Anda di halaman 1dari 22

Co-Asistensi Bidang Penyakit Dalam dan Patologi Klinik

KONJUNGTIVITIS PADA KUCING DI KLINIK HEWAN


PENDIDIKAN UNHAS

Kamis, 22 April 2021

HAPPY THERESIA AZIKIN JAPARI


C0242010024

PEMBIMBING
Drh Yuliani Suparmin, M.Si

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER HEWAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDIN
MAKASSAR
2021
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN Co-Asistensi BIDANG PENYAKIT DALAM
DAN PATOLOGI KLINIK

Co-Asistensi Bidang : Bidang Penyakit Dalam dan Patologi Klinik


Angkatan : VII (Tujuh)
Tahun Ajar : 2021
Nama Mahasiswa : Happy Theresia AJ
NIM : C0242010024

Makassar, 22 April 2021


Menyetujui,
Kordinator Bidang
Pembimbing Penyakit Dalam dan Patologi Klinik

(Drh. Yuliani Suparmin, M.Si) (Drh. Wa Ode Santa Monica, M.Si)


NIP.19890625 201903 2 015

Mengetahui,
Ketua Program Profesi Dokter Hewan

(Drh. A. Magfira Satya Apada, M.Sc)


NIP. 19850807 201012 2 008

Tanggal Pengesahan :
Tanggal Ujian :
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Tuhan Yang MahaEsa, karena atas segala limpahan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan laporan pada kasus
mandiri Co-Assistensi Bidang Penyakit Dalam dan Patologi Klinik dengan judul
“Konjungtivitis Pada Kucing”. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Drh. Yuliani Suparmin, M.Si selaku
dosen pembimbing yang telah mengarahkan penulis dalam menyelesaikan laporan
ini.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna,
semoga laporan ini bermanfaat untuk semua pihak. Semoga Tuhan Yang
MahaEsa melimpahkan berkah dan karunia-Nya kepada kita semua, Aamiin.

Makassar, 22 April 2021

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang

Kucing adalah salah satu hewan yang popular di kalangan masyarakat,


bentuk fisik yang lucu dan tingkah yang menggemaskan merupakan salah satu
alasan yang membuat banyak orang menyukai hewan peliharaan yang satu ini
(Saputra et al., 2015). Kucing memiliki hubungan yang dekat dengan kehidupan
manusia sejak ribuan tahun yang lalu melalui proses domestikasi (Suwed dan
Budiana, 2006).
Mata merupakan organ penting dan sangat sensitif dari tubuh makhluk
hidup termasuk pada kucing. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor
diantaranya posisi mata yang terletak di bagian cranial sehingga lebih besar
kemungkinan mengalami terjadinya trauma maupun gangguan yang terjadi pada
struktur mata. Kornea merupakan bagian mata yang paling sering mengalami
masalah. Peradangan pada kornea (keratitis) merupakan salah satu masalah yang
paling sering dijumpai. Keratitis ulceratif merupakan peradangan yang terjadi
pada kornea mata disertai luka. Kornea merupakan bagian transparan pada bagian
terluar dari mata dan terdiri dari tiga lapisan sel yang berbeda. Lapisan terluar
disebut epitelium kornea. Bagian tengah merupakan bagian yang paling tebal yang
disebut endotelium kornea dan bagian paling dalam merupakan lapisan yang
cukup tipis yang disebut endotelium kornea. Keratitis ulceratif merupakan
peradangan atau inflamasi yang paling sering dihubungkan dengan lapisan
permukaan kornea, yaitu bagian epitelium, yang selanjutnya menyebabkan erosi
pada permukaan jaringan (Sajuthi C et al., 2013)..
Tingkat keparahan pada penyakit mata beraneka ragam, mulai dari yang
ringan sampai dengan sangat parah dan bahkan penyakit yang tidak dapat
disembuhkan hanya dengan pemberian obat-obatan, biasanya disertai dengan rasa
sakit yang sangat pada mata dan kebutaan permanen. Penanganan yang dapat
dilakukan selain pemberian obat-obatan yakni dengan melakukan tindakan operasi
atau pembedahan. Reposisi dan enukleasi bola mata merupakan tindakan
pembedahan yang biasa dilakukan dalam dunia kedokteran hewan untuk kasus
kelainan dengan tingkat keparahan penyakit yang tidak dapat disembuhkan atau
sudah mengalami kebutaan (Sajuthi C et al., 2013).

I.2. Tujuan Penulisan


Tulisan ini bertujuan untuk memberikan informasi mengenai penyakit keratitis
ulceratif pada kucing serta pengobatan yang tepat dari dari keratitis ulceratif.
I.3. Rumusan Masalah
Masalah yang dibahas adalah gambaran singkat, gejala klinis, penyebab, diagnosa
dan pengobatan yang diberikan pada kucing yang mengalami keratitis ulceratif.
BAB II
TINAJAUAN PUSTAKA
II.1 Langkah-Langkah Memeriksa Mata
1. Signalemen dan Anamnese
Sinyalemen merupakan identitas dari seekor hewan merupakan ciri
pembeda yang membedakan dari hewan . Fugsi lain dari sinyalemen
hewan adalah pencantuman status kesehatan di surat keterangan
keterangan sehat atau status vaksinasi yang telah dijalani sesuai dengan
ciri hewan yang dimaksud. Sinyalemen pada anjing dan kucing terdiri atas
nama hewan, jenis hewan, bangsa atau ras, jenis kelamin, umur, warna
kulit dan rambut, berat bada serta ciri-ciri khusus jika ada (Widodo et al.,
2014).
Perhatikan ras hewan, usia dan jenis kelamin. Lalu dilanjutkan
dengan menanyakan anamnese dari pemilik hewan (Sajuthi et al., 2013).
Anamnesis adalah berita atau keterangan lebih tepatnya keluhan dari
pemilik hewan mengenai keaadaan hewannya ketika dibawa dating
berkonsultasi untuk pertama kalinya. Anamnesis dapat diperoleh secara
pasif dari informasi atau cerita pemilik hewan yang tahu kejadian misalkan
gejala yang timbul. Anamnesis secara aktif dapat pula diperoleh jika dirasa
cerita yang diberikan pemilik belum mewakili untuk suatu bentuk
anamnesis. (Widodo et al., 2014). Keterangan dari pemilik meliputi nafsu
makan, tingkah laku, defekasi, urinasi, ada atau tidaknya
polyurial/polydipsia (PU/PD), masalah kulit yang terkait, atau masalah
mata sebelumnya. Tanyakan mengenai pengubatan yang sudah diberikan,
satu atau kedua mata yang bermasalah, dan beberapa pertanyaan-
pertanyaan berguna, seperti apakah terlihat menabrak sewaktu malam hari
atau siang hari, lalu bandingkan dengan daftar predisposisi ras (Sajuthi et
al., 2013).
2. Pemeriksaan Umum
Lakukan pemeriksaan fisik sebagaiman layaknya pemeriksaan
umum sesuai dasar keilmuan kedokteran hewan. Hal ini berkaitan dengan
cukup banyaknya kasus penyakit mata yang merupakan factor sekunder
dari penyakit sistemik. Hal ini perlu diperhatikan agar didiagnosa lebih
menjurus dan pengobatan lebbih tepat sasaran (Sajuthi et al., 2013).
3. Tes Visualisasi
Tes ini digunakan untuk melihat reflex mata seperti tes menace
reflex. Pemeriksaan ini dilakukan dengan menggerakkan tangan pemeriksa
secara halus mendekati mata hewan dengan tujuan melihat refleks
mengedip yang menandakan hewan bisa melihat. Ulangi beberapa kali
jika. Jika tidak ada respon, pemeriksaan harus diulang beberapa kali lebih
seksama lagi terhadap kemungkinan adanya kebutaan (Sajuthi et al.,
2013).
4. Pemeriksaan dengan Schimmer Tear Test dan Flurescein Test
Penggunaan Schimmer’s Tear Test (STT) berfungsi untuk
mengukur produksi air mata (hanya kuantitas, tidak mengukur kualitas air
mata). Nilai STT normal anjing adalah 15 mm/menit, sedangkan pada
kucing 10 mm/menit. Flurescein test berfungsi untuk melihat kebersadaan
luka pada kornea. Selain itu, Flurescein test dapat mengukur kualitas air
mata dengan metode test break up tear time (TBUT). Normal TBUT pada
anjing kurang dari 20 detik. Cara melakukan TBTUT adalah dengan
menyentuhkan fluorescein strip yang telah dibasahi terlebih dahuku
dengan NaCl fisiologis pada bagian bulbar konjungtiva, lalu dibiarkan
beberapa saat. Setelah mata mengedip kemudian mata terbuka, lalu tahan
kelopak mata dan lihat dibawah slit lamp biomicroscop pada tuas lampu
biru, amati fluorescein pada saat tear film mulai menyebar, sampai terlihat
titik hitam mulai mengering diantara tebaran titik fluorescein pada tear
film. Pada anjing normal waktu antara mata mengedip pertama dan
timbulya spot pertama sekitar 20 detik. Sementara pada kucing TBUT
sekitar 13 detik. Flurescein test juga dapat digunakan untuk melihat
adanya penyumbatan pada saluran lakrimal (Sajuthi et al., 2013).

5. Pemeriksaan dengan Tonometri


Pemeriksaan menggunakan tonometri dilakukan jika dicurigai ada
kelainan pada bola mata dan bagian struktur mata luar maupun dalam.
Pemeriksaan tonometry ini berguna untuk mengukur tekan bola mata/intra-
ocularpressure (IOP). Normal IOP anjing dan kucing 20-25 mmHg
(Sajuthi et al., 2013).

II.2 Struktur Mata


Bagian paling luar mata terdiri dari suatu membran putih kuat yang
membungkus bola mata, disebut Sklera. Di bagian dalam dari sklera terdapat
membran transparan yang disebut Kornea. Dari kornea, berkas sinar masuk ke
mata. Saat cahaya masuk ke mata, kornea membiaskan cahaya itu yang
menyebabkan tidak berpencar dan lebih terfokus ke jaringan yang berada
dibelakangnya. Bayangan yang diproyeksikan melalui kornea menjadi terbalik
atas bawah dan kiri kanan pada saat jatuh di bagian belakang mata. Sedangkan,
Koroid, merupakan suatu membran berpigmen yang berada di bawah sklera, yang
berfungsi juga membantu mengatur perpendaran cahaya yang masuk ke mata.
Tepat di bawah kornea, koroid berubah menjadi iris. Iris adalah membran
berwarna yang menyebabkan mata memiliki warna (Kardena, 2015).

Gambar 1. Struktur Mata (Kardena, 2015).

Di bagian tengah mata terdapat pupil, tempat dimana kornea


memfokuskan berkas-berkas cahaya pada pupil. Garis bagian tengah pupil
dikontrol oleh otot-‐otot polos yang terdapat pada iris. Otot-‐otot inilah yang
menyebabkan pupil berkontraksi pada keadaan terang dan berdilatasi pada
keadaan gelap. Daya akomodasi mata merupakan variasi diameter pupil dalam
mengontrol jumlah cahaya yang masuk ke bagian dalam mata. Disebelah posterior
iris dan pupil terdapat lensa. Lensa mata merupakan strukturtransparan yang
melengkung yang membiaskan cahaya lebih lanjut. Dengan melewati lensa,
cahaya difokuskan tepat melewati bagian paling posterior dari bagian anterior
mata, retina. Pada retina, terdapat fotoreseptor mata, berupa sel-‐sel batang dan
kerucut, yang mengubah berkas cahaya menjadi impuls listrik yang diterjemahkan
otak sebagai suatu pengelihatan. Diantara retina dan lensa, bola mata terisi
pembuluh darah dan suatu cairan yang disebut cairan vitrousa (Kardena, 2015).

II.3 Etiologi dan Gejala Klinis Keratitis Ulceratif


Keratitis merupakan kelainan yang terjadi akibat adanya peradangan pada
kornea/luka pada kornea yang dapat diakibatkaan oleh adanya agen infeksi
maupun non infeksi. Kornea mempunyai tebal 0,5 mm di bagian tengah dan
memiliki epitel setebal 5 hingga 7 sel yang menutupi stroma dan endotelium.
Keratitis dapat terjadi pada epitel stroma atau interstitium atau keduanya sebagai
infiltrat atau ulserasi. Kornea mempengaruhi refraksi mata, sehingga keratitis
biasanya menyebabkan penurunan penglihatan hingga kebutaan. Kornea tidak
memiliki pembuluh darah tetapi banyak ujung saraf, sehingga keratitis biasanya
menyebabkan kesakitan yang parah. Ulcerative keratitis dapat diklasifikasikan
kedalam superficial keratitis, dan deep keratitis ulceratif (Durand, 2015).

Gambar 2. Keratitis Ulceratif Pada Anjing (Merck Sharp dan Dohme Corp,
2019).
Inflamasi pada kornea yang dikenal dengan keratitis dikarekteristikkan
dengan adanya oedem kornea, infiltrasi selular dan kongesti siliar. Peradangan
tersebut dapat terjadi pada semua lapisan kornea dan dapat melibatkan lebih dari
satu lapisan. Penyebab keratitis diantaranya trauma, kekeringan pada mata,
pajanan terhadap cahaya, benda asing, reaksi alergi dan penyakit Herpes juga
penyebab infeksi tersering yang menyebabkan kebutaan. Selain itu penyebab lain
adalah bakteri, jamur, virus dan protozoa. Keratitis juga dapat disebabkan oleh
protozoa, diantaranya Acanthamoeba spp, yang merupakan protozoa yang hidup
bebas dimana mana. Sering ditemukan di tanah, air tawar dan air payau juga pada
saluran nafas bagian atas. Berbentuk kista yang tegas. Pada kondisi lingkungan
yang cocok kista berubah menjadi tropozoit yang menghasilkan berbagai enzim
yang menyebabkan tropozoit mampu mempenetrasi dan merusakkan jaringan.
Menurut Downing (2016), gejala klinis keratitis ulseratif tergantung pada
penyebab dan lamanya kondisi tersebut. Gejala klinis seperti luka pada kornea,
kurnea terlihat tidak bening, adanya ocular discharge yang bervariasi dari
keputihan ke hijau. Kucing juga terlihat menghindari cahaya atau mengalami
kedip spasmodik pada cahaya terang. Jaringan di sekitar mata menjadi bengkak
dan merah.

II.4 Patogenesa
Kornea adalah jaringan yang avaskuler, hal ini menyebabkan pertahanan
pada waktu peradangan tak dapat segera datang seperti pada jaringan lain yang
mengandung banyak vaskularisasi. Dengan adanya defek atau trauma pada
kornea, maka badan kornea, wandering cells, dan sel-sel lain yang terdapat pada
stroma kornea segera bekerja sebagai makrofag, kemudian disusul dengan dilatasi
pembuluh darah yang terdapat di limbus dan tampak sebagai injeksi di perikornea.
Proses selanjutnya adalah terjadi infiltrasi dari sel-sel mononuklear, sel plasma,
leukosit polimorfonuklear, yang mengakibatkan timbulnya infiltrat yang tampak
sebagai bercak berwarna kelabu, keruh dengan batas tak jelas dan permukaan
tidak licin. Kemudian dapat terjadi kerusakan epitel, infiltrasi dan peradangan.
Kalau terjadi peradangan yang hebat, maka toksin dari peradangan kornea dapat
sampai ke iris dan badan siliar dengan melalui membrana Descemet, endotel
kornea dan akhirnya ke camera oculi anterior (COA). Dengan demikian iris dan
badan siliar meradang dan timbullah kekeruhan di cairan COA disusul dengan
terbentuknya hipopion (pus di dalam COA). Hipopion ini steril, tidak
mengandung kuman. Karena kornea pada ulkus menipis, tekanan intra okuler
dapat menonjol ke luar dan disebut keratektasi. Bila peradangan terus mendalam,
tetapi tidak mengenai membrana Descemet dapat timbul tonjolan pada membrana
tersebut yang disebut Descemetocele atau mata lalat. Bila peradangan hanya di
permukaan saja, dengan pengobatan yang baik dapat sembuh dengan tidak
meninggalakan sikatrik. Pada peradangan yang dalam penyembuhan berakhir
dengan terbentuknya sikatrik, yang dapat berbentuk nebula yaitu bercak seperti
awan yang hanya dapat dilihat di kamar gelap dengan cahaya buatan, makula
yaitu bercak putih yang tampak jelas di kamar terang, dan leukoma yaitu bercak
putih seperti porselen yang tampak dari jarak jauh. Bila ulkus lebih dalam lagi
bisa mengakibatkan terjadinya perforasi. Adanya perforasi membahayakan mata
oleh karena timbul hubungan langsung dari bagian dalam mata dengan dunia luar
sehingga kuman dapat masuk ke dalam mata dan menyebabkan timbulnya
endoftalmitis, panoftalmitis dan berakhir dengan ptisis bulbi. Dengan terjadinya
perforasi cairan COA dapat mengalir ke luar dan iris mengikuti gerakan ini ke
depan sehingga iris melekat pada luka kornea yang perforasi dan disebut sinekia
anterior atau iris dapat menonjol ke luar melalui lubang perforasi tersebut dan
disebut iris prolaps yang menyumbat fistel (Budhiastara, 2001).
Inflamasi kornea dimulai dengan produksi lokal sitokin dan kemokin yang
memungkinkan untuk terjadinya diapedesis dan migrasi dari netrofil ke kornea ke
sekeliling kornea dari pembuluh darah limbal. Beberapa mikroorganisme
memproduksi protease yang mengganggu matriks ekstraselular. Enzym
dilepaskan oleh neutrofil dan aktifasi dari matrik metalloprotein yang kemudian
diperburuk oleh peradangan nekrosis. Dengan antimikroba kontrol dari replikasi
bakteri, proses penyembuhan luka dimulai yang diikuti oleh neovaskularisasi dan
scarring. Tetapi inflamasi yang progresif dapat menyebabkan perforasi kornea
(Skuta et al., 2008).

II.5 Diagnosa

Keratitis ulceratif dapat didiagnosa dengan melalui tes fluorescein dengan


meletakkan stick kertas fluorescein (paper strip) ke bagian permukaan mata anjing
atau kucing dengan membersihkan bagian mata yang akan dites terlebuh dahulu.
Perubahan pada mata kemudian diobservasi setelah stick ditempelkan. Kertas
stick akan sampai ke bagian dalam kornea ketika terdapat kerusakan pada lapisan
permukaan kornea (erosi atau ulcer) dan mewarnai mata untuk sementara dan
menunjukkan warna hijau pada mata dibawah sinar ultraviolet (Larry et al., 2011).

Gambar 3. Hasil test fluorescein positif menunjukkan adanya luka


pada kornea

II.6 Diagnosa Banding

Tanda klinis yang umumnya ada pada keratitis ulceratif yaitu miosis
(konstriksi pupil), blepharospasm (kedutan pada mata), epiphora (mata berair),
dan photophobia (takut cahaya). Keratitis ulceratif sering dikelirukan dengan
konjingtivitis, namun hal tersebut sebenarnya berbeda. Anjing yang menderita
konjungtivitis biasa tidak mempengaruhi penglihatan dari anjing tersebut.
Berbeda dengan pada kasus keratitis ulceratif yang dapat mempengaruhi
penglihatan anjing karena adanya adanya kerusakan pada kornea (ulcer), apalagi
jika kerusakan telah melibatkan lapisan yang lebih dalam. Selain itu, anjing
dengan konjungtivitis biasanya tidak berpengaruh terhadap cahaya, berbeda
dengan keratitis ulceratif yang bersifat photophobia (menghindari cahaya).

II.7 Pengobatan
Indentifikasi dan pengobatan yang berdasarkan faktor-faktor yang
menyebabkan terjadinya ulcer/luka pada kornea. Sebagai contoh, seekor anjing
berumur 1 tahun mengalami keratitis ulceratif akibat dari entropion, sehingga
terjadi bulu mata dengan kornea. Penempatan jahitan tempel kelopak mata
sementara untuk menarik kelopak mata ke posisi yang lebih normal sehingga
mencegah terjadinya kontak bulu mata dengan kornea. Setelah keratitis ulceratif
sembuh, jahitan pengikat dapat dilepas dan pasien dievaluasi ulang untuk
menentukan apakah diperlukan operasi kelopak mata yang lebih permanen.
Anjing muda juga dapat mengalami silia ektopik, atau rambut abnormal yang
menonjol dari konjungtiva yang melapisi kelopak mata. Ketika hewan berkedip,
silia ini akan menyentuh kornea dan membuat ulserasi. Pembedahan, biasanya di
bawah mikroskop operasi, diperlukan untuk menghilangkan silia ektopik. Pasien
dengan penyakit mata kering pada umunya memerlukan siklosporin atau
tacrolimus topikal sebagai tambahan untuk topikal gel mata atau pelumasan salep
untuk memungkinkan resolusi ulkus (Fleming, 2001).
Pada pasien keratitis ulceratif, antibiotik spektrum luas topikal yang sesuai
untuk mencegah infeksi pada ulcer. Larutan atropin topikal atau salep dapat
meredakan nyeri akibat spasme dan miosis otot tubuh ciliary. Ajari klien untuk
menggunakan tetes berair sebelum tetes berminyak sebelum gel sebelum salep
dan menunggu 5 hingga 10 menit antara aplikasi obat yang berbeda. Hal ini
bertujuan membantu memastikan setiap obat mencapai permukaan kornea, dapat
digunakan selama beberapa hari untuk memberikan analgesia tambahan (Fleming,
2001).
Ofloxacin (tetes mata) diaplikasikan empat kali sehari sebagai antibiotik
topikal. Clavamox digunakan dua kali sehari sebagai antibiotik sistemik.
Flurbiprofen topikal (Tetes Mata) dan sebagai agen antiinflamasi. digunakan
secara topikal bila perlu, bahan memiliki sifat mukolitik dan antikolagenik.
Siklosporin digunakan untuk merangsang produksi air mata selama pengobatan
ulkus kornea. Ulkus tersebut dievaluasi setiap 1-2 jam pada awalnya dan diperiksa
ulang dalam waktu 72 jam. Pewarnaan fluorescein digunakan selama pengecekan
ulang. Kerah Elizabethan digunakan untuk mencegah trauma mata sendiri sampai
keratitis ulceratif sembuh (Kim et al., 2009).
BAB III
PEMBAHASAN
III.1 Anamnesa
Seekor kucing betina dengan umur ± 11 bulan dengan berat 2,7 kg dan
suhu tubuh 39,5 oC di bawah ke UPT Puskeswan Makassar. Kucing tersebut telah
berkelahi dengan kucing jantan lainnya, dan mengalami luka pada bagian kornea
dari mata kirinya, perkelahian kucing tersebut sekitar 3 minggu sebelum dibawah
di UPT Puskeswan Makassar.

III.2 Sinyalement
Nama : Kitty
Spesies : Feline
Ras/Breed : Mix Domestik
Umur : ± 11bulan
Jenis Kelamin : Betina
Warna rambut : putih
Berat Badan : 2,7 kg

III.3 Temuan Klinis


Setelah diperoleh informasi dari owner kucing Kitty, dilakukan
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan pada mata kucing Kitty. Berdasarkan
pemeriksaan klinis dan pemeriksaan mata kucing Kitty, ditemukan beberapa
temuan klinis yang mengarah pada suatu penyakit tertentu.. Temuan klinis pada
kucing Kitty yaitu adanya ocular discharge, konjungtiva terlihat memerah, mata
kitty terlihat menyempit, terdapat ulcer pada kornea hingga membentuk jaringan
baru berwarna putih.. Menurut Downing (2016), gejala klinis keratitis ulseratif
tergantung pada penyebab dan lamanya kondisi tersebut. Gejala klinis seperti
adanya ocular discharge yang bervariasi dari keputihan ke hijau. Kucing juga
terlihat menghindari cahaya atau mengalami kedip spasmodik pada cahaya terang.
Jaringan di sekitar mata menjadi bengkak dan merah. Jika keratitis telah
berlangsung beberapa saat, dapat memungkinkan ada pembuluh darah atau
pigmen yang berkembang di daerah sekitar lokasi cedera kornea. Cairan juga
dapat menumpuk di jaringan yang lebih dalam dari kornea yang menyebabkan
kornea menjadi kabur.

Gambar 4. Tampakan Mata Kucing Ketty yang Mengalami Keratitis


Ulceratif

Pada kucing Kitty ulcer pada kornea menyebabkan kornea tidak bening
dan terbentuk tampakan putih yang menyerupai lapisan putih pada mata.
Pemeriksaan mata termasuk memeriksa bagian dalam mata, dan evaluasi melalui
tes refleks cahaya pupil yang bertujuan untuk memeriksa respons mata terhadap
pencahayaan. Setelah dilakukan tes pada penglihatan Kitty pada mata kiri,
ternyata Kitty tidak dapat merasakan adanya cahaya lagi (kebutaan).

III.4 Pemeriksaan Lanjutan


Selain temuan klinis, investigasi lebih lanjut untuk menegakkan diagnosa
termasuk tes air mata Schirmer dan pengukuran tekanan intraokular dan
melakukan tes mata fluorescein. (Wag, 2016).
Keratitis ulceratif dapat didiagnosa dengan melalui tes fluorescein dengan
meletakkan stick kertas fluorescein (paper strip) ke bagian permukaan kucing
dengan membersihkan bagian mata yang akan dites terlebuh dahulu. Perubahan
pada mata kemudian diobservasi setelah stick ditempelkan. Kertas stick akan
sampai ke bagian dalam kornea ketika terdapat kerusakan pada lapisan permukaan
kornea (erosi atau ulcer) dan mewarnai mata untuk sementara dan menunjukkan
warna hijau pada mata dibawah sinar ultraviolet (Larry et al., 2011).
Selain itu, Flurescein test dapat mengukur kualitas air mata dengan
metode test break up tear time (TBUT). Normal TBUT pada anjing kurang dari
20 detik. Cara melakukan TBTUT adalah dengan menyentuhkan fluorescein strip
yang telah dibasahi terlebih dahuku dengan NaCl fisiologis pada bagian bulbar
konjungtiva, lalu dibiarkan beberapa saat. Setelah mata mengedip kemudian mata
terbuka, lalu tahan kelopak mata dan lihat dibawah slit lamp biomicroscop pada
tuas lampu biru, amati fluorescein pada saat tear film mulai menyebar, sampai
terlihat titik hitam mulai mengering diantara tebaran titik fluorescein pada tear
film.

Gambar 5. Flurescein test


III.4 Diagnosa
Berdasarkan temuan klinis tersebut, maka kucing Kitty didiagnosa
mengalami keratitis ulceratif. Keratitis ulseratif adalah peradangan yang paling
sering dikaitkan adanya luka pada kornea (Downing, 2016). Pemeriksaan lanjutan
berupa Flurescein test tidak dilakukan pada pasien, berhubung tidak adanya paper
strip fluorescein yang tersedia di UPT Puskeswan Makassar. Namun dari temuan
klinis pun sudah terlihat jelas adanya ulcer pada kornea sehingga sudah cukup
untuk menetukan diagnosa.

III.5 Diagnosa Banding


Keratitis ulceratif yang dialami oleh kucing Kitty dapat dikelirukan
dengan konjingtivitis, namun hal tersebut berbeda. Kucing yang mengalami
konjungtivitis, tidak mempengaruhi penglihatan dari kucing tersebut. Berbeda
dengan pada kasus keratitis ulceratif yang dapat mempengaruhi penglihatan
kucing karena adanya adanya kerusakan pada kornea (ulcer), apalagi jika
kerusakan telah melibatkan lapisan yang lebih dalam. Selain itu, pada kasus
konjungtivitis, bagian utama yang mengalami masalah yaitu konjungtiva,
sedangkan pada keratitis ulceratif adalah kornea.

III.6 Penanganan Tindakan


Penanganan tindakan yang dilakukan untuk kucing kitty ketika datang di
Puskeswan Makaasar yaitu melakukan pembersihan dengan kasa pada mata kitty
karena adanya ocular discharge yang menempel.

III.7 Pengobatan
Treatment yang diberikan di UPT Puskeswan Makassar pada kucing Kitty
yaitu dengan pemberian terramycin dan vitamin. Terramycin Ophthalmic
Ointment dengan Polymyxin B Sulfate merupakan antibiotic spektrum luas
diindikasikan pada anjing dan kucing dengan infeksi mata superfisial, seperti
konjungtivitis, keratitis, mata merah muda, blepharitis, dan kondisi peradangan
bakteri yang mungkin terjadi akibat penyakit infeksi lainnya. Pada anjing, itu juga
diindikasikan untuk infeksi mata karena komplikasi sekunder distemper.
Pemberian vitamin untuk kitty bertujuan untuk menjaga kestabilan badan kitty
sehingga mencegah masuknya penyakit lain.

III.8 Pencegahan
Untuk menjaga kesehatan mata kitty, disarankan kepada owner untuk
membersihkan mata dari kotoran menempel setiap hari. Hal itu bertujuan
mencegah menumpuknya kotoran pada mata yang dapat mengundang agen
infeksius. Selain itu untuk mencegah adanya trauma pada mata kucing, sebaiknya
ower menjaga kucing agar tidak terjadi perkelahian yang dapat melukai mata. Jika
terjadi luka pada mata sebaiknya owner segera membawa kucingnya ke dokter
hewan secepatnya.

III.9 Edukasi Klien


Setelah dilakukan pemeriksaan pada mata kucing Kitty, Kitty didiagnosa
mengalami keratitis ulceratif. Keratitis ulceratif merupakan peradangan yang
terjadi pada kornea mata disertai luka. Keratitis ulceratif pada kucing Kitty terjadi
karena perkelahian dengan kucing lain sehingga menyebabkan adanya luka pada
kornea kitty. Tingkat keparahan keratitis ulceratif yang dialami oleh Kitty sudah
tergolong parah karena menyebabkan kitty mengalami kebutaan. Pemberian
antibiotic seperti Terramycin (broad spectrum) bertujuan untuk mencegah adanya
infeksi sekunder dari bakteri yang dapat memperparah kondisi mata Kitty. Selain
itu diperlukan juga pemberian vitamin untuk menjaga kestabilan badan kitty
sehingga mencegah masuknya penyakit lain yang juga dapat meperparah kondisi
kesehatan Kitty. Selama pemberian obat terramycin sebaiknya kitty dipasangi
collar untuk mencegah kitty menggaruk bagian mata yang luka.
Pemberian antibiotik dan vitamin pada kucing Kitty hanya berperan untuk
mencegah hal yang dapat memperparah penyakit, tidak untuk menyembuhkan
mata kitty karena keratitis ulceratif yang dialami mata kucing Kitty tergolong
parah sehingga menyebabkan kitty mengalami kebutaan. Untuk itu, sangat
penting bagi owner untuk menjaga kesehatan mata kitty yang lainnya. Seperti
mencegah terjadinya perkelahian yang dapat menyebabkan trauma pada mata
mengingat kitty hanya mengandalkan mata kanannya untuk melihat karena mata
kiri sudah mengakami kebutaan. Selain itu pemberian pakan yang bergizi akan
membantu menjaga kesehatan kitty.

BAB IV
PENUTUP
IV. 1 Kesimpulan

Keratitis merupakan kelainan yang terjadi akibat adanya peradangan pada


kornea disertai luka. Gejala klinis keratitis ulseratif tergantung pada penyebab dan
lamanya kondisi tersebut. Gejala klinis seperti adanya ocular discharge yang
bervariasi dari keputihan ke hijau. Kucing juga terlihat menghindari cahaya atau
mengalami kedip spasmodik pada cahaya terang. Jaringan di sekitar mata menjadi
bengkak dan merah. Diagnosis gejala klinis didasarkan pada gejala klinis dan
dapat didiagnosa dengan melalaui tes fluorescein dengan meletakkan stick kertas
fluorescein (paper strip) ke bagian permukaan mata kucing dengan membersihkan
bagian mata yang akan dites terlebuh dahulu. Perubahan pada mata kemudian
diobservasi setelah stick ditempelkan. Kertas stick akan sampai ke bagian dalam
kornea ketika terdapat kerusakan pada lapisan permukaan kornea (erosi atau
ulcer) dan mewarnai mata untuk sementara dan menunjukkan warna hijau pada
mata dibawah sinar ultraviolet. Penyebab dari kasus ini sangat beragam, baik itu
karena kondisi dari mata itu sendiri maupun dari infeksi dari luar. Sehingga sangat
penting mengidentifikasi penyebab utama dari penyakit untuk memberikan
penanganan dan pengobatan yang tepat.

IV.2 Saran
Identifikasi yang cepat terhadap penyakit ini sangat diperlukan untuk
menghindari perkembangan penyakit menjadi semakin parah. Selain pengobatan,
perawatan (maintenance) juga sangat penting untuk dilakukan untuk mempercepat
penyembuhan dari penyakit ini

DAFTAR PUSTAKA
Budhiastra, P. 2001. Pedoman Diagnosis Dan Terapi Penyakit Mata RSUP
Sanglah Denpasar. Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Mata FK
UNUD/RSUP Sanglah Denpasar.

Downing, Robin. 2016. Ulcerative Keratitis in Cats. [online].


https://vcahospitals.com/lake-wales/know-your-pet/ulcerative-
keratitis-in-cats. Diakses Pada 10 Juli 2019 pukul 19.00 wita.

Durand, Marlene L. 2015.  In  Mandell, Douglas, and Bennett's Principles and
Practice of Infectious Diseases (Eighth Edition). [online].
https://www.sciencedirect .com/topics/immunology-and-
microbiology/keratitis. Diakses Pada 8 Juli 2019 pukul 23.00 wita.

Fleming, Katie. 2001. Putting an End to Your Frustration. [online].


https://vetmed.illinois.edu/refractory-corneal-ulcer-management-
dogs/. Diakses Pada 13 Juli 2019 Pukul 19.30 wita.

Kardena, I Made. 2015. Patologi Veteriner Sistem Mata Dan Telinga. [online].
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file _pendidikan_ dir/b05912 f6fc 2
35 9ac476e4be1e98ba.pdf. Diakses Pada 9 Juli 2019 pukul 20.00 wita

Kim, Joon Young; Hye-Jung Won; Soon-wuk Jeong. 2009. A Retrospective Study
of Ulcerative Keratitis in 32 Dogs. Intern J Appl Res Vet Med. Vol. 7,
No. 1.

Larry P. Tilley and Francis WK. Smith, Jr. 2011. Blackwell's Five-Minute
Veterinary Consult: Canine and Feline, Fifth Edition. John Wiley & Sons,
Inc.

Merck Sharp dan Dohme Corp. 2019. Deep Stromal Corneal Ulcers,
Descemetocele, and Iris Prolapse. [online].
https://www.merckvetmanual.com/emergency-medicine-and-critical-
care/ophthalmic-emergencies/deep-stromal-corneal-ulcers,-
descemetocele,-and-iris-prolapse. Diakses Pada 13 Juli 2019 Pukul
20.30 wita
Sajuthi, Cucu Kartini. 2016. Masterclass of Teknik Operasi Enukleasi Tanpa
Komplikasi pada Hewan Kecil. Proceeding Book Musyawarah
Nasional Ke-3 ADHPHKI. Bali.

Saputra, Deby; Uning Lestari; Edhy Sutanta. Sistem Pakar Untuk Diagnosa
Penyakit Kucing Berbasis Web Menggunakan Frameworkcodeigniter
Web Based Expert System For Diagnosing Cat Disease Using
Codeigniter Framework. Jurnal SCRIPT Vol. 3 No. 1 Desember 2015

Skuta GL; Cantor L.B; Weiss Js. 2008. Basic and Clinical Science Course
Glaukoma.

Suwed MA, Budiana NS. (2006). Membiakan Kucing Ras. Jakarta: Penebar
Swadaya.

Wag. 2016. Keratitis in Dogs. [online].


https://wagwalking.com/condition/keratitis. Diakses Pada 10 Juli 2019
Pukul 19.20 wita.

Widodo, Setyo; Dondin Sajuthi; Chusnul Choliq, Agus Wijaya, Retno Wulansari,
RP Agus Lelana. 2014. Diagnostik Klinik Hewan Kecil. IPB Press:
Bogor.

LAMPIRAN
Kucing Kitty tiba di puskeswan Tampakan mata kitty
yang mengalami keratitis ulcertif

Strip paper fluorescein test Salep mata terramycin

Anda mungkin juga menyukai