Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

KONSEP AKTIVITAS

A. Definisi
Aktivitas adalah suatu energi atau keadaan bergerak dimana manusia
memerlukan untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup, salah satu tanda
kesehatan adalah adanya kemampuan seseorang melakukan aktivitas seperti
berdiri, berjalan, dan bekerja. Dengan beraktivitas tubuh akan menjadi sehat
dan metobolisme tubuh menjadi optimal. Kemampuan aktivitas seseorang
tidak terlepas dari keadekuatan sistem persarafan dan muskoloskeletal.
Aktivitas fisik yang kurang memadai dapat menyebabkan berbagai gangguan
pada sistem muskuloskeletal seperti atrofi otot, sendi menjadi kaku dan juga
menyebabkan ketidakefektifan fungsi organ internal lainnya (Alimul, 2009).
Latihan merupakan suatu gerakan tubuh secara aktif yang dibutuhkan
untuk menjaga kinerja otot dan mempertahankan postur tubuh. Latihan dapat
memelihara pergerakan dan fungsi sendi sehingga kondisinya dapat setara
dengan kekuatan dan fleksibilitas otot. Selain itu, latihan fisik dapat membuat
fungsi-fungsi gastrointestinal dapat bekerja lebih optimal dengan
meningkatkan selera makan orang tersebut dan melancarkan eliminasinya
karena apabila seseorang dapat melakukan aktivitas fisik secara adekuat maka
hal tersebut dapat membuat otot abdomen menjadi lemah sehingga fungsi
eliminasinya kurang efektif (Mubarak, 2008).

B. Fisiologi Perubahan Fungsi


Gerak pada umumnya terjadi secara sadar, namun, ada pula gerak yang
terjadi tanpa disadari yaitu gerak refleks.Untuk terjadi gerak refleks, maka
dibutuhkan struktur sebagai berikut : organ sensorik (yang menerima impuls),
serabut saraf sensorik (yang menghantarkan impuls), sumsum tulang
belakang (serabut-serabut saraf penghubung menghantarkan impuls), sel saraf
motorik (menerima dan mengalihkan impuls), dan organ motorik (yang
melaksanakan gerakan) (Pearce, 2009).
Gerak refleks merupakan bagian dari mekanika pertahanan tubuh yang
terjadi jauh lebih cepat dari gerak sadar, misalnya menutup mata pada saat
terkena debu, menarik k embali tangan dari benda panas menyakitkan yang
tersentuh tanpa sengaja. Gerak refleks dapat dihambat oleh kemauan sadar
misalnya, bukan saja tidak menarik tangan dari benda panas, bahkan dengan
sengaja menyentuh permukaan panas. (Pearce, 2009).

Adapun menurut Hidayat (2014):


1) Tulang skeleton memberikan kerangka kerja untuk gerak. Tulang yang
rapuh memiliki kerangka kerja yang buruk dan dapat memburuk kapan
saja dan selanjutnya dapat menghalangi gerak.
2) Sendi synovial paling banyak mendukung aktivitas serta ada pula ligament
yang merupakan kumpulan jaringan serabut fleksibel yang
menghubungkan tulang satu dengan tulang lainnya, ligament yang robek
dapat menghambat stabilitas sendi dan akan merusak gerak.
3) Kontraksi otot dan relaksasi otot berhubungan dengan tendon (struktur
berbentuk gelendng kuat yang melekatkan otot pada tulang) untuk
menghasilkan gerak.

C. Etiologi
Faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas menurut Mubarak (2008), Hidayat
(2014):
1. Usia
2. Jenis kelamin
3. Status nutrisi
4. Penyakit yang terutama menyerang sistem nerveus dan muskuloskeletal
5. Penyakit kardiovaskular dan pulmonal
6. Kondisi psikologis
7. Kelainan postur
8. Gangguan perkembangan otot
9. Kerusakan sistem saraf pusat
10. Trauma langsung pada sistem muskuloskeletal dan neuromuskular
11. Kekakuan atau kelemahan otot

D. Klasifikasi (akibat perubahan fungsi)


Klasifikasi aktivitas dan latihan menurut Heriana (2014):
a) Aktivitas penuh, merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak
secara penuh dan bebas sehingga dapat melakukan interaksi sosial dan
menjalankan peran sehari-hari. Aktivitas penuh tersebut merupakan
saraf motoric volunteer dan sensorik untuk dapat mengontrol seluruh
tubuh seseorang.
b) Aktivitas sebagian, merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak
dengan batasan jelas dan tidak mampu bergerak secara bebas karena
dipengaruhi oleh gangguan saraf motorik dan sensorik pada area
tubuhnya.
 Aktivitas sebagian temporer, merupakan kemampuan individu untuk
bergerak dengan batasan yang sifatnya sementara, contohnya seperti
dislokasi sendi dan tulang.
 Aktivitas permanen, merupakan kemampuan individu untuk
bergerak dengan batasan yang sifatnya menetap, contohnya seperti
hemiplegia karen stroke dan paraplegi karena cidera tulang belakang.
Klasifikasi latihan antara lain:
a) Latihan fleksibilitas seperti regang memperbaiki kisaran gerakan otot
dan sendi.
b) Latihan aerobik seperti berjalan dan berlari berpusat pada penambahan
daya tahan kardiovaskular.
c) Latihan anaerobik seperti angkat besi menambah kekuatan otot jangka
pendek.
E. Manifestasi Perubahan Fungsi
Manifestasi klinik pada gangguan aktivitas yaitu tidak mampu bergerak
secara mandiri atau perlu bantuan alat/orang lain, memiliki hambatan dalam
berdiri dan memiliki hambatan dalam berjalan (Hidayat, 2014).

F. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi


a. Usia
Usia berpengaruh terhadap kemampuan seseorang dalam melakukan
mobilisasi. Pada individu lansia, kemampuan untuk melakukan aktifitas
dan mobilisasi menurun sejalan dengan penuaan.

b. Gaya Hidup
Mobilitas seseorang dipengaruhi oleh latar belakang budaya, nilai-
nilai yang dianut, serta lingkungan tempat ia tinggal (masyarakat).

c. Ketidakmampuan
Kelemahan fisik dan mental akan menghalangi seseorang untuk
melakukan aktivitas hidup sehari-hari. Secara umum ketidakmampuan
dibagi menjadi 2 yaitu, ketidakmampuan primer yang disebabkan oleh
penyakit atau trauma dan ketidakmampuan sekunder yang disebabkan
akibat dampak dari ketidakmampuan primer (kelemahan otot atau tirah
baring)
d. Tingkat Energi
Energi dibutuhkan untuk banyak hal, salah satunya mobilisasi. Dalam
hal ini cadangan energi yang dimiliki masing-masing individu bervariasi.

G. Macam – Macam Gangguan yang Mungkin Terjadi


a. Muskuloskeletal
Osteoporosis, penurunan massa tulang, hilangnya kekuatan otot,
penurunan area potong lintang otot, kontraktor, degenerasi rawan sendi,
ankilosis, peningkatan tekanan intraartikular, berkurangnya volume sendi.
b. Integumen
Peningkatan risiko ulkus dekubitus dan laserasi kulit.

H. Rencana Asuhan Keperawatan


Pengkajian Riwayat Keperawatan
a. Riwayat Keperawatan Sekarang
Pengkajian riwayat pasien saat ini meliputi alasan pasien yang
menyebabkan terjadi keluhan/gangguan dalam beraktivitas, seperti adanya
nyeri, kelemahan otot, kelelahan, tingkat mobilitas dan imobilisatas, dan
lama terjadinya gangguan aktivitas.

b. Riwayat Keperawatan Penyakit Dahulu


Pengkajian riwayat penyakit yang berhubungan dengan pemenuhan
kebutuhan aktivitasfisik/mobilisasi, misalnya adanya riwayat penyakit
sistem neurologis (kecelakaan cerebrovaskular, trauma kepala,
peningkatan tekanan intracranial, miastenia gravis, guillain barre, cedera
medulla spinalis, dan lain-lain), riwayat penyakit sistem kardiovaskular
(infark miokard, gagal jantung, kongestif), riwayat penyakit
musculuskeletal (osteoporosis, fraktur, artritis), riwayat penyakit sistem
pernapasan (penyakit paru obstruksi menahun, pneumonia, dan lain-lain),
riwayat pemakaian obat, seperti sedative, hipnotik, depresan system saraf
pusat, laksania, dan lain-lain.

Pemeriksaan Fisik : data fokus


a. Kemampuan Mobilisasi
Pengkajian kemampuan mobilisasi dengan tujuan untuk menilai

Tingkat Aktivitas / Kategori


Mobilisasi
Tingkat 0 Mampu merawat diri sendiri
secara penuh
Tingkat 1 Memerlukan penggunaan alat
Tingkat 2 Memerlukan bantuan atau
pengawasan orang lain
Tingkat 3 Memerlukan bantuan,
pengawasan orang lain, dan
peralatan
Tingkat 4 Sangat tergantung dan tidak
dapat melakukan /
berpartisipasi dalam perawatan

kemampuan gerak ke posisi miring, duduk, berdiri, bangun, dan


berpindah tanpa bantuan. Kategori tingkat kemampuan aktivitas
sebagai berikut :

b. Kekuatan Otot dan Gangguan Koordinasi


Dalam mengkaji kekuatan otot dapat ditentukan kekuatan secara
bilateral atau tidak. Derajat kekuatan otot dapat ditentukan dengan :

Skala Karakteristik
0 Tidak ada kontraksi
1 Ada tanda dari kontraksi
2 Bergerak tapi tak mampu untuk
menahan gaya gravitasi
3 Bergerak melawan gaya
gravitasi tetapi tidak dapat
melawan tahanan otot
pemeriksa
4 Bergerak dengan lemah
terhadap tekanan otot
pemeriksa
5 Kekuatan dan regangan yang
normal

c. Kemampuan Rentang Gerak


Pengkajian rentang gerak (range of motion-ROM) dilakukan pada
daerah seperti bahu, siku, lengan, panggul dan kaki.

Tipe Gerakan Derajat Rentang Normal


Leher, Spina, Servikal
Fleksi : menggerakan dagu 45
menempel ke dada
Ekstensi : mengembalikan 45
kepala ke posisi tegak
Hiperekstensi : menekuk 10
kepala ke belakang sejauh
mungkin
Fleksi Lateral : memiringkan 40-45
kepala sejauh mungkin ke arah
setiap bahu
Rotasi : memutar kepala sejauh 180
mungkin dalam gerakan
sirkuler
Hiperekstensi : Menekuk 10
kepala ke belakang sejauh
mungkin

Fleksi Lateral : memiringkan 40-45


kepala sejauh mungkin ke arah
setiap bahu
Rotasi : memutar kepala sejauh 180
mungkin dalam gerakan
sirkuler
Bahu
Fleksi : menaikkan lengan dari 180
posisi di samping tubuh ke
depan ke posisi di atas kepala
Ekstensi : mengembalikan 180
lengan ke posisi semula
Abduksi : menaikkan lengan ke 180
posisi samping di atas kepala
dengan telapak tangan jauh
dari kepala
Adduksi : menurunkan lengan 320
ke samping dan menyilang
tubuh sejauh mungkin
Rotasi dalam : dengan siku 90
fleksi, memutar bahu dengan
menggerakan lengan sampai
ibu jari menghadap ke dalam
dan ke belakang
Rotasi Luar : dengan siku 90
fleksi, menggerakan lengan
sampai ibu jari ke atas dan
samping kepala
Lengan Bawah
Supinasi : memutar lengan 70-90
bawah dan tangan sehingga
telapak tangan menghadap ke
atas
Supinasi : memutar lengan 70-90
bawah dan tangan sehingga
telapak tangan menghadap ke
atas
Pergelangan Tangan
Fleksi : menggerakan telapak 80-90
tangan ke sisi dalam lengan
bawah
Ekstensi : menggerakan jari- 80-90
jari sehingga jari-jari, tangan,
dan lengan bawah berada
dalam arah yang sama
Abduksi (fleksi radial) : Sampai 30
menekuk pergelangan tangan
miring (medial) ke ibu jari
Abduksi (fleksi luar) : 30-50
menekuk pergelangan tangan
miring (lateral) ke arah lima
jari
Jari-jari tangan
Fleksi : membuat pergelangan 90
Ekstensi : meluruskan jari 90
tangan
Hiperekstensi : menggerakan 30-60
jari-jari tangan ke belakang
sejauh mungkin
Ibu jari
Fleksi : menggerakan ibu jari 90
menyilang permukaan telapak
tangan
Ekstensi : menggerakan ibu jari 90
lurus menjauh dari tangan
Pinggul
Fleksi : menggerakan tungkai 90-120
ke depan dan atas
Ekstensi : menggerakan 90-120
kembali ke samping tungkai
yang lain
Lutut
Fleksi : menggerakan tumit ke 120-130
arah belakang paha

Ekstensi : mengbalikan 120-130


tungkai ke lantai
Mata Kaki
Dorsifleksi : menggerakan kaki 20-30
sehingga jari-jari

I. Pemeriksaan Penunjang
a. Sinar-X untuk mengetahui lebih jelas letak permasalahan pada pasien
b. CT Scan (Computed Tomography) menunjukkan rincian bidang
tertentu apakah ada bagian yang terkena dan dapat memperlihatkan
tumor jaringan lunak dan cidera ligament atau tendon, apakah ada
bagian yang bermasalah atau mengalami kelainan.
c. MRI (Magnetik Resonance Imaging) adalah tehnik pencitraan khusus,
noninvasive, yang menggunakan medan magnet, gelombang radio,
dan computer untuk memperlihatkan abnormalitas Pemeriksaan
laboratorium : HB ↓ pada trauma, Ca ↓ pada imobilisasi lama, alkali
fospat ↑, kreatinin dan SGOT ↑ pada kerusakan otot.

J. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul


Diagnosa 1 : Hambatan mobilitas fisik
Definisi
Suatu keterbatasan dalam kemandirian, pergerakan fisik yang
bermanfaat dari tubuh atau satu ekstremitas atau lebih.
Batasan Karakteristik
a. Penurunan waktu reaksi
b. Kesulitan membolak-balik
c. Melakukan aktivitas lain sebagai pengganti pergerakan (misalnya:
meningkatkan perhatian pada aktivitas orang lain, mengendalikan
perilaku, focus pada ketunadayaan/aktivitas sebelum sakit)
d. Dyspnea setelah beraktivitas
e. Perubahan cara berjalan
f. Gerakan bergetar
g. Keterbatasan kemampuan melakukan ketrampilan motorik halus
h. Keterbatasan kemampuan melakukan ketrampilan motorik kasar
i. Keterbatasan rentang pergerakan sendi
j. Tremor akibat pergerakan
k. Ketidakseimbangan postur
l. Pergerakan lambat
m. Pergerakan tidak terkoordinasi
i. Faktor-faktor yang berhubungan
a. Intoleransi aktivitas
b. Perubahan metabolisme seluler
c. Ansietas
d. Indeks masa tubuh di atas persentil ke-75 sesuai usia
e. Gangguan kognitif
f. Kontraktur
g. Kepercayaan budaya tentang aktivitas sesuai usia
h. Penurunan ketahanan tubuh
i. Penurunan kendali otot
j. Penurunan massa otot
k. Penurunan kekuatan otot
l. Kurang pengetahuan tentang nilai aktivitas fisik
m. Keadaan mood depresif
n. Keterlambatan perkembangan
o. Kurang dukungan lingkungan (misal: fisik atau social)
p. Keterbatasan ketahanan kardiovaskular
q. Kerusakan integritas struktur tulang

Diagnosa 2 : Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum


Definisi
Ketidakcukupan energi psikologis atau fisiologis untuk melanjutkan
atau menyelesaikan aktivitas kehidupan sehari-hari yang harus atau yang
ingin dilakukan.
Batasan Karakteristik
a. Melaporkan secara verbal adanya kelelahan atau kelemahan
b. Respon abnormal dari tekanan darah atau nadi terhadap aktivitas
c. Perubahan EKG yang menunjukkan aritmia atau iskemia
d. Adanya dyspnea atau ketidaknyamanan saat beraktivitas

Faktor yang berhubungan


a. Tirah baring atau imobilisasi
b. Kelemahan menyeluruh
c. Ketidakseimbangan antara suplai oksigen dengan kebutuhan
d. Gaya hidup yang dipertahankan
Perencanaan
Diagnosa 1 : Hambatan mobilitas fisik
Tujuan dan kriteria hasil
Klien mampu melaksanakan aktivitas fisik sesuai dengan
kemampuannya.Kriteria hasil
a. Tidak terjadi kontraktur sendi
b. Bertambahnya kekuatan otot
c. Klien menunjukkan tindakan untuk meningkatkan mobilitas

Intervensi dan Rasional

Intervensi Rasional
1. Berikan / bantu pasien 1. Dapat meningkatkan
untuk melakukan latihan kemampuan pasien untuk
rentang gerak pasif dan melakukan rentang gerak
aktif pasif dan aktif
2. berikan perawatan kulit 2. untuk menghindari tekanan
dengan baik, massase titik pada area penonjolan tulang
yang tertekan setelah rehap
perubahan posisi. Periksa
keadaan kulit dibawah
brace dengan periode waktu
tertentu
3. kolanorasi dalam 3. penggunaan analgetik yang
pemberian analgetik sesuai berlebihan dapat menutupi
program dan efektivitasnya gejala, dan ini menyulitkan
defisit neurologis lebih lanjut
4. rujuk pasien untuk 4. pasien yang mengalami
konsultasi psikologis bila kehilangan fungsi tubuh
kelemahan motorik, permanen akan merasa
sensorik, dan fungsi seksual sedih. Semakin besar makna
terjadi permanen kehilangan, semakin dalam
lama reaksi kesedihan yang
dialami
5. kolaborasi dengan ahli 5. menurunkan risiko
fisioterapi untuk latihan terjadinya iskemia jaringan
fisik klien akibat sirkulasi darah yang
jelek pada daerah yang
tertekan

Dignosa 2 : Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan


umum
Tujuan dan kriteria hasil
a. Mampu mengidentifikasi aktivitas dan situasi yang
menimbulkan kecemasan yang berkontribusi pada intoleransi
aktivitas
b. Mampu berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai
peningkatan TD, HARI, RR, dan perubahan ECG
c. Mengungkapkan secara verbal pemahaman tentang kebutuhan
d. Mampu berpartisipasi dalam perwatan diritanpa bantuan atau
dengan bantuan minimal tanpa menunjukkan kelelahan
Kriteria hasil
a. Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan
tekanan darah, nadi dan RR.
b. Mampu melakukan aktivitas sehari-hari (ADL) secara mandiri

Intervensi Rasional
1. Tentukan penyebab keletihan: 1. Untuk mengetahui tentang
nyeri, aktivitas, perawatan, penyebab nyeri yang terjadi akan
pengobatan mengurangi ketegangan pasien dan
memudahkan pasien untuk diajak
bekerjasama dalam melakukan
tindakan
2. Kaji respon emosi, social dan 2. Untuk mengetahui aktivitas yang
spiritual terhadap aktivitas dilakukan
3. Evaluasi motivasi dan keinginan 3. Memudahkan pasien untuk diajak
klien untuk meningkatkan bekerjasama dalam melakukan
aktivitas tindakan
4. Monitor respon kardiorespirasi 4. Untuk mencegah timbul /
terhadap aktivitas : takikardi, menburuknya disritmia
disritmia, dispnea, diaforesis,
pucat
5. Monitor asupan nutrisi untuk 5. Untuk memenuhi kebutuhan
memastikan keadekuatan sumber oksigen
energi
6. Monitor respon terhadap 6. Untuk mengetahui kondisi jantung
pemberian oksigen : nadi, irama pasien
jantung, frekuensi, respirasi
terhadap aktivitas perawatan diri
7. Letakan benda-benda yang sering 7. Untuk mempermudah aktivitas
digunakan pada tempat yang
mudah dijangkau
8. Kelola energi pada klien dengan 8. Untuk memenuhi kebutuhan
pemenuhan kebutuhan makanan, oksigen didalam tubh
cairan, kenyamanan / digendong
untuk
9. Kaji pola istirahat klien dan 9. Memfokuskan kembali perhatian
adanya faktor yang menyebabkan istirahat
kelelahan
DAFTAR PUSTAKA

A.Aziz alimul H. (2009). Pengantar kebutuhan dasar manusia: aplikasi konsep


dan proses keperawatan. Jakarta: salemba medika.
Mubarak, Wahit & Chayatin. (2008). Buku Ajar Kebutuhan Dasar manusia Teori
dan Aplikasi dalam Praktik. Jakarta: EGC.
Nanda. (2015). Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015 - 2017 Edisi
10 editor T Heather Herdman, Shigemi Kamitsuru. Jakarta: EGC.
Pearce Evelyn C. 2009. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakata: PT
Gramedia Pustaka Utama
Hidayat, A. Aziz Alimul dan Musrifatul Uliyah. 2014. Pengantar Kebutuhan
Dasar Manusia. Jakarta : Salemba medika
Heriana, Pelapina. 2014. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia. Tangerang selatan
: Binarupa aksara

Wartonah, Tarwoto. 2010. Kebutuhan Dasar manusia dan Proses Keperawatan.


Jakarta : Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai