Anda di halaman 1dari 28

Co-Asistensi Bidang Penyakit Dalam dan Patologi Klinik

KONJUNGTIVITIS PADA KUCING DI KLINIK HEWAN PENDIDIKAN


UNIVERSITAS HASANUDDIN

Jumat, 23 April 2021

HAPPY THERESIA A.J


C024 201 0024

PEMBIMBING

Drh. Yuliani Suparmin, M.Si

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER HEWAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2021
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN Co-Asistensi BIDANG PENYAKIT DALAM


DAN PATOLOGI KLINIK

Co-Asistensi Bidang : Bidang Penyakit Dalam dan Patologi Klinik


Angkatan : VII (Tujuh)
Tahun Ajar : 2020/2021
Nama Mahasiswa : Happy Theresia A.J
NIM : C0242010024

Makassar, 23 April 2021


Menyetujui,
Pembimbing Kordinator Bidang

Penyakit Dalam dan Patologi Klinik

(Drh. Yuliani Suparmin M.Si) (Drh. Wa Ode Santa Monica, M.Si)

NIP. 19890625 201903 2 015

Mengetahui,
Ketua Program Profesi Dokter Hewan

(Drh. A. Magfira Satya Apada, M.Sc)


NIP. 19850807 201012 2 008

Tanggal Pengesahan :
Tanggal Ujian :
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang MahaEsa
atas segala berkat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas mandiri
Koasistensi Bidang Penyakit Dalam dan Patologi Klinik dengan judul
Konjungtivtis Pada Kucing di Klinik Hewan Pendidikan Universitas Hasanuddin.
Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Drh. Yuliani Suparmin, M.Si
selaku dosen pembimbing yang telah mengarahkan penulis dalam menyelesaikan
laporan ini.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih memiliki banyak kekurangan.
Maka dari itu, penulis memohon kritik dan sarannya agar penulis dapat lebih baik
lagi kedepannya.

Makassar, 23 April 2021

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kucing (Felis catus) merupakan hewan kesayangan yang sangat digemari oleh
manusia karena memiliki kemampuan beradaptasi yang baik, daya reproduksi
yang tinggi dan perawatan yang mudah. Dalam kehidupan sehari-hari kucing
dikenal sebagai hewan peliharaan yang jinak dan selalu dekat dengan manusia.
Kucing memiliki hubungan yang dekat dengan kehidupan manusia sejak ribuan
tahun yang lalu melalui proses domestikasi (Suwed dan Budiana, 2006).
Penyakit mata seringkali mengenai anak kucing yang baru lahir atau kucing
yang belum pernah divaksin. Mata merupakan organ penting dan sangat sensitif
dari tubuh makhluk hidup termasuk kucing. Abnormalitas atau penyakit mata
pada kucing yang sering terjadi antara lain seperti katarak, entropion, ektropion,
glaukoma, atau luka akibat trauma. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor
diantaranya posisi mata yang terletak di bagian kcranial sehingga lebih besar
kemungkinan mengalami terjadinya trauma maupun gangguan yang terjadi pada
struktur mata (Sajuthi C .Kdan Sajuthi T, 20163).
Tingkat keparahan pada penyakit mata beraneka ragam, mulai dari yang
ringan sampai dengan sangat parah dan bahkan penyakit yang tidak dapat
disembuhkan hanya dengan pemberian obat-obatan, biasanya disertai dengan rasa
sakit yang sangat pada mata dan kebutaan permanen (Sajuthi C.K, 2016). (Sajuthi
C dan Sajuthi T, 2013).
Salah satu penyakit yang sering menyerang mata yaitu konjungtivitis.
Konjungtivitis adalah peradangan pada selaput yang menutupi bagian belakang
kelopak mata dan permukaan bola mata hingga ke kornea. Konjungtivitis adalah
inflamasi pada konjungtiva, membran mukosa tervaskularisasi yang menutup
bagian anterior sclera (konjungtiva bulbus) dan melapisi kelopak mata
(konjungtuva palpebra) serta membrane nictitans (Tilley dan SmithFrancis, 2019).
Etiologi konjungtivitis pada kucing seringkali terjadi karena infeksi virus
herpes dan calicivirus, bakteri seperti Chlamydia felis dan Mycoplasma spp
(Trbolova, 2011). Prevalensi infeksi Chlamydophila felis dan feline herpesvirus 1
(FHV-1) pada kucing dengan konjungtivitis di Italia utara diselidiki dengan
pengujian polymerase chain reaction (PCR) konvensional. Pada kucing dengan
konjungtivitis, C felis dan FHV-1 terdeteksi di 14 dari 70 (20%) dan 23 dari 70
(33%) hewan, masing-masing. Tak satu pun dari 35 kucing kontrol positif C. felis,
sedangkan 7 (20%) dari kucing ini positif FHV-1. Infeksi campuran ditemukan
pada 5 dari 70 kucing (7%). Infeksi conjungtivitis biasanya terjadi pada anak
kucing dan dewasa muda, dan diperkirakan 80% kucing akan terinfeksi secara
laten (Rampazzo, 2003).
PeKonjungtivitis nyakit mata ini merupakan masalah kesehatan yang sering
kali terjadi pada organ mata mata hewan kucingecil. Oleh karena itu, laporan ini
dibuat untuk mengetahui penyakit konjungtivitis hingga ke pengobatannya
sehingga dapat menjadi referensi dan menambah wawasan.
1.2. Tujuan Penulisan
Laporan ini disusun untuk mengetahui mengkaji kasus konjungtivitis pada
kucing serta tindakan dan pengobatannya
1.3. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan tujuan penulisan tersebut dapat dibuat
rumusan masalah sebagai berikut :ditarik sebuah rumusan masalah yaitu
bagaimana mengetahui kasus konjungtivitis pada kucing serta tindakan dan
pengobatannya?

1. Apa penyebab dan gejala klinis dari konjungtivitis?


2. Bagaimana cara mendiagnosa dan mengobati konjugtivitis serta langkah-
langkah pencegahan konjungtivitis?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Anamnesis dan Sinyalemen
Pengambilan riwayat atau anamnesis adalah proses memperoleh informasi
tentang pasien hewan tentang penyakitnya, permulaan penyakit dan praktek
makan melalui pertanyaan hati-hati dari pemilik. Dalam praktik kKedokteran
hHewan, penyakit disajikan secara tidak langsung dalam bentuk pengaduan oleh
pemilik atau pengurus. Jadi, sangat penting untuk memiliki semua informasi dari
pemiliknya. Seringkali, pemilik atau petugas gagal menyediakan riwayat yang
relevan dan memadai dan mungkin riwayat yang tidak akurat menyebabkan
kesalahan diagnosis. Klinisi harus membuktikannya dengan pertanyaan rasional
memanfaatkan pengetahuan profesional. Masalah penyakit hewan, pasien sulit
untuk didiagnosis tanpa mengetahui riwayat hewan, seharusnya riwayat tersebut
diambil dari pemilik pasien dan mencatat keluhan pemilik. Informasi penyakit
harus mencakup kelompok yang terkena, jumlah hewan yang terkena (morbiditas)
dan identitas hewan yang terkena, jumlah hewan yang telah meninggal
(mortalitas) harus ditetapkan. Untuk mendapatkan riwayat yang akurat dan
lengkap hal-hal berikut ini harus diperhatikan: data pasien, riwayat sekarang,
riwayat masa lalu dan riwayat lingkungan. Pengambilan riwayat atau anamnesis
adalah proses memperoleh informasi tentang pasien hewan tentang penyakitnya,
permulaan penyakit dan praktek makan melalui pertanyaan hati-hati dari pemilik.
Dalam praktik kedokteran hewan, penyakit disajikan secara tidak langsung dalam
bentuk pengaduan oleh pemilik atau pengurus. Jadi, sangat penting untuk
memiliki semua informasi dari pemiliknya. Seringkali pemilik atau petugas gagal
menyediakan riwayat yang relevan dan memadai dan mungkin riwayat yang tidak
akurat menyebabkan kesalahan diagnosis. Klinisi harus membuktikannya dengan
pertanyaan rasional memanfaatkan pengetahuan profesional. (Abdisa, 2017).
Data pasien penting untuk mengidentifikasi pasien dan itu meliputi: nama
pemilik, alamat pemilik: alamat pos, telepon, spesies, jenis, jenis kelamin, umur,
nama, No. ID, berat badan, deskripsi termasuk warna, penandaan dan tanda
identifikasi pasien lainnya (Abdisa, 2017).
Riwayat penyakit harus diambil dari pemilik pasien dan pencatatan
keluhan pemilik. Informasi penyakit harus mencakup kelompok yang terkena,
jumlah hewan yang terkena (morbiditas) dan identitas hewan yang terkena;
jumlah hewan yang mati (mortalitas) harus ditentukan. Untuk mendapatkan
riwayat kesabaran yang akurat dan lengkap, hal-hal berikut harus difokuskan; data
pasien, riwayat sekarang, riwayat masa lalu dan riwayat lingkungan (Abdisa,
2017). Pertanyaan-pertanyaan yang biasanya diajukan untuk mendapatkan
informasi anamnesa dari pasien antara lain (Widodo et al., 2011) :
a. Sudah berapa lama sakitnya?
b. Bagaimana gejalanya pada mulanya?
c. Bagaimana dengan nafsu makannya?
d. Apakah hewan-hewan lain yang dekat dengannya menunjukkan gejala
yang sama?
e. Apakah penyebab dari penyakitnya betul-betul diketahui atau ataukah
baru kecurigaan saja?
f. Apakah sudah pernah diobati sebelumnya, oleh siapa? Dan obat apa saja
yang sudah diberikan?
Sinyalemen merupakan identitas dari seekor hewan dan merupakan ciri
pembeda yang membedakan dari hewan lainnya. Sinyalemen selalu dimuat di
dalam pembuatan surat laksana jalan untuk hewan yang akan dibawa dari satu
tempat ke tempat lain. Fungsi lain dari sinyalemen hewan adalah pencantuman
status kesehatan di surat keterangan kesehatan hewan atau status vaksinasi yang
telah dijalani sesuai dengan ciri hewan yang dimaksud. Fungsi ketiga adalah
sebagai identitas diri di dalam rekam medik. Sinyalemen pada anjing dan kucing
terdiri atas nama hewan, jenis hewan, bangsa atau ras, jenis kelamin, umur, warna
kulit dan rambut, berat badan serta ciri-ciri khusus jika ada.(Widodo et al., 2011).
2.2. Temuan Klinis
Konjungtivitis adalah peradangan pada selaput yang menutupi bagian
belakang kelopak mata dan permukaan bola mata hingga ke kornea. Penyakit ini
adalah salah satu masalah mata paling umum pada kucing. Konjungtivitis pada
kucing hampir selalu memiliki penyebab infeksi yang mendasarinya. Penyebab
tersering adalah virus herpes (FHV-1), dan penyebab tersering kedua adalah
klamidofila. Tandanya mata merah, keluarnya cairan, dan mengais-ngais pada
mata untuk menghilangkan rasa gatal. Jaringan konjungtiva mungkin merah dan
bengkak. Konjungtivitis yang tidak diobati dapat berkembang menjadi masalah
yang mengancam penglihatan. Konjungtivitis tidak menyakitkan meski terasa
gatal. Jika mata merah, teriritasi, dan nyeri saat disentuh, pertimbangkan
kemungkinan keratitis, uveitis, atau glaukoma. Penundaan dalam merawat kondisi
ini bisa mengakibatkan hilangnya penglihatan (Crispin, 2005).

Gambar 1. Konjungtivitis akibat Feline Herpes Virus (FHV-1) pPada Anak


Kucing (Crispin, 2005)
2.3. Diagnosis
Diagnosis dibuat berdasarkan gambaran klinis, jika perlu didukung oleh
pemeriksaan histologis dari nodul yang dipotong atau biopsi (Stades, 2007).
Pemeriksaan oftalmik yang sistematik memungkinkan untuk menyingkirkan
penyakit potensial lainnya (misalnya, ulkus, uveitis, glaucoma, penyakit orbital,
menilai ukuran dan kesimetrisan pupil, melakukan IOP (Intraocular Pressure) dan
pewarnaan fluorescein. Biopsi massa konjungtiva dapat membedakan neoplasia
(paling umum adalah limfoma dan karsinoma sel skuamosa) (Tilley dan
FrancisSmith, 2019).
2.4. Diagnosis Banding
Konjungtivitis
Diagnosis banding konjungtivitis (Crispin, 2005):
a. Kemerahan pada mata tidak sama dengan konjungtivitis dan dapat terjadi
pada beberapa situasi lain. Misalnya, sebagai akibat perdarahan setelah trauma,
sebagai manifestasi lokal dari aliran balik vena yang terhambat dengan massa
orbital, sebagai bagian dari respons vaskular sistemik atau terkait dengan penyakit
kardiovaskular.
b. Infiltrasi konjungtiva oleh tumor, paling sering limfoma, dapat
disalahartikan sebagai konjungtivitis dan mungkin diperlukan biopsi untuk
diagnosis yang akurat.

2.5. Pemeriksaan Lanjutan


a. Schirmer Tear Test (STT)
Tes ini digunakan secara kuantitatif untuk mengevaluasi komponen air dari
film air mata dan dengan demikian membantu dalam diagnosis
keratoconjunctivitis sicca (KCS). STT diindikasikan pada semua pasien dengan
penyakit mata eksternal. Strip uji kertas filter steril yang dibungkus secara
terpisah dapat diimpregnasi dengan pewarna untuk memudahkan pembacaan.
Strip ini biasanya memiliki lebar 5 mm dan panjang 50 mm. Jika melakukan STT,
itu harus dilakukan sebelum prosedur atau tes lain, jika ada kotoran di dalam atau
di sekitar mata, penyeka kapas kering harus digunakan dengan lembut untuk
membersihkan area tersebut, menghindari iritasi dan refleks bekas lakrimasi. Strip
memiliki lekukan di dekat salah satu ujungnya di mana mereka dilipat sebelum
digunakan, lipat strip tanpa menyentuhnya dengan jari saat masih dalam proses
overwrap. Kemudian buka paketnya dan pegang stripnya dari ujung berlawanan
dengan takik dengan jari atau penjepit, letakkan di bagian bawah kantung
konjungtiva kira-kira di tengah-tengah antara kantus medial dan lateral dengan
ujung terlipat pendek di forniks dan takik di tepi kelopak mata. Tutup bawah
dapat digulung keluar dengan ibu jari untuk memudahkan pemasangan, tetapi
perawatan harus diterapkan untuk tidak mengompres mata yang mungkin juga
menimbulkannya refleks lakrimasi. Tutupnya dapat dipertahankan dalam posisi
terbuka atau tertutup dengan tekanan lembut pada tutup atas jika berkedip dan
retensi strip menjadi masalah. Setelah 1 menit, jarak yang dibasahi dari takik di
bagian yang lebih panjang diukur. Nilai normal pada anjing dan kucing adalah 15-
25 mm / menit, nilai lebih rendah dari 10 mm / menit menunjukkan defisit
produksi air mata encer. Kasus klinis KCS memiliki pembasahan kurang dari 5
mm, kucing memiliki nilai normal sedikit lebih rendah dan lebih bervariasi. Ada
berbagai macam pembacaan normal dan hasil harus diinterpretasikan dalam
kaitannya dengan tanda klinis. Peningkatan produksi air mata encer dapat terjadi
jika kondisi yang menyebabkan iritasi mata (Rosolen et al., 2009).

Gambar 2. Schrimer Tear Test Pada Kucing (Rosolen et al., 2009).

b. Pewarnaan Fluorescein
Fluorescein adalah pewarna yang larut dalam air, karena ketidakmampuan
lipidnya sehingga tidak menembus epitel kornea utuh. Erosi atau ulkus epitel,
yang mengekspos stroma hidrofilik memungkinkan penetrasi dan retensi pewarna.
Penghalang penetrasi pada mata yang sehat berada di sel terluar epitel kornea.
Karena membran Descemet tidak menahan fluorescein, descemetoceles tidak akan
ternoda. Fluorescein tersedia sebagai strip kertas yang diresapi atau sebagai
larutan. Larutan dapat terkontaminasi dengan beberapa penggunaan dan strip yang
dibungkus secara individual lebih disukai. Pewarnaan fluorescein diindikasikan
pada semua pasien dengan nyeri mata atau lesi kornea yang dapat diamati. Ujung
strip yang mengandung fluorescein dibasahi dengan setetes saline steril dan
dengan lembut dioleskan ke konjungtiva bulbar superior. Jika pasien
menunjukkan blefarospasme yang parah, anestesi lokal dapat diberikan tetapi
dapat menyebabkan kepositifan difus ringan yang biasanya mudah terlihat dari
retensi yang signifikan. Berkedip akan menyebarkan pewarna permukaan kornea.
Pewarna yang berlebih segera dibilas dengan larutan garam steril dan mata
kemudian diperiksa dengan lampu fokus dan pembesaran. Filter biru kobalt akan
memfasilitasi deteksi lesi halus. Untuk mengevaluasi patensi nasolacrimal
gunakan fluorescein seperti yang dijelaskan di atas, tetapi jangan bilas mata
(Rosolen et al., 2009).
Pengamatan biomikroskopis dari film air mata yang terkena noda fluorescein
sambil memegangnya tutup terbuka memungkinkan evaluasi waktu putus air mata
(break up time) sebagai metode tidak langsung untuk mengevaluasi komponen
non-air dari film air mata. Kekurangan lendir akan menyebabkan pemendekan
dari 20-30 detik yang biasanya ditemui (Rosolen et al., 2009).

Gambar 3. Pewarnaan Flourescein Oleh Stroma Kornea dan Ulcer


(Rosolen et al., 2009).
2.6. Pengobatan
Konjungtivitis
Pengobatan konjungtivitis (Eldredge, 2008):
a. Konjungtivitis Serosa
Bentuk konjungtivitis yang ringan dan mengiritasi dapat dirawat di rumah.
Mata harus dibersihkan dengan larutan encer asam borat untuk penggunaan mata,
air mata buatan, atau larutan irigasi oftalmik steril yang dapat dibeli tanpa resep
dan digunakan sesuai petunjuk. Anda akan melihat peningkatan yang pasti dalam
waktu 24 jam. Jika tidak, bawalah kucing Anda ke dokter hewan(Eldredge, 2008).
b. Konjungtivitis Purulent
Konjungtivitis purulen membutuhkan irigasi mata danbutuh dibersihkan
dengan airterkadang perendaman hangat untuk merelaksasilonggarkan kelopak
mata yang berkerak. Antibiotik dioleskan ke permukaan mata beberapa kali
sehari. Mereka Pengobatan harus dilanjutkan selama tujuh hari setelah sembuh.
Salep yang mengandung kombinasi neomisin, bacitracin, dan polimiksin (seperti
salep mata neosporin) sering kali bekerja dengan baik (Eldredge, 2008).
Jika kondisi ini disebabkan oleh klamidofila atau mikoplasma, obat tetes
mata yang mengandung tetrasiklin atau kloramfenikol adalah antibiotik pilihan.
Konjungtivitis yang disebabkan klamidofila Chlamidia dapat terjadi karena
kucing mengeluarkan bakteriorganisme dalam tinja danatau air kencingnya
setelah infeksi tampak sembuh. Obat tetes mata yang mengandung antibiotik
tetrasiklin atau kloramfenikol jika konjungtivitis disebabkan oleh chlamydia atau
mikoplasma. Kucing anda dapat dibawa keKeadaan pembawa ini dapat dirawat
oleh dokter hewan Anda dengan dan diberikan pengobatankursus doksisiklin tiga
minggu atau azitromisin seminggu (Eldredge, 2008).
Infeksi kronisyang mendalam sulit untuk diberikan pengobatanbersihkan.
Dalam kasus infeksi kronisseperti itu, Anda harus menseringkali dicurigai adanya
keterlibatan sistem drainase air mata. Pembersihan berulang pada mata, koreksi
masalah yang mendasari dan pemberian antibiotik topikal dan oral spesifik yang
disesuaikan dengan kultur dan kepekaan membentuk pendekatan utama untuk
masalah ini (Eldredge, 2008).
Obat mata antivirus yang tersedia untuk pengobatan konjungtivitis yang
disebabkan oleh virusvirus. Mereka Pengobatan harus diresepkan oleh dokter
hewan. Kucing yang dengan terkena FHV sering mengalami konjungtivitis
rekuren kronis dan secara berkala dapat menjadi sumber infeksi bagi kucing lain.
Penelitian di Colorado State University menggunakan obat antivirus baru,
cidofovir untuk mengobati kucing dengan konjungtivitis herpesFHV. Obat ini
perlu diberikan dua kali sehari dan tidak mengiritasi kucing seperti obat antivirus
lainnya (Eldredge, 2008).
c. Konjungtivitis Folikuler
Salep mata berbasis steroid dapat digunakan untuk mengecilkan ukuran
folikel dan menghaluskan permukaan. Jika steroid tidak efektif, dokter hewan
Anda dapat membakar folikel secara mekanis atau kimiawi. Steroid tidak boleh
digunakan kecuali penyebab infeksi telah disingkirkan (Eldredge, 2008).
d. Konjungtivitis Neonatal
Kondisi ini akibat infeksi bakteri di bawah kelopak mata. Beberapa kasus
terkait dengan virus herpes virus. Ini terjadi pada anak kucing sebelum matanya
terbuka (Eldredge, 2008).
e. Cacing Mata
Cacingan dapat dihilangkan oleh dokter hewan Anda dengan pinset
tumpul dengan anestesi lokal. Obat mata yang mengandung levamisol dapat
diresepkan (Eldredge, 2008).
2.7. Edukasi Klien
Edukasi klien adalah bagian penting dari peran dokter hewan sebagai
profesional kedokteran hewan. Salah satu hal terpenting untuk dilakukan untuk
hewan dalam perawatan adalah mendidik klien secara efektif tentang kesehatan
hewan dan obat pencegahan. Komunikasi yang efektif adalah keterampilan yang
harus dipraktikkan dan disempurnakan seiring waktu. Apa yang dokter hewan
katakan dan bagaimana mengatakan itu memainkan peran penting dalam
membangun hubungan baik dan merangsang komunikasi terbuka. Jika klien
merasa bahwa mereka sedang dikritik atau dihakimi, mereka tidak akan merasa
nyaman untuk berbagi informasi atau bertanya pertanyaan (Abdisa, 2017).
Dalam hubungan dokter hewan-klien, Anda dokter hewan memiliki kesamaan
yang sangat penting yaitu peduli dan ingin membantu hewan itu. Mengenali dan
menunjukkan sesuatu yang istimewa tentang hewan mereka bisa membantu
mencairkan suasana dengan klien. Berterimakasihlah kepada mereka karena telah
membawa hewan itu dan menyadari bahwa mereka melakukan hal yang hebat
untuk hewan mereka (Abdisa, 2017).
Saat mendapatkan riwayat medis atau mendiskusikan kondisi medis dan
perawatan dengan klien sangat penting untuk menggunakan bahasa yang dapat
mereka pahami. Gunakan penjelasan sederhana dan contoh yang bisa mereka
kaitkan. Berhentilah sesering mungkin untuk memverifikasi bahwa klien
memahami penjelasan, Mengulangi informasi penting dan menjelaskan konsep
yang lebih rumit dalam berbagai cara dapat membantu klien memahami apa yang
Anda dokter hewan katakan. Banyak klien yang belum pernah ke dokter hewan
sebelumnya. Mereka Klien mungkin memiliki sedikit pengetahuan dasar masalah
kesehatan hewan atau rekomendasi kesehatan pencegahan saat ini. Sumber daya
dan ketersediaan perawatan hewan sangat bervariasi di setiap komunitas. Sangat
penting untuk mempertimbangkan masalah ini dan untuk membuat rekomendasi
yang realistis dalam konteks sumber daya individu dan komunitas (Abdisa, 2017).
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Studi Kasus
3.1.1 Signalement dan Anamnesis
Anamnesis
Kamis, 7 April 2021 owner kucing Archie datang ke Klinik Hewan
Pendidikan Universitas Hasanuddin dengan keluhan trauma di bagian kaki kiri
depan hingga leher. Tidak ada riwayat pemberian obat cacing dan vaksin
sebelumnya.
Pada awal masuk klinik kucing tidak dapat bertumpu pada kaki depan dan
saat dilakukan palpasi di kaki depan terdapat reaksi sakit dan menarik kaki
bagian depan, mata kiri dan kanan bengkak serta tidak bisa membuka dan
tidak ada riwayat pemberian obat cacing dan vaksin sebelumnya.
SignalementKamis, 7 April 2021 owner kucing Archie datang ke
Klinik Hewan Pendidikan Universitas Hasanuddin dengan keluhan trauma
di bagian kaki kiri depan hingga leher. Tidak ada riwayat pemberian obat
cacing dan vaksin sebelumnya.
Nama Hewan Archie

Spesies Kucing

Ras Domestik

Warna Rambut Belang

Jenis Kelamin Jantan

Umur 4 bulan

Berat Badan 800 gram

Tanda Khusus Warna hitam bagian telinga dan ekor

Anamesa Trauma bagian kaki kiri depan hingga leher dan


kepala, dehidrasi, mata tidak dapat membuka

Tanda Fital

Suhu 36,6 oC

Nafas 52 x / menit

Pulsus 76 x/ menit

Turgor > 2 detik

3.1.2 Pemeriksaan Mata, Hidung, Telinga dan Leher


Inspeksi Mata

Sebelah Kanana

- Palpebrae terjadi pembesaran, cilia tidak terjadi entropion


dan ektropion, konjungtiva terjadi radang (kemerahan),
membram nictitans terlihat
- Sclera putih, cornea jernih, iris kuning, limbus terlihat,
pupil bulat, refleks pupil ada dan tidak ada vasa injectio
Sebelah Kiri

- Palpebrae terjadi pembesaran, cilia tidak terjadi entropion


dan ektropion, konjungtiva kemerahan (terjadi radang),
membram nictitans terlihat
- Sclera putih, cornea jernih, iris kuning, limbus terlihat,
pupil bulat, refleks pupil ada dan tidak ada vasa injectio
Hidung

- Cermin hidung bersih dan tidak terdapat leleran


Palpasi Mulut

- Tidak ditemukan luka pada bibir


- Gigi geligi tidak terdapat plak dan lidah berwarna pink dan
tidak terdapat ulcer
- Mukosa dan gusi pink rose
Telinga

- Posisi telinga tegak


- Tidak terdapat bau pus pada telinga
- Permukaan telinga kotor
- Tidak terdapat krepitasi
- Terdapat reflek panggilan
Leher

- Perototan dan trachea normal


- Terdapat reflek menelan

3.1.3 Pemeriksaan Sistem Pernafasan


Inspeksi - Bentuk rongga thoraks normal
- Type pernafasan costalis
- Intensitas dangkal dengan frekuensi 52 x/ menit
Palpasi - Penekanan rongga thorax dan intercostal normal

Perkusi - Lapangan paru-paru tidak terjadi perluasan


- Gema perkusi tekak
Auskultasi - Suara pernafasan dan antara inspirasi serta ekspirasi tidak
ada suara ikutan

3.1.4 Pemeriksaan Sistem Peredaran Darah


Palpasi - Tidak terlihat ictus cordis

Perkusi - Lapangan jantung tidak terjadi perluasan

Auskultas - Frekuensi jantung 140 x/ menit dengan intensitas normal


i - Suara sistol dan diastol sangat jelas dan ritmis
- Tidak ditemukan ekstrasistolik
- Suara pada pulsus dan jantung sinkron

3.1.5 Pemeriksaan Abdomen dan Organ Pencernaan


Inspeksi - Bentuk abdomen tidak terjadi pembesaran
- Bentuk abdomen simetris
Palpasi - Episgatrikus bagian ginjal teraba, mesogastrikus teraba usus,
hypogastrikus teraba bagian vesica urinaria
- Isi usus halus dan usus besar terdapat cairan dan padatan
Auskultas - Terdapat suara peristaltik usus
i

3.1.6 Pemeriksaan Alat Perkemihan


Anus - Daerah perineal dan sekitar anus terlihat kotor
- Terdapat reflex sphincter-ani
- Tidak ada pembesaran pada kolon
Inspeksi - Mukosa vagina pink rose, tidak terjadi pembesaran, dan
dan simetris
Palpasi

3.1.7 Pemeriksaan Alat Gerak dan Limphhonodus


Inspeksi Alat Gerak
- Perototan kaki depan dan belakang serta sudut persendian
kompak
- terlihat tremor dan spasmus otot
- Tidak dapat bertumpu di kaki kiri depan
Palpasi Alat gerak
- Strutur pertulangan tampak kompak pada kaki depan dan
belakang
- ada reaksi pada saat di palpasi di kaki kiri depan
- Kaki depan kanan kiri dan kaki belakang kanan kiri terlihat
sama panjang
Limphoglandula Poplitea

- Ukuran dan konsistensi terlihat normal, tidak berlobus, tidak


panas dan tidak terjadi perlekatan
- Tuber ischia dan tuber coxae tidak terlihat
Pemeriksaan Schrimer Tear Test Strips, Flourescein Sodium
Lanjutan Ophtalmic Strips USP

Diagnosa Konjungtivitis

Prognosa Fausta

Terapi atau Tindakan Gentamycin Eye Drop

Hemotadine

3.2 Pembahasan
3.3 Signalement dan Anamnesis
Nama : Archie
Hewan : Kucing
Ras : Domestik
Jenis Kelamin : Jantan
Warna : Belang
Umur : 4 bulan
Berat Badan : 800 gram
3.4 Kamis, 7 April 2021 owner kucing Archie datang ke Klinik Hewan
Pendidikan Universitas Hasanuddin dengan keluhan trauma di bagian kaki
kiri depan hingga leher. Tidak ada riwayat pemberian obat cacing dan vaksin
sebelumnya.
3.2.1 Pemeriksaan Fisik dan Temuan Klinis
Hasil pemeriksaan fisik pada kucing, frekuensi nafas 52x/menit, suhu rektal
36,6 °C, frekuensi nadi 76x/menit. Turgor kulit >2 detik (dDehidrasi). Temuan
kKlinis yaitu saat dilakukan inspeksi pada bagian mata terlihat mata kiri
mengalami pembengkakan dan kemerahan. konjungtiva mengalami kemerahan,
palpebrae mengalami pembesaran dan membrane nictitans terlihat. Adapun pada
mata kanan palpebrae terjadi peradangan/inflamasi dan membran nictitans
terlihat.

Gambar 4. Temuan Klinis Konjungtivitis Pada Kucing Archie


Gambar 5. Temuan Klinis Konjungtivitis Pertama Kali Masuk pada Mata
Kiri Kucing Archie

3.2.2 Diangnosis
Diagnosis diperoleh melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, gejala klinis,
schrimer tear test strips (STT) dan fluorescein sodium ophthalmic stripspenlight.
a. Schrimer Tear Test Strips (STT)
Hasil pemeriksaan schrimer tear test strips (STT) menunjukkan angka 14
yang berarti produksi air mata pada kucing ArchieMoly berada pada kisaran
normal . Temuan ini juga sesuai dengan literatur yang menyajikan nilai-nilai
normalitas berkisar dari 14,3 ± 4,7 mm/menit hingga 16,92 ± 5,73 mm/menit pada
kucing dan anjing (Featherstone dan Heinrich, 2013).

Gambar 65. Hasil Uji Schrimer Tear Test Strip Pada Kucing (Rosolen et.al, 2009)
b. Penlight
Penlight adalah suatu alat diagnostik yang digunakan untuk memeriksa respon
pupil. Dimana pupil akan mengecil karena jumlah cahaya diterima terlalu
besar. Dapat dilakukan juga pemeriksaan dengan menilai posisi mata dan
gerakan, penglihatan dan sensitifitas bola mata, kelopak mata dan konjungtiva
serta posisi dan kejernihan kornea (Defarges, 2015). Dan pada kucing Archie
didapatkan saat diperiksa menggunakan penlight kornea tidak terdapat ulcer
dan jernih, bola mata tidak keluar dan masih sensitifitas. Tapi kelopak mata
dan konjungtiva Archie sebelah kiri terlihat bengkak dan memerah serta
mengeluarkan ocular discharge. Keadaan yang sama juga terjadi pada mata
sebelah kanan kucing Archie.
Berdasarkan uji Schrimer Tear Test Strips (STT) yang menunjukkan angka 14
berarti normal dan pemeriksaan menggunakan penlight dimana dapat dilihat
kedua bola mata Archie masih bagus dan sensitifitas pupil Archie terhadap cahaya
masih bagus. Hanya saja kelopak mata dan konjungtiva archie sebelah kiri dan
kanan terlihat bengkak dan memerah serta mengeluarkan ocular discharge dapat
disimpulkan diagnose dari kucing Archie adalah suspek Konjungtivitis.

a. Fluorescein Sodium Ophthalmic Strips


Hasil diagnosa pada pemeriksaan fluorescein sodium ophthalmic strips
menunjukkan angka 15 dan terbentuk warna hijau pada kornea yang berarti terjadi
luka pada kornea. Menurut (Ward, 1999) mekanisme kerja dari fluorescein adalah
adanya lipid pada lapis epitel dari kornea. Bila lapis epitel ini mengalami luka
maka secara otomatis lipid akan terkikis, akibatnya flour yang harusnya hilang
setelah dibilas dengan NaCl akan tetap berada pada daerah yang mengalami luka.

Gambar 6. Pewarnaan Flourescein Oleh Stroma Kornea dan Ulcer (Rosolen et al.,
2009).

3.2.3 Pengobatan
Pemberian obat tetes mata Gentamycin Eye Drop sebanyak 1 tetes pada
mata sebelah kiri kucing Molydan mata kanan kucing Archie. Masing-masing
diberikan sebanyak 1 tetes. Pemberian oHematodinbat pulang Amoxyclav dan
Meloxicam dalam bentuk kapsul dan injeksi Tolfedine sebagai anttipiretik sebagai
vitamin untuk meningkatkan nafsu makan Archie serta untuk mengatasi gangguan
hematopoietik karena saat pertama kali masuk kucing Archie mengalami
anoreksia, kurus dan tidak bisa bergerak. Kucing Archie dilakuan rawat inap di
klinik selama 6 hari dalam keadaan diinfus NaCL secara SC dikarenakan
pembuluh darah Archie mengalami collapse di bagian kedua kaki dan tangan
akibat dehidrasi parah . Pada hari ke-6 ketika mata kucing Archie sudah terlihat
membaik. Kucing archie sudah diperbolehkan pulang dan dijemput oleh
pemiliknya. Tidak ada obat rawat jalan diberikan atas saran dan petunjuk dari
dokter yang memeriksa kondisi kucing Archie.suhu kucing 40ºC

3.2.4. Tata Laksana Terapi


Pengobatan yang diberikan pada pasien adalah sebagai berikut (Plumb,
2011):

a. Gentamycin Eye Drop

Jenis Obat Antimikroba (Plumb, 2011)


Obat Gentamycin Eye Drop (Plumb, 2011)
Nama paten SAGESTAM (Plumb, 2011)
Indikasi Pengobatan topical infeksi primer dan sekunder pada mata
(Plumb, 2011)

Kontraindikasi HipersensitifItas (Plumb, 2011)

Dosis Sediaan 5 ml (Plumb, 2011)


Dosis Anjuran 1-2 tetes/cat (Plumb, 2011)

Rute Topical (Plumb, 2011)


Frekuensi q 12 h (Plumb, 2011)

b. HemotadineHematodin
Jenis Obat AntiinflamasiSuplemen
Obat Pemacu pertumbuhan dan hematopoetika
Kandungan Hematodin injeksi steril yang setiap 100 ml mengandung:
Taurine ..................................... 0.200 g
Ammonium ............................. 2.000 g
Methionine .............................. 1.000 g
Histidine .................................. 0.500 g
Trypotopan .............................. 0.250 g
Cobalt acetate ........................ 0.250 g
Cyanocobalamin ..................... 0.001 g
Excipient qs ............................. 100 ml
Indikasi - Untuk meningkatkan nafsu makan
- Semua gangguan hematopoietik. S
- Anemia akibat kekurangan makan atau akibat infeksi,
anemia pada anak babi yang mendapat susu induk,
anemia akibat pendarahan, sebagai komplemen pada
pengobatan anti piroplasma, asthenia dan purpura
- Pada proses penyembuhan setelah penyakit menular
pada intoksikasi
- Pertumbuhan pada ayam, anak babi dan anak kuda
diberikan secara sistematis
- Diare pada hewan muda
- Meningkatkan kondisi dan stamina pada saat
kebuntingan
- Untuk pertumbuhan bulu pada anjing.
Kontraindikasi Pasien yang sensitive ataupun alergi terhadap meloxicam
ataupun OAINS lainnya, pasien dengan gangguan ginjal
berat hingga gagal ginjalTidak ada

Dosis Sediaan 100 ml


Dosis Anjuran 0.5 - 2 ml per KgBB

Rute IM
Frekuensi qQ12 48 h
3.3. Edukasi Klien
Dokter hewan memberikan edukasi kepada owner Archie dMoly dalam
manajemen pemeliharaan dan pemberian obat pulang, menjaga hewan dari
kondisi stress dan , menjaga kebutuhan nutrisi, serta memperhatikan
kebersihan lingkungan dan kelembapan kandang kucing.
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Konjungtivitis adalah peradangan pada selaput yang menutupi bagian
belakang kelopak mata dan permukaan bola mata hingga ke kornea. Penyebab
tersering adalah virus herpes (FHV-1) dan Clamidophyla. Gejala klinisnya yaitu
hiperemia aktif pada pembuluh konjungtiva dan inflamasi konjungtiva, kemosis,
kotoran ocular mata discharge(serosa, mukoid, purulen, hemoragik, dan
kombinasinya), variabel derajat iritasi, blefarospasme, lakrimasi berlebihan, dan
nyeri, perubahan kronis termasuk pembentukan folikel, penebalan konjungtiva,
ulserasi, dan sekret yang terus-menerus.
Adapun Temuan klinis pada pasien Archie yaitu saat dilakukan inspeksi pada
bagian mata terlihat mata kiri mengalami pembengkakan dan kemerahan pada
konjungtiva dan ada ocular disharge. Adapun pada mata kanan terdapat hal
normal. Berdasarkan uji Schrimer Tear Test Strips (STT) yang menunjukkan
angka 14 berarti normal dan pemeriksaan menggunakan penlight dimana dapat
dilihat kedua bola mata Archie masih bagus dan sensitifitas pupil Archie
terhadap cahaya masih bagus. Hanya saja kelopak mata dan konjungtiva archie
sebelah kiri dan kanan terlihat bengkak dan memerah serta mengeluarkan ocular
discharge dapat disimpulkan diagnose dari kucing Archie adalah suspek
Konjungtivitis. Pemberian obat tetes mata Gentamycin Eye Drop sebanyak 1
tetes pada mata sebelah kiri dan mata kanan kucing Archie. Pemberian
Hematodin karena saat pertama kali masuk kucing Archie diduga mengalami
patah tulang sepanjang leher dan kaki depan.
Pengobatan dapat dilakukan secara simptomatik yaitu pengobatan berdasarkan
gejala klinis.
4.2. Saran
Pada kasus konjungtivitis sebaiknya dilakukan pemeriksaan lanjutan
menggunakan opthalmoscope untuk melihat struktur mata yang mengalami
kelainan. Sehingga jelas perbedaan antara struktur normal dan saat mengalami
kelainan dan juga untuk membantu dokter hewan dalam penegakan diagnose
untuk pengobatan yang efektif. Selain itu perlu juga dilakukan edukasi ke klien
bagaimana menjaga kesehatan mata kucing terutama pada kucing neonatal.
DAFTAR PUSTAKA

Abdisa T. 2017. Review On Practical Guidance Of Veterinary Clinical Diagnostic


Approach. International Journal Of Veterinary Science And Research.
3(2): 006-025.
Crispin, S M. 2005. Notes On Veterinary Opthalmology. Blackwell: Australia.
Defarges, A. 2015. The Physical Examination. Internal Medicine clinician
journal 1 : 73-81
Eldredge, Debra M., Delbert G. Carlson, Liisa D. Carlson, James M. Giffin. 2008.
Cat Owner’s Home Veterinary Handbook. Wiley Publishing: New Jersey.
Featherstone, H. J.; Heinrich, C. L. 2013 . Ophthalmic Examination And
Diagnostics. P. 533-613.
Plumb, D. C. 2011. Plumb’s Veterinary Drug Handbook. 7th Edition. Blakwell
Publishing
Rampazzo, A., S. Appino, P. Pregel, A. Tarducci, E. Zini, Dan B. Biolatti. 2003.
Prevalence of Chlamydophila felis and Feline Herpesvirus 1 in Cats with
Conjunctivitis in Northern Italy. Journal vet intern med 17 : 799-807
Rosolen, Serge G., Domenico Multari, Mike Woods Dan Olivier Jongh. 2009.
Small Animal Opthalmology. Saunders: USA.
Trbolova, A. 2011. The most Common Eye Disease In Cat. E-polish Journal of
Veterinary Opthamology 2 : 1-8

Sajuthi, Cucu Kartini. 2016. Masterclass of Teknik Operasi Enukleasi Tanpa


Komplikasi pada Hewan Kecil. Proceeding Book Musyawarah Nasional Ke-
3 ADHPHKI. Bali.
Stades, Frans C. 2007. Opthalmology For The Veterinary Practitioner.
Schlutersche: Jerman
Suwed MA, Budiana NS. (2006). Membiakan Kucing Ras. Jakarta: Penebar
Swadaya.
Tilley, Larry P Dan Francis W.K. Smith Jr. 2019. Panduan Praktik Veteriner:
Anjing Dan Kucing. EGC: Indonesia.
Ward, DA. 1999. Clinical Opthalmic Pharmacology and Therapeutics. Di dalam
Gelatt KN, editor.Veterinary Opthalmology. Ed ke-3. Pennsylvania:
Lippincott Williams and Wilkins hlm 336-354.
Widodo, S., S. Dondin, C. Chusnul, W. Agus Dan W. R. L. Agus. 2014.
Diagnostik Klinik Hewan Kecil. IPB Press: Bogor.

Anda mungkin juga menyukai