Anda di halaman 1dari 49

TUGAS :FILSAFAT -MAGISTER S2 UNJANI

NAMA : MUCHAMMAD NURZAMAN NIM :2250311003

1.APAKAH FILSAFAT ILMU YANG SAUDARA KETAHUI

Filsafat ilmu merupakan cabang dari filsafat yang menempatkan ilmu sebagai objek
sasarannya (Siswomihardjo, 2010). Menurut Suriasumantri (1998) dalam Nursalam (2008),
filsafat ilmu merupakan suatu cara untuk menelaah pertanyaan hakikat ilmu dengan filsafat.
Hakikat dari ilmu tersebut terbagi menjadi tiga bagian, yaitu ontologis, epistemologis, dan
aksiologis. Dengan adanya hakikat ontologis, sebuah ilmu memiliki batas lingkup yang
membedakan dengan pengetahuan yang lainnya. Begitu juga yang terjadi pada ilmu
keperawatan.

Apabila ditinjau dari filsafat, ilmu keperawatan harus memiliki syarat-syarat tertentu agar
dapat dikatakan sebagai bidang ilmu. Syarat-syarat tersebut adalah adanya objek material dan
objek formal. Kedua objek tersebut harus ada dalam bidang keilmuan (Mudhofir, 2010).
Berikut ini adalah penjabaran objek-objek ilmu keperawatan, yaitu:

A. Objek material

Objek material merupakan segala sesuatu yang dijadikan pemikiran, yang diselidiki, atau
segala sesuatu yang bisa dipelajari (Mudhofir, 2010). Objek material ilmu keperawatan
adalah manusia yang dipandang sebagai sosok yang unik dan tersusun atas bio-psiko-sosio-
spiritual (Asmadi, 2008).

B. Objek formal

Mudhofir (2010) menjelaskan bahwa objek formal merupakan sebuah cara pandang, cara
seorang peneliti meninjau sebuah objek material dari berbagai sudut pandang. Sebagai contoh
dalam ilmu keperawatan, objek material “manusia” dipandang atau ditinjau dari aspek
kesehatan, aspek lingkungan, atau aspek keperawatan itu sendiri. Selain itu, bantuan yang
bersifat holistik diberikan pada individu yang tidak berfungsi secara sempurna dalam konteks
kesehatan dan proses penyembuhan juga menjadi objek formal (Asmadi, 2008).

Sebuah ilmu menjadi eksis jika ditopang dengan komponen filsafat ilmu. Seperti yang
disebutkan diatas, bahwa hakikat ilmu ada tiga bagian, yaitu ontologis, epistemologis, dan
aksiologis (Siswomihardjo, 2010). Ilmu keperawatan akan eksis bila dapat ditelaah
menggunakan hakikat tersebut. Berikut ini merupakan pertanyaan-pertanyaan dalam
menelaah ilmu keperawatan sehingga dapat dikatakan bahwa ilmu keperawatan merupakan
ilmu yang memiliki eksistensi, diantaranya:

1. Pertanyaan ontologis

Ontologi ilmu meliputi apa hakikat dari ilmu, kemudian apa hakikat kebenaran dan
kenyataannya (Siswomihardjo, 2010). Dengan kata lain, pertanyaannya adalah “Apa yang
dimaksud ilmu keperawatan?”. Nightingale (1859/1992) dalam Parker dan Smith (2010)
menbedakan keperawatan dengan medis. Beliau mendefinisikan keperawatan sebagai upaya
menempatkan seseorang pada kondisi terbaik untuk beraktivitas secara normal, dengan fokus
pada kesehatan dan proses penyembuhan secara alami, dan bukan pada penyakit dan
pengobatan. Ilmu keperawatan dikarakteristikkan menjadi dua cabang filosofi pengetahuan
sebagai pengembangan disiplin ilmu. Banyak istilah dalam dua cabang ini, seperti empiris
dan interpretif, mekanistik dan holistik, kualitatif dan kuantitatif, serta bentuk deduktif dan
induktif (Hardin, 2014). Ilmu keperawatan merupakan ilmu yang terdiri dari ilmu-ilmu dasar,
perilaku manusia, biomedik, sosial, dan imu keperawatan itu sendiri (dasar, anak, maternitas,
medikal bedah, jiwa, dan komunitas) yang dikembangkan melalui pendekatan dan metode
ilmiah dalam penyelesaian masalah agar kebutuhan dasar manusia secara menyeluruh dapat
dipertahankan, ditopang, dipelihara, dan ditingkatkan integritasnya (Nursalam, 2008).

1. Pertanyaan epistemologis

Epistemologi menunjukkan bagaimana sebuah ilmu itu bisa dicapai dengan mengikuti
tatacara penggunaan sumber dan sarana yang ada (Siswomihardjo, 2010). Sehingga
pertanyaan yang sesuai dengan epistemologi ilmu yaitu “Bagaimana cerita lahirnya ilmu
keperawatan?”. Pada awalnya sekitar 4000 SM, evolusi keperawatan dimulai pada komunitas
primitif dimana mother-nurses bekerja bersama pendeta. Perawat pertama yang tercatat dalam
sejarah adalah Deborah. Dalam perkembangannya, keperawatan dipengaruhi oleh keagamaan
pertama kali di India sekitar 800-600 SM. Hingga sekitar tahun 1800an, perang sipil terjadi
dan seorang perawat, Florence Nightingale, muncul sebagai penemu keperawatan yang
modern. Beliau menjadi ibu dari keperawatan karena teorinya menjadi filosofi dalam
keperawatan(DeLaune & Ladner, 2010). Metaparadigma keperawatan dalam filosofinya
terdiri dari manusia, lingkungan, kesehatan, dan keperawatan yang menjadikan keperawatan
sebagai sebuah ilmu dan seni (Marchuk, 2014). Hingga sekarang, banyak teori keperawatan
berkembang dan dikembangkan oleh para ilmuan. Mulai dari filosofi, grand theory, middle
theory, hingga micro theory.

1. Pertanyaan aksiologis

Aksiologi ilmu mencakup nilai-nilai atau value yang bersifat normatif disetiap memberikan
makna pada kebenaran atau kenyataan dan wajib dipatuhi dalam kegiatan keilmuan
(Siswomihardjo, 2010). Selain itu aksiologi mencakup cara penggunaan atau pemanfaatan
dari pengetahuan ilmiah (Asmadi, 2008). “Apakah nilai-nilai yang ada pada ilmu
keperawatan?” menjadi pertanyaan dalam aksiologi ilmu ini. Dalam penerapan ilmu
keperawatan, perawat tidak hanya bertanggung jawab secara profesional namun juga dalam
hal moral. Keperawatan memiliki nilai-nilai luhur yang disebut sebagai The Core
Professional Value of Nursing, yang terdiri dari altruism, autonomy, human dignity, integrity,
dan social justice (Shaw & Degazon, 2008). Nilai-nilai tersebut tertuang dalam kode etik
keperawatan yang menjadi landasan etik dalam melakukan praktik keperawatan secara
profesional.

Sejak lahirnya keperawatan modern era Nightingale, ilmu keperawatan sampai saat ini
berkembang dengan pesat. Perkembangan ilmu keperawatan tidak hanya pada teori saja,
namun pada praktik dan spesialisasi atau kekhususan bidang tertentu. Sekolah-sekolah
keperawatan formal sudah dikembangkan sejak jaman Nightingale (DeLaune & Ladner,
2010). Perkembangan ilmu keperawatan bertujuan untuk pengembangan keilmuan ditinjau
dari berbagai sudut objek material dan formal. Pengembangan ilmu keperawatan melalui
proses metodologi yang sistematis melalui penelitian. Penelitian ilmu keperawatan
disesuaikan dengan situasi di era peneliti tersebut (Hardin, 2014).
Di Kanada, sekitar akhir tahun 1970an dan awal 1980an, kehadiran pasien di rumah sakit
menjadi kompleks dan secara teknologi mempengaruhi lingkungan kerja, keperawatan
sebagai profesi mulai diperhatikan secara langsung dalam spesialisasinya. Asosiasi
keperawatan di Kanada memulai program sertifikasi pada 17 spesialisasi dalam keperawatan,
salah satunya adalah keperawatan emergensi atau gawat darurat. Praktik keperawatan
spesialis dikembangkan dengan baik dan terus tumbuh. (Turris, Binns, Kennedy, Finamore,
& Gillrie, 2007). Komplesisitas lingkungan kerja di bagian gawat darurat mengharuskan
perawat memiliki kemampuan khusus dalam memberikan perawatan pada pasien gawat
darurat yang memiliki situasi klinis yang cukup berbahaya (Chu & Hsu, 2011; Lowe, 2010).
Oleh karena itu ilmu dan praktik keperawatan dikembangkan pada bagian gawat darurat.

Praktik keperawatan spesialis tentunya tidak lepas dari terminologi atau definisi dari spesialis
itu sendiri. Asosiasi keperawatan di Kanada mendefinisikan spesialisasi dengan praktik yang
terkonsentrasi pada salah satu bagian aspek keperawatan (Turris et al., 2007). Misalnya
tatanan praktis di bagian emergensi untuk spesialis keperawatan gawat darurat.

Pengembangan spesialisasi tidak hanya dalam praktis saja. Setelah banyak program sertifikasi,
spesialisasi di bidang keperawatan menjadi dasar program pendidikan formal dan
dikembangkan di program magister keperawatan dengan spesialisasi klinis. Spesialisasi ini
merupakan respon dari semakin kompleksnya lingkungan pekerjaan (DeLaune & Ladner,
2010; Turris et al., 2007). Dengan sudut pandang ini meninjau ilmu keperawatan
dikembangkan sesuai kaidah pengembangan filsafat atau filosofinya.

Program keperawatan gawat darurat memberikan perawat keuntungan untuk belajar konteks
yang unik dari bagian gawat darurat berdasarkan evidence-based practice, dan meningkatkan
kemampuan berpikir kritis. Filosofi dari kurikulum merefleksikan pada sudut pandangan
postmodern theory dan critical social theory. Di Kanada, program spesialis keperawatan
gawat darurat memiliki satuan kredit program belajar sebanyak 30 kredit yang diselesaikan
dalam 13 minggu. (Turris et al., 2007).

Pada era awal 1990an, banyak yang membahas tentang regulasi dari pendidikan keperawatan
spesialis. Meskipun demikian, program pendidikan keperawatan ini berdasarkan teori dan
komponen klinis yang berhubungan dengan spesialisasi keperawatan gawat darurat.
Kemampuan perawat spesialis yang berpengalaman, regulasi, dan edukasi memiliki tantangan
dalam membangun batang tubuh keilmuan profesional di bidang keperawatan gawat darurat.
(Chu & Hsu, 2011; Turris et al., 2007).

Sampai saat ini banyak program spesialis keperawatan gawat berkembang. Program itu
tersebar di Amerika, Australia, Eropa, hingga Asia. Perawat gawat darurat berkembang
dengan cepat di dunia dan sangat menguntungkan untuk mewujudkan kesempatan kolaborasi
keperawatan gawat darurat (Gurney & Calleja, 2013). Hal ini dapat menjadi bukti bahwa
ilmu keperawatan dapat berkembang sesuai kaidah filsafat ilmu. Berbagai sudut pandang
digunakan untuk menganalisa, memahami, dan menelaah ilmu keperawatan dari bidang
gawat darurat. Proses penelaahan ini berdasarkan metodologi ilmiah yang sistematis dalam
mengembangkan keilmuan keperawatan.
REFERENSI

Asmadi. (2008). Konsep dasar keperawatan. Jakarta: EGC.

Chu, W., & Hsu, L.-L. (2011). The process of acquiring practical knowledge by emergency
nursing professionals in Taiwan: A Phenomenological study. Journal of Emergency Nursing,
37(2), 126-131.

DeLaune, S. C., & Ladner, P. K. (2011). Fundamentals of nursing: Standards and practice
(4th ed.). Clifton Park, NY: Delmar, Cengage Learning.

Gurney, D., & Calleja, P. (2013). Emergency nursing in Malta: Past and present with a vision
for the future. Journal of Emergency Nursing, 39(1), 78-81.

Hardin, S. R. (2014). History and philosophy of science. In M. R. Alligood (Ed.), Nursing


theorist and their work (8th ed.). Missouri: Elsevier.

Lowe, G. (2010). Scope of emergency nurse practitioner practice: where to beyond clinical
practice guidelines? Australian Journal of Advanced Nursing, 28(1), 74-82.

Marchuk, A. (2014). A personal nursing philosophy in practice. Journal of Neonatal Nursing,


http://dx.doi.org/10.1016/j.jnn.2014.06.004.

Mudhofir, A. (2010). Pengenalan filsafat. In T. D. F. I. F. F. UGM (Ed.), Filsafat ilmu:


Sebagai dasar pengembangan ilmu pengetahuan (2nd ed.). Yogyakarta: Liberty.

Nursalam. (2008). Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu keperawatan: Pedoman
skripsi, tesis, dan instrumen penelitian keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Parker, M. E., & Smith, M. C. (2010). Nursing theory and the discipline of nursing. In M. E.
Parker & M. C. Smith (Eds.), Nursing theories and nursing practice (3rd ed.). Philadelphia:
F.A. Davis Company.

Shaw, H. K., & Degazon, C. (2008). Integrating the core professional value of nursing: A
profession, not just a career. Journal of Cultural Diversity, 15(1), 44-50.

Siswomihardjo, K. W. (2010). Ilmu pengetahuan sebuah sketsa umum mengenai kelahiran


dan perkembangannya sebagai pengantar untuk memahami filsafat ilmu. In T. D. F. I. F. F.
UGM (Ed.), Filsafat ilmu: Sebagai dasar pengembangan ilmu pengetahuan (2nd ed.).
Yogyakarta: Liberty.

Soemowinoto, S. (2008). Pengantar filsafat ilmu keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Soeprapto, S. (2010). Metode Ilmiah. In T. D. F. I. F. F. UGM (Ed.), Filsafat ilmu: Sebagai


dasar pengembangan ilmu pengetahuan (2nd ed.). Yogyakarta: Liberty.

Turris, S. A., Binns, D.-M., Kennedy, K. J., Finamore, S., & Gillrie, C. (2007). Specialty
nursing—the Past, the present, and the future. Journal of Emergency Nursing, 33(5), 499-504.
2. PERNAHKAN MENERAPKAN PANDANGAN FILOSOFIKAL DALAM
AKTIVITAS YANKEP :

PERNAH KARENA TEORI KITA BISA TELAAH”:

PENGERTIAN FILOSOFI KEPERAWATAN


1. Definisi filosofi keperawatan
Filosofi keperawatan merupakan kerangka dasar yang harus dimiliki oleh seorang
perawat sebagai pedoman untuk berpikir, mengambil keputusan dan
bertindak/berperilaku dalam melaksanakan praktek keperawatan pada klien dalam
rentang sehat-sakit. Nilai-nilai yang mendasari konsepkeperawatan diantaranya:
1) Konsep tentang manusia
2) Konsep tentang kesehatan
3) Konsep tentang lingkungan
4) Konsep tentang keperawatan
2. Pendapat para pakar keperawatan tentang filosofi keperawatan
Beberapa pendapat diantaranya:
a. Jean Watson
(Caring) Caring adalah suatu ilmu pengetahuan yang mencakup suatu hal
berperikemanusiaan,orientasi ilmu pengetahuan manusia ke proseskepedulian
pada manusia, peristiwa, dan pengalaman.Ilmu pengetahuan caring meliputi
seni dan umat manusia sepertihalnya ilmu pengetahuan. Perilaku caring
meliputi mendengarkan penuh perhatian, penghiburan,kejujuran, kesabaran,
tanggung jawab, menyediakan informasi sehingga pasien dapat membuat
suatu keputusan
b. Betty Neuman Newman
Menggunakan pendekatan manusia utuh dengan memasukkan konsep holistik,
pendekatan sistem terbuka dan konsep stresor.Sistem klien terdiri dari lima
variabel yang beriteraksi:
1) Fisiologi= struktur tubuh dan fungsi
2) Psikologi= proses mental dan hubungan.
3) Sosiokultural= kombinasi fungsi sosiol dan kulkural
4) Perkembangan= proses perkembangan manusai
5) Spiritual= keyakinan spiritual

c. RoyRoy
Memiliki delapan falsafah, empat berdasarkan falsafah prinsip humanisme
dan empat berdasarkan prinsip falsafah veritivity.
Falsafah humanisme/ kemanusiaan “mengenali manusia dan sisi subyektif
manusia dan pengalamannya sebagai pusat rasa ingin tahu dan
rasamenghargai”. Ia berpendapat bahwa seorang individu saling
berbagidalam kemampuan untuk berpikir kreatif, bertingkahlaku untuk
mencapaitujuan tertentu bukan sekedar memenuhi hukum aksi-reaksi,
memilikiholism intrinsik, berjuang untuk mempertahankan integritas
danmemahami kebutuhan untuk memiliki hubungan dengan orang lain.
Veritivity, berarti kebenaran, yang bermaksud mengungkapkan keyakinan
Roy bahwa ada hal yang benar. Ia mendefinisikan veritivity sebagai “prinsip
alamiah manusia yang mempertegas tujuan umum keberadaan manusia”.
Empat falsafah yang berdasarkan prinsip veritivity adalah sebagai berikuti, .
Individu dipandang dalam konteks tujuan eksistensi manusia, gabungan dari
beberapa tujuan peradaban manusia, aktifitas dan kreatifitas untuk kebaikan-
kebaikan umum, nilai dan arti kehidupan
d. Florence Nightingale (Modern nursing)
Florence Nightingale adalah sebagai prionir era modern dalam
pengembangan keperawatan yang dikembangkan sangat dipengaruhi oleh
pandangan filosofinya tentang interaksi klien dan lingkungannya. Iamelihat
penyakit sebagai proses pergantian atau perbaikan reparative proses.
Manipulasi dari lingkungan eskternal perbaikan dapat membantu proses
perbaikan atau pergantian dan kesehatan klien.

Menurut beberapa pendapat diatas, menurut kami filosofi keperawatan


adalah pedoman dan pegangan dalam sikap dan tingkahlaku dalam
melaksanakan praktek keperawatan terhadap klien dalam rentang sehat-sakit.
Dengan konsep yang mendasari keperawatan diantaranya: manusia,
kesehatan, lingkungan, dan keperawatan
Menurut Jean Watson
Sebagai human science keperawatan berupaya mengintegrasikan pengetahuan
empiris dengan estetika, humanities, dan kiat/art (Watson, 1985). Sebagai
pengetahuan tentang human care fokusnya untuk mengembangkan pengetahuan
yang menjadi inti keperawatan, seperti yang dinyatakan oleh Watson (1985)
“human care is the heart of nursing”. Pandangan tentang keperawatan sebagai
science tentang human care adalah komprehensif.
Ini termasuk pengembangan pengetahuan sebagai basis dalam area:
a. Pengkajian terhadap kondisi manusia
b. Implikasi dari pengalaman manusia dan responnya terhadap kondisi
sehat sakit.
c. Telaah terhadap pengelolaan kondisi-kondisi yang menyertainya
d. Deskripsi dari atribut-atribut caring relationship
e. Studi tentang sistem bagaimana human care harus diwujudkan.
Dalam pandangan keperawatan Jean Watson, manusia diyakini sebagai person as
a whole, as a fully functional integrated self. Manusia merupakan suatu fungsi
yang utuh dari diri yang terintegrasi (ingin dirawat, dihormati, mendapatkan
asuhan, dipahami dan dibantu)
Manusia pada dasarnya ingin merasa dimiliki oleh lingkungan sekitarnya merasa
dimiliki dan merasa menjadi bagian dari kelompok atau masyarakat, dan merasa
dicintai dan merasa mencintai. Meskipun tulisan awal Watson mengarah pada
hasil kerjanya sebagai filisofi dan ilmu caring, pada buku selanjutnya Watson
dengan jelas menyatakan hasil kerjanya menggambarkan teori keperawatan
(George, 1995). Pada konteks ini, Watson mengadopsi pandangan tentang
manusia sebagai orang bernilai dalam dan dirinya sendiri untuk dirawat,
dihormati, diasuh, dipahami dan dibantu.
Secara umum pandangan filosofis manusia adalah diri yang teritegrasi penuh.
Manusia dipandang lebih besar dari dan berbeda dari jumlah bagian-bagiannya.
Watson percaya bahwa manusia lebih baik dipandang dalam kerangka konflik
perkembangan dan perhatian yang sistematik pada konflik perkembangan
individu dan keluarganya penting untuk pelayanan kesehatan. Semua konflik
berdasarkan model Erikson krisis psikososial titik balik yang mencakup
keseluruhan siklus hidup manusia. Sering terjadi semua konflik dapat menghapus
reaksi stress yang memerlukan respon koping. Perawat harus memahami manusia
ketika mereka sakit, sehat atau sedang stress

3.KEGUNAAN FILSAFAT ILMU DALAM MEMBANGUN KEILMUAN SEORANG


MAGISTER

lorence Nightingale (1895) Mendefinisikan keperawatan sebagai cara menempatkan pasien


dalam kondisi paling baik dengan lingkungan dan situasi yang terbaik. Florence Nigtingale
mengamati fenomena bahwa pasien yang dirawat dengan keadaan lingkungan yang bersih
ternyata lebih cepat sembuh dibanding pasien yang dirawat dalam kondisi lingkungan yang
kotor. Hal ini membuahkan kesimpulan bahwa perawatan lingkungan berperan dalam
keberhasilan perawatan pasien. Yang kemudian menjadi paradigma keperawatan dalam
konteks lingkungan.

Wawasan ilmu keperawatan mencakup ilmu-ilmu yang mempelajari bentuk dan sebab tidak
terpenuhinya kebutuhan dasar manusia, melalui pengkajian mendasar tentang hal-hal yang
melatar belakangi, serta mempelajari berbagai bentuk upaya untuk mencapai kebutuhan dasar
tersebut melalui pemanfaatan semua sumber yang ada dan potensial. Hakikatnya ilmu
keperawatan adalah mempelajari tentang respon manusia terhadap sehat dan sakit yang
difokuskan pada kepedulian perawat terhadap tidak terpenuhinya kebutuhan dasar pasien atau
disebut dengan care.

Filsafat berbicara tentang cinta akan kebijaksanaan. Cinta akan kebijaksaaan itu terungkap
dalam perkataan dan perbuatan, tetapi lebih dari itu harusnya menjadi dasar cara berpikir dan
merasakan. Dengan belajar Filsafat, seorang perawat dituntut untuk menumbuhkan dalam
dirinya suatu kecenderungan untuk penuh dengan cinta dan kebijaksanaan. Melalui
kecenderungan ini, perawat sedapat mungkin menjadi lentera yang bernyala bagi para pasien
yang sedang sakit. Cinta dan kebijaksanaan itu menjadi sentuhan dan terang yang
membangkitkan gairah para pasien untuk berusaha sedapat mungkin menumbuhkan
kesehatannya.

Dalam filsafat kita membahas tentang hakikat realita atau dasar dari segala yang ada, baik
berbentuk jasmani atau konkret maupun rohani atau abstrak. Artinya setiap disiplin keilmuan
termasuk pengetahuan ilmiah memiliki obyek forma dan obyek material yang menjadi wujud
dan fokus penelaahnya, yang seharusnya berbeda dari obyek forma dan obyek material
disiplin keilmuan lainnya.

Ontologi; menguak tentang objek apa yang di telaah ilmu? Bagaimana wujud yang hakiki
dari objek tersebut? Bagaimana hubungan antara objek tadi dengan daya tangkap manusia
(sepert berpikir, merasa dan mengindera) yang membuahkan pengetahuan.

Jadi, ontologi keperawatan yaitu ilmu di mana kita mempelajari sesuatu sesuai dengan yang
ada, berdasarkan bukti yang konkret. Yang berdasarkan ilmu keperawatan itu sendiri. Byek
forma adalah cara pandang terhadap sesuatu, misalnya bahwa perawat memandang masalah
kliennya berfokus pada tidak atau kurang adekuatnya pemenuhan kebutuhan-kebutuhan yang
terkait dengan kesehatan potensial ataupun kesehatan aktual.
Obyek material adalah substansi dari obyek forma, misalnya obyek formanya adalah klien
dengan masalah gangguan pernapasan, maka obyek materialnya adalah saluran pernapasan,
oksigen, karbondioksida dan sebagainya. Dengan mempelajari ontologi ini, seorang perawat
seharusnya memandang usaha-usaha keperawatan sebagai cara untuk membaktikan diri
secara utuh atau sebagai cara untuk berada. Maksudnya, dengan memahami ontologi dalam
filsafat, seorang perawat hendaknya melihat segala usaha dalam keperawatan sebagai
panggilan untuk melayani dan memberikan diri secara total bagi kesembuhan para pasien.

Epistemologi keilmuan keperawatan secara rinci dapat dilihat dari aspek-aspek sifat, proses
dan fungsi pengetahuan keperawatan ilmiah yang telah diperoleh dan tersusun secara rasional,
logis, dan sistematis. Pengetahuan keilmuan bidang keperawatan yang diperoleh dan disusun
sedemikian rupa memiliki fungsi yang jelas bagi dunia keilmuwan untuk mendeskripsikan,
menjelaskan, memprediksikan, serta mengontrol gejala atau fenomena bio-psiko-sosial-
kultural-spiritual manusia sebagai individu, keluarga dan kelompok dalam kaitan dengan
tujuan kesehatan dan kesejahteraan yang optimal bagi mereka.

Epistemologi dalam keperawatan digunakan untuk mencari kejelasan yang lebih baik,
menentukan Tindakan yang paling efektif dan efisien untuk diberikan kepada klien. Sehingga
dibutuhkan cara berpikir yang rasional. Menurut Ricetto dan Tregoe (2001) pada buku
berjudul Analytical Processes for School Leaders, berpikir secara rasional adalah kemampuan
untuk mempertimbangkan aspek dan menganalisis relevansi informasi yang berhubungan
dengan suatu kejadian, baik yang berupa fakta, opini, maupun data.

Aksiologi keilmuan menyangkut nilai-nilai yang berkaitan dengan pengetahuan ilmiah: baik
internal, eksternal, maupun sosial. Baik nilai-nilai yang berkaitan dengan wujud maupun
kegiatan ilmiah dalam memperoleh pengetahuannya. Hal ini sangat tergantung dari manusia
yang menggunakannya. Dalam hal ini keperawatan selalu berupaya untuk menggembangkan
diri kearah professional .Wujud penggembangan ilmu keperawatan mencakup dua hal penting,
yakni bidang pendidikan dan latihan serta bidang praktik keperwatan.

Penggembangan ilmu keperawatan dalam bidang pendidikan diwujudkan melalui pendidikan


berkelanjutan serta pendidikan dan latihan khusus di bidang praktik keperawatan.
Pengembangan ilmu keperawatan bidang pendidikan dilakukan melalui upaya peningkatan
kualitas layana keperawatan yang dilandasi keilmuan serta sikap professional yang dilandasi
oleh kaidah etik proesi dan standar praktik keperawatan yang berlaku. Ini karena keperawatan
tidak hanya sekedar ilmu tapi juga praktik.

Contohnya : Seorang perawat yang harus mengerti tugasnya sebagai seorang yang berprofesi
sebagai perawat . Serta seorang perawat harus memiliki nilai- nilai dan moral terhadap semua
pasien yang di rawatnya.

Lentera Filsafat di Tangan Perawat

Filsafat itu sangat penting dalam keperawatan. Dikatakan penting, sebab dengan berfilsafat
orang akan mempunyai pedoman untuk berpikir, bersikap, dan bertindak secara sadar dalam
menghadapi berbagai gejala – peristiwa yang timbul dalam alam dan masyarakat. Maksud
dari kutipan ini adalah agar kita mempunyai kesadaran, yang membuat kita tidak mudah
digoyahkan dan diombang-ambingkan oleh timbulnya gejala-gejala, peristiwa, dan masalah
yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.

Namun sayangnya, kebanyakan kita tidak menggunakan sarana yang teramat penting ini
sebagaimana mestinya. Bahkan pada kenyataannya sebagian kita hampir tidak pernah
berpikir. Padahal filsafat mampu mendorong saya dan semua perawat untuk merefleksikan
kejadian dan peristiwa hidup secara kritis dan sistematis, dengan mencari akar penyebabnya
dan semua yang nampak (yang mempunyai bentuk) harus dicari isinya atau dasarnya.

Artinya semua masalah harus bisa dipecahkan (atau diberi jawabannya). Jika saat ini belum
bisa dipecahkan (diberi jawabannya), maka harus dicari terus-menerus pemecahannya
(jawabannya). Dengan cara demikian, sebagai perawat, kemampuan dan kompetensi kita
terus diperbaharui dan ditingkatkan.

Pada situasi sekarang ini, dengan mempelajari filsafat, didapatkan pengetahuan yang murni
atau kemajuan pengetahuan di bidang pelayanan keperawatan untuk dapat diaplikasikan demi
kesembuhan pasien dengan didasarkan pada premis-premis pendukung. Namun, faktanya kita
kurang mencari tahu, kurang membaca, kurang membuka diri untuk menerima ilmu yang
baru. Di lapangan kita masih menganggap bahwa pelayanan keperawatan sekedar rutinitas.

Terkadang kita lebih fokus pada hal-hal yang bersifat kolaboratif, dengan mengesampingkan
hal-hal yang bersifat mandiri, kurang memberikan asuhan keperawatan secara holistik yang
meliputi dimensi fisiologis, psikologis, sosiokultural, dan spiritual.

Ilmu Keperawatan yang merupakan sebuah disiplin ilmu yang mempunyai body of
knowledge yang spesifik hingga akan selalu mengalami perkembangan. Diperlukan
pemahaman yang baik pada teori keperawatan untuk dapat membedakan keperawatan dari
disiplin lain, di mana berbagai teori ini memiliki tujuan untuk menggambarkan, menjelaskan,
memprediksi, dan mengendalikan hasil yang diinginkan dari praktik asuhan keperawatan.
Praktek keperawatan ditentukan dalam standar organisasi profesi dan sistem pengaturan serta
pengendaliannya melalui perundang-undangan keperawatan (Nursing Act), di manapun
perawat bekerja (PPNI, 2000).

Melihat dari kenyataanya dalam praktik keperawatan, maka ilmu filsafat sangatlah penting
dan perlu dikuasai oleh seorang perawat. Karena sangat tidak menutup kemungkinan seorang
perawat dalam menjalankan tugasnya menghadapi persoalan-persoalan sebagai dilema yang
sangat sulit dipecahkan. Oleh karena itu perawat haruslah mampu menguasai ilmu filsafat itu
sendiri untuk menunjang dalam kecepatan dan ketepatan berfikir dan bertindak.

Dengan mempelajari filsafat, para perawat sedapat mungkin berusaha mencari tahu dan
menggali akar penyebab buruknya kesehatan para pasien. Selain itu yang paling penting
adalah para perawat mempraktekkan amanat filsfat yaitu untuk mencintai kebijaksanaan yang
nampak dalam tindakan yang oenuh cinta terhadap pasien. Cinta yang ditampilkan para
perawat menjadi lentera yang menerangi penderitaan dan kekalutan para pasien yang sedang
sakit. Cinta itu adalah cahaya lentera yang tidak pernah padam untuk memberikan diri secara
total bagi pelayanan di tempat pengabdian. Cinta itu menjadi dasar dan cahaya harapan bagi
para pasien yang sedang sakit.
Daftar Referensi

I Gusti Bagus Rai Utama, MA. 2013. Filsafat Ilmu dan Logika. Bandung: Universital Dyana
Pura

Prawironrgoro, Darsono. 2011. Filsafat Ilmu. Jakarta: Nusantara Consulting

Rasheed, Ashiyath. 1999. History And Philosophy Of Nursing. Maladewa: Fakultas Ilmu
Kesehatan.

Wahana, Paulus. 2016. Filsafat Ilmu Pengetahuan. Yogyakarta: Pustaka Diamon

Anuncyata Serhe kesehatan


SOAL 4 ELABORASI, EXPLORASI DALAM TUGAS INDIVIDU KERTAS KERJA
MINIMAL 3 REFERNSI:

Pengertian Eksplorasi Elaborasi dan Konfirmasi Pada Kurikulum 2013


A. Definisi eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi
Dalam kamus bahasan Indonesia eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi memiliki
pengertian
a. eksplorasi adalah kegiatan untuk memperoleh pengalaman baru dari situasi yang
baru
b. elaborasi adalah pengarapan secara tekun dan cermat
c. Konfirmasi adalah pembenaran, penegasan, pengesahan

B. Pengaplikasian dalam RPP


1. Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru melibatkan peserta didik dalam mencari
dan menghimpun informasi, menggunakan, menggunakan media untuk
memperkaya pengalaman mengelolah informasi, memfasilitasi peserta didik
berinteraksi sehingga peserta didik aktif, mendorong peserta didik mengamati
gejala, menangkap tanda-tanda yang membedakan dengan gejala pada peristiwa
lain, mengamati objek dilapangan dan laboratorium.
Kegiatan guru dan peserta didik dalam siklus eksplorasi adalah:
a. Peserta didik
- Membentuk kelompok kecil dan bersama teman kelompoknya
menelusuri informasi yang mereka butuhkan dan merumuskan masalah
- Mengali informasi melalui membaca, berdiskusi atau melakukan
percobaan (eksperimen)
- Mengumpulkan dan mengolah data
b. Guru
- Menggunakan berbagai macam pendekatan atau media pembelajaran
- Memfasilitasi terjadinya interaksi antara peserta didik dengan guru,
peserta didik dengan peserta didik lainnya maupun peserta didik dengan
sumber belajar
- Melibatkan peserta didik secara aktif

2. Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru mendorong peserta didik untuk menulis
hasil yang diperoleh melalui kegiatan eksplorasi, mendiskusikan, mendengar
pendapat untuk lebih mendalami sesuatu. Menganilisi kekuatan atau kelemahan
argument, mendalami pengetahuan tentang sesuatu, membangun kesepakatan
melalui kegiatan kooperatif dan kolaborasi, menguji prediksi atau hipotesis,
menyusun laporan atau tulisan, menyajikan hasil belajar.
Kegiatan guru dan peserta didik dalam siklus elaborasi:
1. Peserta didik
- Melaporkan hasil yang diperoleh melalui kegiatan eksplorasi secara
lisan maupun tertulis baik secara individu maupu kelompok
- Menanggapi laporan atau pendapat teman.
- Menyampaikan argument secara santun
- Mendiskusikan dan mengadakan Tanya jawab
2. Guru
- Memfasilitasi peserta didik untuk berpikir kritis, menganalisis,
memecahkan masalah, bertindak tanpa rasa takut
- Memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi untuk
memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tulisan.
- Memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja baik secara
individu maupun kelompok.

3. Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru memberikan umpan balik terhadap apa
yang dihasilkan atau dikerjakan oleh peserta didik melalui pengalaman belajar.
Memberi apresiasi terhadap kelemahan atau kekuatan dengan menggunakan teori
yang dikuasai oleh guru, menambaha informasi yang seharusnya dikuasai oleh
peserta didik, mendorong peserta didik untuk menggunakan pengetahuan lebih
lanjut dari sumber yang dipercaya untuk lebih menguatkan penguasaan kompetensi
belajar agar lebih bermakna, setelah memperoleh keyakinan, maka peserta didik
mengerjakan tugas-tugas untuk menghasilkan produk belajar yang kongkrit dan
kontekstual. Guru membantu peserta didik menyelesaikan masalah dan
menerapkan ilmu dalam aktivitas yang nyata dalam kehidupan sehari-hari.
Kegiatan guru dan peserta didik dalam siklus konfirmasi
1. Peserta didik
- Melakukan refleksi terhadap pengalaman belajar
- Mengkonfirmasi terhadap unsur-unsur yang dapat meningkatkan kejelasan
atau kebenaran suatu informasi
- Mengadakan Tanya jawab dengan guru untuk menghilangkan keraguan
tentan suatu konsep
2. Guru
- Memberikan umpan balik positif kepada peserta didik dan penguatan
dalam bentuk lisan maupun tertulis
- Berperan sebagai narasumber dan fasilitator dalam menjelaskan
pertanyaan yang diajukan oleh peserta didik
- Memberikan acuan agar peserta didik melakukan pengecekan hasil
eksplorasi

Pemahamanan Selengkapnya

Paradigma behaviorisme dan kognitivisme


Behaviorisme adalah teori yang berlandaskan pada prinsip stimulus-respon.
Menurut teori ini seluruh perilaku manusia muncul karena rangsangan
eksternal. Tokoh yang berkontribusi pada teori ini di antaranya adalah Ivan
Pavlov. Dengan menggunakan teori itu sebagai dasar pengelolaan kegiatan
pembelajaran, peran utama pendidik sebagai faktor eksternal harus
memberikan rangsangan kepada siswa agar siswa mampu merespon
dengan baik serta meningkatkan perhatian atas apa yang harus
dipelajarinya. Guru juga berperan agar respon yang siswa berikan
diarahkan pada prilaku yang guru harapkan.
Tidak semua pakar sependapat dengan teori itu. Alasannya, respon dalam
teori behaviorisme hanya berlaku pada hewan. Secara faktual kekuatan
pada diri manusia tidak sesederhana itu. Manusia sebagai makhluk yang
berakal dapat menunjukkan tingkat aktivitas yang jauh lebih sempurna.
Manusia dapat mengembangkan aktivitas pikirannya jauh lebih kompleks.
Manusia tidak hanya dapat merespon, namun dapat mengembangkan
potensi pikirannya tanpa ada stimulus dari luar dirinya sekalipun. Manusia
menunjukan kelebihannya sebagai konsekuensi dari proses berpikir atas
akal yang dimilikinya.
Sekali pun prilaku siswa menunjukan kompleksitasnya, namun perubahan
perilaku siswa dapat diamati terutama dari hasil belajarnya. Pandangan
seperti ini muncul dari pihak yang pro kognitivisme. Penganut
kognitivisme mengibaratkan pikiran manusia seperti komputer; mendapat
input informasi, memproses informasi, dan menghasilkan outcomes
tertentu. Alur sistem ini selanjutnya dijadikan landasan dalam
meningkatkan mutu belajar.
Para ahli dari kelompok kognitif pada dasarnya berargumen bahwa “kotak
gelap” otak manusia itu harus dibuka dan dipahami. Para pembelajar
dipandang sebagai prosesor informasi dalam komputer. Oleh karena itu
terdapat beberapa kata kunci dalam usaha memahami kecakapan berpikir
seperti : skema, pengolahan informasi, manipulasi simbol, pemetaan
informasi, penafsiran informasi, dan mental model.
Studi kognitivisme berfokus pada kegiatan batin atau mental, membuka
kotak gelap pikiran manusia agar dapat memahami bagaimana orang
belajar. Proses mental seperti berpikir, mengingat, mengetahui, memahami,
memecahkan masalah perlu dicermati dengan teliti. Pengetahuan dapat
dipahami sebagai skema atau konstruksi simbol-simbol mental. Belajar
dipandang sebagai proses perubahan pada pikiran siswa.
Elaborasi
Kognitivisme memiliki beberapa cabang ilmu, di antaranya teori asimilasi,
atribusi, pertunjukkan komponen, elaborasi, mental model, dan
pengembangan kognitif. Teori elaborasi adalah teori mengenai desain
pembelajaran dengan dasar argumen bahwa pelajaran harus
diorganisasikan dari materi yang sederhana menuju pada harapan yang
kompleks dengan mengembangkan pemahaman pada konteks yang lebih
bermakna sehingga berkembang menjadi ide-ide yang
terintegrasi. Pengertian ini dirumuskan Charles Reigeluth dari Indiana
University dan koleganya pada tahun 1970-an. Konsep ini memiliki tiga
kata kunci yang fokus pada urutan elaborasi konsep,elaborasi teori,
dan penyederhanaan kondisi.
Pembelajaran dimulai dari konsep sederhana dan pekerjaan yang mudah.
Bagaimana mengajarkan secara menyeluruh dan mendalam, serta
menerapkan prinsip agar menjadi lebih detil. Prinsipnya harus
menggunakan topik dengan pendekatan spiral. Sejumlah konsep dan
tahapan belajar harus dibagi dalam “episode belajar”. Selanjutnya siswa
memilih konsep, prinsip, atau versi pekerjaan yang dielaborasi atau
dipelajari.
Pendekatan elaborasi berkembang sejalan dengan tumbuhnya perubahan
paradigma pembelajaran yang berpusat pada guru menjadi berpusat pada
siswa sebagai kebutuhan baru dalam menerapkan langkah-langkah
pembelajaran. Dari pikiran Reigeluth lahirlah desain yang bertujuan
membantu penyeleksian dan pengurutan materi yang dapat meningkatkan
pecapaian tujuan. Para pendukung teori ini juga menekankan pentingnya
fungsi-fungsi motivator, analogi, ringkasan, dan sintesis yang membantu
meningkatkan efektivitas belajar. Teori ini pun memberikan perhatian pada
aspek kognitif yang kompleks dan pembelajaran psikomotor. Ide dasarnya
adalah siswa perlu mengembangkan makna kontekstual dalam urutan
pengetahuan dan keterampilan yang berasimilasi.
Menurut Reigeluth (1999), teori elaborasi mengandung beberapa nilai
lebih, seperti di bawah ini.
 Terdapat urutan instruksi yang mencakup keseluruhan sehingga
memungkinkan untuk meningkatkan motivasi dan kebermaknaan.
 Memberi kemungkinan kepada pelajar untuk mengarungi berbagai hal
dan memutuskan urutan proses belajar sesuai dengan keinginannya.
 Memfasilitasi pelajar dalam mengembangkan proses pembelajaran
dengan cepat.
 Mengintegrasikan berbagai variabel pendekatan sesuai dengan desain
teori.
Teori elaborasi mengajukan tujuh komponen strategi yang utama, (1)
urutan elaborasi (2) urutan prasyarat belajar (3) ringkasan (4) sintesis (5)
analogi (6) strategi kognitif, dan (7) kontrol terhadap siswa. Komponen
terpenting yang melandasi semua itu adalah perhatian.
Semua stratregi itu harus berlandaskan pada materi dalam bentuk konsep,
prosedur, dan prinsip. Hal itu terkait erat dengan proses elaborasi yang
berkelanjutan, melibatkan siswa dalam pengembangan ide atau
keterampilan dalam aplikasi praktis. Strategi ini memungkinkan siswa
untuk menambahkan sendiri ide dalam menguatkan pengetahuannya.
Contoh yang tepat untuk ini adalah peserta didik yang memiliki daftar
contoh konsep atau sifat yang dapat bermanfaat.
Eksplorasi
Eksplorasi adalah upaya awal membangun pengetahuan melalui
peningkatan pemahaman atas suatu fenomena (American Dictionary).
Strategi yang digunakan memperluas dan memperdalam pengetahuan
dengan menerapkan strategi belajar aktif.
Pendekatan pembelajaran yang berkembang saat ini secara empirik telah
melahirkan disiplin baru pada proses belajar. Tidak hanya berfokus pada
apa yang dapat siswa temukan, namun sampai pada bagaimana cara
mengeksplorasi ilmu pengetahuan. Istilah yang populer untuk
menggambarkan kegiatan ini ialah “explorative learning”. Konsep ini
mengingatkan kita pada pernyataan Lao Tsu, seorang filosof China yang
menyatakan “I hear and I forget. I see and I remember. I do and I
understand.”
Jaringan komputer pada saat ini telah dikembangkan menjadi media yang
efektif sebagai penunjang efektifitas pelaksanaan pembelajaran eksploratif.
Salah satu model yang dikembangkan oleh Heimo adalah Architecture of
Integrated Information System sebagai model terintegrasi yang
menggambarkan kompleksnya proses pembelajaran yang efektif dan
interaktif.
Pendekatan belajar yang eksploratif tidak hanya berfokus pada bagaimana
mentransfer ilmu pengetahuan, pemahaman, dan interpretasi, namun harus
diimbangi dengan peningkatan mutu materi ajar. Informasi tidak hanya
disusun oleh guru. Perlu ada keterlibatan siswa untuk memperluas,
memperdalam, atau menyusun informasi atas inisiatifnya. Dalam hal ini
siswa menyusun dan memvalidasi informasi sebagai input bagi kegiatan
belajar (Heimo H. Adelsberger, 2000).
Peta Konsep yang dikembangkan oleh Laurillard (2002) dalam tulisan
Heimo menunjukan kompleksitas kegiatan eksplorasi dalam proses
pembelajaran yang mengharuskan adanya proses dialog yang (1)
interaktif (2) adaptif, interaktif dan reflektif (3) menggambarkan tingkat-
tingkat penguasaan pokok bahasan (4) menggambarkan level kegiatan
yang berkaitan dengan meningkatkan keterampilan menyelesaikan tugas
Pendekatan eksploratif berkembang sebagai pendekatan pembelajaran
dalam bidang lingkungan atau sains. Sylvia Luretta dari Fakultas
Pendidikan Queensland misalnya, mengintegrasikan pendekatan ini
dengan lima faktor yang menyebabkan kegiatan pembelajaran menjadi
lebih bermakna, yaitu belajar aktif, belajar konstruktif, belajar intens,
belajar otentik, dan kolaboratif yang menegaskan pernyataan bahwa
pembelajaran eksploratif lebih menekankan pada pengalaman belajar
daripada pada materi pelajaran.
Dari pengalaman menggunakan model kooperatif dan kolaboratif dalam
praktek pembelajaran pengelolaan kelas ternyata mampu meningkatkan
kinerja belajar siswa dalam melakukan langkah-langkah eksploratif.
Model pembelajaran ini dapat dikembangkan melalui bentuk pertanyaan.
Seperti yang dikatakan oleh Socrates bahwa pertanyaan yang baik dapat
meningkatkan motivasi siswa untuk mengeksplorasi ilmu pengetahuan
lebih mendalam.
Eksplorasi merupakan proses kerja dalam memfasilitasi proses belajar
siswa dari tidak tahu menjadi tahu. Siswa menghubungkan pikiran yang
terdahulu dengan pengalaman belajarnya. Mereka menggambarkan
pemahaman yang mendalam untuk memberikan respon yang mendalam
juga. Bagaimana membedakan peran masing-masing dalam kegiatan
belajar bersama. Mereka melakukan pembagian tugas seperti dalam tugas
merekam, mencari informasi melalui internet serta memberikan respon
kreatif dalam berdialog.
Di samping itu siswa menindaklanjuti penelusuran informasi dengan
membandingkan hasil telaah. Secara kolektif, mereka juga dapat
mengembangkan hasil penelusuran informasi dalam bentuk grafik, tabel,
diagram serta mempresentasikan gagasan yang dimiliki.
Pelaksanaan kegiatan eksplorasi dapat dilakukan melalui kerja sama dalam
kelompok kecil. Bersama teman sekelompoknya siswa menelusuri
informasi yang mereka butuhkan, merumuskan masalah dalam kehidupan
nyata, berpikir kritis untuk menerapkan ilmu yang dimiliki dalam
kehidupan yang nyata dan bermakna.
Melalui kegiatan eksplorasi siswa dapat mengembangkan pengalaman
belajar, meningkatkan penguasaan ilmu pengetahuan serta menerapkannya
untuk menjawab fenomena yang ada. Siswa juga dapat mengeksploitasi
informasi untuk memperoleh manfaat tertentu sebagai produk belajar.
Konfirmasi
Kebenaran ilmu pengetahuan itu relatif. Sesuatu yang saat ini dianggap
benar bisa berubah jika kemudian ditemukan fakta baru yang bertentangan
dengan konsep tersebut. Oleh karena itu, sikap keilmuan selalu terbuka
dalam memperbaiki pengetahuan sebelumnya berdasarkan penemuan
terbaru. Sikap berpikir kritis dan terbuka seperti itu telah membangun
sikap berpikir yang apriori, yaitu tidak meyakini sepenuhnya yang benar
saat ini mutlak benar atau yang salah mutlak salah. Semua dapat berubah.
Cara berpikir seperti itu tercermin dalam istilah mental model yang
mendeskripsikan sikap berpikir seseorang dan bagaimana pikirannya
berproses dalam kehidupan nyata. Hal tersebut merepresentasikan proses
perubahan sebagai bagian dari persepsi intuitif. Mental model itu
membantu seseorang dalam mendefinisikan maupun menetapkan
pendekatan untuk memecahkan masalah (wikipedia). Dengan sikap
berpikir seperti itu siswa dapat mengembangkan, mengembangkan ulang,
dan menggugurkan pengetahuannya jika telah menemukan kebenaran yang
lain.
Mental model itu juga dapat melahirkan keraguan terhadap informasi yang
diperolehnya. Untuk meningkatkan keyakinan akan kebenaran maka siswa
dapat difasilitasi dalam mengembangkan model struktur sseperti pada
eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi atau klarifikasi.
Model meliputi enggage, explore, explain, extend, dan berpusat pada
pengembangan kemampuan mengevaluasi sebagaimana yang
dikembangkan Anthony W. Lorsbach dari Universitas Illinois

Dalam prakteknya guru meningkatkan kemampuan ini melalui


pengembangan materi. Baik mengenai hal apa yang ingin diketahui siswa
lebih jauh, seperti apa tingkat pemahaman dan penguasaan yang ingin
dikembangkan dan keraguan apa yang melekat dalam pemahaman tersebut.
Sikap keraguan itu perlu dijawab dengan mengkonfirmasikan terhadap
unsur-unsur yang dapat meningkatkan kejelasan atas kebenaran suatu
informasi. Siswa melakukan uji kesahihan apakah informasi yang
dijadikan landasan kesimpulan itu benar-benar kuat.
Penguatan itu sendiri diperoleh melalui kegiatan eksplorasi melalui
perluasan pengalaman, elaborasi melalui sharing dan observation, proses
dan genaralisasi dan akhirnya siswa menerapkan pembelajaran yang
berstandar dengan merujuk pada paradigma kognitifisme.
Model Rencana Pembelajaran
Di bawah ini sebuah model Rencana Pembelajaran yang
menerapkan pendekatan eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi atau
klarifikasi pada mata pelajaran bahasa Indonesia dengan mengadaptasi
model rencana pembelajaran di bawah ini :
Support and Elaboration in Writing
By – Rebecca Columbo
Primary Subject – Language Arts
Grade Level – 6-10
http://info.waldenu.edu/
Objective:
The students will write paragraphs containing well-developed supports
that clearly illustrate a character trait.
Materials:
 index cards
 visual reference — overhead projector, dry erase board or handout
reference sheet
 four stacks of laminated cards — 20 of each variety:
 character traits,
 silly character cards,
 problem cards, and
 setting cards; and
 sample paragraphs from students’ previous writings.
Preparation:
Laminated cards:
 The character trait cards should display the character trait to be
discussed as well as a simple definition of the trait.
 The character cards should each have a picture of a fictitious
character: i.e., superman, Scooby-doo, etc.
 The problem cards should have a picture of something that could be
the source of an external conflict: i.e., quicksand, Tyrannosaurus rex,
etc.
 The setting cards should each depict a fun, exciting, or imaginative
location.
Procedure:
 Read two to three samples of student writing that clearly show
inadequate elaboration. Brainstorm with the students the details that
could have made the supports more complete.
 List the words: “who,” “what,” “when,” “where,” “why,” and “how”
on the board or projector as a visual reference. Instruct the students to
use these words as a checklist to be sure that they have provided the
necessary information to their readers.
 Pick one card from each pile of cards. Create a silly story to model for
the students; show your selected character trait in the chosen setting
and in the given situation.
 Divide the students into groups of two or three. Have each group
choose a card from each pile. As a group, they should write a detailed
paragraph on an index card that illustrates their character trait.
 When the students are finished, collect the cards and read each as a
story to the class. Have the class look for weaknesses such as missing
information and inadequate support for the trait given.
 Continue this process until the students are able to write well-
developed supports for a given trait.
Suggestion for Assessment:
 Have the students return to their own desk.
 Write the following words across the board. Under each word, write
five options.”Character
Trait,” “Character,” “Problem,” “Setting”
 Instruct the students to work individually to write a well-developed
paragraph on their index card that clearly supports their character
trait. They can choose traits, characters, problems, and settings from
those chosen on the board.

Di bawah ini model RPP hasil adaptasi dari model di atas :


Tujuan
Siswa menuliskan sebuah paragraf yang secara jelas menggambarkan
suatu karakter.
Bahan :
 Kartu indeks
 Referensi visual, LCD, atau papan tulis atau handout
 4 jenis kartu dengan masing-masing 20 kartu per jenis
1. Kartu sifat manusia
2. Kartu karakter seseorang
3. Kartu masalah
4. Kartu latar seperti tempat, waktu, zaman
 Contoh paragraf yang pernah ditulis oleh siswa
Persiapan
Kartu
 Kartu indeks (daftar kata)
 Kartu sifat manusia yang menampilkan sifat yang akan didiskusikan
dan mencantumkan definisi sederhana dari sifat tersebut
 Pada kartu karakter harus mencantumkan satu gambar tokoh fiksi
seperti superman atau scooby-doo, doraemon dll.
 Kartu masalah harus mencantumkan suatu gambar yang bisa menjadi
sumber konflik eksternal seperti Giant pada Doraemon, Joker pada
Batman, Tom pada Jerry.
 Kartu latar/setting harus dapat menggambarkan suatu lokasi, waktu,
kondisi,atau suasana yang menyenangkan, menggembirakan,
menyedihkan, serta dapat dibayangkan.
Prosedur
 Baca dua hingga tiga contoh paragraf yang siswa hasilkan sebelumnya,
jabarkan kandungannya dan elaborasi secara memadai sehingga siswa
memahami kekuatan dan kelemahannya.
 Lakukan dialog dengan siswa mengenai detil-detil mana saja yang bisa
membuat paragraf menjadi lebih lengkap dan baik.
 Mintalah siswa untuk mengeksplorasi paragraf dari sumber lain
sebagai pembanding.
 Buatlah daftar kata tanya : “siapa”, “apa”, “kapan”, “dimana”,
“mengapa” dan “bagaimana” pada papan tulis atau pada layar monitor
sebagai referensi visual.
 Perintahkan siswa untuk menggunakan kata-kata tersebut sebagai
sebagai penanda analisis paragraf, mereka harus menjamin bahwa
kandungan paragraf tersebut memberikan informasi yang cukup untuk
para pembaca
 Bagilah siswa menjadi 3 sampai 4 kelompok. Setiap kelompok
mengambil setiap jenis kartu yang telah tersedia. Sebagai kelompok,
mereka harus merancang, menuliskan, dan menyempurnakan paragraf
secara detil pada suatu kartu indeks yang menggambarkan suatu sifat
serta sifat yang bertentangan sebagai sumber konflik.
 Saat siswa telah menyelesaikan tulisannya, kumpulkan kartu dan
bacakan setiap tulisannya sebagai suatu cerita di depan kelas. Minta
siswa untuk melihat mengelaborasi kelemahan seperti informasi yang
kurang atau hilang, dukungan yang kurang memadai terhadap sifat
yang mereka ingin gambarkan, konflik yang kurang kuat, serta seting
yang kurang jelas.
 Lakukan hal ini terus hingga siswa mampu untuk menulis suatu sifat
dengan dukungan yang baik dengan dukungan konflik atau masalah
dan seting yang menarik.
Saran untuk penilaian
 Minta siswa untuk kembali ke bangkunya semula
 Tuliskan kata-kata berikut di papan tulis. Di bawah setiap kata, tulis
lima pilihan
 “ sifat”, “karakter”, “masalah”, “setting”
 Perintahkan siswa untuk bekerja secara individual untuk menulis
paragraf yang baik pada kartu indeks yang secara jelas mendukung
sifat yang ingin mereka gambarkan. Mereka dapat memilih sifat,
karakter, masalah dan seting dari setiap kata pada papan tulis.
Referensi:
HeimoH.Adelsberger,2000. http://www.informs sim.org/wsc00papers/232.
PDF
http://www.learning-theories.com
http://www.umsl.edu/technology/frc/DEID/destination5methods
http://eprints.qut.edu.au/2146/2/2146.pdf
http://www.kit.edu/fzk/idcplg?IdcService=KIT&node=4211&document=I
D_066979〈=n
http://www-hagen.informatik.uni-kl.de/~kerren/pubs/kerren-iticse04.pdf
http://www.coe.ilstu.edu/scienceed/lorsbach/257lrcy.htm
http://www.interconnections.co.uk/Market/PCFG/learning.htm
Sylvia Lauretta Edwards, 2000. Jason Watson, Supporting Explorative
Learning By Providing Collaborative Onlie Problem Solving (COPS),
Faculty of Information Technology, Robyn Nash Faculty of Health Ann
Farrell Faculty of Education Queensland University of Technology,
AUSTRALIA
Rebecca Columbo, Support and Elaboration in Writing, Primary Subject –
Language Arts Grade Level – 6-10, http://info.waldenu.edu/
Rigeluth (http://tip.psychology.org/reigelut.html), 9 April 2009
MANFAAT PEMBELAJARAN EKSPLORASI, ELABORASI, DAN
KONFIRMASI PADA TANGGUNG JAWAB GURU
Siti Mayang Sari1, Yamnur Mahlia2, Erika3, Winning Amintas Kartika Waruwu Sari4,
Jalaluddin5
1
Universitas Bina Bangsa Getsempena Banda Aceh, 2BPSDM Provinsi Sumut 3Universitas
Haji Sumatera Utara, 4AKPER Kesdam I/BB Medan, 5Universitas Serambi Mekkah,
Indonesia
Email: Sitimayang30@gmail.com
Setiap guru memiliki tanggung jawab untuk melakukanAbstrak kegiatan mengeksplorasi,
mengelaborasi, dan mengkonfirmasi saat mengadakan proses belajar mengajar dengan
menggunakan gadget
sebagai perangkat tambahan pembelajaran yang dilakukan pada proses belajar. Namun
terkadang sebagian guru kurang bertanggung-learningjawab dalam pembelajarannya dengan
menggunakan kurikulum yang berlaku. Tanpa disadari seorang guru saat mengajar harus
dapat mengaplikasikan ketiga komponen kegiatan belajar tersebut. Pentingnya pelatihan serta
sosialisasi tentang kegiatan pembelajaran yang menggunakan tiga komponen kegiatan
tersebut. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif yaitu mengkaji
literatur jurnal terdahulu dengan mendeskripsikan hasil penelitian yang berkaitan dengan
penulisan ini. Tujuan penulisan ini untuk mendapatkan hasil yang maksimal menurut
penelitian terdahulu tentang bagaimana tanggung jawab guru dalam proses pembelajaran
dengan menggunakan tiga komponen diatas. Sehingga akan mendapatkan sebuah kesimpulan
yang signifikan terhadap kegiatan eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi dapat dilakukan
dengan bimbingan serta tanggung jawab dari guru melalui bimbingan dan pelatihan guru.
Kata Kunci: Eksplorasi; Elaborasi; Konfirmasi; Tanggung Jawab.
Abstract
Each teacher has the responsibility to carry out activities to explore, elaborate, and confirm
when holding the teaching and learning process by using gadgets as an additional device for
e-learning learning carried out in the learning process. But sometimes some teachers are less
responsible in their learning by using the applicable curriculum. Without realizing it, a
teacher when teaching must be able to apply the three components of learning activities. The
importance of training and

Diserahkan: 01 Januari 2022 Disetujui: 04 Januari 2022. Dipublikasikan: 04 Januari


2022

89
Kutipan: ‘’
socialization of learning activities that use the three components of these activities. This
study uses descriptive qualitative research methods, namely reviewing the literature of
previous journals by describing the results of research related to this writing. The purpose of
this paper is to get maximum results according to previous research on how the teacher's
responsibility in the learning process by using the three components above. So that it will get
a significant conclusion that exploration, elaboration and confirmation activities can be
carried out with the guidance and responsibility of the teacher through teacher guidance and
training.Keywords: Exploration, Elaboration, Confirmation, Responsibility.

Keywords: Exploration; Elaboration; Confirmatio; Responsibility.


I.PENDAHULUAN

Pandemi Covid-19 telah hadir di berbagai negara belahan dunia sehingga dampak
tersebut mengakibatkan lumpuhnya kegiatan proses belajar dan mengajar menjadi
aktivitas yang mengharukan tak terkecuali negara Indonesia. Berbagai problema bidang
ekonomi, industri, wisata, serta paling memprihatinkan adalah bidang pendidikan dan
berdampak pada bidang kulturisasi dan kegiatan lainnya. Salah satunya dampak Covid-
19 adalah di bidang pendidikan di Indonesia, (Mayang et al. 2018). Dengan keadaan ini
onli
Indonesia menerapkan sistem pembelajaran daring (dalam jaringan) atau ,
classroom
(Puspitorini 2020). Sistem pembelajaran atau daring (dalam jaringan) menjadi
menggunakan
solusi dalam dunia pendidikan saat ini dengan memanfaatkan aplikasi dan
al
sebagainya. Siswa lebih banyak at komunikasi tersebut dalam
belajarnya. classroom
Ada banyak aplikasi yang turut membantu jalannya proses belajar mengajar saat
situasi pandemi sekarang ini, salah satunya dan orangtua memiliki peran
penting dalam hal tersebut selain guru sebagai pengajar sekaligus pembimbing, (Luthfi and
Ahsani 2020). Keberhasilan dalam suatu proses pembelajaran tergantung dari perencanaan
dan strategi yang dirumuskan untuk dilaksanakan, (Syaparuddin, Meldianus, and Elhami
2018). Proses pembelajaran akan berhasil ketika Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
dilaksanakan dengan baik sebagai acuan guru dalam pelaksanaan PMB, (Nurmiati 2019).
Dengan RPP guru dapat memanajemen kelas, mengatur waktu, materi, penilaian, tugas, dan
sebagainya, (Sari and Lubis 2019).

II. METODE PENELITIAN


Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif yang mengambil data

melalui literatur jurnal terdahulu bertujuan untuk mendeskripsikan beberapa keberhasilan

guru dalam memanfaatkan pembelajaran eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi sebagai

tanggung jawab guru di masa pandemi covid-19.


Manfaat Pembelajaran Eksplorasi, Elaborasi, dan Konfirmasi Pada Tanggung
Jawab Guru
III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Eksplorasi
Pengertian Eksplorasi menurut, (Supardan 2016) adalah pembelajaran
kontruktivisme menjadi sebuah pendekatan yang populer dan berkembang dalam praktik
pembelajaran saat ini. Hal tersebut tidak lepas dari teori-teori mendasarinya sebagai
acuan dalam perkembangan siswa belajar. Peneliti lain menjelaskan tentang ekplorasi
sebagai berikut: media sebagai alat untuk siswa agar dapat mengeksplorasikan bakat dan
minat sesuai dengan keahliannya, (Sriadhi 2015). Hasil dari penelitian (Sriadhi 2015)
menyatakan bahwa media pembelajaran yang digunakan adalah tergolong baik dari
aspek konten, kecuali soal-soal latihan yang masih digolongkan kurang relevan sebagai
assessment. Penelitian ini direkomdasikan untuk melakukan pelatihan kepada guru
dalam penggunaan media dengan layak sehingga dapat meningkatkan kualitas
pembelajaran. Penelitian yang dilakukan, (Budiastuti and Bandur 2018) menjelaskan
tentang bagaimana guru mengeksplorasi pembelajaran melalui eksperimen. Aisyah et al.
(2014) menyatakan bahwa perkembangan ekplorasi siswa merupakan proses yang
berkesinambungan di mana persoalan belajar dan ketercapaian dalam menyelesaikan
tugas mendasari proses perkembangan berikutnya.
B. Elaborasi
Kegiatan elaborasi menjadikan guru sebagai peran utama untuk mendorong siswa
meningkatkan minatnya; seperti membaca, menuliskan, mendiskusikan, mendengar
pendapat orang lain, menganalisis, berargumentasi, mendalami pengetahuan,
membangun kegiatan kooperatif dan kolaborasi, menyampaikan hipotesis,
menyimpulkan serta menyususn laporan dalam menyajikan hasil belajar, (Metode and
Trip 2013).
Dalam penelitian, (Nurarif & Kusuma et al. 2019), “Journal of Chemical
Information and Modeling”, memprediksi mode pengikatan polipeptida fleksibel ke
protein adalah tugas penting yang berada di luar domain penerapan sebagian besar
molekul kecil dan alat docking protein-protein. Di sini, kami menguji program docking
ligan fleksibel molekul kecil Glide pada satu set 19 peptida non-α-heliks dan secara
sistematis meningkatkan akurasi prediksi pose dengan meningkatkan pengambilan
sampel Glide untuk polipeptida fleksibel. Selain itu, penilaian pose ditingkatkan dengan
pasca-
Educate, Vol. 7, No. 1, Januari 2022 91
pemrosesan dengan perhitungan MM-GBSA pelarut implisit berbasis fisika.
Menggunakan RMSD terbaik di antara 10 pose penilaian teratas sebagai metrik, tingkat
keberhasilan (RMSD 2,0 untuk atom tulang punggung antarmuka) meningkat dari 21%
dengan pengaturan Glide SP default menjadi 58% dengan pengambilan sampel peptida
yang ditingkatkan dan protokol penilaian di kasus redocking ke struktur protein asli. Ini
mendekati keakuratan metode Rosetta FlexPepDock yang baru dikembangkan
(keberhasilan 63% untuk 19 peptida ini) sementara lebih dari 100 kali lebih cepat.
Cross-docking dilakukan untuk subset kasus di mana struktur reseptor tidak terikat
tersedia, dan dalam kasus itu, 40% peptida berhasil di-docking. Guru menganalisis hasil
dan menemukan bahwa protokol polipeptida yang dioptimalkan paling akurat untuk
peptida yang diperluas dengan ukuran dan jumlah muatan formal terbatas, yang
menentukan domain penerapan untuk pendekatan ini.
C. Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru memberikan umpan balik teradap hasil belajar
siswa melalui pengalaman belajar, memberikan apresiasi terhadap kekuatan dan
kelemahan hasil belajar dengan menggunakan teori yang sudah dikuasai guru. Guru
memeiliki peran menambah informasi yang harus dikuasai siswa, mendorong siswa
untuk menggunakan pengetahuan lebih dalam dari beberapa sumber yang relevan untuk
lebih menguatkan penguasaan kompetensi belajar yang lebih bermakna. (Marharjono
2020). Guru berperan penting dalam hal meyakinkan siswa untuk mengerjakan tugas-
tugasnya agar menghasilkan produk belajar yang kongkrit dan kontekstual, (Dewi 2020).
Guru membantu siswa dalam menyelesaikan masalah dan menerapkan ilmu dalam
aktivitas yang nyata dalam kehidupan sehari-hari, (Sari et al. 2021).
Abdul Rohmad et al. (2012) menyatakan, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
“Kelayakan LK Eksplorasi, Elaborasi, Konfirmasi, dan Kebencanaan sebagai Materi
Pembelajaran Mata Pelajaran Geografi SMA di Kabupaten Rembang”. Pengambilan
sampel dilakukan dengan menggunakan Purposive Sampling. Sampel penelitian ini adalah
SMA Negeri 1, 2, 3 Rembang, SMA Agama (MAN) Rembang dan 1 SMA Sumber.
Variabelnya adalah kelayakan LKPD. Teknik analisis data yang digunakan adalah
deskriptif prosentase. Penilaian kelayakan LKS yang dinilai oleh lima ahli materi dan
materi ajar menunjukkan prosentase rata-rata 81,5%, kriteria sangat tepat, sesuai dengan
penilaian materi pembelajaran BSNP. Respon lima guru di SMA yang berbeda
menunjukkan prosentase rata-rata 82,1%, dengan kriteria sangat tepat. Sedangkan respon

92 Educate, Vol. 7, No. 1, Januari 2022


Manfaat Pembelajaran Eksplorasi, Elaborasi, dan Konfirmasi Pada Tanggung
Jawab Guru

dari tiga puluh siswa menunjukkan prosentase rata-rata 82%, dengan kriteria sangat
tepat. Dapat disimpulkan bahwa LK Eksplorasi, Elaborasi, Konfirmasi, layak digunakan
sebagai bahan ajar mata pelajaran Geografi SMA Negeri di Kabupaten Rembang.

IV. SIMPULAN
Eksplorasi merupakan kegiatan dalam memperoleh pengalaman-pengalaman
baru dari situasi yang baru pula. Elaborasi sebagai proses penggarapan secara tekun
dan cermat, sedangkan konfirmasi sebagai proses pembenaran, penegasan dan
pengesahan. Tanggung jawab guru sebagai adalah memberikan
pendekatan media pembelajaran, memfasilitasi siswasteakholderdengan interaksi antara
siswa
dengan siswa, siswa dengan guru, dan siswa dengan sumber belajar dan melibatkan siswa

secara aktif. Guru bertanggungjawab dalam menfasilitasi siswa agar mampu berpikir kreatif

dan kritis dalam menganalisis dan memecahkan masalah dalam setiap kompetisi. Guru

bertanggung jawab untuk memberikan umpan balik kepada siswa, memberikan konfirmasi

melalui berbagai sumber belajar terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi. Guru sebagai

narasumber serta fasilitator, guru memberikan acuan agar siswa mampu melakukan

pengecekan hasil eksplorasi dengan memberikan motivasi kepada setiap siswa yang aktif.
V. DAFTAR PUSTAKA

Aisyah, Siti, Mukti Amini, Titi Chandrawati, dan

Dian.”PerkembanganNovita.2014.“ PerkembanganDanKonsepDasarn

KoPengembanganspDsarPengembanganAnakUsiaDiniAnak1–43Usia. Dini

Budiastuti, Dyah, dan Agustinus Bandur. 2018. Validitas Dan Reliabilitas Penelitian.

Cahyani, Inne, M. Givi Efgivia. 2021. Pengaruh Pembelajaran Jarak Jauh dan Motivasi

Belajar Peserta Didik Terhadap Hasil Belajar Seni Budaya di Kelas IX SMP Negeri 1

Ciampea Kabupaten Bogor”. Educate Jurnal Teknologi Pendidikan. Vol 6, No.1.

Educate, Vol. 7, No. 1, Januari 2022 93


Dewi, Wahyu Aji Fatma. 2020. “Dampak COVID-19 Terhadap Implementasi
Pembelajaran Daring Di Sekolah Dasar.” .

and Geografi Sma. 2012. “Pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) Berbasis
Eksplorasi, Elaborasi, dan Konfirmasi (EEK) Serta Kebencanaan Sebagai Bahan
Ajar Mata Pelajaran Geografi Sma/Ma Di Kabupaten Rembang.” Vol
Edu Geography,

Luthfi, Eva, dan Fakhru Ahsani. 2020. “Strategi Orang Tua Dalam Mengajar Dan
Mendidik Anak Dalam Pembelajaran At The Home Masa Pandemi Covid-19.”
Jurnal
Al_Athfal.
Marharjono. 2020. “Manfaat Pembelajaran Sejarah Menggunakan Google Classroom Pada

Masa Pandemi Covid-19.” Jurnal Karya Ilmiah Guru. Vol 5, No. 1, 56–63.

Metode, Keefektifan, and Field Trip. 2013. “Dalam Pembelajaranl. ”Menulis Deskripsi Pada

Siswa Kelas IV SD Negeri Bogares Kidul 02 Kabupaten Tega

Nurmiati, Siti..”2019. “E-Learning Mempermudah Pelaksanaan Proses Belajar Distance.

Learning Sainstech: Jurnal Penelitian Dan Pengkajian Sains Dan Teknologi


Puspitorini, Ferawaty. 2020. “Strategi Pembelajaran Di Perguruan Tinggi Pada Masa

Pandemi Covid-19.” Jurnal Kajian Ilmiah.

Sari, Mayang, and M. Syukri Azwar Lubis. 2019. “ Terapan Multimedia.”

3:834Meningkatkan–37. HOTS dan Hasil Belajar Siswa SD Melalui Model Inkuiri

Terbimbing

Sari, Siti Mayang, Chairul Fauzi, Winning Amintas, Kartika Waruwu, Bina Bangsa,
Getsempena Meulaboh, Sekolah Tinggi Ilmu, Hukum Muhammadiyah Takengon,
.
and Universitas Negeri Medan. 2021. “ ”
Pengaruh Metode Assesment Proses Kontrol

Manfaat
Sd, Siswa, D. I. Masa, Erika Siti, Mayang Sari, and Yamnur Nurmahlia. 2018. “.”

Sriadhi. 2015. “Analisis Karakteristik Media Pembelajaran Dan Motivasi Berdasarkan


Gaya Belajar Siswa Sekolah Menengah Kejuruan.” Vol 8, 37–47.

Supardan, Dadang. 2016. “Teori Dan Praktik Pendekatan Konstruktivisme Dalam


Educate, Vol. 7, No. 1, Januari
94 Pembelajaran.” Vol 4, No. 1, 1–12. 2022
Edunomic
Manfaat Pembelajaran Eksplorasi, Elaborasi, dan Konfirmasi Pada Tanggung
Jawab Guru
Syaparuddin, Meldianus, dan Elhami. 2018. “Strategi Pembelajaran Aktif Dalam
Meningkatkan. Motivasi Belajar PKn Peserta Didik.” Jurnal Pendidikan Guru Sekolah

Dasar
KEMAMPUAN GURU MELAKSANAKAN KEGIATAN
EKSPLORASI, ELABORASI DAN KONFIRMASI DALAM
PEMBELAJARAN SD NEGERI 182/I HUTAN LINDUNG

Oleh : NIA ARIANI PRAMONO

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2018

ABSTRAK

Pramono, Nia Ariani. “Kemampuan Guru Melaksanakan Kegiatan Eksplorasi,


Elaborasi dan Konfirmasi dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia
SD Negeri 182/I Hutan Lindung”. Skripsi Program Studi
Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Jurusan Ilmu Pendidikan, FKIP
Universitas Jambi, Dosen Pembimbing (1) Drs. Syahrial, M.Ed.,
Ph.D (2) Drs. Maryono, M.Pd

Kualitas pendidikan di Indonesia memiliki peranan penting dalam


meningkatkan kualitas sumber daya manusia, khususnya pada era globalisasi ini.
Pada era globalisasi, peserta didik dituntut dapat berfikir kritis, kreatif dan dapat
memecahkan suatu masalah agar dapat bersaing. Untuk melahirkan peserta didik
berkualitas maksimal diperlukan pula guru yang melaksanakan pembelajaran
dengan maksimal terutama dalam melaksanakan kegiatan eksplorasi, elaborasi
dan konfirmasi.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsiskan kemampuan guru Sekolah
Dasar dalam melaksanakan kegiatan eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi dalam
pembelajaran di dalam kelas.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Subjek penelitian ini yaitu
guru kelas III SD Negeri 182/I Hutan Lindung. Teknik pengumpulan data yaitu
observasi, wawancara dan dokumentasi. Pemeriksaan keabsahan data
menggunakan uji kredibilitas dengan triangulasi. Data dianalisis dengan
menggunakan langkah-langkah reduksi data, display data, dan penarikan
kesimpulan.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti di SDN 182/I
Hutan Lindung bahwa kegiatan eksplorasi mempunyai karakteristik utama dalam
pelaksanaannya peserta didik mengungkapkan apa yang ia ketahui tentang materi
yang akan dipelajari nantinya. Kegiatan elaborasi mempunyai karakteristik utama
peserta didik akan mendapatkan materi secara lengkap dan penuh dengan berbagai
kegiatan yang dilakukan selama pembelajaran. Kemudian kegiatan konfirmasi
mempunyai ciri khas utama dalam pelaksanaannya dilakukan sebagai peyimpulan
dan penyempurnaan suatu pembelajaran. Hal yang guru lakukan untuk melakukan
kegiatan eksplorasi adalah dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang
berhubungan dengan materi pembelajaran. Model pembelajaran yang sering
beliau gunakan tidak selalu sama tergantung dari materi yang diajarkan. Media
yang paling sering digunakan adalah papn tulis dan buku pelajaran/buku paket.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat diambil
kesimpulan bahwa guru Bahasa Indonesia di SDN 182/I Hutan Lindung dalam
melaksanakan kegiatan eksplorasi dapat terlihat pada kemampuan guru dalam
mengelola kelas sehingga mampu menggali kemampuan peserta didik, kemudian
dalam melaksanakan kegiatan elaborasi dapat terlihat pada kemampuan guru
dalam mengelola kelas sehingga mampu memunculkan gagasan baru serta
menambah motivasi belajar untuk peserta didik, dan pada kegiatan konfirmasi
dapat terlihat pada kemampuan guru dalam melaksanakan penguatan, refleksi,
maupun review.

Kata kunci: eksplorasi, elaborasi, konfirmasi, Bahasa Indonesia


PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan proses pemartabatan manusisa menuju puncak
optimasi potensi kognitif, afektif dan psikomotorik yang dimilikinya. Pendidikan
adalah proses membimbing, melatih dan memandu manusia terhindar atau keluar
dari kebodohan dan pembodohan. Menurut Danim, (2013:3) pendidikan dapat
didefinisikan sebagai “proses elevasi yang dilakukan secara nondiskriminasi,
dinamis dan intensif menuju kedewasaan individu, di mana prosesnya
dilaksanakan secara kontinyu dengan sifat yang adaptif dan nirlimit atau tiada
akhir”.
Kualitas pendidikan di Indonesia memiliki peranan penting dalam
meningkatkan kualitas sumber daya manusia, khususnya pada era globalisasi ini.
Pada era globalisasi, peserta didik dituntut dapat berfikir kritis, kreatif dan dapat
memecahkan suatu masalah agar dapat bersaing. Persaingan dalam era globalisasi
seperti sekarang ini sangatlah ketat, sehingga jika peserta didik tidak mampu
berpikir secara kreatif, berpikiran secara luas dan memanfaatkan ilmu yang ada
dengan maksimal maka dengan otomatis peserta didik tersebut tidak akan mampu
bersaing dalam dunia globalisasi ini. Untuk melahirkan peserta didik berkualitas
maksimal diperlukan pula guru yang melaksanakan pembelajaran dengan
maksimal terutama dalam melaksanakan kegiatan eksplorasi, elaborasi dan
konfirmasi.
Dengan memaksimalkan kualitas guru yang ada maka dengan kurikulum,
model dan metode apapun guru akan tetap melaksanakan kegiatan mengajar
dengan baik. Guru akan mampu bertahan dalam berbagai situasi dan kondisi. Jika
guru mengetahui apa yang kurang dalam pengajarannya maka guru dan instansi
pendidikan mampu mencarikan suatu solusi untuk memperbaiki dan
memaksimalkan kualitas guru yang ada.
Berdasarkan hasil observasi di lapangan ditemukan bahwa masih banyak
guru sekolah dasar yang melaksanakan kegiatan eksplorasi, elaborasi dan
konfirmasi dengan tidak maksimal dan seimbang, misalnya guru hanya
melaksanakan kegiatan elaborasi saja tanpa menggunakan kegiatan eksplorasi dan
konfirmasi, atau guru hanya melaksanakan kegiatan eksplorasi dan elaborasi saja.
Di dalam suatu sekolah seringkali ditemukan ada satu atau dua guru yang
mengajar dengan semaunya sendiri, misalnya ketika pembelajaran peserta didik
hanya diminta untuk mencatat sampai jam pelajaran berakhir, sedangkan guru
hanya duduk diam dan membaca koran. Jika guru mengajar dengan monoton
maka peserta didik akan bosan dan ramai sendiri di kelas, kelas lain yang berada
di sisi kiri dan kanannya juga akan merasa terganggu. Melihat kondisi tersebut,
peneliti berupaya untuk melakukan survei terkait kemampuan guru melaksanakan
kegiatan eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi. Setelah melakukan survei tersebut
peneliti akan mendeskripsikannya agar dapat diketahui bagaimana kemampuan
guru dalam melaksanakan kegiatan eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi.
Berdasarkan permasalahan diatas, maka peneliti ingin mengungkapkan
secara nyata dan jelas melalui penelitian ini mengenai kemampuan guru
melaksanakan kegiatan eksplorasi dalam proses pembelajaran. Oleh sebab itu,
maka penulis sangat tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul
“Kemampuan Guru Melaksanakan Kegiatan Eksplorasi, Elaborasi dan Konfirmasi
dalam Pembelajaran SD Negeri 182/I Hutan Lindung”.
KAJIAN PUSTAKA
GuruProfil Guru Ideal
Hamalik (2007:118) beberapa syarat menjadi guru adalah: (a) Harus
memiliki bakat sebagai guru, (b) Harus memiliki keahlian sebagai guru, (c)
Memiliki kepribadian yang baik dan terintegrasi, (d) Memiliki mental yang sehat,
BI. Berbadan sehat, (f) Memiliki pengalaman dan pengetahuan yang luas, (g)
Guru adalah manusia berjiwa pancasila, (h) Guru adalah seorang warga negara
yang baik.
Sedangkan menurut Prof. Dr. Zakiah Daradjat dalam (Djamarah, 2010:32)
menjadi seorang guru itu tidak sembarangan dan harus memenuhi beberapa
persyaratan diantaranya: (a) Bertaqwa kepada Tuhan YME, (b) Berilmu, (c) Sehat
jasmani, (d) Berkelakuan baik.

Peranan Guru
Menurut Dananjaya (2013:35) “peran guru adalah secara sadar dan
terencana mewujudkan suasana belajar yang menyenangkan, memproses
pembelajaran agar siswa aktif mengembangkan potensinya sendiri”.

Menurut Adam dan Deccey (dalam Lucchiana, 2013:Online) “peranan


guru dalam proses belajar mengajar adalah “(1) guru sebagai demonstrator, (2)
guru sebagai pengelola kelas,(3) guru sebagai mediator dan fasilitator dan (4)
guru sebagai evaluator”. Guru sebagai pengelola kelas harus memiliki
managemen kelas, tanpa kemampuan ini maka performance dan karisma guru
akan menurun, bahkan kegiatan pembelajaran bisa kacau tanpa tujuan.

Keterampilan Guru
Keterampilan dasar mengajar guru pada dasarnya merupakan suatu bentuk
perilaku yang bersifat mendasar dan khusus yang harus dimiliki oleh seorang guru
sebagai modal awal untuk melaksanakan tugas-tugas pembelajaran secara
terencana dan profesional. Keterampilan dasar mengajar guru secara aplikatif
indikatornya dapat digambarkan melalui sembilan keterampilan mengajar sebagai
berikut (Rusman, 2012:81).
W. Keterampilan Membuka Pelajaran
Kegiatan membuka pelajaran adalah kegiatan yang dilakukan untuk
memulai pembelajaran. Membuka pelajaran adalah usaha yang
dilakukan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran untuk
menciptakan pra-kondisi bagi peserta didik agar mental maupun
perhatiannya terpusat pada apa yang akan dipelajarinya, sehingga
usaha tersebut akan memberikan efek yang positif terhadap kegiatan
pembelajaran.

X. Keterampilan Bertanya
Pertanyaan dapat berupa kalimat tanya atau dalam bentuk suruhan,
sehingga peserta didik dapat melakukan kegiatan pembelajaran
secara aktif. Dalam kegiatan pembelajaran, bertanya memainkan
peranan penting, hal ini dikarenakan pertanyaan yang tersusun
dengan baik dan teknik melontarkan pertanyaan yang tepat akan
memberikan dampak positif terhadap aktivitas dan kreativitas
peserta didik.
Y. Keterampilan Memberi Penguatan
Pemberian penguatan lebih efektif dibadingkan dengan hukuman.
Secara psikologis individu membutuhkan pengharagaan atas segala
usaha yang telah dilakukannya, apalagi penghargaan itu dinilai baik,
sukses, efektif dan seterusnya.
4. Keterampilan Mengadakan Variasi
Penggunaan variasi dalam proses pembelajaran ditujukan untuk
mengatasi kejenuhan dan kebosanan peserta didik karena
pembelajaran yang monoton. Dengan mengadakan variasi dalam
kegiatan pembelajaran diharapkan pembelajaran lebih bermakna dan
optimal, sehingga peserta didik senantiasa menunjukkan ketekunan,
antusiasme serta penuh partisipasi dalam kegiatan pembelajaran.
5. Keterampilan Menjelaskan
Keterampilan menjelaskan dalam pembelajaran adalah penyajian
informasi secara lisan yang diorganisasi secara sistematis untuk
menunjukkan adanya hubungan satu dengan yang lainnya, misalnya
sebab dan akibat. Penyampaian informasi yang terlaksana dengan
baik disajikan dengan urutan yang cocok merupakan ciri utama
kegiatan menjelaskan.

Di dalam kegiatan inti ada tiga tahapan kegiatan yang harus dikerjakan
secara seimbang dan berkelanjutan. Ketiga kegiatan tersebut adalah kegiatan
eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi. Berikut merupakan penjelasan kegiatan
eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi secara lebih rinci :
1. Eksplorasi
Akbar (2013:138) mengatakan bahwa Eksplorasi adalah memberi
kesempatan kepada peserta didik untuk mencari dan menemukan berbagai
informasi, memecahkan masalah dan inovasi.
Secara harfiah, eksplorasi berarti (1) penyelidikan; penjajakan;
penjelajahan lapangan dengan tujuan memperoleh pengetahuan lebih banyak
(tentang keadaan), terutama sumber sumber alam yang terdapat di tempat itu; (2)
Kegiatan untuk memperoleh pengalaman-pengalaman baru dari situasi yang baru.
Eksplorasi merupakan langkah awal dalam membangun pengetahuan melalui
peningkatan pemahaman atas suatu fenomena (American Dictionary). Strategi
yang digunakan dalam siklus ini adalah memperluas dan memperdalam
pengetahuan dengan menerapkan strategi belajar aktif. Melalui siklus eksplorasi,
peserta didik diharapkan dapat membangun pengetahuannya sendiri melalui
stimulus-stimulus yang diberikan oleh guru. Pada kegiatan eksplorasi, proses
pembelajaran tidak hanya berfokus pada apa yang peserta didik temukan, namun
sampai pada bagaimana mereka mengeksplorasi pengetahuan tersebut. Informasi
tidak hanya disusun oleh guru akan tetapi perlu ada keterlibatan peserta didik
untuk memperluas, memperdalam, atau menyusun informasi atas inisiatif peserta
didik sendiri.
Jadi, dalam kaitan dengan pembelajaran, eksplorasi adalah tahapan
pembelajaran di mana peserta didik diminta aktif menelaah dan menemukan
informasi suatu pengetahuan/konsep ilmu baru, teknik baru, metode dan rumus
baru, atau menyelidiki pola hubungan antar unsur konsep ilmu, sambil berusaha
memahaminya. Inti kegiatan eksplorasi adalah pelibatan peserta didik dalam
menelaah sesuatu hal baru, entah berhubungan dengan materi pelajaran
sebelumnya maupun yang benar-benar baru bagi peserta didik.
Dalam Permendiknas RI No. 41 tahun 2007, pada saat kegiatan Eksplorasi
yang harus guru laksanakan adalah sebagai berikut :
1. melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam
tentang topik/tema Materi yang akan dipelajari dengan
menerapkan prinsip alam takambang jadi guru dan belajar dari
aneka sumber;
2. menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media
pembelajaran, dan sumber belajar lain;
3. memfasilitasi terjadinya interaksi antarpeserta didik serta antara
peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar
lainnya;
4. melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran;
5. memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di laboratorium,
studio, atau lapangan.

Seperti contoh dalam kegiatan eksplorasi guru di bawah ini:


1. Memberikan stimulus berupa pemberian materi oleh guru mengenai cara
membaca puisi dengan lafal, intonasi dan ekspresi yang tepat.
2. Mendiskusikan materi bersama siswa (Buku: Bahan Ajar bahasa
Indonesia), cara membaca puisi dengan lafal, intonasi dan ekspresi yang
tepat.
3. Memberikan kesempatan pada peserta didik mengkomunikasikan secara
lisan atau mempresentasikan mengenai cara membaca puisi dengan lafal,
intonasi dan ekspresi yang tepat.
4. Melibatkan peserta didik dalam membahas contoh dalam Buku : Bahasa
Indonesia kelas III mengenai cara membaca puisi dengan lafal, intonasi
dan ekspresi yang tepat.

Sebagai dampak pelaksanaan kegiatan Eksplorasi yang telah dilakukan


guru, menurut Akbar (2013:138-139) dalam kegiatan Eksplorasi peserta didik
harus mengalami :
1. mencari informasi yang luas dan dalam tentang materi yang dipelajari;
2. belajar dengan beragam pendekatan, metode dan sumber;
3. interaksi antarpeserta didik, peserta didik dengan guru,
lingkungan, dan sumber belajar lain;
4. terlibat secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran;
5. melakukan percobaan, misalnya di laboratorium, studio, dan lapangan.

2. Elaborasi
Kegiatan Elaborasi merupakan serangkaian kegiatan mengekspresikan dan
mengaktualisasikan diri melalui berbagai kegiatan dan karya yang bermakna
(Akbar, 2013:137).
Elaborasi berarti penggarapan secara tekun dan cermat. Maka dalam suatu
kegiatan pembelajaran, elaborasi adalah kegiatan di mana peserta didik
mengerjakan suatu tes secara cermat atau peserta didik menyimpulkan suatu
konsep ilmu (hasil eksplorasi) secara cermat. Misalnya, setelah kegiatan peragaan
dengan persegi satuan, peserta didik menetukan bagaimana rumus luas bangun
datar persegi panjang yang sebenarnya. Peserta didik harus memahami,
mencermati semua hal, sehingga peserta didik berani menyatakan rumusan
tersebut.
Pada tahap elaborasi, image abstrak dalam pikiran menjadi panduan utama,
berdasarkan kegiatan ekslorasi sebelumnya. Di sini, peserta didik tidak bisa hanya
mengandalkan kemapuan motorik saja. Kemampuan kognitif peserta didik harus
diandalkan, dimana peserta didik mengutamakan penalaran dalam menarik
kesimpulan dari apa yang telah dieksplorasinya. Jika secara nalar tidak bisa
diterima, maka peserta didik pasti terdorong untuk mengulangi
percobaan/eksplorasi.
Intinya adalah dalam kegiatan elaborasi pada proses pembelajaran peserta
didik menyelesaikan tugas-tugas untuk menguasai suatu kompetensi secara tekun
dan cermat di bawah bimbingan guru.
Dalam Permendiknas RI No. 41 tahun 2007, pada saat kegiatan Elaborasi
yang harus guru laksanakan adalah sebagai berikut :
1. membiasakan peserta didik membaca dan menulis yang beragam
melalui tugas-tugas tertentu yang bermakna;
2. memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan
lain-lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan
maupun tertulis;
3. memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis,
menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut;
4. memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dan
kolaboratif;
5. memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk
meningkatkan prestasi belajar;
6. memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang
dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara individual maupun
kelompok;
7. memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja
individual maupun kelompok;
8. memfasilitasi peserta didik melakukan pameran, turnamen,
festival, serta produk yang dihasilkan;
9. memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang
menumbuhkan kebanggaan dan rasa percaya diri peserta didik.

Seperti contoh dalam kegiatan elaborasi guru di bawah ini:


1. Membiasakan peserta didik membaca puisi dengan lafal, intonasi dan
ekspresi yang tepat.
2. Memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas mengerjakan latihan
soal yang ada pada buku ajar Bahasa Indonesia untuk dikerjakan secara
individual.

3. Konfirmasi
Secara harfiah, konfirmasi diartikan sebagai pembenaran, penegasan, dan
pengesahan. Dalam pembelajaran, konfirmasi adalah penegasan kebenaran
tentang suatu konsep berdasarkan rujukan resmi. Misalnya, membandingkan
rumus yang disimpulkan peserta didik dengan merujuk pada rumus dalam buku
pelajaran resmi.
Tahapan kegiatan konfirmasi dapat diwujudkan dalam bentuk peserta
didik mempresentasikan pekerjaanya dan mempertahankan kebenaran kesimpulan
yang dibuat dengan sesuai hasil elaborasi dan eksplorasi dan membandingkannya
dengan konsep yang telah dinyatakan dalam sumber belajar resmi (misalnya
buku). Kegiatan menjelaskan hasil pekerjaan dilakukan secara mendetail, semua
argumen/pengamatan disampaikan secara mendetail sehingga secara logika
mendukung kebenaran kesimpulan akhir (Akbar, 2013:137).
Secara singkat dapat diartikan bahwa kegiatan konfirmasi dalam
pembelajaran adalah kegiatan yang dilakukan guru bersama-sama dengan peserta
didik dalam rangka penegasan, pengesahan, atau pembenaran hasil eksplorasi dan
elaborasi.
Dalam Permendiknas RI No. 41 tahun 2007, pada saat kegiatan
Konfirmasi yang harus guru laksanakan adalah sebagai berikut :
1. memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk
lisan, tulisan, isyarat, maupun hadiah terhadap keberhasilan
peserta didik;
2. memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi
peserta didik melalui berbagai sumber;
3. memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh
pengalaman belajar yang telah dilakukan;
4. memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh pengalaman yang
bermakna dalam mencapai kompetensi dasar;
5. berfungsi sebagai narasumber dan fasilitator dalam menjawab
pertanyaan peserta didik yang menghadapi kesulitan, dengan
menggunakan bahasa yang baku dan benar;
6. membantu menyelesaikan masalah;
7. memberi acuan agar peserta didik dapat melakukan pengecekan
hasil eksplorasi;
8. memberi informasi untuk bereksplorasi lebih jauh;
9. memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang atau
belum berpartisipasi aktif.

Seperti contoh dalam kegiatan konfirmasi guru di bawah ini:


1. Memberikan umpan balik pada peserta didik dengan memberi penguatan
dalam bentuk lisan pada peserta didik yang telah dapat menyelesaikan
tugasnya.
2. Memberi konfirmasi pada hasil pekerjaan yang sudah dikerjakan oleh
peserta didik melalui sumber buku lain.
3. Memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh
pengalaman belajar yang sudah dilakukan
4. Memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang dan belum bisa
mengikuti dalam materi mengenai membaca puisi dengan lafal, intonasi
dan ekspresi yang tepat.

Sebagai dampak pelaksanaan kegiatan Konfirmasi yang telah dilakukan


guru, menurut Akbar (2013:138-139) dalam kegiatan Konfirmasi peserta didik
harus mengalami :
1. Memperoleh umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk
lisan, tulisan, isyarat, maupun hadiah terhadap keberhasilannya.
2. Memperoleh konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi
peserta didik melalui berbagai sumber.
3. Melakukan refleksi untuk memperoleh pengalaman belajar yang
dilakukan.
4. Memperoleh pengalaman yang bermakna dalam mencapai
kompetensi dasar dari guru. Di sini guru, rekan guru, atau
kelompok lain berfungsi sebagai :
1) Narasumber dan fasilitator menjawab bagi para peserta didik
yang menghadapi kesulitan dengan menggunakan bahasa
yang baku dan benar.
2) Membantu menyelesaikan masalah.
3) Memberi acuan agar peserta didik dapat mencek hasil eksplorasi.
4) Memberi informasi untuk eksplorasi lebih jauh.
5) Memberikan motivasi bagi peserta didik yang belum
berpartisipasi secara aktif.

Pembelajaran Bahasa Indonesia


Proses pembelajaran, yaitu proses interaksi yang dilakukan antara guru
dan siswa dengan melahirkan pengalaman. Pengalaman-pengalaman tersebut akan
menciptakan pengubahan setiap perilaku siswa menuju ke arah yang lebih baik.
Perilaku seseorang dalam pembelajaran akan bertumpu pada struktur afektif,
kognitif, dan psikomotorik. Menurut Hamalik, (2005:7) kegiatan pembelajaran
Bahasa Indonesia ialah kegiatan pembelajaran yang berupaya menciptakan
kondisi belajar bagi peserta didik. Selain itu, pembelajaran menggunakan silabus
dan RPP sebagai pedoman pembelajaran, materi pembelajaran, dan alokasi waktu
agar pembelajaran sesuai dengan kompetensi siswa. Dalam pembelajaran guru
menerapkan siswa dapat bersosialisasi antarteman agar pembelajaran tersebut
dapat berlangsung efektif dan efisien.
Kegiatan pembelajaran siswa dituntut untuk aktif, inovatif, dan kreatif
sehingga pembelajaran dapat dikuasai dengan mudah. Perkembangan siswa
bergantung potensi dalam diri masing-masing siswa. Untuk itu, siswa harus
belajar dengan sungguh-sungguh agar pembelajaran dapat sesuai kompetensi
dasar. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan
sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan
yang diberikan pendidik agar terjadi proses perolehan ilmu dan pengetahuan,
penguasaan kemahiran dan tabiat, pembentukan sikap dan kepercayaan pada
peserta didik. Pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar
dapat belajar dengan baik.
Pembelajaran bahasa mencakup aspek menyimak, berbicara, membaca,
dan menulis. Mengenai pembelajaran sering di indentikan dengan pengajaran juga
terlihat dalam redaksi Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 19 tahun
2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 20 (tentang standar proses)
dinyatakan “perancanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana
pelaksanaan pembelajaran, materi ajar, metode pengajaran, sumber belajar, dan
penilaian hasil belajar. Hasil dari pembelajaran yaitu kegiatan yang
mengutamakan potensi dalam diri masing-masing siswa. Kegiatan pembelajaran
siswa dituntut untuk aktif, inovatif, dan kreatif sehingga pembelajaran dapat
dikuasai dengan mudah. Oleh karena itu, Pembelajaran bahasa tidak hanya
meningkatkan keterampilan berbahasa tetapi untuk meningkatkan kemampuan
berpikir, bernalar, dan memperluas wawasan.

METODE PENELITAN
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Sugiyono (2011:15)
menyatakan bahwa metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang
digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, dimana peneliti
sebagai instrumen kunci pengambilan data.

Teknik Pengumpulan Data


Untuk memperoleh data dan informasi yang berkaitan dengan masalah
yang dikaji, telah ditempuh pengumpulan data dengan berbagai cara yaitu melalui
observasi, interview, dan dokumentasi.

Teknik Analisis Data


Nasution (Sugiyono, 2012:333) menyatakan bahwa analisis data telah
mulai sejak merumuskan dan menjelaskan masalah, sebelum terjun kelapangan
dan berlangsung terus sampai sampai hasil penelitian. Namun dalam penelitian
kualitatif analisis data lebih difokuskan selama proses di lapangan bersamaan
dengan pengumpulan data. Miles dan Huberman (Sugiyono, 2012:334)
mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara
interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya
jenuh. Aktivitas dalam analisis data, yaitu data reduction, data display, dan
conclusion drawing/verification.
HASIL PENELITIAN
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti di SDN 182/I
Hutan Lindung bahwa kegiatan eksplorasi mempunyai karakteristik utama dalam
pelaksanaannya peserta didik mengungkapkan apa yang ia ketahui tentang materi
yang akan dipelajari nantinya. Kegiatan elaborasi mempunyai karakteristik utama
peserta didik akan mendapatkan materi secara lengkap dan penuh dengan berbagai
kegiatan yang dilakukan selama pembelajaran. Kemudian kegiatan konfirmasi
mempunyai ciri khas utama dalam pelaksanaannya dilakukan sebagai peyimpulan
dan penyempurnaan suatu pembelajaran. Hal yang guru lakukan untuk melakukan
kegiatan eksplorasi adalah dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang
berhubungan dengan materi pembelajaran. Model pembelajaran yang sering
beliau gunakan tidak selalu sama tergantung dari materi yang diajarkan. Media
yang paling sering digunakan adalah papn tulis dan buku pelajaran/buku paket.

SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat diambil
kesimpulan bahwa guru Bahasa Indonesia di SDN 182/I Hutan Lindung dalam
melaksanakan kegiatan eksplorasi dapat terlihat pada kemampuan guru dalam
mengelola kelas sehingga mampu menggali kemampuan peserta didik, kemudian
dalam melaksanakan kegiatan elaborasi dapat terlihat pada kemampuan guru
dalam mengelola kelas sehingga mampu memunculkan gagasan baru serta
menambah motivasi belajar untuk peserta didik, dan pada kegiatan konfirmasi
dapat terlihat pada kemampuan guru dalam melaksanakan penguatan, refleksi,
maupun review.
DAFTAR PUSTAKA

Aqib. 2002. Profesionalme Guru Dalam Pembelajaran. Surabaya: Insan


Cendekia.

Arikunto. 2005. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Edisi Revisi V.


Cetakan Keduabelas. Jakarta: Rineka Cipta.

Akbar. 2013. Menjadi Guru Profesional Peningkatan Mutu Guru. Jakarta:


Erlangga.

Depdiknas. 2005. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 tahun 2005


tentang Guru dan Dosen. Jakarta: Depdiknas

Darmadi. 2009. Kemampuan Dasar Mengajar (Landasan dan Konsep


Implementasi). Bandung: Alfabeta

Djamarah. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Dananjaya. 2013. Media Pembelajaran Aktif. Bandung: Nuansa Cendekia.

Danim. 2013. Pengantar Kependidikan (Landasan, Teori dan 234 Metafora


Pendidikan). Bandung: Alfabeta.

Hamalik. 2005. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

_______. 2007. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Jihad. 2013. Menjadi Guru Profesional (Strategi Meningkatkan Kualifikasi dan


Kualitas Guru di Era Global). Jakarta: Esensi Erlangga Group

Lexy, J Moleong. 2002. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya.

Lucchiana. 2012. Peran Guru dalam Pengelolaan Kelas Diakses dari


(http://www.academia.edu/blogsspot.com) pada tanggal 12 maret 2014

Miles, M.B. dan Huberman, A.M. 1992. Qualitative Data Analysis: Baverly Hill:
Sage Publication. Inc.

Mulyasa. 2009. Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan


Kemandirian Guru dan Kepala Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara.

Permendiknas No 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses Untuk Satuan


Pendidikan Dasar dan Menengah
Rusman, 2012. Model-model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme
Guru. Raja Grafindo Persada, Jakarta
Rahman dan Amri. 2014. Kode Etik Profesi Guru. Jakarta: Prestasi Pustaka
Raya

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,


Kualitatif, dan R & D). Bandung : Alfabeta

________. 2011. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan


Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta.

________. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D.


Bandung:
Alfabeta.

Trianto. 2011. Pengantar Penelitian Pendidikan bagi Pengembangan


Profesi Pendidikan dan Tenaga Kependidikan. Jakarta : Kencana
Media Group.

Anda mungkin juga menyukai