3846 ID Health Service Quality Based On Dabholkar Dimension at Ward Room of Internal Dis
3846 ID Health Service Quality Based On Dabholkar Dimension at Ward Room of Internal Dis
ABSTRACT
The NDR average at ward room of internal disease of Bojonegoro General Hospital during 2009-2011
was 58,6 ‰ (more than standard < 25 ‰). This research was aimed to analyze the importance and satisfaction
rating of health service quality based on Dabholkar dimension. It used observational approach with cross
sectional design. Interview was conducted to 37 patients in internal disease ward room of Bojonegoro General
Hospital which selected by simple random sampling. This study found some issues in physical dimension
(medical device completness, inpatient room design attractiveness, room cleanliness, room name avaibility),
reliability dimension (medical services responsiveness, medical records accuracy), personal interaction
dimension (friendliness, politeness, and attention of the doctor to patient, easiness to see the doctor, information
clarity given by the doctor), problem solving dimension (doctor willingness solve patient’s problem, doctor
patience handling patient’s complain, doctor responsiveness solve patient’s problem), and policy dimension
(parking area convenience, patient’s family waiting room avaibility, administrative procedures clarity, visiting time
accuracy).Improving service quality in internal disease ward room, hospital manager should communicate with
local government of Bojonegoro as stakeholder while expose the doctor with service excellence training and
guarantee the hospital facilities comfortness by establish hospital policy.
dinyatakan maupun kebutuhan yang tersirat (Supriyanto Indikator mutu pelayanan medis meliputi
dan Wulandari, 2011). (Muninjaya, 2004):
Mutu tidak lepas dari kata kualitas atau mutu 1. Angka infeksi nosokomial
tersebut. Kata kualitas mengandung banyak definisi dan 2. Angka kematian kasar (Gross Death Rate)
makna, diantaranya seperti: 3. Kematian pasca bedah
1. Mutu adalah kualitas; 4. Kematian ibu melahirkan (Maternal Death Rate
2. Bebas dari kerusakan atau cacat; - MDR)
3. Kesesuaian; penggunaan (fitness of use), 5. Kematian bayi baru lahir (Infant Death Rate -
persyaratan atau tuntunan; IDR)
4. Melakukan segala sesuatu secara benar semenjak 6. NDR (Net Death Rate)
awal; 7. ADR ( Anasthesia Death Rate)
5. Pemenuhan kebutuhan pelanggan semenjak awal 8. PODR (Post Operation Death Rate)
dan setiap saat; 9. POIR ( Post Operative Infection Rate)
6. Kepuasan klien; dalam arti klien tersebut maupun Berdasarkan keseluruhan Indikator mutu pelayanan
keluarga. medis, indikator yang biasa digunakan untuk menilai
Mutu Pelayanan Rumah Sakit mutu rawat inap terdiri dari NDR (Net Death Rate) dan
Mutu pelayanan rumah sakit adalah derajat GDR (Gross Death Rate). Penjelasan selengkapnya
kesempurnaan pelayanan rumah sakit untuk memenuhi adalah sebagai berikut (Supriyanto dan Damayanti, 2007)
kebutuhan masyarakat konsumen akan pelayanan :
kesehatan yang sesuai standar profesi, standar pelayanan 1. NDR (Net Death Rate)
profesi dan standar pelayanan dengan menggunakan NDR adalah kematian pasien setelah 48 jam
potensi sumber daya yang tersedia di rumah sakit secara dirawat untuk tiap 1000 pasien keluar.
wajar, efesien dan efektif serta diberikan secara aman Rumus :
dan memuaskan sesuai dengan norma, etika, hukum dan
Jumlah pasien mati > 48 jam rawat x 1000 ‰
sosio budaya dengan memperhatikan keterbatasan dan Jumlah pasien keluar (hidup + mati)
kemampuan pemerintah dan masyarakat konsumen. Nilai NDR ideal atau dapat ditolerir 25 permil.
dengan pelayanan kesehatan kepada perorangan yang GDR adalah angka kematian umum kurang dari 48
diberikan oleh suatu institusi atau fasilitas kesehatan jam setelah dirawat untuk setiap 1000 pasien keluar.
seperti rumah sakit. Nilai GDR tidak boleh lebih dari 45 per 1000 pasien
Rumus :
Dimensi Mutu
Jumlah pasien mati < 48 jam x 1000 ‰
Jumlah pasien keluar (hidup + mati)
Dalam model yang dikembangkan oleh Dabholkar tenaga rumah sakit dalam menjawab pertanyaan
(1996), kualitas jasa dievaluasi pada tiga level berbeda dari pasien dan keluarganya, kemudian
yaitu level dimensi, level keseluruhan (overall), dan level menumbuhkan kepercayaan pada pasien serta
sub dimensi. Dimensi kualitas jasa ini meliputi lima memberikan perhatian yang tulus sehingga pasien
faktor utama (Tjiptono, 2011) merasa aman dalam memanfaatkan pelayanan di
1. Aspek Fisik (Physical Aspect) rumah sakit.
Meliputi penampilan fisik dan kenyamanan yang 4. Pemecahan Masalah (Problem Solving) Dimensi
ditawarkan kepada pelanggan berkaitan dengan ini berkaitan kepekaan tenaga rumah sakit dalam
layout fasilitas fisik. Penampilan fisik menyangkut mengatasi komplain dari pasien dan keluarganya.
tatanan interior dan eksterior rumah sakit yang Aspek ini akan melibatkan interaksi antara pasien
modern dan menarik secara visual; perlengkapan dan pegawai rumah sakit, secara spesifik
yang berkaitan dengan perlengkapan rumah sakit berkaitan dengan penanganan masalah.
seperti plastik tempat obat, kartu berobat, dan lain 5. Kebijakan (Policy)
sebagainya; kebersihaan dan kenyamanan rumah Dimensi ini mencakup aspek kualiatas jasa yang
sakit; serta ruangan yang mudah dicari oleh secara langsung dipengaruhi kebijakan rumah sakit.
konsumen. Kebijakan rumah sakit mencerminkan bahwa
2. Reliabilitas (Reliability) rumah sakit tersebut responsif terhadap kebutuhan
Berkaitan dengan kemampuan perusahaan untuk pelanggan atau tidak. Dimensi ini meliputi jam
memberikan layanan yang akurat sejak pertama kali buka yang sesuai dengan kebutuhan pasien, fasilitas
tanpa membuat kesalahan apapun dan parkir yang luas, nyaman dan teduh serta dekat
menyampaikan jasanya sesuai dengan waktu yang dengan fasilitas umum.
disepakati. Reliabilitas disini dipilah ke dalam dua Definisi, Pengukuran dan Analisis Kepuasan
sub dimensi yaitu memenuhi janji (keeping Kepuasan pelanggan adalah perasaan senang atau
promise) dan memberikan layanan dengan tepat puas bahwa produk atau jasa yang diterima telah sesuai
(doing it right). atau melebihi harapan pelanggan. Kepuasan pasien
3. Interaksi Personal (Personal Interaction) merupakan salah satu indikator kualitas pelayanan yang
Mengacu pada kemampuan karyawan jasa dalam telah diberikan dan kepuasan pasien merupakan suatu
menumbuhkan kepercayaan kepada pasien dan modal untuk mendapatkan pasien yang lebih banyak juga
sikap sopan atau suka membantu. Pada prinsipnya, untuk mendapatkan pasien yang loyal atau setia.
dimensi ini merefleksikan cara Ada dua macam cara pengukuran kepuasan
karyawan memperlakukan para pelanggan menurut Rangkuti (2002).
pelanggan tentang bagaimana pengetahuan
1. Traditional Approach Selain itu, kita juga perlu melakukan analisis korelasi
Berdasarkan pendekatan ini, konsumen diminta dengan nilai rata-rata secara keseluruhan, tujuannya
memberikan penilaian atas masing-masing indikator adalah untuk melihat reliabilitas indikator yang akan kita
produk atau jasa yang diperoleh (pada umumnya ukur tersebut.
menggunakan skala likert), yaitu dengan cara
kurang dari 4). Isu yang ditentukan kemudian dana pengadaan CT Scan oleh pihak rumah sakit, pihak
diprioritaskan untuk menyusun rekomendasi. rumah sakit mengubah warna ruangan yang semula
Berdasarkan tabel 3, isu yang ditemukan dalam dimensi Berdasarkan tabel 4, isu yang ditemukan dalam dimensi
fisik atau yang memiliki nilai rating kepuasan < 4 reliabilitas atau yang memiliki nilai rating kepuasan < 4
adalah variabel kelengkapan peralatan medis, adalah variabel kecepatan pelayanan medis dan ketepatan
kemenarikan tatanan ruang rawat inap, kebersihan ruang data rekam medis. Prioritas isu mulai dari mean rating
rawat inap, serta ketersediaan petunjuk nama ruangan. kepuasan terendah hingga tertinggi yaitu kecepatan
Prioritas isu mulai dari mean rating kepuasan terendah pelayanan medis, ketepatan data rekam medis, sehingga
hingga tertinggi yaitu kebersihan ruang rawat inap, prioritas rekomendasi yang diberikan adalah pihak
kelengkapan peralatan medis dan kemenarikan tatanan manajemen rumah sakit memperbaiki kebijakan dokter
ruang rawat inap, ketersediaan petunjuk nama ruangan, jaga yang semula hanya satu dokter menjadi semua
sehingga prioritas rekomendasi yang diberikan adalah dokter yang berjaga setiap hari, pihak manajemen rumah
pemantauan kinerja petugas kebersihan oleh pihak rumah sakit melakukan seleksi awal kepada para peserta magang
sakit setiap hari, advokasi dan komunikasi kepada terutama di bagian rekam medis.
mengalokasikan
dimiliki dokter secara rutin dengan melakukan voting atap dan dan lantai berbahan paving serta renovasi
penilain pasien, sehingga dokter yang memiliki bangunan tempat parkir roda empat menjadi bangunan
interpersonal communication skill kurang akan bertingkat dua, pihak rumah sakit perlu memperbaiki
diberikan kesempatan untuk mengikuti pelatihan yang kebijakan prosedur administrasi agar lebih jelas dan tidak
diadakan oleh pihak rumah sakit. berbelit, pihak rumah sakit lebih mempertegas kebijakan
Dimensi Kebijakan pelaksanaan jam berkunjung dan memberikan teguran
Dimensi kebijakan terdiri dari variabel untuk keluarga yang menjenguk diluar jam berkunjung
keterjangkauan tarif pelayanan rawat inap, kenyamanan yang telah ditentukan.
tempat parkir, kesediaan ruang tunggu keluarga pasien
Berdasarkan tabel 7, isu yang ditemukan dalam dimensi kepada pasien, kesopanan dokter kepada pasien,
pemecahan masalah atau yang memiliki nilai rating perhatian dokter kepada pasien, kemudahan dokter
kepuasan < 4 adalah semua variabel. Prioritas isu mulai ditemui serta kejelasan informasi yang diberikan dokter),
dari mean rating kepuasan terendah hingga tertinggi dimensi pemecahan masalah (kesediaan dokter dalam
yaitu ketersediaan ruang tunggu keluarga pasien rawat membantu mengatasi masalah pasien, kesabaran dokter
inap, kenyamanan tempat parkir, kejelasan prosedur dalam menangani masalah pasien serta kecepatan dokter
administrasi, ketepatan jam berkunjung, sehingga dalam mengatasi masalah pasien), dimensi kebijakan
prioritas rekomendasi yang diberikan adalah pihak rumah (ketersediaan ruang tunggu keluarga pasien, kenyamanan
sakit menyediakan tempat khusus bagi keluarga pasien tempat parkir, kejelasan prosedur administrasi, serta
yang menunggu, pihak rumah sakit merenovasi tempat ketepatan jam berkunjung) sehingga rekomendasi yang
diberikan meliputi dimensi fisik (pemantauan kinerja yang semula hanya satu dokter menjadi semua dokter,
petugas kebersihan oleh pihak rumah sakit setiap hari, pihak rumah sakit melakukan evaluasi terhadap
advokasi dan komunikasi kepada PEMDA Bojonegoro interpersonal communication skill khususnya
termasuk DPR untuk mengalokasikan dana pengadaan kesabaran yang dimiliki dokter secara rutin dengan
CT Scan oleh pihak rumah sakit, pihak rumah sakit melakukan voting penilain pasien, sehingga dokter yang
mengubah warna ruangan yang semula cream menjadi memiliki interpersonal communication skill kurang
hijau agar terkesan sejuk, serta membuat tulisan papan akan diberikan kesempatan untuk mengikuti pelatihan
nama ruangan menjadi lebih besar), dimensi reliabilitas yang diadakan oleh pihak rumah sakit), dimensi
(pihak manajemen rumah sakit memperbaiki kebijakan kebijakan (pihak rumah sakit menyediakan tempat
dokter jaga yang semula hanya satu dokter menjadi khusus bagi keluarga pasien yang menunggu, pihak
semua dokter yang berjaga setiap hari, pihak manajemen rumah sakit merenovasi tempat parkir dengan
rumah sakit melakukan seleksi awal kepada para peserta menambahkan atap dan dan lantai berbahan paving serta
magang terutama di bagian rekam medis), dimensi renovasi bangunan tempat parkir roda empat menjadi
interaksi personal (dokter melayani pelayanan pasien via bangunan bertingkat dua, pihak rumah sakit perlu
telepon atau email saat sedang tidak berada di rumah memperbaiki kebijakan prosedur administrasi agar lebih
sakit, pihak rumah sakit melakukan evaluasi terhadap jelas dan tidak berbelit, pihak rumah sakit lebih
interpersonal communication skill khususnya aspek mempertegas kebijakan pelaksanaan jam berkunjung dan
perhatian, keramahan serta kesopanan yang dimiliki memberikan teguran untuk keluarga yang menjenguk
dokter secara rutin dengan cara voting penilain pasien, diluar jam berkunjung yang telah ditentukan).
sehingga dokter yang memiliki interpersonal DAFTAR PUSTAKA
communication skill kurang akan diberikan kesempatan Muninjaya, A.G., 2004. Manajemen Kesehatan.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran ECG.
untuk mengikuti pelatihan yang diadakan oleh pihak
Rangkuti, F., 2002. Measuring Customer
rumah sakit, dokter berkomunikasi dengan pasien Satisfaction. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama.
menggunakan bahasa daerah setempat atau bahasa jawa), Supriyanto, D., 2007. Perencanaan dan Evaluasi.
Surabaya: Airlangga University Press.
dimensi pemecahan masalah (pihak rumah sakit perlu Supriyanto, W., 2011. Manajemen Mutu Pelayanan
Kesehatan. Surabaya: Health Advocacy.
memperbaiki kebijakan jumlah dokter jaga
Tjiptono, F., 2011. Service, Quality, & Satisfaction.
Yogyakarta: ANDI.