Anda di halaman 1dari 11

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)

Volume 4, Nomor 3, Juli 2016 (ISSN: 2356-3346)


http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

ANALISIS IMPLEMENTASI UNIT PENANGGULANGAN


KEADAAN DARURAT KEBAKARAN DI MALL X, JAKARTA

Rosiana Agustin, Bina Kurniawan, Suroto

Bagian Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Fakultas Kesehatan Masyarakat


Universitas Diponegoro
Email: rossiagstn@gmail.com

Abstract : The limitation of green space at big city like Jakarta make people have
no choice to free from stress and went to the mall. Basically mall which is building
must have fulfiled the security standar which means it has to attend to the
function, and or requirements, and/or operation of buildings as stated in Undang-
Undang No.28 Tahun 2002 on building. One of the aspect that must be fulfiled is
safety for the visitor, the security in the emergency situation such as fire, that’s
why building must have good management of fire prevention, one of the
elements of fire protection system is an emergency response unit the provisons
stipulated in the Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.20 Tahun 2009 on
technical guidlines of fire management in urban city. Mall X has been
implemented the system of prevention of an emergency situation and the result is
good. This is evidenced based on the result of interview with 3 key informant and
1 triangulatin. The results showed that for the emergency response unit is already
well underway, the regulation has also been created and run optimally, but there
are some things that need to be refined further by Mall X regarding to the
recruitment of a Fire Safety Manager to be responsible for the implementation of
the emergency management, so that there is no overlap job betwen one and
other departements.
Keywords : Fire, High Building, Emergency Team

603
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 4, Nomor 3, Juli 2016 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

PENDAHULUAN kebakaran yang meyebabkan


Latar Belakang meninggalnya sembilan orang
Pesatnya pembangunan saat ini pengunjung di sebuah diskotik dan
memberikan dampak bagi bahkan yang terbaru peristiwa pada
lingkungan. Keberadaan gedung akhir tahun 2010, kejadian
bertingkat ternyata mengkikis ruang kebakaran di sebuah tempat
terbuka hijau yang tersedia. karaoke yang bertempat di gedung
Keberadaan ruang terbuka hijau bertingkat lantai tujuh di Surabaya.3
(RTH) di Kota Jakarta memang Beberapa kejadian kebakaran juga
masih sangat memprihatinkan, terjadi di pusat perbelanjaan di
karena baru hanya 14 %, karena Jakarta seperti di Pondok Indah Mal
RTH suatu kota idealnya adalah 30 serta Baywalk Mal akibat
%. Sesuai dengan Undang-Undang meledaknya tabung gas di salah
Nomor 26 Tahun 2007 tentang satu restauran di pusat perbelanjaan
Penataan Ruang, seharusnya RTH tersebut.4Sebanyak 129 gedung
pada wilayah kota paling sedikit 30 tinggi di ibukota tak memiliki sistem
1
% dari luas wilayah. Terbatasnya proteksi kebakaran yang baik.
ruang terbuka hijau di kota besar Gedung tersebut tidak hanya milik
seperti Jakarta membuat swasta, tapi juga milik pemerintah
masyarakat Jakarta tidak memiliki yang tersebar di lima wilayah DKI
pilihan lain untuk melepas penat Jakarta. Untuk keamanan
selain pergi ke pusat perbelanjaan penghuninya, gedung tersebut
2
atau mal. diminta untuk memperbaiki,
khususnya untuk sistem keamanan
Beberapa kurun waktu terakhir
kebakaran. Rangkaian peristiwa
ini, media informasi sering
kecelakaan di tempat sebagaimana
memberikan berita-berita terjadinya
tersebut di atas, mengindikasikan
kecelakaan di mal dan gedung
bahwa masalah keselamatan kerja
bertingkat, beragam jenis kejadian
dan keselamatan umum belum
kecelakaan misalnya seorang anak
menjadi kebutuhan mendasar bagi
terjatuh dan terjepit eskalator, berita
pihak pengusaha, pekerja maupun
orang bunuh diri, juga peristiwa
pihak lain yang berkecimpung di
kebakaran. Pada pertengahan
sektor ini, padahal seperti telah kita
Agustus 2010 terjadi peristiwa
pahami bersama bahwa setiap

604
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 4, Nomor 3, Juli 2016 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

terjadinya peristiwa kecelakaan tentu tinggi, pada peristiwa emergency


mendatangkan kerugian baik bagi terhadap huniannya.Hal ini
pengusaha/pengelola gedung dan dikarenakan insan yang terkait
pusat-pusat perbelajaan dan juga memiliki kualitas varian pemahaman
membawa malapetaka bagi firesafety rata-rata awam berkaitan
masyarakat dan pengunjung. dengan bahaya, dan juga upaya-
upaya keselamatan diri ketika
Pada dasarnya sebuah mal atau
berada di tempat-tempat tersebut,
pusat perbelanjaan yang berbentuk
sehingga mestinya pelaksanaan
gedung wajib memenuhi ketentuan
serta upaya penegakan keselamatan
standar keamanan suatu gedung.
dan kesehatan kerja memerlukan
Artinya, harus memperhatikan
pendekatan sistem secara ketat dan
pemenuhan fungsi, dan atau
menyeluruh terhadap pelaku-pelaku
persyaratan, dan/atau
di sektor ini.3
penyelenggaraan bangunan gedung
sebagaimana dinyatakan dalam Gedung bertingkat dewasa ini
Undang-Undang Nomor 28 Tahun semakin bermunculan diberbagai
2002 tentang Bangunan Gedung. kota besar di Indonesia.
Setiap pemilik dan/atau pengguna Keterbatasan lahan, membuat
yang tidak memenuhi kewajiban masyarakat berlomba membangun
pemenuhan fungsi, dan/atau gedung bertingkat baik untuk
persyaratan, dan/atau perkantoran maupun pusat
penyelenggaraan bangunan gedung perbelanjaan hingga apartemen.
dikenai sanksi administratif dan/atau Dapat dibayangkan betapa sulitnya
sanksi pidana.4 upaya penanggulangan kebakaran
misalnya untuk mengalirkan air ke
Keselamatan dan kesehatan
puncak tertinggi. Di Jakarta, gedung
kerja gedung bertingkat dan pusat-
bertingkat menduduki peringkat
pusat perbelanjaan mempunyai
keempat sebagai kawasan dengan
kekhasan yang berbeda bila
dengan risiko mudah kebakaran .5
dibandingkan dengan keselamatan
kerja di sektor manufaktur, Berdasarkan klasifikasi yang
dikarenakan berbagai faktor dibuat Standar Konstruksi Bangunan
diantaranya yang paling signifikan Indonesia, bangunan dengan
adalah skala paparan resiko cukup ketinggian lebih dari 40 meter (8

605
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 4, Nomor 3, Juli 2016 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

lantai) diharuskan memasang menghubungkan kedua gedung


sprinkler (sistem pemadaman tersebut. Diantara mal di lokasi yang
otomatis) mulai dari lantai satu sama penulis tertarik untuk meneliti
kecuali untuk ruang mekanikal dan Mal X dikarenakan struktur
6
kontrol. Sebab Dinas Pemadam bangunannya yang unik dipisahkan
Kebakaran tidak dapat menjangkau oleh skybrdge serta lobbymal yang
bangunan dengan ketinggian lebih biasa di lewati kendaraan dan posisi
7
dari 25 meter. Mal X yang terletak di persimpangan
ke arah Jalan Kebon Kacang yang
Untuk mencegah terjadinya
merupakan jalan umum yang sering
bahaya kebakaran suatu gedung
terjadi penumpukan kendaraan
harus memiliki sistem, sistem yang
antara kendaraan yang hendak
dimaksud bertujuan untuk
masuk mal atau ke arah Jalan
melindungi harta benda serta jiwa
Kebon Kacang membuat penulis
yang berada didalam gedung berupa
tertarik untuk mengetahui
Manajemen Penanggulangan
kesiapsiagaan apabila terjadi
kebakaran (MPK), MPK terdiri dari
keadaan darurat dari unit
sistem proteksi baik aktif maupun
penanggulangan kebakaran di Mal
pasif, tim penanggulangan
X.Mal X memiliki total 13 lantai
kebakaran, serta tata laksana
dengan 3 lantai terakhir merupakan
operasional.8 Suatu gedung dengan
parkiran. Mall X berlokasi di wilayah
luas dan tinggi tertentu wajib
DKI Jakarta, dalam Pergub DKI
mempunyai MPK seperti yang diatur
No.08 Tahun 2008 tentang
dalam Permen PU
Pencegahan dan Penanggulangan
No.20/PRT/M/2009 tentang
Kebakaran Mal X wajib memiliki
Pedoman Teknis Manajemen
Manajemen Keselamatan
Proteksi Kebakaran di Perkotaan.9
Kebakaran Gedung (MKKG) karena
Mal X berlokasi di pusat kota penghuni berjumlah lebih dari 500
Jakarta, memiliki karakteristik yang orang.
tidak dimiliki oleh mal-mal di sekitar
Berdasarkan hasil dari survey
area tersebut dikarenakan Mal X
pendahuluan yang dilakukan oleh
memiliki dua gedung yang
penulis didapatkan bahwa pada Mal
terpisahkan yaitu gedung west dan
X pernah terjadi kebakaran
east serta difasilitasi skybridge untuk

606
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 4, Nomor 3, Juli 2016 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

sepanjang tiga tahun terakhir. pihak Mal X sangat memperhatikan


Kejadian kebakaran yang paling dan sangat serius dalam aspek
baru adalah panel kapasitor meledak keselamatan dan keamanan
terjadi di Mal X.Mal X terdiri dari dua pengunjung.
gedung yaitu west dan eastMal,
Tujuan dari penelitian ini adalah
karakteristik antara kedua mal
untuk mengetahui kesiapsiagaan
hampir sama yakni masing-masing
unit penanggulangan keadaan
gedung memiliki risiko kebakaran
darurat serta tata laksana
yang sama karena keduanya hampir
operasional dari Mall X
memiliki jenis toko yang sama.Mal X
memiliki risiko kebakaran yang METODE PENELITIAN
tinggi, karena terdapat berbagai Penelitian ini menggunakan jenis
macam sumber bahaya terbakar penelitian kualitatif dengan metode
seperti dapur di restauran, korsleting deskriptif, pendekatan cross
panel listrik, trafo, power plant, dan sectional.10Subyek pada penelitian
lain sebagainya.Mal X harus bisa menggunakan teknik pengambilan
menjamin keselamatan para sampling yaitu purposive sampling.
pengunjung apabila terjadi keadaan Subyek penelitian ini adalah unit
darurat salah satunya menyiapkan penanggulangan kebakaran di Mal
skema keadaan darurat seperti X, dengan informan utama adalah
kebakaran. Pihak Mal X sudah kepala unit penanggulangan
memiliki unit pemadam kebakaran kebakaran dan anggota unit
apabila peristiwa kebakaran terjadi, penanggulangan kebakaran.
akan tetapi perlu di analisis kembali
Sedangkan informan triangulasi
apakah unit pemadam kebakaran
dalam penelitian ini adalah HSE
tersebut sudah sesuai dengan
Supervisior di Mal X.Pengumpulan
peraturan pemerintah yaitu
data penelitian dilakukan dengan
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
cara observasi dan wawancara
Nomor 20 tahun 2009. Pihak Mal X
mendalam (indepth interview)
memiliki komitmen yang tinggi akan
kepada informan utama dan
aspek keselamatan dan keamanan
informan triangulasi sebagai penguat
bisa dilihat dari sistem proteksi
data. Pengumpulan fakta dari
keadaan darurat dan juga keamanan
fenomena atau peristiwa – peristiwa
saat masuk dan akan keluar gedung,

607
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 4, Nomor 3, Juli 2016 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

yang bersifat khusus kemudian satu dengan masa kerja


masuk pada kesimpulan yang 3,5 tahun.
bersifat umum. B. Sistem Pencegahan dan
Keabsahan data dilakukan Penanggulangan Kebakaran
dengan teknik triangulasi. Teknik Mall X sudah menerapkan
triangulasi dengan sumber sistem pencegahan dan
membandingkan dan mengecek baik penanggulangan keadaan
derajat kepercayaan pada suatu darurat kebakaran, akan tetapi
informasi yang diperoleh melalui masih terdapat beberapa
waktu dan alat yang berbeda. kekurangan diantranya belum
memenuhi Peraturan Permen
HASIL DAN PEMBAHASAN
Nomor 20 Tahun 2009,
A. Karakteristik Informan
diantaranya belum memiliki
Tabel 1. Informan Utama
seorang Fire Safety Manager,
Informa Masa Pendidi
berdasarkan hasil wawancara
n Kerja kan
Utama didapatkan bahwa mulai dari
IU 1 7 tahun S1 perencanaan mengenai rencana
tindakan keadaan darurat,
IU 2 3 tahun SMA
pembentukan emergency team,
IU 3 4 tahun SMA perawatan dan pengetesan
sarana proteksi kebakaran
Terdiri dari Pimpinan Keadaan
sudah dilakukan oleh Mall X
Darurat serta dua anggota unit
guna meminimalisir dampak dari
penanggulangan keadaan
terjadinya kebakaran. Sistem
darurat. Dengan masa kerja
pencegahan tidak hanya
paling lama 7 tahun serta
difokuskan kepada sarana dan
pendidikan tertinggi strata satu.
prasana proteksi kebakaran,
Tabel 2. Informan
akan tetapi kesiapan dari
Triangulasi
sumber daya manusianya
No Informan Masa Pendi
apabila terjadi keadaan darurat
Triangulasi Kerja dikan
kebakaran bisa memadamkan
1. T1 3,5 tahun S1
api hal ini dikarenakan pelatihan
Informan triangulasi kepada anggota tim
memiliki pendidikan strata penanggulangan keadaan

608
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 4, Nomor 3, Juli 2016 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

darurat dilaksanakan secara 2. Sumber Daya Manusia


berkala setiap tahunnya. Pemilihan untuk anggota
C. Unit Penanggulangan Keadaan penanggulangan juga
Darurat didasarkan pada pekerjaan
1. Struktur Organisasi sehari-hari para
Untuk struktur organisasi di anggotanya, sehingga
Mall X dipilih berdasarkan mengetahui apa yang harus
keahlian dari masing-masing dilakukan, dan tentu akan
karyawan. Khusus untuk tim mempercepat waktu
fire dan tim rescue tidak penanggulangan keadaan
semua security bisa menjadi darurat. Hal ini dirasa
tim fire atau tim rescue sesuai, mengingat apabila
karena harus memilki syarat terjadi keadaan darurat
diantaranya pernah mengikuti seperti kebakaran seorang
pelatihan kebakaran, minimal petugas keadaan darurat
bekerja 2 tahun, memiliki memiliki tanggung jawab
sertifikiat kebakaran kelas D sesuai dengan kompetensi
atau C. Mall X belum memiliki yang dimiliki tentu akan
seorang Fire Safety memudahkan dalam
Manager, padahal di Permen keadaan darurat, sehingga
PU No 20 Tahun 2009 tau apa yang harus
gedung dengan luas 500 m2 dilakukan.
atau berpenghuni 500 orang 3. Pelatihan
wajib memiliki seorang Fire Pelatihan di Mall X dibagi
Safety Manager yang menjadi dua yaitu
bertugas untuk evacuation drill yang
melaksanakan Manajemen melibatkan seluruh
Penanggulangan Kebakaran penghuni gedung dan
di suatu gedung, akan tetapi pelatihan khusus tim
dalam pelaksanaannya penanggulangan keadaan
masih terjadi tumpang tindih darurat. Untuk evacuation
antara departemen HSE drill atau simulasi keadaan
dengan departemen darurat dilaksanakan
Safety&Security. setiap satu tahun sekali,

609
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 4, Nomor 3, Juli 2016 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

evacuation drill melibatkan pelatihan yang dilakukan


seluruh penghuni gedung, untuk tim pemadam tidak
tidak ada yang dilakukan secara merata,
mengetahui bahwa akan hanya 1 dari keseluruhan
ada simulasi kecuali tim yang sering mengikuti
departemen HSE dan simulasi, serta untuk tim
departemen penyelamat tidak semua
Safety&Security. Dalam security tau tugas dari tim
pelaksanaannya terdapat penyelamat, hal ini sangat
sekenario terjadinya fatal mengingat apabila
keadaan darurat bisa terjadi keadaan darurat
berupa gempa bumi dan yang sedang berjaga
ataupun kebakaran, bukan dari tim yang sering
sekenario dibuat oleh berlatih tentu akan
pimpinan keadaan darurat, memperlambat proses
setelah alarm penanggulangan dan
sesungguhnya dinyalakan kerugian akan kebakaran
kemudian simulasi menjadi semakin besar.
berjalan sesuai dengan D. Tata Laksana Operasional
sekenario, setelahnya 1. Pemeliharaan Sistem Proteksi
dilakukan evaluasi apabila Untuk proses pemeliharaan
ada yang kurang atau sistem proteksi kebakaran
tidak sesuai dengan SOP. dilakukan secara internal oleh
Khusus untuk pelatihan Departemen E&M, petugas
sesuai dengan Peraturan yang melakukan adalah HSE
Menteri No 20 th 2009, dibantu dengan teknisi.
harus dilakukan secara Pemeriksaan dan pengujian
berkala Mall X sudah dilakukan secara berkala
dilakukan setiap tahunnya setiap minggu, objek
sangat baik untuk lebih pemeriksaannya pun
mengingat lagi tugas dari bermacam-macam namun
setiap anggota tim dibagi menjadi dua bagian
penanggulangan keadaan besar yaitu inspeksi
darurat, akan tetapi keselamatan alat dan mesin,

610
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 4, Nomor 3, Juli 2016 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

dan sistem proteksi mengetahui bagaimana


kebakaran. untuk jadwal dan penanggulangan keadaan
perencanaannya dilakukan darurat, serta jawaban yang
setiap satu tahun sekali, hal sama. Mall X sudah
ini dibuktikan dengan menerapkan fire emergency
dokumentasi dalam HSE plan dengan baik, hal ini
Program, artinya Mall X sudah dibuktikan dengan skema
menjalankan kewajibannya keadaan darurat kebakaran.
sesuai dengan peraturan Jika dibandingkan dengan
yang berlaku. Inspeksi Peraturan Menteri Pekerjaan
penting dilakukan untuk Umum No 20 tahun 2009, Mall
perawatan sistem proteksi, X sudah memenuhi ketentuan
jika terjadi keadaan darurat dari konten-konten yang harus
alat tersebut dapat digunakan ada di dalam fire emergency
dengan baik sehingga tidak plan diantaranya bagaimana
menghambat saat prosedur pemberitahuan
penanggulangan. Inspeksi keadaan darurat, prosedur
dan pengetesan alat juga pelaksanaan pemadaman awal,
harus terdokumetasi agar prosedur evakuasi, prosedur
tahu kapan waktunya alat penyelamatan, informasi penting
dikalibrasi, menjaga agar alat seperti nomor telpon daruat,
dan sistem proteksi tidak rute evakuasi.
cepat rusak. 3. Audit
2. Rencana Tindakan Darurat Dalam pelaksanaanya di Mall
Kebakaran X audit internal dilakukan
Hasil wawancara dengan setiap enam bulan sekali oleh
informan baik informan utama HSE dan E&M. Ada
dan informan triangulasi pelaporan yang bernama
mengetahui bagaimana enviroment monitoring report
mekanisme apabila terjadi dua kali dalam satu tahun,
keadaan darurat kebakaran di yaitu pada awal dan tengah
Mall X. Dapat dikatakan baik tahun. Untuk audit lengkap
apabila dari pucuk pimpinan dilakukan setiap tahun oleh
sampai dengan security dinas pemadam kebakaran

611
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 4, Nomor 3, Juli 2016 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

sebelum melakukan simulasi dengan Peraturan Menteri


yang melibatkan seluruh Pekerjaan Umum No.20 Tahun
pihak termasuk tenant, audit 2009, diantaranya pemasangan
ini wajib dilakukan untuk serta perawatan sistem proteksi
memperpanjang sertifikat laik kebakaran, dan pembentukan
fungsi suatu gedung yang organisasi keadaan darurat, akan
dikeluarkan oleh dinas tetapi masih ada hal yang perlu
pemadam kebakaran ditambahkan terutama dalam
setempat. Kemudian Untuk struktur organisasi.
alat angkut seperti lift 2. Unit penanggulangan keadaan
dilakukan oleh PJK3 setiap darurat kebakaran belum memiliki
tahunnya sekali. Pentingnya Fire Safety Manager, padahal
dilakukan audit adalah untuk dalam Peraturan Menteri
mengetahui standar alat Pekerjaan Umum No.20 tahun
ataupun sistem proteksi, 2009 Mall X diwajibkan memiliki
apakah sesuai atau seorang Fire Safety Manager.
membahayakan. Audit sangat Kemudian pelatihan hanya
penting dilakukan untuk dilakukan oleh 2 dari 4 tim fire
mengetahui apakah gedung dan tim rescue
tersebut laik beroperasi atau 3. Tatalaksana operasional sudah
tidak. Mall X sudah dilaksanakan dengan baik mulai
menjalankan serangkaian dari pembentukan tim
audit mulai dari alat sampai perencanaan, pembuatan dan
dengan keandalan gedung pelaksanaan rencana
yang dilakukan oleh lembaga pengamanan kebakaran dan
yang berwenang dan ditunjuk rencana tindak darurat kebakaran
untuk itu dalam hal audit Mall semua terdokumentasi dan
X sudah menjalankannya terlaksana secara berkala.
dengan baik. DAFTAR PUSTAKA

KESIMPULAN 1. Ruang Terbuka Hijau -


PenataanRuang.Com
1. Sudah ada sistem pencegahan [Internet]. [cited 2016 Mar 27].
Available from:
dan penanggulangan keadaan http://www.penataanruang.co
darurat yang dilaksanakan sesuai m/ruang-terbuka-hijau.html

612
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 4, Nomor 3, Juli 2016 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

2. Jakarta Dalam Krisis Ruang Manajemen Proteksi


Publik - KOMPASIANA.com Kebakaran Di Perkotaan.
[Internet]. [cited 2016 Mar 27]. 2009;
Available from:
http://www.kompasiana.com/a 10. Moleong JL. Metodologi
ulmuhm/bekasi-dalam-krisis- Penelitian Kualitatif. Bandung:
ruang- PT Remaja Rosdakarya;
publik_56095cc45497738e08 1987.
d73886

3. Aspek K3 Gedung Bertingkat


[Internet]. [cited 2016 Mar 27].
Available from:
http://disnakertransduk.jatimpr
ov.go.id/disnaker-
lama/index.php?option=com_
content&view=article&id=524:
aspek-k3-gedung-
bertingkat&catid=58:edisi-
128-agustus-
2011&Itemid=290/.

4. Indonesia R. UU no. 28 tahun


2002 tentang Bangunan
Gedung. 2002;41.

5. Ramli S. Petunjuk Praktik


Manajemen Kebakaran.
Jakarta: Dian Rakyat; 2010.

6. Kementrian Pekerjaan Umum.


Peraturan Menteri Nomor 26
Tahun 2009 Tentang
Persyaratan Teknis Bangunan
Gedung. 2013;53(9):1689–99.

7. Tarwaka. Keselamatan dan


Kesehatan Kerja, Manajemen
dan Implementasi Kesehatan
dan Keselamatan Kerja di
Tempat Kerja. Surakarta:
Harapan Press; 2006.

8. Sulaksmono M. Manajemen
Keselamatan Kerja.
Surabaya: Prestasi Pustaka;
1995.

9. Kementrian Pekerjaan Umum.


Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum Nomor: 20/Prt/M/2009
Tentang Pedoman Teknis

613

Anda mungkin juga menyukai