Mempelajari Proses Produksi Teh Ijoe Ratu Pelangsing 2
Mempelajari Proses Produksi Teh Ijoe Ratu Pelangsing 2
Oleh
Menyetujui,
Mengetahui,
SANWACANA
Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan
karunia-Nya penulis dapat meyelesaikan laporan Praktik Umum yang berjudul
Mempelajari Proses Produksi Teh Ijoe Ratu Pelangsing di PT. Salama Nusantara.
Laporan Praktik Umum ini dibuat berdasarkan hasıl wawancara, pengamatan,
praktik langsung di lapang dan studi literatur selama Praktik Umum dilaksanakan
oleh penulis pada tanggal 9 Agustus sampai dengan 11 September 2021.
Penyusunan laporan Praktik Umum ini tak lepas dari bantuan, motivasi dan
bimbingan dari berbagai pihak sehingga penulis dapat menyelesaikannya dengan
baik sehingga penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si. selaku Dekan Fakultas
Pertanian, Universitas Lampung;
2. Bapak Dr. Erdi Suroso D.T.P., M.T.A. selaku Ketua Jurusan Teknologi Hasil
Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung yang telah memberikan
pembekalan sebelum melaksanakan Praktik Umum yang telah memberikan
bimbingan dan saran kepada penulis;
3. Bapak Ir. Samsu U. Nurdin, M.Si. selaku sebagai Dosen Pembimbing PU yang
telah memberikan bimbingan, saran serta bantuannya kepada penulis;
4. Ibu Novita Herdiana, S.Pi., M.Si selaku Koordinator mata kuliah Praktik
Umum Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas
Lampung atas segala arahan, nasihat, serta bantuannya;
5. Ibu Ir. Susilawati, M.Si. selaku Dosen Pembimbing Akademik atas bimbingan,
dukungan, motivasi, pengarahan dan bantuannya;
iv
Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam penulisan dan
penyusunan laporan Praktik Umum ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan
kritik dan saran dari semua pihak demi perbaikan kedepannya. Semoga laporan ini
dapat bermanfaat bagi pembaca,
DAFTAR ISI
Halaman
COVER................................................................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN PRAKTIK UMUM........................... ii
SANWACANA........................................................................................................... iii
DAFTAR ISI............................................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR................................................................................................. vi
DAFTAR TABEL..................................................................................................... viii
I. PENDAHULUAN.............................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang........................................................................................... 1
1.2. Tujuan Praktik Umum.............................................................................. 3
1.3. Waktu, Tempat, dan Metode Pelaksanaan Praktik Umum.............. 3
1.3.1. Waktu dan Tempat.......................................................................... 3
1.3.2. Metode Pelaksanaan......................................................................... 4
II. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PRAKTIK UMUM. . . 5
2.1. Sejarah dan Perkembangan Perusahaan............................................... 5
2.2. Visi dan Misi Perusahaan.......................................................................... 6
2.3. Nilai Perusahaan.......................................................................................... 7
2.3.1. Nama dan Slogan Perusahaan........................................................ 7
2.3.2. Logo Perusahaan............................................................................... 7
2.4. Lokasi dan Tata Letak Perusahaan......................................................... 8
2.5. Struktur Organisasi.................................................................................... 10
2.6. Tugas Masing-masing Jabatan................................................................. 11
2.6.1. Direktur Utama................................................................................. 11
2.6.2. Wakil Direktur.................................................................................. 11
2.6.3. Kepala Bagian (Kabag) Unit dan Bahan Baku........................... 11
2.6.4. Unit Distrbusi, Market, dan Database.......................................... 11
2.6.5. Marketing........................................................................................... 12
2.6.6. Sekretaris dan Administrasi........................................................... 12
vi
2.6.7. Petani................................................................................................... 12
2.6.8. Karyawan Produksi.......................................................................... 12
2.6.9. Distributor/Agen............................................................................... 12
2.7. Ketenaga Kerjaan....................................................................................... 13
2.7.1. Pengadaan Sumber Daya Manusia............................................... 13
2.7.2. Jam Kerja........................................................................................... 13
2.7.3. Sistem Penggajian Karyawan......................................................... 13
2.8. Fasilitas Perusahaan................................................................................... 14
III. HASIL KEGIATAN DAN PEMBAHASAN................................................. 15
3.1. Produksi Teh Ijoe Ratu Pelangsing di PT. Salama Nusantara......... 15
3.1.1. Bahan Baku Produk......................................................................... 15
3.1.2. Alat dan Mesin Produksi................................................................. 18
3.1.3. Proses Produksi Teh Ijoe Ratu Pelangsing.................................. 22
3.2. Pengemasan dan Pelabelan Teh Ijoe Ratu Pelangsing........................ 34
3.3. Pemasaran Produk Teh Ijoe Ratu Pelangsing...................................... 36
IV. PENUTUP............................................................................................................. 38
4.1. Kesimpulan................................................................................................... 38
4.2. Saran.............................................................................................................. 39
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................ 40
LAMPIRAN................................................................................................................ 42
vii
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
I. PENDAHULUAN
Seiring dengan zaman yang semakin modern, banyak masyarakat baik pria
maupun wanita yang menginginkan berat tubuh yang ideal serta mengurangi
obesitas. Obesitas dapat menyebabkan penyakit-penyakit serius seperti diabetes
mellitus, hipertensi, hiperlipidemia, jantung koroner, stroke, gangguan sistem
musculoskeletal, penyakit kandung empedu, serta beberapa jenis kanker
meningkat seiring dengan peningkatan berat badan sehingga dilakukan banyak
cara dalam perwujudannya menghindari obesitas serta mendapatkan berat badan
yang ideal (Soetjiningsih, 2005). Bahan alami yang dapat digunakan sebagai obat
diet antara lain teh hijau dan daun jati cina. Ivonasi ini telah dilakukan oleh PT.
2
Salama Nusantara dengan cara mengolah teh hijau dan daun jati cina menjadi teh
pelangsing atau yang lebih dikenal dengan nama produk “Teh Ijoe Ratu
Pelangsing” untuk mengatasi permasalahan obesitas yang terjadi.
Produk Teh Ijoe Ratu Pelangsing menggunakan bahan baku teh hijau dan daun
jati cina. Teh hijau merupakan teh yang terbuat dari daun teh yang baru dipanen
tanpa mengalami proses fermentasi. Teh hijau sering dikonsumsi oleh masyarakat
sebagai minuman penyegar yang memiliki kandungan kimia antara lain asam
fenolik, Vitamin B, lignin, stiben, dan flavonoid. Flavonoid utama dalam daun teh
yaitu catechin. Catechin yang terkandung dalam teh hijau juga mampu untuk
mengurangi resiko penyakit jantung, menurunkan kolestrol, menghambat
pertumbuhan sel kanker seperti sel kanker kulit, sel kanker usus serta sel kanker
paru-paru, membantu memperlancar proses pencernaan makanan melalui
stimulasi peristalsis dan produksi cairan pencernaan, dan memperlancar proses
metabolisme tubuh yang dapat membantu proses penurunan berat badan atau
obesitas karena epigallocatechin gallate (EGCG) yang terkandung didalamnya
(Riska dan Rahmanisa, 2016).
Bahan baku lain yang digunakan pada teh pelangsing produk Teh Ijoe Ratu
Pelangsing selain daun teh hijau yaitu daun senna atau yang sering dikenal oleh
masyarakat sebagai daun jati cina. Masyarakat mengenal daun jati cina sebagai
obat tradisional yang digunakan sebagai obat pelangsing atau obat diet. Jati cina
juga mengandung anthracenedione atau anthraquinone yang dapat memberikan
efek laksatif pada tubuh untuk membantu mengatasi sembelit atau konstipasi.
Daun jati cina memberikan efek laksatif dengan cara mencegah penyerapan kalori
dan gula berlebih dalam makanan yang dikonsumsi, sehingga tubuh tidak banyak
mendapatkan asupan kalori yang dapat menyebabkan kenaikan berat badan.(Chien
et al, 2010).
menambah kesehatan kepada para konsumennya. Mutu akhir dari produk teh hijau
sebagai obat pelangsing dengan nama dagang “Teh Ijoe Ratu Pelangsing”
ditentukan oleh proses produksi dan teknologi yang tepat serta memenuhi standar
sehingga menghasilkan produk yang berkualitas. Produksi Teh Ijoe Ratu
Pelangsing di PT Salama Nusantara dilakukan mulai dari penanganan bahan baku,
proses produksi, pengemasan, dan pendistribusian produk akhir yang siap
dikonsumsi.
1. Melaksankan salah satu mata kuliah wajib dengan kredit 3 sks sebagai syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi Hasil Pertanian.
2. Mempelajari proses produksi Teh Ijoe Ratu Pelangsing di PT Salama
Nusantara, Wates, Kulon Progo, Yogyakarta.
3. Mempelajari proses produksi Teh Ijoe Ratu Pelangsing tubruk di PT. Salama
Nusantara, Wates, Yogyakarta.
4. Mempelajari proses produksi Teh Ijoe Ratu Pelangsing celup di PT. Salama
Nusantara, Wates, Yogyakarta.
5. Mengetahui kemasan yang digunakan pada proses produksi The Ijoe Ratu
Pelangsing di PT Salama Nusantara, Wates, Kulon Progo, Yogyakarta
Metode pelaksanaan yang digunakan dalam Praktik Umum (PU) adalah sebagai
berikut :
1. Wawancara
Dilakukan terhadap pihak yang berwenang sesuai dengan arahan yang
diberikan oleh pembimbing lapangan.
2. Pengamatan Langsung
Mengamati secara langsung proses penaganan bahan baku, proses produksi,
dan penaganan produk akhir wedang uwuh hingga menjadi produk yang siap
didistribusikan.
3. Praktik Langsung
Ikut serta dalam melaksanakan proses penanganan bahan baku, produksi, dan
penanganan produk akhir wedang uwuh hingga ikut serta dalam proses
pemasaran ke konsumen.
4. Pembahasan dan Pelaporan
Menginterpretasikan data yang diperoleh dari Praktik Umum dan
membandingkan pelaksanaan lapang dengan teori yang ada sehingga
diperoleh penjelasan dalam bentuk laporan.
5
Pada tanggal 20 April 2004 secara resmi berdiri Industri Obat Tradisonal dengan
nama “Salama Nusantara”. Modal awal untuk mendirikan perusahaan ini sebesar
Rp. 20.000.000,00- yang digunakan untuk membeli bahan baku, peralatan
penunjang proses produksi, membayar pekerja serta untuk mengurus perizinan
usaha. Usaha jamu tradisonal ini telah mendapat izin resmi dari Dinas Kesehatan
6
Balai POM (TR No. 053151771) pada tahun 2005, Halal MUI (No. 121 300000
80306) pada tahun 2008, Izin Usaha (SK MENKES RI No. 448/3125/IV.2) pada
tahun 2015, serta dalam pembuatannya diawasi dan dikontrol oleh Apoteker dari
UGM. PT. Salama Nusantara pada tahun 2007 berhasil menembus pasar
internasional dengan mengekspor Teh Mahkota dewa. Pada 2010 PT. Salama
Nusantara mulai memproduksi jamu lain seperti jahe merah instan, kunyit putih
instan, temulawak instant, serta secang yang dibuat menjadi bentuk serbuk instan.
Pada tahun 2012 perusahaan beinovasi dengan membuat produk baru yaitu
kerupuk talas dan wedang uwuh ukuran sachet.
Visi dari PT. Salama Nusantara yaitu “Mewujudkan bangsa Indonesia sehat
dengan herbal tanpa bahan kimia tambahan”. Tentunya dalam mewujudkan
visinya tersebut perushaan memiliki misi yang harus dilakukan yaitu
“Menempatkan herbal sebagai solusi problem kesehatan menuju kesejahteraan
hakiki sejati”.
7
Nama PT. Salama Nusantara merupakan gabungan dari dua kata yaitu Salama dan
Nusantara. Salama memiliki arti selamat dan Nusantara berarti hamparan ribuan
pulau yang tergabung dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). PT
Salama Nusantara hadir dengan produk unggulannya yaitu Teh Mahkota Dewa
beserta produk-produk pendukung lainnya seperti Wedang uwuh, jahe merah
instan, kunyit putih instan, temulawak instant, secang instant, teh mersulin serta
teh hijau yang menjadikan bangsa Indonesia menjadi bangsa yang sehat. PT
Salama Nusantara memiliki slogan yaitu “Dari Kulon Progo untuk Indonesiaku,
sehatlah bangsaku, bersama kami anda sehat, sukses, bahagia dan sejahtera”.
Tulisan aksara jawa yang terletak ditengah-tengah logo apabila dibaca akan
berbunyi “jamu”. Secara keseluruhan pesan yang ingin disampaikan dari logo PT
Salama Nusantara adalah untuk menuju yang lima (nikmat, sehat, segar, bugar,
dan sejahtera) dapat dicapai dengan mengonsumsi jamu. Tulisan Jogja yang
terdapat di bawah melambangkan “ Jogja Never Ending Asia” yang memilki
makna yaitu dari Salama Nusantara akan menambah ikon Jogja, khususnya Kulon
Progo di kancah Internasional. Logo perusahaan PT Salama Nusantara dapat
dilihat pada Gambar 1.
kanan, kiri, dan belakang dikelilingi oleh sawah yang merupakan milik warga
sekitar yang ditanami padi dan palawija. Untuk bagian depan perusahaan terdapat
mushola yang digunakan para pegawai untuk solat dzuhur. Lokasi perusahaan PT
Salama Nusantara dapat dilihat pada Gambar 2.
antara lain wedang uwuh, jahe merah instan, kunir putih, teh ijoe ratu pelangsing,
teh celup daun kelor, teh jati cina, teh rosella, teh celup daun sirsak dan teh bunga
telang.
Direktur
Drs. H.M. Maryono
Wakil Direktur
Hj. Nur Hidayati M
Distributor
Jawa, Kalimantan,
Sumatera, Malaysia,
Singapura, dan Brunei
Konsumen
Pelanggan
Wakil direktur PT. Salama Nusantara memiliki tugas untuk membantu tugas
direktur utama, mengawasi, dan mengkoordinasikan kegiatan karyawan.
Kepala bagian (kabag) unit dan bahan baku bertugas untuk menyediakan,
menampung, dan mengelola bahan baku dari ketua kelompok tani plasma untuk
mensuplay bahan baku setengah jadi ke perusahaan.
Unit Distribusi, market dan database memiliki tugas memberikan pendapat dan
saran kepada direktur utama terhadap rencana distribusi dan market,
melaksanakan tugas yang diberikan direktur utama, mengatur distribusi dan
mendistribusikan produk, merencanakan strategi pemasaran, promosi dan
menjaring minat agen untuk memperluas jaringan pemasarann, membackup tugas
direktur utama, menyusun mambuat data penting perusahaan.
12
2.6.5. Marketing
2.6.7. Petani
Petani mempunyai tugas untuk menanam pohon bahan baku, mengolah bahan
baku menjadi setengah jadi (rajangan kering), kemudian disetor ke ketua
kelompok tani.
2.6.9. Distributor/Agen
Pada tahun 2004 sampai 2005 awal berdirinya perusahaan, PT Salama Nusantara
hanya memiliki 3 karyawan yang merupakan anggota kelurga sendiri kemudian
bertambah menjadi 10 orang pada tahun 2006 dan sampai saat ini jumlah
karyawannya mencapai 24 orang. Tenaga kerja ini berasal dari masyarakat sekitar
dengan cara recruitment dan masa percobaan selama 2 bulan. Syarat untu bekerja
adalah memiliki minimal ijazah SMP dan lama masa kerja sampai berusia 56
tahun. PT Salama Nusantara memiliki jam kerja yaitu 8 jam/hari dari hari Senin
hingga Sabtu. Semua karyawan yang bekerja merupakan ibu rumah tangga. Selain
itu PT Salama memilki mitra kerja dengan para petani dari daerah Kulon Progo
yang berasal dari beberapa kecamatan yaitu Samigaluh, Girimulyo, Pengasih, dan
Kokap. Hal tersebut untuk memnuhi stok bahan baku seperti kayu secang dan
jahe.
PT Salama Nusantara menerapkan 6 hari kerja dari hari Senin hingga Sabtu
dengan jam kerja mulai puku 07.30-16.00 WIB. Sistem pengaturan jam kerja yang
dilaksanakan di PT Salama Nusantara tertera pada tabel 1 berikut.
Tabel 1. Jam Kerja karyawan PT. Salama Nusantara
Jam Kerja
Hari Biasa Hari Lembur
Masuk : 07.30 – 16.00 WIB Lembur Pagi : 06.00 – 07.00 WIB
Istirahat Pagi : 09.30 – 10.00 WIB Lembur Sore : 16.00 – 18.00 WIB
Istirahat siang : 12.00 – 13.00 WIB Lembur Malam : 19.00 – 22.00 WIB
Produksi Teh Ijoe Ratu Pelangsing menggunakan bahan baku daun teh hijau dan
daun jati cina. Masyarakat biasanya menggunakan kedua jenis bahan herbal
tersebut sebagai obat diet. Oleh karena hal tersebut, PT Salama Nusantara
memunculkan suatu inovasi baru dengan mencampurkan kedua bahan tersebut
dalam bentuk teh herbal sebagai obat diet alami. Produk ini memiliki dua varian
bentuk yaitu dalam bentuk teh tubruk dan dalam bentuk teh celup dengan
pengolahan yang berbeda-beda pada setiap bentuknya.
Bahan baku merupakan suatu bahan mentah yang digunakan untuk membuat
produk melalui tahapan pengolahan hinga menjadi produk yang diinginkan. PT
16
1. Teh Hijau
PT Salama Nusantara menggunakan daun teh hijau sebagai bahan baku utama
dalam pembuatan produk Teh Ijoe Ratu Pelangsing. Bahan baku teh hijau yang
digunakan oleh PT Salama Nusantara diperoleh dari petani dikebun teh Gambung,
Desa Mekarsari, Kecamatan jambu pasir Bandung jawa Barat. PT Salama
Nusantara menerima bahan baku teh hijau dalam bentuk yang telah dikeringkan
oleh para petani didaerah tersebut. Produksi Teh Ijoe Ratu Pelangsing celup
menggunakan daun teh hijau kering yang telah melalui proses penggilingan dan
kemudian dilakukan proses peyangraian kembali agar kadar air berkurang.
Sedangkan untuk Teh Ijoe Ratu Pelangsing dalam bentuk tubruk mengunakan teh
kering utuh yang disangrai kembali sebelum dikemas. Teh hijau yang digunakan
tentunya yaitu teh hijau dengan kualitas yang baik, tidak hancur, tidak ada
kontaminasi bahan lain, dan bersifat organik. Tanaman teh hijau disajikan pada
gambar 5.
17
Gambar 5. (a) Tanaman teh Hijau segar, (b) Teh Hijau Kering
Teh hijau memiliki banyak manfaat bagi kesehatan. Tanaman ini memiliki
kandungan kimia antara lain asam fenolik, Vitamin B, lignin, stiben, dan
flavonoid. Flavonoid utama dalam daun teh yaitu catechin yang terbagi menjadi 4
macam antara lain epicatechin (EC), epicatechin gallate (ECG), epigallocatechin
(EGC),epigallocatechin gallate (EGCG), dan galokatekin (GC) (Barron, 2008).
EGCG merupakan catechin utama yang terkandung pada teh hijau dan merupakan
bentuk yang paling aktif diantara semua jenis catechin, serta memiliki efek biologi
yang paling besar dibandingkan dengan catechin yang lain. Rahasia utama teh
hijau dapat menurunkan berat badan terletak pada tiga komponen atau bahan
utamanya, yaitu Epigallocatechin gallate (EGCG), Caffeine, dan Ltheanine.
EGCG yaitu antioksidan yang dapat menstimulasi metabolisme lemak tubuh.
EGCG ini akan memicu penurunan berat badan dengan cara meningkatkan
oksidasi lemak tubuh. Komponen yang mendominasi yaitu epigalokatekin dan
epigalokatekin galat. Kandungan katekin berkisar antara 20-30% dari seluruh
berat kering daun. (Anjarsari, 2016)
PT. Salama Nusantara menggunakan daun jati cina sebagai bahan tambahan
dalam pembuatan produk Teh Ijoe Ratu Pelangsing. Daun jati cina yang
digunakan sebagai campuran Teh Ijoe Ratu Pelangsing celup yaitu daun jati cina
kering yang sebelumnya dilakukan proses penggilingan dan pengovenan selama
20 menit untuk mengurangi kadar airnya, setelah itu daun jati cina siap untuk
digunakan sebagai bahan campuran teh hijau, sedangkan daun jati cina yang
18
digunakan sebagai campuran Teh Ijoe Ratu Pelangsing tubruk merupakan daun
jati cina kering, walaupun jati cina yang diperoleh telah dalam keadaan kering
namun ketika akan digunakan sebagai bahan campuran teh hijau, daun jati cina
dioven terlebih dahulu. Daun jati cina yang digunakan diperoleh dari salah satu
suplier di daerah Semarang, Jawa Tengah. Daun jati cina disajikan pada Gambar
6.
Gambar 6. (a) Daun Jati Cina Segar, (b) Daun jati cina kering
Daun jati cina telah lama digunakan oleh masyarakat sebagai obat tradisional
untuk pelangsing, penurun kolestrol, sembelit, laksatif, anti inflamasi, demam,
edema, penyakit kulit dan pembersih usus (Sudarsono, et al 2002). Jati cina
mengandung senyawa golongan antrakinon seperti sennosida, aloe-emodin, rehi,
dan krisofanol yang mempunyai aktivitas laksatif. Sennosida yang terkandung
didalamnya merupakan senyawa yang paling aktif sebagai laksatif, dimana
didalam tubuh senyawa tersebut mengalami reaksi hidrolisis enzimatis dan
reduksi oleh bakteri flora usus menjadi rheinantron. Efek laksatif dihasilkan
dengan cara mencegah penyerapan kalori dan gula berlebih dalam makanan yang
dikonsumsi, sehingga tubuh tidak banyak mendapatkan asupan kalori yang dapat
menyebabkan kenaikan berat badan.(Chien et al, 2010).
Alat dan mesin produksi dalam sebuah perusahaan merupakan suatu perlengkapan
penunjang kegiatan pengolahan bahan baku hingga menjadi produk akhir. PT.
Salama Nusantara dalam pengolahan produk Teh Ijoe Ratu Pelangsing celup
19
maupun Teh Ijoe Ratu Pelangsing celup masih menggunakan peralatan serta
mesin yang masih manual dan sederhana. Teh Ijoe Ratu Pelangsing celup dalam
proses pengolahannya dikemas menggunakan sendok teh sebagai alat penunjang
untuk mengisi kantung filter yang kemudian ditutup dengan menggunakan sealer.
Sedangkan untuk proses pengolahan Teh Ijoe Ratu Pelangsing tubruk hanya
menggunakan sealer.
1. Sealer
Mesin sealer atau sealing merupakan mesin yang digunakan untuk menyegel
kemasan produk teh. Terdapat dua jenis sealer yang digunakan di PT. Salama
Nusantara yaitu mesin press jenis Hand Sealer yang digunakan untuk menyegel
kemasan kantung filter dan kemasan plastik, dan mesin press jenis Pedal Foot
Sealer yang digunakan untuk menyegel plastik dan alumunium foil. Mesin press
yang digunakan disajikan dalam gambar 7.
2. Sendok teh
Sendok teh dalam proses produksi Teh Ijoe Ratu Pelangsing digunakan sebagai
alat untuk mengisi campuran teh hijau bubuk dan daun jati cina bubuk kedalam
20
kantung filter yang kemudian di-press dengan sealer. Proses pengemasan teh
celup di PT. Salama Nusantara dilakukan secara manual.
3. Timbangan
4. Nampan
Nampan digunakan sebagai wadah teh celup yang belum di seal atau segel.
Nampan yang digunakan berupa nampan plastik dengan diameter 45 cm. Tampah
yang digunakan dapat dilihat pada gambar 9.
5. Oven
Oven yang digunakan merupakan oven tangkring yang menggunakan api kompor
sebagai pemanasnya. Oven tersebut digunakan untuk mengeringkan bahan baku
kering yang akan digunakan agar kadar air yang terkandung didalamnya semakin
berkurang sehingga tidak menyebabkan produk mengalami jamuran yang
disebabkan oleh kandungan kadar air yang tersisa didalam bahan baku. Bahan
baku yang akan dioven diletakan diatas loyang secara merata dan membutuhkan
waktu ± 20 menit. Oven yan digunakan di PT. Salama Nusantara disajikan pada
Gambar 10.
6. Loyang
Loyang digunakan sebagai wadah untuk menampung teh hijau dan jati cina yang
sedang disangrai kedalam oven. Loyang yang digunakan berbahan dasar besi seng
sehingga mudah menghantarkan panas agar proses pengeringan mudah dilakukan
dan merata keseluruh bagian bahan-bahan tersebut. Loyang yang digunakan
disajikan pada gambar 11.
Teh Ijoe Ratu Pelangsing merupakan salah satu produk yang telah diproduksi oleh
PT. Salama Nusantara sejak tahun 2015. Bahan baku yang digunakan dalam
produk ini yaitu teh hijau sebagai bahan baku utamanya dan daun jati cina sebagai
bahan campurannya. Proses produksi Teh Ijoe Ratu Pelangsing terdiri dari dua
jenis pengolahan yaitu Teh Ijoe Ratu Pelangsing tubruk dan Teh Ijoe Ratu
Pelangsing celup. Pengolahan Teh Ijoe Ratu Pelangsing melalui beberapa tahap
antara lain sortasi kering, penggilingan, pengovenan, dan pengemasan. Tahap
pengolahan produksi Teh Ijoe Ratu Pelangsing adalah sebagai berikut.
Bahan baku teh yang didapatkan oleh PT. Salama Nusantara dari para supliernya
tidak berada dalam kondisi segar atau setelah pemetikan, melainkan kedua jenis
bahan baku yang didapatkan sudah melalui proses pengolahan terlebih dahulu
sebelumnya dikirim ke perusahaan. Terdapat dua jenis produk Teh Ijoe Ratu
Pelangsing, diantaranya Teh Ijoe Ratu Pelangsing tubruk dan Teh Ijoe Ratu
Pelangsing celup. Berikut ini merupakan diagram alir tahapan pengolahan teh
hijau yang disajikan pada Gambar 12.
Sortasi kering
Penggilingan
Pengovenan
Gambar 12. Proses pengolahan daun teh hijau (Sumber : PT. Salama Nusantara).
23
1. Sortasi kering
Proses sortasi kering dilakukan setelah bahan baku teh hijau sampai ke
perusahaan. Sortasi kering ini bertujuan untuk memisahkan adanya kontaminasi
yang berasal dari lingkung berupa zat pengotor seperti batu krikil,tanah, ranting
teh, batang teh benalu teh selama proses pengolahan. Bahan baku teh hijau
disortasi dengan cara memisahkan antara teh utuh dengan teh remukannya. PT
Salama Nusantara menggunakan daun teh utuh dalam pembuatan Teh Ijoe Ratu
Pelangsing tubruk. Sortasi teh juga dilakukan untuk memisahkan daun teh dengan
ranting, batang teh, batu krikil serta tanah, sehingga diperoleh kualitas teh hijau
kering yang baik sesuai dengan keinginan konsumen.
2. Penggilingan
Daun teh yang digunakan memiliki dua varian yaitu daun teh hijau kering bubuk
yang digunakan sebagai bahan baku Teh Ijoe Ratu Pelangsing celup dan daun teh
hijau kering sebagai bahan baku Teh Ijoe Ratu Pelangsing tubruk. Daun teh hijau
yang digunakan sebagai bahan baku teh celup harus melalui tahap penggilingan
terlebih dahulu, sedangkan untuk bahan baku teh tubruk tidak melalui proses
penggilingan. Proses penggilingan daun teh hijau dilakukan dengan bantuan
mesin giling yang biasa digunakan untuk menggiling kopi dan beras. Tentunya
skualitas dari daun teh akan mempengaruhi proses penggilingan. Daun teh hijau
yang benar-benar kering akan mudah untuk mengalami proses penggilingan dan
akan menghasilkan bubuk teh yang halus tanpa proses pengayakan ulang. Daun
teh yang dibutuhkan dalam satu kali proses produksi Teh Ijoe Ratu Pelangsing
celup yaitu sebanyak 5.0 kg teh hijau bubuk. Proses penggilingan daun teh hijau
kering di PT Salama Nusantara disajikan pada gambar 13.
24
Daun jati cina yang digunakan sebagai bahan campuran pada proses produksi Teh
Ijoe Ratu Pelangsing didapatkan dari penjual bahan baku obat herbal di pasar
Wates, Kulon Progo, namun biasanya juga bahan baku tersebut didapatkan dari
suplier yang berasal dari daerah Semarang, Jawa Tengah. Daun jati cina yang
didapatkan merupakan daun jati cina yang telah dikeringkan dan dikemas dalam
kemasan plastik. Setelah bahan baku sampai diperusahaan kemudian dilakukan
pengolahan lebih lanjut. Daun jati cina kering yang digunakan sebagai bahan
tambahan pembuatan produk Teh Ijoe Ratu Pelangsing harus melalui beberapa
tahapan seperti sortasi basah, pencucian dengan air bersih, pengeringan dengan
sinar matahari langsung 1-2 hari, dan pengemasan dengan plastik.
Berikut merupakan diagram alir tahapan pengolahan daun jati cina kering yang
digunakan sebagai bahan tambahan produk Teh Ijoe Ratu Pelangsing yang
disajikan pada gambar 14.
25
Sortasi basah
Pencucian
Pengeringan
Pengemasan
Gambar 14. Diagram Alir pengolahan daun jati cina kering (Sumber : PT. Salama
Nusantara)
a. Sortasi basah
Penyortiran merupakan suatu cara dalam menjaga kualitas dari bahan dengan cara
pemilihan bahan yang segar dan berkualitas baik dengan bahan yang rusak atau
cacat akibat serangan penyakit (Haryani, 2009). Daun jati cina yang telah melalui
proses pemetikan kemudian dilakukan sortasi. Tahap awal pengolahan daun jati
cina penting untuk dilakukan agar menjaga kualitas akhir yang dihasilkan. Sortasi
basah dilakukan dengan cara pemisahan tangkai daun dengan daun segar dan
membuang daun yang telah rusak akibat serangan serangga atau ulat daun.
b. Pencucian
Proses pencucian daun jati cina penting dilakukan untuk membersihkan kotoran
yang menempel pada daun. Pencucian daun jati cina dilakukan dengan
mengalirkan air bersih dan dilakukan pengadukan secara manual menggunakan
tangan secara perlahan dan ditiriskan. Tujuan dilakukannya pencucian yaitu untuk
menghilangkan kotoran-kotoran yang menempel pada bahan. Kotoran yang
26
menempel pada bahan akan menjadi sumber kontaminan yang biasanya terjadi
saat proses pemanenan, penyimpanan, pengolahan, dan selama proses transportasi
dan transit (Triani et al, 2013).
c. Pengeringan
Pengeringan daun jati cina dilakukan secara manual. Daun jati cina yang telah
dibersihkan serta dicuci kemudian dikeringkan dibawah sinar matahari selama 1-2
hari. Pengeringan ini dilakukan untuk mengurangi kadar air sampai 11-12%
dalam bahan sehingga memperpanjang masa simpan bahan. Pengeringan secara
langsung memiliki kelemahan diantaranya laju pengeringan bahan terjadi secara
lambat, harus selalu dipantau dan dilindungi dari serangan hewan seperti
serangga, ayam, dan lainnya, serta sangat bergantung pada kondisi iklim. Disisi
lain juga, pengeringan dibawah terik sinar matahari langsung rentan
terkontaminasi mikroba, kotoran hewan, dan lain sebagainya (Mujumdar, 2006).
d. Pengemasan
Pengemasan merupakan tahapan akhir pengolahan daun jati cina kering. daun jati
cina yang telah dikeringkan dikemas dalam kemasan plastik untuk mempermudah
penyimpanan serta pendistribusian. Daun jati cina kering dikemas dalam ukuran
300 gram perkemasan.
Berikut merupakan diagram alir pengolahan daun jati cina yang akan digunakan
sebagai bahan tambahan Teh Ijoe Ratu Pelangsing di PT. Salama Nusantara.
Pembuatan daun jati cina bubuk disajikan pada gambar 15.
27
Sortasi basah
Pencucian
Pengeringan
Pengemasan
Gambar 15. Diagram alir pembuatan jati cina bubuk (Sumber : PT. Salama
Nusantara)
a. Penggilingan
Daun jati cina kering yang telah disortasi harus dilakukan penggilingan untuk
menghasilkan daun jati cina bubuk yang akan diunakan sebagai bahan tambahan
dalam pembuatan Teh Ijoe Ratu Pelangsing. Penggilingan dilakukan dengan
mesin penggiling dengan bahan bakar solar. Tahapan awal pembuatan daun jati
cina bubuk sangat diperhatikan, hal ini dikarenakan dapat mempengaruhi kualitas
dari produk akhir yang dihasilkan. Daun jati cina bubuk yang digunakan sebagai
bahan tambahan pembuatan Teh Ijoe Ratu Pelangsing disajikan pada Gambar 16.
28
b. Pengovenan
Proses pengovenan dilakukan untuk mengurangi kadar air yang ada didalam
bahan dan mengeluarkan aroma khas dari daun jati cina. Pengovenan dilakukan
untuk memperpanjang masa simpan daun jati cina bubuk. Proses pengovenan
dilakukan dengan oven yang diletakan diatas kompor. Proses pengovenan
dilakukan selama 15-20 menit dalam sekali pengovenan. Tujuan dari pengeringan
adalah menurunkan kadar air pada bahan agar lebih awet, mengecilkan volume
bahan untuk memudahkan, menghemat biaya pengangkutan, pengemasan, dan
penyimpanan. Akan tetapi pengeringan ini memiliki kerugian antara lain
terjadinya perubahan fisik dan kimia pada bahan serta terjadinya penurunan mutu
bahan (Afrianti, 2008). Dalam sekali proses produksi Teh Ijoe Ratu Pelangsing
proses pengovenan dapat dilakukan sampai 6 kali. Proses pengovenan daun jati
cina disajikan pada gambar 17.
29
c. Pendinginan
Proses pendinginan daun jati cina yang telah dioven dilakukan dengan
meletakannya pada tampah yang telah dilapisi dengan karung bersih dan diangin-
anginkan. Proses pendinginan daun jati cina bubuk dilakukan selama 3-4 jam pada
ruangan terbuka dibagian ruang produksi.
d. Pengemasan
Produk Teh Ijoe Ratu Pelangsing merupakan bentuk olahan teh yang berasal dari
campuran teh hijau dengan daun jati cina yang telah melalui proses pengeringan.
Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan Teh Ijoe Ratu Pelangsing
diantaranya yaitu teh hijau kering dan daun jati cina kering. Pengolahan Teh Ijoe
Ratu Pelangsing di PT. Salama Nusantara dilakukan setelah pengolahan bahan
30
baku. Pengolahan produk Teh Ijoe Ratu Pelangsing tubruk dan teh celup
dilakukan dengan pengolahan yang berbeda akan tetapi bahan baku yang
digunakan tetap sama. Pengolahan Teh Ijoe Ratu Pelangsing tubruk melalui
beberapa tahapan pengolahan bahan baku, yaitu pengovenan bahan baku dan
pencampuran bahan baku, sedangkan untuk pengolahan Teh Ijoe Ratu Pelangsing
celup harus melalui beberapa tahapan pengolahan bahan baku diantaranya yaitu
penggilingan dan pengovenan bahan baku. Berikut ini merupakan pengolahan Teh
Ijoe Ratu Pelangsing tubruk dan Teh Ijoe Ratu Pelangsing celup.
Diagram alir proses produksi Teh Ijoe Ratu Pelangsing tubruk disajikan pada
gambar 18.
Pencampuran
Penimbangan tahap 2
Gambar 18. Diagram alir proses pembuatan Teh Ijoe Ratu Pelangsing tubruk
(Sumber : PT. Salama Nusantara)
31
Proses penimbangan dilakukan sebelum bahan baku dikemas. Teh hijau yang
digunakan merupakan teh hijau yang tehnya telah melaui tahap pengeringan dan
sortasi. Teh hijau yang digunakan yaitu sebanyak 3 kg dan ditambahkan dengan
daun jati cina sebanyak 1 kg kedalam suatu wadah baskom.
2. Pencampuran
Pencampuran daun teh hijau kering dengan daun jati cina dilakukan dengan cara
manual. Daun teh hijau kering yang telah ditimbang ditambahkan daun jati cina
kering yang kemudian diaduk dengan tangan hingga tercampur secara merata.
Pencampuran dilakukan pada baskom, hal ini dilakukan karena dalam satu kali
pencampuran teh langsung dikemas dan dilakukan pelabelan. Proses pencampuran
daun teh jati cina kering disajikan pada gambar 19.
3. Penimbangan tahap 2
Setelah kedua bahan baku telah tercampur secara merata, dilanjutkan dengan
memasukannya dalam kemasan. Proses penimbangan disajikan pada gambar 20.
32
Pengemasan dan pelabelan Teh Ijoe Ratu Pelangsing tubruk di PT. Salama
Nusantara dilakukan secara manual. Teh Ijoe Ratu Pelangsing tubruk dikemas
dalam plastik PP dan diberi label berupa stiker yang ditempelkan pada plastik.
Teh Ijoe Ratu Pelangsing Tubruk dalam satu kemasan berisi 50 gram campuran
daun teh hijau dan daun jati cina. Kemasan Teh Ijoe Ratu Pelangsing tubruk
disajikan pada gambar 21.
Gambar 21. Kemasan Teh Ijoe Ratu Pelangsing tubruk (Sumber : PT. Salama
Nusantara)
33
Berikut merupakan diagram alir proses produksi Teh Ijoe Ratu Pelangsing celup
di PT. Salama Nusantara yang disajikan pada gambar 22.
Pengadukan
Gambar 22. Diagram alir pembuatan Teh Ijoe Ratu Pelangsing celup (Sumber :
PT. Salama Nusantara)
1. Pencampuran
Proses pencampuran dilakukan dengan cara manual. Daun teh hijau yang telah
digiling dan menjadi bubuk-bubuk halus dimasukan kedalam waskom besar dan
kemudian ditambahkan dengan daun jati cina bubuk. Perbandingan antara daun
teh hijau bubuk dengan daun jati cina bubuk yaitu 3:1,daun teh hijau bubuk yang
digunakan dalam satu kali pencampuran yaitu sebanyak kg, sedangkan daun jati
cina bubuk yang digunakan yaitu 1 kg. pencampuran dilakukan secara manual
dengan pengadukan menggunakan bantuan sodet.
34
2. Pengadukan.
3. Pengemasan.
PT. Salama Nusantara dalam proses produksi Teh Ijoe Ratu Pelangsing
menggunakan jenis kemasan kantong filter, kemasan plastik, alumunium foil dan
kemasan karton. Produk Teh Ijoe Ratu Pelangsing tubruk dikemas dengan
menggunakan kemasan plastik PP (polypropylene) sebagai kemasan primernya,
sedangkan untuk produk Teh Ijoe Ratu Pelangsing celup dikemas dengan
menggunakan kemasan alumunium foil. Penggunaan plastik PP pada produk teh
tubruk dikarenakan teh ini merupakan produk kering sehingga diperlukan
kemasan yang mampu untuk mencegah perpindahan uap air serta mencegah
produk kehilangan aroma dan CO2. Plastik PP (polypropylene) memiliki
karakteristik seperti tidak mudah sobek, kaku, permeabilitas uap air rendah,
permeabilitas gas sedang, tahan akan suhu tinggi (150o C) dan transparan.
Pengemasan produk Teh Ijoe Ratu Pelangsing celup di PT. Salama Nusantara
dikemas dengan kertas filter yang berbentuk persegi panjang sebagai bentuk
kemasan primernya. Fungsi kemasan primer pada produk teh celup ini yaitu
sebagai pelindung (protection), mengawetkan (prevention), dan untuk
mempermudah konsumen dalam menggunakan dan menikmati produk teh celup
ini (Nurminah, 2002). Kertas filter mampu menahan serbuk-serbuk teh yang
tebungkus didalamnya pada saat proses penyeduhan, sehingga memudahkan
konsumen dalam proses penyajiannya sehingga dihasilkan teh yang jernih tanpa
ampas yang keluar atau mengendap. Selain menggunakan kemasan primer,
terdapat juga kemasan sekunder pada produk Teh Ijoe Ratu Pelangsing celup
berupa alumunium foil.
Pemasaran adalah suatu proses sosial yang dengan proses itu individu dan
kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan
menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk dan jasa
yang bernilai dengan pihak lain, untuk definisi manajerial, pemasaran sering di
gambarkan sebagai seni menjual produk (Kotler et al, 2007). Definisi pemasaran
bersandar pada konsep inti yang meliputi kebutuhan (needs), keinginan (wants),
dan permintaan (demands). Produk Teh Ijoe Ratu Pelangsing yang diproduksi di
PT. Salama Nusantara dipasarkan berdasarkan permintaan konsumen atau job
order. Sistem job order merupakan pendistribusian produk dengan kapasitas
produksi yang disesuaikan dengan jumlah pesanan yang diminta. Hal ini
dikarenakan proses produksinya hanya akan dilakukan pada saat ada pesanan
masuk.
Jumlah pesanan minimal produk Teh Ijoe Ratu Pelangsing yang diterima PT.
Salama Nusantara yaitu 200 bungkus Teh Ijoe Ratu Pelangsing tubruk dan 200
bungkus Teh Ijoe Ratu Pelangsing celup yang proses pengerjaannya dapat
diselesaikan selama waktu 2-3 hari. Dalam satu kali proses produksi biasanya PT.
Salama Nusantara dapat memproduksi sebanyak 500 bungkus Teh Ijoe Ratu
Pelangsing tubruk dan 500 bungkus Teh Ijoe Ratu Pelangsing celup yang proses
pengerjaannya dapat diselesaikan selama 7 hari. Teh Ijoe Ratu Pelangsing untuk
masing-masing varian di jual dengan harga yang berbeda tiap bungkusnya, untuk
jenis Teh Ijoe Ratu Pelangsing tubruk memiliki harga jual Rp. 15.000.00-,
sedangkan untuk jenis Teh Ijoe Ratu Pelangsing celup memiliki harga jual Rp.
20.000,00-perbungkus.
Pemasaran Teh Ijoe Ratu Pelangsing di PT. Salama Nusantara dilakukan oleh
distributor lengkap. Hal ini tentunya memudahkan untuk proses pemasaran serta
penjualannya. Produk Teh Ijoe Ratu Pelangsing tidak hanya diperjual belikan di
37
kota Yogyakarta saja, melainkan sudah mencapai kota-kota lainnya diluar kota
Yogyakarta seperti Bali, Sulawesi, dan daerah sekitar jawa. Produk Teh Ijoe Ratu
Pelangsing memiliki target pemasaran diantaranya remaja hingga orang dewasa
yang ingin mempunyai tubuh ideal. Produk ini dipercaya dapat menurunkan berat
badan serta dapat mengurangi perut buncit yang dikarenakan oleh kandungan
pada daun jati cina yang dipercayai sebagai obat diet herbal.
38
IV. PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil kegaitan Praktik Umum (PU) yang telah dilaksanakan di PT.
Salama Nusantara, maka disimpulkan bahwa :
1. Kegiatan Praktik Umum ini dilakukan karena untuk memenuhi syarat mata
kuliah wajib sebagai seorang calon sarjana Teknologi Hasil Pertanian.
3. Proses produksi Teh Ijoe Ratu Pelangsing Tubruk dilakukan dengan beberapa
tahapan diantaranya penyiapan bahan baku kering teh hijau : daun jati cina
dengan perbandingan 3 kg :1 kg, pencampuran bahan baku, pengemasan dan
pelabelan, penimbangan akhir, dan pengepresan.
4. Proses produksi Teh Ijoe Ratu Pelangsing celup dilakukan dengan beberapa
tahapan diantaranya penyiapan bahan baku dalam bentuk bubuk,
pencampuran bahan baku, pengadukan, pengemasan dan pelabelan.
39
5. Kemasan yang digunakan pada produk Teh Ijoe Ratu Pelangsing di PT.
Salama Nusantara yaitu pada produk teh tubruk menggunakan plastik PP
sebagai kemasan primer, dan pada produk teh celup menggunakan kemasan
kantung filter sebagai kemasan primer dan alumunium foil sebagai kemasan
sekunder.
4.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Azima F., Muchtadi D., Zakaria FR,. dan Priosoeryan. 2004. Potensi Anti-
Hiperkolesterolemia Ekstrak Cassia Vera Cinnamomum burmanni Nees et
Blumo. Jurnal Teknologi dan Industri Pangan. 15(2) : 145-153.
Chien, D.S., Chu, Y.W., Chuang, W.C., Lee, M.C. (2010). Anthracenedione
Compounds. Journal. United States Patent Application Publication. United
States
Nurminah, M. 2002. Penelitian Sifat berbagai bahan kemasan plastik dan kertas
serta pengaruhnya terhadap bahan yang dikemas. USU Digital Library.
Sudarsono, P.H., Dkk, 2002. Tumbuhan Obat II Hasil Penelitian, Sifat Sifat, dan
Penggunaan. Pusat Studi Obat Tradisional UGM. Yogyakarta
Syarief, R., S. Santausa dan Isyana. 1989. Teknologi Pengemasan Pangan, PAU
Pangan dan Gizi, IPB Bogor.
LAMPIRAN
44