Anda di halaman 1dari 7

PENDALAMAN MATERI

(Lembar Kerja Resume Modul)

A. Judul Modul : FIQIH


A. Kegiatan Belajar : PERNIKAHAN MONOGAMI, POLIGAMI DAN NIKAH MUT’AH (KB 2)

B. Refleksi Oleh : MUSTAFA ISMAIL


BUTIR
NO RESPON/JAWABAN
REFLEKSI
PERNIKAHAN MONOGAMI,
POLIGAMI DAN NIKAH MUT’AH

Konsep
(Beberapa
1 istilah dan
definisi) di
KB

A. KONSEP NIKAH DALAM ISLAM


1. Syariat Pernikahan
Kedudukan nikah dalam Islam merupakan syariat yang terkandung di dalanya nilai-
nilai ibadah. Kelayakan manusia menerima syariat tersebut paling tidak diperkuat oleh
tiga argument yaitu:
a. Manusia adalah makhluk berakal, dengan akalnya itu manusia mampu menerima
dan menjalankan syariat dengan baik, diantara syariatnya itu adalah pernikahan
b. Manusia diciptakan Allah adalah berpasangan yaitu laki-laki dan perempuan, dari
kehidupan berpasangan manusia disyariatkan untuk menjalin hubungan yang
mulia, mengembangkan keturunan, menegaskan hak dan kewajiban antara
keduanya.
ُ ‫ق‬ ُ ‫ق ق ق ۡ ق ۡ قٰ ق ُذ ق ذ ُ ُ ۡ ق‬
Firman Allah swt dalam QS. Yasin : 36 :
‫ق ق‬ ‫ق‬ ‫ُ ۡ ق ذ‬
َ َ٣٦َ‫َو قښ ذ اََ قَي ۡع ُ ن‬
‫س ۡ ق‬
‫ۡضَ قومق ۡ َثن قق‬
َ ۡ‫تَٱ‬ َ ‫حٰ قََٱَقيَخ َٱۡزو‬
‫جَُ اَ قښ اَتۢ قب‬ ‫سب‬
36. Maha Suci Tuhan yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya, baik
dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa yang
tidak mereka ketahui

c. Pernikahan dalam Islam disebut sebagai perilaku para Nabi dan memasukannya
sebagai salah satu fitrah yang dimiliki oleh manusia. Rasulullah Saw bersabda
“empat fitrah yang dimiliki oleh manusia yaitu memakai pacar, wangi-wangian,
bersiwak (gosok gigi) dan nikah.”

Pada zaman Jahiliyah telah dikenal beberapa praktek perkawinan yang merupakan
warisan turun temurun dari perkawinan Romawi, Persia yaitu:
a. Perkawinan pacarana (khidn) yaitu berupa pergaulan bebas pria dan Wanita
sebelum perkawinan yang resmi dilangsungkan yang tujuannya untuk mengetahui
kepribadian masing-masing
b. Nikah badl yaitu seorang suami minta kepada laki-laki lain untuk saling menukar
istrinya
c. Nikah Istibdha, yaitu seorang suami minta kepada laki-laki kaya, bangsawan atau
orang pandai agar bersedia mengumpuli istrinya yang dalam keadaan suci sampai
ia hamil
d. Nikah Rath, Seorang Wanita dikumpuli oleh beberapa pria sampai hamil. Ketika
anaknya lahir, lalu Wanita itu menunjuk salah satu pria yang telah mengumpulinya
untuk mengakui bayi yang telah dilahirkannya sebagai anaknya. Nikah ini sama
dengan nikah baghaaya (nikah pelacur).

Kehadiran Islam menghapus semua bentuk pernikahan di atas karena dipandang tidak
sejalan naluriah dan kehormatan manusia. Nikah dalam syariat Islam diartikan sebagai
sebuah akad yang menghalalkan pergaulan dan membatasi hak dan kewajiban serta
tolong-menolong antara laki-laki dan perempuan yang bukan mahramnya. Al-Qur’an
menyebut nikah sebagai mitsaq (perjanjian) antara suami dan istri sejak terjadinya akad,
Sepasang calon suami istri yang ingin melangsungkan ikatan pernikahan diharuskan
untuk memenuhi syarat dan rukun nikah.

2. Hikmah dan Tujuan Nikah


Hikmah sebuah pernikahan yaitu:
a. Nafsu seks termasuk tuntutan terkuat dan selalu meliputi kehidupan manusia,
pernikahan merupakan aturan yang paling baik dan jalan keluar yang menyejukkan
untuk memuaskan seks manusia
b. Pernikahan jalan terbaik untuk melahirkan anak, memperbanyak kelahiran dan
melestarikan kehidupan dengan menjaga kehidupan
c. Naluri kebapakan dan keibuan akan tumbuh dan berkembang dalam menaungi
anak masa kanak-kanak serta tumbuhnya rasa kasih saying
d. Rasa tanggung jawab dari pernikahan serta mengurus anak dapat membangkitkan
semangat dan mencurahkan segala kemampuan dalam memperkuat potensi diri.
e. Membagi-bagi pekerjaan dan membatasi tanggung jawab pekerjaan kepada suami
dan istri

3. Hukum Pernikahan
Hukum nikah dapat ditetapkan sebagai sebagai berikut:
a. Wajib, hukum ini dibebankan kepada orang yang telah mampu memberi nafkah,
jiwanya terpanggil untuk nikah, jika tidak nikah khawatir terjerumus kelembah
perzinahan. Sedangkan bagi yang hanya memiliki keinginan yangkuat tapi belum
mampu memberi nafkah, maka lebih bai kia menahan diri. Salah satu caranya
disarankan agar ia memeperbanyak puasa.
Firman Allah swt dalam QS. An-Nuur :33)
ۡ ‫ق‬ ُ ‫َ َُي ۡغ ققي ُ ُ َ ذ‬ ‫ذ ق ق ق ُ ق ق‬ ۡ
َ َ٣٣َ฀...ََ‫ٱََّ قم َفض ق َقۦ‬ ٰ ‫اَح ذ‬
‫اح ق‬ً ‫قك‬ ‫ََدونَن‬ َ ‫قَوليق ۡس ق ۡع ق ق‬
‫فَٱَقي َََ ق‬
33. Dan orang-orang yang tidak mampu kawin hendaklah menjaga kesucian
(diri)nya, sehingga Allah memampukan mereka dengan karunia-Nya.
b. Sunah, hukum ini pantas bagi orang yang merindukan pernikahan dan mampu
memberi nafkah tapi sebenarnya ia masih mampu menahan dirinya dari
perbuatan zina. Maka bagi orang seperti ini hukum nikah menjadi sunah. Akan
tetapi jika demikian kondisinya, nikah lebih baik baginya dari pada membujang
karena dalam nikah terdapat ibadah yang banyak.
c. Haram, hukum ini layak bagi orang yang tidak mampu memberikan nafkah dan
jika ia memaksakan diri utnuk menikah akan mengkhianati isterinya atau
suaminya, baik dalam pemberian nafkah lahiriyah maupun batiniyah, sehingga
dengan perkawinan itu hak-hak istri/suami tidak terpenuhi

B. PERNIKAHAN MONOGAMI DALAM AJARAN ISLAM

1. Pengertian Monogami
Dalam kamus bahasa Indonesia, monogami berarti sistem yang memperbolehkan
seorang laki-laki mempunyai satu isteri pada jangka waktu tertentu. Dari ta’rif tersebut
dapat dipahami bahwa seorang suami yang beristerikan satu isteri saja tidak dua atau
tiga maka suami itu menganut monogami. Asas monogami telah ditetapkan oleh Islam
sejak lima belas abad yang lalu sebagai salah satu asas perkawinan dalam Islam.
Tujuannya untuk memeberikan landasan dan modal utama dalam pembinaan kehidupan
rumah tangga yang harmonis, sejahtera dan bahagia, Oleh karena itu hukum asal
perkawinan dalam Islam adalah monogami. Bagi laki-laki selayaknya sikap monogami
ini jika tidak alasan yang dapat dibenarkan untuk beristri lebih dari satu, seperti si istri
ternyata mandul.

2. Dalil dan hukum asal pernikahan monogami


Pada asalnya hukum Islam menetapkan kepada laki-laki beristri satu saja, Isyarat al-
Qur’an untuk untuk bermonogami bagi laki-laki dapat kita pahami dari berbagai ayat
al-Qur’an yang memerintahkan kepada laki-laki untuk menikah jika sudah mampu.
Dasar hukum monogami dalam Islam adalah al-Qur’an yang menjelaskan tentang
kewajiban berprilaku adil terhadap seorang istri, jika khawatir tidak mampu berprilaku
adil maka wajib monogami, sebagaimana firman Allah berikut ini: QS. An-Nur:32
ُ ‫َف ق قرا ٓ قء َُي ۡغ ق ُ َ ذ‬
ُ ُ ُ ‫ق‬ ُ ٓ‫ق قۡ ق ُ ۡ ق‬
ۡ‫ك‬ ٰ ‫َو ذ‬
‫كۡ ق‬ ُ ‫ُ ۡ ق قٰ ق ٰ ق‬ ‫قق‬
ََّ‫ٱ‬ ‫ق‬ ‫ا‬ ‫ن‬ ‫ك‬ ‫نَي‬‫ق‬ ‫إ‬َ ۚ ‫ق‬ ‫ئ‬‫ا‬‫َِم‬ ‫قك‬ ‫ل‬‫ا‬‫قب‬
‫ع‬ َ ‫م‬ َ َ
‫ي‬ ‫ح‬
‫ق‬ ‫ق‬ ‫ٱڙص‬ َ ‫م‬َ َ
‫م‬ ‫ي‬ۡ‫ٱ‬ َ ‫ا‬
َ ‫ح‬ ‫ك‬
‫ق‬ ‫ن‬ ‫وث‬
‫ق‬ ُ ‫قم َفق ۡض ق َقۦََ قَو ذ‬
َ َ٣٢َ ‫ٱََّ قوٰس ٌقعَع قي‬
32. Dan kawinkanlah orang-orang yang sedirian diantara kamu, dan orang-
orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan
hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan
memampukan mereka dengan kurnia-Nya. Dan Allah Maha luas
(pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui

Menurut Yusuf Qardhawi menulis, bahwa Islam adalah agama yang sejalan dengan
fitrah manusia, mengakui fakta yang dapat membimbing dan manjauhkan manusia dari
perbuatan bodoh, sebelum Islam datang agama terdahulu membolehkan poligami
sampai seratus istri tanpa terikat aturan. Islam turun ditengah-tengah masyarakat
jahiliyah dalam kondisi poligami yang yang berlebihan dan agar Islam diterima maka
Islam membolehkan praktik menikah dengan batasan empat orang istri. Sebab syarat
keadilan menjadi syarat berat bagi setiap suami yang akan melaksanakan pernikahan
lebih dari seorang istri.

C. POLIGAMI DALAM AJARAN ISLAM

1. Pengertian dan hukum Poligami


Secara kebahasaan yang lebih tepat adalah poligini yang dalam kamus bahasa
Indonesia diartikan sebagai system perkawinan yang membolehkan seorang pria
memiliki beberapa Wanita sebagai istrinya di waktu yang bersamaan . Pada asalnya
hukum poligami itu diperbolehkan jika seorang suami tidak dikhawatirkan berbuat
zhalim terhadap istri-istrinya. Kebolehan poligami untuk mewujudkan
kemaslahatan bagi manusia agar tidak berlaku zina dan tidak terjatuh pada kedalam
pintu kemaksiatan. Menurut Yusuf Qardhawi, kondisi darurat yang dengannya
seorang laki-laki dibolehkan berpoligami adalah sebagai berikut:
a. Ditemukan seorang suami yang menginginkan keturunan, akan tetapi ternyata
isterinya tidak dapat melahirkan anak disebabkan karena mandul atau penyakit.
b. Di antara suami ada yang memiliki overseks, akan tetapi isterinya memiliki
kelemahan seks, memiliki penyakit atau masa haidhnya terlalu panjang
sedangkan suaminya tidak sabar menghadapi kelemahan isterinya tersebut.
c. Jumlah wanita lebih banyak dibanding jumlah laki-laki, khususnya setelah
terjadi peperangan.
Namun ada pasal penting lainnya yang wajib dipenuhi setelah poligami itu
terealisasi yaitu seorang suami harus berlaku adil dalam memberikan nafkah.
Nafkah itu ada yang bersifat lahiriyah, yaitu nafkah yang bersifat materi dan
immateri (batiniyah). Sehubungan dengan pembagian nafkah tersebut maka keadilan
pun terbagi mejadi dua yaitu keadilan dalam memberikan nafkah lahiriyah dan
keadilan dalam memberikan nafkah batiniyah. Pada keadilan bentuk pertama,
seorang suami dituntut untuk berlaku adil terhadap isteri-isterinya dalam
memberikan makan, minum, pakaian, rumah, serta waktu giliran. Pemenuhan rasa
keadilan bentuk pertama ini sangat mungkin dapat dilakukan oleh seorang suami
terhadap isteri-isterinya. Maka jika seorang suami tidak dapat berlaku adil dalam
nafkah lahir ini yang mengakibatkan isteri-isteri terzalimi, maka haram bagi laki-
laki untuk berpoligami.Firman Allah dalam Qs. An-Nisa’ ayat 3 yaitu:

ۡ ‫ق‬ ‫َوثُ ق۔ ٰ ق ق‬
َ‫َو ُر قب ٰ قعَۖفإقن‬ ‫َ ق‬ ٓ
ٰ ‫َم ق َٱلنك ق قسا َءقَ قم ۡث ق‬
‫ك كق‬ ُ ‫ُ ق ق ق ق‬
‫كح اََماَطابَل‬
‫ۡققٰ ق ق‬
َٰ ‫ََِٱۡت‬
‫مَ َفٱن ق‬ ‫ا‬ ُ ‫خ ۡ ُ ۡ قَأ ذَ َُت ۡ س‬
‫قط‬
ۡ
‫ِنَ ق‬
َ
‫ق‬
ُ ‫ق ق قذ‬ ُ ُٰ‫ۡ ُ ۡ قذ ق ۡ ُ ق قٰ ق ً قۡ ق ق ق ق ۡ ق ۡ ق‬
َ َ٣ََ‫ك ۡ ۚ قَذٰڙ ق ق َث ۡل َنىَأَ قَت ُع ڙ ا‬ ‫خ َأََتعدقڙ اَفوحقدةَثوَماَښ كتَأيە‬ ‫ق‬
3. Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak)
perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah
wanita-wanita (lain) yang kamu senangi: dua, tiga atau empat. Kemudian jika
kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja,
atau budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat
kepada tidak berbuat aniaya.

Bentuk keadilan kedua yaitu keadilan yang bersifat batin, kecendrungan hari atau
cinta, yaitu berlaku adil dalam membagi cinta kepada istri-istri, inilah yang sangat
berat bagi seorang suami. Maka menurut Yusuf Qardhawi ini adalah keadilan yang
dimaafkan dan diberikan toleransi, namun tidak termaafkan untuk nafkah lahir.
Meskipun poligami diizinkan dalam ajaran Islam dengan syarat-syarat ketat, tetapi
realitasnya ternyata menyisakan penderitaan bagi istri, orang tua dan anak-anak.
Karena itu hendaknya dihindari oleh setiap suami sebab mengandung kemudharatan
bagi anggota keluarga. Hal ini terungkap dalam hadis Nabi Saw Riwayat Imam al-
Bukhari , Muslim, Turmudzi, dan Ibnu Majah dari Miswar bin Makhramah yang
mengangkat peristiwa yang dialami oleh putri nabi Saw (Fatimah) Ketika Ali akan
melakukan poligami.

“Miswar bin Makhramah bercerita bahwa ia mendngar Rasulullah Saw berdiri


di atas mimbar seraya berkata: “Sesungguhnya keluarga Hisyam bin al-Mughirah
meminta izinku untuk menkahkan putrinya dengan Ali bin Abi Thalib, aku tidak
izinkan, Aku tidak izinkan, Aku tidak izinkan, kecuali jika Ali bin Abi Thalib lebih
memilih menceraikan putriku dan menikah dengan putrinya (keluarga
Hisyam).Sesungguhnya putriku adalah darah dagingku, menyusahjkannya berarti
menyusahkanku dan menyakitinya berarti menyakitiki.

Hadis di atas mempertegas peinsip monogami dalam pernikahan, dapat dipahami


bahwa hadis-hadis tentang poligami tidak menyebutkan bahwa poligami itu
perbuatan sunah atau dianjurkan.

2. Hikmah Pologami
alasan kebolehan berpoligami bagi sang suami dikarenakan terdapat kondisi darurat
dan syarat beraku adil terdapat hikmah di dalamnya yang Menurut Rasyid Ridh
sedikitya terdapat empat hikmah.
1. Untuk mendapatkan anak bagi suami yang subur dan isteri yang mandul.
2. Menjaga keutuhan keluarga tanpa harus mencerai isteri pertama meski ia tidak
berfungsi semestinya sebagai isteri karena cacat fisik dan sebagainya
3. Untuk menyelamatkan suami yang hiperseks dari perbuatan free sex.
4. Menyelamatkan harkat dan martabat wanita dari krisis akhlak (melacur),
terutama bagi mereka yang tinggal di negara yang jumlah wanitanya lebih
banyak dibanding laki-laki akibat peperangan misalnya.
Sedangkan hikmah kebolehan Rasulullah beristeri lebih dari empat bukanlah karena
dorongan hawa nafsu sebagaimana yang dituduhkan oleh kaum orientalis, tapi
mengandung hikmah yang besar, yaitu kepentingan dakwah Islam sebagaimana
dikemukakan oleh Abbas Mahmud al-Aqqad sebagai berikut:
1. Untuk kepentingan pendidikan dan pengajaran agama.
2. Untuk kepentingan politik, yaitu mempersatukan suku-suku bangsa Arab dan
sekaligus menarik mereka masuk Islam.
3. Untuk kepentingan sosial dan kamanusiaan. Seperti perkawinan beliau dengan
janda dermawan bernama Khadijah
Dengan demikian pada pernikahan Rasulullah terdapat hikmah yang tinggi yang
bernilai dakwah, Pendidikan, dan social kemasyarakatan

D. KONSEP NIKAH MUT’AH

1. Pengertian dasar Nikah Mut’ah


Kata mut’ah ( ‫) متْعة‬, berasal dari bahasa Arab yang mempunyai arti antara lain bekal
yang sedikit dan barang yang menyenangkan. Pengertian ini sejalan dengan kata
mut’ah yang terdapat dalam al-Quran yang berarti bercampur (bersenang-senang
bersama istri dengan bersenggama) dan pemberian yang menyenangkan oleh suami
kepada isterinya yang dicerai.
Yusuf Qardhawi memberikan pengertian nikah mut’ah secara terminologi, yaitu
seorang laki-laki mengikat (menikahi) seorang perempuan untuk waktu yang
ditentukan dengan imbalan uang yang tertentu pula. Di Indonesia, kawin mut’ah ini
popular dengan sebutan kawin kontrak.
Dilihat dari penetapan pembatasan waktu (ta’qit), pernikahan semacam itu
bertentangan dengan syariat Islam yang menghendaki pernikahan itu tidak terbatas
oleh waktu.

2. Hukum Nikah Mut’ah


Menurut Yusuf Qardhawi, rahasia diperbolehkan nikah mut’ah pertama kali pada
zaman Nabi, karena umat ketika itu berada pada “masa transisi” dari dunia Jahiliyah
ke dunia Islam. Di mana pada zaman Jahiliyah, perzinahan merupakan budaya yang
sudah menyebar luas. Ketika Islam mewajibkan kepada kaum untuk pergi berjihad,
mereka merasakan sangat berat tinggal jauh dengan isteri-isteri mereka.
Berdasarkan keterangan di atas, maka jelaslah bahwa kebolehan hukum nikah
mut’ah pada zaman Nabi itu memiliki alasan sebagai berikut:
1. Merupakan keringanan hukum (rukhsah) untuk memberikan jalan keluar dari
problematika yang dihadapi oleh dua kelompok orang yang imannya kuat dan
imannya lemah.
2. Sebagai langkah perjalanan hukum Islam menuju ditetapkannya kehidupan
rumah tangga yang sempurna untuk mewujudkan semua tujuan pernikahan
yaitu melestarikan keturunan, cinta kasih sayang dan memperluas pergaulan
melalui perbesanan.
Terkait dengan hukumnya, dilihat dari prosesnya nampaknya langkah pengharaman
nikah mut’ah yang ditempuh oleh islam dilakukan secara periodik seperti proses
pengharaman khamar. Rasulullah memperbolehkan nikah mut’ah dalam kondisi
darurat, kemudian rasul mengharamkan nikah mut’ah sebagai bentuk pernikahan.
Dikalangan sahabat, orang yang secara tegas mengharamkan nikah mut’ah adalah
Umar bin Khattab, dengan lantang beliau melarang nikah mut’ah serta mengancam
hukuman bagi pelakunya. Menurut jumhur ulama dan sahabat bahwa keharaman
nikah mut’ah adalah mutlak tanpa ada pengecualian meski kondisi darurat

3. Nikah Mut’ah Masa kini


penghalalan nikah mut’ah pada masa sekarang ini dapat dikatakan bathil dan sangat
mudah untuk ditolak baik secara aqli maupun naqli:
1. Islam menetapkan pernikahan sebagai ikatan perjanjian yang kuat. Yang
dibangun atas landasan motivasi untuk hubungan yang kekal yang akan
menumbuhkan cinta, kasih sayang dan ketentraman batin serta menciptakan
keturunan yang langgeng.
2. Menghalalkan kembali nikah mut’ah berarti langkah mundur dari sesuatu yang
telah ditetapkan secara sempurna oleh Islam.
3. Alasan darurat untuk menghalalkan kembali nikah mut’ah merupakan alasan
yang terlalu dibuat-buat.
4. Dampak negatif yang diakibatkan dari nikah mut’ah sangat merusak dimensi
sosial. Sebab akibat nikah mut’ah akan bermunculan perempuan-perempuan
yang kehilangan suaminya,

Dalam materi hukum nikah yang membahas tentang konsep pernikahan dalam islam, hukum
Daftar melaksanakan poligami dan hukum nikah mut’ah dalam islam, menurut saya materi tentang
materi pada nikah ini tidak ada yang begitu sulit, tetapi kalau kita lihat pada masa sekarang banyak terjadi
2 KB yang
pelanggaran-pelanggaran tentang hal pernikahan, seperti melaksanakan poligami tetapi dia tidak
sulit
dipahami memenuhi syarat-syarat untuk poligami, dan juga melaksanakan nikah mut’ah yang sudah jelas-
jelas di larang dalam Islam.

Daftar materi
yang sering Hukum yang dibolehkan pada masa rasulullah karena sebab-sebab dan alasan tertentu dan
mengalami diberlakukan juga pada masa sekarang, yang beralasan itu adalah perbuatan yang dilakukan pada
3
miskonsepsi
dalam masa rasulullah.
pembelajaran

Anda mungkin juga menyukai