Laporan INTERNA KCS Oleh Happy Theresia
Laporan INTERNA KCS Oleh Happy Theresia
PEMBIMBING
Drh Yuliani Suparmin, M.Si
Mengetahui,
Ketua Program Profesi Dokter Hewan
Tanggal Pengesahan :
Tanggal Ujian :
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Tuhan Yang MahaEsa, karena atas segala limpahan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan laporan pada kasus
mandiri Co-Assistensi Bidang Penyakit Dalam dan Patologi Klinik dengan judul
“Konjungtivitis Pada Kucing”. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Drh. Yuliani Suparmin, M.Si selaku
dosen pembimbing yang telah mengarahkan penulis dalam menyelesaikan laporan
ini.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna,
semoga laporan ini bermanfaat untuk semua pihak. Semoga Tuhan Yang
MahaEsa melimpahkan berkah dan karunia-Nya kepada kita semua, Aamiin.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Gambar 2. Keratitis Ulceratif Pada Anjing (Merck Sharp dan Dohme Corp,
2019).
Inflamasi pada kornea yang dikenal dengan keratitis dikarekteristikkan
dengan adanya oedem kornea, infiltrasi selular dan kongesti siliar. Peradangan
tersebut dapat terjadi pada semua lapisan kornea dan dapat melibatkan lebih dari
satu lapisan. Penyebab keratitis diantaranya trauma, kekeringan pada mata,
pajanan terhadap cahaya, benda asing, reaksi alergi dan penyakit Herpes juga
penyebab infeksi tersering yang menyebabkan kebutaan. Selain itu penyebab lain
adalah bakteri, jamur, virus dan protozoa. Keratitis juga dapat disebabkan oleh
protozoa, diantaranya Acanthamoeba spp, yang merupakan protozoa yang hidup
bebas dimana mana. Sering ditemukan di tanah, air tawar dan air payau juga pada
saluran nafas bagian atas. Berbentuk kista yang tegas. Pada kondisi lingkungan
yang cocok kista berubah menjadi tropozoit yang menghasilkan berbagai enzim
yang menyebabkan tropozoit mampu mempenetrasi dan merusakkan jaringan.
Menurut Downing (2016), gejala klinis keratitis ulseratif tergantung pada
penyebab dan lamanya kondisi tersebut. Gejala klinis seperti luka pada kornea,
kurnea terlihat tidak bening, adanya ocular discharge yang bervariasi dari
keputihan ke hijau. Kucing juga terlihat menghindari cahaya atau mengalami
kedip spasmodik pada cahaya terang. Jaringan di sekitar mata menjadi bengkak
dan merah.
II.4 Patogenesa
Kornea adalah jaringan yang avaskuler, hal ini menyebabkan pertahanan
pada waktu peradangan tak dapat segera datang seperti pada jaringan lain yang
mengandung banyak vaskularisasi. Dengan adanya defek atau trauma pada
kornea, maka badan kornea, wandering cells, dan sel-sel lain yang terdapat pada
stroma kornea segera bekerja sebagai makrofag, kemudian disusul dengan dilatasi
pembuluh darah yang terdapat di limbus dan tampak sebagai injeksi di perikornea.
Proses selanjutnya adalah terjadi infiltrasi dari sel-sel mononuklear, sel plasma,
leukosit polimorfonuklear, yang mengakibatkan timbulnya infiltrat yang tampak
sebagai bercak berwarna kelabu, keruh dengan batas tak jelas dan permukaan
tidak licin. Kemudian dapat terjadi kerusakan epitel, infiltrasi dan peradangan.
Kalau terjadi peradangan yang hebat, maka toksin dari peradangan kornea dapat
sampai ke iris dan badan siliar dengan melalui membrana Descemet, endotel
kornea dan akhirnya ke camera oculi anterior (COA). Dengan demikian iris dan
badan siliar meradang dan timbullah kekeruhan di cairan COA disusul dengan
terbentuknya hipopion (pus di dalam COA). Hipopion ini steril, tidak
mengandung kuman. Karena kornea pada ulkus menipis, tekanan intra okuler
dapat menonjol ke luar dan disebut keratektasi. Bila peradangan terus mendalam,
tetapi tidak mengenai membrana Descemet dapat timbul tonjolan pada membrana
tersebut yang disebut Descemetocele atau mata lalat. Bila peradangan hanya di
permukaan saja, dengan pengobatan yang baik dapat sembuh dengan tidak
meninggalakan sikatrik. Pada peradangan yang dalam penyembuhan berakhir
dengan terbentuknya sikatrik, yang dapat berbentuk nebula yaitu bercak seperti
awan yang hanya dapat dilihat di kamar gelap dengan cahaya buatan, makula
yaitu bercak putih yang tampak jelas di kamar terang, dan leukoma yaitu bercak
putih seperti porselen yang tampak dari jarak jauh. Bila ulkus lebih dalam lagi
bisa mengakibatkan terjadinya perforasi. Adanya perforasi membahayakan mata
oleh karena timbul hubungan langsung dari bagian dalam mata dengan dunia luar
sehingga kuman dapat masuk ke dalam mata dan menyebabkan timbulnya
endoftalmitis, panoftalmitis dan berakhir dengan ptisis bulbi. Dengan terjadinya
perforasi cairan COA dapat mengalir ke luar dan iris mengikuti gerakan ini ke
depan sehingga iris melekat pada luka kornea yang perforasi dan disebut sinekia
anterior atau iris dapat menonjol ke luar melalui lubang perforasi tersebut dan
disebut iris prolaps yang menyumbat fistel (Budhiastara, 2001).
Inflamasi kornea dimulai dengan produksi lokal sitokin dan kemokin yang
memungkinkan untuk terjadinya diapedesis dan migrasi dari netrofil ke kornea ke
sekeliling kornea dari pembuluh darah limbal. Beberapa mikroorganisme
memproduksi protease yang mengganggu matriks ekstraselular. Enzym
dilepaskan oleh neutrofil dan aktifasi dari matrik metalloprotein yang kemudian
diperburuk oleh peradangan nekrosis. Dengan antimikroba kontrol dari replikasi
bakteri, proses penyembuhan luka dimulai yang diikuti oleh neovaskularisasi dan
scarring. Tetapi inflamasi yang progresif dapat menyebabkan perforasi kornea
(Skuta et al., 2008).
II.5 Diagnosa
Tanda klinis yang umumnya ada pada keratitis ulceratif yaitu miosis
(konstriksi pupil), blepharospasm (kedutan pada mata), epiphora (mata berair),
dan photophobia (takut cahaya). Keratitis ulceratif sering dikelirukan dengan
konjingtivitis, namun hal tersebut sebenarnya berbeda. Anjing yang menderita
konjungtivitis biasa tidak mempengaruhi penglihatan dari anjing tersebut.
Berbeda dengan pada kasus keratitis ulceratif yang dapat mempengaruhi
penglihatan anjing karena adanya adanya kerusakan pada kornea (ulcer), apalagi
jika kerusakan telah melibatkan lapisan yang lebih dalam. Selain itu, anjing
dengan konjungtivitis biasanya tidak berpengaruh terhadap cahaya, berbeda
dengan keratitis ulceratif yang bersifat photophobia (menghindari cahaya).
II.7 Pengobatan
Indentifikasi dan pengobatan yang berdasarkan faktor-faktor yang
menyebabkan terjadinya ulcer/luka pada kornea. Sebagai contoh, seekor anjing
berumur 1 tahun mengalami keratitis ulceratif akibat dari entropion, sehingga
terjadi bulu mata dengan kornea. Penempatan jahitan tempel kelopak mata
sementara untuk menarik kelopak mata ke posisi yang lebih normal sehingga
mencegah terjadinya kontak bulu mata dengan kornea. Setelah keratitis ulceratif
sembuh, jahitan pengikat dapat dilepas dan pasien dievaluasi ulang untuk
menentukan apakah diperlukan operasi kelopak mata yang lebih permanen.
Anjing muda juga dapat mengalami silia ektopik, atau rambut abnormal yang
menonjol dari konjungtiva yang melapisi kelopak mata. Ketika hewan berkedip,
silia ini akan menyentuh kornea dan membuat ulserasi. Pembedahan, biasanya di
bawah mikroskop operasi, diperlukan untuk menghilangkan silia ektopik. Pasien
dengan penyakit mata kering pada umunya memerlukan siklosporin atau
tacrolimus topikal sebagai tambahan untuk topikal gel mata atau pelumasan salep
untuk memungkinkan resolusi ulkus (Fleming, 2001).
Pada pasien keratitis ulceratif, antibiotik spektrum luas topikal yang sesuai
untuk mencegah infeksi pada ulcer. Larutan atropin topikal atau salep dapat
meredakan nyeri akibat spasme dan miosis otot tubuh ciliary. Ajari klien untuk
menggunakan tetes berair sebelum tetes berminyak sebelum gel sebelum salep
dan menunggu 5 hingga 10 menit antara aplikasi obat yang berbeda. Hal ini
bertujuan membantu memastikan setiap obat mencapai permukaan kornea, dapat
digunakan selama beberapa hari untuk memberikan analgesia tambahan (Fleming,
2001).
Ofloxacin (tetes mata) diaplikasikan empat kali sehari sebagai antibiotik
topikal. Clavamox digunakan dua kali sehari sebagai antibiotik sistemik.
Flurbiprofen topikal (Tetes Mata) dan sebagai agen antiinflamasi. digunakan
secara topikal bila perlu, bahan memiliki sifat mukolitik dan antikolagenik.
Siklosporin digunakan untuk merangsang produksi air mata selama pengobatan
ulkus kornea. Ulkus tersebut dievaluasi setiap 1-2 jam pada awalnya dan diperiksa
ulang dalam waktu 72 jam. Pewarnaan fluorescein digunakan selama pengecekan
ulang. Kerah Elizabethan digunakan untuk mencegah trauma mata sendiri sampai
keratitis ulceratif sembuh (Kim et al., 2009).
BAB III
PEMBAHASAN
III.1 Anamnesa
Seekor kucing betina dengan umur ± 11 bulan dengan berat 2,7 kg dan
suhu tubuh 39,5 oC di bawah ke UPT Puskeswan Makassar. Kucing tersebut telah
berkelahi dengan kucing jantan lainnya, dan mengalami luka pada bagian kornea
dari mata kirinya, perkelahian kucing tersebut sekitar 3 minggu sebelum dibawah
di UPT Puskeswan Makassar.
III.2 Sinyalement
Nama : Kitty
Spesies : Feline
Ras/Breed : Mix Domestik
Umur : ± 11bulan
Jenis Kelamin : Betina
Warna rambut : putih
Berat Badan : 2,7 kg
Pada kucing Kitty ulcer pada kornea menyebabkan kornea tidak bening
dan terbentuk tampakan putih yang menyerupai lapisan putih pada mata.
Pemeriksaan mata termasuk memeriksa bagian dalam mata, dan evaluasi melalui
tes refleks cahaya pupil yang bertujuan untuk memeriksa respons mata terhadap
pencahayaan. Setelah dilakukan tes pada penglihatan Kitty pada mata kiri,
ternyata Kitty tidak dapat merasakan adanya cahaya lagi (kebutaan).
III.7 Pengobatan
Treatment yang diberikan di UPT Puskeswan Makassar pada kucing Kitty
yaitu dengan pemberian terramycin dan vitamin. Terramycin Ophthalmic
Ointment dengan Polymyxin B Sulfate merupakan antibiotic spektrum luas
diindikasikan pada anjing dan kucing dengan infeksi mata superfisial, seperti
konjungtivitis, keratitis, mata merah muda, blepharitis, dan kondisi peradangan
bakteri yang mungkin terjadi akibat penyakit infeksi lainnya. Pada anjing, itu juga
diindikasikan untuk infeksi mata karena komplikasi sekunder distemper.
Pemberian vitamin untuk kitty bertujuan untuk menjaga kestabilan badan kitty
sehingga mencegah masuknya penyakit lain.
III.8 Pencegahan
Untuk menjaga kesehatan mata kitty, disarankan kepada owner untuk
membersihkan mata dari kotoran menempel setiap hari. Hal itu bertujuan
mencegah menumpuknya kotoran pada mata yang dapat mengundang agen
infeksius. Selain itu untuk mencegah adanya trauma pada mata kucing, sebaiknya
ower menjaga kucing agar tidak terjadi perkelahian yang dapat melukai mata. Jika
terjadi luka pada mata sebaiknya owner segera membawa kucingnya ke dokter
hewan secepatnya.
BAB IV
PENUTUP
IV. 1 Kesimpulan
IV.2 Saran
Identifikasi yang cepat terhadap penyakit ini sangat diperlukan untuk
menghindari perkembangan penyakit menjadi semakin parah. Selain pengobatan,
perawatan (maintenance) juga sangat penting untuk dilakukan untuk mempercepat
penyembuhan dari penyakit ini
DAFTAR PUSTAKA
Budhiastra, P. 2001. Pedoman Diagnosis Dan Terapi Penyakit Mata RSUP
Sanglah Denpasar. Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Mata FK
UNUD/RSUP Sanglah Denpasar.
Durand, Marlene L. 2015. In Mandell, Douglas, and Bennett's Principles and
Practice of Infectious Diseases (Eighth Edition). [online].
https://www.sciencedirect .com/topics/immunology-and-
microbiology/keratitis. Diakses Pada 8 Juli 2019 pukul 23.00 wita.
Kardena, I Made. 2015. Patologi Veteriner Sistem Mata Dan Telinga. [online].
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file _pendidikan_ dir/b05912 f6fc 2
35 9ac476e4be1e98ba.pdf. Diakses Pada 9 Juli 2019 pukul 20.00 wita
Kim, Joon Young; Hye-Jung Won; Soon-wuk Jeong. 2009. A Retrospective Study
of Ulcerative Keratitis in 32 Dogs. Intern J Appl Res Vet Med. Vol. 7,
No. 1.
Larry P. Tilley and Francis WK. Smith, Jr. 2011. Blackwell's Five-Minute
Veterinary Consult: Canine and Feline, Fifth Edition. John Wiley & Sons,
Inc.
Merck Sharp dan Dohme Corp. 2019. Deep Stromal Corneal Ulcers,
Descemetocele, and Iris Prolapse. [online].
https://www.merckvetmanual.com/emergency-medicine-and-critical-
care/ophthalmic-emergencies/deep-stromal-corneal-ulcers,-
descemetocele,-and-iris-prolapse. Diakses Pada 13 Juli 2019 Pukul
20.30 wita
Sajuthi, Cucu Kartini. 2016. Masterclass of Teknik Operasi Enukleasi Tanpa
Komplikasi pada Hewan Kecil. Proceeding Book Musyawarah
Nasional Ke-3 ADHPHKI. Bali.
Saputra, Deby; Uning Lestari; Edhy Sutanta. Sistem Pakar Untuk Diagnosa
Penyakit Kucing Berbasis Web Menggunakan Frameworkcodeigniter
Web Based Expert System For Diagnosing Cat Disease Using
Codeigniter Framework. Jurnal SCRIPT Vol. 3 No. 1 Desember 2015
Skuta GL; Cantor L.B; Weiss Js. 2008. Basic and Clinical Science Course
Glaukoma.
Suwed MA, Budiana NS. (2006). Membiakan Kucing Ras. Jakarta: Penebar
Swadaya.
Widodo, Setyo; Dondin Sajuthi; Chusnul Choliq, Agus Wijaya, Retno Wulansari,
RP Agus Lelana. 2014. Diagnostik Klinik Hewan Kecil. IPB Press:
Bogor.
LAMPIRAN
Kucing Kitty tiba di puskeswan Tampakan mata kitty
yang mengalami keratitis ulcertif