Anda di halaman 1dari 4

Upaya inovasi pengentasan anemia melalui pendidikan dan promosi

kesehatan perlu di tingkatkan sebagai penguatan program preventif


(Kemenkes RI, 2021). Metode dan media pendidikan promosi kesehatan
memiliki banyak jenis yang disesuaikan dengan masalah dan keadaan daerah
intervensi. Metode edukasi gizi dapat berupa penyuluhan, konseling, focus
group discusion (FGD) dengan beragam jenis media seperti spanduk, leaflet,
flayer, slide power point dan food model namun salah satu strategi metode
yang paling efektif dapat dilaksanakan dengan metode edukasi peer-group
atau pendidikan kelompok sebaya (Ghasemi,V dkk., 2019; Singh, M dkk,
2019; Permanasari, I dkk, 2021; Abu-baker, N dkk, 2021). Edukasi peer-
group memiliki keunggulan dari metode edukasi lainnya karena proses
pengiriman informasi bila dilakukan oleh umur sebayanya akan
meningkatkan kemampuan komunikasi dan rasa percaya diri pada remaja,
selainnya itu merupakan metode yang ekonomis dan efisien (Ghasemi,V dkk.,
2019).
Peran penting peer-group terhadap individu berkaitan dengan sikap,
pembicaraan, minat, penampilan dan perilaku, remaja seringkali meniru role-
model atau trend yang ada dikalangan sebayanya. Peer-group menjadi wadah
remaja memperoleh informasi yang tidak diperoleh baik dari lingkungan
keluarga maupun sekolah, Peer-group dapat mengarahkan individu menuju
perilaku yang baik serta memberikan masukan atau saran dalam koreksi
kekurangan yang dimiliki (Kristianti, S dan Novitasari, R, 2019; Shankar, P
dkk, 2020).
Hasil penelitian terdahulu menunjukan pengaruh signifikan dari
suplementasi tablet fe seminggu satu kali dipadukan dengan promosi
kesehatan dari kader atau duta siswa yang memberikan edukasi peer kepada
teman sebayanya dapat meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan
dalam pencegahan anemia (Abu-baker, N dkk, 2021; Permanasari, I dkk,
2021; Nadimin, 2018). Penelitian lain menunjukan adanya pengaruh
pendidikan sebaya (peer education) terhadap peningkatan kadar Hb pada
remaja yang anemia sebesar 2,3 g/dL (Surjantini, R dan Saragih, H, 2019).
Namun belum adanya penelitian yang menggunakan metode edukasi peer
group untuk mengetahui kepatuhan konsumsi TTD dengan kejadian anemia.
Salah satu wilayah di Jawa Barat yakni Kabupaten Cirebon masih
memiliki tingkat anemia remaja putri pada yang cukup tinggi sebesar 32,7%
(Sari, VM dan Rahmatika, SD, 2021) dan masuk katagori masalah kesehatan
masyarakat. Salah satunya di wilayah Kecamatan Arjawinangun, data
program Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) Puskesmas Tegalgubug mencatat
prevalensi anemia remaja putri sebesar 10,2% (Puskesmas Tegalgubug,
2022). Pada wilayah Kecamatan Arjawinangun memiliki dua sekolah dengan
jumlah siswa yang terbanyak, diantaranya adalah SMPN 1 dan MTSN 3
Arjawinangun. Pada kedua sekolah tersebut, hasil program suplementasi TTD
remaja belum optimal berdasarkan evaluasi program gizi puskesmas tahun
2021 pendistribusian mengalami kendala karena pandemik sehingga
pelaporan distribusi tidak masuk cakupan 0%, terutama untuk memonitoring
kepatuhan konsumsi yang tidak terdokumentasikan. Kurangnya edukasi
kesehatan di sekolah membuat rendahnya pemahaman siswa akan pentingnya
pemenuhan derajat kesehatan yang optimal (Puskesmas Tegalgubug, 2021).
Dengan demikian, program intervensi yang berupaya untuk peningkatan
pengetahuan, sikap dan kepatuhan remaja dalam mengatasi anemia sangatlah
penting untuk dilakukan. Oleh karena itu, penelitian ini akan mengevalusi
efektivitas edukasi gizi melalui peer-group terhadap pengetahuan, sikap dan
kepatuhan konsumsi TTD pada remaja putri di SMPN 1 dan MTSN 3
Arjawinangun, Kabupaten Cirebon.
Beragam intervensi melalui penelitian menunjukan signifikansi keberhasilan
pengentasan anemia melalui intervensi gabungan secara bersamaan antara
suplementasi distribusi fe diikuti edukasi praktek pemberian dapat
meningkatkan pengetahuan, sikap serta kepatuhan dalam mengkonsumsi f
serta status Hemoglobin (Hb) (Abu-baker, N dkk, 2021; Singh, M dkk, 2019;
Yusoff, 2012).

Anda mungkin juga menyukai