Dokumen
Dokumen
Blog Sejarah
Blog Sejarah02.15
LAPORAN PRAKTEK
(PDGK 4306)
OLEH
NAMA :
NIM :
SEMESTER :
POKJAR :
KABUPATEN : O
UPBJJ – UT :
2015.2
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan kegiatan Keaksaraan Fungsional (FK) disusun dalam rangka menyelesaikan tugas praktik
mata kuliah Pembelajaran Berwawasan Kemasyarakatan (PDGK 4306) yang isi laporannya telah
dibimbing, dikoreksi, dan disahkan oleh :
Mengetahui :
Nip. – Nip. –
Mengesahkan :
……………………………………
Nip. ………………….
PEMERINTAH KABUPATEN …………
SURAT KETERANGAN
Terkait dengan tugas Praktek Pembelajaran Keaksaraan Fungsional pada Mata Kuliah Pembelajaran
Berwawasan Kemasyarakatan ( PDGK4306 ) yang ditempuh mahasiswa S1 PGSD Universitas Terbuka,
Kami pihak Dinas Pendidikan Kabupaten ………. Provinsi …………… menerangkan bahwa :
NAMA :
NIM :
KELOMPOK BELAJAR :
UPBJJ – UT :
Telah melakukan Kegiatan pembimbingan dan evaluasi belajar terhadap warga belajar.
Berikut di sampaikan Warga Belajar yang layak dan atau belum layak mendapatkan Surat Keterangan
Melek Aksara Dasar.
Layak BelumLayak
4
Ü
10
………………………………
NIP. ………………………..
IDENTITAS MAHASIS
Puji dan syukur panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa Karena atas berkat dan penyertaannya
sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan praktek program pembelajaran
keaksaraan sesuai waktu yang ditentukan.
Pengembangan budaya membaca, menulis, dan berhitung serta pemecahan masalah dalam
kehidupan sehari – hari sangat ditunjang oleh kesuksesan suatu pembelajaran. Kesuksesan
pembelajaran tidak terlepas dari buku pelajaran yang bermutu sebagai salah satu faktor penunjang.
Oleh karena itu, penulis menyusun laporan ini mudah – mudahan laporan ini dapat bermanfaat.
Laporan ini disusun selain untuk memenuhi tuntutan syarat kelulusan dalam mata kuliah
Pembelajaran Berwawasan Kemasyarakatan, juga untuk memperkaya diri dengan sejumlah
pengetahuan dan keterampilan yang sangat bermanfaat dalam menunjang pelaksanaan tugas
keguruan yang lebih profesional.
Sebagai akhir Penulisan laporan ini tak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada :
Rektor Universitas Terbuka Pusat di Jakarta yang member peluang bagi yang mau mengikuti
perkuliahan jarak jauh demi peningkatan mutu pendidikan.
Dekan FKIP Universitas Terbuka Pusat di Jakarta yang memberi peluang bagi yang mau mengikuti
perkuliahan jarak jauh demi peningkatan mutu pendidikan.
Kepala UPBJJ Universitas Terbuka ………. Yang berjuang bagi para mahasiswa yang mau mengikuti
perkuliahan.
Bapak Bupati ………. Yang mau berjuang meningkatkan mutu pendidikan guru khususnya di Wilayah
Kab. ………….
Kepala Dinas PPO Kabupaten ……… yang mau meningkatkan mutu pendidikan guru khususnya di
wilayah ………….
Pengelola Universitas Terbuka Kabupaten ……………… yang mau berjuang meningkatkan mutu
pendidikan guru khususnya di wilayah ……….
Bapak dan Ibu Tutorial yang telah membimbing dan membekali penulis dengan berbagai ilmu dan
pengelaman.
Kepala PKBM yang telah membimbing dan membekali penulis dengan berbagai ilmu dan
pengalaman.
Bapak kepala sekolah dan teman – teman guru yang telah membimbing dan membekali penulis
dengan berbagai ilmu dan pengelaman.
Buat suamiku yang tercinta serta buah hati dan kedua orangtua yang dengan ikhlas menantikan
keberhasilan penulis.
Teman Sejawat yang banyak memotivasi penulis demi tersuksesnya laporan ini.
Akhir kata penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari harapan dan kesempurnaan, oleh
karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu penulis harapkan dan
terima dengan senang hati demi meningkatkan mutu pendidikan di daerah kita ………. Khususnya dan
tanah air Indonesia tercinta pada umumnya.
Penulis,
DAFTAR ISI
Hal.
BAB I PENDAHULUAN
LAMPIRAN
3. Foto Kegiatan
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sesuai dengan amanat UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang diikuti oleh
PP No. 19 Tahun 2005, serta UU Guru dan Dosen, bahwa guru sebagai sebuah profesi harus
memenuhi beberapa kompetensi. Salah satu elemen kompetensi yang harus melekat pada profesi
guru tercakup dalam rumpun kompetensi sosial yaitu kemampuan pendidik/guru sebagai bagian dari
masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik,
tenaga kependidikan orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar. Dengan demikian, agar
guru sebagai pendidik memiliki kemampuan yang diamanatkan dalam UU dan PP tersebut, maka
diperlukan sebuah kegiatan bagi guru yang sedang mengikuti pendidikan S1 untuk melatih
keterampilan mereka dalam berkehidupan sosial serta memberikan kontribusi dalam masyarakat di
lingkungannya. Salah satu program pendidikan dalam masyarakat yang paling efektif dilakukan
adalah program pemberantasan buta aksara.
Bagi mereka yang telah tidak lagi buta aksara, putus sekolah atau tamat sekolah tetapi tidak
melanjutkan, perlu disediakan suatu program agar dapat meningkatkan kemampuan pengetahuan,
keterampilan, dan memperluas wawasan sebagai bekal untuk mengembangkan diri, bekerja, atau
berusaha secara mandiri. Keberadaan program pemberantasan buta aksara sangat penting sebagai
sarana belajar masyarakat. Dengan demikian, sebagai sarana yang diharapkan dapat menjadi
pembina dalam kegiatan pemberantasan buta aksara dan dapat memanfaatkan makalah ini sebagai
sumber yang baik.
Melalui program pendidikan dari masyarakat substansi dari praktik mata kuliah Pembelajaran
Berwawasan Kemasyarakatan, penulis melakukan penelitian yang meliputi bimbingan Warga Belajar
(WB).
Adapun substansi yang menjadi objek penelitian adalah kegiatan Buta Aksara bidang memasak,
menjahit, menenun, tukang batu, tukang kayu dan lain-lain. Hal ini penulis lakukan karena masih
banyak warga belajar usia produktif yang belum mempunyai keterampilan, hal ini dapat dilihat pada
data di Desa Tonggurambang 40% masyarakat buta aksara usia non produktif yang tidak memiliki
keterampilan. Apabila dilakukan bimbingan terhadap para pesertanya maka akan dapat
meningkatkan kualitas sumber daya manusia dibidang keterampilan khususnya. Selain itu kegiatan
ini juga dapat meningkatkan perekonomian dan memperkecil pengangguran di desa kami.
Untuk dapat mengembangkan kemampuan sebagai mahasiswa lulusan S1 PGSD dibidang sosial,
diperlukan peran aktif mahasiswa sebagai warga masyarakat serta praktik dari segala ilmu yang telah
diperoleh mahasiswa pada saat mengikuti perkuliahan untuk dapat berkiprah ditengah-tengah
masyarakat.
Dengan kegiatan ini diharapkan dapat menumbuhkan dan menambah wawasan dalam bidang
ketrampilan dilingkungan penulis berada.
Keaksaraan merupakan keadaan mengenai aksara yang meliputi membaca, menulis, berhitung, dan
berkomunikasi secara fungsional yang memungkinkan seseorang untuk secara terus-menerus
mengembangkan kompetensinya sehingga dapat meningkatkan mutu dan taraf kehidupannya.
Sementara itu, yang dimaksud dengan pendidikan keaksaraan adalah usaha untuk membimbing dan
dan membelajarkan pengetahuan mengenai keaksaraan agar bermanfaat bagi dirinya. Permasalahan
yang saat ini terjadi di Indonesia adalah tingginya tingkat warga buta aksara yang disebabkan oleh
kurangnya kesempatan belajar yang dapat diperoleh karena tingkat kemiskinan yang cukup tinggi,
sehingga warga tidak mampu memfasilitasi dirinya untuk belajar.
Dalam pembangunan nasional, pendidikan diartikan sebagai upaya meningkatkan harkat dan
martabat manusia serta dituntut untuk menghasilkan kualitas manusia yang lebih tinggi guna
menjamin pelaksanaan dan kelangsungan pembangunan. Pendidikan berkualitas harus dipenuhi
melalui peningkatan kualitas dan kesejahteraan pendidik dan tenaga kependidikan
lainnya.Pembaharuan kurikulum yang sesuai dengan ilmu pegetahuan dan teknologi tanpa
mengesampingkan nilai-nilai luhur sopan santun, etika serta didukung penyediaan sarana dan
prasarana yang memadai, karena pendidikan yang dilaksanakan sedinimungkin dan berlangsung
seumur hidup menjadi tanggung jawab keluarga, sekolah, masyarakat, dan pemerintah Dimana
sekarang banyak orang mengukur keberhasilan suatu pendidikan hanya dilihat dari segi hasil.
Pembelajaran yang baik adalah bersifat menyeluruh dalam melaksanakannya dan mencakup
berbagai aspek, baik aspek kognetif, afektif maupun psikomotorik, sehingga dalam pengukuran
peningkatan dari hasil keberhasilannya selain dilihat dari segi kuantitas juga dari kualitas yang telah
dilakukan di sekolah-sekolah.
Mengacu dari pendapat tersebut, maka pembelajaran yang aktif ditandai adanya rangkaian
terencana yang melibatkan siswa secara langsung, komprehensif, baik fisik, mental maupun emosi.
Hal ini sering diabadikan oleh guru, karena guru lebih mementingkan pada pencapaian tujuan dan
target kurikulum. Salah satu upaya guru dalam menciptakan suasana aktif, efektif dan
menyenangkan dalam pembelajaran yakni dengan menggunakan alat peraga. Hal ini dapat
membantu guru dalam menggerakan, menjelaskan gambaran ide dari suatu misteri.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memungkinkan semua orang dapat memperoleh
informasi dengan melimpah, cepat dan mudah dari berbagai sumber dan tempat didunia. Dengan
demikian setiap orang perlu memiliki kemampuan memperoleh, memilih dan mengelola informasi
untuk bertahan pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti dan penuh persaingan. Kemampuan
ini membutuhkan pemikiran kritis, sistematis, logis, kreatif dan kemampuan bekerjasama yang
efektif.
Cara berpikir seperti ini dapat dikembangkan melalui pemberantasan Buta aksara yang memiliki
struktur dan keterkaitan yang kuat dan jelas antar konsepnya sehingga memungkinkan kita terampil
berpikir rasional. Kehidupan sehari-hari tidak pernah lepas dari Bahasa Indonesia, hal ini dikarenakan
kegiatan yang dilakukan sehari-hari memerlukan pemikiran serta berbahasa sempurna.
Dengan adanya penelitian penulisan laporan buta aksara ini diharapkan mampu memiliki sikap
keingin tahuan akan buta aksara dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan
minat dalam mempelajari cara membaca, menulis, mengimlah, serta sikap ulet dan percaya diri
dalam pemecahan masalah.
Untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan pembelajaran yang diharapkan, maka dilakukan
penilaian terhadap proses hasil belajar siswa. Hasil penilaian harus dapat menggambarkan apakah
pembelajaran yang dilakukan guru telah menunjukan keberhasilan permbelajaran atau belum.
Dalam buku petunjuk Pelaksanaan Penilaian di Sekolah Dasar dikatakan bahwa, pembelajaran
berhasil apabila 85 % dari jumlah siswa telah memperoleh nilai ≥ 75 % (Dekdikbud, 1995)
Hal ini dikarenakan rendahnya tingkat penguasaan terhadap materi yang dipelajari dan tidak
memperhatikan penjelasan. Untuk meningkatkan penguasaan terhadap materi pelajaran, maka
peneliti melaksanakan perbaikan pembelajaran.
Salah satu kompetensi yang seyogianya dimiliki para lulusan Program S1 PGSD adalah
kompetensi sosial, yaitu bagaimana para lulusan dapat memberi kontribusi secara aktif dalam
mengembangkan masyarakat disekitarnya dengan mempraktikan segala ilmu yang telah diperoleh
saat mengikuti pendidikan pada Program S1 PGSD, sehingga kita sebagai mahasiswa Program S1
PGSD harus mengasah berbagai keterampilan yang dapat mengembangkan kemampuan masyarakat.
Program Pendidikan Masyarakat yang menjadi substansi praktik mata kuliah Pembelajaran
Berwawasan Kemasyarakatan salah satunya Program Pemberantasan Buta Aksara. Buta Aksara
merupakan suatu masalah nasional yang sampai saat ini belum tuntas sepenuhnya, maka dari itu
untuk mengatasi masalah buta aksara pemerintah mengadakan Program Keaksaraan Fungsional
yang diadakan di desa-desa yang masih banyak masyarakat buta huruf, dengan adanya program ini
diharapkan masyarakat bisa membaca, menulis, berhitung dan berkomunikasi sehingga dapat
meningkatkan mutu dan taraf kehidupannya.
Program S 1 PGSD UT adalah merupakan salah satu program pendidikan yang khusus mendidik para
mahasiswanya untuk menjadi tenaga guru,khusunya guru sekolah dasar.Dengan demikian diketahui
bahwa tujuan pendidikan S 1 kependidikan adalah bahwa nantinya para mahasiswa setelah
menyelesaikan kegiatan perkuliahannya dapat bertugas sebagai guru sekolah dasar (SD).
Salah satu mata kuliah yang tertera di kurikulum S1 PGSD yaitu Pembelajaran Berwawasan
Kemasyarakatan.Ini merupakan mata kuliah yang dilakukan mahasiswa dalam rangka pengabdian
kepada masyarakat,yang berupa praktek-praktek lapangan.Salah satu contohnya dalam bidang
“Keaksaraan Fungsional” dengan tema “Buta Aksara Lanjutan”.Praktek lapangan wajib dijalani oleh
setiap mahasiswa PGSD semester 7.
Praktek lapangan ini dilaksanakan pada tahun registrasi 2010.2 selama seminggu yang dimulai dari
tanggal 04 Oktober 2010 -09 Oktober 2010.Praktek lapangan ini dilaksanakan secara perorangan
dengan bimbingan seorang dosen pembimbing. Adapun penulis melaksanakan kegiatan ini di Desa
Tonggurambang, Kecamatan Aesesa, Kabupaten Nagekeo.
Perumusan Masalah
Permasalahan yang saat ini terjadi di Indonesia adalah tingginya tingkat warga buta aksara yang
disebabkan oleh tingkat kemiskinan sehingga sebagian waktunya digunakan untuk memenuhi
kebutuhan dasarnya, juga disebabkan oleh terisolasinya kediaman penduduk sehingga sulit
memperoleh akses pendidikan keaksaraan.
Masyarakat yang buta aksara jarang sekali mengakui secara terbuka bahwa dirinya buta huruf dan
berkeinginan kuat untuk belajar calistung (baca, tulis, dan berhitung). Untuk memotivasi
pembelajaran mereka maka diperlukan suatu pendekatan yang sesuai dengan karakter dan kultur
yang ada dalam masyarakat agar buta aksara dapat diperkecil.
Kesulitan yang dihadapi oleh warga belajar buta aksara lanjutan adalah,walaupun mereka sudah
dapat membaca dan menulis tetapi masih belum lancar. Sehingga walaupun mereka sudh memiliki
pengetahuan, namun mereka belum memiliki kemampuan fungsional yang diperlukan dalam
kehidupan sehari–hari. Hal tersebut karena mereka biasanya jarang menggunakan keterampilan
membaca, menulis dan berhitung dalam kehidupan sehari–harinya.
Tingkat belajar keaksaraan fungsional bidang buta aksara lanjutan, kesulitan yang dihadapi warga
belajar dalam pelajaran membaca, menulis, dan berhitung adalah adanya rasa kaku dalam menulis,
belum mampu mengartikan sebuah kalimat dengan jelas, serta adanya kesulitan dalam berhitung.
Dengan kata lain para warga belajar mengalami kesulitan dalam memperoleh bahan ajar, kurangnya
tenaga pembimbing,serta kurang tepatnya metode penerapannya dalam kehidupan sehari –hari.
Sumber belajar tidak hanya terbatas pada bahan dan alat yang di gunakan dalam proses
pembelajaran,tetapi dapat mencakup berbagai hal yang dapat di gunakan untuk membantu setiap
orang untuk belajar. Sumber belajar ada yang sengaja dikembangkan atau diusahakan dan ada yang
dimanfaatkan, karena telah tersedia seperti halnya lingkungan. Pemanfaatan sumber daya alam dan
lingkungan,sangat membantu dalam proses pembelajaran.Sumber daya yang dapat di manfaatkan
dalam pemelajaran berwawasan kemasyarakatan adalah sumber daya manusia,sumber daya
alam,sumber daya budaya,dan sumber daya teknologi. Sumber daya manusia merupakan salah satu
sumber daya yang dapat mempengaruhi berlangsungnya proses pembelajaran secara
maksimal.Sumber daya manusia adalah aset yang sangat penting untuk memanfaatkan sumber daya
lainnya.
Untuk mengetahui permasalahan yang dihadapi warga belajar (WB) mahasiswa sebagai tutor
merumuskan sebagai berikut :
Bagaimana cara meminimalkan tingginya tingkat warga buta aksara yang terjadi saat ini.
Bagaimana cara memotifasi minat warga belajar untuk terus belajar dan menyadari pentingnya
program ini sehingga terciptanya masyarkat yang cerdas.
Maksud dan Tujuan
Maksud dan tujuan yang ingin dicapai dengan adanya program pemberantasan buta aksara ini
adalah membangkitkan dan meningkatkan kemampuan warga belajar dalam membaca, menulis, dan
berhitung, sehingga tercipta masyarakat yang cerdas, menjadi sebuah program kegiatan belajar
masyarakat, dan mendukung peningkatan kemampuan aksarawan baru dalam rangka
pemberantasan buta aksara, sehingga mereka yang telah “melek huruf” tidak menjadi buta aksara
kembali.
Tujuan Umum
Untuk memenuhi tuntutan syarat kelulusan mata kuliah Pembelajaran Berwawasan Kemasyarakatan
pada program S1 PGSD
Sebagai bukti dari penulis telah melaksanakan praktik program Pembelajaran Keaksaraan bagi warga
belajar ( WB )
Tujuan Khusus
Untuk meningkatkan hasil warga belajar ( WB ) dalam mengembangkan kemampuan fungsional yang
yang diperlukan dalam kehidupan sehari – hari.
Laporan praktik pembelajaran keaksaraan dibuat melalui serangkaian proses sebagai berikut :
Tahap persiapan yakni memperoleh bimbingan teknis dari dosen pembimbing mata kuliah,
mempelajari format pelaporan yang diberikan, mengumpulkan data dan informasi dari PKBM ( Pusat
Kegiatan Belajar Mengajar ) warga belajar dan teman – teman sejawat.
Tahap pelaksanaan yaitu : penyusun laporan telah melaksanakan praktik bimbingan berdasarkan
informasi, data – data dan pengelaman – pengelaman selama melaksanakan kegiatan prakti
pembelajaran keaksaraan warga belajar.
Tahap evaluasi produk yaitu konsultasi dan pengesahan laporan praktik oleh pejabat yang
berwenang.
Obyek pelaporan adalah : kegiatan praktik pembelajaran keaksaraan fungsional terhadap sepuluh
( 10 ) orang warga belajar.
Ruang lingkup pelaporan meliputi : sasaran kegiatan, materi dan program kegiatan, teknik program
pembelajaran serta hasil –hasil yang dicapai dalam dalam kegiatan praktik pembelajaran keaksaraan.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Dengan cara :
Menilai kemampuan awal calon warga belajar dengan format chek list dan daftar isian (data
terlampir)
Menjaring informasi tentang kebutuhan calon warga belajar dengan format wawancara informal dan
tabel isian (data terlampir).
Membuat kegiatan baca, tulis, hitung sesuai topik yang sudah dipilih.
Menyimpulkan segala informasi yang diperoleh dari langkah kegiatan poin sampai dengan
mengisikan pada format rencana kegiatan.
Membentuk struktur dan memperkuat unsur-unsur kelompok. Hal pertama yang perlu dilakukan
oleh tutor dan penyelenggara adalah membentuk kelompok belajar. Kelompok belajar bukanlah
kumpulan orang, melainkan harus terjalin suatu interaksi diantara mereka sehingga terbentuk
sebuah kesatuan kelompok belajar. Hal yang paling sederhana yang perlu dibentuk adalah
memperjelas tujuan-tujuan kelompok belajar, membentuk struktur (kepengurusan) kelompok,
menetapkan simbol atau lambang kelompok, dan menyusun program kerja kelompok.
Mengidentifikasi tema-tema lokal dan sumber daya belajar setempat seiring dengan pendekatan
kemampuan awal dan kebutuhan belajar atau masalah sosial disekitar warga belajar, penting pula
tutor melakukan identifikasi terutama yang berguna untuk mendukung penyelenggaraan
pembelajaran. Termasuk juga sumber daya lokal yang perlu diidentifikasi adalah program, badan
usaha, toko, pasar dan tempat-tempat yang dijadikan sebagai sumber belajar.
Memilih metode pembelajaran berdasarkan kemampuan awal, jenis kebutuhan belajar dan sumber
daya belajar yang terdata, maka tutor dapat memilih dan menyusun metode pembelajaran yang
sesuai. Terdapat beberapa metode pembelajaran yang dapat dipilih oleh tutor dalam memfasilitasi
pembelajaran keaksaraan. Metode pembelajaran itu misalnya dengan menggunakan Metode Abjad,
Metode SAS (Structure Analytic Shytetic), Metode PBB (Pendekatan Pengalaman Bahasa), Metode
Kata Kunci (Key Words), Metode Abjad / Huruf, Metode Asosiasi, Metode Miqro.
Menyiapkan media dan alat pembelajaran yang disiapkan sebaiknya yang bersifat lokal, murah, serta
fungsional dalam mendukung ketercapaian tujuan belajar. Bahan dan media belajar pendidikan
keaksaraan dapat juga memanfaatkan bahan-bahan cetak yang ada di masyarakat, seperti buku-
buku, koran, majalah, resep makanan, resep obat, kartu tanda penduduk (KTP), dan sebagainya.
Bahkan uang kertas dan uang logam dapat dimanfaatkan sebagai media dan bahan ajar.
Menetukan alokasi waktu tergambar dalam format Rencana Pembelajaran adalah jumlah pertemuan
dan lama waktu setiap pertemuan, misalnya 2 x pertemuan (@ 120 menit).
Melaksanakan kegiatan pembelajaran sebenarnya tidak ada prosedur baku yang harus dilakukan
oleh tutor dalam melakukan kesepakatan pembelajaran. Bagaimana kesepakatan pembelajaran yang
baik sangat tergantung pada kreatifitas dan kemampuan para tutor itu sendiri.
Melakukan penilaian hasil belajar warga belajar dengan menggunakan test dan kuisioner akhir yang
memanfaatkan untuk menilai kompetensi warga belajar dan kelayakan dalam pemberian : “ Surat
Keterangan Melek Aksara “ (SUKMA).
Kartu Gambar
Kartu Huruf
Kartu Kata
Kartu Kalimat
Kartu Angka
Buku Alfabet
Hambatan
Kurangnya bahan atau media pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan warga belajar
Strategi
Sebelum penulis melaksanakan program praktik dan praktik dan penulisan laporan, penulis
mengidentifikasi masalah yang menjadi alasan mendasar program pembelajaran keaksaraan
fungsional bagi keaksaraan fungsional bagi para warga belajar, antara lain:
Ketidakmampuan orang tua karena masalah kemiskinan yang mempengaruhi anak usia sekolah,
tidak melanjutkan pendidikan ke tahap yang lebih lanjut.
Kesadaran untuk mengikuti pendidikan yang masih minim, karena adanya anggapan bahwa untuk
menjadi petani tidak perlu bersekolah.
Biaya pendidikan yang tinggi khususnya pada lembaga pendidikan swasta seperti di tempat penilis
berada, turut mempengaruhi buta aksara.
Masyarakat yan buta aksara jarang sekali mengakui secara terbuka bahwa dirinya buta huruf.
Sesuai dengan masalah yang diidentifikasi maka penulis dapat menganalisa masalah yang ada yakni:
Karena kemiskinan tidak dapat membiayai pendidikan anak usia sekolah maka anaak-anak tersebut
harus dibekali dengan ketrampilan menulis, dan berhitung mereka menjadi masyarakat yang mandiri
terutama dalam ketiga hal diatas.
Untuk menjadi masyarakat yang mandiri, banyak orangtua berpersepsi bahwa untuk menjadi
orangtua yang berhasil ia harus memiliki gelar dari pendidikan tinggi tapi harus memiliki ketrampilan
untuk mendidik anak-anak mereka kelak.
Para warga belajar dibentuk dalam kelompok kecil (terdiri atas 10 orang) cukup meluangkan waktu,
tanpa harus mengeluarka biaya yang tinggi.
Pendekatan yang sesuai dengan karakter dan kultur, dapat menarik minat warga belajar mengikuti
pembelajaran keaksaraan fungsional.
Dan sesuai dengan masalah yang diidentifikasi dan dianalisis, penulis mencoba mencari jawaban
terhadap persoalan atau masalah-masalah tersebut, yakni:
Apa masalah dasar yang menyebabkan angka buta aksara belum teratasi?
Bagaimana cara yang paling mudah agar semua orang terbebaskan dari buta aksara?
Dimana tempat yang memudahkan para warga belajar untuk selalu hadir tanpa membuang banyak
waktu?
Bahan dan alat apa saja yang dibutuhkan untuk melaksanakn proses pembelajaran keaksaraan
fungsional?
Siapa saja yang harus berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran keaksaraan fungsional?
Berdasarkan masalah yang diidentifikasi dan perumusan masalah yang dipaparkan, penulis
akan melakukan kegiatan pembelajaran keaksaraan fungsional bagi para warga belajar yang buta
aksara.
Demi efektifitas dan efisiensi proses pembelajaran keaksaraan, penulis akan mendekati calon warga
belajar untuk meminta kesediaan mereka mengikuti pembelajaran tanpa beban ekonomi yang
memberatkan.
Dengan melakukan kegiatan pembelajaran keaksaraan fungsional kepada para warga belajar hingga
tuntas, besar harapan penulis bahwa para warga belajar dapat membaca, menulis, dan berhitung
dengan baik, sehingga kelak nanti mereka dinyatakan melek aksara dan mampu mendidik anggota
keluarga (anak-anak) mereka dengan baik.
Buta aksara adalah ketidakmampuan membaca dan menulis baik bahasa Indonesia maupun bahasa
lainnya. Buta aksara juga dapat diartikan sebagai ketidakmampuan untuk menggunakan bahasa dan
menggunakannya untuk mengerti sebuah bacaan, mendengarkan perkataan, mengungkapkannya
dalam bentuk tulisan, dan berbicara. Dalam perkembangan saat ini kata buta aksara diartikan
sebagai ketidakmampuan untuk membaca dan menulis pada tingkat yang baik untuk berkomunikasi
dengan orang lain, atau dalam taraf bahwa seseorang dapat menyampaikan idenya dalam
masyarakat yang mampu baca-tulis, sehingga dapat menjadi bagian dari masyarakat tersebut.
Kemiskinan adalah factor utama yang membuat seseorang menjadi buta aksara. Karena untuk
makan sehari-hari juga masih sulit apalagi untuk mengenyam bangku sekolah,
Orang tua yang buta aksara memiliki kecenderungan tidak menyekolahkan anaknya. Orang tua
enggan meyekolahkan anaknya karena orang tua nya sendiri tidak bisa calistung.
Jauh dengan layanan pendidikan.
Layanan pendidikan yang jauh juga menjadi faktor seseorang menjadi buta aksara, contohnya saja di
daerah pedalaman atau daerah terpencil sangat jauh ke sekolah dasar sekalipun, apalagi ke sekolah
lanjutan. Mereka yang di daerah terpencil harus berangkat pagi-pagi sekali atau jam lima pagi karena
jarak rumahnya dengan sekolah sangat jauh.
Orang tua menganggap bahwa sekolah adalah perbuatan yang sia-sia, tidak penting dan lebiih baik
menyuruh anak mereka untuk membantu berladang, berternak, berjualan,menggembalaa hewan,
atau bahkan mereka mereka menyuruh anak mereka untuk mengemis atau ngamen di jalan.
Banyak sekali kendala yang dihadapi pemerintah untuk memberantas buta aksara mulai dari peserta
didik sampai kepada anggaran biaya untuk kegiatan tersebut. Kendal tersebut dapat diperinci
sebagai berikut:
Peserta didik biasanya tidak bisa menggunakan bahasa Indonesia sehingga terjadi kendala yang
dihadapi oleh pengajar yang mengajar karena tidak nyambungnya bahasa yang dipergunakan,
pengajar menggunakan bahasa Indonesia sedangkan peserta didik berbahasa daerah.
Peserta didik kurang aktif dan masih malu-malu untuk mengikuti pembelajaran.
Peserta didik yang kurang aktif dalam pembelajaran mungkin karena peserta didik bosen dan malas
dalam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) dan malu untuk mengikutinya. Sehingga banyak sehingga
yang sudah mengikuti kegiatan tersebut yang tidak melanjutkan lagi.
Masih banyak ditemui anak usia sekolah yang seharusnya sekolah tapi mereka malah berada di
tempat-tempat yang tidak layak, contohya mereka mengamen dan mengemis di perempatan di
kota-kota besar, ada juga yang memulung sampah baik di tempat pembuangan sampah atau di
jalan-jalan, kalau di pedesaan banyak yang menggembalakan hewan ternaknya.
Banyak anak usia sekolah yang sudah bersekolah setengah jalan tapi tidak dilanjutkan atau putus
sekolah. Hal ini disebabkan oleh factor kemiskinan. Meskipun sudah ada Bantuan Operasional
Sekolah tapi sebagian dari mereka tidak menikmati dana tersebut karena diselewengkan oleh pihak-
pihak yang tidak bertanggung jawab.
Pengajar harus seprofesional mungkin, pengajar harus mempunyai cara-cara dalam proses
pembelajaran dan pengajar harus di beri pelatihan lagi oleh dinas pendidikan.
Program pemberdayaan bukan sebagai program berkelanjutan tapi hanya program sesaat.
Program memberantas buta aksara yang seharusnya menjadi program berkelanjutan malah menjadi
program yang sesaat. Hal ini bisa terjadi karena pengajar dan peserta didik bosan dan bisa juga
anggaran atau gaji untuk para pengajar tidak lagi turun.
Pemerintah harus menyediakan anggaran pendidikan mininmal 20% di APBDnya, namun anggaran
tersebut sering diselewengkan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab.
Pemerintah harus berupaya untuk menekan anak usiaa sekolah yang tidak sekolah dan putus
sekolah yang diakibatkan oleh masalah kemiskinan maupun yang diakibatkan oleh jauh dari layanan
pendidikan.
Membuat cara-cara yang baru yang asyik agar peserta didik tidak bosan untuk belajar dan menjaga
kemampuan beraksara bagi peserta didik.
Pemerintah harus mempunyai niat yang baik, sungguh-sungguh dan serius untuk memberantas buta
aksara untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan untuk meningkatkan Indeks Pembangunan
Manusia.
Perlunya keterlibatan berbagai pihak dalam upaya percepatan pemberantasan buta aksara.
Pemberantasan buta aksara bukan saja tugas pemerintah semata tapi itu tugas kita semua selaku
generasi penerus bangsa. Jadi semua pihak harus berpartisipasi untuk memberantas buta aksara,
contohnya ibu-ibu PKK harus ikut serta, organisasi masyarakat (Ormas), mahasiswa yag sedang
Kuliah Kerja Nyata (KKN), dan anggota TNI yang mempunyai program TNI Manunggal Aksara.
BAB III
PELAKSANAAN PROGRAM
3.1.1 Tempat
Pelaksanaan kegiatan praktik pembelajaran keaksaraan dilaksanakan di Kel. ………. Kecamatan ………
Kabupaten ………..
3.1.2 Waktu
Kegiatan praktik Pembelajaran Keaksaraan dilaksanakan mulai bulan September sampai dengan
bulan November tahun 2015.
Sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai, maka materi pembelajaran yang disajikan diharapkan
dapat meningkatkan kemampuan membaca, menulis, dan berhitung dari para WB yang
dikelompokan atas 3 materi pembelajaran antara lain :
Membaca
Materi yang diberikan untuk meningkatkan kemampuan membaca WB disesuaikan dengan standar
kompetensi keaksaraan tingkat dasar yaitu mampu membaca dan menulis kata, menggunakan
bahasa Indonesia dalam konteks sehari – hari.
Menulis
Materi untuk kemampuan menulis WB disesuaikan dengan standar kompetensi keaksaraan tingkat
dasar, yaitu : mampu membaca dan menulis kata serta berkomunikasi menggunakan bahasa
Indonesia dalam konteks sehari – hari.
Berhitung
3.3.1 Strategi
Pendekatan yang digunakan dalam keaksaraan fungsional mempunyai 4 prinsip berupa : konteks
lokal, desain lokal, proses partisipatif, dan fungsionalisasi hasil belajar.
Kegiatan dilaksanakan 3 hari dalam seminggu Yaitu : Selasa, Rabu, Jumat selama dari bulan
September sampai dengan bulan November tahun 2015.
NAMA :
Umur :
RT / RW :
2 Status Perkawinan :
Pekerjaan : Petani
NAMA :
Umur :
Alamat :
RT / RW :
2 Status Perkawinan :
Pekerjaan : Petani
NAMA :
Umur :
Alamat :
RT / RW :
1 Status Perkawinan :
Kawin 2. Tidak Kawin 3. Duda / Janda
Pekerjaan : Petani
NAMA :
Umur :
Jenis Kelamin :
Alamat :
RT / RW :
1 Status Perkawinan :
Pekerjaan : Petani
NAMA :
Umur :
Alamat :
RT / RW :
1 Status Perkawinan :
Pekerjaan : Petani
NAMA :
Umur :
Jenis Kelamin :
Alamat :
RT / RW :
1 Status Perkawinan :
Pekerjaan : Petani
NAMA :
Umur :
Alamat :
RT / RW :
1 Status Perkawinan :
Pekerjaan : Petani
NAMA :
Umur :
Jenis Kelamin :
Alamat :
RT / RW :
2 Status Perkawinan :
Pekerjaan : Petani
NAMA :
Umur :
Alamat :
RT / RW :
1 Status Perkawinan :
Pekerjaan : Petani
NAMA :
Umur : 13 Tahun
Alamat :
RT / RW :
2 Status Perkawinan :
Pekerjaan : Petani
15 Tahun
15 Tahun
64 Tahun
27 Tahun
49 Tahun
59 Tahun
40 Tahun
15 Tahun
35 Tahun
10
13 Tahun
Mengetahui : Mbay, 05 November 2015
NIP. NIM.
A MENULIS
Huruf fokal
5 Dapat menulis huruf menjadi, tetapi perlu bantuan untuk mengeja huruf demi huruf.
Menguasai
Dengan gambar
4 Kenal huruf, tetapi belum dapat mebaca rangkaian huruf menjadi satu kata Menguasai
Mengetahui :
NIM.
A MENULIS
5 Dapat menulis huruf menjadi, tetaapi perlu bantuan untuk mengeja huruf demi huruf.
Menguasai
6 Menulis paragraph sendiri Tidak Menguasai
4 Kenal huruf, tetapi belum dapat mebaca rangkaian huruf menjadi satu kata Menguasai
Dengan menggunakan
Lambang + dan –
Mengetahui :
NIM.
TENTANG KEMAMPUAN AWAL CALISTUNG WARGA BELAJAR
A MENULIS
Standar kompetensi
Keaksaraan dasar
5 Dapat menulis huruf menjadi, tetaapi perlu bantuan untuk mengeja huruf demi huruf.
Menguasai
4 Kenal huruf, tetapi belum dapat mebaca rangkaian huruf menjadi satu kata Menguasai
Keaksaraan dasar
Mengetahui :
PKBM / Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat Tutor,
NIM.
A MENULIS
5 Dapat menulis huruf menjadi, tetaapi perlu bantuan untuk mengeja huruf demi huruf.
Menguasai
4 Kenal huruf, tetapi belum dapat mebaca rangkaian huruf menjadi satu kata Menguasai
Luar kepala
Mengetahui :
NIM.
TENTANG KEMAMPUAN AWAL CALISTUNG WARGA BELAJAR
A MENULIS
5 Dapat menulis huruf menjadi, tetaapi perlu bantuan untuk mengeja huruf demi huruf.
Menguasai
4 Kenal huruf, tetapi belum dapat mebaca rangkaian huruf menjadi satu kata Menguasai
Menggunakan
Lambang X dan :
NIM.
A MENULIS
Lancar
Lain
4 Kenal huruf, tetapi belum dapat mebaca rangkaian huruf menjadi satu kata Menguasai
Kepala
Mengetahui :
NIM.
TENTANG KEMAMPUAN AWAL CALISTUNG WARGA BELAJAR
A MENULIS
5 Dapat menulis huruf menjadi, tetaapi perlu bantuan untuk mengeja huruf demi huruf.
Menguasai
4 Kenal huruf, tetapi belum dapat mebaca rangkaian huruf menjadi satu kata Menguasai
5 Membaca paragraf pendek dengan lancar Menguasai
Dengan menggunakan
Lambang + dan –
Mengetahui :
NIM
A MENULIS
5 Dapat menulis huruf menjadi, tetapi perlu bantuan untuk mengeja huruf demi huruf.
Menguasai
4 Kenal huruf, tetapi belum dapat mebaca rangkaian huruf menjadi satu kata Menguasai
Menggunakan
Lambang X dan :
NIM.
TENTANG KEMAMPUAN AWAL CALISTUNG WARGA BELAJAR
A MENULIS
5 Dapat menulis huruf menjadi, tetaapi perlu bantuan untuk mengeja huruf demi huruf.
Menguasai
4 Kenal huruf, tetapi belum dapat mebaca rangkaian huruf menjadi satu kata Menguasai
NIM.
A MENULIS
Huruf fokal
5 Dapat menulis huruf menjadi, tetaapi perlu bantuan untuk mengeja huruf demi huruf.
Menguasai
Dengan gambar
4 Kenal huruf, tetapi belum dapat mebaca rangkaian huruf menjadi satu kata Menguasai
Mengetahui :
NIM.
PENILAIAN AWAL KEAKSARAAN FUNGSIONAL WARGA BELAJAR
Usia :
Jenis Kelamin :
Pendidikan Terakhir :
Jumlah Keluarga :
Alamat :
Kemampuan baca, tulis, dan hitung warga belajar secara umum : Cukup
Harap / Keinginan warga belajar setelah mengikuti pembelajaran fungsional agar dapat membaca,
menulis, dan berhitung lebih lancar lagi dan dapat bermanfaat bagi masyarakat.
Usia :
Jenis Kelamin :
Pendidikan Terakhir :
Jumlah Keluarga :
Alamat :
Kemampuan baca, tulis, dan hitung warga belajar secara umum : Cukup
Setelah mengikuti pembelajaran fungsional masyarakat sangat antusias karena adanya program
pendidikan fungsional para warga belajar sudah bisa membaca dan menulis ,dan berhitung dengan
baik.
Usia :
Jenis Kelamin :
Pendidikan Terakhir :
Jumlah Keluarga :
Alamat :
Kemampuan baca, tulis, dan hitung warga belajar secara umum : Kurang
Harap / Keinginan warga belajar setelah mengikuti pembelajaran fungsional agar dapat membaca,
menulis, dan berhitung .
Usia :
Jenis Kelamin :
Pendidikan Terakhir :
Jumlah Keluarga :
Alamat :
Kemampuan baca, tulis, dan hitung warga belajar secara umum : Baik
Harap / Keinginan warga belajar setelah mengikuti pembelajaran fungsional agar dapat membaca,
menulis, dan berhitung.
KESEPAKATAN BELAJAR
Nama Pokjar : ……
Alamat Pokjar :
8
9
10
……………..,
…………………… …………………
NIM. ………………..
SEPTEMBER2014
3 x Seminggu
Pertemuan 2 Belajar menulis dan membaca tentang minat – minat belajar, nama – nama WB dan
hal – hal yang tercantum dalam kesepakatan belajar. 2 x 4 Jam
Pertemuan 3 Diskusi, menulis, dan membaca tentang hal-hal yang berhubungan dengan
keterampilan memasak, membuat kue. 1 x 2 Jam
Pertemuan 4 Belajar membaca dan menulis tentang kalimat yang berhubungan dengan