Anda di halaman 1dari 20

BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN

Hepatitis Virus merupakan infeksi sistemik oleh virus disertai nikrosis dan inflamasi pada
sel-sel hati yang menghasilkan kumpulan perubahan klinis, biokimia serta seluler yang khas.
Sampai saat ini sudah teridentifikasi lima tipe hepatitis yang pasti yaitu : hepatitis A, B,
C, D, dan E. Hepatitis A dan E mempunyai cara penularan ang serupa (jalur fekal-oral)
sedangkan Hepatitis B, C ,D memiliki banyak karakteristik yang sama. Pedoman terminologi
yang berkaitan dengan hepatitis virus. Terdapat bukti adanya jenis-jenis hepatitis virus yang lain.
Insidens virus hepatitis virus yang terus meningkat semakin menjadi masalah kesehatan
masyarakat. Penyakit tersebut penting karena mudah menular , memiliki morbiditas yang tinggi
dan menyebabkan penderitanya absen dari sekolah atau pekerjaan dengan waktu yang lama.

B. IMPLIKASI KEPERAWATAN

Perawat terutama terlibat dengan tiga bidang permasalahan hepatitis virus yang utama :
(1) Perawatan penderita hepatitis
(2) Kenyataan bahwa banyak penderita hepatitis yang tidak menunjukkan gejala (asimtomatik)
yang dapat menjadi masalah epidemiologi yang serius
(3) Kebutuhan kesehatan yang jelas menuntut eliminasi berbagai bentuk penyakit tersebut.
Kategori terakhir ini mencakup berbagai pertimbangan berikut :
 Sanitasi rumah dan komuniktas yang baik.
 Kesadaran yang terus menerus akan hygiene perorangan.
 Praktik yang aman dalam menyiapkan dan membagikan makanan.
 Penyediaan kesehatan yang efektif disekolah, asrama, fasilitas keperawatan uang
diperluas,dan juga perkampungan.
 Program pendidikan kesehatan yang berkelanjutan.
 Pelaporan setiap kasus hepatitis virus kepada Departement Kesehatan setempat.
C. VIRUS HEPATITIS A

Hepatitis A yang dahulu dinamakan Hepatitis Infeksiosa, disebabkan oleh virus RNA dari
family enterovirus. Cara penularan penyakit ini adalah melalui jalur fekal-oral, terutama lewat
konsumsi makanan atau minuman yang tercemar virus tersebut. Virus hepatitis A ditemukan
dalam tinja pasien yang terinfeksi sebelum gejalanya muncul dan selama beberapa hari pertama
menderita sakit. Secara khas, seorang pasien dewasa muda akan terjadi infeksi disekolah dan
membawanya kerumah dimana kebiasaan sanitasi yang kurang sehat menyebabkannya keseluruh
anggota keluarga. Hepatitis A lebih pravalen dinegara-negara berkembang atau pada populasi
yang tinggalnya berdesakan dengan sanutasi yang buruk. Penjaja makanan yang terinfeksi dapat
menyebarkan penyakit tersebut, dan masyarakat dapat terjangkit melalui konsumsi air atau ikan
disungai yang tercemar limbah. Wabah Hepatitis A dapat terjadi pada pusat-pusat kesehatan dan
panti akibat kurangnya kebersihan perorangan. Kadang-kadang penyakit ini ditularkan dari
transfuse darah.
Masa inkubasi Hepatitis A diperkirakan berisar dari 1 sampai 7 minggu dnegan rata-rata 30
hari. Perjalanan penyakit dapat berlangsung lama, dari 4 sampai 8 minggu. Umumnya hepatitis A
berlangsung lebih lama dan lebih berat pada penderita yang berusia diatas 40 tahun.
Virus Hepatitis A hanya terdapat dalam waktu singkat didalam serum: pada saat timbul
ikterus, kemungkinan pasien tidak terinfeksius lagi.

Pengkajian dan Manifestasi Klinis.

Banyak pasien yang tidak tampak ikterik (tidak memperlihatkan gejala ikterus) dan tanpa
gejala. Ketika gejalanya muncul, bentuknya berupa infeksi saluran nafas atas yang ringan seperti
flu dengan panas yang tidak terlalu tinggi. Anoreksia merupakan gejala dii yang biasanya berat.
Gejala ini diperkirakan terjadi akipat pelepasan toksin pada hati yang rusak atau akibat
kegagalan sel hati yang rusak tersebut untuk melakukan detoksifikasi produk yang abnormal.
Belakangan dapat timbul ikterus dan urin yang berwarna gelap. Gejala dyspepsia dapat terjadi
dalam berbagai derajat yang ditandai oleh rasa nyeri epigastrium, mual, nyeri ulu hati dan
flatulensi. Pasien biasanya menolak rokok, bau-bau asap rokok atau bau-bau lain yang keras.
Semua gejala ini cenderung menghilang segera setelah gejala 10 hari sesudah kemunculan
awal. Hati dan Limpa sering mengalami pembesaran moderat selama beberapa hri setelah awitan
penyakit: bila tidak, ada beberapa tanda fisik yang harus dicari selain gejala ikterus.
Meskipun gejala hepatitis A pada anak-anak mungkin sangat ringan, namun pada pasien
dewasa, penyakit ini cenderung lebih bersifat simtomatik dengan gejala yang lebih berat dan
perjalanan penyakit yang lebih lama.
Penatalaksanaan

Tirah baring selama stadium akut dan diet yang akseptabel serta bergizi merupakan bagian
dari pengobatan dan asuhan keperawatan. Selama periode amoreksia, pasien harus makan
sedikit-sedikit tapi sering dan jika diperluan, disertai dengan infuse glukosa. Karena pasien
sering menolak makanan, kreatifitas dan bujukan yang persisten namun dilakukan dengan halus
mungkin diperlukan untuk merangsang selera makan pasien. Jumlah makanan dan cairan yang
optimal diperlukan untuk menghadapi penurunan berat badan dan kesembuhan yang lambat.
Namun demikian, banyak pasien yang telah pulih selera makannya bahkan sebelum fase ikterik
sehingga tidak perlu diingatkan untuk mempertahankan diet yang baik.
Perasaan sehat yang dialami pasien disamping hasil-hasil pemeriksaan laboraturium umunya
merupakan pedoman yang tepat untuk menentukannnya diperlukannya tirah baring dan
pembatasan aktifitas fisik. Ambulasi bertahap namun progresif akan mempercepat pemulihan
bila pasien beristirahat sesudah melakukan aktifitas dan tidak turut serta dalam aktifitas yang
menimbulkan kelelahan.

Prognosis

Penderita Hepatitis A biasanya akan pulih kembali: Hepatitis A jarang berlanjut menjadi
nikrosis hati yang akut dan hepatitis fulminan dan berakhir dengan sirosis hati atau kematian.
Hepatitis A akan menimbulkan imunitas terhadap penyakit itu sendiri: namun demikian, orang
yang kebal terhadap hepatitis A dapat terjangkit hepatitis bentuk lain. Angka mortalitas hepatitis
A adalah kurang lenih 0,5%. Status karier tidak terdapat, dan juga tidak ditemukan hepatitis
kronis yang berkaitan dengan hepatitis A.

Penyuluhan Pasien

Pasien hepatitis A dapat dirawat dirumah jika gejalanya tidak berat. Karena itu, pasien dan
keluarganya perlu dibantu untuk mengatasi ketidakmampuan dan kelelahan sementara yang
sering dijumpai pada hepatitis: mereka juga perlu mengetahui indikasi untuk mendapatkan
pertolngan medis jika gejalanya menetap dan bertambah parah. Disamping itu pasien dan
keluarganya memerlukan pedoman khusus tentang diet, istirahat, pemeriksaan darah lanjutan dan
pentingnya upaya menghindari kinuman beralkohol selain tindakan sanitasi serta hygiene,
khususnya kebiasaan mencuci tangan, untuk mencegah penyebaran penyakit itu kepada anggota
keluarga yang lain.
Penyuluhan khusus yang harus diberikan kepada pasien untuk mengurangi resiko terjangkit
hepatitis A mencakup:
 Hygiene perorangan yang baik dengan menekankan kebiasaan mencuci tangan
dengan cermat (sesudah buang air besar dan sebelum makan)
 Sanitasi lingkungan dan makanan dan suplai air yang aman disamping pembuangan
limbah yang baik

Pencegahan

 Vaksin hepatitis A: Pada bulan februari 1995, vaksin pertama terhadap hepatitis A
disetujui oleh FDA (Food and Drug Administration) untuk digunakan diAmerika Serikat.
Direkomendasikan agar valsin dengan 2 kali diberikan pada orang dewasa yang berusia
18 tahun atau lebih dengan pemberian dosis kedua 6 sampai 12 bulan sesudah timbul
dalam tempo beberapa minggu sesudah dosis pertama. Anak-anak dan remaja yang
berusia 2 hingga 18 tahun akan menerima 3 kali pemberian dengan dosis kedua 1 bulan
sesudah dosis pertama dan dosis ketiga 6 hingga 12 bulan kemudian.diperkirakan bahwa
proteksi terhadap hepatitis A dapat berlangsung selama sedikitnya 20 tahun
(Marwick,1995)
Vaksin hepatitis A direkomendasikan bagi para wisatawan-wisatawan ditempat –tempat
yang kondisi sanitasi dan hygienenya kurang memuaskan. Disamping itu, vaksinasi juga
dianjurkan untuk mereka yang berasal dari kelompok beresiko tinggi ( laki-laki
homoseksual, pemakai obat-obat intravena, staf rumah sakit, petugas kesehatan lainnya).
Seperti vaksinasi lainnya, tindakan penjagaan harus dilakukan untuk menjamin upaya
preventif, deteksi dan kuratif bagi reaksi hipersensitivitas yang dapat timbul akibat vaksin
tersebut.
 Pemberian preparat imun globulin: Hepatitis A dapat dicegah pada orang-orang yang
sebelumnya sudah mendapatkan vaksinasi dengan memberikan preparat globulin
intramuskuler selama masa inkubasi jika tindakan ini dilaksanakan dalam waktu 2
minggu setelah terjadinya kontak. Pemberian preparat globulin akan meningkatkan
produksi antiodi sendiri dan memberikan imunitas pasif selama 6 hingga 8 minggu. Imun
globulin dapat menekan gejala nyata penyakit tersebut: kasus subklinis hepatitis A yang
terjadi akan memberikan imunitas aktif terhadap serangan virus berikutnya.
Meskipun jarang dijumpai, reaksi sistemik terhadap imun globulin dapat terjadi.
( Tindakan berhati-hati diperlukan bila seseorang yang pernah mengalami angioedema,
urtikaria atau reaksi alergi lain diobati dengan preparat human imun globulin. Epinefrin
harus sudah tersedia untuk digunakan jika terjadi reaksi sistemik atau anafilatik)
 Profilaksis prapajanan dianjurkan untuk mereka yang berpergian kenegara-negara
berkembang dengan lingkungan yang kondisi sanitasi nya butuk atau tidak mendapatkan
pelindungan melalui pemberian vaksin hepatitis A.
 Imun globulin juga direkomendasikan bagi anggota keluarga dan suami/istri penderita
hepatitis A (orang yang rentan yang tinggal serumah dengan penderita hepatitis A
biasanya juga sudah terinfeksi ketika diagnosis ditegakkan dan harus mendapatkan
preparat imun globulin)

D. VIRUS HEPATITIS B

Komponen. Virus hepatitis B (HBV) merupakan virus DNA yang tersusun dari partikel
antigen berikut ini.
 HBcAg-- antigen inti(core) hepatitis B (material antigen terdapat diinti sebelah
dalam/inner core)
 HBsAg--antigen permukaan(surface) hepatitis B (material antigen pada permukaan
HBV)
 HBeAg--protein independen yang beredar dalam darah.
 HBxAg--produk genetic dari gen X pada HBV/DNA
Setiap antigen menimbulkan antibody spesifiknya:
 Anti-HBc--antibodi terhadap anti gen inti atau HBV: anti-HBc akan bertahan selama
fase akut: dapat menunjukkan virus hepatitis B yang berlanjut dalam hati.
 Anti-HBs--antibody terhadap permukaan tertentu pada HBV: terdeteksi selama fase
konvalensi lanjut; biasanya menunjukkan pemulihan dan pembentukan imunitas.
 Anti-HBe--antibody terhadap antigen e hepatitis B; biasanya menyatakan penurunan
infektivitas
 Anti-HBAg--antibody terhadap antigen x hepatitis B; dapat menunjukkan replikasi
HBV yang tengah berlangsung
HBsAg muncul dalam sirkulasi darah pada 80% hingga 90% pasien yang terinfeksi 1
hingga 10 minggu setelah kontak dengan HBV dan 2 hingga 8 minggu sebelum
munculnya gejala atau meningkatnya kadar transferase( transminase). Orang-orang
dengan HBsAg yang bertahan selama 6 bulan atau lebih sesudah mengalami infeksi
akut dinyatakan sebagai karier HBsAg.
HBeAg adalah antigen HBV yang muncul berikutnya dalam serum. Biasanya antigen
ini timbul dalam waktu satu minggu setelah munculnya HBsAg dan sebelum
terjadiny perubahan kadar aminotranferase untuk kemudian menghilang dalam serum
dengan waktu minggu. DNA HBV, yang terdeteksi lewat pemeriksaan reaksi rantai
polymerase( PCR; polymerase chain reaction), muncul dalam serum pada saat
kuramg-lebihnya sama seperti HBeAg. HBeAg tidak selalu terdeteksi dalam serum
pada infeksi HBV.
Sekitar 15% dari orang-orang dewasa diAmerika menunjukkan hasil pemeriksaan
anti-HBs yang positif, yang menunjukkan bahwa mereka pernah menderita hepatitis
B. anti-HBs positif pada dua per tiga dari para pemakai obat bius IV
Perjalanan penyakit dan Faktor risiko

Berbeda dengan hepatitis A yang terutama ditularkan melalui fekal-oral , hepatitis B


terutama ditularkan melalui darah ( jalur perkutan dan permukosa). Virus tersebut pernah
ditemukan dalam darah,saliva, semen dan secret vagina, dan dapat ditularkan lewat membrane
mukosa serta luka pada kulit.
Hepatitis B memiliki masa ikubasi yang panjang. Virus Hepatitis B mengadakan replikasi
dalam hati dan tetap berada dalam serum selama periode yang relative lama sehingga
memungkinkan penularan virus tersebut. Dengan demikian,individu beresiko untuk terkena
Hepatitis B adalah para dokter bedah, pekerja laboraturium klinik, dokter gigi, perawat, dan
terapis respiratorik. Staf dan pasien dalam unit hemodialisis serta onkologi dan laki-laki
biseksual serta homoseksual yang aktif dalam hubungan seksual dan para pemakai obat-obat IV
juga beresiko tinggi.
Skrining HBsAg pada donor darah sangat menurunkan insidens Hepatitis B pasca-transfusi.

Pengkajian dan Manifestasi Klinis

Secara klinis, penyakit ini sangat menyerupai hepatitis A. namun masa inkubasinya jauh
lebih lama ( yaitu, antara 1 dan 6 bulan ). Angka mortalitasnya cukup besar berkisarkan dari 1%
hingga 10%.
Gejala dan tanda-tanda hepatitis B dapat samar dan bervariasi. Panas dan gejala pada
pernafasan jarang dijumpai; sebagian pasien mungkin mengeluh atralgia dan ruam. Pasien
hepatitis B dapat mengalami penurunan selera makan, dyspepsia, nyeri abdomen, pegal-pegal
yang menyeluruh, tidak enak badan dan lemah.
Gejala ikterus dapat terlihat atau kadang-kadang tidak tampak. Apabila terjadi ikterus gejala ini
akan diserti dengan tinja yang berwarna cerah dan urine yang berwarna gelap. Hati penderita
hepatitis B mungkin terasa nyeri ketika ditekan dan memperbesar hingga panjangnya mencapai
12 hingga 14 cm. Limpa membesar dan pada sebagian kecil pasien dapat diraba; kelenjar limfe
servikal posterior juga dapat membesar.

Pertimbangan Gerontologi

Pasien yang berusia lanjut dan terkena hepatitis B akan beresiko untuk terjadinya nekrosis sel
hati yang berat atau kegagalan hati fulminan, khususnya bila pasien tersebut menderita sakit
yang lain. Pasien akan mengalami sakit yang serius dan prognosisnya jelek.
Penatalaksanaan

Ujicoba klinik dengan interferon menunjukkan bahwa terapi dini dengan penyuntikkan
interferon setiap hari akan menyembuhkan penyakit hepatitis B pada lebih dari sepertiga pasien
dan menghilangkan antigen permukaan hepatitis B (yang menunjukkan status karier) pada 10%
pasien. Meskipun hasil-hasil ini menimbulkan harapan yang besar, interferon ternyata tidak
efektif pada sejumlah pasien, harus diberikan dengan penyuntikan setiap hari dan memiliki efek
samping yang signifikan, termasuk intoksikasi hati. Karena itu, preparat interferon hanya pada
diberikan pada kondisi yang terkendali dengan cermat.
Tirah baring (bed rest) biasanya direkomendasikan tanpa memperhitungkan bentuk terapi
yang lain sampai gejala hepatitis sudah mereda. Selanjutnya, aktifitas pasien harus dibatasi
sampai gejala pembesaran hati dan kenaikan kadar bilibirun serta enzim-enzim hati dalam serum
sudah kembali normal.
Nutrisi yang adekuat harus dipertahankan; asupan protein dibatasi bila kemampuan hati
untuk memetabolisasi produk-sampingan protein terganggu sebagaimana diperlihatkan oleh
gejalanya. Upaya kuratif untuk mengendalikan gejala dyspepsia dan malaise untuk mencakup
penggunaan antasid, beladona untuk preparat antiemetic. Meskipum demikian, semua obat ini
harus dihindari jika terdapat muntah. Apabila muntah tetap terjadi, pasien harus dirawat dirumah
sakit dan mendapat terapi cairan. Mengingat cara penularannya, pasien tersebut harus dievaluasi
untuk mendeteksi penyakit lain yang ditularkan lewat darah.
Masa pemulihan dapat berlangsung lama dan pemulihan gejala yang lengkap kadang-kadang
membutuhkan aktu 3 atau 4 bulan atau lebih lama lagi. Selama stadium pemulihan ini,
pengembalian aktifitas fisik yang berangsur-angsur diperbolehkan dan harus dianjurkan sesudah
gejala ikterus menghilang.
Pertimbangan Psikososial harus dikenali oleh perawat, khususnya akibat pengisolasian dan
pemisahan pasien dari keluarga serta sahabat mereka selama stadium akut dan infektif.
Perencanaan khusus diperlukan untuk meminimalkan perubahan dalam persepsi sensorik.
Keluarga perlu diikiut sertakan dalam perencanaan untuk mengurangi rasa takut dan cemas
dalam diri pasien tentang penularan penyakit tersebut.

Prognosis

Mortalitas hepatitis B pernah dilaporkan sampai setinggi 10%. Sepuluh persen penderita
hepatitis B lainnya akan berkembang menjadi status karier atau mengalami hepatitis kronis.
Hepatitis B tetap menjadi penyebab utama sirosis dan karsinoma hepatoseluler diseluruh dunia.
Pendidikan pasien dan Pertimbangan perawatan dirumah

Karena masa pemulihan yang lama, pasien beserta keluarganya harus dipersiapkan untuk
perawatan dirumah. Terjadinya kesempatan untuk cukup beristirahat dan mendapatkan nutrisi
yang baik harus sudah dapat dipastikan sebelum pasien dipulangkan. Anggota keluarga dan
sahabat yang memiliki hbungan erat dengan pasien harus mendaptkan informasi tentang resiko
terjangkit hepatitis B dan bagi mereka harus diupayakan untuk mendapatkan vaksin hepatitis B
atau preparat imun globulin hepatitis B. individu yang beresiko harus waspada terhadap tanda-
tanda dini hepatitis B dan mengetahui cara-cara untuk mengurangi resiko tersebut.
Kunjungan tindak lanjut oleh perawat kunjungan rumah diperlukan untuk mengkaji
kemajuan pasien dan menjawab pertanyaan anggota keluarga tentang penularan penyakit
hepatitis B. kunjungan rumah juga memungkinkan dilakukannya evaluasi terhadap pemahaman
pasien serta keluarganya mengenai penringnya istirahat dan nutrisi yang adekuat. Karena adanya
resiko penularan melalui hubungan seksual, pengunaan strategi untuk mencegah pertukaran
cairan tubuh perlu dianjurkan; strategi ini mencakup penggunaan kondom dan pantang
sanggama.
 Pasien dengan segala bentuk hepatitis harus diingatkan untuk menghindari konsumsi
minuman alcohol.

Pengendalian dan Pencegahan

Tujuan pencegahan adalah (1) memutuskan rantai penularan, (2) melindungi individu yang
beresiko tinggi melalui imunisasi aktif vaksin hepatitis B, dan (3) imunisasi pasif bagi individu
yang tidak terlindung namun terpajan virus hepatitis B.

Pencegahan Penularan

Skrinning yang kontinyu akan adanya HBsAG terhadap donor darah akan mengurangi lebih
lanjut resiko penularan melalui tranfusi darah. Penggunaan spuit, jarum suntik serta lanset sekali
pakai dan pengenalan system pemberian infuse tanpa jarum menurunkan resiko penyebaran
penyakit tersebut dari psien yang 1 ke pasien lainnya selama pengumpulan sampel darah atau
pelaksanaan parenteral. Praktik-praktik hygiene perorangan yang baik merupakan landasan bagi
pengendalian infeksi. Dalam ruangan laboraturium klinik, tempat kerja harus di desinfeksi setiap
hari. Sarung tangan harus dikenakan ketika menanggani semuansampel darah dan cairan tubuh
selain specimen HBsAg yang positif atau jika terdapat kemungkinan terkena darah
( pengambilan darah )atau secret pasien hepatitis B. Larangan makan serta merokok harus
dipatuhi dalam ruangan laboraturium dan pada tempat-tempat lain yang terkena secret, darah
atau produk darah pasien.
Iminisasi aktif; vaksin hepatisis B.

Imunisasi aktif dinjurkan bagi individu yang beresiko tinggi untuk terkena hepatitis B
(misalnya tenaga kesehatan, pasien hemodialisis). Vaksin hepatitis B rekombinan-ragi
(rekombivak HB) di gunakan untuk menghasilkan imunisasi aktif proteksi yang dihasilkan oleh
vaksin hepatitis B dapat berlangsung selama 5 hingga 7 tahun; pemeriksaan kadar anti-HBs di
anjurkan dilakukan setiap tahun untuk menentukan apakah diperlukan imunisasi ulang atau
booster.
Vaksin hepatitis B yagng di buat dari plasma manusia yang menderitas kronis HBV hanya
kadang-kadang di gunakan pada pasien yang menderita defisiensi kekebalan atau yang alergi
terhadap vaksin rekombinan-ragi.
Kedua bentuk vaksin hepatitis B tersebut di berikan tiga kali;pemberian kedua dan ketiga
dilakukan 1 dan 6 bulan setelah pemberian pertama. Pemberian ketiga sangat penting untuk
menghasilkan imunitas yang lama. Untuk orang dewasa,vaksinasai hepatitis B harus di berikan
pada otot deltoideus karena pemberian pada daerah gluteus dapta menghasilkan respons
suboptimal.
Individu yang berisiko tinggi,temasuk para perawat dan petugas kesehatan yang dapat
terkena darah atau produk darah,harus mendapatkan imunisasi aktif. Untuk daftar individu yang
berisiko terkena HBV sehingga harus mendapatkan vaksin hepatitis B. petugas kesehatan yang
sering terlkena darah harus menjalani pemeriksaan screaning anti HBs untuk menentukan apakah
sudah terdapat imunitas dari kontak sebelumnya dengan HBV. Beberapa penelitian
memperlihatkan bahwa vaksin tersebut menghaslkan imunitas aktif terhadap HBV pada 90%
orang sehat. Vaksin hepatitis B tidak memberikan perlindungan pada mereka yang pernah
terkena HBV dan juga tidak menghasilkan proteksi terhadap hepatitis A atau C. Efek samping
imunisasi jarang dijumpai. Rasa sakit dan kemerahan pada tempat suntikan merupakan keluhan
yang paling sering muncul sesudah penyuntikan.
Imunitas pasif; imunglobin hepatitis B. preparat imonoglobin hepatitis B (HBIG;hepatitis B
immune globin) memberikan imunitas pasif terhadap hepatitis B,dan indikasi pemberian preparat
ini adalah orang orang yang telah terpajan HBV tetapi belum perrnah menderita hepatitis B dan
belum pernah mendapat kan vaksin hepatitis B.
Indikasi khusus untuk vaksinasi pasca-pajanan dengan HBIG mencakup: (1) pajanan atau
kontak yang tidak disengaja dengah darah HBsAg positif melalui jalur transmukosa (terkenal
darah di mebran mukosa) atau perkutan (tertusuk jarum suntik yang tercemar darah),(2)
hubungan seksua dengan individu yang positif HBsAg,dan (3) pajanan perinatal.
HBIG yang memberikan imunitas pasif,dibuat dari plasma diseleksi dengan titer anti-HBs
yang tinggi.sekalilagi,tidak terdapat bukti yang menunjukan bahwa infeksi HIV dapat ditularkan
melalui HBIG. Imunisasi segera dengan HBIG, yaitu dalam waktu beberapa jam hingga
beberapa hari setelah terpajan hepatitis B, akan meningkatkan kemungkinan proteksi.
Imunisasi aktif maupun pasif direkomdasiakan untuk individu yang terpajan hepatitis B
hubungan seksual atau lewat jalur transmukosa atau perkutan.jika HBIG vaksinasi hepatitis B
diberikan secara bersamaan looasi penyuntikan dan spuit untuk pemberiannya harus terpisah.

E. Hepatitis C

Perbandingan kasus hepatitis virus yang signefikan bukan berupa hepatitis A hepatitis B,
Ataupun hepatitis D; sebagai akibatnya kasus-kasus itu diklasifikasikan sebagai hepatitis C (yang
dahulunya disebut hepatitis non-A, non-B atau hepatitis NANB). Agen lain, yang berbeda dan
tidak berhubungan dengan virus hepatitis C, diperkirakna sebagai penyebab sebagian kasus ‘’
hepatitis non A, non B ‘’ yang berkaitan dengan transfuse darah. Di amerika serikat, lebih dari
90% kasus terjadi akibat transfuse darah, dan hepatitis C merupakan bentuk primer hepatitis
yang berkaitan dengan transfusi.
Orang-orang dengan resiko kusus yang terkena hepatitis C yang mencakup anak-anak yang
sering mendapatkan transfusi atau individu yang memerlukan darah dalam jumlah besar.
Hepatitis lebih besar kemungkinnnya untuk d tularkan dari donor komersial atau donor bayaran
daripada donor relawan. Hepatitis C bukan hanya terjadi pada pasien-pasien pasca transfusi dan
di antara para pemakai obat-obat IV, tetapi juga pada petugas kesehatan yang bekerja dalam unit-
unit dialysis renal.
Masa inkubasi hepatitis C bervariasi dan dapat berkisar dari 15-160 hari. Perjalanan klinis
hepatitis C yang akut serupa dengan hepatitis B; gejala hepatitis C biasanya ringan. Meskipun
demikian, status karier yang konis yang sering terjadi dan terdapat peningkatan resiko untuk
memderita penyakit hati yang kronis sesudah hepatitis C, termasuk sirosis atau kanker hati.
Terapi interferon dosi rendah untuk jangka waktu yang lama terbukti efektif dalam sejumlah uji
coba pendahuluan pada beberapa penderita hepatitis C; walaupun begitu respon tersebut hanya
bersifat sementara. Kombinasi preparat interferon dengan ribafirin suatu analog nukleosida, kini
tekah di uji yntuk menentukan apakah terdpat manfaat yang lebih lama (fried&hoofnagle,1995).
Pemeriksaan skrining hepatitis C pada darah yang akan digunakan untuk tranfusi telah
mengurangi jumlah kasus hepatitis yang berkaitan dengan transfuse.

F. HEPATITIS D

Hepatitis D (agens atau virus delta) terdapat pada beberapa kasus hepatitis B. karena virus ini
memerlukan antigen permukaan hepatitis B untuk replikasinya, maka hanya penderita hepatitis B
yang beresiko terkena hepatitis D. antibody anti-delta dengan adanya HBAg dengan pemeriksaan
laboratorium memastikan diagnosis tersebut. Hepatitis D juga sering dijumpai diantara para
pemakai obat-obat IV, pasien-pasien hemodialisis dan penerima transfuse darah dengan donor
multiple. Hubungan seksual dengan penderita hepatitis B di anggap suatu cara penularan
hepatitis B Dan D yang penting. Masa inkubasi D berfariasi antara 21 dab 140 hari.
Gejala hepatitis D serupa dengan gejala hepatitis B, kecuali pasiennya lebih cenderung untuk
penderita hepatitis pulminan dan berlanjut menjadi hepatitis aktif yang kronis serta siroris hati.
Terapi hepatitis D serupa dengan terapi pada bentuk hepatitis yang lain meskipun penggunaan
interfero yang merupakan obat kusus bagi hepatitis D masih di selidiki.

G. Hepatitis E

virus hepatitis E, yang merupakan jenis virus hepatitis terbaru yang terindetifikasi dianggap
di tularkan melalui jalur vekal oral. Masa inkubasi hepatitis E bervariasi dan di perkirakan
berkisar dari 15-65 hari. Awitan dan gejalanya serupa dengan yang terdapat pada tipe hepatitis
virus lain.
Menghindari kontak dengan virus melalui higine perorangan yang baik, termasuk kebiaasaan
mencuci tangan, merupakan cara utama untuk mencegah hepatitis E.
Efektivitas preparat imun globulin dalam memberikan perlindungan terhadap viru hepatitis E
belum diketahui.

H. Hepatitis toksik dan hepatitis yang ditimbulkan oleh obat

Zat-zat kimia tertentu memiliki efektosik pada hati dan bila diberikan peroral atau secara
parenteral dapat menimbulkan nekrosis hati yang akut atau hepatitis toksik. Zat kimia yang
paling sering terlibat dalam kelainan ini adalah karbon tetraklorida, fosfor, klorofrom dan
senyawa emas. Semua subtansi ini merupakan hepatotosin sejati.
Bahaya obat dapat menimbulkan hepatitis meskipun lebih bersifat sensiti sasi ketimbang
toksik. Akibatnya, yaitu hepatitis yang ditimbulkan oleh obat (drugh-in-ducet-hepatitis). Serupa
dengan hepatitis virus yang akut ; meskipun demikian kerusakan parekim hati cenderung lebih
luas. Beberapa contoh obat yang dapat menimbulakan hepatitis adalah isoniazit, halotan,
asetami-noven dan antibiotic tertentu, antimetabolik serta obat-obat anasthesi.
Hepatitis thosik: Manifestasi dan pelaksanaan
Hepatitis tosik memiliki awitan yang menyerupai awetan hepatitis virus. Medapatkan riwayat
atau kontoak dengan zat-zat kimia, obat atau preparat lain yang bersifat hepatotosik akan
membantu dalam memulai terapi dan menghilangkan penyebabnya secara dini. Anoreksia, mual
muntah merupakan gejala yang sering dijumpai ; ikterus dan hepatomegale di temukan pada
pemeriksaan fisik. Gejala akan lenih intensif bagi pasien tosik yang lebih berat.
Pemulihan dari hepatitis tosik yang akut berjalan cepat jika hepotoksin dikenali dan
dihilangkan secara dini. Namun demikian, pemulihan cenderung tidak terjadi apabila antara
pajanan dan awita gejala terdapat periode waktu yang panjang. Antidote yang efektif tidak ada,
gejala panas bertambah; pasien menjadi sangat keracunan dan lemah, muntah dapat persisten dan
mengandung darah. Gastrointestinal yang berat dapat menimbulkan kolappaskuler, serta kejang
akan terjadi dan biasaanya pasien akan meninggal dalam waktu beberapa jam akibat gagal
hati.terapi yang ditunjukkan pada tindakan untuk memulihkan dan mempertahankan
keseimbangan cairan serta elektrolit penggantian darah dan memberikan perasaan nyaman dan
tindakan pendukung. Beberpa pasien dari hepatitis tosik yang akut kemudian mengalami
penyakit hati yang kronik.
Hepatitis yang ditimbulkan oleh obat;Manifestasi dan Pelaksanaan
Hepatitis yang ditimbulkan oleh obat bertanggung jawab hingga 25% kasus-kasu gagal hati
fulminan diamerika serikat. Manifestasi sensitifitas terhadap suatu obat ditemukan pada hari
pertama penggunaan obat tersebut atau bru terjadi setelah beberapa bulan kemudian, sesuai
dengan jenis obatnya. Biasanya awitan hepatitis bersifat mendadak dengan gejala menggigil,
panas, ruam, pruritus, artralgia, anoreksia, dan mual.belakangan terjadi gejala ikterus serta urine
yang berwarna gelap dan hati yang membesar serta nyeri pada saat ditekan. Apabila obat yang
menyebabkan hepatitis ini dihentikan pemakaiannya, gejala dapat mereda secar berangsur-
angsur. Walaupun begitu reaksi dapat berlangsung hebat dan bahkan fatal meskipun pemberian
obatnya sudah dihentikan. Apabila gejala panas, ruam atau pruritus timbul karena obat apapun,
maka penggunaan harus dihentikan secara segera.
Meskipun setiap obat dapat mempengaruhi fungsi hati, namun obat yang paling berkaitan
dengan cidera hati tidak hanya terbatas obat-obat anastesi tetapi juga mencakup obat-obat yang
dipaki untuk mengobati penyakit reumatik serta muskulusskeletal, obat-obat
antidepresasn,phisikotropik, antikonvulsan dan antitubercullosis.
Halotan (fluotan) suatu preparat anastesi inhalansi noneksplosif yang sering digunakan, dapat
menimbulkan kerusakan hati yang erius dan kadang-kadang fatal. Karena itu, penggunaan obat
amastesi ini merupakan kontraindikasi pada (1) pasien yang diketahui penderita penyakit hati;
(2) kasus yang berulang, khususnya pada pasien dengan panas yang tiak diketahui penyebabnya
setelah pemberian halotan untuk pertama kalinya; dan(3) pasien dengan buktinya riwayat
sensitisasi. Sensitisasi semacam ini akan tampak pada minggu kedua pascaoperatif dengan
manifestasi seperti panas,ruam,eosinofilia,artralgia atau ikterus.

BAB III
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
HEPATITIS

Pengkajian :
 Aktifitas/ istirahat
Gejala : kelemahan, kelelahan, malaise umum
 Sirkulasi
Tanda : bradicardia( hiperbilirubinemia berat)
 Ikterik pada sclera , kulit, membrane mukosa
 Eliminasi
Gejala : urine gelap, diare atau konstipasi; feses berwarna tanah liat, adanya atau
berulangnya hemodialisa
 Makanan atau cairan
Gejala ; hilang nafsu makan(anoreksia), penurunan berat badan atau peningkatan
(edema), mual muntah.
Tanda ; asites
 Neurosensori
Tanda ; peka rangsang,cenderung tidur, letargi, asteriksis.
 Nyeri/kenyamanan
Gejala ; kram abdomen, nyeri tekan pada kuadran kanan atas, mialgia,artralgia,sakit
kepala,gatal(pruritus)
Tanda ; otot tegang, gelisah
 Pernafasan
Gejala; tidak minat atau enggan merokok (perokok)
 Keamanan
 Gejala; adanya transfuse darah atau produk darah
Tanda ; demam,urtikaria,lesimokulopapular,eritema tidak beraturan, eksaserbasi
jerawat,angioma jarring-jaring, eritema palmar,ginekomastia (kadang-kadang ada
hepatitis alcoholic, splenomegali, pembesaran nodus servical posterior
 Seksualitas
Gejala : pola hidup atau perilaku meningkat resiko terpajan (contoh hemoseksual
aktif/biseksual pada wanita)

Pemeriksaan Penunjang
1.      ASR (SGOT) / ALT (SGPT)
Awalnya meningkat.Dapat meningkat 1-2 minggu sebelum ikterik kemudian tampak
menurun. SGOT/SGPT merupakan enzim – enzim intra seluler yang terutama berada
dijantung, hati dan jaringan skelet, terlepas dari jaringan yang rusak, meningkat pada
kerusakan sel hati
2.      Darah Lengkap (DL)
SDM menurun sehubungan dengan penurunan hidup SDM (gangguan enzim hati) atau
mengakibatkan perdarahan.
3.      Leukopenia
Trombositopenia mungkin ada (splenomegali)
4.      Diferensia Darah Lengkap
Leukositosis, monositosis, limfosit, atipikal dan sel plasma.
5.      Alkali phosfatase
Sedikit meningkat (kecuali ada kolestasis berat)
6.      Feses
Warna tanah liat, steatorea (penurunan fungsi hati)
7.      Albumin Serum
Menurn, hal ini disebabkan karena sebagian besar protein serum disintesis oleh hati dan
karena itu kadarnya menurun pada berbagai gangguan hati.
8.      Gula Darah
Hiperglikemia transien / hipeglikemia (gangguan fungsi hati).
9.      Anti HAVIgM
Positif pada tipe A
10.  HbsAG
Dapat positif (tipe B) atau negatif (tipe A)
11.  Masa Protrombin
Kemungkinan memanjang (disfungsi hati), akibat kerusakan sel hati atau berkurang.
Meningkat absorbsi vitamin K yang penting untuk sintesis protombin.
12.  Bilirubin serum
Diatas 2,5 mg/100 ml (bila diatas 200 mg/ml, prognosis buruk, mungkin berhubungan
dengan peningkatan nekrosis seluler)
13.  Tes Eksresi BSP (Bromsulfoptalein)
Kadar darah meningkat.
BPS dibersihkan dari darah, disimpan dan dikonyugasi dan diekskresi. Adanya gangguan
dalam satu proses ini menyebabkan kenaikan retensi BSP.
14.  Biopsi Hati
Menujukkan diagnosis dan luas nekrosis

15.  Skan Hati


Membantu dalam perkiraan beratnya kerusakan parenkin hati.
16.  Urinalisa
Peningkatan kadar bilirubin.
Gangguan eksresi bilirubin mengakibatkan hiperbilirubinemia terkonyugasi. Karena
bilirubin terkonyugasi larut dalam air, ia dsekresi dalam urin menimbulkan bilirubinuria.

Analisa Data
No Data Etiologi Masalah

1 Ds: Ds: Pasien mengatakan bahwa Pembengkakan hepar Gangguan rasa


nyeri pada daerah perut kanan nyaman (Nyeri)
atas

Do :

P : Nyeri pada saat ditekan

Q : Seperti ditusuk tusuk

R : Nyeri pada kuadran kanan atas

S : Skala :  6-8

T: Menetap

2. Ds : Pasien mengatakan bahwa dia


Penurunan kekuatan / Intoleransi Aktivitas
malas untuk beraktivitas
ketahanan tubuh
Do : Tonus Otot   4       4

4   4

-    -Aktivitas sehari hari memerlukan


bantuan

-    Pasien nampak terkulai lemas di


atas tempat tidur
No Diagnosa Keperawatan

1
Gangguan rasa nyaman (Nyeri) berhubungan dengan pembengkakan hepar.

2
Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan penurunan kekuatan / ketahanan tubuh.

Rencana Asuhan Keperawatan


No Diagnose keperawatan Tujuan dan KH Intervensi Rasional
1 Gangguan rasa Setelah dilakukan proses 1.Kolaborasi 1. nyeri yang
nyaman (Nyeri) keperawatan selama 4 x 24 dengan individu berhubungan dengan
berhubungan dengan diharapkan pasien nyeri untuk hepatitis sangat
pembengkakan hepar hilang, dengan menentukan tidak nyaman, oleh
KH : metode yang karena terdapat
- TTV normal : dapat digunakan peregangan secara
(TD :110/70 – 120/ 90 untuk intensitas kapsula hati, melalui
mmHg, RR : 16- 20 x/mnt, nyeri pendekatan kepada
N : 60-100x/mnt, S : 36,5- 2. Observasi individu yang
37,50.C ). TTV mengalami
- Pasien mengungkapkan 4. 3. Berikan perubahan
rasa nyeri berkurang. informasi akurat kenyamanan nyeri
-  Pasien mampu dan diharapkan lebih
mengendalikan nyeri a)  Jelaskan efektif mengurangi
dengan teknik relaksasi penyebab nyeri nyeri
dan distraksi. Tunjukkan 2. Untuk mengetahui
- Skala nyeri 0- berapa lama keadaan umum klien
3                   nyeri akan 3. klien yang
- Wajah  pasien rileks berakhir, bila disiapkan untuk
diketahui mengalami nyeri
4. Bahas dengan melalui penjelasan
dokter nyeri yang
penggunaan sesungguhnya akan
analgetik yang dirasakan
tak mengandung (cenderung lebih
efek tenang dibanding
hepatotoksik klien yang
5. awasi kadar penjelasan
enzim hati kurang/tidak
terdapat penjelasan)
4. kemungkinan
nyeri sudah tak bisa
dibatasi dengan
teknik untuk
mengurangi nyeri.
5. membantu
menentukan kadar
aktivitas
tepat,sebagai
peningkatan
premature pada
potensial resiko
berkurang

No Diagnose keperawatan Tujuan dan KH Intervensi Rasional


2. Intoleransi Aktivitas Setelah dilakukan proses 1.      Tingkatkan 1.      Meningkatkan
berhubungan dengan keperawatan selama 4 X tirah baring / istirahat dan
penurunan kekuatan / 24 jam pasien diharapkan duduk. Berikan ketenangan.
ketahanan tubuh. mampu beraktivitas lingkungan Menyediakan energi
dengan baik tenang; batasi yang digunakan
KH : pengunjung untuk penyembuhan.
Tonus otot 5  5 sesuai keperluan Aktivitas dan posisi
-          Pasien mampu duduk tegak
melakukan aktivitas diyakini
sendiri menurunkan aliran
-          Pasien mampu darah ke kaki, yang
memenuhi kebutuhannya mencegah sirkulasi
sendiri optimal ke sel hati

2.      Ubah posisi 2.      Meningkatkan


dengan sering. fungsi pernafasan
Berikan dan meminimalkan
perawatan kulit tekanan pada area
yang baik tertentu untuk
menurunkan resiko
kerusakan jaringan
3.      Lakukan tugas3.      Memungkinkan
dengan cepat periode tambahan
dan sesuai istirahat tanpa
toleransi gangguan
4.      Tingkatkan 4.      Tirah baring lama
aktivitas sesuai dapat menurunkan
toleransi, bantu kemampuan. Ini
melakukan dapat terjadi karena
latihan rentang keterbatasan
gerak sendi pasif aktivitas yang
/ aktif mengganggu periode
istirahat.
5.      Dorong 5.      Meningkatkan
penggunaan relaksasi dan
teknik penghematan energi,
manajemen memusatkan
stres, contoh kembali perhatian,
relaksasi dan dapat
progresif, meningkatkan
visualisasi, koping
bimbingan
imajinasi,
berikan aktivitas
hiburan yang
tepat, contoh
menonton TV,
radio, membaca
6.      Awasi 6.      Menunjukkan
terulangnya kurangnya resolusi /
anoreksia dan eksaserbasi
nyeri tekan penyakit,
pembesaran hati memerlukan
istirahat lanjut,
mengganti program
terapi
Kolaborasi Kolaborasi
7.      Berikan 7.      Membuang agen
antidot atau penyebab pada
bantu dalam hepatitis toksik
prosedur sesuai dapat membatasi
indikasi (contoh derajat kerusakan
lavase, katarsis, jaringan
hiperventilasi)
tergantung pada
pemajanan
8.      Berikan obat 8.      Membantu dalam
sesuai indikasi : manajemen
sedatif, agen kebutuhan tidur.
antiansietas, Catatan :
contoh penggunaan
diazepam berbiturat dan
(Valium); tranquilizer seperti
lorazepam Compazine dan
(Ativan) Thorazine,
dikontraindikasikan
sehubungan dengan
efek hepatotoksik
9.      Awasi kadar 9.      Membantu
enzim hati menentukan kadar
aktivitas tepat,
sebagai peningkatan
prematur pada
potensial risiko
berulang

BAB III
Kesimpulan
Hepatitis adalah suatu proses peradangan difusi pada jaringan yang dapat disebabkan oleh infeksi
virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan serta bahan-bahan kimia. (Sujono Hadi, 1999).
  Etiologi
a.       Hepatitis virus dapat dibagi ke dalam hepatitis : Hepatitis A, B, C, D, E
b.      Hepatitis Non Virus : alkohol, obat – obatan, bahan beeracun, akibat penyakit lain
Klasifikasi dan penyebab
  Hepatitis A : masa inkubasi 14-49 hari, cara penularan melalui fekal oral
  Hepatitis B :masa inkubasi 30-180 hari, cara penularan melalui pereteral
  Hepatitis C :masa inkubasi 15-150 hari, cara penularan melalui pereteral
  Hepatitis D :masa inkubasi 35 hari, cara penularan melalui pereteral
  Hepatitis E :masa inkubasi 14-63 hari, cara penularan melalui fekal oral

Saran
Meningkatkan kualitas belajar dan memperbanyak literatur dalam pembuatan makalah
agar dapat membuat makalah yang baik dan benar.

            Memberikan pengetahuan kepada mahasiswa kesehatan khususnya untuk mahasiswa


keperawatan agar mengetahui bagaimana asuhan keperawatan pada pasien hepatitis.

Anda mungkin juga menyukai