pengkelasan Rumah Sakit.

B-2
LAMPIRAN C
Screenshot Aplikasi
Screenshot Aplikasi

1. Tampilan Login

2. Tampilan Home

C-1
3. Tampilan Input data pengontrolan

4. Tampilan Input data kontrol

C-2
5. Update status pengontrolan

6. Detail pengontrolan

C-3
7. View pengontrolan

8. Export pdf report

C-4
9. View report per-RS

10. View report pembobotan

C-5
LAMPIRAN D
Dokumen User Acceptance Test
Dokumen User Acceptance Test

1. Print screen User Acceptance Test

D-1
2. Lanjutan Print Screen User Acceptance Test

D-2

Anda mungkin juga menyukai