Anda di halaman 1dari 10

Tugas Kelompok

Konsep dan Teori Keperawatan

Filsafat Ilmu, Falsafah Keperawatan dan Paradigma


Keperawatan Menurut Teori Jean Watson, Dorothy E
Johnson, Helen C. Erickson dkk”

Oleh :
MUHAMMAD ADJIZ ZUHRI ( C1210171062)
RAZAK ABDULLAH (C121017059)
RAIS (C121017031)
RENI ASTUTI MR (C1210171029)

KONSENTRASI MANAJEMEN
PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
BAB I
PENDAHULUAN

A. LatarBelakang
Dengan adanya pergeseran demografi, pergeseran sosial ekonomi, serta
meningkat dan bertambah rumitnya masalah kesehatan akan berdampak pada
tuntutan dan kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan termasuk
pelayanan keperawatan. Keperawatan sebagai suatu disiplin ilmu memiliki
struktur keilmuwan yang akan menuntun perawat dalam mengaplikasikan praktik
keperawatan. Struktur keilmuwan keperawatan memiliki beberapa tingkatan
dalam kaitan aplikasinya dalam praktik keperawatan .Filosofi sebagai tingkatan
yang lebih abstrak dan dikembangkan menjadi model keperawatan,yang
merupakan bentuk paling aplikatif dalam praktik keperawatan.Perawat perlu
memahami tingkatan teori, dan menganalisa berbagai tingkatannya untuk
mengembangkan dan menerapkannya dalam praktek keperawatan.
Di era globalisasi ini, masyarakat lebih sadar akan hak dan kewajiban
untuk menuntut tersedianya pelayanan kesehatan dan keperawatan dengan
mutu yang secara professional yang dapat dipertanggung jawabkan.
Menghadapi hal tersebut tiada upaya lain yang perlu dilakukan kecuali
mengadakan penyesuaian dan perbaikan terhadap mutu pelayanan
keperawatan. Peningkatan mutu pelayanan keperawatan didukung oleh
pengembangan teori-teori keperawatan, seperti teori Caring menurut Jean
Watson. Teori Behavior (perilaku) menurut Dorothy E.Johnson dan Teori
Modelling Role Model (MRM) menurut Hellen C. Erickson. Teori-teori tersebut
merupakan dasar yang digunakan dengan suatu cara pendekatan yang dinamis,
dimana perawat bekerja untuk lebih meningkatkan kepeduliannya kepada klien
melalui pandangan dan falsafah dari teori-teori tersebut. Kunci dari kualitas
pelayanan asuhan keperawatan adalah perhatian, empati dan kepedulian
perawat. Hal ini sangat sesuai dengan tuntutan masyarakat pada saat ini yaitu
mengharapkan pelayanan keperawatan yang berkualitas. Banyak faktor yang
mempengaruhi perawat dalam pemberian asuhan keperawatan yang didasari
prinsip teori-teori keperawatan,olehnya itu kelompok tertarik untuk menganalisa
fenomena yang terjadi mengenai ketiga teori tersebut, bagaimanakah
pandangan dan falsafah serta perbedaan teori Jean Watson, Dorothy E.
Johnson, dan Hellen C.Erickson. Yang dari ketiga teori tersebut dapat
dilaksanakan oleh perawat untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan.

B. Tujuan
1. TujuanUmum
Memahami teori keperawatan Jean Watson Dorothy E Johnson, dan
Helen C.Erickson dkk.

2. TujuanKhusus
a. Mengetahui defenisi filsafat ilmu, falsafah, dan paradigma keperawatan
b. Mengetahui teori Jean Watson, Dorothy E Johnson, dan Hellen
C.Erickson dkk
c. Memahami pandangan,falsafah dan paradigma keperawatan berdasarkan
Teori Jean Watson, Dorothy E Johnson, Helen C.Ericksondkk.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Defenisi Filsafat ilmu, falsafah dan Paradigma Keperawatan

Filsafat ilmu adalah bagian dari filsafat pengetahuan atau sering juga disebut
epistimologi. Epistimologi berasal dari bahasa Yunani yakni episcmc yang berarti
knowledge pengetahuan dan logos yang berarti teori..Istilah ini pertama kali
dipopulerkan oleh J.F. Ferier tahun 1854 yang membuat dua cabang filsafat yakni
epistemology dan ontology (on= being, wujud, apa+logos=teori), ontology (teori
tentang apa). Secara sederhana dapat dikatakan bahwa filsafat ilmu adalah dasar
yang menjiwai dinamika proses kegiatan memperoleh pengetahuan secara ilmiah.
Ini berarti bahwa terdapat pengetahuan yang ilmiah dan tak-ilmiah.Adapun yang
tergolong ilmiah ialah yang disebut ilmu pengetahuan atau singkatnya ilmu saja,
yaitu akumulasi pengetahuan yang telah disistematisasi dan diorganisasi
sedemikian rupa; sehingga memenuhi asas pengaturan secara prosedural,
metologis, teknis, dan normative akademis .Dengan demikian teruji kebenaran
ilmiahnya sehingga memenuhi kesahihan atau validitas ilmu, atau secara ilmiah
dapat dipertanggungjawabkan.

Falsafah adalah keyakinan terhadap nilai-nilai yang menjadi pedoman untuk


mencapai suatu tujuan dan dipakai sebagai pandangan hidup Falsafah menjadi cirri
utama pada suatu komunitas, baik komunitas skala besar, maupun berskala kecil,
salah satunya adalah profesi keperawatan.Berdasarkan pengertian falsafah
tersebut, dapat dikatakan bahwa falsafah keperawatan adalah keyakinan perawat
terhadap nilai-nilai keperawatan yang menjadi pedoman dalam memberikan asuhan
keperawatan,baik kepada individu, keluarga, kelompok maupun masyarakat.
Keyakinan terhadap nilai keperawatan harus menjadi pegangan setiap
perawat.Falsafah keperawatan itu sudah harus tertanam dalam diri setiap perawat
dan menjadi pedoman baginya untuk berperilaku, baik ditempat kerja maupun di
lingkungan pergaulan social lainya.Falsafah keperawatan bukan suatu hal yang
harus di hafal, malainkan sebuah “baju” yang melekat pada diri perawat.Dengan
kata lain, falsafah keperawatan merupakan “roh” yang mendiami pribadi setiap
perawat. Artinya, falsafah keperawatan menjadi landasan bagi perawat dalam
menjalankan profesinya.

Paradigma adalah suatu cara pandang mendasar atau cara kita melihat,
memikirkan,memaknai, menyikapi serta memilih tindakan atas fenomena yang ada.
Paradigma merupakan suatu diagram atau kerangka berfikir yang menjelaskan
suatu fenomena. Paradigma mengandung berbagai konsep yang terkait dengan
focus keilmuanya. Sedangkan paradigm keperawatan merupakan suatu pandangan
global yang di anut oleh mayoritas kelompok ilmiah (keperawatan) atau hubungan
berbagai teori yang membentuk suatu susunan yang mengatu rhubungan diantara
teori tersebut guna mengembangkan model konseptual danteori-teori keperawatan
sebagai kerangka kerja keperawatan.

B. Teori Jean Watson, Dorothy E Johnson, Helen C.Ericksondkk.

1. Teori Jean Watson

Pada Awal munculnya pandangan Jean Watson dimulai pada tahun 1970-
an, dimana pada saat itu Ia diminta untuk membuat kurikulum bagi siswa
keperawatan di Amerika. Ia mencoba merancang kurikulum yang sesuai dengan
perkembangan keperawatan saat itu. Hingga pada tahun 1979, melalui bukunya
yang berjudul “Nursing : The Philosophy and Science of Caring” di publikasikan
dan menjadi model bagi kurikulum yang merupakan dasar dari teori keperawatan.
Jean Watson melalui bukunya mengemukakan bahwa keperawatan itu adalah
“Human science of person and human health-illness experiences that are
mediated by professional, personal, scientific, esthetic, and ethical human are
transaction”.
Watson menerbitkan buku pertamanya Nursing: The Philosophy and
science of caring (1979), dikembangkan dari catatan yang diajarkannya pada
mahasiswa sarjana yang menstimulusi pemikiran Watson tentang 10 faktor
karatif sebagai kerangka kerja (Watson, 1979) yang berpusat pada keperawatan
dan sebagai ideal moral. Karya awal Watson menggambarkan 10 faktor karatif
tersebut tetapi kemudian berkembang hingga melingkupi konsep “caratis” yang
menghubungkan caring dan cinta secara eksplisit. Buku keduanya Nursing :
Human science and human care- a theory of Nursing diterbitkan tahun 1985 hasil
pemikirannya mengenai masalah konseptual dan filosofis pada keperawatan.
Untuk mengembangkan teorinya Watson (1988) mendefinisikan teorinya sebagai
“ pengelompokkan imajinatif dari pengetahuan, gagasan dan pengalaman yang
diwakili secara simbolik dan bertujuan untuk menerangkan fenomena tertentu.
Teori Watson ini mengutip pemikiran dari para teoris keperawatan seperti
Ninghtingle, Henderson, Leininger, Peplau, Rogers, dan Newman serta Gadow.
Konsep utama Watson mencakup 10 faktor karatif dan penyembuhan
transpersonal (transpersonal healing) serta hubungan caring transpersonal
(transpersonal caring relationship), saat caring (caring moment), peristiwa caring
(caring occasion), modalitas caring healing (caring healing modalities),
kesadaran caring (caring consciounsness), energy kesadaran caring (caring
consciounsness energy), dan kesadaran keutuhan fenomenal (phenomenal
file/unitary consciounsness). Watson mengembangkan factor karatif menjadi
sesuatu yang mendekati konsep “Caritas” dari bahasa latin yang berarti
mengasihi, menghargai memberikan perhatian khusus..
Watson menggambarkan “Hubungan Caring Transpersonal diartikan
sebagai hubungan manusia yang bersifat yang bersatu dengan orang lain
dengan mengfhargai seseorang tersebut seutuhnya termasuk dengan
keberadaannya didunia.
Asumsi dasar teori Watson terletak pada 7 asumsi dasar yang menjadi
kerangka kerja dalam pengembangan teori; yaitu:
 Caring dapat dilakukan dipraktekkan secara interpersonal.
 Caring meliputi faktor-faktor caratif yang dihasilkan dari kepuasan terhadap
pemenuhan kebutuhan dasar manusia.
 Caring yang efektif akan meningkatkan status kesehatan dan perkembangan
individu dan keluarga.
 Respon caring adalah menerima seseorang tidak hanya sebagai seseorang
berdasarkan saat ini tetapi seperti apa dia mungkin akan menjadi dimasa
depannya.
 Caring environment, menyediakan perkembangan potensi dan memberikan
keluasan memilih kegiatan yang terbaik bagi diri seseorang dalam waktu yang
telah ditentukan.
 Caring bersifat “healthogenic” daripada sekedar curing. Praktek caring
mengitegrasikan pengetahuan biopisikal dan perilaku manusia untuk
meningkatkan kesehatan. Dan untuk membantu pasien yang sakit, dimana
caring melengkapi curing.
 Caring merupakan inti dari keperawatan.

Fokus intervensi keperawatan yang terkait dengan perawatan manusia


ditujukan pada promosi kesehatan dan penyembuhan penyakit disebut factor
carative, yang meliputi 10 faktor yaitu:
a. Pembentukan sistem humanistic dan altruistic.
Pembentukan sistem nilai humanistic dan altruistic dalam diri
seseorang dapat dinilai pada usia dini. Dimana nilai-nilai ini didapatkan dari
orang tua. Sistem nilai humanistic altruistic ditingkatkan melalui pengalaman
hidup seseorang, proses pembelajar dan paparan terhadap nilai-nilai
kemanusiaan. Berkaitan dengan kepuasan melalui memberi dan meperluas
rasa diri (sense of self).
b. Penanaman (melalui pendidikan) faith-Hope (keyakinan dan harapan).
Hal tersebut dapat meningkatkan kesehatan dengan cara membantu
klien untuk mengadopsi perilaku mendapatkan kesehatan. Dengan
mengembangkan hubungan perawat dengan klien yang efektif, perawat
memfasilitasi perasaan optimisme, harapan, dan rasa percaya. Hal yang
sangat penting dalam caratif dan curatif. Perawat perlu selalu memiliki positif
thingking sehingga dapat menularkan kepada klien yang akan membantu
meningkatkan kesembuhan dan kesejahteraan klien.
c. Pengembangan dan menanamkan sensisitifitas kepada diri sendiri dan
orang lain.
Perawat yang mampu menyadari dan mengekspresikan perasaan
mereka, lebih mampu memberikan kesempatan kepada orang lain untuk
mengekspresikan perasaan mereka karena pikiran dan emosi seseorang
adalah jendela jiwa.
d. Membina hubungan yang bersifat membantu dan saling percaya (a
helping trust relationship or human care).
Sebuah hubungan saling percaya digambarkan sebagai hubungan
yang memfasilitasi untuk penerimaan perasaan positif dan negatif yang
termasuk dalam hal ini, kejujuran, empati, kehangatan dan komunikasi efektif.
e. Meningkatkan dan saling menerima pengungkapan ekspresi perasaan
baik ekpresi perasaan positif maupun negatif.
Berbagi perasaan duka cita, cinta, dan kesedihan adalah pengalaman
yang penuh resiko. Perawat harus siap untuk perasaan negatif.
f. Menggunakan metode ilmiah (proses caring) dan menyelesaikan
masalah dan pengambilan keputusan (pemecahan masalah kreatif).
Caring yang berhubungan dengan proses keperawatan berperan pada
pendekatan pemecahan masalah dalam asuhan keperawatan secara ilmiah.
Contohnya memupuskan citra perawat sebagai pembantu dokter.
g. Meningkatkan dan memfasilitasi proses belajar mengajar yang bersifat
transpersonal.
Faktor ini membedakan caring dari curing. Melalui proses pengajaran
pembelajaran interpersonal, pasien dapat terinformasikan, sehingga dapat
bertanggung jawab untuk mencapai kesejahteraan dan kesehatan dirinya.
Proses ini dengan teknik mengajar-belajar yang dirancang untuk
memampukan pasien merawat dirinya.dan memberikan kesempatan bagi
dirinya untuk tumbuh.
h. Menciptakan lingkungan yang mendukung (suportif), melindungi
(protektif) dan meningkatkan atau memperbaiki keadaan mental, sosial,
kultural dan lingkungan spiritual.
Klien dapat mengalami perubahan baik dalam aspek lingkungan
internal dan eksternal, perawat harus mengkaji dan memfasilitasi
kemampuan klien untuk mengatasi perubahan mental, emosional, dan
fisik.perawat harus menyadari adanya pengaruh lingkungan internal dan
eksternal terhadap sehat dan sakit individu.
i. Membantu pemenuhan kebutuhan dasar manusia dengan antusias
(kebutuhan-kebutuhan survival, fungsional, integratif dan grup).
Caring disampaikan dengan mengenali dan memenuhi kebutuhan fisik,
emosi, sosial, dan spiritual klien. Perawat menyadari adanya biofisik,
psikofisik, psikososial dan interpersonal dari dirinya sendiri dan juga klien.
Klien harus dapat memenuhi kebutuhan yang lebih mendasar terlebih dahulu
sebelum dapat memenuhi kebutuhan lain yang lebih tinggi tingkatannya.
j. Mengembangkan kekuatan faktor excistensial-phenomenologic-
spiritual.
Fenomologi menggambarkan data mengenai situasi yang membantu
seseorang memahami konsep atau kejadian yang menjadi masalah. Lapang
fenomenal adalah kerangka referensi individual; melibatkan banyak tingkat
kesadaran, seperti waspada, persepsi diri, sensasi tubuh, pemikiran, nilai,
perasaan, daya tilik intuitif, keyakinan. Watson menganggap factor ini sulit
dipahami. Factor ini sulit diikutsertakan untuk memberikan pengalaman yang
dapat memicu pemikiran agar dapat memahami diri sendiri dan orang lain.
BAB III
PEMBAHASAN

Anda mungkin juga menyukai