PEMBAHASAN
Prestasi profesi selama abad terakhir sangat relevan dengan perkembangan ilmu keperawatan.
Akan tetapi hal tersebut bukanlah hal yang mudah. Prestasi-prestasi para ahli teori telah
mengantarkan kepada masa yang membahagiakan ketika keperawatan diakui baik sebagai disiplin
akademik maupun sebagai profesi. Hal ini menunjukkan pentingnya karya teoritis untuk disiplin
dan profesi keperawatan. Karya teoritis keperawatan mewakili presentasi paling komprehensif
tentang pengetahuan keperawatan yang sistematis. Oleh karena itu karya teoritis keperawatan
penting untuk masa depan disiplin ilmu maupun profesi keperawatan (Alligood, 2014)
Menurut Fawcett (2005) dalam (McEwen & Wills, 2011) model konseptual adalah formulasi
filosofi yang luas berdasarkan pada upaya untuk memasukkan seluruh realitas keperawatan.
Konsep dan proposisi bersifat abstrak. Grand theory berasal dari model konseptual dan sangat
kompleks. Cakupan level teori yang luas dan grand theory berusaha menjelaskan masalah yang
luas dalam disiplin. Grand theory terdiri dari konsep yang relatif abstrak dan kurang definisi
operasional. Grand theory dikembangkan melalui penilaian ide-ide yang ada dan penuh pemikiran
yang bertentangan dengan empiris penelitian dan dapat menggabungkan banyak teori lain.
Grand theory keperawatan memandu penelitian dengan membantu untuk mengintegrasikan
hasil dari berbagai investigasi yang beragam sehingga temuan penelitian dapat diterapkan untuk
pendidikan, praktik, penelitian lebih lanjut, dan administrasi. Grand theory memberikan latar
belakang penalaran filosofis yang memungkinkan perawat peneliti untuk mengembangkan teori
pengorganisasian penelitian atau praktik. Penggunaan teori sebagai landasan dalam pendidikan,
administrasi, penelitian, dan praktik telah menjadi sistematisasi dari domain aktivitas keperawatan.
Apabila penelitian menggunakan kerangka teori maka peneliti akan berhasil menganalisis sebuah
penelitian menjadi bukti untuk utilitas intervensi yang teruji. Analisis dengan menggunakan meta-
analisis untuk praktik berbasis bukti (Evidence Based Practice) (McEwen & Wills, 2011).
Grand theory dibagi menjadi tiga kategori antara lain (McEwen & Wills, 2011):
1. Grand theory keperawatan berdasarkan kebutuhan manusia (Human needs)
Para ahli dominan mengembangkan teori berdasarkan pandangan mereka pada zamannya.
pengembangan sejumlah teori keperawatan merupakan upaya untuk mendefinisikan
keunikan keperawatan dan untuk membedakannya dari profesi kedokteran. Kategori
Grand theory yang didasarkan pada kebutuhan manusia menempatkan klien/pasien
sebagai makhluk biopsikososial dan mekanistik yang membutuhkan perawatan. Apabila
pengkajian informasi pada klien dilakukan dengan benar maka penyebab masalah
keperawatan mereka dapat dilihat dan diukur. Pada saat itulah intervensi efektif untuk
memenuhi kebutuhan mereka dapat ditentukan. Kategori grand theory ini berfokus pada
pemenuhan kebutuhan klien untuk asuhan keperawatan.
Teori-teori yang termasuk dalam kategori grand theory berdasarkan kebutuhan
manusia (Human Needs, antara lain :
Florence Nightingale
Virginia Henderson: Prinsip dan praktek keperawatan
Faye G. Abdellah: Pendekatan yang berpusat pada perawatan pasien
Dorothea E. Orem: Defisit Perawatan-Diri
Dorothy Johnson: The Behavioral System Model
Betty Neuman: The Neuman System Model
2. Grand theory berdasarkan proses interaktif (Interactive process)
Teori proses keperawatan interaktif menempati tempat antara teori-teori berbasis
kebutuhan. Teori ini sebagian besar secara filosofis didasarkan pada aliran pemikiran
positivis, dan model proses kesatuan, yang didasarkan pada filsafat humanis dan
mengekspresikan keyakinan bahwa manusia adalah makhluk kesatuan dalam interaksi
konstan dengan medan energi universal. Teori ini meyakini bahwa manusia adalah
makhluk holistik yang berinteraksi dan beradaptasi dengan situasi di mana mereka
menemukan diri mereka sendiri. Ahli teori ini mengacu pada teori sistem dan sejalan
dengan pemahaman bahwa ada interaksi konstan antara manusia dan lingkungannya.
Teori-teori yang termasuk dalam kategori grand theory berdasarkan proses interaktif
(interactive process), antara lain :
Myra Estrin Levine: The Conservation Model
Barbara M. Artinian: The Intersystem Model
Helen C. Erickson, Evelyn M. Tomlin, dan Mary Ann P. Swain: Modeling
dan Role-Modeling
Imogene M. King: Sistem Konseptual King dan Teori Pencapaian Tujuan dan
Proses Transaksional
Roper, Logan, dan Tierney: Model Keperawatan Berdasarkan Kegiatan
Hidup
Sister Callista Roy: Model Adaptasi Roy
Jean Watson: Ilmu perawatan sebagai Ilmu Suci
3. Grand theory berdasarkan proses kesatuan (Unitary process)
Kelompok teori ini meyakini bahwa manusia adalah makhluk kesatuan: sistem energi
yang tertanam dalam sistem energi universal. Dalam kelompok teori ini, manusia
dipandang sebagai kesatuan, "utuh, terbuka dan bebas untuk memilih cara hidup".
Kesehatan digambarkan sebagai pertukaran lingkungan manusia yang berkelanjutan.
Teori-teori yang termasuk dalam kategori grand theory berdasarkan proses kesatuan
(Unitary process), antara lain :
Martha Rogers: Ilmu Pengetahuan tentang Kesatuan Manusia
Margaret Newman: Kesehatan sebagai Kesadaran yang Meningkat
Rosemarie Parse: Teori Pembentukan Manusia
A. Martha E. Rogers : Manusia yang seutuhnya (Unitary Human Beings) Model konseptual
keperawatan
1. Kredensial dan Latar Belakang Teori
Martha Elizabeth Rogers, anak tertua dari empat bersaudara dari Bruce Taylor
Rogers dan Lucy Mulholland Keener Rogers, lahir 12 Mei 1914, di Dallas, Texas. Segera
setelah kelahirannya, keluarganya kembali ke Knoxville, Tennessee. Rogers memulai
pendidikan tingginya (1931 hingga 1933) belajar sains di University of Tennessee.
Menerima ijazah diploma keperawatan dari Knoxville General Hospital School of Nursing
(1936), dan memperoleh gelar sarjana dari George Peabody College di Nashville,
Tennessee (1937). Gelar lain roger adalah master of art di bidang keperawatan kesehatan
masyarakat yang diperoleh dari Teachers College, Columbia University, New York pada
tahun 1945, dan master of Public Health pada tahun 1952 dan gelar ScD pada tahun 1954
dari Johns Hopkins University di Baltimore.
Para sejawat dan mahasiswa bergabung dengan roger membentuk masyarakat
akademisi Rogers (SRS) untuk mendiseminasi pengembangan teori dan hasil-hasil riset
melalui jurnal The Journal of Rogerian Nursing Science. Roger dikenal secara luas atas
kontribusi dan kepemimpinannya pada bidang keperawatan. Roger mensintesis ulang ilmu
pengetahuan kedalam pemikiran baru secara utuh.
Sumber Teoritis
Pandangan roger terhadap ilmu pengetahuan ditampakkan pada pengembangan model
konseptualnya yang dipublikasikan “An Introduction to The Theoretical Basic of
Nursing”. Pengetahuan Rogerian didasarkan pada disiplin ilmu pengetahuan antropologi,
psikologi, sosiologi, astronomi, religi, filosofi, sejarah, biologi, fisika , matematika, dan
berbagai literature lainnya yang menghasilkan suatu model manusia sebagai unit yang
utuh dan lingkungan sebagai integrasi sumber energy untuk proses kehidupan manusia.
Dasar ruang lingkup keperawatan modern ini memulai investigasi keperawatan yang
mempelajari hubungan antara manusia dan lingkungan (Rogers, 1970) dalam (Alligood,
2014).
2. Konsep Utama Dan Definisi
Pada tahun 1970, model konseptual keperawatan Rogers bersandar pada seperangkat
asumsi dasar yang menggambarkan proses kehidupan pada manusia yang dicirikan dengan
keutuhan, keterbukaan, ketidaklangsungan, pola dan susunan, perasaan, dan pemikiran
mencirikan proses kehidupan (Rogers, 1970).
Hipotesis Rogers mengungkapkan bahwa manusia adalah suatu bentuk energy
bergerak dinamis dan terintegrasi dengan lingkungannya. Perbaruan terus dilakukan pada
model konseptualnya melalui prinsip hemodinamik dan menggabungkan dengan
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Awalnya istilah teori roger yakni Unitary Man
menjadi Unitary Human Being untuk menghilangkan konsep gender dan menjelaskan
bahwa manusia sebagai makhluk holistik. Model konseptual Rogers mengasumsikan
empat bidang yaitu :
Lahan energi
Unit dasar makhluk hidup dan tidak hidup, tidak bersifat terbatas dalam ruang dan
waktu yang termasuk didalamnya adalah manusia dan lingkungan. Keduanya
mengalami perubahan secara kontinyu, menciptakan perubahan, dan saling
terintegrasi
sistem terbuka
Proses yang kontinyu dan sebagai sistem terbuka
pola atau susunan
Pola dapat dijabarkan sebagai manifestasi yang dapat terjadi akibar proses
interaksi mutual antara manusia dan lingkungan. Perubahan pola bersifat
kontinyu, terbarukan, dan bersifat relatif.
Pandimensionalitas
Domain atau ranah non linier yang tidak dibatasi oleh sifat ruang dan waktu.
Gambaran yang tepat tentang suatu unit yang utuh.
3. Asumsi Utama
Keperawatan
Profesi yang terdiri dari ilmu dan seni serta bersandar pada sentral fenomena sebagai
fokus. Rogers memfokuskan pada subyek manusia dan lingkungannya sesuai dengan
sifat asuhan keperawatan. Praktik professional keperawatan mempromosikan interaksi
antara manusia dan lingkungannya yang seirama untuk memperkuat integritas lahan
manusia, mengarahkan dan mengalihkan pola lahan manusia dan lingkungan untuk
merealisasikan potensi maksimal kesehatannya. Memberi pelayanan kesehatan untuk
semua orang dan memelihara proses kehidupan manusia
Manusia
Roger mendefinisikan manusia sebagai sistem terbuka dan merupakan proses interaksi
yang terus menerus dengan lingkungan. Manusia merupakan unit yang utuh yang
memiliki integritas dengan karakteristiknya sendiri. Pada model konseptual yang
spesifik pada area keperawatan, manusia dan lingkungan dipersepsikan sebagai lahan
energi yang terintegrasi satu sama lain, tidak dapat diperkecil lagi, dan memiliki
banyak cara dalam berevolusi.
Kesehatan
Konsep yang didefinisikan berdasarkan budaya atau individu. Pandangan dari Roger
menegaskan kembali dan menambahkan tantangan filosofis pada persepsi kesehatan
yang telah dianut. Sehat dan sakit merupakan manifestasi dari suatu pola dan dianggap
mendefinisikan perilaku yang memiliki nilai tinggi (baik) dan perilaku bernilai rendah.
Fenomena sentral pada sistem konseptual keperawatan yaitu proses kehidupan
manusia yang bersifat dinamis, utuh, kreatif, tidak terpisahkan oleh lingkungannya dan
dikarakteristikkan oleh keutuhannya.
Lingkungan
Lahan lingkungan adalah tidak terbatas dan perubahannya bersifat terbarukan secara
kontinyu dan memiliki karakteristik yang beragam. Lahan manusia dan lingkungan
dikenali dari perubahan timbal balik yang terus menerus dan dimanifestasikan oleh
pola-pola yang bergelombang.
Roger mengidentifikasi lima asumsi yang juga mendukung pernyataan teoritis modelnya yang
diambil dari literatur ilmu pengetahuan tentang manusia, fisika, matematika, dan ilmu perilaku :
1. Manusia adalah satu unit yang utuh memiliki integritas dan manifestasi karakteristik lebih
dan berbeda dengan totalitas dari bagian-bagiannya
2. Manusia dan lingkungan saling bertukar energi dan materi satu sama lain secara terus
menerus.
3. Proses kehidupan merupakan proses yang tidak dapat kembali pada kondisi semula dan
perkembangannya bersifat kontinyu sepanjang ruang dan waktu
4. Pola dan organisasi mengidentifikasi manusia dan merefleksikan keutuhan yang
terbarukan
5. Manusia dikarakteristikkan oleh kapasitas abstraksi dan imaginasinya, bahasa dan
pemikirannya, serta perasaan dan emosinya (makhluk yang berpikir dan memiliki
kepekaan)
Keutuhan manusia dan lingkungan yang saling terintegrasi satu sama lain merupakan konsep
sentral model Rogers. Konsep yang membentuk dasar suatu sistem konsepetual yang abstrak
mendefinisikan keperawatan dan kesehatan.
Rogers mengidentifikasi tiga prinsip utama prinsip-prinsip perubahan yaitu :
Prinsip Helisi. Sifat dasar perubahan yang berkembang dari sesuatu yang memiliki
peluang menjadi tidak dapat diprediksi, namun tetap berlanjut dan terbarukan
Prinsip Resonansi. Suatu pola perubahan secara terus menerus sesuai dengan
perkembangan dari frekuensi yang lebih rendah ke frekuensi yang lebih tinggi dan
bervariasi sesuai derajat intensitasnya.
Prinsip Integralitas. Proses timbal balik yang terjadi pada manusia dan lingkungan
secara kontinyu.
4. Penerimaan Komunitas Keperawatan
Praktik. Menurut kerangka teori Roger, keperawatan didasarkan pada pengetahuan
teoritis yang memberi pedoman pada praktik keperawatan. Praktik keperawatan
profesional merupakan praktik yang kreatif dan imaginatif untuk melayani
masyarakat. Praktik tersebut berakar dari penilaian intelektual, pengtahuan abstrak dan
rasa peduli terhadap sesama manusia.
Pada model keperawatan Rogers, proses berpikir kritis yang mengarahkan praktik
keperawatan dalam tiga komponen yaitu penilaian pola, pola timbal balik, dan
evaluasi. Melalui observasi dan partisipasi, perawat menekankan pada ekspresi dari
refleksi, pengalaman dan persepsi manusia untuk menyusun profil seorang pasien.
Eksplorasi timbal balik dari pola-pola yang muncul memungkinkan diidentifikasinya
tema utama dalam lahan manusia dan lingkungan. Memahami mengisyaratkan
keterlibatan pasien secara sadar namun tidak membuat perawat memaksakan
perubahan atau memperkirakan hasil. Hal tersebut adalah hal yang sangat penting
dalam proses menghargai pola utuh dan juga penyembuhan dengan memandang
manusia sebagai makhluk yang utuh. Evaluasi dari proses ini berpusat pada persepsi
yang muncul selama proses pola timbal balik.
Bagian integral dari modalitas praktik teori Rogers adalah dialog yang bermakna,
pemusatan, dan otentisitas pandimensional (ketulusan, dapat dipercaya, penerimaan,
dan kepedulian yang didasari pengetahuan). Perawat berkontribusi dalam pengalaman
kesehatan yang dialami klien dalam banyak peran yaitu sebagai fasilitator dan
edukator, advokator, pemeriksa, perencana, kordinator, dan kolaborator dengan
menerima keragaman, mengenali pola, memandang perubahan sebagai hal yang positif
dan menerima kesalingterhubungan dalam proses kehidupan.
Pendidikan. Model teori Rogers menjabarkan nilai-nilai dan keyakinan tentang
manusia, kesehatan, keperawatan, dan proses pembelajaran. Pandangan Rogers bahwa
perawat profesional harus memiliki ilmu pengetahuan dalam bidang sastra, ilmu
eksakta, dan keperawatan. Program-program seperti bahasa, matematika, logika,
filosofi, psikologi, sosiologi, music, seni, biologi, mikrobiologi, fisika, kimia, mata
ajar elektif yang meliputi ekonomi, etika, ilmu politik, antropologi, dan ilmu komputer.
Penelitian. Rogers menekankan bahwa penelitian dalam keperawatan wajib
memandang manusia sebagai makhluk yang utuh dan integral dengan lingkungan
mereka. Oleh Karen itu, tujuan penelitian keperawatan adalah mempelajari dan
memahami fenomena tentang pemahaman tersebut, merancang aktivitas untuk
mempromosikan pemulihan kesehatan. Manusia dan lingkungan sebagai fenomena
penelitian.
5. Analisis Teori
Kejelasan. Prinsip model teori Rogers sulit dimengerti. Hal ini disebabkan karena tidak
adanya definisi operasional dan ketersediaan alat ukur yang terbatas. Namun demikian,
model tersebut telah menjawab tantangan pengembangan ilmu keperawatan dan lebih
menegaskan keperawatan sebagai suatu disiplin ilmu. Gagasan roger menunjukkan
kejelasan untuk berbagai riset keperawatan terhadap manusia pada semua rentang usia.
Kesederhanaan. Karya model rogers telah membantu menyederhanakan dan
menjelaskan beberapa konsep dan hubungan konsep tersebut. Beberapa kalangan
masih memandang model rogers sangat kompleks dari perspektif menyeluruh. Namun
dengan penggunaannya terus menerus dalam praktik, penelitian, dan pendidikan maka
dapat diakui kesederhanaan model ini. Whall (1978) mengemukakan bahwa hanya
dengan tiga prinsip, beberapa konsep utama, dan lima asumsi Rogers telah
menjelaskan sifat dasar manusia dan proses kehidupannya.
Keumuman. Model konsep Roger merupakan model yang abstrak dan karenanya dapat
digeneralisir dan memiliki kekuatan. Model ini memiliki ruang lingkup yang luas yang
memberikan kerangka untuk pengembangan pengetahuan disiplin ilmu keperawatan
melalui turunan teori-teori grand dan teori middle-range.
Aksesibilitas. Penggunaan pengetahuan dari berbagai disiplin ilmu, model konsep
roger memiliki logika deduktif dengan karakteristik kurang memiliki dukungan
empiris. Kegagalan mengelompokkan karyanya sebagai model konsep melainkan
sebagai sebuah teori menyebabkan banyak kesalahpahaman dan ekspektasi yang tidak
tepat.
Kepentingan. Model Roger memiliki tujuan dasar memahami evolusi manusia dan
potensinya untuk peningkatan dan perkembangan yang lebih baik bagi kemanusiaan.
Model ini mengatur sebuah sistem terbuka untuk mengidentifikasi fokus dari suatu
paradigma baru dan memprakarsai identitas keperawatan sebagai salah satu disiplin
ilmu pengetahuan. Kegunaannya telah dibuktikan dalam bentuk praktik, pendidikan,
administrasi dan penelitian
6. Studi Kasus
Tn. S adalah pasien berusia 55 tahun memiliki riwayat merokok selama 20 tahun sebanyak
dua bungkus rokok per hari. Tn. S masuk rawat inap di bangsal perawatan interna sebuah
rumah sakit dan bertemu dengan perawat A. Saat ini adalah pertama kali Tn S dirawat
setelah terdiagnosa penyakit paru obstruktif kronis (PPOK). Pengkajian pola dimulai
untuk mendapatkan gambaran profil pasien tentang pengalaman penyakitnya, persepsinya
tentang kesehatan, dan gejala penyakit. Tn. S mengatakan mengalami batuk sepanjang
hari dan lebih parah pada pagi dan malam hari. Tn S mengeluhkan sulit bernapas dan nafas
cepat dan lebih parah saat melakukan aktifitas. Sehingga Tn S cepat merasa lelah. Melalui
pertanyaan yang spesifik, perawat pelaksana menemukan bahwa Tn.S mengalami
perubahan pola tidur dan pola asupan nutrisi. Tn S tidur dalam waktu yang lebih pendek
karena keluhan batuk yang berat dan makan lebih sedikit karena tidak bernafsu makan.
Perawat A juga berhasil mengkajia dan mengetahui bahwa ternyata istri Tn. S juga
merokok. Ia merasa istrinya tidak akan menghentikan kebiasaannya. Selama pengkajian
perawat berusaha menemukan hal yang penting bagi pasien dan bagaimana pasien
mengartikan sehat. Penentuan pola bersama melibatkan pasien, berbagi pengetahuan, dan
menawarkan pilihan. Setelah pengkajian, perawat menyimpulkan data informasi yang
diperoleh dari pasien dan memahaminya. Perawat akan mengetahui aktivitas apa saja yang
dapat dilakukan Tn S. Perawat memberikan informasi tentang penyakitnya dan saran-
saran yang dapat meningkatkan kenyamanannya. Intervensi keperawatan berupa latihan
bernafas, rekomendasi siet tinggi kalori dengan porsi kecil tapi sering. Karena perawat
melihat Tn.S memperlihatkan keinginan untuk berhenti merokok, maka perawat
memberikan saran pengalihan berupa guided imagery untuk mendukung keinginan pasien.
Perawat juga memberikan edukasi melalui media berupa leaflet yang bisa disimpan pasien
dan istrinya agar kebiasaan istrinya juga dapat diubah untuk mencegah istir Tn. S
mengalami penyakit yang sama di kemudian hari. Pada akhir asuhan keperawatan melalui
evaluasi perawat menunjukkan bahwa Tn S menyatakan ia merasa lebih baik setelah
mengetahui bahwa ia mampu membuat dan memiliki keputusan untuk mengubah
beberapa hal dasar dalam hidupnya yang mampu mengubah kesehatan dan proses
hidupnya dan keluarga.
(Alligood, 2014)
King mengemukakan bahwa sistem pribadi (personal) termasuk didalamnya sebagai
seorang pasien atau seorang perawat. Konsep yang ditentukan yaitu citra tubuh,
pertumbuhan dan perkembangan, persepsi, diri, ruang, dan waktu untuk memahami manusia
sebagai pribadi. System interpersonal terbentuk ketika dua atau lebih individu berinteraksi,
membentuk diad (dua orang) atau triad (tiga orang). Diad seorang perawat dan seorang
pasien sebagai salah satu jenis sistem interpersonal. Keluarga ketika bertindak sebagai
kelompok kecil juga dapat dianggap sebagai sistem interpersonal. Pemahaman mengenai
Sistem interpersonal dibutuhkan konsep komunikasi, interaksi, peran, tekanan, dan
transaksi. Sistem interaksi yang lebih komprehensip antara kelompokkelompok yang
membentuk masyarakat disebut sebagai sistem sosial. Sebagai contoh sistem sosial antara
lain sistem pendidikan, agama, dan perawatan kesehatan. Pemahaman sistem sosial
dibutuhkan konsep otoritas, pengambilan keputusan, organisasi, kekuasaan, dan status.
Berdasarkan sistem konseptual King, ia menurunkan teori middle-range tentang teori
pencapaian tujuan. “Proses interaksi manusia membentuk dasar untuk merancang model
transaksi yang menggambarkan pengetahuan teoritis yang digunakan oleh perawat untuk
membantu individu dan kelompok mencapai tuuan” (king, 1995)
DAFTAR PUSTAKA
Alligood, M. R. (2014). Nursing Theorists And Their Work. (M. R. Alligood, Ed.) (eight). United
States of America: Elsevier. https://doi.org/10.5172/conu.2007.24.1.106a
Frey, M. A., Ellis, D. A., Naar-King, S. (2007). Testing Nursing Theory With Intervention
Research: The Congruency Between King's Conceptual System and Multisystemic Therapy.
In C.L. Sieloff & M. A. Frey (Eds.). Middle range theory development using King's
conceptual system (pp. 273-286). New York: Springer.
George, A., Roach, E., Andrade. (2011). Nursing Education: Opportunities and Challenges.
Nursing Journal of India, 102(6)
Khowaja, D. (2006). Utilization of King's Interacting Systems Framework and Theory of Goal
Attainment With New Multidisciplinary Model: Clinical Pathway. Australian Journal of
Advanced Nursing, 24 (2), 44-50.
McEwen, M., & Wills, E. M. (2011). Theoretical Basis for Nursing. (J. Rodenberger, Ed.)
(third). Philadelphia: Wolters Kluwer Health.
Taha, A. (2009). Factors relating to Disposition Status in Children with Severe Traumatic Brain
Injury. Communicating Nursing research, 42, 417
Talbott, S. Z. (2009). Characteristics of Student Requiring Specialized Physical Health Care
Services. Communicating Nursing Research, 418.