CONTOH KAP INDERA (fIX)
CONTOH KAP INDERA (fIX)
KESEHATAN INDERA
A. PENDAHULUAN
Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan
nasional yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan
kemampuan masyarakat untuk hidup sehat sehingga terwujud derajat kesehatan
yang optimal. Keberhasilan pembangunan kesehatan berperan penting dalam
meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM). Indera penglihatan sangat
menentukan kualitas sumber daya manusia, karena 83 % informasi sehari-hari
masuknya melalui jalur penglihatan, melalui pendengaran 11 %, penciuman 3,5 %,
peraba 1,5 %, danpengecap 1,0 %.
Dari hasil survey Kesehatan Indera Penglihatan dan Pendengaran tahun
1993-1996 yang dilakukan di 8 Provinsi menunjukkan bahwa prevalensi kebutaan
di Indonesia 1,5 %. Menurut WHO prevalensi kebutaan yang melebihi 1 % bukan
hanya masalah medis saja tetapi sudah merupakan masalah social yang perlu
ditangani secara lintas program dan lintas sector. Penyebab utama kebutaan
adalah katarak (0,78%), glaucoma (0,20%), kelainan refraksi (0,14%), dan
penyakit-penyakit lain yang berhubungan dengan usia lanjut (0,38%).
Dalam rangka menurunkan angka kebutaan ini, WHO telah mencanangkan
program Vision 2020 : The Right to Sight pada tanggal 30 September 1999,
yang kemudian ditindaklanjuti dengan pencanangan Vision 2020 : The Right to
Sight di Indonesia pada tanggal 15 Februari 2000 oleh Ibu Megawati
Soekarnoputri. Dalam sidang world Health Assembly ke 59 di Geneva, Mei 2006
dibahas berbagai isu penting diantaranya pemberantasan kebutaan yang masih
menjadi masalah dunia, dengan penyebab terbanyak adalah katarak dan
trachoma. Di Indonesia xeroftalmia masih menjadi penyebab kebutaan yang
disebabkan kekurangan vitamin A.
Sebagai tindak lanjut atas pencanangan Vision 2020 ini Departemen
Kesehatan telah menyusun kebijakan-kebijakan di bidang Kesehatan Indera
Penglihatan yaitu: Rencana Strategi Nasional Penanggulangan Gangguan
Penglihatan dan Kebutaan (Renstranas PGPK) untuk mencapai Vision 2020 dan
Pedoman Manajemen Kesehatan Indera Penglihatan dan Pendengaran. Kegiatan
penanggulangan gangguan penglihatan dan kebutaan di Provinsi dan Kabupaten/
Kota akan difokuskan pada 4 penyebab utama kebutaan yaitu katarak, kelainan
refraksi, xeroftalmia, dan glaucoma. Namun demikian adanya focus
penanggulangan tersebut tidak menutup kemungkinan untuk mengangkat
penyebab kebutaan yang spesifik yang ada di wilayah tersebut. Kegiatan
pelayanan kesehatan Indera dilaksanakan oleh Puskesmas sebagai sarana
pelayanan kesehatan strata pertama dan Balai Kesehatan Mata Masyarakat
(BKMM)/ Balai Kesehatan Indera Masyarakat (BKIM) dan Rumah Sakit Umum
(RSU) sebagai sarana rujukan.
Puskesmas adalah unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/
Kota yang menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja dan
mempunyai fungsi sebagai :
1. Penggerak pembangunan berwawasan kesehatan
2. Pusat pemberdayaan masyarakat
3. Pusat pelayanan kesehatan strata pertama yang meliputi pelayanan
kesehatan perorangan dan pelayanan kesehatan masyarakat.
Dalam mencapai Visi : Kecamatan Sehat, Puskesmas menyelenggarakan
upaya kesehatan wajib yaitu upaya promosi kesehatan, kesehatan lingkungan,
kesehatan ibu dan anak serta KB, upaya perbaikan gizi masyarakat, pencegahan
dan pemberantasan penyakit menular serta upaya pengobatan. Selain itu sesuai
dengan masalah daerah setempat dapat dilaksanakan upaya kesehatan
pengembangan. Kesehatan Indera Penglihatan termasuk dalam upaya kesehatan
pengembangan Puskesmas yang dapat diintegrasikan dengan upaya kesehatan
lainnya.
Agar program kesehatan Indera Penglihatan ini dapat dikelola baik dari
aspek manajemen di tingkat Puskesmas maupun aspek pelayanan kepada
masyarakat yang mencakup promotif, preventif, dan kuratif, maka diperlukan suatu
pedoman pelayanan kesehatan Indera Penglihatan di Puskesmas. Pedoman ini
akan menjadi acuan bagi petugas Puskesmas dalam pelaksanaan dan
pengembangan program kesehatan Indera Penglihatan di wilayah kerja
Puskesmas.
1. Meningkatkan derajat
kesehatan jiwa di
Indonesia sebagai bagian
dari derajat kesehatan
2. masyarakat di wilayah
kerja Puskesmas DTP mand
3. Meningkatkan derajat
kesehatan jiwa di
Indonesia sebagai bagian
dari derajat kesehatan
4. masyarakat di wilayah
kerja Puskesm
B. TUJUAN UMUM DAN TUJUAN KHUSUS
1. TUJUAN UMUM
Meningkatkan derajat kesehatan Indera Penglihatan masyarakat di wilayah
kerja Puskesmas
2. TUJUAN KHUSUS
a. Meningkatnya pengetahuan dan ketrampilan petugas kesehetan dan kader
b. Meningkatnya kesadaran, sikap dan perilaku masyarakat untuk memelihara
kesehatan dalam menanggulangi gangguan penglihatan dan kebutaan
c. Meningkatnya jangkauan pelayanan Kesehatan Indera Penglihatan kepada
masyarakat
d. Meningkatnya cakupan pelayanan Kesehatan Indera Penglihatan
masyarakat melalui deteksi dini
Penjaringa Kendaraan
n kasus Mendeteksi 30% transportas
sedini penderit i, buku Kader
katarak di Penderita Petugas
KESEHATA mungkin a visum, dan
1 katarak Program
N INDRA posyandu penderita katarak form pembina
atau lansia Indra
katarak di terdetek laporan, desa
lansia masyarakat si rumah
keluarga
Kader
40% dan
Penyuluha Meningkatka
penderit pemegan
n tentang n
a Masyaraka g
pengetahuan Petugas
Kesehatan Masyarak dengan t sekitar Program
masyarakat Program
telinga tentang
at umum serumen
Indra
puskesmas Kesehata
(Serumen Prop lumbang n Indra
penyakit
Prop) dapat di serta
telinga
ketahui pembina
desa
E. SASARAN
1. Sasaran Primer:
a. Bayi
b. Balita
c. Anak usia sekolah/ remaja
d. Usia produktif
e. Usia lanjut
2. Sasaran Sekunder:
a. Tenaga kesehatan
b. Kader
c. Tokoh masyarakat, dll
TAHUN 2019
No URAIAN VOL Satuan Rincian
Jan Feb Mart Aprl Mei Jun Jul Agust Sept Okt Nov Des
Penjaringan
penderita
katarak dan
penderita
1
yang
memiliki
gejalanya
dilapangan
Penyuluhan
tentang
Kesehatan
2
telinga
(Serumen
Prop)
G. MONITORING EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PELAPORAN
Pelaksanaan kegiatan harus diikuti dengan pemantauan secara berkala
untuk melakukan telaahan penyelenggaraan kegiatan dan hasil yang telah dicapai.
Telaahan bulanan terhadap penyelenggaraan kegiatan dan hasil yang telah
dicapai Puskesmas dibandingkan dengan rencana kegiatan dan standar
pelayanan. Kesimpulan dirumuskan dalam bentuk kinerja Puskesmas yang terdiri
dari cakupan, mutu dan biaya serta masalah dan hambatan yang ditemukan pada
waktu penyelenggaraan kegiatan.
Telahaan bulanan ini dilakukan dalam Lokakarya Mini Bulanan Puskesmas.
Sebagai tindak lanjut pemantauan ini dirumuskan upaya pemecahan masalah dan
diuraikan dalam bentuk rencana kegiatan bulanan/ triwulan yang akan datang.
Pada akhir tahun saat mengadakan evaluasi kegiatan