Conceptual Model
Kelompok III
ARIYATI AMIN R012182008
M. ALFIAN RAJAB R012182004
Model konseptual adalah formulasi filosofi yang luas
berdasarkan pada upaya untuk memasukkan seluruh realitas
keperawatan. Konsep dan proposisi bersifat abstrak.
Florence Nightingale
Virginia Henderson: Prinsip dan praktek keperawatan
Faye G. Abdellah: Pendekatan yang berpusat pada perawatan pasien
Dorothea E. Orem: Defisit Perawatan-Diri
Dorothy Johnson: The Behavioral System Model
Betty Neuman: The Neuman System Model
grand theory berdasarkan proses interaktif
(interactive process), antara lain :
Myra Estrin Levine: The Conservation Model
Barbara M. Artinian: The Intersystem Model
Helen C. Erickson, Evelyn M. Tomlin, dan Mary Ann P.
Swain: Modeling dan Role-Modeling
Imogene M. King: Sistem Konseptual King dan Teori
Pencapaian Tujuan dan Proses Transaksional
grand theory berdasarkan proses kesatuan
(Unitary process), antara lain :
Martha Rogers: Ilmu Pengetahuan tentang
Kesatuan Manusia
Margaret Newman: Kesehatan sebagai
Kesadaran yang Meningkat
Rosemarie Parse: Teori Pembentukan Manusia
Martha E. Rogers : Manusia yang seutuhnya (Unitary Human Beings)
Model konseptual keperawatan
Kredensial dan Latar Belakang Teori
Master of art di bidang keperawatan kesehatan masyarakat yang
diperoleh dari Teachers College, Columbia University, New York pada
tahun 1945, dan master of Public Health pada tahun 1952 dan gelar ScD
pada tahun 1954 dari Johns Hopkins University di Baltimore.
Prinsip Helisi.
Prinsip Resonansi.
Prinsip Integralitas.
Penerimaan Komunitas Keperawatan
Praktik
Pada model keperawatan Rogers, proses berpikir kritis yang mengarahkan praktik
keperawatan dalam tiga komponen yaitu penilaian pola, pola timbal balik, dan evaluasi.
Pendidikan
Model teori Rogers menjabarkan nilai-nilai dan keyakinan tentang manusia, kesehatan,
keperawatan, dan proses pembelajaran.
Penelitian
penelitian keperawatan mempelajari dan memahami fenomena, merancang aktivitas untuk
mempromosikan pemulihan kesehatan. Manusia dan lingkungan sebagai fenomena
penelitian.
Analisis Teori
Kejelasan.
Prinsip model teori Rogers sulit dimengerti. Namun demikian, model tersebut
telah menunjukkan pengembangan ilmu keperawatan dan lebih menegaskan
keperawatan sebagai suatu disiplin ilmu.
Kesederhanaan.
Beberapa kalangan masih memandang model rogers sangat kompleks dari
perspektif menyeluruh. Namun dengan penggunaannya terus menerus dalam
praktik, penelitian, dan pendidikan maka dapat diakui kesederhanaan model
ini.
Keumuman.
Model ini memiliki ruang lingkup yang luas yang memberikan kerangka untuk
pengembangan pengetahuan disiplin ilmu keperawatan
Aksesibilitas.
Penggunaan pengetahuan dari berbagai disiplin ilmu, model konsep roger memiliki
logika deduktif dengan karakteristik kurang memiliki dukungan empiris
Kepentingan.
Model Roger bertujuan memahami evolusi manusia dan potensinya untuk
perkembangan yang lebih baik bagi kemanusiaan. Memprakarsai identitas
keperawatan sebagai salah satu disiplin ilmu pengetahuan. Kegunaannya telah
dibuktikan dalam bentuk praktik, pendidikan, administrasi dan penelitian
Studi Kasus
Tn. S adalah pasien berusia 55 tahun memiliki riwayat merokok selama 20 tahun
sebanyak dua bungkus rokok per hari. Saat ini adalah pertama kali Tn S dirawat setelah
terdiagnosa penyakit paru obstruktif kronis (PPOK). Pengkajian pola dimulai untuk
mendapatkan gambaran profil pasien tentang pengalaman penyakitnya, persepsinya
tentang kesehatan, dan gejala penyakit. Tn. S mengatakan mengalami batuk sepanjang
hari dan lebih parah pada pagi dan malam hari. Tn S mengeluhkan sulit bernapas dan
nafas cepat dan lebih parah saat melakukan aktifitas. Sehingga Tn S cepat merasa lelah.
Melalui pertanyaan yang spesifik, perawat pelaksana menemukan bahwa Tn.S mengalami
perubahan pola tidur dan pola asupan nutrisi. Tn S tidur dalam waktu yang lebih pendek
karena keluhan batuk yang berat dan makan lebih sedikit karena tidak bernafsu makan.
Perawat A juga berhasil mengkaji dan mengetahui bahwa ternyata istri Tn. S juga
merokok. Ia merasa istrinya tidak akan menghentikan kebiasaannya.
Selama pengkajian perawat berusaha menemukan hal yang penting bagi pasien dan bagaimana
pasien mengartikan sehat. Penentuan pola bersama melibatkan pasien, berbagi pengetahuan, dan
menawarkan pilihan. Setelah pengkajian, perawat menyimpulkan data informasi yang diperoleh dari
pasien dan memahaminya. Perawat akan mengetahui aktivitas apa saja yang dapat dilakukan Tn S.
Perawat memberikan informasi tentang penyakitnya dan saran-saran yang dapat meningkatkan
kenyamanannya. Intervensi keperawatan berupa latihan bernafas, rekomendasi diet tinggi kalori
dengan porsi kecil tapi sering.
Karena perawat melihat Tn.S memperlihatkan keinginan untuk berhenti merokok, maka perawat
memberikan saran pengalihan berupa guided imagery untuk mendukung keinginan pasien. Perawat
juga memberikan edukasi melalui media berupa leaflet yang bisa disimpan pasien dan istrinya agar
kebiasaan istrinya juga dapat diubah.
Pada akhir asuhan keperawatan melalui evaluasi perawat menunjukkan bahwa Tn S menyatakan ia
merasa lebih baik setelah mengetahui bahwa ia mampu membuat dan memiliki keputusan untuk
mengubah beberapa hal dasar dalam hidupnya yang mampu mengubah kesehatan dan proses
hidupnya dan keluarga.
Imogene M. King : Sistem Konseptual dan Teori Middle-Range
Pencapaian Tujuan (Model Konseptual Keperawatan)
Kesehatan
pengalaman hidup yang dinamis dari seorang manusia
Keperawatan
Keperawatan didefinisikan sebagai proses aksi, reaksi, dan
interaksi ketika perawat dan klien berbagi informasi tentang
persepsi mereka dalam situasi keperawatan
Diri
Termasuk didalam diri antara lain system ide, sikap, nilai, dan
komitmen.
Sistem Konseptual Dinamis
• sistem pribadi (personal) termasuk
didalamnya sebagai seorang pasien atau
seorang perawat.
CM T GA
Jika P-K melakukan Jika tujuan tercapai (GA) Jika konflik peran (RC) yang Jika transaksi (T) dibuat
transaksi (T) maka tujuan asuhan keperawatan yang dialami oleh P dan K atau dalam interaksi (I) P-K,
akan tercapai (GA) efektif (NCe) akan terjadi keduanya, stress (ST) pertumbuhan dan
dalam interaksi P-K akan perkembangan (GD) akan
T (GA) GA NCe terjadi ditingkatkan
RC(I) ST (I)T GD
Penerimaan oleh Komunitas Keperawatan
Praktik
King mengembangkan sistem pendokumentasian Goal Oriented Nursing Record (GONR) yang berorientasi tujuan
termasuk didalamnya unsur-unsur yaitu data base, diagnosis keperawatan, daftar tujuan, intervensi keperawatan, lembar
alir, catatan kemajuan, dan ringkasan kepulangan.
Pendidikan
Konsep King digunakan sebagai konsep untuk merancang kurikulum keperawatan
Penelitian
Penelitian-penelitian telah banyak menggunakan karya King sebagai landasan teoritis.
Sistem konseptual King dan teori pencapaian tujuan untuk mengembangakan jalur klinis (Khowaja, 2006)
Penelitian tentang kongruensi antara sistem konseptual King dan terapi multisistemik (Frey, Ellis, Naar-King, 2007)
Penelitian dilakukan oleh (Taha, 2009) menggunakan sistem konseptual King untuk mengeksplorasi “faktor-faktor yang
berhubungan dengan status disposisi pada anak dengan cedera kepala berat”
(Talbott, 2009) juga menggunakan sistem konseptual king untuk mempelajari karakteristik siswa yang membutuhkan pelayanan
kesehatan fisik khusus.
Penelitian dilakukan oleh (George, Roach, Andrade, 2011) mengenai pandangan keperawatan yang dimiliki oleh pasien, ahli bedah,
dan perawat.
Analisis Teori
Kejelasan. Mudah dipahami oleh perawat karena konsep-konsep didefinisikan dan
diilustrasikan dengan jelas.
Kesederhanaan. Definisi jelas dan secara konseptual berasal dari literatur penelitian.
King menyajikan konsep utama yang mudah dipahami.
Keumuman. Teori pencapaian tujuan King telah dikritik bahwa hanya terbatas di bidang
keperawatan ketika pasien tidak dapat berinteraksi secara kompeten dengan perawat.
Aksesibilitas. Studi deskriptif mengidentifikasi karakteristik transaksi. pencapaian tujuan
dapat diukur dan bukti efektivitas asuhan keperawatan dapat ditunjukkan.
Kepentingan. Teori King berfokus pada semua aspek dari proses keperawatan :
pengkajian, perencanaan, implementasi, dan evaluasi. Sehingga karya King sangat
penting untuk membangun pengetahuan dalam disiplin keperawatan.
Studi Kasus
Pasien Tn.K telah menjalani perawatan selama dua pekan di ruang rawat inap RSU dengan
diagnosa non-hemoragik stroke dan hipertensi. Pasien mengalami kelemahan pada ekstremitas
bawah bagian kanan. Pasien telah direncanakan pulang dua hari yang lalu namun tertunda
karena tekanan darah pasien tiba-tiba naik dan dokter memutuskan untuk pemantauan selama
dua hari lagi. Setelah perawat melakukan operan shift dari malam ke shift pagi, perawat A
selaku perawat penanggung jawab Tn.K mendatangi ruangan Tn.K.
Pada saat perawat A mengunjungi Tn.K, perawat A bertanya kepada Tn.K apa yang dia rasakan
tentang penundaan kepulangannya ke rumah. Tn.K mengeluhkan berbagai masalah mengenai
kepulangannya yang tertunda. Sebagai perawat yang mengetahui bahwa pasien memiliki
persepsi masing-masing yang unik dan wajar dipersepsikan oleh pasien, maka perawat
menghabiskan waktu beberapa menit untuk mendengarkan keluhan Tn.K tersebut. Karena
perawat A mengetahui bahwa dua hari kedepan Tn.K akan dipulangkan maka dia meminta
kepada Tn.K untuk mengungkapkan apa yang diketahui mengenai hal-hal yang penting yang
harus diketahui saat melanjutkan perawatan di rumah. Tn.K mengakui bahwa khawatir pulang
ke rumah karena ia tidak tahu apa yang akan dilakukan dan tujuan perawatan di rumah setelah
menderita stroke.
Maka perawat A bertanya kepada Tn. K apa yang ingin diketahui oleh Tn.K
sebelum pulang ke rumah. Tn.K mengidentifikasi beberapa hal yaitu
pemenuhan personal hygiene, cara latihan fisik mandiri, dan tanda-tanda
darurat yang mewajibkan dia kembali ke RS, dan berharap ada seseorang
yang bisa tinggal dengannya saat awal kepulangannya karena ia tidak
yakin istrinya bisa mengurus dirinya seperti perawat di rumah sakit.
Dari tujuan yang teridentifikasi, maka perawat A dan Tn.K mengidentifikasi
kegiatan yang bisa dilakukan Tn.K dan Perawat A untuk mencapai tujuan
untuk mengetahui beberapa hal yang ingin dipahami oleh pasien. Sebelum
meninggalkan ruangan, P-K setuju dengan tujuan kegiatan, prioritas
kegiatan, dan kegiatan yang harus dilakukan, dan P-K mengatur agar istri
Tn.K terlibat dalam perencanaan pulang.
Setelah ditetapkan waktunya, dilakukan edukasi melibatkan keluarga (istri)
kemudian mengevaluasi apakah tujuan tercapai.
Dorothea E. Orem : Teori Defisit Perawatan Diri
Model konseptual keperawatan
Kredensial dan Latar Belakang Teori
1. Orem lahir di Baltimore, Maryland, pada tahun 1914.
2. Ayahnya seorang pekerja konstruksi yang suka memancing dan ibunya seorang IRT yang suka
membaca. Orem memiliki seorang kakak perempuan.
3. Karir keperawatan di Providence Hospital School of Nursing di Washington, D.C. diploma
keperawatan 1930-an.
4. Gelar B.S tahun 1939 dan M.S tahun 1946 dalam pendidikan keperawatan dari Catholic
University of America (CUA).
5. Di usia 92 tahun, kehidupan Dorothea E. Orem berakhir setelah menjalani masa terbaring di
tempat tidur. Dia meninggal hari Jumat, 22 Juni 2007 dikediamannya di Skidaway Island,
Georgia
Sumber Teoritis
Sumber utama dari ide-ide Orem adalah pengalamannya dalam keperawatan
“Kondisi seperti apa yang ada dalam diri seseorang ketika dibutuhkan
seorang perawat dalam situasi tersebut?”.
“Teori SCDNT (Self Care Defisit Nursing Theories) adalah teori umum yang
menjelaskan keperawatan secara deskriptif di semua jenis situasi praktik”.
(Harnucharunkul, 2012)
Analisis Teori
Kejelasan.
Istilah Self-care memiliki beberapa arti dalam lintas ilmu, namun Orem mendefenisikan istilah dan menguraikan struktur
substansi konsep dengan cara yang unik namun tetap kongruen dengan interpretasi lain.
Kesederhanaan.
Teori Orem terdiri dari empat teori pembentuk berikut ini: perawatan diri, ketergantungan perawatan, defisit perawatan
diri, dan sistem keperawatan. Pengembangan teori menggunakan entitas tersebut tampak hemat. Kedalaman
pengembangan konsep memberikan kompleksitas teori ini yang diperlukan untuk menjelaskan dan memahami disiplin
praktik manusia..
Keumuman.
“Teori keperawatan defisit perawatan diri bukan penjelasan tentang individualitas dari situasi praktis keperawatan
konkret tertentu, melainkan ekspresi kombinasi tunggal dari sifat dan fitur umum yang dikonseptualisasikan untuk
semua kasus keperawatan. Sebagai teori umum, ia memberikan arah bagi perawat yang terlibat dalam praktik
keperawatan, dalam pengembangan dan validasi pengetahuan keperawatan, dan dalam pengajaran dan pembelajaran
keperawatan”
Aksesibilitas.
Sebagai teori umum, SCDNT memberikan penjelasan deskriptif mengapa
orang memerlukan perawatan dan proses apa yang dibutuhkan untuk
menghasilkan asuhan keperawatan yang diperlukan. Oleh karena itu,
studi deskriptif komprehensip terhadap berbagai populasi dalam hal
kebutuhan perawatan diri dan praktik perawatan diri adalah diperlukan
Kepentingan.
Orem memberikan pandangan visioner tentang praktik, pendidikan, dan
pengembangan pengetahuan keperawatan komtemporer yang
diungkapkan melalui teori umum.
Studi Kasus
Seorang ibu berinisial Ny. S berumur 60 tahun tinggal bersama dengan anaknya berinisial Ny. R
berumur 40 tahun dan telah berkeluarga. Ny. S memiliki keluhan nyeri lutut kaki sebelah kanan dan
diperburuk ketika ingin berdiri. Selain dari pada itu Ny. R memperhatikan bahwa terdapat tanda-tanda
dan gejala awal penyakit Alzheimer pada ibunya. Ny. R selalu memperhatikan ibunya yang seringkali lupa
pada sesuatu hal dan kebingungan, tiba-tiba marah dan mengulang-ulang kata yang telah disampaikan.
Setelah memperhatikan gejala yang terjadi pada Ny. S maka Ny. R berinisiatif memfasilitasi ibunya
dengan memberikan tongkat untuk memudahkan ketika beraktivitas. Selain daripada itu Ny. R mulai
mempersiapkan diri dan membaca literature terkait penyakit Alzheimer. Kemudian Ny. R menata kembali
segala fasilitas yang menjadi kebutuhan ibunya.
Seiring berjalannya waktu gejala dari penyakit Ny. S semakin memberat sehingga beberapa kegiatan Ny.
S dibantu oleh anaknya, seperti ketika ingin berdiri, mandi serta aktivitas-aktivitas lainnya.
Dengan demikian Ny. R menjadi agen perawatan bagi ibunya.
DAFTAR PUSTAKA
Alligood, M. R. (2014). Nursing Theorists And Their Work. (M. R. Alligood, Ed.)
(eight). United States of America: Elsevier.
https://doi.org/10.5172/conu.2007.24.1.106a
Frey, M. A., Ellis, D. A., Naar-King, S. (2007). Testing Nursing Theory With
Intervention Research: The Congruency Between King's Conceptual System
and Multisystemic Therapy. In C.L. Sieloff & M. A. Frey (Eds.). Middle range
theory development using King's conceptual system (pp. 273-286). New
York: Springer.
George, A., Roach, E., Andrade. (2011). Nursing Education: Opportunities
and Challenges. Nursing Journal of India, 102(6)
Harnucharunkul, S. (2012). Keynote. 12th IOS World Congress.
Khowaja, D. (2006). Utilization of King's Interacting Systems Framework and
Theory of Goal Attainment With New Multidisciplinary Model: Clinical
Pathway. Australian Journal of Advanced Nursing, 24 (2), 44-50.
McEwen, M., & Wills, E. M. (2011). Theoretical Basis for Nursing. (J.
Rodenberger, Ed.) (third). Philadelphia: Wolters Kluwer Health.
Potter, P.A., & Perry, A.G. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan:
Konsep, Proses, dan Praktik, Ed 4Vol 1.Jakarta: EGC.
PPNI. (2016). Perubahan Pedoman Pengembangan Keprofesian
Berkelanjutan Perawat Indonesia. Indonesia.
Taha, A. (2009). Factors relating to Disposition Status in Children with Severe
Traumatic Brain Injury. Communicating Nursing research, 42, 417
Talbott, S. Z. (2009). Characteristics of Student Requiring Specialized Physical
Health Care Services. Communicating Nursing Research, 418.
Taylor, S. G,. & Ranpenning, K. (2011). Self-care science, nursing theory and
evidence based practice. New York: Springer
SEKIAN DAN TERIMA KASIH