Anda di halaman 1dari 31

Laporan Praktikum

Kimia Dasar

SIFAT SIFAT SENYAWA ORGANIK

MUH FAHRUL BUSTANG

H061221033

KELOMPOK III

LABORATORIUM KIMIA DASAR


DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGATAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2022
LEMBAR PENGESAHAN

SIFAT SIFAT SENYAWA ORGANIK

disusun dan diajukan oleh:

MUH FAHRUL BUSTANG


H061221033

telah diperiksa dan disetujui oleh:

Makassar, 31 Oktober 2022


Asisten, Praktikan,

MUHAMMAD QALBI MUH FAHRUL BUSTANG


NIM.H031201047 NIM.H061221033
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kimia organik berasal dari kesalahpahaman bahwa semua senyawa

organik pasti berasal dari organisme hidup, namun telah dibuktikan bahwa telah

ada beberapa perkecualian. Terdapat banyak sekali penerapan kimia organik

dalam kehidupan sehari-hari, diantaranya adalah pada bidang makanan,

obat-obatan, bahan bakar, pewarna, tekstil, parfum, dan lain sebagainya. Kimia

anorganik merupakan salah satu bidang ilmu kimia yang mempelajari sifat-sifat

dan reaktivitas senyawa-senyawa anorganik. Sejak zaman purba manusia telah

menggunakan zat yang diambil atau diisolasi dari organisme hidup baik tumbuhan

maupun hewan. Membuat obat orang merebus daun, kulit kayu, atau akar

tumbuhan dengan air. Air rebusan ini tanpa dipahami oleh perebusnya, pada

hakikatnya mengandung zat-zat organik atau zat yang berasal dari organisme yang

hidup. Karena zat diatas berasal dari makhluk hidup maka zat tersebut disebut

senyawa organik. Sebaliknya, senyawa-senyawa yang bukan berasal dari makhluk

hidup disebut senyawa anorganik (Legiso, 2021).

Adapun senyawa organik pada asetil klorida merupakan turunan asam

asetat yang gugus hidroksilnya diganti oleh klor. Senyawa ini berbentuk cair, tidak

berwarna, titik didih 51˚–52˚C, larut dalam eter, aseton dan asam asetat, mudah

bereaksi dengan air dan alkohol. Senyawa ini mudah terbakar, beracun, korosif

terhadap kulit dan menyebabkan iritasi pada mata (Widiyati, 2008).


1.2 Maksud dan Tujuan Percobaan

1.2.1 Maksud Percobaan

Maksud dari percobaan ini adalah untuk memahami kelarutan dari

beberapa senyawa organik dan menentukan beberapa reaksi dari senyawa organik

dalam percobaan.

1.2.2 Tujuan Percobaan

Tujuan percobaa kali ini adalah:

1. mempelajari kelarutan beberapa senyawa organik.

2. mempelajari beberapa reaksi senyawa organik.

1.3 Prinsip Percobaan

Prinsip percobaan ini adalah melarutkan beberapa senyawa organik

kedalam pelarut akuades dan dietil eter untuk mengetahui kelarutan senyawa

organik tersebut dan mereaksikan beberapa zat kedalam larutan KMnO 4, KI atau

aseton, dan Fehling A+B, lalu diamati reaksi yang terjadi dan hasil dari reaksi

tersebut.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Senyawa Organik

Senyawa organik adalah golongan besar senyawa kimia yang molekulnya

mengandung karbon, kecuali karbida, karbonat, dan oksida karbon. Studi

mengenai senyawaan organik disebut kimia organik. Banyak di antara senyawaan

organik, sepertiprotein, lemak, dan karbohidrat, merupakan komponen penting

dalam biokimia. Antara beberapa golongan senyawaan organik adalah senyawa

alifatik, rantai karbon yang dapat di ubah gugus fungsinya; hidrokarbon aromatik,

senyawaan yang mengandung paling tidak satu cincin benzena; senyawa hetero

siklik yang mencakup atom-atom nonkarbon dalam struktur cincinnya; dan

polimer, molekul rantai panjang gugus berulang (Cahyono dan R, 2010).

Senyawa-senyawa organik dapat diklasifikasikan berdasarkan sifat

kelarutannya dalam sejumlah pelarut dan larutan tertentu. Senyawa dikatakan larut

apabila 0,1 gram padatan atau 0,2 mL cairan dapat larut dalam 3 mL pelarut.

Secara umum senyawa organik dapat diklasifikasikan berdasarkan kelarutan

dalam pelarut organik. Senyawa polar akanlarut dalam senyawa polar dan

senyawa nonpolar akan larut dalam senyawa nonpolar. Kelarutan senyawa

organik dengan suatu larutan dapat memberikan informasi tentang klasifikasi

larutan yang bersifat asam dan larutan yang bersifat basa (Chang, 2005).

Tahun 1828 Wohler menemukan bahwa urea suatu senyawa organik, yang

sebelumnya ditemukan dalam urin manusia, dapat disintesis dari senyawa

anorganik, ammonium sianat. Hal ini makin melemahkan teori vitalitas. Karbon

ini menempati bagian utama dalam studi ilmu kimia karena karbon adalah atom
yang unik karena karbon dapat terikat secara kovalen dengan atom karbon lain

dan terhadap unsur-unsur lain dengan berbagai macam cara (Wardiah, 2016).

2.2 Sifat Sifat Senyawa Organik

Sebutan senyawa organik ini berasal dari kesalahpahaman bahwa semua

senyawa organik pasti berasal dari organisme hidup, namun telah dibuktikan

bahwa ada beberapa pengecualian. Bahkan, sebenarnya, kehidupan juga sangat

bergantung pada kimia organik; sebagai contoh, banyak enzim yang mendasarkan

kerjanya pada logam transisi seperti besi dan tembaga, juga gigi dan tulang yang

komposisinyamerupakan campuran dari senyawa organik maupun anorganik.

Contoh lainnya adalah HCl, larutan ini berperan besar dalam proses pencernaan

makanan yanghampir seluruh organisme (terutama organisme tingkat tinggi)

memakai larutan HCl untuk mencerna makanannya, yang juga digolongkan dalam

senyawa anorganik. Mengenai unsur karbon, kimia organik biasanya berkaitan

dengan senyawa karbon yang sederhana yang tidak mengandung ikatan antar

karbon misalnya oksida, garam,asam, karbid, dan mineral. berbagai macam

senyawa organik non-metana yang mudah menguap selanjutnya disebut sebagai

senyawa organik volatil biogenic (SOVB) dipancarkan ke atmosfer dari

tumbuh-tumbuhan (Oullette & Rawn, 2015)

2.3 Kelarutan Senyawa Organik

Kelarutan ialah kuantitas suatu zat yang larut dalam sejumlah tertentu air.

Perhitungan kesetimbangan kelarutan, biasanya dinyatakan dalam gram zat

terlarut per liter larutan. Kelarutan molar ialah jumlah mol zat terlarut per liter

larutan. Kelarutan merupakan salah satu sifat fisikokimia yang penting untuk

diperhatikan pada tahap preformulasi sebelum memformula bahan obat menjadi


sediaan. Beberapa metode dapat digunakan untuk meningkatkan kelarutan obat,

antara lain: melalui pembentukan garam, perubahan struktur internal Kristal

(polimorfi) atau penambahan suatu bahan penolong, misalnya bahan

pengompleks, surfaktan dan kosolven (Hartati, 2012).

Senyawa polar adalah senyawa yang terbentuk akibat adanya suatu ikatan

antar elektron pada unsur-unsurnya. Ciri-ciri senyawa polar yaitu dapat larut

dalam air dan pelarut polar lainnya, memiliki kutub positif (+) dan kutub negatif

(-), akibat tidak meratanya distribusi electron, dan memiliki pasangan elektron

bebas (bila bentuk molekul diketahui) atau memiliki perbedaan

keelektronegatifan. Contoh senyawa polar adalah air, alkohol, HCl, PCl 3, H2O,

dan N2O5 (Nazarullail dan Rendy, 2021).

Senyawa non polar adalah senyawa yang terbentuk akibat adanya suatu

ikatan antar elektron pada unsur-unsur yang membentuknya. Ciri-ciri senyawa

non polar adalah tidak larut dalam air dan pelarut polar lain, tidak memiliki kutub

positif (+) dan kutub negatif (–) akibat meratanya distribusi elektron, dan tidak

memiliki pasangan electron bebas (bila bentuk molekul diketahui) atau

keelektronegatifannya sama. Contoh senyawa non polar adalah minyak goreng,

bensin, solar, oli, Cl2, H2, dan N2 (Nazarullail dan Rendy, 2021).

Etanol adalah senyawa organik yang terdiri dari karbon, hidrogen dan

oksigen, sehingga dapat dilihat sebagai turunan senyawa hidrokarbon yang

mempunyai gugus hidroksil dengan rumus C2H5OH. Etanol merupakan zat cair,

tidak berwarna, berbau spesifik, mudah terbakar dan menguap, dapat bercampur

dalam air dengan segala perbandingan. Secara garis besar penggunaan etanol

adalah sebagai pelarut untuk zat organik, bahan dasar industri asam cuka ester

spritus dan sebagai bahan baku pembuat ester dan etil ester (Endah dkk., 2007).
BAB III

METODE PERCOBAAN

3.1 Alat Percobaan

Alat yang digunakan dalam praktikum percobaan sifat-sifat senyawa

organik adalah tabung reaksi, rak tabung reaksi, pipet tetes skala, lampu spritus,

kaki tiga, kasa, gelas piala, penjepit tabung, dan penangas air.

3.2 Bahan Percobaan

Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah dietil eter, n-heksana,

kloroform, etanol, etil asetat, akuades, glukosa, kalium permanganat, dan fehling

A+B.

3.3 Prosedur Percobaan

3.3.1 Kelarutan Senyawa Organik

Disiapkan 4 tabung reaksi yang kering dan bersih diisi dengan akuades

masing-masing 0,5 mL. Masing-masing tabung diberi kertas label untuk

memudahkan dalam mengetahui suatu larutan dalam tabung reaksi tersebut.

4 tabung reaksi berbeda lainnya masing-masing tabung ditambahkan dietil eter

sebanyak 0,5 mL. Setelah itu, masing masing tabung reaksi berisi akuades dan

dietil eter pada tabung reaksi pertama ditambahkan n-heksana, tabung reaksi

kedua ditambahkan dengan kloroform, tabung reaksi ketiga ditambahkan etanol,

tabung reaksi keempat ditambahkan etil asetat kurang lebih sebanyak 10 tetes

kemudian semua tabung reaksi dihomogenkan. Diamati dan dicatat proses

perubahan yang terjadi.


3.3.2 Reaksi Reaksi Senyawa Organik

Disiapkan 3 tabung reaksi dan pada masing-masing tabung diberi kertas

label untuk memudahkan dalam mengetahui suatu larutan dalam tabung reaksi

tersebut. Tabung reaksi 1 diisi n-heksana, tabung reaksi 2 diisi etanol, dan tabung

reaksi 3 diisi aseton masing-masing sebanyak 1 mL. Kemudian, setiap tabung

ditambahkan kalium permanganat masing-masing sebanyak 5 tetes. Setelah itu,

ketiga tabung dihomogenkan. Diamati dan dicatat perubahan yang terjadi, jika

tidak terjadi ketiga tabung dipanaskan diatas penganas air. Disiapkan 2 tabung

reaksi pada masingmasing tabung diberi kertas label untuk memudahkan dalam

mengetahui suatu larutan dalam tabung reaksi tersebut. Tabung reaksi 1 diisi

dengan kloroform sebanyak 1 mL dan tabung reaksi 2 diisi dengan glukosa.

Tabung reaksi 1 ditambahkan dengan aseton dan pada tabung reaksi 2

ditambahkan fehling A+B sebanyak 5 tetes. Kemudian tabung dihomogenkan.

Diamati dan dicatat perubahan yang terjadi pada masing-masing tabung reaksi
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Tabel Pengamatan

4.1.1 Kelarutan Senyawa Organik

Tabel 4.1.1 Kelarutan Senyawa Organik

Jumlah fase Jumlah fase dalam


Zat pelarut dalam campuran campuran dietil efer Keterangan
akuades

n-heksana 2 fasa 1 fasa Non polar


Koloform 2 fasa 1 fasa Non polar
Etanol 1 fasa 1 fasa Semipolar
Etil asetat 1 fasa 1 fasa Semipolar

4.1.2 Reaksi-Reaksi Senyawa Organik

Tabel 4.2 Reaksi-Reaksi Senyawa Organik


Zat Perubahan yang terjadi
Keterangan
Pelarut KMnO4 KI/Aseton Fehling A+B I2/Betadin

Terbentuk 2
n-heksana 2 fasa - - - fasa tidak
bereaksi
Terbentuk
Alkohol 1 fasa - - - endapan
cokelat
Tidak Tidak
Aseton - - -
bereaksi bereaksi

Kloroform - 1 fasa - - Bereaksi


Terbentuk Terbentuk
Glukosa - - endapan - endapan
Merah Bata merah bata
4.2 Reaksi

Dalam percobaan kedua yakni reaksi-reaksi senyawa organik, KMnO4

ditambahkan dengan n-heksana setelah dipanaskan:

KMnO4 + CH3 - CH2 - CH2 - CH2 - CH2 - CH3 2 fasa

Kalium n-heksana (tidak bereaksi)


Permanganat

Reaksi senyawa organik, KMnO4 ditambahkan dengan etanol akan terjadi

reaksi membentuk etanal:

MnO4- + C2H6O C2H4O + Mn2+

Permanganat Etanol Etanal Endapan Coklat

Reaksi senyawa organik, KMnO4 ditambahkan dengan aseton tidak dapat

bereaksi :

KMnO4 + C2H3O Tidak bereaksi

Kalium Aseton
Permanganat

Aseton direaksikan dengan kloroform membentuk klorobutanol, akibat

terjadi reaksi oksidasi dan penarikan CCl 3 ke molekul aseton sehingga membentuk

kloro butanol, reaksinya sebagai berikut :

C3H6O C2H7O + CHCl3 C3H8O + CCl3 C4H7Cl3O

Aseton Kloroform Isopropil Klorobutanol


Alkohol
Glukosa direaksikan dengan fehling A dan B yang campuran fehling ini

mereduksi larutan glukosa. Reaksinya sebagai erikut :

C6H12O6 + Cu2+(basa) C6H12O7 + Cu

Glukosa Asam Glukonat Endapan


Merah Bata

Merah Bat

4.3 Pembahasan

4.3.1 Kelarutan Senyawa Organik

Senyawa organik hanya larut pada pelarut yang sejenis dengan senyawa

organik tersebut. Senyawa organik yang bersifat polar hanya dapat larut dalam

pelarut polar dan senyawa organik non polar hanya dapat larut pada pelarut non

polar pula. Sehingga campuran bersifat homogen yaitu hanya terdapat satu fase

dimana antara pelarut dan zat terlarutnya tidak dapat dibedakan lagi.

Berdasarkan tabel di atas diperoleh n-heksana yang dicampur dengan

akuades memiliki dua fase, dimana fase diatas adalah n-heksana dan fase dibawah

adalah akuadesnya. Hal ini dikarenakan massa jenis akuades lebih besar dari

massa jenis n-heksana. Sedangkan n-heksana yang dicampur dengan dietil eter

memiliki satu fase, dimana n-heksana dan dietil eter dapat bercampur (homogen).

Hal ini menunjukkan bahwa n-heksana termasuk senyawa nonpolar karena dapat

larut dalam dietil eter yang bersifat nonpolar. Kloroform yang dicampur dengan

akuades memiliki dua fase. Dimana fase diatas adalah fase kloroform dan fase
dibawah adalah fase akuades. Sama dengan uji coba pertama, uji coba kedua juga

dikarenakan massa jenis dari akuades lebih besar darimassa jenis kloroform.

Sedangkan kloroform yang dicampur dengan dietil eter memiliki satu fase, terlihat

dari menyatunya kedua larutan. Hal ini menunjukkan bahwa kloroform termasuk

senyawa nonpolar.

Etanol yang dihomogenkan dengan akuades maupun dietil eter sama-sama

menghasilkan satu fase. Hal ini dikarenakan etanol yang memiliki sifat polar,

tetapi dalam teorinya etanol cenderung bersifat polar karena adanya gugus

hidroksil pada etanol yang menyebabkan penyebaran yang tidak merata pada

pasangan elektron. Antara kelarutan etil asetat dalam akuades dan dietil eter

menghasilkan satu fase dalam mencampurkan etil asetat dengan akuades dan

menghasilkan satu fase dalam mencampur etil asetat dengan dietil eter. Hal ini

menunjukkan bahwa etil asetat bersifat semipolar dikarenakan massa jenis

akuades yang lebih besar dibanding massa jenis etil asetat.

4.3.2 Reaksi-Reaksi Senyawa Organik

Pada senyawa- senyawa organik dapat terjadi reakasi- reaksi yang terjadi

apabila dicampurkan dengan senyawa lain. Reaksi tersebut dapat terjadi karena

adanya perubahan yang terjadi. Reaksi yang dapat terjadi pada senyawa- senyawa

organik seperti reaksi substitusi, reaksi adisi, reaksi eliminasi, reaksi penataan

ulang, dan reaksi oksidasi reduksi.

Pada percobaan reaksi-reaksi senyawa organik dalam menghomogen

n-heksana, alkohol, dan aseton dengan KMnO4diperoleh ketiga campuran tersebut

dapat bereaksi. Hal ini dikarenakan perubahan warna yang terjadi pada ketiga

campuran dan adanya endapan pada campuran alkohol maupun aseton dengan

KMnO4. Akan tetapi dalam teorinya, n-heksana tidak dapat bereaksi dengan
KMnO4. Penyimpangan yang terjadi dikarenakan faktor dari kondisi bahan yang

sudah tidak baik lagi atau karena kurangnya keterampilan praktikan.

Percobaan ini dilakukan untuk menguji reaksi senyawa organik yang

ditetesi dengan zat lain. Senyawa yang diuji yaitu n-heksana, etanol dan aseton

yang ditetesi dengan KMnO4. Kloroform yang ditetasi dengan Nal/Aseton,

glukosa yang ditetesi dengan larutan fehling A+B. Pada percobaan pertama untuk

senyawa n-heksana yang ditetesi dengan KmnO4, tidak terjadi perubahan warna,

Namun, terdapat endapan di dasar tabung reaksi, warnamya tidak mengalami

perubahan yakni berwarna biru. Hal ini membuktikan bahwa n-heksana tidak

bereaksi dengan KMnO4. Senyawa ataupun senyawa awal yang terlibat dalam

reaksi disebut sebagai reaktan Reaksi-reaksi senyawa organik kloroforms saat

ditetesi NaI/aseton tidak mengalami perubahan warna dan tidak pula terbentuk

endapan. Hal ini menyatakan bahwa kloroform tidak dapat bereaksi dengan

KMnO4.

Fungsi penambahan KMnO4, adalah untuk menguji adanya halogen.

Berbeda dengan glukosa yang diteses dengan fehling A+B yang mengalami

perubahan warna dan membentuk endapan merah bata. Hal ini menyatakan bahwa

semyawa tersebut mampu bereaksi. Fungsi penambahan fehling A+B untuk

menguji adanya gugus aldehid. Berdasarkan teori yang menyatakan bahwa ketika

larutan basa yang dipanaskan dalam sampel yang mengandung gula tereduksi,

hasil yang didapatkan adalah warna kuning atau bewarna merah. Larutan fehling

akan beraksi dengan monosakarida (glukosa, fruktosa, dan galaktosa) maka dapat

disimpulkan bahawa percobaan pada glukosa yang ditetesi fehling A+B sudah

sesuai dengan teori karena mengalami suatu reaksi yang ditandai dengan

perubahan warna yang terjadi. Praktikum ini kesalahan bisa saja terjadi yang
disebabkan karena penggunaan alat atupun pencampuran senyawa yang salah.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, dapat simpulkan bahwa:

1. senyawa organik hanya dapat larut pada pelarut yang memiliki sifat yang sama

dengannya yaitu senyawa polar larut dalam pelarut polar dan senyawa nonpolar

larut dalam pelarut nonpolar. Kloroform dan n-heksana termasuk senyawa non

polar karena kedua senyawa ini larut dalam senyawa non polar lain yaitu dietil

eter. Sedangkan, senyawa etanol dan etil asetat merupakan senyawa semi polar

karena kedua senyawa ini larut dalam akuades (polar) dan juga larut dalam

dietil eter (non polar).

2. gugus fungsi suatu molekul menentukan suatu reaksi senyawa organik dan akan

berimplikasi pada tipe-tipe reaksi yang berlangsung (oksidasi, reduksi, adisi,

eliminasi, atau substitusi). Etanol dapat mengalami reaksi dengan KMnO 4

karena terbentuk endapan coklat. Sedangkan, n-heksana dan aseton tidak

beraksi. Kloroform tidak dapat mengalami reaksi dengan aseton. Glukosa dapat

mengalami reaksi dengan pereaksi fehling A+B dimana terbentuk endapan


merah bata.

5.2 Saran

5.2.1 Saran Untuk Laboratorium

Saran untuk laboratorium kimia pada percobaan sifat-sifat senyawa

organik ini agar lebih ditingkatkan lagi kualitas dan kuantitasnya baik berupa

bahan percobaan maupun alat percobaannya, serta tetap menjaga kebersihannya.

5.2.2 Saran Untuk Asisten

Diharapkan agar tetap mempertahankan sikap keramahan dan

kesabarannya dalam menghadapi praktikan, serta membagikan file lampiran yang

telah dijelaskan saat asistensi untuk mengurangi adanya kebingungan.


DAFTAR PUSTAKA

Legiso. K.A.R., 2021, Kimia Organik, Noerfikri Offiset, Palembang.

Widiyati, E., 2008, Sintesis Asetil Klorida Dari Asam Asetat Dan Tionil Klorida
Pada Suhu Yang Divariasi Dan Mempelajari Mekanisme Reaksinya,
Jurnal Gradien, 4(1); 314-317.

Endah, D., Sperisa, D., Adrian. N., dan Paryanto, 2007, Pengaruh Kondisi
Fermentasi Terhadap Yield Etanol pada Pembuatan Boetanol dari Pati
Garut, Jurnal Gema Teknik, 10(2); 83-88.

Cahyono, A.D., dan R, T.A., 2010 Pemanfaatn Fly Ash Batubara Sebagai
Adsorben Dalam Penyisihan Cod Dari Limbah Cair Domestik Rumah
Susun Wonorejo Surabaya, Jurnal Ilmiah Teknik Lingkungan, 4(1); 1-8.

Chang, R., 2005, Kimia Dasar: Konsep-Konsep Inti Jilid II, Erlangga, Jakarta.

Wardiah, 2016, Kimia Organik, Pusdik SDM Kesehatan, Jakarta.

Oulette, R.J. dan Rawn, J.D., 2015, Priciples of Organic Chemistry, Elsevier,
Amsterdam.

Hartati, I., 2012, Prediksi Kelarutan Theobromine pada Berbagai Pelarut


menggunakan Parameter Kelarutan Hildebrand, Jurnal Momentum,
8(1); 11-16.

Nazarullail, F. dan Rendy, D.B.A.P., 2021, Pengenalan Permainan Warna


MelaluiKonsep Senyawa Polar dan Non Polar, Jurnal Pendidikan Anak
Usia Dini, 1(2); 18-32.
Lampiran 1. Bagan Kerja

A. Kelarutan Senyawa Organik.

Akuades 0,5 mL

 dimasukkan ke dalam 4 tabung reaksi

 ditambahkan 10 tetes n-heksana

 dihomogenkan dan diamati perubahanreaksi.

 dicatat hasil yang terjadi.

Hasil

Catatan: Dilakukan percobaan yang sama pada senyawa lain yakni

kloroform, etanol, dan etil asetat.

Dietil eter 0,5 mL

 dimasukkan ke dalam 4 tabung reaksi

 ditambahkan 10 tetes n-heksana

 dihomogenkan dan diamati perubahan reaksi.

 dicatat hasil yang terjadi.

Hasil
Catatan: Dilakukan percobaan yang sama pada senyawa lain yakni

kloroform, etanol, dan etil asetat.

B. Reaksi-reaksi Senyawa Organik

Etanol 1 mL

 dimasukkan ke dalam tabung reaksi.

 ditambahkan 5 tetes KMnO4.


dihomogenkan dan diamati perubahan reaksi.

apabila tidak terjadi reaksi, dipanaskan di penangas air.

dicatat hasil yang terjadi.

Hasil

Catatan: Dilakukan percobaan yang sama dengan mengganti etanol

menjadi masing-masing pada n-heksana dan aseton.

Kloroform 1 mL

 dimasukkan ke dalam tabung reaksi.

 ditambahkan 5 tetes Aseton

 dihomogenkan dan diamati perubahan reaksi.

 apabila tidak terjadi reaksi, dipanaskan di penangas air.



Hasil
dicatat hasil yang terjadi.
Glukosa 1 mL

 dimasukkan ke dalam tabung reaksi.

 ditambahkan 5 tetes fehling A+B

 dihomogenkan dan diamati perubahan reaksi.

 apabila tidak terjadi reaksi, dipanaskan di penangas air.

 dicatat hasil yang terjadi.

Hasil
Lampiran 2. Foto Percobaan

Gambar 1. Kelarutan Akuades dan Dietil Eter


ditambahkan dengan n-heksana.

Gambar 2. Kelarutan Akuades dan Dietil Eter


ditambahkan dengan kloroform

Gambar 3. Kelarutan Akuades dan Dietil Eter


ditambahkan dengan etanol.
Gambar 4. Kelarutan Akuades dan Dietil eter
Ditambahkan dengan etil asetat

Gambar 5. Reaksi Senyawa KMnO4 dengan n-heksana


Setelah dipanaskan

Gambar 6. Reaksi Senyawa KMnO4 dengan Etanol


Setelah dipanaskan
Gambar 7. Reaksi Senyawa KMnO4 dengan Aseton
Setelah dipanaskan

Gambar 8. Reaksi Senyawa Kloroform dengan Aseton


Setelah dipanaskan

Gambar 9. Reaksi Senyawa Glukosa dengan Fehling A+B


Setelah dipanaskan
Lampiran 3. Sumber

Anda mungkin juga menyukai