Anda di halaman 1dari 141

STUDI MANAJEMEN LALU LINTAS MENINGKATKAN

KINERJA JARINGAN JALAN PADA DAERAH LINGKAR


DALAM KOTA MEDAN

TESIS

Oleh

MARWAN LUBIS
037016006/TS

K O L A
E
H
S
PA

A
N

C
A S A R JA
S

SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2007

Marwan Lubis : Studi Manajemen Lalu Lintas Meningkatkan Kinerja Jaringan Jalan Pada Daerah Lingkar Dalam Kota Medan, 2007
USU Repository © 2008
STUDI MANAJEMEN LALU LINTAS MENINGKATKAN
KINERJA JARINGAN JALAN PADA DAERAH LINGKAR
DALAM KOTA MEDAN

TESIS

Untuk Memperoleh Gelar Magister Sains (M.Si)


dalam Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan
Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

MARWAN LUBIS
037016006/TS

SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2007

Marwan Lubis : Studi Manajemen Lalu Lintas Meningkatkan Kinerja Jaringan Jalan Pada Daerah Lingkar Dalam Kota Medan, 2007
USU Repository © 2008
Judul Tesis : STUDI MANAJEMEN LALU LINTAS
MENINGKATKAN KINERJA JARINGAN JALAN
PADA DAERAH LINGKAR DALAM KOTA MEDAN
Nama Mahasiswa : Marwan Lubis
Nomor Pokok : 037016006
Program Studi : Teknik Sipil

Menyetujui,
Komisi Pembimbing

(Dr. Ir. Sofian Asmirza Silalahi, M.Sc) (Ir. Medis Sejahtera Surbakti, MT)
Ketua Anggota

Ketua Program Studi, Direktur,

(Dr. Ir. Roesyanto, MSCE) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, M.Sc)

Tanggal lulus : 31 Agustus 2007

Marwan Lubis : Studi Manajemen Lalu Lintas Meningkatkan Kinerja Jaringan Jalan Pada Daerah Lingkar Dalam Kota Medan, 2007
USU Repository © 2008
Telah diuji pada
Tanggal : 31 Agustus 2007

PANITIA PENGUJI TESIS


Ketua : Dr. Ir. Sofian Asmirza Silalahi, M.Sc
Anggota : 1. Ir. Medis Sejahtera Surbakti, MT
2. Dr. Ir. A. Perwira Mulia Tarigan, M.Sc
3. Ir. Makmur Ginting, M.Sc
4. Ir. Zulkarnain A. Muis, M.Eng, Sc
5. Ir. Sahrial, MT

Marwan Lubis : Studi Manajemen Lalu Lintas Meningkatkan Kinerja Jaringan Jalan Pada Daerah Lingkar Dalam Kota Medan, 2007
USU Repository © 2008
A B S T RA K

Masalah lalu lintas di kota Medan menjadi gejala yang perlu diperhatikan dan
ditangani secara bijak dan tepat melalui berbagai penanganan terutama penanganan
jangka pendek dalam bentuk penanganan seketika (aktion plant) pada lokasi-lokasi
bermasalah yang ada, salah satu bentuk penanganan yang dilakukan adalah dengan
cara mengkoordinasi beberapa persimpangan yang ada dilokasi studi .
Lokasi penanganan pada penelitian ini terdiri dari lokasi penanganan -1 dan lokasi
penanganan -2 yang ditentukan berdasarkan jarak antar simpang yang berdekatan
diukur dengan nilai coupling indeks yang nilainya harus lebih besar sama dengan 0.5.
Setelah dilakukan penanganan dengan koordinasi simpang dan disimulasi dengan
cara coba-coba (trial error) pada lokasi penanganan diperoleh penurunan nilai
tundaan dari sebelum sampai sesudah dikoordinasikan sekitar 64% pada
persimpangan Jl B Katamso-Jl Ir Juanda, 60.2 % pada Jl Iskandar muda – Jl Gajah
Mada, 37.5 % pada Jl Iskandar muda-Jl Kh Wahid Hasym-Jl Jamin Ginting serta 29.5
% pada Jl Abdulla Lubis – Jl Iskandar Muda.
Koordinasi persimpangan mampu meloloskan jumlah volume lalu lintas pada lokasi
penanganan -1, sebesar 1051 smp/jam pada lajur-A dan sebesar 1240 smp/jam pada
lajur -B, atau rata-rata 26,9 % pada lajur-A dan 22.5 % pada lajur-B. Sedangkan pada
lokasi penanganan – 2 , setelah dilakukan koordinasi persimpangan volume lalu lintas
yang mampu diloloskan pada lajur _A sebesar 1625 smp/jam, laju-B sebesar 780
smp/jam, atau rata-rata 38.5 % pada lajur-A dan 7 % pada lajur-B.
Kecepatan perjalanan pada lokasi penanganan -1 segmen Jl B Katamso I, setelah
dikoordinasikan mengalami penurunan kecepatan perjalanan dari 40.2 km/jam
menjadi 29.8 km/jam pada lajur-A dan sebesar 50.6 km/jam menjadi 29.8 km/jam
pada lajur-B, untuk segmen Jl B Katamso II setelah koordinasi simpang baru
mengalami peningkatan dari 35.2 km/jam menjadi 49.5 km/jam pada lajur-A dan
sebesar 45.2 km/jam menjadi 49.5 km/jam pada lajur-B, sedangkan pada lokasi
penanganan -2 segmen Jl Iskandar muda III setelah koordinasi simpang mengalami
peningkatan dari 27.8 km/jam menjadi 54.4 km/jam pada lajur –A dan sebesar 39.1
km/jam menjadi 54.4 km/jam pada lajur-B.
Waktu tempuh setelah dilakukan koordinasi simpang pada loksi penanganan -1
segmen Jl B Katamso I menurun dari 37 detik menjadi sebesar 50 detik pada lajur-A
dan 29 detik menjadi sebesar 50 detik pada lajur-B, atau mengalami penurunan
sebesar -14 % pada lajur-A dan -26 % pada lajur-B. Sedangkan pada segmen Jl B
Katamso II setelah dilakukan koordinasi simpang waktu tempuhnya meningkat
menjadi sebesar 66 detik pada lajur-A dan 66 detik pada lajur-B, atau sebesar 17 %
pada lajur-A dan 5 % pada lajur-B. Sedangkan pada lokasi penanganan – 2 segmen Jl
Iskandar muda III waktu tempuh setelah dilakukan koordinasi simpang meningkat
menjadi sebesar 41 detik pada lajur-A dan 41 detik pada lajur-B, atau sebesar 32 %
pada lajur-A dan 26 % pada lajur-B. Untuk segmen Jl Iskandar muda II setelah
dilakukan koordinasi simpang waktu tempuhnya meningkat menjadi sebesar 66 detik

Marwan Lubis : Studi Manajemen Lalu Lintas Meningkatkan Kinerja Jaringan Jalan Pada Daerah Lingkar Dalam Kota Medan, 2007
USU Repository © 2008
pada lajur-A dan 66 detik pada lajur-B, atau sebesar 38 % pada lajur-A dan 33 %
pada lajur-B.
Secara umum koordinasi simpang mampu meningkatkan kinerja persimpangan pada
lokasi penanganan -1 dan lokasi penanganan-2 dari pada sebelum dilakukan
koordinasi simpang.

Kata Kunci : Tundaan, Kecepatan, Koordinasi Simpang, Kinerja Persimpangan

Marwan Lubis : Studi Manajemen Lalu Lintas Meningkatkan Kinerja Jaringan Jalan Pada Daerah Lingkar Dalam Kota Medan, 2007
USU Repository © 2008
ABSTRACT

The problems in Medan are a distinctive phenomenon to be considered. They are


handled proportionally especially by means of a short term action plan at some
concerned problems, one of which by means of coordination of some crossroads at
the location under the study.
The concerned location in this study consists of two locations; location –1 and
location –2. The locations are determined based on the distance among the close
crossroads measured by coupling index value at the amount of ___ 0,5.
After doing the coordination and dissimilation of the crossroads by means of trial and
error at the concerned locations, this study invents postponed value decline around
64% on Jl.Brigjen.Katamso – Jl.Ir.Juanda, 60,2% on Jl.Iskandar Muda – Jl.Gajah
Mada, 37,5% on Jl.Iskandar Muda – Jl.KH.Wahid Hasyim – Jl.Jamin Ginting and
29,5% on Jl.Abdullah Lubis – Jl.Iskandar Muda.
The coordinated crossroads are capable of loosing the traffic volume at location –1
amounts to 1051 crossroads/h at line –A and 1240 crossroads/h at line –B, or at the
average of 26,9% at line –A and 22,5% at line –B. On the other hand, after
coordinating the crossroads at locations –2, the traffics volume looses 1625
crossroad/h at line –A, 780 crossroad/h at line –B, or at the average of 38,5% at line –
A and 7% at line –B.
After being coordinated, the traffic speed at location –1, on Jl.Brigjen.Katamso I
declines from 40,2 km/h to 29,8 km/h at line –A and 50,6 km/h to 29,8 km/h at line –
B, while on Jl.Brigjen.Katamso II, the traffic speed increases from 35,2 km/h to 49,5
km/h at line –A and 45,2 km/h to 29,5 km/h at line –B after the coordination of the
new crossroads. Mean while, at location –2, on Jl.Iskandar Muda III, the traffic speed
increases from 27,8 km/h to 54,4 km/h at line –A and 39,1 km/h to 54,4 km/h at line
–B.
The time scale at location –1 on Jl.Brigjen.Katamso I, after the coordination,
decreases from 37 seconds to 50 seconds at line –A and 29 seconds to 50 seconds at
line –B. Other words, it gets –14% decline at line –A and 26% at line –B. On
Jl.Brigjen.Katamso II, the time scale increases up to 66 seconds at line –A and 66
seconds at line –B, or 17% at line –A and 5% at line –B. However, at location –2, on
Jl.Iskandar Muda III, the time scale increases up to 41 seconds at line –A and 41
seconds at line –B, or 32% at line –A and 26% at line –B. On Jl.Iskandar Muda II, the
time scale increases up to 66 seconds at line –A and 66 seconds at line –B, or 38% at
line –A and 33% at line –B.
In conclusion, crossroads coordination is able to increases the crossroads functions at
location –1 and location –2 than before.

Keywords : Delay, Speed, Coordinated crossroad, Crossroads functions.

Marwan Lubis : Studi Manajemen Lalu Lintas Meningkatkan Kinerja Jaringan Jalan Pada Daerah Lingkar Dalam Kota Medan, 2007
USU Repository © 2008
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

rahmat dan Hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “ STUDI

MANAJEMEN LALU LINTAS MENINGKATKAN KINERJA JARINGAN

JALAN PADA DAERAH LINGKAR DALAM KOTA MEDAN ” sebagai salah

satu persyaratan untuk menyelesaikan program Magister Bidang Manajemen

Prasarana Publik, program studi Teknik Sipil Universitas Sumatera Utara.

Dengan selesainya tesis ini penulis juga ingin mengucapkan terimakasih yang tak

terhingga kepada :

1. Bapak Dr.Ir.Sofian Asmirza Silalahi, M.Sc Sebagai Ketua komisi

pembimbing yang telah memberikan ilmu dan pemahaman yang sangat

diperlukan dalam penulisan tesis ini.

2. Bapak Ir.Medis Sejahtera Surbakti,MT , Sebagai anggota komisi pembimbing

yang telah memberikan perhatiannya secara serius, masukan yang sangat

berharga dalam penulisan tesis ini.

3. Bapak Dr.Ir.A.Perwira Mulia Tarigan,M.Sc, yang telah banyak memberikan

motivasi yang sangat berharga dalam menyelesaikan tesis ini.

4. Bapak Ir.Rudi Iskandar Pane, MT, Selaku sekretaris program studi Magister

Teknik Sipil Universitas Sumatera Utara.

5. Seluruh Dosen dan staf program studi Magister Teknik Sipil Universitas

Sumatera Utara.

Marwan Lubis : Studi Manajemen Lalu Lintas Meningkatkan Kinerja Jaringan Jalan Pada Daerah Lingkar Dalam Kota Medan, 2007
USU Repository © 2008
6. Seluruh rekan – rekan mahasiswa program studi Magister Teknik Sipil

Universitas Sumatera Utara terutama terutama rekan-rekan jurusan MPP yang

telah membantu dalam menyelesaikan tesis ini.

7. Kedua Orang tuaku tercinta, Ayahanda Arsyad Lubis, Ibunda Ramlah

Harahap, Istriku tercinta dan anak-anak yang ku sayang, atas do’a dan

dorongannya hingga penulisan tesis ini selesai.

Penulis sadar bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna, untuk itu saran dan

masukannya demi perbaikan tulisan ini sangat diharapkan, mudah-mudah tesis ini

dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan.

Medan, 1 Agustus 2007

MARWAN LUBIS
037016006/TS

Marwan Lubis : Studi Manajemen Lalu Lintas Meningkatkan Kinerja Jaringan Jalan Pada Daerah Lingkar Dalam Kota Medan, 2007
USU Repository © 2008
RIWAYAT HIDUP

Lahir di Medan pada tanggal 8 Agustus 1968, Pendidikan Sekolah Dasar (SD)

0640034 di Medan Tamat tahun 1980, Sekolah Menengah Pertama ( SMP) Negeri 2

di Medan Tamat tahun 1983, Sekolah Menengah Atas ( SMA) Alwasliyah No.3 di

Medan Tamat tahun 1986, (S1) Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas

Islam Sumatera Utara (UISU) di Medan Tamat tahun 1999.

Pengalaman pekerjaan dibidang yudikatif adalah Staf Pengajar Jurusan

Teknik Sipil FT UISU di Medan sejak tahun 1999, Kepala Laboratorium Material

Jalan Raya Jurusan Teknik Sipi FT UISU di Medan tahun 2001 – 2003.

Pengalaman di bidang konsultan sebagai Surveyor CV ANUGRAH

CONSULTAN pada kegiatan Kajian efisiensi dan efektivitas sistem jaringan jalan di

kota Medan tahun 2000, sebagai Surveyor CV ANUGRAH CONSULTAN pada

kegiatan Studi manajemn lalu lintas menyeluruh meningkatkan kinerja jaringan jalan

di kota Medan tahun 2002. Sebagai team leader CV. NEFTA CONSULTANT pada

kgiatan Inventarisasi dan optimasi sistem jaringan hidroklimatologi daerah aliran

sungai Barumun Kualuh tahun 2007, sebagai team leader CV PEMETAAN

INTERNATIONAL CONSULTAN pada kegiatan Inventarisasi dan optimasi sistem

jaringan hidroklimatologi daerah aliran sungai Natal Batang Gadis tahun 2007.

Marwan Lubis : Studi Manajemen Lalu Lintas Meningkatkan Kinerja Jaringan Jalan Pada Daerah Lingkar Dalam Kota Medan, 2007
USU Repository © 2008
DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ................................................................................................................ i
ABSTRACT ..............................................................................................................
iii
KATA PENGANTAR .............................................................................................
iv
RIWAYAT HIDUP .................................................................................................
vi
DAFTAR ISI ............................................................................................................
vii DAFTAR TABEL ...................................................................................................
x
DAFTAR GAMBAR ..............................................................................................
xiii DAFTAR LAMPIRAN
........................................................................................... xv
BAB. I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................... 1
1.2 Batasan daerah lokasi studi ........................................................ 3
1.3 Maksud dan tujuan ..................................................................... 4
1.4 Permasalahan ............................................................................. 5
1.5 Batasan masalah ......................................................................... 6
1.6 Methodologi ................................................................................ 7
1.6.1 Pengumpulan data ....................................................... 7
1.6.2 Pengolahan data .......................................................... 8
1.6.3 Analisa data ................................................................. 9
BAB. II STUDI PUSTAKA .............................................................................. 11
2.1 Jalan ........................................................................................... 11
2.1.1 Pembinaan jalan .......................................................... 12

Marwan Lubis : Studi Manajemen Lalu Lintas Meningkatkan Kinerja Jaringan Jalan Pada Daerah Lingkar Dalam Kota Medan, 2007
USU Repository © 2008
2.1.2 Persyaratan jalan menurut peranannya ........................ 15
2.2 Persimpangan ............................................................................. 19
2.3 Parkir .......................................................................................... 19
2.4 Metode perhitungan persimpangan bersinyal dan ruas jalan ..... 21
2.5 Pengukuran kinerja lalu lintas .................................................... 21
2.5.1 Mengidentifikasikan permasalahan ............................. 21
2.5.2 Pendekatan terhadap identifikasi permasalahan ......... 26
2.6 Kapasitas ruas jalan dan persimpangan ..................................... 29
2.7 Nisbah Volume Kapasitas (NVK) .............................................. 33
2.8 Penentuan waktu siklus dan waktu hijau ................................... 35
2.9 Tundaan ...................................................................................... 37
2.10 Kecepatan lalu lintas dan kecepatan arus bebas (FV) ruas jalan 39
2.11 Indikator Tingkat Pelayanan (ITP) ............................................ 41
2.12 Koordinasi persimpangan bersinyal ........................................... 44
BAB. III METODOLOGI PENELITIAN ....................................................... 48
3.1 Tahapan pekerjaan ..................................................................... 48
3.2 Tahapan persiapan ...................................................................... 49
3.3 Tahap Pengumpulan data ........................................................... 49
3.3.1 Pengumpulan data sekunder ........................................ 50
3.3.2 Pengumpulan data primer (data lapangan) ................... 51
3.3.2.1 Survei volume lalu lintas ............................................. 51
3.3.2.2 Survei kecepatan perjalanan ........................................ 53
3.3.2.3 Survei geometrik ruas jalan dan persimpangan ........... 55
3.3.2.4 Survei hambatan samping pada ruas jalan .................. 55
3.4 Tahap pengolahan data ............................................................... 56
3.4.1 Perhitungan ruas jalan ................................................. 57
3.4.2 Perhitungan persimpangan .......................................... 58
3.5 Tahapan Analisa data ................................................................. 59

Marwan Lubis : Studi Manajemen Lalu Lintas Meningkatkan Kinerja Jaringan Jalan Pada Daerah Lingkar Dalam Kota Medan, 2007
USU Repository © 2008
BAB. IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA ........................... 60
4.1 Pengumpulan data ...................................................................... 60
4.1.1 Umum .......................................................................... 60
4.1.2 Gambaran umum wilayah kota Medan ....................... 61
4.1.3 Survei Volume lalu lintas ............................................ 68
4.1.4 Survei kecepatan perjalanan ........................................ 78
4.1.5 Survei geometrik pada ruas jalan dan persimpangan ......... 79
4.1.6 Survei hambatan samping pada ruas jalan .................. 82
4.2 Pengolahan data ......................................................................... 85
4.2.1 Hasil perhitungan ruas jalan dan persimpangan .......... 86
4.2.2 Penentuan nilai Nisbah Volume Kapasitas (NVK)
pada ruas jalan ............................................................. 90
BAB. V ANALISA DATA ............................................................................... 92
5.1 Tingkat pelayanan ruas dan persimpangan kondisi saat ini
(eksisting) ................................................................................... 92
5.2 Bentuk penanganan dan lokasi penanganan ............................... 97
5.3 Koordinasi persimpangan .......................................................... 100
5.4 Analisa sebelum dan sesudah koordinasi ................................... 108
5.5 Pembahasan Analisa Hasil .......................................................... 112
BAB. VI KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 115
6.1 Kesimpulan ................................................................................ 115
6.2 Saran-saran ................................................................................. 118
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 120

Marwan Lubis : Studi Manajemen Lalu Lintas Meningkatkan Kinerja Jaringan Jalan Pada Daerah Lingkar Dalam Kota Medan, 2007
USU Repository © 2008
DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman


2.1 Waktu siklus yang disarankan untuk keadaan yang berbeda .... 36

2.2 Indeks Tingkat Pelayanan (ITP) berdasarkan kecepatan rata-


rata ............................................................................................ 42

2.3 Indeks Tingkat Pelayanan (ITP) berdasarkan kecepatan arus


bebas dan tingkat kejenuhan lalu lintas .................................... 43

2.4 Indikator Tingkat Pelayanan berdasarkan nilai rasio volume


Kapasitas atau nisbah volume kapasitas (NVK) ........................ 43

2.5 Indikator Tingkat Pelayanan berdasarkan nilai tundaan pada


persimpangan ............................................................................ 44

4.1 Letak Geografis Beberapa Daerah di Kota Medan ................... 61

4.2 Wilayah Administratif Kota Medan ......................................... 62

4.3 Pertumbuhan Penduduk di Kota Medan ................................... 63

4.4 Perkembangan PDRB Kota Medan .......................................... 64

4.5 Distribusi PDRB Kota Medan .................................................. 65

4.6 Jenis dan luas penggunaan lahan .............................................. 65

4.7 Pertumbuhan kendaraan bermotor menurut jenis kendaraan .... 66

4.8 Kondisi dan Panjang Jalan (km) ............................................... 68

4.9 Ekivalen mobil penumpang (emp) jalan perkotaan tak terbagi . 69

4.10 Ekivalen mobil penumpang (emp) jalan perkotaan terbagi dan


satu arah .................................................................................... 69

4.11 Hasil survei volume lalu lintas saat jam puncak pada ruas jalan
satuan kendaraan per-jam (kend./jam) ...................................... 70

Marwan Lubis : Studi Manajemen Lalu Lintas Meningkatkan Kinerja Jaringan Jalan Pada Daerah Lingkar Dalam Kota Medan, 2007
USU Repository © 2008
4.12 Hasil survei volume lalu lintas saat jam puncak pada ruas jalan
satuan mobil penumpang per-jam (smp/jam) ........................... 71

4.13 Hasil survei volume lalu lintas saat jam puncak pada
persimpangan dengan satuan kenderaan per-jam (kend./jam) ... 74

4.14 Angka ekivalen mobil penumpang (emp) untuk persimpangan


bersinyal pada masing-masing pendekatan terlindung dan
terlawan .................................................................................... 75

4.15 Hasil survei volume lalu lintas jam puncak persimpangan


satuan mobil penumpang per-jam (smp/jam) ........................... 76

4.16 Data hasil survei kecepatan rata-rata ruas jalan pada lokasi
studi .......................................................................................... 78

4.17 Hasil survei geometrik ruas jalan pada lokasi studi .................. 80

4.18 Hasil survei geometrik persimpangan pada lokasi studi............ 80

4.19 Pengelompokan tipe kejadian dan faktor bobot hambatan


samping ..................................................................................... 82

4.20 Penentuan kelas hambatan samping berdasarkan frekwensi


bobot kejadian ........................................................................... 83

4.21 Kelas hambatan samping pada masing-masing ruas jalan di


lokasi studi ................................................................................ 83

4.22 Hasil perhitungan kinerja operasional ruas jalan pada lokasi


studi .......................................................................................... 86

4.23 Hasil perhitungan kinerja operasional persimpangan pada


lokasi studi ................................................................................ 88

4.24 Nilai Nisbah Volume Kapasitas (NVK) pada ruas jalan di


lokasi studi ................................................................................ 90

5.1 Indeks Tingkat Pelayanan (ITP) Ruas Jalan berdasarkan nilai


Nisbah Volume Kapasitas (NVK) pada ruas jalan ................... 93

5.2 Indeks Tingkat Pelayanan (ITP) persimpangan berdasarkan

Marwan Lubis : Studi Manajemen Lalu Lintas Meningkatkan Kinerja Jaringan Jalan Pada Daerah Lingkar Dalam Kota Medan, 2007
USU Repository © 2008
nilai Tundaan pada pesimpangan bersinyal dilokasi studi …... 95

5.3 Waktu hijau dan waktu offset hasil koordinasi persimpangan


dengan cara coba-coba .............................................................. 100

5.4 Jumlah volume lalu lintas yang terlewatkan saat koordinasi


persimpangan pada masing-masing lokasi penanganan ……... 102

5.5 Nilai tundaan setelah koordinasi persimpangan ....................... 103

5.6 Waktu tempuh sebelum dan sesudah koordinasi …………….. 104

5.7 Kecepatan perjalanan antara persimpangan sebelum dan


sesudah koordinasi persimpangan (km/jam) ………………… 106

5.8 Nilai Indeks Tingkat Pelayanan sebelum dan sesudah


koordinasi persimpangan ........................................................ 108

Marwan Lubis : Studi Manajemen Lalu Lintas Meningkatkan Kinerja Jaringan Jalan Pada Daerah Lingkar Dalam Kota Medan, 2007
USU Repository © 2008
DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman


1.1 Lokasi studi ……………………………………………... 4

1.2 Bagan alir analisa data ………………………………….. 10

3.1 Bagan alir methodologi penelitian ……………………… 48

3.2 Bagan alir perhitungan ruas jalan ………………………. 57

3.3 Bagan alir perhitungan persimpangan ………………….. 58

4.1 Peta Kota Medan ………………………………………... 67

4.2 Volume lalu lintas kendaraan per-jam (kend/jam) dan


satuan mobil penumpang per-jam (smp/Jam) pada saat
jam puncak ruas jalan …………………………………… 72

4.3 Kepadatan lalu lintas di jalan Balai Kota saat jam puncak
sore dan aktivitas pinggir jalan yang sibuk ……………... 73

4.4 Volume lalu lintas persimpangan satuan mobil


penumpang per-jam (smp/jam) pada saat jam puncak di
lokasi studi …………………………………………….... 77

4.5 Kecepatan rata-rata perjalanan ruas jalan lajur-A dan


lajur-B pada lokasi studi ………………………………... 79

4.6 Bentuk-bentuk hambatan samping hasil pengamatan di


jaringan jalan lokasi studi ………………………………. 85

4.7 Tundaan simpang rata-rata (detik/smp) pada masing-


masing persimpangan di lokasi studi …………………... 89

4.8 Nilai Nisbah Volume Kapasitas (NVK) pada ruas jalan


lokasi studi …………………………………………….... 91

5.1 Nilai Nisbah Volume Kapasitas (NVK) dan Indeks


Tingkat Pelayanan (ITP) masing-masing ruas jalan di
lokasi studi …………………………………………….... 94

Marwan Lubis : Studi Manajemen Lalu Lintas Meningkatkan Kinerja Jaringan Jalan Pada Daerah Lingkar Dalam Kota Medan, 2007
USU Repository © 2008
5.2 Nilai tundaan masing-masing simpang rata-rata pada
lokasi studi kondisi eksisting …………………………… 96

5.3 Nilai Indeks Tingkat Pelayanan (ITP) kondisi saat ini


pada masing-masing simpang di lokasi studi …………… 97

5.4 Lokasi penanganan 1 dan lokasi penanganan 2 ................ 99

5.5 Diagram offset persimpangan lokasi penanganan-1


sesudah koordinasi ……………………………………… 101

5.6 Diagram offset persimpangan lokasi penanganan-2


sesudah koordinasi ……………………………………… 101

5.7 Grafik waktu tempuh antara simpang di lokasi


penanganan -1 sebelum dan sesudah koordinasi simpang.. 105

5.8 Grafik waktu tempuh antara simpang di lokasi


penanganan -2 sebelum dan sesudah koordinasi simpang.. 105

5.9 Grafik kecepatan perjalanan antara simpang di lokasi


penanganan -1 sebelum dan sesudah koordinasi simpang.. 107

5.10 Grafik kecepatan perjalanan antara simpang di lokasi


penanganan -2 sebelum dan sesudah koordinasi simpang.. 107

Marwan Lubis : Studi Manajemen Lalu Lintas Meningkatkan Kinerja Jaringan Jalan Pada Daerah Lingkar Dalam Kota Medan, 2007
USU Repository © 2008
DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman


1.1 Peta wilayah Kota Medan …………………………………… 122

1.2 Peta jaringan jalan di Kota Medan …………………………... 123

1.3 Peta hirarki jaringan jalan di Kota Medan …………………... 124

1.4 Peta lokasi studi ……………………………………………… 125

2 Rekapitulasi hasil perhitungan dengan metode MKJI kondisi


eksisting pada persimpangan ………………………………… 126

3 Lanjutan rekapitulasi hasil perhitungan dengan metode MKJI


kondisi eksisting pada persimpangan ………………………... 128

4 Dokumentasi kondisi lalu lintas di lokasi studi ……………… 129

5.1 Sebelum dan setelah koordinasi persimpangan pada lokasi 1 .. 135

5.2 Sebelum dan setelah koordinasi persimpangan pada lokasi 2 .. 136

6 Hasil perhitungan sebelum dan setelah koordinasi


persimpangan ………………………………………………... 137

Marwan Lubis : Studi Manajemen Lalu Lintas Meningkatkan Kinerja Jaringan Jalan Pada Daerah Lingkar Dalam Kota Medan, 2007
USU Repository © 2008
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Guna mewujudkan kota medan sebagai kota metropolitan dan bestari serta

dalam menghadapi tantangan daya saing era globalisasi, maka kota Medan harus

didukung oleh infrastruktur perkotaan modern dan berkualitas (terstandarisasi)

diberbagai bidang. Sesuai dengan program otonomi daerah yang sampai ke Daerah

tingkat II, yang berarti daerah kota bisa merupakan suatu otonomi, maka berkaitan

dengan penanganan permasalahan lalu lintas, diperlukan selain sumber daya manusia

juga petunjuk teknis sebagai langkah awal pengembangan perkotaan yang mampu

mandiri dalam memecahkan permasalahannya.

Masalah lalu lintas di kota Medan menjadi gejala yang perlu diperhatikan dan

ditangani secara bijak dan tepat melalui berbagai penanganan terutama penanganan

jangka pendek pada lokasi lokasi permasalahan lalu lintas melalui metode menejemen

lalu lintas. Kota Medan memiliki pusat-pusat kegiatan yang sibuk dan terus

berkembang , juga seiring tingginya tingkat perjalanan, terutama didaerah pusat kota

Medan, menimbulkan permasalahan. Kemacetan lalu lintas dibeberapa lokasi

menyebabkan menurunnya tingkat pelayanan beberapa ruas jalan dan persimpangan,

sehingga tidak memenuhi kenyamanan pengguna jalan, yang diikuti oleh tingginya

tingkat polusi dan emisi tingkat kebisingan kendaraan, tingginya biaya transportasi

Marwan Lubis : Studi Manajemen Lalu Lintas Meningkatkan Kinerja Jaringan Jalan Pada Daerah Lingkar Dalam Kota Medan, 2007
USU Repository © 2008
serta lebih jauh lagi menurunnya kualitas hidup, merupakan akibat langsung dari

permasalahan tersebut. Pada dasarnya permasalahan lalu lintas tersebut merupakan

rendahnya kwalitas manajemen lalu lintas yang ada di kota Medan yang secara luas

melibatkan banyak faktor dan pihak terkait.

Dalam kasus permasalahan lalu lintas di kota Medan sudah dilakukan

beberapa perencanaan jaringan jalan pada tingkat makro maupun sampai tingkat

mikro, akan tetapi dibeberapa titik di daerah pusat kota medan sangat dibutuhkan

penanganan yang bersifat kegiatan untuk implementasi dalam jangka waktu kurang

dari 5 tahun, menyangkut penanganan berupa manajemen ataupun fisik berskala kecil

sampai menengah, masalah jaringan transportasi (manajemen lalu lintas ) secara

umum dapat dilakukan dengan melalui pendekatan penanganan kebutuhan (Demand),

dan pendekatan sediaan (supply) ,berarti melakukan penanganan terhadap jaringan

transportasi. berupa pembangunan sarana transportasi baru seringkali membutuhkan

dana implementasi yang sangat besar. Lebih lagi dalam kondisi perekonomian yang

belum stabil, jenis penanganan seperti itu nanpaknya bukan merupakan pemilihan

yang menonjol. Sehingga kemungkinan yang lebih baik untuk suatu penanganan

jaringan transportasi adalah melakukan penataan ulang terhadap sistem operasi

jaringan transportasi (dengan meminimalkan pembangunan prasarana). sehingga

permasalahan yang ada dapat dikurangi, dan potensi permasalahan dimasa yang akan

datang dapat sejauh mungkin dihindari.

Marwan Lubis : Studi Manajemen Lalu Lintas Meningkatkan Kinerja Jaringan Jalan Pada Daerah Lingkar Dalam Kota Medan, 2007
USU Repository © 2008
Penanganan jaringan khusus untuk jaringan transportasi jalan perkotaan yang

permasalahannya (terutama di kota-kota besar) kebanyakan sudah mulai serius dan

mencemaskan sehingga mempengaruhi kinerja jaringannya, untuk itu diperlukan

suatu sistem yang mampu mengatur jaringan jalan dengan cara yang lebih dikenal

dengan manajemen lalu lintas jalan perkotaan.

1.2 Batasan Daerah Lokasi Studi

Berdasarkan informasi daan identifikasi awal, daerah lokasi studi yang di

analisa meliputi daerah – daerah yang di nilai kinerja lalu lintas jaringan jalan rendah,

yaitu :

Pada ruas Jalan meliputi :

Jl Brigjen Katamso-Jl Pemuda-Jl A Yani-Jl Balai Kota-Jl Guru Patimpus-Jl

Gatot Subroto-Jl Iskandar Muda-Jl Mongonsidi-Jl Ir H Juanda.

Pada persimpangan meliputi :

Jl Ir H Juanda – Jl Brigjen Katamso sampai dengan Jl Brigjen Katamso – Jl

Mesjid Raya sampai dengan Jl Brigjen Katamso – Jl R Suprapto – Jl Pandu – Jl

Pemuda sampai dengan Jl Pemuda – Jl Palang Merah – Jl A Yani sampai dengan Jl A

Yani – Jl Raden Saleh – Jl Balai Kota sampai dengan Jl Balai Kota – Jl Guru

Patimpus – Jl Putri Hijau – Jl Perintis Kemerdekaan sampai dengan Persimpangan Jl

Guru Patimpus – Jl H Adam Malik – Jl Kapten Maulana – Jl Gatot Subroto sampai

dengan Jl Gatot Subroto – Jl Iskandar Muda sampai dengan Jl Iskandar Muda – Jl

Marwan Lubis : Studi Manajemen Lalu Lintas Meningkatkan Kinerja Jaringan Jalan Pada Daerah Lingkar Dalam Kota Medan, 2007
USU Repository © 2008
Gajah Mada sampai dengan Jl Iskandar Muda – Jl Jamin Ginting – Jl Mongonsidi

sampai dengan Jl Mongonsidi – Jl Ir H Juanda – Jl Dipenogoro.

Secara umum lokasi studi dibatasi sesuai dengan gambar 1.1 dibawah ini,

Gambar 1.1 Lokasi Studi

1.3 Maksud dan Tujuan

Maksud dari studi ini adalah mengevaluasi dan menganalisa tingkat

kemacatan khususnya dilokasi-lokasi tinjauan, untuk mengurangi permasalahan lalu

lintas di daerah pusat kota Medan .

Tujuan dari studi ini adalah memformulasikan penanganan dalam bentuk

program kegiatan ( action plan ) jangka pendek terhadap beberapa lokasi – lokasi

permasalahan lalu lintas di lingkup lokasi studi pada daerah pusat kota Medan.

Marwan Lubis : Studi Manajemen Lalu Lintas Meningkatkan Kinerja Jaringan Jalan Pada Daerah Lingkar Dalam Kota Medan, 2007
USU Repository © 2008
1.4 Permasalahan

Dengan melakukan kajian studi literatur terkait dan studi-studi terdahulu

mengenai manajemen lalu lintas, maka dapat di identifikasi permasalahan secara

umum dalam manajemen lalu lintas di daerah pusat kota Medan saat ini, seperti

Pada ruas jalan

a. Parkir kendaraan-kandaraan pribadi dan kendaraan angkutan barang.

b. Berhentinya kendaraan-kendaraan angkutan umum (diluar daerah

pemberhentian yang telah ditentukan).

c. Para pejalan kaki, khususnya yang berkaitan dengan toko-toko, pasar-pasar,

sekolah, dan fasilitas-fasilitas angkutan umum.

d. Akses yang tidak memadai ke daerah parkir diluar jalan dan terminal.

Khususnya kedaerah pasar dan terminal bus, dan tidak memadainya kapasitas

dari fasilitas ini sehingga menyebabkan terjadinya antrian untuk masuk

kedalamnya.

e. Tumpang tindihnya (bercampurnya) beragam jenis-jenis kendaraan - (

kendaraan bermotor dan tidak bermotor ).

f. Tingginya perbandingan (ratio) volume / kapasitas

Pada persimpangan

a. Tingginya jumlah konflik, dan sistem prioritas yang tidak memadai.

b. Buruknya geometrik, jarak pandangan.

Marwan Lubis : Studi Manajemen Lalu Lintas Meningkatkan Kinerja Jaringan Jalan Pada Daerah Lingkar Dalam Kota Medan, 2007
USU Repository © 2008
c. Buruknya sistim kanalisasi (pengarahan) arus lalu lintas.

d. Tidak tepatnya program waktu hijau lampu pengatur lalu lintas.

e. Tingginya ratio volume / kapasitas pada salah satu atau lebih pergerakan-

pergerakan utama.

f. Tingginya volume yang membelok kekanan.

1.5 Batasan Masalah

Dengan keterbatasan waktu dan biaya maka permasalahan – permasalahan

dalam studi ini dibatasi pada :

a. Evaluasi data dan analisa Kinerja mengacu pada metode Manual Kapasitas

Jalan Indonesia (MKJI) Februari 1997.

b. Parameter kinerja jaringan jalan (skala Kota ) meliputi :

1. Indeks Tingkat Pelayanan (ITP) rata-rata

2. Nisbah Volume Kapasitas (NVK) rata-rata.

3. Tingkat gangguan samping.

4. Kecepatan rata-rata

5. Kepadatan rata-rata

c. Parameter kinerja ruas jalan dan persimpangan ( skala koridor dan

persipangan ) meliputi :

1. Hirarki jalan

2. Indeks Tingkat Pelayanan (ITP) .

3. Nisbah Volume Kapasitas (NVK)

Marwan Lubis : Studi Manajemen Lalu Lintas Meningkatkan Kinerja Jaringan Jalan Pada Daerah Lingkar Dalam Kota Medan, 2007
USU Repository © 2008
4. Kecepatan dan kepadatan

5. Tundaan dan antrian

d. Simpang yang di evaluasi dan dianalisa khusus persimpangan bersinyal,

sedangkan simpang tak bersinyal dan jalinan tidak dibahas secara khusus.

e. Menyusun formulasi bentuk-bentuk penanganan bersifat jangka pendek

(action plan).

f. Pengaruh pembiayaan terhadap kinerja jaringan jalan tidak dibahas secara

rinci pada tesis ini.

1.6 Methodologi

Sesuai dengan maksud dan tujuan dari penelitian ini serta batasan dan ruang

lingkup penelitian, maka pelaksanaan penelitian meliputi :

1.6.1 Pengumpulan Data

1. Tahap persiapan studi merupakan pengumpulan data dan identifikasi awal

tentang permasalahan lalu lintas saat ini dan dianalisa guna penetapan

lokasi-lokasi tinjauan studi di wilayah pusat kota Medan.

2. Data Skunder yang dibutuhkan pada studi ini meliputi pengumpulan

jurnal-jurnal, teks book, data – data statistik, laporan studi mengenai

lokasi studi , peta – peta thematik jaringan jalan serta peta thematik hirarki

jaringan jalan kota Medan.

3. Data primer (data survei lapangan) yang perlu dilakukan, diantaranya

adalah :

Marwan Lubis : Studi Manajemen Lalu Lintas Meningkatkan Kinerja Jaringan Jalan Pada Daerah Lingkar Dalam Kota Medan, 2007
USU Repository © 2008
a. Survei karakteristik lalu lintas di persimpangan dan ruas jalan

meliputi :

1. Volume lalu lintas di lokasi studi pada jalan lingkar

dalam pusat kota Medan,

2. Geometrik ruas jalan dan persimpangan ,

3. Hambatan samping ruas jalan dan persimpangan yang

ditinjau.

4. Tundaan persimpangan,

5. Jenis moda dan kecepatan jalan diruas jalan .

6. Traffic signal pada persimpangan.

b. Survei visual kondisi permasalahan, rambu-rambu dan

prasarana lainnya yang tersedia pada lokasi studi .

1.6.2 Pengolahan Data

Pengolahan data merupakan rangkaian perhitungan operasional ruas jalan dan

persimpangan yang mengacu pada Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI)

Februari 1997 dan merekapitulasi hasil perhitungan sesuai kebutuhan seperti :

a. Ruas jalan meliputi :

1. Kecepatan perjalanan.

2. Waktu tempuh perjalanan.

3. Kecepatan arus bebas.

4. Kapasitas (C).

Marwan Lubis : Studi Manajemen Lalu Lintas Meningkatkan Kinerja Jaringan Jalan Pada Daerah Lingkar Dalam Kota Medan, 2007
USU Repository © 2008
5. Kelas hambatan samping.

6. Derajat Kejenuhan (DS).

b. Persimpangan meliputi :

1. Arus Jenuh (S).

2. Kapasitas (C).

3. Waktu hijau (g).

4. Derajat Kejenuhan (DS).

5. Panjang antrian.

6. Tundaan (D)

1.6.3 Analisa Data

Tahapan ini merupaka kegiatan membandingkan hasil perhitungan dengan

parameter kinerja ruas jalan dan persimpangan yang selanjutnya ditetapkan lokasi-

lokasi yang dipilih menjadi lokasi yang akan ditangani, ketentuan lokasi yang akan

ditangani yaitu terdiri dari simpang bersinyal yang berdekatan dalam jaringan jalan.

Sedangkan kegiatan penanganannya berorientasi pada kegiatan penanganan

seketika (action plan) seperti penanganan simpang terkoordinasi dimana pergerakan

pleton kendaraan dari satu simpang tanpa mendapat hambatan pada persimpangan

berikutnya, kegiatan ini di lakukan dengan cara simulasi manual dengan coba-coba

(trial error ) hingga diperoleh waktu offset, waktu siklus dan tundaan yang ideal.

Pada penelitian ini bentuk kinerja ruas jalan diukur dari nilai Nisbah Volume

Kapasitas (NVK) sedangkan pada persimpangan bentuk kinerjanya diukur dari nilai

Marwan Lubis : Studi Manajemen Lalu Lintas Meningkatkan Kinerja Jaringan Jalan Pada Daerah Lingkar Dalam Kota Medan, 2007
USU Repository © 2008
tundaan (D), selanjutnya dari nilai tersebut ditetapkan Indek Tingkat Pelayanan (ITP)

atau Level of service (LOS) masing-masing ruas jalan dan persimpangan.

Secara sistematis analisa data dapat mengikuti bagan alir seperti gambar 1.2

berikut ini :

Gambar 1.2 Bagan alir analisa data

Marwan Lubis : Studi Manajemen Lalu Lintas Meningkatkan Kinerja Jaringan Jalan Pada Daerah Lingkar Dalam Kota Medan, 2007
USU Repository © 2008
BAB II

STUDI PUSTAKA

2.1 Jalan

Yang dimaksud dengan jalan seperti yang tertera dalam Undang-Undang

Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan dan peraturan Pemerintah

Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2006 tentang jalan, menerangkan bahwa Jalan

adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk

bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang

berada dipermukaan tanah, di atas permukaan tanah, dibawah permukaan tanah dan

atau air serta di atas permukaan air, kecuali jalan lori, jalan kerata api, dan jalan

kabel.

Jalan umum adalah jalan yang diperuntukkan bagi lalu lintas umum

sedangkan jalan khusus adalah jalan yang dibangun oleh instansi, badan usaha,

perseorangan atau kelompok masyarakat untuk kepentingan sendiri. Penyelenggaraan

jalan adalah kegiatan yang meluputi pengaturan, pembinaan, pembangunan dan

pengawasan jalan.

Pengaturan jalan adalah kegiatan perumusan kebijakan perencanaan,

penyususnan rencana umum, dan penyusunan peraturan perundangan-undangan jalan.

Pembinaan jalan adalah kegiatan penyusunan pedoman dan standart teknis ,

pelayanan, pemberdayaan sumber daya manusia, serta penelitian dan pengembangan

jalan. Pembangunan jalan adalah kegiatan pemrograman dan penganggaran ,

Marwan Lubis : Studi Manajemen Lalu Lintas Meningkatkan Kinerja Jaringan Jalan Pada Daerah Lingkar Dalam Kota Medan, 2007
USU Repository © 2008
perencanaan teknis, pelaksanaan konstruksi serta pengoperasian dan pemeliharaan

jalan. Pengawasan jalan adalah kegiatan yang dilakukan untuk mewujutkan tertib

pengaturan, pembinaan dan pembangunan jalan.

Sementara bangunan pelengkap jalan adalah bangunan yang melekat dan

tidak dapat dipisahkan dari badan jalan itu sendiri, seperti jembatan, ponton, lintas

atas (overpass), lintas bawah (underpass), tempat parkir, gorong-gorong, tembok

penahan lahan atau tebing, saluran air dan pelengkapan yang meliputi rambu-rambu

dan marka jalan, pagar pengaman lalu lintas, pagar daerah milik jalan serta lampu

lalu lintas.

Jalan mempunyai suatu sistem jaringan yang mengikat dan menghubungkan

pusat-pusat pertumbuhan dengan wilayah yang berada dalam pengaruh pelayanannya

dalam hubungan hierarki. Menurut perananan pelayanan jasa distribusi, terdapat 2

macam jaringan jalan yaitu sistem jaringan jalan primer dan sistem jalan sekunder.

Pada dasarnya di Indonesia terdapat tiga klasifikasi (hirarki) utama jalan, yaitu:

a. Hirarki menurut fungsi/peranan jalan (Arteri, Kolektor, Lokal)


b. Hirarki menurut kelas jalan (I, IIA, IIB, III)
c. Hirarki menurut administrasi/wewenang pembinaan (Nasional, Propinsi,
Kabupaten/Kotamadya)

2.1.1 Pembinaan Jalan

Pengelompokkan jalan menurut status/wewenang pembinaannya dibagi

menjadi jalan Nasional, jalan Propinsi, jalan kabupaten/kotamadya, jalan desa dan

Marwan Lubis : Studi Manajemen Lalu Lintas Meningkatkan Kinerja Jaringan Jalan Pada Daerah Lingkar Dalam Kota Medan, 2007
USU Repository © 2008
jalan khusus. Pembina jalan nasional dilaksanakan oleh Menteri PU atau pejabat yang

ditunjuk, jalan propinsi dilaksanakan oleh kabupaten adalah pemda tingkat II

kabupaten atau instansi yang ditunjuk, jalan kotamadya dilaksanakan oleh pemda Tk

II kotamadya atau instansi yang ditunjuk, jalan desa dilaksanakan oleh Pemerintah

Desa/kelurahan dan jalan khusus pelaksananya adalah Pejabat atau orang yang

ditunjuk

Sistem jaringan primer dan jalan arteri sekunder oleh Menteri P.U, atas

menteri perhubungan , secara berkala dan sistem jaringan jalan sekunder, kecuali

jalan arteri sekunder , oleh Gubernur/kepala daerah Tk I atas usul bupati/walikota

madya, sesuai petunjuk menteri P.U dan menteri perhubungan.

Pada pelaksanaannya pembinaan jalan disusun mencangkup usaha-usaha

memelihara/merawat serta memperbaiki kerusakan-kerusakan terhadap seluruh ruas

jalan yang ada agar tetap dalam kondisi mantap. Pengertian ini mencakup

penanganan permukaan aspal dan drainase, maka pemeliharaan perlu ditingkatkan

dengan ketajaman yang memadai, pemeliharaan jalan menyangkut pemeliharaan rutin

dan pemeliharaan berkala (routine and periodic maintenances). Pemeliharaan jalan

yang memadai dapat memperpanjang umum pelayanan jalan yang mantap.

Program rehabilitasi jalan, mencakup penanganan khusus pada jalan terhadap

setiap kerusakan spesifik dan bersifat setempat, pada ruas jalan dengan kemampuan

pelayanan yang mantap.

Program penunjangan jalan, merupakan penanganan jangka pendek terhadap

ruas-ruas jalan dan jembatan yang berada dalam keandaan kondisi pelayanan tidak

Marwan Lubis : Studi Manajemen Lalu Lintas Meningkatkan Kinerja Jaringan Jalan Pada Daerah Lingkar Dalam Kota Medan, 2007
USU Repository © 2008
mantap, sebelum program peningkatan dapat dilakukan, untuk menjaga agar ruas

jalan dan jembatan dimaksud tetap dapat berfungsi melayani lalu lintas meskipun

dengan kemampuan pelayanan yang tidak mantap.

Program peningkatan merupakan usaha-usaha meningkatkan kemampuan

pelayanan ruas ruas jalan (termasuk jembatannya) untuk memenuhi tingkat pelayanan

yang sesuai dengan pertumbuhan lalu lintas serta berada tetap dalam kemampuan

pelayanan mantap sesuai umum rencana yang ditetapkan (umumnya 5 tahun sampai

dengan 10 tahun).

Program penggantian jembatan, dimaksud sebagai program untuk

mempercepat berfungsinya jalan, karena adanya sejumlah besar jembatan yang ada

dalam keadaan perlu diganti dan sebagian besar merupakan penyebab kurangnya ruas

jalan.

Program pembangunan jalan baru ialah pembanguan ruas-ruas jalan yang ada

dalam bentuk alternatif, atau penyediaan prasarana jalan baru guna pembukaan

daerah baru dalam rangka pengembangan wilayah dan dalam usaha menunjang lokasi

sektor-sektor sterategis . Program-program mencakup pembangunan jalan baru baik

yang akan dioperasikan sebagai jalan tol , maupun bukan jalan tol . Pada

pembangunan jalan baru bukan jalan tol , produk pembangunan pada umumnya

dilakukan dengan cara pentahapan untuk mencapai produk standar teknis terbaik

ataupun produk fungsional.

2.1.2 Persyaratan Jalan Menurut Peranannya

Marwan Lubis : Studi Manajemen Lalu Lintas Meningkatkan Kinerja Jaringan Jalan Pada Daerah Lingkar Dalam Kota Medan, 2007
USU Repository © 2008
Jalan mempunyai peranan penting terutama yang menyangkut perwujudan

perkembangan antar daerah yang seimbang dan pemerataan hasil bangunan serta

pemantapan pertahan dan keaman nasional dalam rangka mewujudkan pembangunan

nasional.

a) Jalan Arteri Primer

Jalan arteri primer adalah jaringan jalan dengan peranan pelayanan

jasa distribusi untuk pengembangan semua wilayah ditingkat nasional

dengan semua simpul jasa distribusi yang kemudian berwujud kota.

Jalan arteri primer menghubungkan kota jenjang kesatu yang terletak

berdampingan atau menghubungkan kota jenjang kesatu dengan yang

kedua. yang melayani perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi

dan jumlah jalan dibatasi secara efesien, dengan persyaratan sebagai

berikut :

1. kecepatan rencana minimal 60 Km/jam

2. lebar badan jalan minimal 11 meter

3. kapasitas lebih besar dari pada volume lalu lintas rata-rata

4. lalu lintas jarak jauh tidak boleh terganggu oleh lalu lintas

ulang-alik, lalu lintas lokal dan kegiatan lokal

5. jalan masuk dibatasi secara efesien

6. jalan persimpangan dengan peraturan tertentu tidak

mengurangi kecepatan rencana dan kapasitas jalan .

Marwan Lubis : Studi Manajemen Lalu Lintas Meningkatkan Kinerja Jaringan Jalan Pada Daerah Lingkar Dalam Kota Medan, 2007
USU Repository © 2008
b) Jalan Kolektor Primer

Jalan kolektor primer adalah menghubungkan kota jenjang kedua

dengan dengan kota jenjang yang kedua atau menghubungkan yang

kedua dengan yang ketiga, yang melayani angkutan

pengumpulan/pembagian dengan ciri-ciri perjalan jarak sedang,

kecepatan rata-rata sedang dan jumlah jalan masuk dibatasi, dengan

persyaratannya sebagai berikut :

1. kecepatan rencana minimal 40 km/jam

2. lebar badan jalan minimal 9 meter

3. kapasitas sama dengan atau lebih besar daripada volume lalu

lintas rata-rata

4. jalan masuk dibatasi, direncanakan sehingga tidak mengurangi

kecepatan rencana dan kapasitas jalan

5. tidak terputus walau memasuki kota

c) Jalan Lokal Primer

Jalan lokal primer menghubungkan kota jenjang kesatu dengan persil

atau kota jenjang kedua dengan persil, kota jenjang ketiga dengan

ketiga, kota jenjang ketiga dengan yang di bawahnya, kota jenjang

ketiga dengan persil atau kota dibawah kota kota jenjang ketiga

sampai persil, yang melayani angkutan setempat dengan ciri-ciri

Marwan Lubis : Studi Manajemen Lalu Lintas Meningkatkan Kinerja Jaringan Jalan Pada Daerah Lingkar Dalam Kota Medan, 2007
USU Repository © 2008
perjalan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah dan jumlah jalan

masuk tidak dibatasi, dengan persyaratannya sebagai berikut :

1. kecepatan rencana minimal 20 km/jam

2. lebar minimal 7.5 meter

3. tidak terputus walau masuk desa

d) Jalan Arteri Sekunder

Jalan arteri sekunder menghubungkan kawasan primer dengan

sekunder kesatu, atau kawasan sekunder kesatu dengan kawasan

sekunder kesatu atau yang kesatu dengan yang kedua, dengan

persyaratannya sebagai berikut :

1. kecepatan rencana minimal 30 km/jam

2. lebar badan jalan minimum 11 meter

3. kapasitas sama atau lebih besar dari volume lalu lintas rata-rata

4. lalu lintas cepat tidak boleh terganggu oleh lalu lintas lambat

5. persimpangan dengan peraturan tertentu, tidak mengurai

kecepatan dan kapasitas jalan

e) Jalan Kolektor Sekunder

Jalan kolektor sekunder menghubungkan sekunder dengan kawasan

sekunder kedua atau kawasan sekunder kedua dengan perumahan atau

Marwan Lubis : Studi Manajemen Lalu Lintas Meningkatkan Kinerja Jaringan Jalan Pada Daerah Lingkar Dalam Kota Medan, 2007
USU Repository © 2008
kawasan sekunder ketiga dan seterusnya dengan perumahan, dengan

persyaratannya sebagai berikut :

1. kecepatan rencana minimum 20 km/jam

2. lebar jalan minimum 9 meter

f) Jalan Lokal Sekunder

Jalan lokal sekunder adalah menghubungkan satu dengan lainnya

dikawasan sekunder dengan angkutan setempat dengan jarak pendek

dan kecepatan rendah, dengan persyaratannya sebagai berikut :

1. kecepatan rencna minimal 10 km/jam

2. lebar badan jalan minimal 6.5 meter

3. lebar jalan tidak diperuntukkan bagi kendaraan beroda tiga atau

lebih, minimal 3,5 meter

2.2 Persimpangan

Pengoperasian persimpangan sangat dipengaruhi oleh volume total, jenis dan

pergerakan belok dari kendaraan dalam arus lalu lintas, beberapa jenis persimpangan,

yaitu :

a. Persimpangan sebidang (at-grade junctions) dimana dua ruas jalan yang

saling bertemu pada elevasi yang sama (sebidang). Pengendalian simpang

Marwan Lubis : Studi Manajemen Lalu Lintas Meningkatkan Kinerja Jaringan Jalan Pada Daerah Lingkar Dalam Kota Medan, 2007
USU Repository © 2008
sebidang dapat dilakukan dengan aturan prioritas (unsignalised

intersection), lampu lalu lintas (signalised intersection), bundaran

(roundabout) dan variasi dari ketiga jenis simpang tersebut.

b. Persimpangan tidak sebidang (grade-separated junctions) dimana

pertemuan dua ruas jalan yang satu diatas dan dibawah atau sebaliknya.

2.3 Parkir

Lalu Lintas tidak hanya dibangkitkan untuk pergerakan saja, namun juga

tempat berhenti (parkir) setelah sampai di tujuan harus dipikirkan. Ketidakmampuan

menyediakan prasarana parkir akan menimbulkan kemacetan dan frustasi bagi

pengemudi. Secara umum, penambahan terhadap jumlah kendaraan akan

menimbulkan masalah perparkiran sehingga tanpa pengetahuan mengenai kebutuhan

maka jawaban terhadap masalah tidak pernah akan bisa dipecahkan.

Parkir dapat dibedakan menjadi On-Street Parking dan Off-Street Parkir. On-

Street Parking merupakan tempat yang paling mudah untuk memarkirkan kendaraan

adalah pinggir jalan, namun hal ini mempunyai ketidakuntungan seperti terganggunya

lalu lintas di jalan yaitu berkurangnya kapasitas jalan tersebut. Sedangkan Off-Street

Parking, dibanyak tempat khususnya di daerah urban, lapangan untuk parkir biasanya

sangat terbatas, sehingga diperlukan suatu lahan badan jalan untuk memarkir

kendaraan. Jenis parkir semacam ini bisa diklasifikasikan menjadi:

a. Parkir di permukaan lapangan

Marwan Lubis : Studi Manajemen Lalu Lintas Meningkatkan Kinerja Jaringan Jalan Pada Daerah Lingkar Dalam Kota Medan, 2007
USU Repository © 2008
b. Parkir di gedung bertingkat

c. Parkir di bawah lahan

d. Parkir pengembangan komposit

e. Parkir pengelolaan mekanik

f. Parkir dengan fasilitas pengemudi

Lokasi dari Off-Street Parking idealnya terletak di tengah daerah tujuan

kebanyakan pengemudi seperti pusat-pusat bisnis, dan lain sebagainya.

Dari data kendaraan yang akan parkir atau kendaraan yang direncanakan akan

parkir terutama komposisi jenis kendaraan diperlukan untuk menentukan pembagian

area parkir baik berdasarkan jenis kendaraan maupun tujuan/kepentingannya. Juga

dapat dipisahkan daerah parkir periode pendek atau panjang (short stay atau long

stay).

Sistem pengaturan parkir harus dibuat sedemikian sehingga memperlancar

sirkulasi pergerakan kendaraan secara internal, disamping pengaturan akses dari

jaringan eksternal sehingga menggangu kelancaran lalu lintas secara menyeluruh.

2.4 Metode Perhitungan Persimpangan Bersinyal dan Ruas Jalan

Prosedur perhitungan untuk menentukan data hasil perhitungan pada simpang

besinyal dan ruas jalan mengacu pada prosedur perhitungan metode Manual

Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) Februari 1997 dengan bantuan perangkat lunak

Kaji.

Marwan Lubis : Studi Manajemen Lalu Lintas Meningkatkan Kinerja Jaringan Jalan Pada Daerah Lingkar Dalam Kota Medan, 2007
USU Repository © 2008
2.5 Pengukuran Kinerja Lalu lintas

Sistem transportasi tersedia untuk menggerakan (memindahkan) orang dan

barang dari satu tempat ketempat lain secara efisien dan aman. Efisiensi biasanya

dipertimbangkan dalam bentuk kecepatan dan biaya. Jadi bagaimanakah seyogyanya

unjuk kerja (performans) suatu sistem transportasi dievaluasi ? dan bagaimanakah

permasalahan-permasalahan dapat diidentifikasikan untuk dilakukan pemecahannya ?

dan bagaimanakah permasalahan-permasalahan ini ditetapakan peringkatnya

(dirangking) menurut urutan tingkat beratnya (keseriusan) permasalahan tersebut.

2.5.1 Mengidentifikasikan Permasalahan

Permasalahan-permasalahan biasanya diidentifikasikan dari pendapat

masyarakat atas apa yang terjadi (menimpa) pada dirinya secara pribadi, dan apakah

yang terjadi tersebut diinginkan dan apakah dapat diterima atau tidak. Permasalahan-

permasalahan biasanya berkaitan dengan kemacetan, kecepatan, keselamatan, biaya

atau kenyamanan pada suatu perjalanan secara individu, dan permasalahan-

permasalahan tersebut biasanya dievaluasi oleh seseorang secara subyektif (bukan

kwantitatif) dan secara pribadi (misalnya, kondisi ini merupakan suatu masalah bagi

saya, dan saya tidak perduli dengan orang lain ). Sering keluhan seseorang malah

akan merancukan permasalahan tersebut dengan memberikan suatu kemungkinan

pemecahannya (misalnya, mengapa pemerintah tidak memperlebar jalan ini ?, dimana

sesungguhnya keluhan yang sebenarnya adalah mengenai kemacetan lalu lintas).

Marwan Lubis : Studi Manajemen Lalu Lintas Meningkatkan Kinerja Jaringan Jalan Pada Daerah Lingkar Dalam Kota Medan, 2007
USU Repository © 2008
Permasalahan-permasalahan sering disuarakan melalui koran-koran atau

radio-radio, atau dengan cara mengajukan keluhan secara langsung ke instansi-

instansi yang berwenang. Kadang-kadang ke instansi-instansi yang lain, misalnya

kepolisian (lalu lintas), departemen Pekerjaan Umum, Badan Perencana

Pembangunan Kota dan Daerah akan mengajukan pendapat-pendapat dan keluhan-

keluhan yang diketahuinya.

Bagaimanakah seharusnya permasalahan-permasalahan dikwantifikasikan

dalam rangka untuk mengidentifikasikan dan menetapkan peringkatnya ? Pada tahap

pendahuluan (awal) dari pengidentifikasikan suatu permasalahan, untuk kerja yang

ada (eksisting) dari sistem transportasi yang ada sekarang ini diidentifikasi terlebih

dahulu, khususnya bagaimana para pemakai jasa transportasi merasakan unjuk kerja

(perpormansi) yang diterimanya.

Dalam memperkenalkan hal tersebut diatas, maka 3 buah kriteria dasar dapat

diidentifikasikan, yaitu :

(1) Total waktu perjalanan: dimana hal ini ditentukan oleh :

a. Mobilitas (kecepatan pada jaringan jalan yang

dipengaruhi oleh kecepatan-kecepatan pada ruas jalan

dan hambatan-hambatan pada persimpangan).

b. Aksesibilitas, ditentukan oleh lokasi jaringan jalan dan

ruas-ruas jalan didalamnya yang mempengaruhi rute

Marwan Lubis : Studi Manajemen Lalu Lintas Meningkatkan Kinerja Jaringan Jalan Pada Daerah Lingkar Dalam Kota Medan, 2007
USU Repository © 2008
yang harus dipergunakan untuk melakukan suatu

perjalanan.

(2) Keselamatan : resiko terhadap kecelakaan. Hal ini sangat

mudah diukur dari data tingkat-tingkat kecelakaan yang ada

(3) Biaya : biaya perjalanan merupakan suatu hal yang penting,

tetapi hal ini berkaitan secara langsung dengan efisiensi dan

keselamatan operasi. Harap dicatat bahwa harga (price) adalah

berbeda dengan biaya (cost).

Mobilitas berkenaan dengan prakte-prakte operasional, dan penghilangan atas

hambatan-hambatan perjalanan yang tidak diinginkan. Didalam manajemen lalu

lintas, permasahan-permasalahan tersebut berkaitan dengan efisiensi pengoperasian

persimpangan-persimpangan dan ruas-ruas jalan.

Konsep tersebut dapat diterapkan dengan cara yang sama terhadap moda-

moda angkutan umum yang lain, seperti misalnya jasa-jasa pelayanan bus, taksi,

kereta api, dll. Waktu perjalanan dengan menggunakan angkutan umum terdiri atas

waktu berjalan kaki, waktu menunggu, dan waktu perjalanan didalam kendaraan;

waktu menunggu ditentukan oleh frekuensi pelayanan yang merupakan kebijaksanaan

pengelolaan manajemen operasional; waktu perjalanan didalam kendaraan (mobilitas)

adalah dipengaruhi baik kemacatan lalu lintas maupun oleh praktek-praktek

Marwan Lubis : Studi Manajemen Lalu Lintas Meningkatkan Kinerja Jaringan Jalan Pada Daerah Lingkar Dalam Kota Medan, 2007
USU Repository © 2008
pengoperasian yang dilakukan oleh para awak bus khususnya berhenti untuk

mengangkut dan menurunkan para penumpang.

Aksesibilitas adalah berkenaan dengan pengembangan jaringan jalan. Tidak

memadainya pengembangan jaringan-jaringan jalan merupakan suatu alasan yang

‘tersembunyi’ dari permasalahan-permasalahan lalu lintas, dimana hal ini akan

memaksa lalu lintas untuk menjalani rute-rute yang lebih panjang dan menjalani

jalan-jalan kolektor dan lokal yang didesain bukan untuk keperluan tersebut, sehingga

mengakibatkan timbulnya masalah-masalah kemacetan, keselamatan dan lingkungan.

Permasalahan-permasalahan tersebut meliputi; ‘tidak adanya’ jalan; ruas-ruas jalan

memberikan unjuk kerja yang tidak memadai; dan tindakan-tindakan manajemen lalu

lintas yang tidak efisien serta tidak produktif (misalnya jalan-jalan satu arah , dll).

Aksesibilitas dengan menggunakan kendaraan pribadi juga dipengaruhi oleh

waktu yang dipergunakan untuk mencari ruang parkir, dimana secara fisik berupa

saat memarkir kendaraan dan saat berjalan ketempat tujuan.

Kriteria lainnya disamping hal – hal di atas masih banyak faktor-faktor

lainnya yang juga terkait (relevan) dalam mengidentifikasi permasalahan yang

terjadi.

Faktor-faktor lain yang terkait (relevan) adalah :

Kenyamanan :

Marwan Lubis : Studi Manajemen Lalu Lintas Meningkatkan Kinerja Jaringan Jalan Pada Daerah Lingkar Dalam Kota Medan, 2007
USU Repository © 2008
Masyarakat menginginkan kenyamanan, dan mau membayar lebih atau

merubah moda perjalanannya untuk mendapatkan kenyamanan tersebut.

Lingkungan: sangat penting, tetapi merupakan pertimbangan yang skunder.

Pertama-pertama suatu rencana pengoperasian yang efisien untuk suatu sistim

transportasi harus ditetapkan terlebih dahulu, dan kemudian baru dievaluasi

dampak lingkungannya. Pengoperasian yang efisien biasanya akan

memberikan keuntungan (manfaat) bagi lingkungan.

Penghematan energi

Merupakan suatu hal yang utama, berkenaan dengan meningkatnya harga

minyak. Meskipun demikian, suatu pengoperasian sistem transportasi yang

efisien , khususnya penghilangan kemacetan lalu lintas dan pemberian

semangat (dorongan) untuk menggunakan moda-moda angkutan kota yang

efisien akan memberikan keuntungan terhadap penghematan energi. Dalam

setiap hal, tindakan-tindakan yang mengakibatkan terjadinya efisiensi

terhadap penggunaan energi terutama adalah akan tergantung dari tindakan-

tindakan kebijaksanaan pemerintah dibandingkan dengan tindakan-tindakan

manajemen lalu lintas yang sifatnya terisolasi (tersendiri).

2.5.2 Pendekatan Terhadap Identifikasi Permasalahan

Marwan Lubis : Studi Manajemen Lalu Lintas Meningkatkan Kinerja Jaringan Jalan Pada Daerah Lingkar Dalam Kota Medan, 2007
USU Repository © 2008
Ada 2 tahap identifikasi permasalahan yang diantaranya dalah melalui studi

pendahuluan terhadap suatu jaringan jalan untuk menentukan karakteristik-

karakteristik umum, dan melaksanakan suatu penetapan peringkat (rangking)

permasalahan guna mengidentifikasikan lokasi-lokasi yang terlihat memiliki

permasalahan yang terburuk.

Studi yang lebih terperinci pada lokasi-lokasi tersebut guna mengidentifikasi

penyebab-penyebab khusus dari permasalahan-permasalahan tersebut, dimana

kemudian dapat menjadi subyek (pokok) dari usulan-usulan peningkatannya.

Berdasarkan hal tersebut diatas, maka 4 daerah ( bidang) identifikasi

permasalahan dapat diusulkan :

(1) Manajemen lalu lintas :

melaksanakan survei-survei kecepatan pada ruas jalan dan hambatan-

hambatan pada persimpangan dengan sasaran untuk menentukan dimana dan

seberapa besar suatu arus lalu lintas telah terhambat. Sasarannya adalah untuk

melaksanakan penyelidikan-penyelidikan yang lebih terperinci pada lokasi-

lokasi tersebut untuk mengidentifikasikan permasalahan-permasalahan khusus

(spesifik), kemudian menganalisa permasalahan-permasalahan tersebut secara

terperinci, dan membuat pemecahan-pemecahan jangka mendesak (desain

perekayasaan lalu lintas) dan jangka pendek manajemen lalu lintas.

Marwan Lubis : Studi Manajemen Lalu Lintas Meningkatkan Kinerja Jaringan Jalan Pada Daerah Lingkar Dalam Kota Medan, 2007
USU Repository © 2008
(2) Pengoperasian angkutan umum :

melaksanakan survei-survei kecepatan pada ruas jalan dan hambatan-

hambatan pada persimpangan dengan sasaran untuk menentukan dimana dan

seberapa besar para penumpang mengalami hambatan.

(3) Pengembangan jaringan jalan :

melaksanakan analisis-analisis aksesibilitas bagi kendaraan-kendaraan pribadi

disekitar jaringan jalan. Suatu strategi harus disusun untuk membuat

pemecahan-pemecahan jangka menengah dan panjang yang umumnya

didasarkan kepada pengembangan jaringan jalan dan rute serta pengendalian

terhadap tata guna lahan dengan maksud untuk menyeimbangkan permintaan

(demand) saat sekarang dan yang diramalkan dengan penaearan (supply) yang

tersedia untuk keseluruhan jangka-jangka waktu tersebut.

(4) Pengembangan angkutan umum

Melaksanakan analisis-analisis aksesibilitas bagi para penumpang disekitar

jaringan angkutan umum.

Identifikasi permasalahan terinci terhadap permasalahan ruas jalan harus

ditindak lanjuti dengan penelitian secara terinci dengan melakukan survei-survei

tambahan. Dalam hal rekayasa lalu lintas kecepatan biasanya merupakan suatu

permasalahan. Survei-survei waktu perjalanan dan hambatan yang terinci harus

Marwan Lubis : Studi Manajemen Lalu Lintas Meningkatkan Kinerja Jaringan Jalan Pada Daerah Lingkar Dalam Kota Medan, 2007
USU Repository © 2008
dilaksanakan di sepanjang ruas jalan, dengan tujuan untuk menyiapkan diagram

ruang-waktu (time-space diagram) yang secara grafis dapat menunjukkan kecepatan

dan hambatan, serta dapat mengidentifikasi secara terinci terhadap mobolitas

(kelancaran lalu lintas ). Gangguan dan hambatan-hambatan tersebut biasanya timbul

karena sebab-sebab seperti sebagai berikut :

(A) Pada ruas jalan

(1) Parkir kendaraan-kandaraan pribadi dan kendaraan angkutan barang.

(2) Berhentinya kendaraan-kendaraan angkutan umum (diluar daerah

pemberhentian yang telah ditentukan).

(3) Para pejalan kaki, khususnya yang berkaitan dengan toko-toko, pasar-

pasar, sekolah, dan fasilitas-fasilitas angkutan umum.

(4) Akses yang tidak memadai ke daerah parkir diluar jalan dan terminal.

Khususnya kedaerah pasar dan terminal bus, dan tidak memadainya

kapasitas dari fasilitas ini sehingga menyebabkab terjadinya antrian

untuk masuk kedalamnya.

(5) Tumpang tindihnya (bercampurnya) beragam jenis-jenis kendaraan (

kendaraan bermotor dan tidak bermotor ).

(6) Tumpang tindihnya lalu lintas terusan dengan lalu lintas yang singgah.

(7) Tingginya perbandingan (ratio) volume / kapasitas

(B) Pada persimpangan

(1) tingginya jumlah komflik, dan sistem prioritas yang tidak memadai.

Marwan Lubis : Studi Manajemen Lalu Lintas Meningkatkan Kinerja Jaringan Jalan Pada Daerah Lingkar Dalam Kota Medan, 2007
USU Repository © 2008
(2) Buruknya geometrik, jarak pandangan.

(3) Buruknya sistim kanalisasi (pengarahan) arus lalu lintas.

(4) Tidak tepatnya program waktu hijau lampu pengatur lalu lintas.

(5) Tingginya ratio volume / kapasitas pada salah satu atau lebih

pergerakan-pergerakan utama.

(6) Tingginya volume yang membelok kekanan.

A1,2,3,4 secara keseluruhan adalah berkaitan dengan tata guna lahan dan

bangkitan perjalanan, serta kemampuan dari jaringan jalan dalam menyediakan akses.

Sedangkan sisanya adalah berkaitan terhadap arus lalu lintas, kapasitas, dan

khususnya disain persimpangan.

2.6 Kapasitas Ruas Jalan dan Persimpangan

Kapasitas didefinisikan sebagai tingkat arus maksimum dimana kendaraan

dapat diharapkan untuk melalui suatu potongan jalan pada periode waktu tertentu

untuk kondisi lajur/jalan, lalu lintas, pengendalian lalu lintas dan kondisi cuaca yang

berlaku, (Edward K.Marlok,1991).

Kapasitas jalan adalah volume kendaran maksimum yang dapat melewati

jalan per satuan waktu dalam kondisi tertentu. Besarnya kapasitas jalan tergantung

khususnya pada lebar jalan dan gangguan terhadap arus lalu lintas yang melalui jalan

tersebut.

Marwan Lubis : Studi Manajemen Lalu Lintas Meningkatkan Kinerja Jaringan Jalan Pada Daerah Lingkar Dalam Kota Medan, 2007
USU Repository © 2008
Oleh karena itu, kapasitas tidak dapat dihitung dengan formula yang

sederhana. Yang penting dalam penilaian kapasitas jalan adalah pemahaman akan

berbagai kondisi yang berlaku.

a. Kondisi Ideal

Kondisi ideal dapat dinyatakan sebagai kondisi yang mana peningkatan

kondisi jaln lebih lanjut dan perubahan kondisi cuaca tidak akan

menghasilkan pertambahan nilai kapasitas.

b. Kondisi Jalan

Kondisi jalan yang mempengaruhi kapasitas meliputi :

1. Tipe fasilitas atau kelas jalan

2. Lingkungan sekitar (misalnya antar-kota atau perkotaan)

3. Lebar lajur/jalan

4. Lebar bahu jalan

5. Kebebasan lateral (dari fasilitas pelekap lalu lintas)

6. Kecepatan rencana

7. Alinyemen horizontal dan vertikal

8. Kondisi permukaan jalan dan cuaca

c. Kondisi Medan

Tiga katagori dari kondisi medan umumnya dikenal :

1. Medan datar semua kombinasi dari alinyemen horizontal dan vertikal

dan kelandaian yang tidak menyebabkan kendaraan angkutan barang

Marwan Lubis : Studi Manajemen Lalu Lintas Meningkatkan Kinerja Jaringan Jalan Pada Daerah Lingkar Dalam Kota Medan, 2007
USU Repository © 2008
kehilangan kecepatan dan dapat mempertahankan kecepatan yang

sama seperti kecepatan mobil penumpang.

2. Medan bukit semua kombinasi dari alinyemen horizontal dan vertical

dan kelandaian yang menyebabkan kendaraan angkutan barang

kehilangan kecepatan jauh dibawah kecepatan mobil penumpang

tetapi tidak menyebabkan mereka merayap untuk perioda waktu yang

panjang.

3. Medan gunung semua kombinasi dari alinyemen horizontal dan

vertikal dan kelandaian yang menyebabkan kendaraan angkutan

barang merayap untuk perioda waktu yang cukup panjang dengan

interval yang sering.

d. Kondisi Lalu Lintas

Tiga katagori dari lalu lintas jalan yang umumnya dikenal, yaitu :

1. Mobil penumpang, kendaran yang terdaftar sebagai mobil penumpang

dan kendaraan ringan lainnya seperti van, pick-up..

2. Kendaran barang, kendaraan yang mempunyai lebih dari empat roda,

dan umumnya digunakan untuk transportasi barang.

3. Bus, kendaraan yang mempunyai lebih dari empat roda, dan umumnya

digunakan untuk transportasi penumpang, dan mobil karavan.

e. Populasi Pengemudi

Marwan Lubis : Studi Manajemen Lalu Lintas Meningkatkan Kinerja Jaringan Jalan Pada Daerah Lingkar Dalam Kota Medan, 2007
USU Repository © 2008
Karakteristik arus lalu lintas, seringkali, dihubungkan dengan kondisi lalu

lintas pada hari kerja yang teratur, misalnya komuter dan pemakai jalan

lainnya yang rutin. Kapasitas diluar hari kerja, atau bahkan diluar jam sibuk

pada hari kerja, mungkin akan lebih rendah.

f. Kondisi Pengendalian Lalu Lintas

Kondisi pengendalian lalu lintas mempunyai pengaruh yang nyata pada

kapasitas jalan, tingkat pelayanan dan arus jenuh. Bentuk pengendalian lalu

lintas tipikal termasuk :

1. Lampu lalu lintas


2. Rambu/marka henti
3. Rambu/ marka beri jalan

Disamping perhitungan dengan dasar kondisi di atas, secara giometrik

kapasitas (C) dari suatu pendekat simpang bersinyal dapat dinyatakan seperti rumus

(1 ) berikut :

C = S x g/c (1)

Dimana :

C = Kapasitas (smp/jam)

S = Arus jenuh,yaitu arus berangkat rata-rata dari antrian dalam pendekat

selama sinyal hijau (smp/jam= smp per-jam hijau)

g = Waktu hijau (detik).

Marwan Lubis : Studi Manajemen Lalu Lintas Meningkatkan Kinerja Jaringan Jalan Pada Daerah Lingkar Dalam Kota Medan, 2007
USU Repository © 2008
c = Waktu siklus,yaitu selang waktu untuk urutan perubahan sinyal yang

lengkap (yaitu dua awal hijau yang berurutan pada fase yang sama).

Sedangkan untuk ruas jalan kapastas (C) berdasarakan Manual Kapasitas

Jalan Indonesia (MKJI) 1997, dapat dinyatakan dengan rumus (2 ) sebagai berikut :

C = Co x Fw x Fks x Fsp x Fsf x Fcs (2)

Dimana :

C = Kapasitas (skr/jam)

Co = Kapasitas dasar

Fw = Faktor penyesuaian lebar jalan

Fks = Faktor penyesuaian kerb dan bahu jalan

Fsp = Faktor penyesuaian arah lalu lintas

Fsf = Faktor penyesuaian gesekan samping

Fcs = Faktor ukuran kota

2.7 Nisbah Volume Kapasitas (NVK)

Nilai volume kapasitas sama halnya dengan Derajat kejenuhan (DS),

menunjukkan kondisi ruas jalan dalam melayani volume lalulintas yang ada. Nilai

nisbah volume kapasitas (NVK) atau derajat kejenuhan (DS) untuk ruas jalan di

dalam daerah pengaruh akan didapatkan berdasarkan hasil survei volume lalu lintas

Marwan Lubis : Studi Manajemen Lalu Lintas Meningkatkan Kinerja Jaringan Jalan Pada Daerah Lingkar Dalam Kota Medan, 2007
USU Repository © 2008
di ruas jalan dan survei geometrik untuk mendapatkan besarnya kapasitas pada saat

ini.

Berdasarkan hasil pengolah volume arus lalulintas akan didapatkan Nisbah

Volume Kapasitas (NVK) yang selanjutnya dapat menunjukkan rekomendasi jenis

penanganan bagi ruas jalan dan persimpangan.

Dengan menggunakan hubungan dasar volume, kapasitas dan kecepatan

perjalanan yang telah ditetapkan Highway capacity manual 1965, dapat ditentukan

Indek Tingkat Pelayanan (ITP) berdasarkan grafik hubungan rasio volume kapasitas

atau derajat kejenuhan (DS) dengan kecepatan ( Edward K.Marlok,1991).

Nilai Nisbah Volume Kapasitas (NVK) atau Derajat kejenuhan (DS) pada

persimpangan bersinyal diperoleh menggunakan rumus (3) sebagai berikut:

DS = Q/C = ( Q x c )/ (S x g ) (3)

Dimana :

DS = Derajat kejenuhan atau Nisbah Volume Kapasitas.

Q = Volume lalu lintas (smp/jam)

S = Arus jenuh,yaitu arus berangkat rata-rata dari antrian dalam

pendekat selama sinyal hijau (smp/jam= smp per-jam hijau)

g = Waktu hijau (detik).

Marwan Lubis : Studi Manajemen Lalu Lintas Meningkatkan Kinerja Jaringan Jalan Pada Daerah Lingkar Dalam Kota Medan, 2007
USU Repository © 2008
c = Waktu siklus,yaitu selang waktu untuk urutan perubahan sinyal

yang lengkap (yaitu dua awal hijau yang berurutan pada fase yang

sama).

Nilai Nisbah Volume Kapasitas (NVK) atau Derajat Kejenuhan Ruas Jalan,

dapat dihitung dengan menggunakan rumus (4 ) seperti dibawah ini,

DS = Q/C (4)

Dimana :

Q = Volume arus lalu-lintas total (smp/jam)

C = Kapasitas (smp/jam)

2.8 Penentuan Waktu Siklus Dan Waktu Hijau

Penentuan waktu sinyal untuk keadaan dengan kendali waktu tetap dilakukan

berdasarkan metode Webster (1966) untuk meminimumkan tundaan total pada suatu

simpang. Pertama-pertama ditentukan waktu siklus (c), selanjutnya waktu hijau (gi)

pada masing-masing fase (i).

Waktu Siklus sebelum penyesuaian dapat dicari dengan menggunakan rumus (5)

berikut ini :

c = (1,5 x LTI + 5 )/ (1-Frcrit) (5)

Dimana :

c = Waktu siklus sinyal (detik)

LTI = Jumlah waktu hilang per siklus (detik)

Marwan Lubis : Studi Manajemen Lalu Lintas Meningkatkan Kinerja Jaringan Jalan Pada Daerah Lingkar Dalam Kota Medan, 2007
USU Repository © 2008
FR = Arus dibagi dengan arus jenuh (Q/S)

FRcrit = Nilai FR tertinggi dari semua pendekat yang berangkat pada

suatu fase sinyal.

(FRcrit) = Rasio arus simpang = jumlah FRcrit dari semua fase pada

siklus tersebut.

Jika alternatif rencana fase sinyal dievaluasi, maka yang menghasilkan nilai

terendah dari (IFR +LTI / c) adalah yang paling efisien.

Tabel 2.1 Waktu siklus yang disarankan untuk kendaraan yang berbeda

Tipe Pengaturan Waktu Siklus Yang Layak


(det)
Pengaturan dua – fase 40 – 80
Pengaturan tiga – fase 50 – 100
Pengaturan empat – fase 80 - 130
Sumber : IHCM, 1996

Nilai-nilai yang lebih rendah dipakai untuk simpang dengan lebar jalan < 10m

nilai yang lebih tinggi untuk jalan yang lebih besar. Waktu siklus lebih rendah dari

nilai yang disarankan,akan menyebabkan kesulitan bagi para pejalan kaki untuk

menyeberang jala. Waktu siklus yang melebihi 130 detik harus dihindari kecuali pada

kasus sangat khusus (simpang sangat besar), karena hal ini sering kali menyebabkan

kerugian dalam kapasitas keseluruhan.

Jika waktu siklus tersebut lebih kecil dari nilai ini maka ada resiko serius akan

terjadi lewat pada simpang tersebut. Waktu siklus yang terlalu panjang akan

menyebabkan meningkatnya tundaan rata-rata.Jika nilai (Frcrit) mendekati atau

Marwan Lubis : Studi Manajemen Lalu Lintas Meningkatkan Kinerja Jaringan Jalan Pada Daerah Lingkar Dalam Kota Medan, 2007
USU Repository © 2008
lebih dari 1 maka simpang tersebut adalah lewat jenuh dan rumus tersebut akan

menghasilkan nilai waktu siklus yang sangat tinggi atau negatif.

Waktu Hijau pada persimpangan dapat dihitung dengan menggunakan rumus (6)

berikut ini :

gi = (C – LTI ) x FRcrit / (Frcrit) (6)

Dimana :

gi = Tampilan waktu hijau pada fase (detik)

Kinerja suatu simpang bersinyal pada umumnya lebih peka terhadap

kesalahan – kesalahan dalam pembagian waktu hijau daripada terhadap terlalu

panjangnya waktu siklus.Penyimpangan kecilpun dari rasio hijau (g/c) yang tentukan

dari rumus 5 dan 6 diatas menghasilkan bertambah tingginya tundaan rata-rata pada

simpang tersebut.

Waktu siklus disesuiakan ( c ) berdasar pada waktu hijau yang diperoleh dan

telah dibulatkan serta waktu hilang LTI , seperti pada rumus (7) berikut ini :

c = g + LTI (7)

Dimana :

c = Waktu siklus sinyal (detik)


LTI = Jumlah waktu hilang per siklus (detik)
gi = Tampilan waktu hijau pada fase (detik)

2.9 Tundaan

Marwan Lubis : Studi Manajemen Lalu Lintas Meningkatkan Kinerja Jaringan Jalan Pada Daerah Lingkar Dalam Kota Medan, 2007
USU Repository © 2008
Tundaan (D) pada suatu simpang dapat terjadi karena interaksi arus lalulintas

dengan gerakan lainnya pada suatu simpang yang disebut dengan Tundaan lalulintas

(DT) dan karena perlambatan dan percepatan saat membelok pada suatu simpang atau

terhenti karena lampu merah. Untuk menghitung tundaan dipersimpangan dapat

menggunakan rumus – rumus dibawah ini, antara lain :

Tundaan rata-rata untuk suatu pendekat j dihitung sebagai :

Dj = DTj + DGj (8)

Dimana :

Dj = Tundaan rata-rata untuk pendekat j (det/smp)


DTj = Tundaan lalu lintas rata-rata untuk pendekat j (det/smp)
DGj = Tundaan geometri rata-rata untuk pendekat j (det/smp)

Tundaan Lalu Lintas (DT) karena interaksi lalu lintas dengan gerakan lain pada

suatu simpang. Tundaan lalu lintas rata-rata pada suatu pendekat j dapat ditentukan

dari rumus (9) berikut :

0,5 x1  GR 
2
NQ1 x3600
DT  cx  (9)
1  GR  DS  C

Dimana :

DTj = Tundaan lalu lintas rata-rata pada pendekat j (det/smp)


GR = Rasio Hijau (g/c)
DS = Derajat kejenuhan
C = Kapasitas (smp/jam)
NQ1 = Jumlah smp yang tertinggal dari fase hijau sebelumnya .

Marwan Lubis : Studi Manajemen Lalu Lintas Meningkatkan Kinerja Jaringan Jalan Pada Daerah Lingkar Dalam Kota Medan, 2007
USU Repository © 2008
Perhatikan bahwa hasil perhitungan tidak berlaku jika kapasitas simpang dipengaruhi

oleh faktor-faktor “luar” seperti terhalangnya jalan keluar akibat kemacetan pada

bagian hilir, pengaturan oleh polisi secara manual dan sebagainya.

Tundaan Geometri (DG) karena perlambatan dan percepatan saat membelok pada

suatu simpang dan / atau terhenti karena lampu merah. Tundaan geometri rata-rata

pada suatu pendekat j dapat di perkirakan sebagai berikut :

DGj = ( 1 – Psv ) x Pt x 6 + ( Psv x 4 ) (10)

Dimana :

DGj = Tundaan geometri rata-rata pada pendekat (det/smp)


Psv = Rasio kendaraan terhenti pada suatu pendekat
Pt = Rasio kendaraan membelok pada suatu pendekat

Tundaan rata – rata untuk seluruh simpang D1 dengan membagi jumlah nilai

tunda dengan arus total (QTat) dalam smp/jam dengan rumus (11) sebagai berikut :

DI 
 QxD  (11)
QTot

Dimana :

DI = Tundaan rata – rata simpang


Q = Arus Lalulintas kondisi j
Dj = Tundaan kondisi j

2.10 Kecepatan Lalu lintas dan Kecepatan Arus Bebas (FV) ruas jalan

Marwan Lubis : Studi Manajemen Lalu Lintas Meningkatkan Kinerja Jaringan Jalan Pada Daerah Lingkar Dalam Kota Medan, 2007
USU Repository © 2008
Menurut Indonesian Highway Capacity Manual 1, kecepatan lalu lintas untuk

jalan kota dapat dihitung berdasarkan rumus (12) berikut :

V = Vo x 0.5 x [1+(1-Q/C)0.5] (12)

Dimana :

V = Kecepatan (km/jam) pada arus Q

Vo = Kecepatan arus bebas yang diperoleh dari grafik pada lampiran


modul ini

Q/C = Tingkat kejenuhan

C = Kapasitas jalan

Kecepatan arus bebas (FV) adalah kecepatan pada tingkat arus nol yaitu

kecepatan yang akan dipilih pengemudi jika mengendarai kendaraan bermotor tanpa

dipengaruhi oleh kendaraan bermotor lain di jalan. Kecepatan arus bebas kendaraan

ringan telah dipilih sebagai kriteria dasar untuk kinerja segmen jalan pada arus = 0,

kecepatan arus bebas untuk kendaraan berat dan sepeda motor juga diberikan sebagai

referensi. Kecepatan arus bebas untuk mobil penumpang biasanya 10-15% lebih

tinggi dari tipe kendaraan ringan lain.

Persamaan untuk penentuan kecepatan arus bebas menurut Manual Kapsitas Jalan

Indonesia (MKJI) februari 1997, mempunyai bentuk umum berikut:

FV = (FVO + FVW) x FFVSF x FFVCS (13)

Dimana :

Marwan Lubis : Studi Manajemen Lalu Lintas Meningkatkan Kinerja Jaringan Jalan Pada Daerah Lingkar Dalam Kota Medan, 2007
USU Repository © 2008
FV = Kecepatan arus bebas kendaraan ringan pada kondisi lapangan
(km/jam)
FVO = Kecepatan arus bebas dasar kendaraan ringan pada jalan yang
diamati
FVW = Penyesuaian kecepatan untuk lebar jalan (km/jam)
FFVSF = Faktor penyesuaian untuk hambatan samping dan lebar bahu atau
jarak kereb penghalang
FFVCS = Faktor penyesuaian kecepatan untuk ukuran kota

2.11 Indikator Tingkat Pelayanan (ITP)

Indikator Tingkat Pelayanan (ITP) pada suatu ruas jalan menunjukkan kondisi

secara keseluruhan ruas jalan tersebut. Tingkat pelayanan ditentukan berdasarkan

nilai kuantatif, seperti: kecepatan perjalanan, dan faktor lain yang ditentukan

berdasarkan nilai kualitatif, seperti: kebebasan pengemudi dalam memilih kecepatan,

derajat hambatan lalu lintas, serta kenyamanan, ( Tamin,ofyar Z,2000).

Secara umum indeks tingkat pelayanan (ITP) dapat di bedakan sebagai

berikut:

Indeks Tingkat pelayanan A

Kondisi arus lalu lintasnya bebas antara satu kendaraan dengan kendaraan lainnya,

besarnya kecepatan sepenuhnya ditentukan oleh keinginan pengemudi dan sesuai

dengan batas kecepatan yang telah di tentukan.

Indeks Tingkat pelayanan B

Kondisi arus lalu lintas stabil, kecepatan operasi mulai dibatasi oleh kendaraan

lainnya dan mulai dirasakan hambatan oleh kendaraan di sekitarnya.

Marwan Lubis : Studi Manajemen Lalu Lintas Meningkatkan Kinerja Jaringan Jalan Pada Daerah Lingkar Dalam Kota Medan, 2007
USU Repository © 2008
Indeks Tingkat pelayanan C

Kondisi arus lalu lintas masih dalam batas stabil, kecepatan operasi mulai dibatasi

dan hambatan dari kendaraan lain semakin besar.

Indeks Tingkat pelayanan D

Kondisi arus lalu lintas mendekati tidak stabil, kecepatan operasi menurun relatif

cepat pada akibat hambatan yang timbul, dan kebebasan bergerak relatif kecil.

Indeks Tingkat pelayanan E

Volume lalu lintas sudah mendekati kapasitas ruas jalan, kecepatan kira-kira lebih

rendah dari 40 km/jam. Pergerakan lalu lintas kadang terhambat.

Indeks Tingkat pelayanan F

Pada tingkat pelayanan ini arus lalu lintas berada dalam keadaan dipaksakan,

kecepatan relatif rendah, arus lalu lintas sering terhenti sehingga menimbulkan

antrian kendaraan yang panjang.

Nilai indeks tingkat pelayanan (ITP) berdasarkan kecepatan perjalanan dan kecepatan

arus bebas pada ruas jalan dapat dilihat pada tabel 2.2 dan tabel 2.3 berikut ini,

Tabel 2.2 Indeks Tingkat Pelayanan (ITP) berdasarkan kecepatan perjalanan rata-rata

Kelas arteri I II III


Kecepatan (km/jam) 72-56 56-48 56-40
ITP Kecepatan perjalanan rata-rata (km/jam)
A 56 48 40
B 45 38 31
C 35 29 21
D 28 23 15
E 21 16 11
F 21 16 11
Sumber: Tamin dan Nahdalina (1998)

Marwan Lubis : Studi Manajemen Lalu Lintas Meningkatkan Kinerja Jaringan Jalan Pada Daerah Lingkar Dalam Kota Medan, 2007
USU Repository © 2008
Tabel 2.3 Indeks Tingkat Pelayanan (ITP) berdasarkan kecepatan arus bebas dan
tingkat kejenuhan lalu lintas
Tingkat kejenuhan
Tingkat pelayanan % dari kecepatan bebas
lalulintas
A 90 0.35
B 70 0.54
C 50 0.77
D 40 0.93
E 33 1.0
F 33 1
Sumber: Tamin dan Nahdalina (1998)

Dengan menggunakan hubungan dasar volume, kapasitas dan kecepatan

perjalanan yang telah ditetapkan Highway capacity manual 1965, dapat ditentukan

Indek Tingkat Pelayanan (ITP) berdasarkan grafik hubungan rasio volume kapasitas

atau derajat kejenuhan (DS) dengan kecepatan ( Edward K.Marlok,1991).

Klasifikasi indeks tingkat pelayanan ruas jalan berdasarkan nilai rasio volume

capasitas atau nisbah volume kapasitas (NVK) dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2.4 Indikator Tingkat Pelayanan berdasarkan nilai rasio volume kapasitas
atau nisbah volume kapasitas (NVK)
Tingkat Pelayanan Karakteristik Interval
VC Ratio
A Kondisi arus bebas dengan kecepatan tinggi, 0,00 – 0,19
(Free flow/arus bebas) pengemudi dapat memilih kecepatan yang diinginkan
tanpa hambatan sesuai dengan batas kecepatan yang
ditentukan
B Arus stabil tetapi kecepatan operasional mulai dibatasi 0,20 – 0,44
(stable flow/arus stabil) oleh kondisi lalu lintas. Pengemudi memiliki kebebasan
yang cukup untuk memilih kecepatan
C Arus masih dalam batas stabil tetapi kecepatan dan 0,45 – 0,74
(stable flow/arus stabil) gerak kendaraan dikendalikan. Pengemudi dibatasi
dalam memilih kecepatan

Marwan Lubis : Studi Manajemen Lalu Lintas Meningkatkan Kinerja Jaringan Jalan Pada Daerah Lingkar Dalam Kota Medan, 2007
USU Repository © 2008
D Arus mendekati tidak stabil, kecepatan masih 0,75 – 0,84
(Approching unstable dikendalikan namun menurun relatif cepat akibat
flow/arus hampir tidak hambatan yang timbul. Pengemudi dibatasi memilih
stabil) kecepatan dan kebebasan bergerak relatif kecil

Lanjutan Tabel 2.4.


E Arus tidak stabil karena volume lalu lintas 0,85 – 0,99
(Unstable flow/arus tak mendekati/berada pada kapasitas dimana kecepatan
stabil) lebih rendah dari 40 km/jam dan pergerakan kendaraan
terkadang terhenti
F Arus yang dipaksakan atau macet, kecepatan rendah, ≈ 1,00
(Forced Flow/arus yang volume di atas kapasitas. Arus lalu lintas sering terhenti
dipaksakan) hingga terjadi antrian panjang dan hambatan-hambatan
yang besar.
Simposium ke-7 FSTPT, Universitas Parahyangan Bandung,11 September 2004

Untuk menentukan nilai indeks tingkat pelayanan (ITP) pada persimpangan

diukur berdasarkan nilai tundaan, ( Tamin,ofyar Z,2000).

Nilai indeks tingkat pelayanan (ITP) pada persimpangan berdasarkan nilai tundaan

dapat dilihat pada tabel 2.5 berikut ini,

Tabel 2.5 Indikator Tingkat Pelayanan berdasarkan nilai tundaan pada persimpangan

Indeks tingkat Pelayanan (ITP) Tundaan perkendaraan (detik)


A ≤5.0
B 5.1 – 15.0
C 15.1 – 25.0
D 25.1 – 40.0
E 40.1 – 60.0
F >60.0
Sumber: Tamin dan Nahdalina (1998)

2.12 Koordinasi persimpangan bersinyal

Marwan Lubis : Studi Manajemen Lalu Lintas Meningkatkan Kinerja Jaringan Jalan Pada Daerah Lingkar Dalam Kota Medan, 2007
USU Repository © 2008
Koordinasi simpang bersinyal bertujuan untuk mengurangi terjadinya antrian

dan tundaan pada beberapa simpang bersinyal yang berdekatan secara berurutan,

sehingga dapat memberikan kelancaran lalu-lintas. (Abdurrahman,2006).

Antrian-antrian kendaraan yang terjadi pada simpang yang lain merupakan

efek dari simpang-simpang yang ada di sekitarnya. Kendaraan yang lepas dari

simpang yang pertama (hulu) biasanya akan berhenti pada simpang berikutnya. Bila

simpang-simpang tersebut tidak dikoordinasikan satu dengan yang lain maka akan

menimbulkan dampak-dampak lalu lintas seperti kemacetan atau antrian kendaraan

bertambah, jumlah henti kendaraan (number of stops) meningkat, waktu tundaan

meningkat, biaya operasi kendaraan meningkat serta kerugian ekonomi yang tidak

bisa diukur langsung dengan rupiah (intangible), (Tahir,Anas,2006).

Sering kali persimpangan dengan sinyal lalu lintas ini sangat berdekatan satu

dengan yang lainnya, sehingga cukup logis untuk meninjaunya sekaligus sebagai satu

kesatuan. Kendaraan – kendaraan yang melewati satu sinyal selama fase hijau

tergabung dalam suatu gelombang (platoon), kemudian mencapai sinyal berikutnya

tetap dalam kumpulan-kumpulan kendaraan tadi (platoon), gerakan seperti ini sering

disebut dengan gelombang hijau (E.K.Marlok,1991).

Persimpagan dapat dikoordiasikan jika panjang ruas jalan antara satu

persimpangan dengan yang lainnya memiliki nilai coupling index ≥ 0.5 , (Whilshire,

1992).

Skenario bentuk penanganan pada masing-masing lokasi penanganan

dilakukan dengan memperhatikan kondisi lalu lintas antara kendaraan bermotor

Marwan Lubis : Studi Manajemen Lalu Lintas Meningkatkan Kinerja Jaringan Jalan Pada Daerah Lingkar Dalam Kota Medan, 2007
USU Repository © 2008
dengan kendaraan tak bermotor, pertama-tama yang perlu di analisa adalah waktu

siklus koordinasi, yaitu merupakan pembagian jarak antara simpang dengan

kecepatan, dimana jarak dibagi kecepatan adalah sama dengan offset antara simpang

yang di koordinasikan (Priyanto,1990).

Priode waktu saat fase hijau dimulai pada sinyal pertama sampai saat fase

hijau dimulai pada sinyal berikutnya disebut dengan offset, jadi untuk mendapatkan

gelombang hijau dan lalu lintas bergerak dengan kecepatan konstan (R.T

Underwood,1990).

Semua metode koordinasi umumnya sasaran akhirnya adalah mendapatkan

offset relatif antara dua simpang bersignal yang bersebelahan. Pengertian offset

adalah perbedaan waktu munculnya signal hijau antara dua signal yang bersebelahan.

Perbedaan waktu munculnya signal waktu hijau tersebut ditentukan sedemikian rupa

sehingga kendaraan pertama dari kelompok kendaraan (pleton) yang berasal dari

persimpangan (1) sampai persimpangan (2) tepat pada saat indikasi lampu hijau

menyala. Dengan demikian maka kelompok kendaraan tersebut dapat bergerak

dengan kecepatan tertentu tanpa terhenti di setiap persimpangan.

Besar offset dipengaruhi oleh panjang ruas jalan, kecepatan rata-rata

kendaraan, antrian kendaraan yang mengantri pada persimpangan hilirnya. Besar

offset ideal dapat dihitung dengan menggunakan rumus (14) persamaan berikut ini:

3 .6  L
T (detik) (14)
V

Dimana :

Marwan Lubis : Studi Manajemen Lalu Lintas Meningkatkan Kinerja Jaringan Jalan Pada Daerah Lingkar Dalam Kota Medan, 2007
USU Repository © 2008
T = Waktu Offset (detik)
L = Panjang antar simpang (Pangang ruas jalan ) (meter).
V = Kecepatan perjalanan pada ruas jalan ( m/detik).

Untuk setiap panjang siklus tertentu jumlah kecepatan yang terjadi mungkin

terbatas. Walau demikian dengan mengubah ubah panjang siklus setiap kecepatan

yang dikehendaki akan dapat dicapai. (E.K.Marlok,1991).

Jika jalan tersebut dua arah dan panjang blok seragam maka tidak ada

persoalan dalam mencapai suatu gelombang hijau berkecepatan konstan.

(R.T Underwood,1990).

Besarnya kecepatan perjalanan dapat dicari dengan rumus (15) persamaan berikut ini:

7 .2  L
V  meter / det ik  (15)
n C

Dimana :

V = Kecepatan perjalanan pada ruas jalan ( m/detik).

L = Panjang antar simpang (Pangang ruas jalan ) (meter).

C = Waktu siklus (detik)

N = Bilangan genap

Marwan Lubis : Studi Manajemen Lalu Lintas Meningkatkan Kinerja Jaringan Jalan Pada Daerah Lingkar Dalam Kota Medan, 2007
USU Repository © 2008
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tahapan pekerjaan

Sesuai dengan maksud dan tujuan dari penelitian ini serta pertimbangan

batasan dan ruang lingkup penelitian, maka rencana pelaksanaan penelitian akan

mengikuti bagan alir seperti pada gambar 3.1 berikut ini,

Gambar 3.1 Bagan alir Methodologi penelitian

Marwan Lubis : Studi Manajemen Lalu Lintas Meningkatkan Kinerja Jaringan Jalan Pada Daerah Lingkar Dalam Kota Medan, 2007
USU Repository © 2008
Rencana pelaksanaan pekerjaan tersusun atas tahapan pekerjaan sebagai

berikut:

a. Tahapan persiapan
b. Tahapan pengumpulan data
c. Tahapan pengolahan data
d. Tahapan analisa data
e. Tahapan penentuan penanganan
f. Tahapan penetapan bentuk penanganan terpilih

3.2 Tahapan Persiapan

Tahapan ini menyangkut pengumpulan data dan analisa awal untuk

menentukan lokasi studi , jenis – jenis data yang akan disurvei dan metode yang

digunakan untuk survei lapangan serta persiapan formulir isian survei sesuai dengan

jenis survei yang akan dilakukan.

Sebelum dilakukan survei lapangan, diperlukan data sekunder awal yang digunakan

sebagai pendukung dalam analisa awal, data-data tersebut meliputi:

a. Peta dasar dan administrasi lokasi studi

b. Peta jaringan jalan ekssting kota Medan

3.3 Tahapan Pengumpulan Data

Tahapan pengumpulan data pada penelitian ini dibagi menjadi dua tahapan

sesuai dengan jenis dan kebutuhan data-data tesebut, secara terperinci dua tahapan

tersebut meliputi :

Marwan Lubis : Studi Manajemen Lalu Lintas Meningkatkan Kinerja Jaringan Jalan Pada Daerah Lingkar Dalam Kota Medan, 2007
USU Repository © 2008
a. Pengumpulan data skunder

b. Pengumpulan data primer

3.3.1 Pengumpulan Data Sekunder

Data sekunder merupakan data atau informasi yang tersusun dan terukur yang

sesuai dengan kebutuhan maksud dan tujuan penelitian ini.

Pengumpulan data sekunder dilakukan melalui studi literature melalui jurnal-

jurnal , teks book dan Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) yang dikumpulkan

langsung dari perpustakan dan informasi internet serta diperoleh dari dinas terkait

seperti, Dinas Perhubungan darat, Dinas Pekerjaan umum Tk II Medan Bapedda Tk I

Sumatera Utara , Pemko Medan serta Badan Pusat Statistik (BPS) Tk I Sumatera

Utara.

Data Sekunder yang diperlukan diantaranya :

a. Laporan Studi Manajemen Lalu lintas Kota Medan Tahun 2002.

b. Prasarana Disekitar jaringan jalan yang di tinjau.

c. Peta dasar dan administrasi lokasi studi

d. Peta jaringan jalan eksisting kota Medan

e. Kondisi jaringan jalan eksisting kota Medan

f. Kondisi prasarana disekitar jaringan jalan yang di tinjau.

g. Sosio-Ekonomi Medan dan sekitarnya.

h. Data eksisting operasional ruas jalan dan persimpangan pada lokasi studi.

3.3.2 Pengumpulan Data Primer ( data lapangan )

Marwan Lubis : Studi Manajemen Lalu Lintas Meningkatkan Kinerja Jaringan Jalan Pada Daerah Lingkar Dalam Kota Medan, 2007
USU Repository © 2008
Pada penelitian ini data primer atau data lapangan di kumpulkan langsung

melalu survei-survei lapangan. Jenis survei yang dilakukan untuk mengumpulkan

data primer atau data lapangan adalah :

a. Survei volume lalu lintas ruas jalan dan persimpangan

b. Survei kecepatan perjalanan pada ruas jalan

c. Survei geometrik ruas jalan dan persimpangan

d. Survei hambatan samping pada ruas jalan

3.3.2.1 Survei Volume Lalu lintas

Variasi lalu lintas biasanya berulang ( cyclical ) mungkin jam-an, harian, atau

musiman. Pemilihan waktu survei yang pantas tergantung dari tujuan survei. Untuk

menggambarkan kondisi lalu lintas pada jam puncak, maka survei dilakukan pada

jam-jam sibuk seperti pagi hari yang dimulai pada pukul 06.30 wib s/d 08.30 wib,

pada sore hari dilakukan pada pukul 16.00 wib s/d 18.00 wib. Survei tidak dilakukan

pada saat lalu lintas dipengaruhi oleh kejadian yang tidak biasanya, seperti saat

terjadinya kecelakaan lalu lintas, hari libur nasional , perbaikan jalan dan bencana

alam.

Untuk mendapatkan fluktuasi arus lalu lintas di ruas-ruas jalan dan

persimpangan didalam jaringan jalan yang di tinjau idealnya dilakukan survei

diseluruh ruas jalan selam satu tahun penuh, namun ini hanya bisa dilakukan dengan

alat pencacah otomatis dan untuk menyediakan alat tersebut sangat mahal harganya

dan biaya perawatan yang sangat besar, sebagai jalan keluar survei pencacahan arus

Marwan Lubis : Studi Manajemen Lalu Lintas Meningkatkan Kinerja Jaringan Jalan Pada Daerah Lingkar Dalam Kota Medan, 2007
USU Repository © 2008
lalu lintas ini dilakukan berdasarkan pertimbangan bahwa arus lalu lintas tidak

berubah sepanjang tahun sehingga dapat dipilih satu bulan yang ideal dalam satu

tahun dan minggu yang ideal dalam satu bulan dan hari yang ideal dalam satu minggu

serta akhirnya ditetapkan waktu yang ideal dalam satu hari.

Survei pencacahan lalu lintas manual dilakukan dengan menghitung setiap

kendaraan yang melewati pos-pos survei yang telah ditentukan dan dicatat dalam

formulir yang telah disediakan. Pengisian formulir disesuaikan dengan klasifikasi

kenderaan dengan interval waktu setiap 15 menit secara terus menerus selam 2 jam

pertama dimulai pukul 06.30 s/d 08.30, selanjutnya 2 jam terakhir pada pukul 16.00

s/d 18.00 setiap harinya selam satu minggu . Secara umum tidak terdapat petunjuk

dalam menentukan jumlah surveior yang dibutuhkan dalam suatu survei, akan tetapi

sebagai gambaran kasar setiap surveior mampu menangani sekitar 500 sampai 600

kenderaan perjamnya.

Berdasarkan ”Tata Cara Pelaksanaan Survei Perhitungan lalu lintas cara manual,

No.016/T/BNKT/1990 ” adalah sebagai berikut;

a. Kendaraan berat, meliputi: bus, truk 2 as, truk 3 as dan kendaraan lain
sejenisnya yang mempunyai berat kosong lebih dari 1,5 ton.
b. Kendaraan ringan, meliputi: sedan, taksi, mini bus (mikrolet), serta
kendaraan lainnya yang dapat dikategorikan dengan kendaraan ringan
yang mempunyai berat kosong kurang dari 1,5 ton.
c. Kendaraan tidak bermotor, yaitu kendaraan yang tidak menggunakan
mesin, misalnya: sepeda, becak dayung, dan lain sebagainya.
d. Becak mesin, yaitu sepeda motor dengan gandengan di samping.

Marwan Lubis : Studi Manajemen Lalu Lintas Meningkatkan Kinerja Jaringan Jalan Pada Daerah Lingkar Dalam Kota Medan, 2007
USU Repository © 2008
e. Sepeda motor, yaitu kendaraan beroda dua yang di gerakkan dengan
mesin.
. Pencacahan volume lalu lintas ini dilakukan baik diruas jalan maupun
dipersimpangan, namun mengingat jumlah simpang yang ada pada lokasi studi sangat
banyak maka dipilih ruas jalan dan persimpangan utama saja dilokasi studi yang
menjadi jalan masuk dan keluar wilayah studi

3.3.2.2 Survei Kecepatan Perjalanan

Yang dimaksud dengan kecepatan disini adalah kecepatan tempuh rata-rata

kenderaan bermotor khususnya kenderaan bermotor sepanjang ruas jalan masing-

masing jalan yang ditinjau pada studi ini, kecepatan perjalanan ruas jalan adalah

kecepatan perjalanan yang didefenisikan sebagai perbandingan jauh perjalanan

dengan waktu tempuh, sedangkan untuk kecepatan perjalanan pada jaringan jalan

adalah kecepatan gerak yang didefenisikan sebagai perbandingan antara jauh

perjalanan dengan waktu tempuh dikurangi waktu hambatan (berhenti) (GR Wells

1969).

Pada penelitian ini metode survei yang di gunakan dalam pengumpulan data

kecepatan perjalanan adalah dengan cara pengamatan bergerak (moving observer ).

Cara pengamatan bergerak (moving observer) merupakan pengembangan pengamatan

cara ikut arus (G.R.Wells, 1969).

Pengukuran dengan cara pengamatan bergerak di lakukan menggunakan

mobil survei yang kondisinya baik, pengukuran dilakukan sepanjang jaringan jalan

Marwan Lubis : Studi Manajemen Lalu Lintas Meningkatkan Kinerja Jaringan Jalan Pada Daerah Lingkar Dalam Kota Medan, 2007
USU Repository © 2008
pada lokasi studi, dengan menempatkan 3 orang pengamat termasuk supir mobil

survei.

Seperti halnya dengan cara pengamatan ikut arus, mobil survei digerakkan

ulang alik sepanjang jaringan jalan mengikuti arus lalu lintas , pada pelaksanaannya

mobil survey tidak perlu mendahului kendaraan lain sebanyak ia didahuluinya., supir

hanya menjalankan mobil survei pada kecepatan rata-rata kendaraan-kendaraan

lainnya.

Pengamat dilengkapi dengan formulir isian dan alat pencatat waktu , yang

digunakan pada penelitian ini adalah split second stopwatch. Pengamat satu mencatat

waktu berangkat dan waktu akhir pengamatan dan mencatat hasilnya kedalam

formulir yang telah disediakan, sedangkan pengamat dua mencatat waktu perjalanan

sepanjang segmen dan menekan tombol split pada stopwatch saat akhir segmen atau

menemui hambatan serta waktu merah dipersimpangan, selanjutnya pada saat hijau

pengamat kedua menekan tombol split pada stopwatch, begitu seterusnya hingga

akhir pengamatan, sehingga waktu perjalanan sepanjang segmen dan tundaan pada

persimpangan dapat dipisahkan.

Waktu pengamatan dilakuakan pada interval waktu 2 jam pagi mulai pukul

06.30 wib -08.30 wib dan 2 jam sore mulai pukul 16.30 wib -18.30 wib selama tiga

hari, selanjutnya hasil pengamatan lapangan di tabulasi untuk menentukan waktu

rata-rata perjalanan pada masing-masing ruas jalan maupun kecepatan rata-rata pada

jaringan jalan saat pagi maupun sore hari.

Marwan Lubis : Studi Manajemen Lalu Lintas Meningkatkan Kinerja Jaringan Jalan Pada Daerah Lingkar Dalam Kota Medan, 2007
USU Repository © 2008
3.3.2.3Survei Geometrik Ruas Jalan dan Persimpangan

Rangkaian kegiatan survei ini adalah pengukuran geometrik ruas jalan dan

persimpangan seperti pengukuran lebar lajur pada ruas jalan, median jalan, lebar

trotoar serta mengidentifikasi jumlah rambu-rambu yang ada dan prasarana lainnya

sehingga dihasilkan , suatu data yang sesuai dengan kebutuhan pada saat perhitungan

dan analisa data kelak.

Begitu juga halnya dengan persimpangan pengukuran meliputi lebar ruas

jalan atau lebar efektif lengan simpang, lebar pasilitas belok kiri langsung, lebar

masukan pada masing-masing lengan simpang serta lebar keluar masing masing

lengan simpang juga pengukuran meliputi mencatatan waktu traffic signal seperti

lamanya waktu hijau, lamanya waktu kuning, lamanya waktu merah dan bentuk fase

pergerakan persimpangan, serta data-data lainnya sesuai dengan kebutuhan pada

perhitungan dan analisa data kelak.

3.3.2.4Survei Hambatan Samping pada Ruas Jalan

Survei ini di lakukan dengan cara visualisasi atau pengamatan langsung pada

masing-masing lokasi studi , pengamatan ini dilakukan pada saat survei pencacahan

volume lalu lintas berlangsung.

Pelaksanaannya dilakukan dengan menempatkan dua orang pengamat yang

mencatat kejadian-kejadian yang menimbulkan hambatan samping atau aktivitas

pinggir jalan yang mengganggu pergerakan kendaraan diruas jalan seperti

umpamanya kendaraan yang keluar dam masuk dari lokasi parkir di badan jalan atau

Marwan Lubis : Studi Manajemen Lalu Lintas Meningkatkan Kinerja Jaringan Jalan Pada Daerah Lingkar Dalam Kota Medan, 2007
USU Repository © 2008
lokasi parkir perkantoran, utnuk mengamankan kendaraan keluar dari lokasi parkir

maka petugas parkir akan menghentikan laju pergerakan kendaraan di ruas jalan

untuk memberikan kesempatan pada kendaraan parkir tersebut keluar dari lokasi

parkir sehingga mengakibatkan hambatan, atau juga hambatan samping yang

disebabkan kendaraan umum yang memperlambat laju kendaraannya atau menaikan

dan menurunkan penumpang di badan jalan serta hambatan –hambatan lainnya.

Kejadian-kejadian yang menyebabkan hambatan samping selama pengamatan yang

dilakukan ,jumlah kejadiaannya dicatat pada formulir yang telah disedikan.

Disamping kegiatan survei di atas, juga dilakukan pengambilan data

dokumentasi atau pemotretan momen-momen penting yang dibutuhkan pada ruas

jalan dan persimpangan. Kegiatan dokumentasi ini juga dilakukan secara bersamaan

waktunya dengan survei pencacahan volume lalu lintas ruas jalan dan persimpangan

3.4 Tahap Pengolahan Data

Tahapan ini meliputi pentabulasian data-data hasil survei , penetapan jam

puncak volume lalu lintas dan perhitungan dengan metode MKJI ( Manual Kapasitas

Jalan Indonesia )’ Februari 1997.

3.4.1 Perhitungan Ruas Jalan

Bagan alir prosedur perhitungan untuk menentukan parameter kinerja ruas

jalan perkotaan dapat dilihat pada Gambar 3.2 berikut ini ,

Marwan Lubis : Studi Manajemen Lalu Lintas Meningkatkan Kinerja Jaringan Jalan Pada Daerah Lingkar Dalam Kota Medan, 2007
USU Repository © 2008
Gambar 3.2 Bagan alir perhitungan ruas jalan

3.4.2 Perhitungan Persimpangan

Bagan alir prosedur perhitungan untuk menentukan parameter kinerja pada

persimpangan bersinyal dapat dilahat pada Gambar 3.3 berikut,

Marwan Lubis : Studi Manajemen Lalu Lintas Meningkatkan Kinerja Jaringan Jalan Pada Daerah Lingkar Dalam Kota Medan, 2007
USU Repository © 2008
Gambar 3.3 Bagan alir perhitungan persimpangan

3.5 Tahapan Analisa Data

Tahapan ini merupakan kegiatan membandingkan hasil perhitungan dengan

parameter kinerja ruas jalan dan persimpangan yang selanjutnya ditetapkan lokasi-

Marwan Lubis : Studi Manajemen Lalu Lintas Meningkatkan Kinerja Jaringan Jalan Pada Daerah Lingkar Dalam Kota Medan, 2007
USU Repository © 2008
lokasi yang dipilih menjadi lokasi yang akan ditangani, ketentuan lokasi yang akan

ditangani yaitu terdiri dari simpang bersinyal yang berdekatan dalam jaringan jalan.

Sedangkan kegiatan penanganannya berorientasi pada kegiatan penanganan

seketika (action plan) seperti penanganan simpang terkoordinasi dimana pergerakan

pleton kendaraan dari satu simpang tanpa mendapat hambatan pada persimpangan

berikutnya, kegiatan ini di lakukan dengan cara simulasi manual dengan coba-coba

(trial error ) hingga diperoleh waktu offset, waktu siklus dan tundaan yang ideal.

Pada penelitian ini bentuk kinerja ruas jalan diukur dari nilai Nisbah Volume

Kapasitas (NVK) sedangkan pada persimpangan bentuk kinerjanya diukur dari nilai

tundaan (D), selanjutnya dari nilai tersebut ditetapkan Indek Tingkat Pelayanan (ITP)

atau Level of service (LOS) masing-masing ruas jalan dan persimpangan.

Marwan Lubis : Studi Manajemen Lalu Lintas Meningkatkan Kinerja Jaringan Jalan Pada Daerah Lingkar Dalam Kota Medan, 2007
USU Repository © 2008
BAB IV

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

4.1 Pengumpulan data

4.1.1 Umum

Data yang dikumpulkan pada penelitian ini dibagi atas dua jenis data yaitu

data primer (data lapangan) dan data sekunder. Data primer (data lapangan)

dikumpulkan melalui survei langsung kelapangan sedangkan data sekunder

dikumpulkan melalui studi kepustakaan sesuai dengan kebutuhan pada penelitian ini,

berupa literature-literatur, junal-jurnal hasil penelitian yang berhubungan dengan

penelitian ini , data statistik dari Badan Pusat statistik (BPS) , Dinas Perhubungan

Darat Sumatera Utara, Praswil Suamtera utara, Bappeda Tk.II Kota Medan dan lain-

lain.

Mengingat keterbatasan waktu dan biaya, maka survei pengumpulan data

volume lalu lintas pada ruas jalan dilaksanakan hanya selama satu minggu, yang

dimulai pada tanggal 3 April 2006 sampai dengan tanggal 9 April 2006, Sedangkan

survei pengumpulan data volume lalu lintas pada persimpangan dilaksanakan selama

satu minggu yang dimulai pada tanggal 10 April 2006 sampai tanggal 15 April 2006 .

Interval waktu pengumpula data volume lalu lintas ruas dan persimpangan

dilaksanakan selama 2 jam puncak pagi (06.30-08.30), dan 2 jam puncak sore

(16.30-18.30).

Marwan Lubis : Studi Manajemen Lalu Lintas Meningkatkan Kinerja Jaringan Jalan Pada Daerah Lingkar Dalam Kota Medan, 2007
USU Repository © 2008
Survei pengumpulan data kecepatan lalu lintas pada ruas dan jaringan jalan

dilaksanakan selama satu minggu pada awal bulan Mei 2006 , pelaksanaannya

dimulai pada tanggal 1 Mei 2006 sampai dengan tanggal 7 Mei 2006 dengan interval

waktu pengumpulan data 2 jam puncak pagi (06.30-08.30) dan 2 jam puncak sore

(16.30-18.30), dengan metode ikut arus lalu lintas ( Moving research). Sedangkan

untuk data lapangan lainnya seperti data karakteristik ruas dan persimpangan,

dilaksanakan hanya satu kali saja sesuai dengan kebutuhan data pada penelitian ini.

4.1.2 Gambaran Umum Wilayah Kota Medan

Kota Medan merupakan ibukota Propinsi Sumatera Utara, yang secara

geografis terletak pada posisi antara 030.30’ LU sampai dengan 030.48’ LU dan

980.39’ BT sampai dengan 980.47’.36” BT dengan ketinggian antara 3 meter sampai

30 meter di atas permukaan laut. Letak geografis beberapa daerah di Kota Medan

dapat dilihat dalam Tabel 4.1 berikut :

Tabel 4.1 Letak Geografis Beberapa Daerah di Kota Medan

Nama daerah Garis


Garis Bujur (BT)
Lintang (LU)
0 0
Sampali 03 .37’.12” 98 .47’.36”
0 0
Polonia 03 .32’ 98 .39’
0 0
Belawan 03 .48’ 98 .42’
0 0
Tanjung Morawa 03 .30’ 98 .46’
Sumber : Stasiun Klimatologi Kls. I, Sampali Medan

Suhu Kota Medan pada pagi hari berkisar antara 23,70C sampai dengan

25,10C, siang hari berkisar antara 29,20C sampai dengan 32,90C, dan pada malam hari

berkisar antara 26,00C sampai dengan 30,80C. Sedangkan kelembaban udara berkisar

Marwan Lubis : Studi Manajemen Lalu Lintas Meningkatkan Kinerja Jaringan Jalan Pada Daerah Lingkar Dalam Kota Medan, 2007
USU Repository © 2008
antara 68 sampai dengan 93, dengan rata-rata intensitas cahaya matahari 31 sampai

dengan 55.

Secara administratif, Kota Medan memiliki wilayah seluas 265,10 km2 yang

terdiri atas 21 kecamatan dengan 151 kelurahan, secara rinci dapat dilihat dalam

Tabel 4.2 berikut :

Tabel 4.2 Wilayah Administratif Kota Medan

2
No Kecamatan Luas (km ) Jumlah Kelurahan
1 Medan Tuntungan 20.68 9
2 Medan Selayang 12.81 6
3 Medan Johor 14.58 6
4 Medan Amplas 11.19 7
5 Medan Denai 9.05 6
6 Medan Tembung 7.99 7
7 Medan Kota 5.27 12
8 Medan Area 5.52 12
9 Medan Baru 5.84 6
10 Medan Polonia 9.01 5
11 Medan Maimun 2.98 6
12 Medan Sunggal 15.44 6
13 Medan Helvetia 13.16 7
14 Medan Barat 6.82 6
15 Medan Petisah 5.33 7
16 Medan Timur 7.76 11
17 Medan Perjuangan 4.09 9
18 Medan Deli 20.84 6
19 Medan Labuhan 36.67 6
20 Medan Marelan 23.82 5
21 Medan Belawan 26.25 6
Kota Medan 265.10 151
Sumber : Pemerintahan Kota Medan

Jumlah penduduk Kota Medan pada tahun 2005 adalah sebesar 2.093.307 jiwa

dengan laju pertumbuhan rata-rata sebesar 1,13 % dan jumlah kepadatan rata-rata

penduduk perkilometer adalah sebesar 7.896 jiwa/km2, (Badan Pusat Statistik, 2005).

Data pertumbuhan penduduk di Kota Medan dapat dilihat dalam Tabel 4.3 berikut ini,

Marwan Lubis : Studi Manajemen Lalu Lintas Meningkatkan Kinerja Jaringan Jalan Pada Daerah Lingkar Dalam Kota Medan, 2007
USU Repository © 2008
Tabel 4.3 Pertumbuhan Penduduk di Kota Medan

Tahun Laki-laki (jiwa) Perempuan (jiwa) Jumlah Total %tase


( jiwa )

1992 907,600 902,100 1,809,700


1993 919,600 922,700 1,842,300 1.80
1994 935,800 940,300 1,876,100 1.83
1995 939,549 948,756 1,888,305 0.65
1996 942,427 952,888 1,895,315 0.37
1997 943,594 955,434 1,899,028 0.20
1998 944,379 956,688 1,901,067 0.11
1999 944,891 957,609 1,902,500 0.08
2000 945,847 958,426 1,904,273 0.09
2001 960,477 966,043 1,926,520 1.17
2002 979,106 984,749 1,963,855 1.94
2003* 998,688 1,007,398 2,006,086 2.15
2004* 1,018,662 1,030,568 2,049,230 2.15
2005* 1,039,035 1,054,271 2,093,307 2.15
Rata-rata pertumbuhan (%) 1.13
Data BPS Kota Medan 2005

Kota Medan sebagai pusat pemerintahan Propinsi Sumatera Utara berperan

juga sebagai pusat perekonomian yang memberikan kontribusi cukup besar terhadap

pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Propinsi Sumatera Utara.

Perkembangan PDRB Kota Medan dapat dilihat dari PDRB tahun 2004 yang

berjumlah Rp 19.713.8333 Juta. (harga berlaku) dan harga konstan sebesar Rp

5.941.794 juta, mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya sebesar 23.57 % harga

berlaku dan pada harga konstan 2.56 %. Perkembangan PDRB Kota Medan dapat

dilihat dalam Tabel 4.4 berikut ini ,

Marwan Lubis : Studi Manajemen Lalu Lintas Meningkatkan Kinerja Jaringan Jalan Pada Daerah Lingkar Dalam Kota Medan, 2007
USU Repository © 2008
Tabel 4.4 Perkembangan PDRB Kota Medan

Tahun PDRB Harga (juta) PDRB Perkapita harga (juta)


Berlaku Konstan Berlaku Konstan
1 2 3 4 5
1996 6,400,860 5,479,426 3,296,014 2,821,538
1997 7,031,631 5,903,112 3,561,582 2,989,977
Kenaikan % 9.85 7.73 8.06 5.97
1998 9,737,646 4,833,911 4,894,150 2,429,528
Kenaikan % 38.48 18.11 37.42 18.74
1999 10,922,094 5,003,958 5,788,932 2,652,200
Kenaikan % 12.16 3.52 18.28 9.17
2000 13,958,607 5,274,101 4,270,796 2,767,704
Kenaikan % 27.80 5.40 26.22 4.36
2001 17,145,664 5,549,453 4,224,390 2,880,558
Kenaikan % 22.83 5.22 1.09 4.08
2002 19,658,916 5,799,222 4,144,080 2,164,637
Kenaikan % 14.66 4.50 1.90 24.85
2003* 19,689,221 5,934,376 4,251,866 2,231,445
Kenaikan % 0.15 2.33 2.60 3.09
2004* 19,713,833 5,941,794 4,257,181 2,234,234
Kenaikan % 62.63 9.91 1.26 16.39
% Tase rata-rata 23.57 2.56 4.49 -4.17
Sumber : BPS Kota Medan Tahun 2004.

Adapun lapangan usaha yang memberikan kontribusi terbesar bagi PDRB Kota

Medan berdasarkan harga berlaku adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran,

yaitu sebesar Rp. 5.709.189.963.167.240 atau sebesar 34.53% dari PDRB Kota

Medan, dan yang terkecil adalah sektor penggalian yaitu sebesar Rp.

9.856.916.471,00 atau hanya sebesar 0,2% dariPDRB Kota Medan. Data

selengkapnya dapat dilihat dalam Tabel 4.5 berikut ini ,

Marwan Lubis : Studi Manajemen Lalu Lintas Meningkatkan Kinerja Jaringan Jalan Pada Daerah Lingkar Dalam Kota Medan, 2007
USU Repository © 2008
Tabel 4.5 Distribusi PDRB Kota Medan

No Lapangan Usaha PDRB (Rp. Juta (%)


1 Pertanian 323.143,00 4,59
2 Penggalian 728,42 0,10
3 Industri 1.136.822,99 16,17
4 Listrik, Gas & Air Minum 311.800,30 4,43
5 Bangunan 274.553,08 3,90
6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 2.173.442,87 30,90
7 Pengangkutan dan Komunikasi 1.181.545,94 16,80
8 Bank & Lembaga Keuangan 1.119.683,13 15,92
9 Jasa-jasa 509.911,65 7,25
Produk Domestik Regional 7.031.630,96
Sumber : BPS Kota Medan Tahun 2004.

Intensitas penggunaan lahan di Kota Medan jauh lebih tinggi di pusat kota

dibandingkan dengan daerah pinggiran kota. Luas wilayah Kota Medan (26,51 Ha)

terdiri atas 52,3 % wilayah terbangun atau seluas 138,60 km2 dan 47,4% lagi

dipergunakan sebagai lahan pertanian dan lahan kosong (Badan Pertanahan Nasional,

2004). Jenis dan luas penggunaan lahan dapat dilihat dalam Tabel 4.6 berikut ini,

Tabel 4.6 Jenis dan Luas Penggunaan Lahan

No Jenis Luas (Ha) %


1. Perumahan 18.026,80 68
2. Perusahaan 159,06 6
3. Industri 79,53 3
4. Jasa 159,56 6
5. Pertanian 450,67 17
Jumlah 26.510,00 100
Sumber : BPS Kota Medan Tahun 2004.

Jumlah Kendaraan Bermotor di Kota Medan dan pertumbuhannya dapat dilihat

dalam tabel 4.8. Angkutan umum yang memberilan pelayanan dalam trayek tetap dan

teratur di Kota Medan terdiri dari jenis mobil penumpang umum, bus kecil, bus

Marwan Lubis : Studi Manajemen Lalu Lintas Meningkatkan Kinerja Jaringan Jalan Pada Daerah Lingkar Dalam Kota Medan, 2007
USU Repository © 2008
sedang dan bus besar. Perincian jenis angkutan umum di Kota Medan dapat dilihat

dalam Tabel 4. berikut ini,

Tabel 4.7 Pertumbuhan Kendaraan Bermotor Menurut Jenis Kendaraan

Mobil Mobil Sepeda


Tahun Bus Total
Penumpang Gerobak Motor
1 2 3 4 5 6
1998 99,212 81,125 10,633 422,756 613,726
1999 103,063 82,044 10,693 431,869 627,669
Kenaikan (%) 3.88 1.13 0.56 2.16 2.27
2000 112,220 84,853 10,773 455,476 663,322
Kenaikan (%) 8.88 3.42 0.75 5.47 5.68
2001 120,271 88,932 11,042 493,896 714,141
Kenaikan (%) 7.17 4.81 2.50 8.44 7.66
2002 128,882 93,989 11,424 558,236 792,531
Kenaikan (%) 7.16 5.69 3.46 13.03 10.98
2003 137,453 100,239 12,184 595,359 845,234
Kenaikan (%) 6.65 6.65 6.65 6.65 6.65
Rata-rata (%) 6.75 4.34 2.78 7.15 6.65
Sumber : BPS Kota Medan Tahun 2004.

Kota Medan memiliki pola jaringan jalan yang berbentuk grid/kisi-kisi pada

daerah pusat kota dan berbentuk radial pada daerah pinggiran kota. Jalan utama

sebagai koridor dalam kota adalah Jalan Thamrin, Jalan Asia, Jalan Pandu, Jalan

Brigjen Katamso, Jalan Pemuda, Jalan Ahmad Yani, Jalan Balai Kota, Jalan Perintis

Kemerdekaan, Jalan Guru Patimpus dan Jalan Gatot Subroto, Jalan Iskandar Muda,

Jalan Mongonsidi serta Jalan Ir H Juanda. Sedangkan koridor luar yang

menghubungkan daerah pinggiran kota yaitu Jalan Yos Sudarso, Jalan Putri Hijau dan

Jalan Krakatau sebagai jalan yang menghubungkan daerah utara dengan pusat kota.

Jalan Letda Sujono sebagai jalan yang menghubungkan daerah bagian barat dengan

pusat kota, Jalan Gatot Subroto sebagai jalan yang menghubungkan daerah timur

Marwan Lubis : Studi Manajemen Lalu Lintas Meningkatkan Kinerja Jaringan Jalan Pada Daerah Lingkar Dalam Kota Medan, 2007
USU Repository © 2008
dengan pusat kota, Jalan Sisingamangaraja dan Jalan Katamso serta Jalan Jamin

Ginting merupakan jalan yang menghubungkan daerah selatan dengan pusat kota.

Untuk menghubungkan daerah pinggriran kota secara langsung tanpa harus melalui

pusat kota disediakan jalan lingkar luar utara yaitu Jalan Kapten Sumarso, jalan

lingkar luar selatan yaitu Jalan Tritura dan Jalan Karya Jasa, lebih jelasnya peta kota

Medan dapat dilihat pada Gambar 4.1 berikut.

Marwan Lubis : Studi Manajemen Lalu Lintas Meningkatkan Kinerja Jaringan Jalan Pada Daerah Lingkar Dalam Kota Medan, 2007
USU Repository © 2008
Gambar 4.1 Peta Kota Medan

Selain itu juga terdapat jalan tol yang menghubungkan daerah bagian selatan

(Tj. Morawa) dengan daerah bagian utara (Belawan). Kota Medan memiliki jalan

sepanjang 2.351,36 Km dengan perincian sebagai mana terlihat pada Tabel 4.8

berikut ini ,

Tabel 4.8 Kondisi dan Panjang Jalan (km)

Tahun Penanggung jawab Jumlah


Negara Propinsi Kabupaten Total
(Km) (Km) (Km) (Km)
1 2 3 4 5
1998 75.51 25.07 2250.78 2351.36
1999 75.51 25.07 2250.78 2351.36
Peningkatan % 0.00 0.00 0.00 0.00
2000 75.51 25.07 2250.78 2351.36
Peningkatan % 0.00 0.00 0.00 0.00
2001 56.86 70.7 2951.38 3078.94
Penurunan % -24.70 182.01 31.13 30.94
2002
Kelas I 56.86 70.7 0 127.56
Kelas II 0 0 96.03 0
Kelas III 0 0 566.47 0
Kelas III.A 762.58 0
Kelas IV 0 0 1010.66 0
Kelas V 0 0 515.64 0
Total 56.86 70.7 2951.38 127.56
2002 56.86 70.7 2951.38 127.56
Penurunan % 0.00 0.00 0.00 -95.86
Sumber : BPS Kota Medan Tahun 2004.

4.1.3 Survei Volume Lalu lintas

Marwan Lubis : Studi Manajemen Lalu Lintas Meningkatkan Kinerja Jaringan Jalan Pada Daerah Lingkar Dalam Kota Medan, 2007
USU Repository © 2008
Dari hasil survei pengumpulan data volume lalu lintas yang dilakukan,

selanjutnya data-data tersebut ditabulasi dan ditentukan jam puncak pagi dan sore

pada masing-masing ruas dan persimpangan yang diamati berdasarkan volume

terbesar selama pengumpulan data dilaksanakan dengan satuan kenderaan per-jam

(Kend./jam), data ini masih belum dapat digunakan untuk perhitungan ruas dan

persimpangan pada lokasi studi, data ini harus dirubah kedalam satuam mobil

penumpang per-jam (smp/jam) dengan mengalikannya terhadap nilai ekivalen mobil

penumpang (emp) yang telah ditetapkan Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI)

februari 1997 seperti pada Tabel 4.9 dan Tabel 4.10 berikut ,

Tabel 4.9 Ekivalen mobil penumpang (emp) jalan perkotaan tak terbagi

Tipe jalan : Jalan tak Arus lalu Ekivalen Mobil Penumpang (EMP)
terbagi lintas total HV: Heavy MC: Motor cycle
dua arah Vehicle Lebar jalur lalu lintas Wc (m)
≤6 >6
Dua lajur tak terbagi 0 1.3 0.5 1.4
(2/2 UD) ≥1800 1.2 0.35 1.25
Empat lajur tak terbagi 0 1.3 0.4
(4/2UD) ≥3700 1.2 0.25
Sumber : MKJI, Februari 1997

Tabel 4.10 Ekivalen mobil penumpang (emp) jalan perkotaan terbagi dan satu arah
Tipe jalan : Jalan tak terbagi Arus lalu lintas Ekivalen Mobil Penumpang
total dua arah (EMP)
HV: MC:
Heavy Vehicle Motor cycle

Dua lajur satu arah (2/1) dan Empat 0 1.3 0.5


lajur terbagi (4/2D) ≥1050 1.2 0.35
Tiga lajur satu arah (3/1) dan Enam 0 1.3 0.4
lajur terbagi (6/2D) ≥1100 1.2 0.25
Sumber : MKJI, Februari 1997

Marwan Lubis : Studi Manajemen Lalu Lintas Meningkatkan Kinerja Jaringan Jalan Pada Daerah Lingkar Dalam Kota Medan, 2007
USU Repository © 2008
Nilai ekivalen mobil penumpang (emp) untuk kendaraan ringan (LV) untuk

setiap tipe jalan pada perhitungan ruas jalan perkotaan ditetapkan nilainya = 1.0 .

Pada perhitungan ruas jalan volume lalu lintas kenderaan tak bermotor (UM)

tidak perlu dikalikan dengan nilai ekivalen mobil penumpang (emp) sesuai dengan

prosedur perhitungan ruas jalan dan persimpangan yang ditetapkan Manual Kapasitas

Jalan Indonesia (MKJI) februari 1997.

Data hasil survei volume lalu lintas pada ruas jalan dengan satuan kenderaan

per-jam (kend./jam) selanjutnya ditentukan jam puncak volume lalu lintasnya dan di

tabulasi berdasarkan jenis kendaraannya dan nomor segmen ruas jalan yang telah

ditentukan, seperti dapat dilihat pada Tabel 4.11 berikut ini,

Tabel 4.11 Hasil survei volume lalu lintas saat jam puncak pada ruas jalan satuan
kendaraan per-jam (kend./jam)
No. Nama Ruas jalan Wkt
Volume lalu lintas Total Total Lajur
Segm puncak
en LV HV MC MV UM
Kend./J Kend./J Kend./J Kend./j Kend./J
1 Jl Brigjen Katamso I Sore 1748 6 1697 3451 37 A
1696 5 1830 3530 32 B
2 Jl Brigjen Katamso II Sore 2145 5 1867 4017 37 A
1954 4 1913 3871 32 B
3 Jl Pemuda Sore 2142 22 2419 4583 41 A
2228 8 2658 4894 52 B
4 Jl Ayani
Sore 1980 14 2976 4971 53 B
5 Jl Balai kota
Sore 5630 39 3702 9371 34 B
6 Jl Guru patimpus Sore 1052 11 1380 2443 49 A
2127 13 1335 3475 27 B
7 Jl Gatot Subroto
Sore 2855 16 2738 5609 75 B
8 Jl Iskandar Muda I
Sore 2024 0 529 2553 25 B
9 Jl Iskandar muda II Sore 1052 11 1380 2443 49 A
2127 13 1335 3475 27 B
10 Jl Iskandar muda III Sore 926 21 2030 2977 39 A
1217 9 1978 3204 15 B
11 Jl S Parman Sore 1145 4 1217 2366 30 A

Marwan Lubis : Studi Manajemen Lalu Lintas Meningkatkan Kinerja Jaringan Jalan Pada Daerah Lingkar Dalam Kota Medan, 2007
USU Repository © 2008
2511 3 1566 4080 41 B
12 Jl Mongonsidi Sore 1323 22 1008 2353 17 A
1342 12 1063 2417 22 B

Lanjutan Tabel 4.11


13 Jl Ir H Juanda I Sore 799 16 1503 2318 47 A
1112 14 991 2117 33 B
14 Jl Ir H Juanda II Sore 1522 10 981 2513 58 A
764 5 1278 2047 34 B
Hasil survei volume lalu lintas April 2006

Volume lalu lintas pada masing-masing ruas jalan saat jam puncak yang

satuannya masih kendaraan per-jam harus dirubah menjadi satuan mobil penumpang

per-jam (smp/Jam), untuk merubah satuaan volume lalu lintas dari kendaraan per-

jam (Kend/Jam) menjadi satuan mobil penumpang per-jam (smp/Jam) terlebih dahulu

dikalikan dengan angka ekivalen mobil penumpang (emp) yang ditetapkan Manual

Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) februari 1997 , angka ekivalen mobil penumpang

(emp) untuk ruas jalan dapat dilihat pada tabel 4.10 dan 4.11 di atas , dari pengalian

angka ekivalen mobil penumpang (emp) dengan volume lalu lintas kendaraan per-jam

(Kend./Jam) maka di peroleh hasil dari pengalian tersebut seperti dapat dilihat pada

Tabel 4.12 berikut ini,

Tabel 4.12 Hasil survei volume lalu lintas saat jam puncak pada ruas jalan satuan
mobil penumpang per-jam (smp/jam)
No. Nama Ruas jalan Wkt Volume lalu lintas Total Total Lajur
Segm puncak
en LV=1.0 HV=1.2 MC=0.25 MV UM
smp/J smp/J smp/J smp/J Kend./J
1 Jl Brigjen Katamso I Sore 1747.9 7.2 424.3 2179.4 37 A
1695.7 5.8 457.4 2158.8 32 B
2 Jl Brigjen Katamso II Sore 2145.2 6.1 466.7 2618.0 37 A
1953.5 4.9 478.3 2436.7 32 B
3 Jl Pemuda Sore 2142.0 26.4 604.8 2773.2 41 A
2228.0 9.6 664.5 2902.1 52 B

Marwan Lubis : Studi Manajemen Lalu Lintas Meningkatkan Kinerja Jaringan Jalan Pada Daerah Lingkar Dalam Kota Medan, 2007
USU Repository © 2008
4 Jl Ayani
Sore 1980.5 17.0 744.0 2741.4 53 B
5 Jl Balai kota
Sore 5630.0 46.8 925.5 6602.3 34 B

Lanjutan Tabel 4.12


6 Jl Guru patimpus Sore 1052.0 13.2 345.0 1410.2 49 A
2127.0 15.6 333.8 2476.4 27 B
7 Jl Gatot Subroto
Sore 2855.0 19.2 684.5 3558.7 75 B
8 Jl Iskandar Muda I
Sore 2024.0 0.0 132.3 2156.3 25 B
9 Jl Iskandar muda II Sore 1052.0 13.2 345.0 1410.2 49 A
2127.0 15.6 333.8 2476.4 27 B
10 Jl Iskandar muda III Sore 926.0 25.2 507.5 1458.7 39 A
1217.0 10.8 494.5 1722.3 15 B
11 Jl S Parman Sore 1145.0 4.8 304.3 1454.1 30 A
2511.0 3.6 391.5 2906.1 41 B
12 Jl Mongonsidi Sore 1323.0 26.4 252.0 1601.4 17 A
1342.0 14.4 265.8 1622.2 22 B
13 Jl Ir H Juanda I Sore 799.0 19.2 375.8 1194.0 47 A
1112.0 16.8 247.8 1376.6 33 B
14 Jl Ir H Juanda II Sore 1522.0 12.0 245.3 1779.3 58 A
764.0 6.0 319.5 1089.5 34 B

Hasil survei volume lalu lintas April 2006

Arus lalu lintas tertinggi kondisi saat ini (eksisting) selama pengamatan terjadi

pada ruas jalan Balai kota saat jam puncak sore hari, sebesar 9371 kend./jam atau

6602.3 smp/jam seperti yang tergambar pada Gambar 4.2 berikut ini,

Marwan Lubis : Studi Manajemen Lalu Lintas Meningkatkan Kinerja Jaringan Jalan Pada Daerah Lingkar Dalam Kota Medan, 2007
USU Repository © 2008
VOLUME LALU LINTA HASIL SURVEI (Kend./Jam) dan (smp/Jam)

10000.0
9000.0

8000.0
7000.0

6000.0
Total MV smp/J
5000.0
Total MV Kend./j
4000.0

3000.0
2000.0

1000.0
0.0

Gambar 4.2 Volume lalu lintas kendaraan per-jam (kend/jam) dan satuan mobil
penumpang per-jam (smp/Jam) pada saat jam puncak ruas jalan
Kepadatan lalu lintas hasil pengamatan yang terbesar terjadi pada ruas jalan
Balai Kota saat jam puncak sore hari dan aktifitas pinggir jalan yeng menyebabkan
hambatan samping seperti parkir kendaraan, pedagang kaki lima yang berjualan di
atas trotoar dan kendaraan yang keluar masuk area parkir pada ruas jalan tersebut
seperti dapat dilihat pada Gambar 4.3 berikut ini,

Gambar 4.3 Kepadatan lalu lintas di jalan Balai Kota saat jam puncak sore dan
aktivitas pinggir jalan yang sibuk

Marwan Lubis : Studi Manajemen Lalu Lintas Meningkatkan Kinerja Jaringan Jalan Pada Daerah Lingkar Dalam Kota Medan, 2007
USU Repository © 2008
Untuk data-data volume lalu lintas hasil survei pada masing masing

persimpangan selanjutnya di tabulasi sesuai dengan kebutuhan pada perhitungan

kelak, data yang ditabulasi masih dalam satuan kendaraan per-jam, berdasarkan

volume lalu lintas jam puncak untuk masing- masing lengan simpang yang di amati.

Hasil survei lalu lintas persimpangan dengan satuan kenderaan per-jam

(kend./jam) dapat dilihat pada Table 4.13 berikuit ini.

Tabel 4.13 Hasil survei volume lalu lintas saat jam puncak pada persimpangan
dengan satuan kenderaan per-jam (kend./jam)
No. Nama Jalan Persimpangan Kode Volume Lalu lintas Total Total
pendeka
tan LV* HV* MC* UM* MV* UM
Kend./J Kend./J Kend./J Kend./J Kend./J Kend./J
1 2 3 5 6 7 8 9 10
Jl Brigjen Katamso-Jl Ir H
1 U 940 24 1505 51 2469 51
Juanda
S 738 26 832 43 1596 43
T 935 8 842 53 1785 53
B 1333 18 1242 36 2593 36
2 Jl Brigjen Katamso-Jl Mesjid U 919 13 1328 51 2260 51
Raya
S 973 24 1712 53 2709 53
T 550 11 1308 38 1869 38
B 0 0 0 0 0 0
3 Jl Brigjen Katamso-Jl U 0 0 0 0 0 0
R.Suprapto-Jl Pandu-Jl
Pemuda S 734 4 563 18 1301 18
T 647 16 287 59 950 59
B 706 3 561 18 1270 18
4 Jl Pemuda-Jl Palang merah-Jl U 0 0 0 0 0 0
MT Haryono-Jl A Yani
S 2838 60 4080 83 6978 83
T 0 0 0 0 0 0
B 2340 36 2288 76 4664 76
Jl Balai kota-Jl Guru
5 U 0 0 0 0 0 0
Patimpus-Jl Putri Hijau-Jl
Perintis Kemerdekaan S 5630 39 3703 34 9372 34
T 0 0 0 0 0 0
B 1052 11 1380 49 2443 49
6 Jl G Patimpus-Jl H M A Malik- U 1531 17 2113 63 3661 63
Jl G Subroto-Jl Kptn Maulana-
Jl Gelugur S 3318 86 2639 186 6043 186
T 1386 9 1349 27 2744 27

Marwan Lubis : Studi Manajemen Lalu Lintas Meningkatkan Kinerja Jaringan Jalan Pada Daerah Lingkar Dalam Kota Medan, 2007
USU Repository © 2008
B 1683 12 2336 90 4031 90
7 Jl Gatot Subroto-Jl Iskandar U 0 0 0 0 0 0
Muda I
S 0 0 0 0 0 0
T 2581 32 1959 75 4572 75
B 630 8 310 39 948 39
8 Jl Iskandar muda-Jl Gajah U 3254 19 2057 52 5330 52
Mada
S 3482 10 1788 22 5280 22
T 0 0 0 0 0 0
B 2098 35 2626 44 4759 44
Jl Iskadandar muda II-Jl
9 U 840 13 664 33 1517 33
Abdullah Lubis
S 908 7 793 32 1708 32
T 169 12 154 16 335 16
B 1133 3 1097 4 2233 4

Lanjutan Tabel 4.13

10 Jl Iskadandar muda II-Jl U 662 9 22 11 693 11


Jamin Ginting-Jl KH Wahid
hasyim S 1164 24 788 40 1976 40
T 1381 16 1170 24 2567 24
B 758 5 523 43 1286 43
11 Jl Ir H Juanda-Jl Dipenegoro- U 123 1 406 6 530 6
Jl Polonia
S 670 15 1610 72 2295 72
T 561 4 745 6 1310 6
B 803 5 624 27 1432 27
Hasil survei volume lalu lintas April 2006
*LV : Kenderaan ringan *UM : Kenderaan tak bermotor
*HV : Kenderaan berat *MV : Kenderaan bermotor
*MC : Sepeda motor

Data volume lalu lintas pada tabel 4.13 di atas masih belum dapat

dipergunakan untuk perhitungan sesuai dengan prosedur perhitungan simpang

bersinyal yang mengacu pada metode MKJI februari 1997, maka data volume lalu

lintas yang masih satuaany kendaraan per-jam dirubah menjadi satuan mobil

penumpang per-jam dengan mengalikan volume lalu lintas kendaraan per-jam dengan

angka ekivalen mobil penumpang yang telah ditetapkan pada prosedur perhitungan.

Marwan Lubis : Studi Manajemen Lalu Lintas Meningkatkan Kinerja Jaringan Jalan Pada Daerah Lingkar Dalam Kota Medan, 2007
USU Repository © 2008
Angka ekivalen mobil penumpang untuk persimpangan dapat dilihat pada Tabel 4.14

berikut ini,

Tabel 4.14 Angka ekivalen mobil penumpang (emp) untuk persimpangan bersinyal
pada masing-masing pendekatan terlindung dan terlawan
Tipe kendaraan Ekivalen Mobil Penumpang (EMP)
Pendekatan
Terlindung Terlawan
LV: Light Vehicle 1.0 1.0
HV: Heavy Vehicle 1.3 1.3
MC: Motor cycle 0.2 0.4
Sumber : MKJI, Februari 1997

Setelah data volume lalu lintas kendaraan per-jam dikalikan dengan angka

ekivalen mobil penumpang (emp) di atas, selanjutnya di peroleh data volume lalu

lintas satuan mobil penumpang per-jam (smp/jam), hasilnya dapat dilihat pada Tabel

4.15 berikut ini,

Tabel 4.15 Hasil survei volume lalu lintas jam puncak persimpangan satuan mobil
penumpang per-jam (smp/jam)
No Nama Jalan Kode Volume Lalu lintas Total
. Persimpangan pendek
atan LV* HV* MC* arus MV
emp =1 emp = 1.3 emp = 0.5 (Q)
smp/jam smp/jam smp/jam smp/jam
1 2 3 4 5 6 7
1 Jl Brigjen Katamso-Jl Ir H U 940 31.2 752.5 1723.7
Juanda
S 738 33.8 416 1187.8
T 935 10.4 421 1366.4
B 1333 23.4 621 1977.4
2 Jl Brigjen Katamso-Jl U 919 16.9 664 1599.9
Mesjid Raya
S 973 31.2 856 1860.2
T 550 14.3 654 1218.3
B 0 0 0 0
3 Jl Brigjen Katamso-Jl U 0 0 0 0
R.Suprapto-Jl Pandu-Jl
S 734 5.2 281.5 1020.7
Pemuda
T 647 20.8 143.5 811.3
B 706 3.9 280.5 990.4

Marwan Lubis : Studi Manajemen Lalu Lintas Meningkatkan Kinerja Jaringan Jalan Pada Daerah Lingkar Dalam Kota Medan, 2007
USU Repository © 2008
4 Jl Pemuda-Jl Palang U 0 0 0 0
merah-Jl MT Haryono-Jl A
S 2838 77.935 2039.95 4955.885
Yani
T 0 0 0 0
B 2340 46.8 1144 3530.8
5 Jl Balai kota-Jl Guru U 0 0 0 0
Patimpus-Jl Putri Hijau-Jl
S 5630 50.7 1851.5 7532.2
Perintis Kemerdekaan
T 0 0 0 0
B 1052 14.3 690 1756.3
6 Jl G Patimpus-Jl H M A U 1531 22.1 1056.5 2609.6
Malik-Jl G Subroto-Jl Kptn
S 3318 111.8 1319.5 4749.3
Maulana-Jl Gelugur
T 1386 11.7 674.5 2072.2
B 1683 15.6 1168 2866.6
7 Jl Gatot Subroto-Jl U 0 0 0 0
Iskandar Muda I
S 0 0 0 0
T 2581 41.6 979.5 3602.1
B 630 10.4 155 795.4
Lanjutan Tabel 4.15
8 Jl Iskandar muda-Jl Gajah U 3254 24.7 1028.5 4307.2
Mada
S 3482 13 894 4389
T 0 0 0 0
B 2098 45.5 1313 3456.5
9 Jl Iskadandar muda II-Jl U 840 16.9 332 1188.9
Abdullah Lubis
S 908 9.1 396.5 1313.6
T 169 15.6 77 261.6
B 1133 3.9 548.5 1685.4
10 Jl Iskadandar muda II-Jl U 662 11.7 11 684.7
Jamin Ginting-Jl KH Wahid
S 1164 31.2 394 1589.2
hasyim
T 1381 20.8 585 1986.8
B 758 6.5 261.5 1026
11 Jl Ir H Juanda-Jl U 123 1.3 203 327.3
Dipenegoro-Jl Polonia
S 670 19.5 805 1494.5
T 561 5.2 372.5 938.7
B 803 6.5 312 1121.5
Hasil survei volume lalu lintas April 2006

Volume lalu lintas terbesar di persimpangan saat jam puncak terjadi pada

persimpangan Jl Balai Kota-Jl Guru Patimpus-Jl Putri Hijau-Jl Perintis Kemerdekaan

pada lengan simpang arah selatan (S) sebesar 9372 kend/jam atau 7532.2 smp/jam

seperti yang digambarkan Gambar 4.4 berikut.

Marwan Lubis : Studi Manajemen Lalu Lintas Meningkatkan Kinerja Jaringan Jalan Pada Daerah Lingkar Dalam Kota Medan, 2007
USU Repository © 2008
VOLUME ARUS LALU LINTAS PERSIMPANGAN KENDERAAN BERMOTOR (MV) Kend./Jam

10000 9372
9000

8000

7000

6000

5000

4000

3000

2000

1000

0
U

U
T

T
S

B
Jl Brigjen Jl Brigjen Jl Brigjen Jl Pemuda-Jl Jl Balai kota-Jl Jl G Patimpus- Jl Gatot Jl Iskandar Jl Iskadandar Jl Iskadandar Jl Ir H Juanda-
Katamso-Jl Ir H Katamso-Jl Katamso-Jl Palang merah- Guru Patimpus- Jl H M A Malik- Subroto-Jl muda-Jl Gajah muda II-Jl muda II-Jl Jamin Jl Dipenegoro-
Juanda Mesjid Raya R.Suprapto-Jl Jl MT Haryono- Jl Putri Hijau-Jl Jl G Subroto-Jl Iskandar Muda Mada Abdullah Lubis Ginting-Jl KH Jl Polonia
Pandu-Jl Jl A Yani Perintis Kptn Maulana- I Wahid hasyim

Gambar 4.4 Volume lalu lintas persimpangan satuan mobil penumpang per-jam
(smp/jam) pada saat jam puncak di lokasi studi

4.1.4 Survei Kecepatan Perjalanan

Survei kecepatan perjalanan dilakukan dengan cara metode pengamatan

bergerak (moving research method ) dengan menggunakan kenderaan bermotor

mengikuti arus lalu lintas diruas jalan (jaringan jalan) pada lokasi studi.

Data hasil survei yang dilakukan diperoleh waktu tempuh rata-rata diruas

jalan pada lajur A dan lajur B yang dikurangi waktu tunda pada persimpangan.

selanjutnya ditabulasi dengan terlebih dahulu dikurangi waktu tundaan selama

perjalanan, waktu tunda selama survei berupa waktu merah pada persimpangan yang

dilewati.

Hasil survei waktu tempuh rata-rata perjalanan dan kecepatan rata-rata dapat

dilihat pada Tabel 4.16 berikut.

Tabel 4.16 Data hasil survei kecepatan rata-rata ruas jalan pada lokasi studi
No. Nama Ruas jalan Panjang Panjang Kec. Kec
Waktu tempuh
Ruas Ruas lajur A lajur B
Lajur A Lajur B (km/jam) (km/jam)

Marwan Lubis : Studi Manajemen Lalu Lintas Meningkatkan Kinerja Jaringan Jalan Pada Daerah Lingkar Dalam Kota Medan, 2007
USU Repository © 2008
Jalan Jalan
menit detik menit detik (km) (m)
1 B.Katamso I 0.000 36.700 0.000 29.200 0.410 410 40.218 50.548
2 B.Katamso II 1.000 32.060 1.000 11.810 0.901 901 35.234 45.169
3 Jl Pemuda 1.000 5.220 0.000 0.000 0.315 315 17.387 0.000
4 Jl.A Yani 1.000 23.430 0.000 0.000 0.683 683 29.471 0.000
5 Jl Balai Kota 1.000 43.700 0.000 0.000 0.725 725 25.169 0.000
6 Jl G Patimpus 2.000 14.600 1.000 55.000 0.801 801 21.423 25.075
7 Jl Gatot Subroto 2.000 9.800 0.000 0.000 0.727 727 20.163 0.000
8 Jl Iskandar Muda I 1.000 22.230 0.000 0.000 0.638 638 27.931 0.000
9 Jl Iskandar Muda II 2.000 24.850 2.000 11.000 1.062 1062 26.394 29.185
10 Jl Iskandar Muda III 1.000 20.270 0.000 57.000 0.619 619 27.761 39.095
11 Jl S Parman 0.000 33.810 0.000 40.000 0.101 101 10.754 9.090
12 Jl Mongonsidi 1.000 8.620 2.000 1.210 1.064 1064 55.820 31.601
13 Jl Ir H Juanda I 2.000 2.810 1.000 51.110 0.533 533 15.624 17.269
14 Jl Ir H Juanda II 2.000 10.170 2.000 47.551 0.757 757 20.936 16.265
Total 17.000 288.270 9.000 303.881 9.336 9336.000 374.287 263.297
Rata-rata 1.214 20.591 0.643 21.706 0.667 666.857 26.735 18.807
Hasil survey kecepatan perjalanan

Kecepatan rata-rata perjalanan pada ruas jalan yang tertinggi terjadi pada

ruas jalan Mongonsidi di lajur A sebesar 55.820 km/jam dan ruas jalan B Katamso II

di lajur B sebesar 50.548 km/jam, sedangkan kecepatan perjalanan terendah pada ruas

jalan terjadi pada ruas jalan S Parman di lajur A sebesar 10.754 km/jam dan di lajur

B sebesar 9.090 km/jam, yang secara keseluruhan memberikan gambaran kecepatan

rata-rata perjalanan pada jaringan jalan lokasi studi, dengan total panjang jaringan

sebesar 9.336 km memiliki kecepatan rata-rata perjalanan sabesar 26.735 km/jam

pada lajur A dan 18.807 km/jam pada lajur B, hal ini dapat digambarakan seperti

Gambar 4.5 berikut

Marwan Lubis : Studi Manajemen Lalu Lintas Meningkatkan Kinerja Jaringan Jalan Pada Daerah Lingkar Dalam Kota Medan, 2007
USU Repository © 2008
Kecepatan perjalanan (km/Jam) lajur A dan B
pada ruas jalan di lokasi studi

55.820
50.548
60.000 Kecepatan
perjalanan
50.000 (km/jam) A
40.000
Kecepatan
30.000 perjalanan

10.754
(km/jam) B

9.090
20.000
10.000
0.000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

Gambar 4.5 Kecepatan rata-rata perjalanan ruas jalan lajur A dan B pada lokasi
studi

4.1.5 Survei Geometrik pada Ruas Jalan dan Persimpangan

Survei geometrik pada lokasi studi dilaksanakan pada saat survei volume lalu

lintas di ruas jalan dan persimpangan, survei ini hanya dilaksanakan sekali saja

dengan cara pengukuran dan berjalan sepanjang lokasi studi.

Hasil survei giometrik pada ruas jalan dan persimpangan dapat dilihat pada

Tabel 4.17 dan 4.18 berikut,

Tabel 4.17 Hasil survei geometrik ruas jalan pada lokasi studi

No. Nama ruas jalan Tipe Tipe Panja Leba Lebar


daerah jalan ng Lebar jalur Lebar kreb r bukaan
segm Sisi Sisi Sisi Sisi Medi Sisi Sisi
en A B A B an A B
(m)
(m) (m) (m) (m) (m) (m) (m)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1 Jl Brigjen Katamso I Komersial 6/2D 0.400 9.0 9.0 1.5 1.5 1.5 0.4 0.4
2 Jl Brigjen Katamso II Komersial 6/2D 0.900 9.0 9.0 1.5 1.5 1.5 0.4 0.4
3 Jl Pemuda Komersial 3/1 0.315 9.0 9.0 1.5 1.7 1.7 0.3 0.4
4 Jl Ayani Komersial 4/1 0.683 12.0 0.0 1.2 1.2 0.0 0.0 0.0
5 Jl Balai kota Komersial 6/1 0.525 18.0 0.0 2.0 2.0 0.0 0.0 0.0
6 Jl Guru patimpus Komersial 4/2D 0.748 9.2 4.5 2.9 1.2 0.6 0.2 0.4

Marwan Lubis : Studi Manajemen Lalu Lintas Meningkatkan Kinerja Jaringan Jalan Pada Daerah Lingkar Dalam Kota Medan, 2007
USU Repository © 2008
7 Jl Gatot Subroto Komersial 6/1 0.727 12.0 6.0 1.5 1.6 0.4 0.2 0.2
8 Jl Iskandar Muda I Komersial 4/1 0.638 7.0 6.0 2.4 2.6 4.0 0.3 0.3
9 Jl Iskandar muda II Komersial 4/2D 0.619 6.0 6.5 2.4 3.0 0.3 0.3 0.3
10 Jl Iskandar muda III Komersial 4/2D 0.619 6.0 6.0 2.4 2.7 0.4 0.3 0.3
11 Jl S Parman Komersial 4/2D 0.101 5.0 7.5 1.0 1.0 0.4 0.3 0.3
12 Jl Mongonsidi Komersial 4/2D 1.064 6.0 6.0 3.7 3.7 3.8 0.3 0.3
13 Jl Ir H Juanda I Komersial 4/2D 0.533 6.0 6.0 2.5 2.9 0.5 0.4 0.4
14 Jl Ir H Juanda II Komersial 4/2D 0.757 6.5 6.5 2.7 2.1 0.5 0.4 0.4
Hasil survey giometrik 2006

Tabel 4.18 Hasil survei geometrik persimpangan pada lokasi studi

No. Nama Jalan Persimpangan Kode Tipe Lebar pendekatan (meter) Juml
pendek simpang ah
atan WA Wmasuk WLTOR Wkeluar fase

1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 Jl Brigjen Katamso-Jl Ir H U 9.40 7.40 2.00 6.20
Juanda
S 7.50 5.50 2.00 7.70
433L 4
T 6.00 4.00 2.00 4.00
B 7.50 5.50 2.00 5.50
2 Jl Brigjen Katamso-Jl Mesjid U 9.00 7.00 0.00 9.00
Raya
S 5.00 5.00 0.00 7.00
323 3
T 7.00 5.00 0.00 7.00
B 0.00 0.00 0.00 0.00

Lanjutan Tabel 4.18


3 Jl Brigjen Katamso-Jl U 9.00 9.00 0.00 9.00
R.Suprapto-Jl Pandu-Jl
S 9.00 7.00 2.00 9.00
Pemuda 423L 3
T 7.00 5.00 2.00 6.50
B 6.50 6.50 0.00 7.00
4 Jl Pemuda-Jl Palang merah- U 12.00 0.00 0.00 0.00
Jl MT Haryono-Jl A Yani
S 10.50 8.50 2.00 12.00
433L 2
T 6.00 0.00 0.00 0.00
B 7.00 7.00 2.00 6.00
5 Jl Balai kota-Jl Guru U 0.00 0.00 0.00 0.00
Patimpus-Jl Putri Hijau-Jl
S 16.00 12.00 4.00 14.00
Perintis Kemerdekaan 423L 2
T 0.00 0.00 0.00 0.00
B 6.00 4.50 1.50 12.00
6 Jl G Patimpus-Jl H M A U 6.00 6.00 0.00 6.00
Malik-Jl G Subroto-Jl Kptn
S 8.00 8.00 4.00 8.00
Maulana-Jl Gelugur 433 3
T 7.00 7.00 0.00 6.00
B 5.00 3.50 1.50 5.00

Marwan Lubis : Studi Manajemen Lalu Lintas Meningkatkan Kinerja Jaringan Jalan Pada Daerah Lingkar Dalam Kota Medan, 2007
USU Repository © 2008
7 Jl Gatot Subroto-Jl Iskandar U 0.00 0.00 0.00 0.00
Muda I
S 14.40 14.40 0.00 0.00
333 2
T 23.50 18.00 0.00 12.11
B 12.50 14.40 0.00 14.40
8 Jl Iskandar muda-Jl Gajah U 15.00 12.00 3.00 7.00
Mada
S 7.00 5.00 2.00 15.00
423L 3
T 15.00 0.00 0.00 0.00
B 7.00 7.00 0.00 15.00
9 Jl Iskadandar muda II-Jl U 7.00 7.00 0.00 7.00
Abdullah Lubis
S 7.00 7.00 0.00 7.00
422 4
T 3.65 3.65 0.00 5.80
B 5.80 5.80 0.00 3.65
10 Jl Iskadandar muda II-Jl U 5.50 5.50 0.00 6.00
Jamin Ginting-Jl KH Wahid
S 6.00 6.00 0.00 5.50
hasyim 422 4
T 6.00 6.00 0.00 4.50
B 4.50 4.50 0.00 6.00
11 Jl Ir H Juanda-Jl U 7.00 7.00 0.00 7.00
Dipenegoro-Jl Polonia
S 7.00 7.00 0.00 7.00
423 4
T 7.00 7.00 0.00 7.00
B 7.00 7.00 0.00 7.00

4.1.6 Survei Hambatan Samping pada Ruas Jalan

Survei ini di lakukan dengan cara visualisasi atau pengamatan langsung yang

bertujuan untuk menentukan frekwensi kejadian hambatan sampin pada masing-

masing ruas jalan yang ada pada lokasi studi, yang nantinya dipergunakan untuk

menentukan kelas hambatan samping pada masing-msing ruas jalan.

Pada pelaksanaannya yang ditetapkan oleh Manual Kapasitas Jalan Indonesia

(MKJI) Februari 1997, bahwa jarak pengamatan untuk masing – masing ruas jalan

Marwan Lubis : Studi Manajemen Lalu Lintas Meningkatkan Kinerja Jaringan Jalan Pada Daerah Lingkar Dalam Kota Medan, 2007
USU Repository © 2008
pada survei ini sepanjang 200 m dengan pengelompokan tipe kejadian dan faktor

bobotnya seperti Tabel 4.19 berikut ini,

Tabel 4.19 Pengelompokan tipe kejadian dan faktor bobot hambatan samping

No. Tipe kejadian hambatan samping Faktor bobor

1 Pejalan kaki 0.5

2 Parkir, Kendaraan berhenti 1.0

3 Kendaraan masuk dan keluar perkantoran atau parkir 0.7

4 Kendaraan lambat, angkutan menaikan dan menurunkan penumpang 0.4

Sumber : MKJI, Februari 1997

Dengan mengalikan jumlah kejadian hambatan samping pada pengamatan

langsung dilapangan dengan faktor bobot, maka diperoleh frekwensi bobot untuk

masing-masing tipe kejadian yang selanjutnya di totalkan sehingga diperoleh angka

frekwensi bobot kejadian. Besarnya total frekwensi bobot yang diperoeh merupakan

penentu kelas hambatan samping masing-masing ruas jalan, Manual Kapasitas Jalan

Indonesia (MKJI) Februari 1997.

Bentuk kelas hambatan samping yang ditetapkan Manual Kapasitas Jalan

Indonesia (MKJI) Februari 1997 dapat dilihat pada Tabel 4.20 berikut ini,

Tabel 4.20 Penentuan kelas hambatan samping berdasarkan frekwensi bobot kejadian
Frekwensi berbobot kejadian Kondisi khusus Kelas hambatan samping
1 2 3 4
< 100 Pemukiman,hampir tidak ada kejadian Sangat rendah VL
100 - 299 Pemukiman, beberapa angkutan umum, dll Rendah L
300 - 499 Daerah industri dengan toko-toko di sisi jalan Sedang M
500 - 899 Daerah niaga dengan aktivitas sisi jalan yang tinggi Tinggi H
900 > Daerah niaga dgn aktivitas pasar sisi jalan yang sangat tinggi Sangat tinggi VH
Sumber : MKJI, Februari 1997

Marwan Lubis : Studi Manajemen Lalu Lintas Meningkatkan Kinerja Jaringan Jalan Pada Daerah Lingkar Dalam Kota Medan, 2007
USU Repository © 2008
Dari hasil pengalian jumlah kejadian hambatan samping dengan faktor bobot

dan hasinya diperoleh frekwensi berbobot kejadian akibat hambatan samping pada

ruas jalan. Dari frekwensi berbobot kejadian maka ditentukanlah kelas hambatan

samping untuk masing-masing ruas jalan pada lokasi studi seperti Tabel 4.21 berikut

ini,

Tabel 4.21 Kelas hambatan samping pada masing-masing ruas jalan di lokasi studi
No. Nama Ruas jalan Frekwensi Kejadian/jam Kelas
hambatan
Pejalan Parkir Kend.masu Kend.La Total samping
kaki Kend.Berhenti k+keluar mbat

1 B.Katamso I 125.5 76 71.4 122.8 395.7 M


2 B.Katamso II 106.5 232 37.8 120.8 497.1 M
3 Jl Pemuda 113.5 52 147 160.4 472.9 M
4 Jl.A Yani 105.5 119 12.6 120.8 357.9 M
5 Jl Balai Kota 195 61 280.7 126.8 663.5 H
6 Jl G Patimpus 198 128 133.7 151.6 611.3 H
7 Jl Gatot Subroto 201 197 277.9 204.8 880.7 H
8 Jl Iskandar Muda I 207.5 78 145.6 199.6 630.7 H
9 Jl Iskandar Muda II 192.5 109 128.1 203.6 633.2 H
10 Jl Iskandar Muda III 96 89 78.4 43.6 307 M
11 Jl S Parman 30.5 7 45.5 31.6 114.6 L
12 Jl Mongonsidi 58 111 95.2 108.4 372.6 M
13 Jl Ir H Juanda I 39.5 32 53.9 81.6 207 L
14 Jl Ir H Juanda II 165.5 219 70.7 159.6 614.8 H
Jika dilihat dari hasil perhitungan menentukan kelas hambatan samping pada

masing-masing ruas jalan dan dirata-ratakan, maka kelas hambatan samping rata-rata

pada ruas – ruas jalan di loksi studi sebesar 675.9 frekwensi kejadian yang

mengindikasikan bahwa hambatan samping rata-rata diruas jalan pada lokasi studi

tergolong tinggi (H).

Bentuk-bentuk kejadian hambatan samping dan permasalahan lalu lintas

lainnya pada ruas – ruas jalan di lokasi studi dapat dilihat pada gambar hasil

dokumentasi berikut ini.

Marwan Lubis : Studi Manajemen Lalu Lintas Meningkatkan Kinerja Jaringan Jalan Pada Daerah Lingkar Dalam Kota Medan, 2007
USU Repository © 2008
Kendaraan yang keluar dan masuk pada lokasi parkir

area perkantoran, pertokoan, pusat perbelanjaan dan

parkir kendaraan umum seperti becak betor didepan

pintu keluar dan masuk area parkir

Penyeberang jalan yang tidak pada tempatnya seperti

zebra croos atau jembatan penyeberangan sehingga

dapat memperlambat kecepatan kendaraan dan bisa

menimbulkan kemacatan atau kecelakaan

Parkir kendaraan pada badan bersudut yang

menyebabkan penyempitan jalan dan memperkecil

kapasitas ruas jalan serta mengganggu laju

kendaraan lain saat akan keluar area parkir.

Kendaraan umum yang menaikkan dan menurunkan

penumpang tidak pada tempatnya dan berlapis

sehingga memperlambat laju kendaraan lain

.Pedagang kaki lima yang berjualan di atas trotoar.

Penyeberang jalan secara bergerombolan yang

menyeberang tidak pada tempat yang telah

disediakan sehing rawan kecelakaan dan

memperlambat laju kendaraan di ruas jalan.d

Marwan Lubis : Studi Manajemen Lalu Lintas Meningkatkan Kinerja Jaringan Jalan Pada Daerah Lingkar Dalam Kota Medan, 2007
USU Repository © 2008
Gambar 4.6 Bentuk-bentuk hambatan samping hasil pengamatan di jaringan jalan
lokasi studi

4.2 Pengolahan Data

Rangkaian kegiatan pada pengolahan data meliputi perhitungan untuk

menentukan kinerja operasional ruas jalan maupun kinerja operasional persimpangan

kondisi saat ini (eksisting) dengan mengacu pada prosedur perhitungan yang

ditetapkan Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) Februari 1997.

Prosedur perhitungan di atas memuat instruksi langkah demi langkah yang

dikerjakan untuk analisa operasional ruas jalan dengan bantuan formulir UR-1, UR-2

dan UR-3, sedangkan untuk persimpangan menggunakan formulir SIG-1, SIG-2,

SIG-3, SIG-4 dan SIG-5, bentuk formulir untuk perhitunga ruas jalan dan

persimpangan dapat dilihat pada lampiran thesis ini

4.2.1 Hasil Perhitungan Ruas Jalan dan Persimpangan

Sesuai dengan prosedur perhitungan dan mengikuti langkah – langkah

perhitungan menggunakan formulir UR-1, UR-2 dan UR-3 pada ruas jalan , maka

diperoleh hasil perhitungan kinerja operasional ruas jalan seperti Tabel 4.22 berikut

ini.

Tabel 4.22 Hasil perhitungan kinerja operasional ruas jalan pada lokasi studi

No. Nama Ruas jalan Wkt Volume lalu Kapasitas Derajat Kec. Arus Kec.perj Panjang Wkt tempuh Wkt
pun lintas (C ) Kejenuh bebeas alanan segmen .arus bebas tempuh
cak (Q) (smp/j) an DS FV (VLV) (L) (Jam) perjalanan
(smp/j) (smp/j) (Kend/j) (Kend/j) (Km ) (Jam)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

1 Jl Brigjen Katamso I Pagi 1977.3 4371.8 0.45 55.6 40.1 0.4 0.00719 0.00997

Marwan Lubis : Studi Manajemen Lalu Lintas Meningkatkan Kinerja Jaringan Jalan Pada Daerah Lingkar Dalam Kota Medan, 2007
USU Repository © 2008
1896.8 4371.8 0.43 55.6 50.5 0.4 0.00719 0.00791
Sore 2179.4 4371.8 0.50 55.6 40.1 0.4 0.00719 0.00997
2158.8 4371.8 0.49 55.6 50.6 0.4 0.00719 0.00791
2 Jl Brigjen Katamso II Pagi 2314.2 4371.8 0.53 55.6 35.2 0.9 0.01620 0.02557
2294.7 4371.8 0.52 55.6 45.2 0.9 0.01620 0.01995
Sore 2618.0 4371.8 0.60 55.6 35.2 0.9 0.01620 0.02557
2436.7 4371.8 0.56 55.6 45.2 0.9 0.01620 0.01995
3 Jl Pemuda Pagi 2532.7 3825.4 0.66 55.6 17.4 0.3 0.00566 0.01812
2384.5 3825.4 0.62 55.6 17.4 0.3 0.00566 0.01812
Sore 2773.2 3825.4 0.72 55.6 17.4 0.3 0.00566 0.01812
2902.1 3825.4 0.76 55.6 17.4 0.3 0.00566 0.01812
4 Jl Ayani Pagi 2352.1 4330.3 0.54 52.7 29.5 0.7 0.01297 0.02318
Sore 2741.4 4330.3 0.63 52.7 29.5 0.7 0.01297 0.02318
5 Jl Balai kota Pagi 3143.9 8015.0 0.39 50.2 25.2 0.5 0.01047 0.02086
Sore 6602.3 8015.0 0.82 50.2 25.2 0.5 0.01047 0.02086
6 Jl Guru patimpus Pagi 1174.7 2930.7 0.40 52.5 21.4 0.7 0.01426 0.03492
1866.9 2840.9 0.66 49.3 25.1 0.7 0.01518 0.02983
Sore 1410.2 2930.7 0.48 52.5 21.4 0.7 0.01426 0.03492
2476.4 2840.9 0.87 49.3 25.1 0.7 0.01518 0.02983
7 Jl Gatot Subroto Pagi 3688.0 4979.0 0.74 47.9 20.2 0.7 0.01518 0.03606
Sore 3558.7 4979.0 0.71 47.9 20.2 0.7 0.01518 0.03606
8 Jl Iskandar Muda I Pagi 1686.5 2787.8 0.60 51.9 27.9 0.6 0.01229 0.02284
Sore 2156.3 2787.8 0.77 51.9 27.9 0.6 0.01229 0.02284
9 Jl Iskandar muda II Pagi 846.1 2711.1 0.31 54.7 26.4 1.1 0.01941 0.04024
2159.6 2829.0 0.76 56.6 29.2 1.1 0.01875 0.03639
Lanjutan Tabel 4.22
Sore 1410.2 2711.1 0.52 54.7 26.4 1.1 0.01941 0.04024
2476.4 2829.0 0.88 56.6 29.2 1.1 0.01875 0.03639
10 Jl Iskandar muda III Pagi 1174.7 2975.3 0.39 56.4 20.9 0.6 0.01097 0.02957
1866.9 2975.3 0.63 56.4 39.1 0.6 0.01097 0.01583
Sore 1458.7 2975.3 0.49 56.4 20.9 0.6 0.01097 0.02957
1722.3 2975.3 0.58 56.4 39.1 0.6 0.01097 0.01583
11 Jl S Parman Pagi 1573.7 2975.3 0.53 56.4 10.8 0.1 0.00179 0.00939
1692.7 2975.3 0.57 56.4 9.1 0.1 0.00179 0.01111
Sore 1454.1 2975.3 0.49 56.4 10.8 0.1 0.00179 0.00939
2906.1 2975.3 0.98 56.4 9.1 0.1 0.00179 0.01111
12 Jl Mongonsidi Pagi 960.8 2796.8 0.34 56.4 55.8 1.1 0.01886 0.01906
1397.1 2796.8 0.50 56.4 31.6 1.1 0.01886 0.03367
Sore 1601.4 2796.8 0.57 56.4 55.8 1.1 0.01886 0.01906
1622.2 2796.8 0.58 56.4 31.6 1.1 0.01886 0.03367
13 Jl Ir H Juanda I Pagi 999.4 2796.8 0.36 56.4 15.6 0.5 0.00945 0.03411
1008.3 2796.8 0.36 56.4 17.3 0.5 0.00945 0.03086

Marwan Lubis : Studi Manajemen Lalu Lintas Meningkatkan Kinerja Jaringan Jalan Pada Daerah Lingkar Dalam Kota Medan, 2007
USU Repository © 2008
Sore 1194.0 2796.8 0.43 56.4 15.6 0.5 0.00945 0.03411
1376.6 2796.8 0.49 56.4 17.3 0.5 0.00945 0.03086
14 Jl Ir H Juanda II Pagi 1472.2 2796.8 0.53 58.4 20.9 0.8 0.01296 0.03616
755.7 2796.8 0.27 58.4 16.3 0.8 0.01296 0.04654
Sore 1779.3 2796.8 0.64 58.4 20.9 0.8 0.01296 0.03616
1089.5 2796.8 0.39 58.4 16.3 0.8 0.01296 0.04654

Demikian halnya dengan persimpangan bersinyal pada lokasi studi juga

mengikuti langkah – langkah perhitungan menggunakan formulir SIG-1, SIG-2, SIG-

3, SIG-4 dan SIG-5, untuk menentukan kinerja operasional persimpangan kondisi

eksisting yang hasilnya ditabulasi seperti Tabel 4.23 berikut ini.

Tabel 4.23 Hasil perhitungan kinerja operasional persimpangan pada lokasi studi

No. Nama Jalan Kode Arus Arus Kapasi Derajat Tundaa Tundaan Tundaa Tundaan
Persimpangan pend Jenuh Kend. Q ts Kejenuha n Lalin rata-rata n total simp. rata
ekata S (smp/j) (C) n DS (DT) D (D) (det/smp)
n (smp/j) (smp/j) det/smp (det/smp smp.det
)
1 2 3 4 5 9 10 17 18 19 20

1 Jl Brigjen Katamso-Jl Ir H U
Juanda 3050 756 792 0.9544 170.5 174.4 131837
S 4824 771 808 0.9544 188.3 192.1 148195
151.05
T 4098 1018 1067 0.9544 163.6 167.4 170445
B 5055 1273 1334 0.9544 158.6 162.4 206779
2 Jl Brigjen Katamso-Jl U
Mesjid Raya 4092 785 1006 0.7811 29.9 33.6 26369
S 3468 605 774 0.7811 32.2 36.3 21978
25.88
T 2925 738 944 0.7811 26.9 30.9 22827
B 0 0 0 0.0000 0.0 0.0 0
3 Jl Brigjen Katamso-Jl U 21.88
R.Suprapto-Jl Pandu-Jl 0 0 0 0.0000 0.0 0.0 0
Pemuda S 5080 964 1324 0.7281 22.8 26.3 25372
T 4883 783 1075 0.7281 24.9 28.4 22264

Marwan Lubis : Studi Manajemen Lalu Lintas Meningkatkan Kinerja Jaringan Jalan Pada Daerah Lingkar Dalam Kota Medan, 2007
USU Repository © 2008
B 4697 934 1283 0.7281 22.5 26.2 24515
4 Jl Pemuda-Jl Palang U
merah-Jl MT Haryono-Jl 0 0 0 0.0000 0.0 0.0 0
A Yani S 5622 2991 2736 1.0932 203.9 213.6 639025
165.15
T 0 0 0 0.0000 0.0 0.0 0
B 4829 2182 1996 1.0932 209.9 219.7 479339
5 Jl Balai kota-Jl Guru U
Patimpus-Jl Putri Hijau-Jl 0 0 0 0.0000 0.0 0.0
Perintis Kemerdekaan S 9366 4584 4696 0.9760 116.0 119.7 548795
85.69
T 0 0 0 0.0000 0.0 0
B 2232 1035 1061 0.9760 146.3 150.1 155411
6 Jl Guru Patimpus-Jl H M U
A Malik-Jl Gatot Subroto- 6841 925 1017 0.9092 112.8 116.8 108047
Jl Kapten Maulana-Jl S 6458 0 960 0.0000 83.1 83.1 0
Gelugur 87.07
T 7084 1668 1835 0.9092 92.6 96.3 160649
B 5120 1807 1987 0.9092 75.6 79.4 143527
7 Jl Gatot Subroto-Jl U
Iskandar Muda I 0 0 0 0.0000 0.0 0.0 0
S 0 0 0 0.0000 0.0 0.0 0
8.64
T 9018 3014 5206 0.5789 4.7 7.0 20998
B 10444 764 1320 0.5789 14.4 18.7 14258
8 Jl Iskandar muda-Jl U
Gajah Mada 9254 2024 2617 0.7732 56.3 59.9 121274
103542
S
3964 1499 1121 1.3368 682.7 690.9 4 141.21
T 0 0 0 0.0000 0.0 0.0 0
B 5044 1342 1735 0.7732 51.2 55.0 73762
9 Jl Iskadandar muda II-Jl U
Abdullah Lubis 5344 990 1129 0.8766 63.4 67.2 66570
S 3676 697 795 0.8766 66.7 70.6 49181
59.19
T 2657 215 245 0.8766 101.7 106.2 22826
B 4567 1356 1547 0.8766 50.9 54.9 74401
Lanjutan Tabel 4.23
10 Jl Iskadandar muda II-Jl U 4995 678 663 1.0228 139.5 146.2 99095
Jamin Ginting-Jl KH
Wahid hasyim S 6935 1353 1323 1.0228 116.8 121.3 164083
124.57
T 6257 1636 1599 1.0228 109.3 113.0 184813
B 3496 806 788 1.0228 129.1 135.5 109209
11 Jl Ir H Juanda-Jl U
Dipenegoro-Jl Polonia 4940 206 297 0.6933 73.8 77.6 15993
S 5387 1012 1460 0.6933 48.6 52.2 52787
38.27
T 2879 715 0 0.0000 0.0 0.0 0
B 4858 1059 1528 0.6933 44.7 49.2 52116

Dari tabel 4.23 di atas maka dapat di ketahui bahwa tundaan persimpangan rata-rata

yang tertinggi terjadi pada persimpangan Jl Pemuda-Jl Palang Merah-Jl MT Haryono-

Jl Ayani sebesar 165.15 detik/smp, dan selanjutnya terjadi pada persimpangan Jl B

Katamso-Jl Ir H Juanda sebesar 151.05 detik/smp, selanjutnya pada persimpangan Jl

Marwan Lubis : Studi Manajemen Lalu Lintas Meningkatkan Kinerja Jaringan Jalan Pada Daerah Lingkar Dalam Kota Medan, 2007
USU Repository © 2008
Iskandar Muda I- Jl Gajah Mada sebesar 141.21 detik/smp, selanjutnya pada

persimpangan Jl Iskadar Muda-Jl Jamin Ginting-Jl KH Wahid hasyim sebesar 124.57

detik/smp. Secara grafis tundaan persimpangan bersinyal di lokasi studi dapat dilihat

pada Gambar 4.7 berikut ini,

Tundaan simp. rata (det/smp)

180.00
160.00 165.15
140.00151.05
141.21
120.00
124.57
100.00
Tundaan simp. rata (det/smp)
80.00
60.00
40.00
20.00
0.00
10

11
1

Gambar 4.7 Tundaan simpang rata-rata (detik/smp) pada masing-masing


persimpangan di lokasi studi

4.2.2 Penentuan Nilai Nisbah Volume Kapasitas (NVK) pada Ruas Jalan

Nilai Nisbah Volume Kapasitas (NVK ) untuk ruas jalan pada lokasi studi

didapatkan berdasarkan perbandingan nilai volume lalu lintas hasil survei dengan

kapasitas ruas jalan yang diperoleh dari perhitungan menurut metode Manual

Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) februari 1997.

Hasil perhitungan nilai NVK ruas jalan dan persimpangan dapat dilihat pada

Table 4.24 berikut ini.

Tabel 4.24 Nilai Nisbah Volume Kapasitas (NVK) pada ruas jalan di lokasi studi
No. Nama Ruas jalan Wkt Volume Kapasitas Nilai Nisbah
puncak lalu lintas C Volume Kapasitas

Marwan Lubis : Studi Manajemen Lalu Lintas Meningkatkan Kinerja Jaringan Jalan Pada Daerah Lingkar Dalam Kota Medan, 2007
USU Repository © 2008
(smp/jam) (smp/jam) NVK (smp/jam)
1 Jl Brigjen Katamso I Sore 2179.4 4371.8 0.50
2158.8 4371.8 0.49
2 Jl Brigjen Katamso II Sore 2618.0 4371.8 0.60
2436.7 4371.8 0.56
3 Jl Pemuda Sore 2773.2 3825.4 0.72
2902.1 3825.4 0.76
4 Jl Ayani Sore 2741.4 4330.3 0.63
5 Jl Balai kota Sore 6602.3 8015.0 0.82
6 Jl Guru patimpus Sore 1410.2 2930.7 0.48
2476.4 2840.9 0.87
7 Jl Gatot Subroto Pagi 3688.0 4979.0 0.74
8 Jl Iskandar Muda I Sore 2156.3 2787.8 0.77
9 Jl Iskandar muda II Sore 1410.2 2711.1 0.52
2476.4 2829.0 0.88
10 Jl Iskandar muda III Sore 1458.7 2975.3 0.49
1722.3 2975.3 0.58
11 Jl S Parman Sore 1454.1 2975.3 0.49
2906.1 2975.3 0.98
12 Jl Mongonsidi Sore 1601.4 2796.8 0.57
1622.2 2796.8 0.58
13 Jl Ir H Juanda I Sore 1194.0 2796.8 0.43
1376.6 2796.8 0.49
14 Jl Ir H Juanda II Sore 1779.3 2796.8 0.64
1089.5 2796.8 0.39
Nilai Nisbah Volume Kapasitas (NVK) pada ruas jalan yang terbesar atau yang

melebihi 0.75, terjadi pada ruas jalan Pemuda saat jam puncak sore di lajur A sebesar

0.76, ruas jalan Balai kota saat jam puncak sore sebesar 0.82, ruas jalan Guru

patimpus saat jam puncak sore lajur A sebesar 0.87, ruas jalan Iskandar muda I saat

jam puncak sore sebesar 0.77, ruas jalan Iskandar muda II saar jam puncak pagi di

lajur A sebesar 0.88 dan ruas jalan S Parman saat jam puncak sore di lajur A sebesar

0.98. Secara grafis nilai nisbah volume kapasitas (NVK) dapat dilihat pada Gambar

4.8 berikut.

Marwan Lubis : Studi Manajemen Lalu Lintas Meningkatkan Kinerja Jaringan Jalan Pada Daerah Lingkar Dalam Kota Medan, 2007
USU Repository © 2008
Nilai Nisbah Volume Kapasitas NVK (smp/jam) Pada ruas jalan di
lokasi studi

1.2

0.98
1

0.88
0.87
0.82

0.77
0.76

0.74
0.72
0.8

0.64
0.63
0.60

0.58
0.58

0.57
0.56

0.52
0.50
0.49

0.49

0.49

0.49
0.48
0.6 Nilai Nisbah

0.43

0.39
Volume
0.4 Kapasitas
NVK
(smp/jam)
0.2

Gambar 4.8 Nilai Nisbah Volume Kapasitas (NVK) pada ruas jalan lokasi studi

Marwan Lubis : Studi Manajemen Lalu Lintas Meningkatkan Kinerja Jaringan Jalan Pada Daerah Lingkar Dalam Kota Medan, 2007
USU Repository © 2008
BAB V

ANALISA DATA

5.1 Tingkat Pelayana Ruas dan Persimpangan kondisi saat ini (eksisting)

Sebelum dilakukan analisa selanjutnya maka terlebih dahulu di tentukan

kinerja operasional ruas jalan dan persimpangan pada kondisi saat ini (eksisting) .

Kinerja operasional ruas dan persimpangan ditentukan berdasarkan tingkat pelayanan

yang mencakup beberapa parameter baik secara kuantitatif maupun kualitatif yang

disesuaikan dengan kondisi arus lalu lintas yang ada (Tamin,2000).

Tingkat pelayanan ditentukan berdasarkan nilai Nisbah Volume Kapasitas

(NVK), kecepatan dan kepadatan lalu lintas untuk ruas jalan sedangkan untuk

persimpangan dapat berupa tundaan yang besarnya dapat dihitung menggunakan

prosedur perhitungan pada Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) februari 1997.

Dengan menggunakan hubungan dasar volume, kapasitas dan kecepatan

perjalanan yang telah ditetapkan Highway Capacity Manual 1965, dapat ditentukan

Indek Tingkat Pelayanan (ITP) berdasarkan grafik hubungan rasio volume kapasitas

atau derajat kejenuhan (DS) dengan kecepatan ( Edward K.Marlok,1991).

Unjuk kerja lalu lintas pada ruas jalan melalui nilai Nisbah Volume Kapasits

(NVK) atau perbandingan antara volume kendaraan yang melalui ruas jalan tersebut

pada rentang waktu tertentu dengan kapasitas ruas jalan tersebut yang tersedia untuk

dapat dilalui kendaraan pada rentang waktu tertentu. Semakin besar nilai

perbandingan tersebut maka unjuk kerja pelayanan lalu lintas akan semakin buruk

Marwan Lubis : Studi Manajemen Lalu Lintas Meningkatkan Kinerja Jaringan Jalan Pada Daerah Lingkar Dalam Kota Medan, 2007
USU Repository © 2008
dan berpengaruh pada kecepatan operasional kendaraan yang merupakan bentuk

fungsi dari besaran waktu tempuh kendaraan.

Dengan membandingkan hasil perhitungan parameter kinerja ruas jalan dengan nilai

indeks tingkat pelayanan (ITP), (sumber : Simposium ke-7 FSTPT,september 2004)

maka nilai indeks tingkat pelayanan (ITP) berdasarkan nilai Nisbah Volume

Kapasitas (NVK) pada ruas jalan dapat ditentukan seperti pada Tabel 5.1 berikut,

Tabel 5.1 Indeks Tingkat Pelayanan (ITP) Ruas Jalan berdasarkan nilai Nisbah
Volume Kapasitas (NVK) pada ruas jalan
No. Nama Ruas jalan Wkt Nilai Nisbah Nilai Indeks
puncak Volume Kapasitas Tingkat
NVK (smp/jam) Pelayanan(ITP)
1 Jl Brigjen Katamso I Sore 0.50 C
0.49 C
2 Jl Brigjen Katamso II Sore 0.60 C
0.56 C
3 Jl Pemuda Sore 0.72 C
0.76 D
4 Jl Ayani Sore 0.63 C
5 Jl Balai kota Sore 0.82 D
6 Jl Guru patimpus Sore 0.48 C
0.87 E
7 Jl Gatot Subroto Pagi 0.74 C
8 Jl Iskandar Muda I Sore 0.77 D
9 Jl Iskandar muda II Sore 0.52 C
0.88 E
10 Jl Iskandar muda III Sore 0.49 C
0.58 C
11 Jl S Parman Sore 0.49 C
0.98 E
12 Jl Mongonsidi Sore 0.57 C
0.58 C
13 Jl Ir H Juanda I Sore 0.43 B
0.49 C
14 Jl Ir H Juanda II Sore 0.64 C
0.39 B

Marwan Lubis : Studi Manajemen Lalu Lintas Meningkatkan Kinerja Jaringan Jalan Pada Daerah Lingkar Dalam Kota Medan, 2007
USU Repository © 2008
Secara grafis nilai nisbah volume kapasitas (NVK) pada masing-masing

segmen ruas jalan pada lokasi studi dapat dilihat pada Gambar 5.1 berikut ini

Gambar 5.1 Nilai Nisbah Volume Kapasitas (NVK) dan Indeks Tingkat Pelayanan
(ITP) masing-masing ruas jalan di lokasi studi

Indeks Tingkat Pelayanan (ITP) pada persimpangan diukur dari nilai tundaan.

Tundaan di persimpangan adalah total waktu hambatan rata-rata yang dialami

kendaraan sewaktu melewati persimpangan (Tamin,2000). Dari hasil perhitungan

dengan menggunakan metode Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) februari

1997 dapat diperoleh nilai tundaan masing masing persimpangan bersinya yang ada

pada lokasi studi.

Marwan Lubis : Studi Manajemen Lalu Lintas Meningkatkan Kinerja Jaringan Jalan Pada Daerah Lingkar Dalam Kota Medan, 2007
USU Repository © 2008
Dari hasil perhitungan tundaan maka dapat diperoleh nilai Indek Tingkat

Pelayanan (ITP) pada persimpangan , hasilnya dapat dilihat pada Tabel 5.2 berikut

ini,

Tabel 5.2 Indeks Tingkat Pelayanan (ITP) persimpangan berdasarkan nilai


Tundaan pada pesimpangan bersinyal dilokasi studi
No. Nama Jalan Kode Derajat Tundaan Nilai Indeks Tingkat
Persimpangan pendek Kejenuhan simp. rata Pelayanan (ITP)
atan DS (det/smp)

1 Jl Brigjen Katamso-Jl Ir U
H Juanda 0.9544
S 0.9544
T
151.05 F
0.9544
B 0.9544
2 Jl Brigjen Katamso-Jl U
Mesjid Raya 0.7811
S 0.7811
T
25.88 C
0.7811
B 0.0000
3 Jl Brigjen Katamso-Jl U
R.Suprapto-Jl Pandu-Jl 0.0000
Pemuda S 0.7281
T
21.88 C
0.7281
B 0.7281
4 Jl Pemuda-Jl Palang U
merah-Jl MT Haryono-Jl 0.0000
A Yani S 1.0932
T
165.15 F
0.0000
B 1.0932
5 Jl Balai kota-Jl Guru U
Patimpus-Jl Putri Hijau- 0.0000
Jl Perintis S 0.9760
Kemerdekaan
T
85.69 F
0.0000
B 0.9760
6 Jl Guru Patimpus-Jl H U
M A Malik-Jl Gatot 0.9092
Subroto-Jl Kapten S 0.0000
Maulana-Jl Gelugur
T
87.07 F
0.9092
B 0.9092
7 Jl Gatot Subroto-Jl U
Iskandar Muda I 0.0000
S 0.0000
T
8.64 B
0.5789
B 0.5789

Marwan Lubis : Studi Manajemen Lalu Lintas Meningkatkan Kinerja Jaringan Jalan Pada Daerah Lingkar Dalam Kota Medan, 2007
USU Repository © 2008
Lanjutan Tabel 5.2
8 Jl Iskandar muda-Jl U
Gajah Mada 0.7732
S 1.3368
T
141.21 F
0.0000
B 0.7732
9 Jl Iskadandar muda II-Jl U
Abdullah Lubis 0.8766
S 0.8766
T
59.19 E
0.8766
B 0.8766
10 Jl Iskadandar muda II-Jl U
Jamin Ginting-Jl KH 1.0228
Wahid hasyim S 1.0228
T
124.57 F
1.0228
B 1.0228
11 Jl Ir H Juanda-Jl U
Dipenegoro-Jl Polonia 0.6933
S 0.6933
T
38.27 D
0.0000
B 0.6933

Secara grafis dapat dilihat tundaan simpang rata-rata dari hasil perhitungan

Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) Februari 1997, dapat dilihat pada Gambar

5.2 berikut ini,

Tundaan simp. rata (det/smp)

180.00
160.00
165.15
140.00151.05
141.21
120.00
124.57
100.00
80.00
60.00
40.00
20.00
0.00
10

11
1

Gambar 5.2 Nilai tundaan masing-masing simpang rata-rata pada lokasi studi kondisi
eksisting

Marwan Lubis : Studi Manajemen Lalu Lintas Meningkatkan Kinerja Jaringan Jalan Pada Daerah Lingkar Dalam Kota Medan, 2007
USU Repository © 2008
Secara keseluruhan Indeks Tingkat Pelayanan (ITP) masing-masing

persimpangan pada jaringan jalan di lokasi studi dapat dilihat pada Gambar 5.3

berikut ini,

Gambar 5.3 Nilai Indeks Tingkat Pelayanan (ITP) kondisi saat ini pada masing-
masing simpang di lokasi studi

5.2 Bentuk Penanganan dan Lokasi Penanganan

Sering kali persimpangan dengan sinyal lalu lintas ini sangat berdekatan satu

dengan yang lainnya, sehingga cukup logis untuk meninjaunya sekaligus sebagai satu

kesatuan. Kendaraan – kendaraan yang melewati satu sinyal selama fase hijau

tergabung dalam suatu gelombang (platoon), kemudian mencapai sinyal berikutnya

Marwan Lubis : Studi Manajemen Lalu Lintas Meningkatkan Kinerja Jaringan Jalan Pada Daerah Lingkar Dalam Kota Medan, 2007
USU Repository © 2008
tetap dalam kumpulan-kumpulan kendaraan tadi (platoon), gerakan seperti ini sering

disebut dengan gelombang hijau (E.K.Marlok,1991).

Sesuai dengan tujuan dari tesis ini yaitu bentuk penanganan dilakukan dalam

bentuk kegiatan seketika ( action plant) , maka bentuk penanganan yang dipilih

dalam tesis ini berupa pengkoordinasian simpang bersinyal pada lokasi yang dipilih,

pengkoordinasian simpang bersinyal ini dilakukan secara manual. Penanganan ini

diharapkan dapat meningkatkan kinerja persimpangan pada jaringan jalan yang ada di

lokasi studi.

Sebelum dilakukan penyusunan skenario formulasi penanganan terlebih

dahulu ditetapkan simpang-simpang mana saja yang akan di koordinasikan dengan

kriteria yang biasa digunakan untuk menentukan apakah dua persimpangan atau lebih

perlu dikoordinasikan.

Persimpagan dapat dikoordiasikan jika panjang ruas jalan antara satu

persimpangan dengan yang lainnya memiliki nilai coupling index ≥ 0.5 , (Whilshire,

1992).

Dari kriteria di atas maka ditetapkan dua lokasi penanganan dengan tiga

simpang bersinyal setiap lokasi penanganan , pembagian lokasi penanganan adalah

sebagai berikut,

Lokasi penanganan 1 :

1. Simpang JL B Katamso – Jl Ir H Juanda

2. Simpang JL B Katamso – Jl Mesjid Raya

3. Simpang JL B Katamso – Jl R Suprapto – Jl Pandu – Jl Pemuda

Marwan Lubis : Studi Manajemen Lalu Lintas Meningkatkan Kinerja Jaringan Jalan Pada Daerah Lingkar Dalam Kota Medan, 2007
USU Repository © 2008
Lokasi penanganan 2 :

1. Simpang JL Iskandar Muda – Jl K H Wahid Hasym – Jl S Parman-Jl Jamin

ginting

2. Simpang JL Iskandar Muda – Jl Abdullah Lubis

3. Simpang JL Iskandar Muda – Jl Gajah Mada

Gambar lokasi penaganan pada lokasi studi ditandai dengan arsiran pada jaringan

jalan serta nilai coupling index dan panjang ruas jalan antara simpang dapat dilihat

pada Gambar 5.4 berikut,

Gambar 5.4 Lokasi penanganan 1 dan lokasi penanganan 2

5.3 Koordinasi Persimpangan

Marwan Lubis : Studi Manajemen Lalu Lintas Meningkatkan Kinerja Jaringan Jalan Pada Daerah Lingkar Dalam Kota Medan, 2007
USU Repository © 2008
Untuk mendapatkan bentuk penanganan yang mampu menaikkan tingkat

kinerja persimpangan, maka dilakukan simulasi dengan cara coba-coba (trial error ),

sehingga akhirnya diperoleh bentuk penanganan yang mampu mendongkrak tingkat

kinerja persimpangan menjadi lebih baik pada masing-masing lokasi penanganan.

Skenario bentuk penanganan pada masing-masing lokasi penanganan dilakukan

dengan memperhatikan kondisi lalu lintas antara kendaraan bermotor dengan

kendaraan tak bermotor, pertama-tama yang perlu di analisa adalah waktu siklus

koordinasi, yaitu merupakan pembagian jarak antara simpang dengan kecepatan,

dimana jarak dibagi kecepatan adalah sama dengan offset antara simpang yang di

koordinasikan(Priyanto,1990). Waktu hijau hasil simulasi dengan cara coba-coba

(ttrial error) dan waktu offset setelah diadakan koordinasi persimpangan dapat dilihat

pada Tabel 5.3 berikut ini,

Tabel 5.3 Waktu hijau dan waktu offset hasil koordinasi persimpangan dengan cara
coba-coba
No. Nama Jalan Persimpangan Pjg blok Wkt Wkt Wkt Wkt Wkt Wkt Wkt Wkt Offset ideal Offset ideal
(L) Hijau Kuning Merah siklus Hijau Kuning Merah siklus (t) (t)

(Lajur A) (Lajur B) (Lajur A) (Lajur B)


G Y R G Y R
meter det. det. det. det. det. det. det. det. det. det.
Lokasi -1
Jl Brigjen Katamso-Jl Ir H
1 Juanda 35 3 104 142 55 3 84 142

410.0 178.3 178.3


Jl Brigjen Katamso-Jl
2 Mesjid Raya 30 3 66 99 30 3 66 99

901.0 235.7 235.7


Jl Brigjen Katamso-Jl
3 R.Suprapto-Jl Pandu-Jl 47 3 81 131 47 3 81 131
Pemuda

Lokasi -2
Jl Iskadandar muda II-Jl
1 Jamin Ginting-Jl KH 30 3 95 128 20 3 105 128
Wahid hasyim
619.0 147.6 147.6
Jl Iskadandar muda II-Jl
2 35 3 44 82 35 3 44 82
Abdullah Lubis
1062.0 235.9 235.9
Jl Iskandar muda-Jl
3 55 3 73 131 31 3 97 131
Gajah Mada

Marwan Lubis : Studi Manajemen Lalu Lintas Meningkatkan Kinerja Jaringan Jalan Pada Daerah Lingkar Dalam Kota Medan, 2007
USU Repository © 2008
Diagram waktu offset setelah koordisai simpang pada lokasi penanganan -1, dapat

dilihat pada diagram berikut ini

3 0 4 7

O F F S E T : 6 5 . 5

am
p /j
sm
U

51
10
9 0 1 m

3 0

O F F S E T : 4 9 . 5

12
40
sm
4 1 0 m

p/
ja
m
0 F F S E T : 6 5 . 5

5 5

Gambat 5.5 Diagram offset persimpangan lokasi penanganan-1 sesudah koordinasi

Diagram waktu offset setelah koordisai simpang pada lokasi penanganan -2,

dapat dilihat pada diagram berikut ini

O F F S E T : 6 5 . 5
am
p /j
sm
69

1 0 6 2 m
15

O F F S E T : 4 1
78
0
sm
p/

6 1 9 m
ja
m

O F F S E T : 6 5 . 5

Gambat 5.6 Diagram offset persimpangan lokasi penanganan-2 sesudah koordinasi

Marwan Lubis : Studi Manajemen Lalu Lintas Meningkatkan Kinerja Jaringan Jalan Pada Daerah Lingkar Dalam Kota Medan, 2007
USU Repository © 2008
Jumlah volume lalu lintas yang mampu dilewatkan saat koordinasi persimpangan

berlangsung dalam satu siklus dapat dilihat pada Tabel 5.4 berikut ini,

Tabel 5.4 Jumlah volume lalu lintas yang terlewatkan saat koordinasi persimpangan
pada masing-masing lokasi penanganan
No. Nama Jalan Persimpangan Jumlah Vol Jumlah Vol Jumlah Vol Jumlah Vol
Lalin Yang Lalin Yang Lalin Yang Lalin Yang
dapat dapat dapat dapat
ditampung ditampung ditampung ditampung
(lajur-A) (lajur-B) (lajur-A) (lajur-B)

(Q) (Q) (Q) (Q)


smp/jam smp/jam smp/jam smp/jam
Lokasi -1 Eksisting Simulasi
Jl Brigjen Katamso-Jl Ir H
1 Juanda 771 1029 1189 1868

Jl Brigjen Katamso-Jl
2 Mesjid Raya 605 785 1051 1240

Jl Brigjen Katamso-Jl
3 R.Suprapto-Jl Pandu-Jl 964 934 1731 1731
Pemuda

Lokasi -2 Eksisting Simulasi


Jl Iskadandar muda II-Jl
1 Jamin Ginting-Jl KH 1353 678 1625 780
Wahid hasyim
Jl Iskadandar muda II-Jl
2 697 990 1569 2281
Abdullah Lubis

Jl Iskandar muda-Jl
3 1499 2024 1664 2190
Gajah Mada

Dari tabel diatas jumlah arus lalulintas yang dapat ditampung persimpangan

pada lokasi penanganan 1 sebelum dan setelah koordinasi persimpangan mengalami

kenaikan jumlah pada lajur A sebesar 27 % sedang pada lajur B sebesar 22 %,

sedangkan pada lokasi penanganan 2 sebelum dan setelah koordinasi persimpangan

Marwan Lubis : Studi Manajemen Lalu Lintas Meningkatkan Kinerja Jaringan Jalan Pada Daerah Lingkar Dalam Kota Medan, 2007
USU Repository © 2008
juga mengalami kenaikan jumlah pada lajur A sebesar 38 % sedang pada lajur B

sebesar 7 %.

Selanjutnya dengan menggunakan metode Manual Kapasitas Jalan Indonesia

(MKJI)’97 , diperoleh nilai tundaan masing-masing simpang pada lokasi penanganan

dapat dilihat pada Tabel 5.5.berikut ini,

Tabel 5.5 Nilai tundaan setelah koordinasi persimpangan

No. Nama Jalan Persimpangan Tundaan Tundaan Tundaan Tundaan


Rata-Rata Rata-Rata Rata-Rata Rata-Rata

Lajur A Lajur B Eksisting Simulasi


(D) (D) (D) (D)
smp smp smp smp
Lokasi -1 Eksisting Simulasi
Jl Brigjen Katamso-Jl Ir H
1 Juanda 151.05 33.17

88.5 29.5
Jl Brigjen Katamso-Jl
2 Mesjid Raya 25.88 25.88

23.9 23.9
Jl Brigjen Katamso-Jl
3 R.Suprapto-Jl Pandu-Jl 21.88 21.88
Pemuda
66.3 27.0
Lokasi -2
Jl Iskadandar muda II-Jl
1 Jamin Ginting-Jl KH 124.57 56.63
Wahid hasyim
91.9 44.4
Jl Iskadandar muda II-Jl
2 59.19 32.26
Abdullah Lubis
100.2 33.7
Jl Iskandar muda-Jl
3 141.21 35.06
Gajah Mada
108.3 41.3

Penurunan nilai tundaan terbesar setelah koordinasi persimpang terjadi pada lokasi

penanganan 2 sebesar 60 % pada persimpangan Jl Iskandar muda – Jl Gajah Mada.

Marwan Lubis : Studi Manajemen Lalu Lintas Meningkatkan Kinerja Jaringan Jalan Pada Daerah Lingkar Dalam Kota Medan, 2007
USU Repository © 2008
Penanganan dengan cara koordinasi simpang juga meningkatkan waktu

tempuh antara simpang yang satu dengan simpang berikutnya, hasil analisa data yang

dilakukan diperoleh waktu tempuh sebelum dan sesudah koordinasi simpang seperti

pada Tabel 5.6 berikut ini,

Tabel 5.6 Waktu tempuh sebelum dan sesudah koordinasi

No. Nama Jalan Persimpangan Pjg blok Wkt tempuh Wkt tempuh Wkt tempuh Wkt tempuh
(L) sebelum sebelum setelah offset setelah offset
offset (Lajur offset (Lajur (Lajur A) (Lajur B)
A) B)

(t) (t) (t) (t)


meter detk detk detk detk
Lokasi -1 Eksisting Simulasi
Jl Brigjen Katamso-Jl Ir H
1 Juanda
410.0 37 29 14 14
Jl Brigjen Katamso-Jl
2 Mesjid Raya
901.0 92 72 18 18
Jl Brigjen Katamso-Jl
3 R.Suprapto-Jl Pandu-Jl
Pemuda

Lokasi -2 Eksisting Simulasi


Jl Iskadandar muda II-Jl
1 Jamin Ginting-Jl KH
Wahid hasyim
619.0 39 39 11 11
Jl Iskadandar muda II-Jl
2
Abdullah Lubis
1062.0 70 68 18 18
Jl Iskandar muda-Jl
3
Gajah Mada

Secara grafik waktu tempuh pada lokasi penanganan-1 sebelum dan sesudah

koordinasi simpang dapat dilihat pada Gambar 5.7 berikut ini,

Marwan Lubis : Studi Manajemen Lalu Lintas Meningkatkan Kinerja Jaringan Jalan Pada Daerah Lingkar Dalam Kota Medan, 2007
USU Repository © 2008
Waktu tempuh pada lokasi penanganan-1 sebelum dan sesudah
koordinasi simpang
100
Wkt tempuh
90
sebelum offset
80
(Lajur A) (t)
70
detk Eksisting
60
50 Wkt tempuh
40 setelah offset
30 (Lajur A) (t)
20 detk Simulasi
10 Wkt tempuh
0 sebelum offset
Ir HJuanda

Katamso-Jl

Katamso-Jl
Katamso-Jl

R.Suprapt
Jl Brigjen

Jl Brigjen
(Lajur B) (t)
Jl Brigjen

Mesjid
detk Eksisting
Wkt tempuh
setelah offset
(Lajur B) (t)
1 2 3 detk Simulasi

Gambat 5.7 Grafik waktu tempuh antara simpang dilokasi penanganan-1 sebelum dan
sesudah koordinasi simpang

Grafik waktu tempuh pada lokasi penanganan-2 sebelum dan sesudah

koordinasi simpang dapat dilihat pada Gmbar 5.8 berikut ini,

Waktu tempuh pada lokasi penanganan-2 sebelum dan sesudah


koordinasi simpang
160
140 W kt tempuh
sebelum offset
120 (Lajur A) (t)
100 detk Eksisting
80 W kt tempuh
setelah offset
60
(Lajur A) (t)
40 detk Simulasi
20 W kt tempuh
0 sebelum offset
(Lajur B) (t)
Jl Iskandar
Iskadandar

Iskadandar
mudaII-Jl

mudaII-Jl

muda-Jl

Gajah

detk Eksisting
Jl

Jl

W kt tempuh
setelah offset
(Lajur B) (t)
1 2 3 detk Simulasi

Gambat 5.8 Grafik waktu tempuh antara simpang dilokasi penanganan-2 sebelum dan
sesudah koordinasi simpang

Dari tabel di atas terlihat bahwa setelah koordinasi simpang, secara umum

waktu tempuh antara simpang pada lokasi penanganan -1 dan lokasi penanganan -2

mengalami peningkatan, namun waktu tempuh antara simpang di lokasi penanganan -

1 tepatnya pada ruas jalan B Katamso I mengalami penurunan yang disebabkan

tingginya hambatan samping pada ruas jalan tersebut.

Marwan Lubis : Studi Manajemen Lalu Lintas Meningkatkan Kinerja Jaringan Jalan Pada Daerah Lingkar Dalam Kota Medan, 2007
USU Repository © 2008
Hambatan yang sangat mempengaruhi waktu tempuh pada ruas jalan B

Katamso I , diakibatkan adanya aktivitas pasar tradisional, menyebabkan terjadinya

penyempitan ruas jalan B Katamso I, ditambah kendaraan - kendaraan yang parkir

dibadan jalan, sehingga perlu terlebih dahulu ditertibkan dengan cara merelokasi

pasar tradisional tersebut.

Dengan meningkatnya waktu tempuh antara simpang, maka secara bersamaan

juga meningkatkan kecepatan perjalanan pada lokasi penanganan -1 dan lokasi

penanganan -2, hasil perhitungan kecepatan perjalanan (V) dengan menggunakan

rumus (15) diperoleh kecepatan perjalanan (V) sebelum dan sesudah koordinasi

simpang seperti pada Tabel 5.7 berikut ini,

Tabel 5.7 Kecepatan perjalanan antara persimpangan sebelum dan sesudah


koordinasi persimpangan (km/jam)
No. Nama Jalan Persimpangan Pjg blok Kec. rata- Kec. rata- Kec. rata- Kec. rata-
(L) rata kend. rata kend. rata kend. rata kend.

Lajur A Lajur B Lajur A Lajur B


(VAi) (VBi) (VAj) (VBj)
meter km/jam. km/jam. km/jam. km/jam.
Lokasi -1 Eksisting Simulasi
Jl Brigjen Katamso-Jl Ir H
1 Juanda
410.0 40.2 50.6 29.8 29.8
Jl Brigjen Katamso-Jl
2 Mesjid Raya
901.0 35.2 45.2 49.5 49.5
Jl Brigjen Katamso-Jl
3 R.Suprapto-Jl Pandu-Jl
Pemuda

Lokasi -2 Eksisting Simulasi


Jl Iskadandar muda II-Jl
1 Jamin Ginting-Jl KH
Wahid hasyim
619.0 27.8 39.1 54.4 54.4
Jl Iskadandar muda II-Jl
2
Abdullah Lubis
1062.0 26.4 29.2 58.4 58.4
Jl Iskandar muda-Jl
3
Gajah Mada

Marwan Lubis : Studi Manajemen Lalu Lintas Meningkatkan Kinerja Jaringan Jalan Pada Daerah Lingkar Dalam Kota Medan, 2007
USU Repository © 2008
Grafik penurunan kecepatan perjalanan dan kenaikan kecepatan perjalanan

pada lokasi penanganan-1 dapat dilihat pada Gambar 5.9 berikut ini,

Kecepatan perjalanan pada lokasi penanganan-1 sebelum dan setelah


60 koordinasi simpang

50 Kec. rata-rata
kend. Lajur A
40
(VAi) km/jam.
30
Kec. rata-rata
20 kend. Lajur B
(VBi) km/jam.
10
0 Kec. rata-rata
Katamso-Jl

Katamso-Jl
kend. Lajur A
Ir H Juanda
Katamso-Jl

Jl Brigjen

Jl Brigjen
Jl Brigjen

(VAj) km/jam.
Mesjid

R.Sup
Kec. rata-rata
kend. Lajur B
(VBj) km/jam.
1 2 3

Gambat 5.9 Grafik kecepatan perjalanan antara simpang dilokasi penanganan-1


sebelum dan sesudah koordinasi simpang

Grafik kenaikan kecepatan perjalanan pada lokasi penanganan-2 dapat dilihat

pada Gambar 5.9 berikut ini,

Kecepatan perjalanan pada lokasi penanganan-2 sebelum dan setelah


70.0 koordinasi simpang

60.0 Kec. rata-rata


kend. Lajur A
50.0
(VAi) km/jam.
40.0
30.0 Kec. rata-rata
kend. Lajur B
20.0 (VBi) km/jam.
10.0
Kec. rata-rata
0.0 kend. Lajur A
Iskadandar

Iskadandar

Jl Iskandar
muda II-Jl

muda II-Jl

(VAj) km/jam.
muda-Jl
Gajah
Jl

Jl

Kec. rata-rata
kend. Lajur B
(VBj) km/jam.
1 2 3

Gambat 5.10 Grafik kecepatan perjalanan antara simpang dilokasi penanganan-2


sebelum dan sesudah koordinasi simpang

Marwan Lubis : Studi Manajemen Lalu Lintas Meningkatkan Kinerja Jaringan Jalan Pada Daerah Lingkar Dalam Kota Medan, 2007
USU Repository © 2008
Dengan mengacu pada nilai tundaan di persimpangan dan waktu tempuh

antara simpang setelah koordinasi simpang, maka dapat diperoleh nilai Indek Tingkat

Pelayanan (ITP) persimpangan, hasilnya dapat dilihat pada Tabel 5.8 berikut ini,

Tabel 5.8 Nilai Indeks Tingkat Pelayanan sebelum dan sesudah koordinasi
persimpangan
No. Nama Jalan Persimpangan Pjg blok Tundaan Tundaan Indek Indek
(L) Rata-Rata Rata-Rata Tingkat Tingkat
Pelayanan Pelayanan

Lajur A Lajur B Lajur A Lajur B


(D) (D) (ITP) (ITP)
meter det/smp det/smp
Lokasi -1 Eksisting Simulasi Eksisting Simulasi
Jl Brigjen Katamso-Jl Ir H
1 Juanda F D
410.0 88.5 29.5
Jl Brigjen Katamso-Jl
2 Mesjid Raya C C
901.0 23.9 23.9
Jl Brigjen Katamso-Jl
3 R.Suprapto-Jl Pandu-Jl C C
Pemuda
66.3 27.0
Lokasi -2
Jl Iskadandar muda II-Jl
1 Jamin Ginting-Jl KH F E
Wahid hasyim
619.0 91.9 44.4
Jl Iskadandar muda II-Jl
2 E D
Abdullah Lubis
1062.0 100.2 33.7
Jl Iskandar muda-Jl
3 F D
Gajah Mada
108.3 41.3

5.4 Analisa Sebelum dan Sesudah Koordinasi

Secara umum kinerja persimpangan pada lokasi penanganan-1 dan lokasi

penanganan-2 mengalami peningkatan setelah dilakukannya koordinasi simpang yang

Marwan Lubis : Studi Manajemen Lalu Lintas Meningkatkan Kinerja Jaringan Jalan Pada Daerah Lingkar Dalam Kota Medan, 2007
USU Repository © 2008
disimulasi dengan cara coba-coba (trial error) dibandingkan pada saat kondisi

sebelum di lakukan koordinasi persimpangan.

Tidak semua nilai tundaan yang ada pada lokasi penanganan-1 dan lokasi

penangan-2 mengalami peningkatan kinerja, akan tetapi dua persimpangan yang ada

pada lokasi penanganan-1 tidak mengalami perubahan nilai tundaan setelah

koordinasi simpang tepatnya persimpangan Jl B Katamso-Jl Mesjid Raya dan

persimpangan Jl B Katamso – Jl Pandu – Jl R Suprapto – Jl Pemuda, tidak perlu lagi

diperbaiki manajemennya, karena sebelum dilakukan koordinasi persimpangan

sampai dilakukannya koordinasi simpang nilai tundaannya masih baik yaitu sebesar

25.88 smp.jam dan 21.88 smp.jam.

Peningkatan nilai tundaan pada persimpangan di lokasi penanganan-1 dan

lokasi penanganan-2 secara persentase mencapai 64 % pada persimpangan Jl B

Katamso-Jl Ir H Juanda, 60.2 % pada persimpangan Jl Iskandar Muda-Jl Gajah Mada,

37.5 % pada persimpangan Jl Iskandar muda-Jl Jamin Ginting-Jl KH Wahid Hasim,

dan yng terakhir sebesar 29.5 % pada persimpangan Jl Abdullah Lubis – Jl Iskandar

Muda.

Kemampuan persimpangan meloloskan jumlah volume lalu lintas setelah

koordinasi persimpangan mengalami peningkatan, hal ini terlihat bahwa sebelum

dilakukannya koordinasi persimpangan pada lokasi penanganan -1, jumlah volume

yang diloloskan pada lajur-A sebesar 605 smp/jam, lajur-B sebesar 785 smp/jam dan

setelah dilakukan koordinasi persimpangan volume lalu lintas yang mampu

Marwan Lubis : Studi Manajemen Lalu Lintas Meningkatkan Kinerja Jaringan Jalan Pada Daerah Lingkar Dalam Kota Medan, 2007
USU Repository © 2008
diloloskan pada lajur -A sebesar 1051 smp/jam, laju-B sebesar 1240 smp/jam, atau

rata-rata 26,9 % pada lajur-A dan 22.5 % pada lajur-B.

Sedangkan pada lokasi penanganan – 2 , jumlah volume yang diloloskan pada

lajur-A sebesar 697 smp/jam, lajur-B sebesar 678 smp/jam dan setelah dilakukan

koordinasi persimpangan volume lalu lintas yang mampu diloloskan pada lajur -A

sebesar 1625 smp/jam, laju-B sebesar 780 smp/jam, atau rata-rata 38.5 % pada lajur-

A dan 7 % pada lajur-B.

Kecepatan perjalanan dan waktu tempuh antara simpang pada lokasi

penanganan, juga mengalami peningkatan kinerja dari sebelum dilakukan koordinasi

persimpangan hingga setelah dilakukan koordinasi persimpangan, kecuali pada lokasi

penanganan – 1 dimana pada ruas jalan Jl B Katamso I yang berjarak 410 meter

mengalami penurunan kecepatan dari 40.2 km/jam menjadi 29.8 km/jam pada lajur A

dan 50.6 km/jam menjadi 29.8 km/jam pada lajur B , waktu tempuh sebelum

koordinasi simpang sebesar 37 detik pada lajur-A, dan sebesar 29 detik pada lajur-B,

setelah dilakukan koordinasi simpang waktu tempuhnya menurun kinerjanya menjadi

sebesar 50 detik pada lajur-A dan 50 detik pada lajur-B, atau penurunan sebesar -14

% pada lajur-A dan -26 % pada lajur-B.

Peningkatan kecepatan dan waktu tempuh terjadi pada Jl B Katamso II yang

berjarak 901 meter, kecepatan sebelum koordinasi sebesar 35.2 km/jam pada lajur-A,

sebesar 45.2 km/jam pada lajur-B, setelah koordinasi simpang kecepatannya menjadi

49.5 km/jam pada lajur-A dan sebesar 49.5 km/jam pada lajur-B, waktu tempuh

sebelum koordinasi simpang sebesar 92 detik pada lajur-A, sebesar 72 detik pada

Marwan Lubis : Studi Manajemen Lalu Lintas Meningkatkan Kinerja Jaringan Jalan Pada Daerah Lingkar Dalam Kota Medan, 2007
USU Repository © 2008
lajur-B, setelah dilakukan koordinasi simpang waktu tempuhnya meningkat menjadi

sebesar 66 detik pada lajur-A dan 66 detik pada lajur-B, atau sebesar 17 % pada lajur-

A dan 5 % pada lajur-B.

Lokasi penanganan – 2 juga mengalami peningkatan dimana kecepatan

sebelum koordinasi simpang pada Jl Iskandar muda III yang berjarak 619 meter

sebesar 27.8 km/jam pada lajur-A, sebesar 39.1 km/jam pada lajur-B, setelah

koordinasi simpang kecepatannya menjadi 54.4 m/det pada lajur-A dan sebesar 54.4

m/det pada lajur-B, waktu tempuh sebelum koordinasi simpang sebesar 80 detik pada

lajur-A, sebesar 57 detik pada lajur-B, setelah dilakukan koordinasi simpang waktu

tempuhnya menjadi sebesar 41 detik pada lajur-A dan 41 detik pada lajur-B, atau

sebesar 32 % pada lajur-A dan 26 % pada lajur-B.

Sedangkan pada Jl Iskandar muda II yang berjarak 1062 meter sebelum di

lakukan koordinasi simpang kecepatannya sebesar 26.4 km/jam pada lajur-A, sebesar

29.2 km/jam pada lajur-B, setelah koordinasi simpang kecepatannya menjadi 54.4

km/jam pada lajur-A dan sebesar 54.4 m/det pada lajur-B, waktu tempuh sebelum

koordinasi simpang sebesar 145 detik pada lajur-A, sebesar 131 detik pada lajur-B,

setelah dilakukan koordinasi simpang waktu tempuhnya menjadi sebesar 66 detik

pada lajur-A dan 66 detik pada lajur-B, atau sebesar 38 % pada lajur-A dan 33 %

pada lajur-B.

Dari hasil di atas secara umum menunjukkan bahwa koordinasi simpang

berhasil meningkatkan kinerja persimpangan pada lokasi penanganan-1 dan lokasi

penanganan-2, hal ini menunjukkan bahwa penanganan dengan cara koordinasi

Marwan Lubis : Studi Manajemen Lalu Lintas Meningkatkan Kinerja Jaringan Jalan Pada Daerah Lingkar Dalam Kota Medan, 2007
USU Repository © 2008
simpang dapat digunakan untuk diimplemtasikan pada penanganan bentuk kegiatan

seketika (action Plan) program jangka pendek, namun pada pelaksanaannya harus

didukung sarana jalan yang baik serta kesadaran pemerintah dan masyarakat dalam

menjalankan disiplin berlalu lintas.

5.5 Pembahasan Analisa Hasil

Penanganan jangka pendek pada lokasi penanganan-1 dan lokasi penanganan-

2 dilakukan dengan pendekatan penanganan yang lebih bersifat komprehensif, yang

melingkupi sebanyak mungkin aspek yang terkait dengan biaya yang relatif rendah

dibandingkan dengan pembangunan fisik diantaranya dengan mengkoordinasikan

simpang-simpang yang berdekatan dan bahkan pada jaringan jalan, sehingga

diperoleh waktu perjalanan yang lebih singkat dan murah.

Secara umum kinerja persimpangan pada lokasi penanganan-1 dan lokasi

penanganan-2 mengalami peningkatan setelah dilakukan nya koordinasi simpang

yang disimulasi dengan cara coba-coba (trial error) dibandingkan pada saat kondisi

sebelum di lakukan koordinasi persimpangan

Dari hasil analisa sebelum dan sesudah koordinasi persimpangan pada lokasi

penangannan – 1 dan lokasi penanganan -2 di atas, tidak semua parameter kinerja

persimpangan mengalami peningkatan, terutama pada lokasi penanganan -1 di ruas

jalan B Katamso I, menunjukkan kecepatan sebelum koordinasi simpang lebih baik

dibandingkan setelah di koordinasikan begitu juga pada waktu tempuhnya, hal ini

disebabkan tingginya hambatan samping akibat kendaraan yang keluar masuk area

Marwan Lubis : Studi Manajemen Lalu Lintas Meningkatkan Kinerja Jaringan Jalan Pada Daerah Lingkar Dalam Kota Medan, 2007
USU Repository © 2008
parkir, penyeberang jalan, angkutan umum yang berhenti menaikan dan menurunkan

penumpang, tingginya pejalan kaki dikarenakan pada ruas jalan tersebut terdapat

pasar tradisional ditambah adanya aktivitas U-tren ( belok dua kali ) pada ruas

jalan tersebut. Namun pada parameter kinerja lain seperti tundaan pada

persimpangan mengalami peningkatan kinerja dari kedua lokasi penanganan di atas,

juga kemampuannya meloloskan jumlah volume lalu lintas yang lebih besar dari

sebelum koordinasi simpang hingga setelah di koordinasikan persimpangan tersebut.

Penurunan kinerja pada lokasi penanganan -1 setelah dikoordinasikan

sebenarnya terjadi pada ruas jalan yang menghubungkan antar persimpangan tersebut

dimana waktu tempunya menjadi lebih besar dan kecepatannya menjadi lebih kecil,

sehingga penanganan yang sesuai adalah meningkatkan kinerja operasional ruas jalan

tersebut dengan cara memindahkan pasar tradisional yang ada di sisi ruas jalan

tersebut ke lokasi lain, meniadakan area parkir pada sisi jalan dengan cara membuat

bangunan tempat parkir area pada lokasi tersebut , membuat halte jauh dari

persimpangan atau lebih kurang jaraknya minimal 100 m dari persimpangan dengan

bangunan yang menjorok keluar sisi jalan sehingga jika kendaraan angkutan umum

akan menaikan dan menurunkan penumpang tidak menggangu kendaraan lain yang

akan lurus, meniadakan fasilitas U-tren ( belok dua kali ) pada ruas jalan tersebut,

serta membuat tempat penyeberangan jalan untuk pejalan kaki, dan jika perlu

dilakukan pembatasan untuk kendaraan tak bermotor, betor (becak bermotor),

kendaraan-kendaran yang sudah berumur di atas 20 tahun dan juga peraturan tri in

one pada waktu-waktu jam puncak.

Marwan Lubis : Studi Manajemen Lalu Lintas Meningkatkan Kinerja Jaringan Jalan Pada Daerah Lingkar Dalam Kota Medan, 2007
USU Repository © 2008
Berdasarkan persyaratan teknis jalan, lokasi penanganan-1 dan lokasi

penanganan-2 merupakan jalan arteri sekunder sehingga berdasarkan peraturan

pemerintah nomor 34 tahun 2006 pasal 14, bahwa jalan arteri sekunder didesain

berdasarkan kecepatan paling rendah sebesar 30 km/jam, dan lalu lintas cepat tidak

boleh terganggu oleh lalu lintas lambat. Hal ini menunjukkan bahwa bentuk-bentuk

penanganan di atas sangat tepat untuk tujuan memperkecil bentuk – bentuk hambatan

samping yang menghambat laju kendaraan pada ruas jalan tersebut . Bentuk

penanganan diatas bisa juga diterapkan sebagai penanganan seketikan (action plant)

pada ruas-ruas jalan yang ada pada lokasi penanganan-1 dan lokasi penanganan-2, hal

ini sesuai dengan Undang-Undang nomor 34 tahun 2004 pada Bab IV pasal 30 bahwa

penyelenggaraan jalan wajib memprioritaskan pemeliharaan, perawatan dan

pemeriksaan jalan secara berkala untuk mempertahankan tingkat pelayanan jalan

sesuia dengan standat pelayanan minimum yang ditetapkan, dan secara pembiayaan

menjadi tanggung jawab pemerintah dan pemerintah daerah sesuai dengan

kewenangan masing-masing,

Marwan Lubis : Studi Manajemen Lalu Lintas Meningkatkan Kinerja Jaringan Jalan Pada Daerah Lingkar Dalam Kota Medan, 2007
USU Repository © 2008
BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Dari hasil analisa data , dapat ditarik beberapa kesimpulan:

1. Pada simpang Jl B Katamso-Jl Mesjid Raya dan persimpangan Jl B Katamso

– Jl Pandu – Jl R Suprapto – Jl Pemuda, tidak perlu lagi diperbaiki

manajemennya karena kondisi operasional persimpangan sampai

dilakukannya koordinasi simpang nilai tundaannya baik yaitu sebesar 25.88

smp setiap jamnya dan 21.88 smp setiap jam.

2. Peningkatan nilai tundaan pada persimpangan di lokasi penanganan-1 dan

lokasi penanganan-2 secara persentase mencapai 64 % pada persimpangan Jl

B Katamso-Jl Ir H Juanda, 60.2 % pada persimpangan Jl Iskandar Muda-Jl

Gajah Mada, 37.5 % pada persimpangan Jl Iskandar muda-Jl Jamin Ginting-Jl

KH Wahid Hasim, dan yng terakhir sebesar 29.5 % pada persimpangan Jl

Abdullah Lubis – Jl Iskandar Muda.

3. Kemampuan persimpangan meloloskan jumlah volume lalu lintas sebelum

dilakukan dan setelah dilakukan koordinasi persimpangan juga mengalami

peningkatan, hal ini terlihat bahwa sebelum dilakukannya koordinasi

persimpangan pada lokasi penanganan -1, jumlah volume yang diloloskan

pada lajur-A sebesar 605 smp/jam, lajur-B sebesar 785 smp/jam dan setelah

dilakukan koordinasi persimpangan volume lalu lintas yang mampu

diloloskan pada lajur -A sebesar 1051 smp/jam, laju-B sebesar 1240 smp/jam,

Marwan Lubis : Studi Manajemen Lalu Lintas Meningkatkan Kinerja Jaringan Jalan Pada Daerah Lingkar Dalam Kota Medan, 2007
USU Repository © 2008
atau rata-rata 26,9 % pada lajur-A dan 22.5 % pada lajur-B. Sedangkan pada

lokasi penanganan – 2 , jumlah volume yang diloloskan pada lajur-A sebesar

697 smp/jam, lajur-B sebesar 678 smp/jam dan setelah dilakukan koordinasi

persimpangan volume lalu lintas yang mampu diloloskan pada lajur _A

sebesar 1625 smp/jam, laju-B sebesar 780 smp/jam, atau rata-rata 38.5 %

pada lajur-A dan 7 % pada lajur-B.

4. Kecepatan perjalanan dan waktu tempuh antara simpang pada lokasi

penanganan, juga mengalami peningkatan kinerja dari sebelum dilakukan

koordinasi persimpangan hingga setelah dilakukan koordinasi persimpangan,

kecuali pada lokasi penanganan – 1 dimana pada ruas jalan Jl B Katamso I

yang berjarak 410 meter mengalami penurunan kecepatan dari 40.2 km/jam

menjadi 29.8 km/jam pada lajur A dan 50.6 km/jam menjadi 29.8 km/jam

pada lajur B , waktu tempuh sebelum koordinasi simpang sebesar 37 detik

pada lajur-A, dan sebesar 29 detik pada lajur-B, setelah dilakukan koordinasi

simpang waktu tempuhnya menurun kinerjanya menjadi sebesar 50 detik pada

lajur-A dan 50 detik pada lajur-B, atau penurunan sebesar -14 % pada lajur-A

dan -26 % pada lajur-B. Peningkatan kecepatan dan waktu tempuh terjadi

pada Jl B Katamso II yang berjarak 901 meter, kecepatan sebelum

koordinasi sebesar 35.2 km/jam pada lajur-A, sebesar 45.2 km/jam pada lajur-

B, setelah koordinasi simpang kecepatannya menjadi 49.5 km/jam pada lajur-

A dan sebesar 49.5 km/jam pada lajur-B, waktu tempuh sebelum koordinasi

simpang sebesar 92 detik pada lajur-A, sebesar 72 detik pada lajur-B, setelah

Marwan Lubis : Studi Manajemen Lalu Lintas Meningkatkan Kinerja Jaringan Jalan Pada Daerah Lingkar Dalam Kota Medan, 2007
USU Repository © 2008
dilakukan koordinasi simpang waktu tempuhnya meningkat menjadi sebesar

66 detik pada lajur-A dan 66 detik pada lajur-B, atau sebesar 17 % pada lajur-

A dan 5 % pada lajur-B.

5. Lokasi penanganan – 2 juga mengalami peningkatan dimana kecepatan

sebelum koordinasi simpang pada Jl Iskandar muda III yang berjarak 619

meter sebesar 27.8 km/jam pada lajur-A, sebesar 39.1 km/jam pada lajur-B,

setelah koordinasi simpang kecepatannya menjadi 54.4 km/jam pada lajur-A

dan sebesar 54.4 km/jam pada lajur-B, waktu tempuh sebelum koordinasi

simpang sebesar 80 detik pada lajur-A, sebesar 57 detik pada lajur-B, setelah

dilakukan koordinasi simpang waktu tempuhnya menjadi sebesar 41 detik

pada lajur-A dan 41 detik pada lajur-B, atau sebesar 32 % pada lajur-A dan 26

% pada lajur-B.

6. Sedangkan pada Jl Iskandar muda II yang berjarak 1062 meter sebelum di

lakukan koordinasi simpang kecepatannya sebesar 26.4 km/jam pada lajur-A,

sebesar 29.2 km/jam pada lajur-B, setelah koordinasi simpang kecepatannya

menjadi 54.4 km/jam pada lajur-A dan sebesar 54.4 km/jam pada lajur-B,

waktu tempuh sebelum koordinasi simpang sebesar 145 detik pada lajur-A,

sebesar 131 detik pada lajur-B, setelah dilakukan koordinasi simpang waktu

tempuhnya menjadi sebesar 66 detik pada lajur-A dan 66 detik pada lajur-B,

atau sebesar 38 % pada lajur-A dan 33 % pada lajur-B.

7. Secara umum kinerja persimpangan pada lokasi penanganan-1 dan lokasi

penanganan-2 mengalami peningkatan setelah dilakukan nya koordinasi

Marwan Lubis : Studi Manajemen Lalu Lintas Meningkatkan Kinerja Jaringan Jalan Pada Daerah Lingkar Dalam Kota Medan, 2007
USU Repository © 2008
simpang yang disimulasi dengan cara coba-coba (trial error) dibandingkan

pada saat kondisi sebelum di lakukan koordinasi persimpangan.

6.2 Saran-saran

Dari hasil analisa data dan kesimpulan di atas maka disarankan sebagai

berikut,

1. Peningkatan kinerja persimpangan pada lokasi penanganan -1 dan lokasi

penanganan-2 sudah sangat baik untuk diimplementasikan pada kegiatan

seketika (action plan), namun pada pelaksanaannya harus didukung

pemerintah dan masyarakat, hal ini dapat dilakukan dengan cara

meningkatkan disiplin berlalu lintas dan kesadaran pentingnya kenyamanan

dalam berlalu lintas.

2. Juga direkomondasikan agar sepanjang jalan lokasi penanganan harus

dihindari parkir di badan jalan yang mengganggu kapasitas jalan, meniadakan

pedagang kaki lima yang berjualan di trotoar atau ruko-ruko yang

memanfaatkan trotoar untuk memajang barang dagangannya, juga sepanjang

jalan penanganan harus dilengkap rambu-rambu yang jelas dan lengkap serta

tersediannya jembatan penyeberangan untuk memperkecil hambatan akibat

orang yang akan menyeberang juga menghindarkan aktivitas U-tren ( belok

dua kali ).

Marwan Lubis : Studi Manajemen Lalu Lintas Meningkatkan Kinerja Jaringan Jalan Pada Daerah Lingkar Dalam Kota Medan, 2007
USU Repository © 2008
3. Perlu di buat halte tempat kendaraan umum menaikkan dan menurunkan

penumpang dengan pengawasan untuk tetap menjaga fungsi halte sebagai

mana mestinya.

4. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang penggunaan metode koordinasi

simpang untuk jumlah simpang yang lebih banyak dengan memperhitungkan

pertumbuhan kendaraan, sehingga diperlukan batasan umur kendaraan yang

beroperasi di jalan raya, serta batasan tentang kepemilikan kendaraan.

Marwan Lubis : Studi Manajemen Lalu Lintas Meningkatkan Kinerja Jaringan Jalan Pada Daerah Lingkar Dalam Kota Medan, 2007
USU Repository © 2008
DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman., “Koordinasi simpang bersinyal S Parman-Belitung-P Kemerdekaan


dengan simpang S Parman-Bali-Tarakan kota Banjarmasin.” Journal
ITS, Surabaya 2006.

Agus Salim Ridwan.,” Permasalahan dan pemecahan transportasi kota metropolitan


Medan.” Seminar sehari dan workshop, Universitas Darma Agung ,
Medan 2003.

Akcelik, R., “Introduction to SIDRA-2 for Signal design.” Workshop Paper and
Discussions, Australia rood research, Research report ARR
N0.148,ARRB, Vermont south Victoria 1987.

Anonimus, “Manual Kapsitas Jalan Indonesia (MKJI).” Departemen Pekerjaan


Umum Direktorat Jenderal Bina Marga, Jakarta 1997.

Badan Pusat Statistik., ”Medan dalam angka.” BPS Tk.I Sumatera Utara 2005.

Hendratmoko., “Perbandingan kinerja simpang bersinyal antara kenyataan dengan


hasil perhitungan menggunakan KAJI dan TRANSYT.” Journal ITS,
Surabaya 2007.

Morlock, E. K., ”Pengantar Teknik dan Perencanaan Transportasi.” Erlangga,


Jakarta 1991.

Munawar, A., ”Manajemen Lalu Lintas Perkotaan.” Betta offset, Yogyakarta 2004.

Penjelasan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 34 tahun 2006, tentang


jalan.

Penjelasan Undang-Undang Pemerintah Republik Indonesia nomor 38 tahun 2004


tentang jalan.

Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia nomor 14 tahun 2006 tentang


manajemen dan rekayasa lalu lintas di jalan.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 34 tahun 2006, tentang jalan.

Priyanto, S., “Strategy For A Coordinated Urban Arterial Traffic Control System In
Developing Countries.” Faculty of Civil Engineering, Netherlands
1990.

Marwan Lubis : Studi Manajemen Lalu Lintas Meningkatkan Kinerja Jaringan Jalan Pada Daerah Lingkar Dalam Kota Medan, 2007
USU Repository © 2008
Sitohang, O. dkk., ”Analisa Kapasitas dan Tingkat Pelayanan Jalan di Kodya
Medan.” Proceeding Simposium IV Forum Studi Transportasi Antar
Perguruan Tinggi FSTPT) 1-2 Nopember 2001, Universitas Udayana
Bali 2001.

Suteja, I.W., ”Studi Hubungan Kecepatan – Volume – Kerapatan pada Lalu Lintas
Dominan Sepeda Motor.” Proceeding Simposium II Forum Studi
Transportasi Antar Perguruan Tinggi (FSTPT) 8 Oktober 1999, ITS
Surabaya 1999.

Tamin Ofyar.Z.,Nahdalina.,”Analisa dampak lalu lintas (Andall).” journal


perencanaan wilayah dan kota, Bandung 1998.

Tamin,Ofyar.Z., “Perencanaan dan Pemodelan Transportasi.” ed.ke-2, Bandung


2000.

Tamin,Ofyar.Z.,“Penataan system transportasi angkutan umum perkotaan sebagai


alternative pemecahan permasalahan transportasi di kota Medan dan
sekitarnya.” Seminar sehari dan workshop,Universitas Darma Agung,
Medan 2003.

Tahir.,Anas ., “Optimasi koordinasi simpang memakai program transit dengan


analisa sensitivitas terhadap circle time.” Journal ITS, Surabaya 2006.

Underwood, R.T.,”Traffic management.” North Melbourne, Victoria 3051, Australia


1990.

Undang-Undang Pemerintah Indonesia nomor 38 tahun 2004 tentang jalan.

Marwan Lubis : Studi Manajemen Lalu Lintas Meningkatkan Kinerja Jaringan Jalan Pada Daerah Lingkar Dalam Kota Medan, 2007
USU Repository © 2008

Anda mungkin juga menyukai