Anda di halaman 1dari 11

Nama Mahasiswa : MUCHAMMAD NURZAMAN Dosen Pengampu: Dr. Blacius Dedi, M.

Kep
NIM : 2250311003
Kelas : 1/B Mata Kuliah : Filsafat Ilmu
Program Magister Keperawatan

SOAL 1 BAHASA & BUDAYA

A.Budaya
Pengertian Konsep Simbol Kebudayaan
Konsep menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai rencana,
rancangan, atau juga ide dan gagasan (Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional,
2007). Kata simbol berasal dari bahasa Yunani “symbolos”dapat diartikan sebagai tanda
atau ciri yang memberitahukan sesuatu hal kepada seseorang. Simbol atau lambang bisa
diartikan sebagai sesuatu seperti tanda, lukisan, perkataan, lencana, ataupun tanda yang
berhubungan dengan benda-benda.
The Liang Gie menyebutkan bahwa simbol adalah tanda buatan yang bukan
berwujud kata-kata, yang digunakan untuk mewakili atau menyingkati sesuatu makna
tertentu. Selain itu, simbol sering dihubungkan dengan tanda, dimana hubungan antara
tanda dan objek (The Liang Gie, 1997). yang bersifat semena-mena (arbiter). Setiap tanda
tersusun dari dua bagian, yakni signifier (penanda) dan signified (petanda)”. Dengan kata
lain, penanda adalah ‘bunyi yang bermakna’ atau ‘coretan yang bermakna’. Jadi penanda
adalah aspek material dari bahasa: apa yang dikatakan atau yang didengar dan apa yang
ditulis atau dibaca. Petanda adalah gambaran mental, pikiran atau konsep. Jadi petanda
adalah aspek mental dari bahasa.
Simbol juga dianggap persetujuan bersama, sebagai sesuatu yang memberikan sifat
alamiah atau mewakili atau mengingatkan kembali dengan memiliki kualitas yang sama
atau dengan membayangkan dalam kenyataan atau pikiran. Tanda adalah sesuatu yang
dikaitkan pada seseorang untuk sesuatu dalam beberapa hal atau kapasitas. Tanda
menunjuk pada seseorang, yakni, menciptakan di benak orang tersebut suatu tanda yang
setara, atau barangkali suatu tanda yang lebih berkembang, tanda yang diciptakannya saya
namakan interpretant dari tanda pertama. Tanda itu menunjukkan sesuatu, yakni
objeknya (manusia)”. Konsep simbol dalam kebudayaan dapat (Budiono Herusatoto,
2008) diartikan sebagai suatu rancangan ataupun ide-ide atau gagasan mengenai suatu hal
yang berkaitan dengan kebudayaan, yang menjadi sebuah ciri atau identitas dari suatu
kebudayaan tersebut.
https://jurnal.ar-raniry.ac.id/index.php/abrahamic | 3Abrahamic Religions: Jurnal Studi Agama-
Agama
Vol. 2, No. 1 Maret (2022)
E - ISSN: 2797-6440
P - ISSN : 2797-7722
4|
Ning Ratna Sinta Dewi: Konsep Simbol Kebudayaan: Sejarah Manusia Beragama dan Berbudaya
D. Simbol dan Budaya Manusia
Manusia adalah makhluk yang berbudaya, dimana dalam kebudayan yang ada
pada manusia banyak terdapat simbol-simbol, oleh karena itu, budaya yang dimiliki oleh
manusia adalah budaya yang penuh dengan warna dan dengan simbolisme, yaitu suatu
tata pemikiran atau paham yang menekankan atau suatu tindakan yang telah mengikuti
pola-pola yang mendasarkan diri pada simbol-simbol tersebut. Sejarah telah mencatat,
bahwa sejarah budaya manusia telah memiliki simbol dan juga telah mewarnai berbagai
tindakan-tindakan dan juga tingkah laku, bahasa, ilmu pengetahuan dan juga kehidupan
keagamaan dari manusia (Budiono Herusatoto: 46).
Simbol dalam catatan sejarah manusia dapat dilihat dari berbagai kisah
keagamaan, misalnya dalam agama Islam. Simbol selalu dikaitkan dengan segala bentuk
upacara-upacara keagamaan dan juga kisah-kisah tentang riwayat kehidupan para Nabi,
mulai dari Nabi Adam sampai Nabi Muhammad Saw. Simbol juga melekat dalam
berbagai bentuk ibadah manusia, baik itu cara berdoa manusia yang dari masa dahulu
hingga sekarang tentunya memiliki ciri khas yang sama, yaitu dengan cara
menengadahkan tangan keatas dan juga kadang-kadang kepala mendongak keatas langit,
dan seolah-olah segala doa yang diucapkan manusia siap mendapatkan balasan dari
Tuhan yang ada di atas langit.
Pada dasarnya, segala bentuk upacara keagamaan ataupun upacara peringatan
apapun yang dilakukan oleh manusia merupakan bentuk dari simbol yang semuanya pasti
berbeda-beda. Hal selanjutnya yang sangat menonjol dari simbol budaya manusia adalah
dalam persoalan tradisi atau adat istiadat. Dimana diketahui upacara-upacara adat yang
ada pada manusia merupakan warisan turun temurun dari generasi terdahulu hingga
sekarang, dan tentu melekat dalam setiap diri manusia yang mempunyai budaya yang
tinggi. Segala bentuk dan warna dari kegiatan simbol yang dilakukan oleh masyarakat
tradisional adalah upaya untuk mendekatkan diri manusia kepada Tuhannya, yang
menciptakan dan memberikan kehidupan serta memelihara manusia di dunia ini.
Selain itu, simbol juga memiliki peranan dalam ilmu pengetahuan. Namun
penggunaan simbol pada ilmu pengetahuan jauh lebih sedikit jumlahnya dibandingkan
dengan penggunaan simbol pada adat istiadat. Simbol yang digunakan pada ilmu
pengetahuan hanya berupa gambar-gambar yang digunakan sebagai cara untuk
mempermudah manusia mengetahui dan mengingat tentang hal-hal yang berkaitan
dengan ilmu pengetahuan.
Simbol dan Tindakan Manusia
Manusia adalah makhluk yang berbudaya dan dengan begitu manusia juga
dikatakan sebagai makhluk yang memiliki simbol. Kebudayaan juga dikatakan sebagai
sistem simbol, maksudnya sistem simbol perorangan dan hubungannya dengan sistem
perorangan lain. Perorangan di sini dianggap sebagai manusia-manusia yang sedang
melakukan kegiatan simbolis bersama dalam suatu peristiwa tertentu, seperti kegiatan
upacara adat (Purwadi, 2002).

B.BAHASA
Bahasa merupakan media utama yang digunakan manusia untuk menuangkan
berbagai ide, gagasan, perasaan dan pendapatnya kepada manusia lain dalam kehidupan
sosialnya. Bahasa dan budaya Jawa erat hubungannya dalam kehidupan sehari-hari
masyarakat Jawa. Budaya Jawa merupakan suatu sistem atau pedoman yang memiliki
kearifan lokal berfungsi sebagai pendorong kehidupan masyarakat Jawa dalam
berperilaku dan bersikap (Pramestuti & Saddhono, 2018). Salah satu produk sosial atau
budaya masyarakat Jawa yang menggunakan bahasa sebagai medianya adalah syair lagu
campursari.
Syair lagu campursari merupakan bagian sebuah karya sastra. Sebuah karya
sastra tidak akan memiliki makna apa-apa tanpa adanya upaya dari pembacanya untuk
menjadikan karya sastra tersebut benar-benar bermanfaat dan menyenangkan dalam
kehidupan (Fadilah et al., 2021). Sebagaimana karya-karya seni lainnya, syair lagu
campursari merupakan produk budaya yang mengutamakan keindahan kata-kata dan
makna. Menurut Fadilah et al., (2021), Campursari merupakan salah satu bentuk
kesenian daerah Jawa hasil perpaduan kata-kata indah, ungkapan pikiran, perasaan
pengarangnya dengan instrumen musik etnik, yaitu gamelan dan instrumen musik
modern seperti gitar elektrik, bass, drum, serta keyboard.
Kesenian campursari terdapat lirik atau syair yang sengaja dipilih oleh
pengarangannya untuk mendapatkan lagu yang mempunyai nilai lebih bagi penikmatnya.
Lirik lagu merupakan ekspresi tentang sesuatu yang dilihat, didengar dan dialami, dalam
rangkaian kata bernada dan bermakna, penyusunannya diperoleh dari berbagai inspirasi
pengalaman hidup sehari-hari (Setiawan, 2020). Budaya Jawa memiliki beberapa perspektif
yang penting dalam kehidupan masyarakat pada umumnya dan masyarakat tutur Jawa pada
khususnya. Perspektif budaya Jawa meliputi: mitologi wayang, slametan dan etika orang
Jawa. Saksono & Dwiyanto (2011) menjelaskan tentang tiga aspek tersebut, yaitu: Mitologi
Wayang sebagai sesuatu yang memberikan kepada orang Jawa pemahaman tentang
kenyataan dibalik kenyataan mengenai diri mereka sendiri, baik sebagai individu,
masyarakat maupun tempat mereka di tengah alam semesta; Slametan yang mempunyai dua
dimensi, yaitu hubungan seseorang dengan Yang Kudus sebagai dimensi pertama dan
hubungan antara seseorang

SOAL 2 MAKNA BAHASA & BUDAYA

A. MAKNA BUDAYA
Ning Ratna Sinta Dewi: Konsep Simbol Kebudayaan: Sejarah Manusia Beragama dan Berbudaya
D. Simbol dan Budaya Manusia
Manusia adalah makhluk yang berbudaya, dimana dalam kebudayan yang ada
pada manusia banyak terdapat simbol-simbol, oleh karena itu, budaya yang dimiliki oleh
manusia adalah budaya yang penuh dengan warna dan dengan simbolisme, yaitu suatu
tata pemikiran atau paham yang menekankan atau suatu tindakan yang telah mengikuti
pola-pola yang mendasarkan diri pada simbol-simbol tersebut. Sejarah telah mencatat,
bahwa sejarah budaya manusia telah memiliki simbol dan juga telah mewarnai berbagai
tindakan-tindakan dan juga tingkah laku, bahasa, ilmu pengetahuan dan juga kehidupan
keagamaan dari manusia (Budiono Herusatoto: 46).
Simbol dalam catatan sejarah manusia dapat dilihat dari berbagai kisah
keagamaan, misalnya dalam agama Islam. Simbol selalu dikaitkan dengan segala bentuk
upacara-upacara keagamaan dan juga kisah-kisah tentang riwayat kehidupan para Nabi,
mulai dari Nabi Adam sampai Nabi Muhammad Saw. Simbol juga melekat dalam
berbagai bentuk ibadah manusia, baik itu cara berdoa manusia yang dari masa dahulu
hingga sekarang tentunya memiliki ciri khas yang sama, yaitu dengan cara
menengadahkan tangan keatas dan juga kadang-kadang kepala mendongak keatas langit,
dan seolah-olah segala doa yang diucapkan manusia siap mendapatkan balasan dari
Tuhan yang ada di atas langit.
Pada dasarnya, segala bentuk upacara keagamaan ataupun upacara peringatan
apapun yang dilakukan oleh manusia merupakan bentuk dari simbol yang semuanya pasti
berbeda-beda. Hal selanjutnya yang sangat menonjol dari simbol budaya manusia adalah
dalam persoalan tradisi atau adat istiadat. Dimana diketahui upacara-upacara adat yang
ada pada manusia merupakan warisan turun temurun dari generasi terdahulu hingga
sekarang, dan tentu melekat dalam setiap diri manusia yang mempunyai budaya yang
tinggi. Segala bentuk dan warna dari kegiatan simbol yang dilakukan oleh masyarakat
tradisional adalah upaya untuk mendekatkan diri manusia kepada Tuhannya, yang
menciptakan dan memberikan kehidupan serta memelihara manusia di dunia ini.
Selain itu, simbol juga memiliki peranan dalam ilmu pengetahuan. Namun
penggunaan simbol pada ilmu pengetahuan jauh lebih sedikit jumlahnya dibandingkan
dengan penggunaan simbol pada adat istiadat. Simbol yang digunakan pada ilmu
pengetahuan hanya berupa gambar-gambar yang digunakan sebagai cara untuk
mempermudah manusia mengetahui dan mengingat tentang hal-hal yang berkaitan
dengan ilmu pengetahuan.
E. Simbol dan Tindakan Manusia
Manusia adalah makhluk yang berbudaya dan dengan begitu manusia juga
dikatakan sebagai makhluk yang memiliki simbol. Kebudayaan juga dikatakan sebagai
sistem simbol, maksudnya sistem simbol perorangan dan hubungannya dengan sistem
perorangan lain. Perorangan di sini dianggap sebagai manusia-manusia yang sedang
melakukan kegiatan simbolis bersama dalam suatu peristiwa tertentu, seperti kegiatan
upacara adat (Purwadi, 2002)
(2022): Jurnal KIBASP (Kajian Bahasa, Sastra dan Pengajaran) 5(2): 153-165

dengan orang lain sebagai dimensi kedua. Tidak ada ritus lain dalam sistem religius orang Jawa,
yang lebih mampu menggambarkan hal-hal di atas, kecuali slametan; Etika Orang Jawa, salah
satu sikap orang Jawa adalah menghindari konflik, tetapi tidak tahu bahwa konflik kadang tidak
bisa dihindari, sebab tidak semua unsur dengan mudah dipadukan. Orang Jawa amat menghargai
sikap tepa selira (tenggang rasa), narima(apa adanya), aja kesusu (jangan tergesa gesa), aja
ngaya (jangan memaksa bekerja melebihi tenaga yang ada dan sikap aja serakah (jangan
serakah).
Penelitian ini bertujuan mengkaji perspektif budaya Jawa yang terkandung dalam syair
lagu campursari Didik Kempot dan Sonny Josz serta implementasinya pada pembelajaran
Sosiolinguistik di Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung mahasiswa semester
tiga.Peneliti menilai bahwa syair lagu campursari yang ada di dalamnya baik dari segi ragam
bahasa, kata dan makna tergolong cocok untuk pembelajaran sosiolinguistik. Penelitian ini
terfokus pada syair lagu campursari yang mengandung ragam bahasa atau gaya bahasayang
diimplementasikan dalam mata kuliah sosiolinguistik di Universitas Muhammadiyah Pringsewu
Lampung.
Kajian yang mendasarkan pada syair lagu campursari telah banyak dilakukan oleh
peneliti terdahulu. Beberapa diantaranya yaitu Rochimansyah et al., (2021) yang mengkaji
tentang makna dalam syair lagu campursari album kasmaran Didi Kempot dan Chandra (2017)
mengkaji tentang aspek moral yang terdapat dalam lirik lagu campursari karya musisi Jawa
Timur. Wartoyo (2017) juga melakukan penelitian serupa dengan menelaah tentang kearifan
lokal khususnya Jawa terhadap nilai-nilai Pancasila sebagai pemersatu bangsa.
Sejauh ini studi tentang perspektif budaya Jawa dalam syair lagu campursari yang
diimplementasikan dalam pembelajaran Sosiolinguistikbelum pernah dilakukan oleh peneliti
sebelumnya. Oleh karena itu, peneliti untuk melakukan kajian tersebut secara lebih mendalam
dengan mendeskripsikan perspektif budaya Jawa dalam syair lagu campursari dan
implementasinya pada pembelajaran sosiolinguistik, khususnya di Universitas Muhammadiyah
Pringsewu Lampung.
B. MAKNA BAHASA
Bahasa merupakan media utama yang digunakan manusia untuk menuangkan berbagai
ide, gagasan, perasaan dan pendapatnya kepada manusia lain dalam kehidupan sosialnya. Bahasa
dan budaya Jawa erat hubungannya dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Jawa. Budaya Jawa
merupakan suatu sistem atau pedoman yang memiliki kearifan lokal berfungsi sebagai pendorong
kehidupan masyarakat Jawa dalam berperilaku dan bersikap (Pramestuti & Saddhono, 2018).
Salah satu produk sosial atau budaya masyarakat Jawa yang menggunakan bahasa sebagai
medianya adalah syair lagu campursari.
Syair lagu campursari merupakan bagian sebuah karya sastra. Sebuah karya sastra tidak
akan memiliki makna apa-apa tanpa adanya upaya dari pembacanya untuk menjadikan karya
sastra tersebut benar-benar bermanfaat dan menyenangkan dalam kehidupan (Fadilah et al.,
2021). Sebagaimana karya-karya seni lainnya, syair lagu campursari merupakan produk budaya
yang mengutamakan keindahan kata-kata dan makna. Menurut Fadilah et al., (2021), Campursari
merupakan salah satu bentuk kesenian daerah Jawa hasil perpaduan kata-kata indah, ungkapan
pikiran, perasaan pengarangnya dengan instrumen musik etnik, yaitu gamelan dan instrumen
musik modern seperti gitar elektrik, bass, drum, serta keyboard.
Kesenian campursari terdapat lirik atau syair yang sengaja dipilih oleh pengarangannya
untuk mendapatkan lagu yang mempunyai nilai lebih bagi penikmatnya. Lirik lagu merupakan
ekspresi tentang sesuatu yang dilihat, didengar dan dialami, dalam rangkaian kata bernada dan
bermakna, penyusunannya diperoleh dari berbagai inspirasi pengalaman hidup sehari-hari (Setiawan,
2020). Budaya Jawa memiliki beberapa perspektif yang penting dalam kehidupan masyarakat pada
umumnya dan masyarakat tutur Jawa pada khususnya. Perspektif budaya Jawa meliputi: mitologi
wayang, slametan dan etika orang Jawa. Saksono & Dwiyanto (2011) menjelaskan tentang tiga aspek
tersebut, yaitu: Mitologi Wayang sebagai sesuatu yang memberikan kepada orang Jawa pemahaman
tentang kenyataan dibalik kenyataan mengenai diri mereka sendiri, baik sebagai individu, masyarakat
maupun tempat mereka di tengah alam semesta; Slametan yang mempunyai dua dimensi, yaitu
hubungan seseorang dengan Yang Kudus sebagai dimensi pertama dan hubungan antara seseorang

3. BAHASA & BERPIKIR LOGIS


ahasa merupakan media utama yang digunakan manusia untuk menuangkan berbagai
ide, gagasan, perasaan dan pendapatnya kepada manusia lain dalam kehidupan sosialnya. Bahasa
dan budaya Jawa erat hubungannya dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Jawa. Budaya Jawa
merupakan suatu sistem atau pedoman yang memiliki kearifan lokal berfungsi sebagai pendorong
kehidupan masyarakat Jawa dalam berperilaku dan bersikap (Pramestuti & Saddhono, 2018).
Salah satu produk sosial atau budaya masyarakat Jawa yang menggunakan bahasa sebagai
medianya adalah syair lagu campursari.
Syair lagu campursari merupakan bagian sebuah karya sastra. Sebuah karya sastra tidak
akan memiliki makna apa-apa tanpa adanya upaya dari pembacanya untuk menjadikan karya
sastra tersebut benar-benar bermanfaat dan menyenangkan dalam kehidupan (Fadilah et al.,
2021). Sebagaimana karya-karya seni lainnya, syair lagu campursari merupakan produk budaya
yang mengutamakan keindahan kata-kata dan makna. Menurut Fadilah et al., (2021), Campursari
merupakan salah satu bentuk kesenian daerah Jawa hasil perpaduan kata-kata indah, ungkapan
pikiran, perasaan pengarangnya dengan instrumen musik etnik, yaitu gamelan dan instrumen
musik modern seperti gitar elektrik, bass, drum, serta keyboard.
Kesenian campursari terdapat lirik atau syair yang sengaja dipilih oleh pengarangannya
untuk mendapatkan lagu yang mempunyai nilai lebih bagi penikmatnya. Lirik lagu merupakan
ekspresi tentang sesuatu yang dilihat, didengar dan dialami, dalam rangkaian kata bernada dan
bermakna, penyusunannya diperoleh dari berbagai inspirasi pengalaman hidup sehari-hari (Setiawan,
2020). Budaya Jawa memiliki beberapa perspektif yang penting dalam kehidupan masyarakat pada
umumnya dan masyarakat tutur Jawa pada khususnya. Perspektif budaya Jawa meliputi: mitologi
wayang, slametan dan etika orang Jawa. Saksono & Dwiyanto (2011) menjelaskan tentang tiga aspek
tersebut, yaitu: Mitologi Wayang sebagai sesuatu yang memberikan kepada orang Jawa pemahaman
tentang kenyataan dibalik kenyataan mengenai diri mereka sendiri, baik sebagai individu, masyarakat
maupun tempat mereka di tengah alam semesta; Slametan yang mempunyai dua dimensi, yaitu
hubungan seseorang dengan Yang Kudus sebagai dimensi pertama dan hubungan antara seseorang

DAFTAR PUSTAKA
Chandra, A. A. (2017). Menilik Aspek Moral dalam Lirik Lagu Campursari Jawa Timur: Sebuah
Kajian Semiotika. Haluan Sastra Budaya, 1(1), 3-19.
https://doi.org/10.20961/hsb.v1i1.11302
Fadilah, M. R., Sulanjari, B., & Werdiningsih, Y. K. (2021). Pola Pikir Perempuan dalam 5 Lagu
Campursari Populer Tahun 2019-Awal 2020 Kajian Dekonstruksi. JISABDA: Jurnal Ilmiah
Sastra Dan Bahasa Daerah, Serta Pengajarannya, 2(2), 50–62.
https://doi.org/10.26877/jisabda.v2i2.7811
Hanum, I. S., Rijal, S., & Wati, U. (2020). Variasi Bahasa pada Mahasiswa Perantau di Fakultas
Ilmu Budaya Universitas Mulawarman: Kajian Sosiolinguistik. Ilmu Budaya: Jurnal
Bahasa, Sastra, Seni, Dan Budaya, 4(1), 21–37.
https://core.ac.uk/download/pdf/287181536.pdf
Irwansyah, & Mayasari, D. (2020). Peran Sosiolinguistik dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia
Bagi Penutur Asing (BIPA). Jurnal Pendidikan Tambusai, 4(402), 87– 92.
https://doi.org/https://doi.org/10.31004/jptam.v4i1.443
Pramestuti, D., & Saddhono, K. (2018). Sekar Macapat Pocung: Study of Religious Values Based
on the Local Wisdom of Javanese Culture. El Harakah Jurnal Budaya Islam, 20(1), 15.
https://doi.org/10.18860/el.v20i1.4724

Agus, Bustanuddin, Agama Dalam Kehidupan Manusia, Pengantar Antropologi Agama,


cet I, (Jakarta: Grafindo Persada, 2007).
Herusatoto, Budiono, Simbolisme Jawa, cet. I, (Yogyakarta:Ombak,
2008). Koentjaraningrat, Sejarah Teori Antropologi, (Jakarta: UI Press,
1987).
Mahdayeni et all, Manusia Dan Kebudayaan (Manusia Dan Sejarah Kebudayaan,
Manusia Dalam Keanekaragaman Budaya Dan Peradaban, Manusia Dan Sumber
Penghidupan), dalam TADBIR : Jurnal Manajemen Pendidikan Islam, Vol. 7,
No. 2 Agustus 2019.
Maran Rafael Raga, Manusia Dan Kebudayaan Dalam Perspektif Ilmu Budaya
Dasar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2007)
Poespowardojo, Soerjanto, Filsafat tentang Manusia, cet. I, (Jakarta:Gramedia, 1977).
Purwadi, Penghayatan Keagamaan Orang Jawa, cet. I, (Yogyakarta:Media Presindo,
2002).
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, cet II, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007).
The Liang Gie, Suatu Konsepsi Ke Arah Penerbitan Bidang Filsafat,
(Yogyakarta: Karya Kencana, 1997).
Togardo Siburian, Menuju Kesetaraan Dalam Beragama Yang Berbudaya:
Refleksi Seminarian Injili, dalam SOCIETAS DEI, Vol. 3, No. 2
Oktober 2016.
Zaini, Syahmin, Mengapa Manusia Harus Beragama, cet I, (Jakarta: Kalam
Mulia, 1986). Jacobus Ranjabar. (2006). Sistem Sosial Budaya Indonesia Suatu
Pengantar. Ghalia
Indonesia.
Khairil Fazal, M. (2021). Hubungan Simbiosis Masyarakat Aceh Besar Dengan
Tradisi Hindu. Abrahamic Religions: Jurnal Studi Agama-Agama, 1.
https://jurnal.ar- raniry.ac.id/index.php/abrahamic
Laode Monto Bauto. (2014). Perspektif Agama dan Kebudayaan Dalam
Kehidupan Masyarakat Indonesia: Suatu Tinjauan Sosiologi Agama. JPIS,
Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial, Volume 23,.
Muhammad. (2020). Hubungan Agama dan Budaya Pada Masyarakat
Gampong Kereumbok Kabupaten Pidie, Provinsi Aceh. Substantia:
Jurnal Ilmu-Ilmu Ushuluddin, Volume 22.
Sahar Santri. (2015). Pengantar Antropologi: Integrasi Ilmu Dan Agama (1
(ed.)). cara baca.

Chandra, A. A. (2017). Menilik Aspek Moral dalam Lirik Lagu Campursari Jawa
Timur: Sebuah Kajian Semiotika. Haluan Sastra Budaya, 1(1), 3-19.
https://doi.org/10.20961/hsb.v1i1.11302
Fadilah, M. R., Sulanjari, B., & Werdiningsih, Y. K. (2021). Pola Pikir Perempuan
dalam 5 Lagu Campursari Populer Tahun 2019-Awal 2020 Kajian Dekonstruksi.
JISABDA: Jurnal Ilmiah Sastra Dan Bahasa Daerah, Serta Pengajarannya, 2(2),
50–62. https://doi.org/10.26877/jisabda.v2i2.7811
Hanum, I. S., Rijal, S., & Wati, U. (2020). Variasi Bahasa pada Mahasiswa Perantau di
Fakultas Ilmu Budaya Universitas Mulawarman: Kajian Sosiolinguistik. Ilmu
Budaya: Jurnal Bahasa, Sastra, Seni, Dan Budaya, 4(1), 21–37.
https://core.ac.uk/download/pdf/287181536.pdf
Irwansyah, & Mayasari, D. (2020). Peran Sosiolinguistik dalam Pembelajaran Bahasa
Indonesia Bagi Penutur Asing (BIPA). Jurnal Pendidikan Tambusai, 4(402), 87–
92. https://doi.org/https://doi.org/10.31004/jptam.v4i1.443
Pramestuti, D., & Saddhono, K. (2018). Sekar Macapat Pocung: Study of Religious
Values Based on the Local Wisdom of Javanese Culture. El Harakah Jurnal
Budaya Islam, 20(1), 15. https://doi.org/10.18860/el.v20i1.4724
Rochimansyah, R., Ramadhanti, I. W., & Aryanto, A. (2021). Makna dalam Syair Lagu
Campursari Album Kasmaran Didi Kempot. Jurnal IKADBUDI, 9.
https://doi.org/10.21831/ikadbudi.v9i0.38208
Saksono, I.G., & Dwiyanto, D. (2011). Terbelahnya Kepribadian Orang Jawa.
Yogyakarta: Keluarga Besar Marheins DIY.
Sari, A. K., & Trisnawati, W. W. (2019). Integrasi Keterampilan Abad 21 dalam Modul
Sociolinguistics: Keterampilan 4C (Collaboration, Communication, Critical
Thinking, Dan Creativity). Jurnal Muara Pendidikan, 4(2), 455–466.
https://doi.org/10.52060/mp.v4i2.179
Setiawan, S. (2020). Pengertian Lirik Lagu-Fungsi, Makna, Arti, Para Ahli. Retrieved
from https://www.gurupendidikan.co.id/pengertian-lirik-lagu/
Wartoyo, F. X. (2017). Kearifan Lokal Budaya Jawa Dalam Perspektif Pancasila.
WASKITA: Jurnal Pendidikan Nilai Dan Pembangunan Karakter, 2(2), 83–88.
https://doi.org/10.21776/ub.waskita:jurnalpendidikannilaidanpembangunankarakt
er.2018.002.02.8

Anda mungkin juga menyukai