Anda di halaman 1dari 43

ASURANSI

Pengertian Asuransi
(UU No. 40 Tahun 2014)
 Asuransi adalah perjanjian antara dua pihak, yaitu perusahaan asuransi dan pemegang
polis, yang menjadi dasar bagi penerimaan premi oleh perusahaan asuransi sebagai
imbalan untuk:
 Memberikan penggantian kepada tertanggung atau pemegang polis karena kerugian, kerusakan,
biaya yang timbul, kehilangan keuntungan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga
yang mungkin diderita tertanggung atau pemegang polis karena terjadinya suatu peristiwa yang
tidak pasti; atau
 Memberikan pembayaran yang didasarkan pada meninggalnya tertanggung atau pembayaran
yang didasarkan pada hidupnya tertanggung dengan manfaat yang besarnya telah ditetapkan
dan/atau didasarkan pada hasil pengelolaan dana.
Definisi Asuransi
(dari segi badan usaha)
Asuransi merupakan suatu rencana yang melibatkan penggabungan sekelompok orang
dengan memindahkan risiko yang dipunyai masing-masing
 Dari sudut pandang sosial: asuransi merupakan suatu alat sosial untuk melakukan
akumulasi dana dalam mencapai kerugian yang tidak pasti dengan cara memindahkan
risiko orang banyak kepada lembaga asuransi.
Definisi Asuransi
(dari sudut ekonomi)
Asuransi adalah salah satu cara yang paling ekonomis untuk mengurangi kerugian yang
mungkin dihadapi oleh seseorang atau suatu unit badan usaha, dengan membayar
sejumlah premi yang relatif kecil akan diperolah hasil yang besar berupa perlindungan
terhadap kerugian yang mungkin dialami dari timbulnya risiko yang dijamin.

 Asuransi merupakan metode untuk mengurangi risiko dengan cara memindahkan dan

mengelompokkan ketidak pastian kerugian keuangan


Objek Asuransi

 Jiwa dan raga


 Kesehatan manusia
 Tanggung jawab hukum
 Benda dan jasa
 Semua kepentingan lainnya yang dapat hilang,rusak,rugi, dan atau berkurang
nilainya
Apa Yang Perlu Diasuransikan?

Yang perlu diasuransikan adalah sesuatu yang memiliki kriteria :


1. Berharga/memiliki nilai ekonomis tinggi
2. Mengandung risiko/ketidakpastian
pada masa yang akan datang.
3. Memiliki makna khusus bagi pemiliknya.
Kategori Risiko

Risiko dapat didefinisikan sebagai ketidakpastian akan terjadinya kerugian, baik


kehidupan pribadi (personal), maupun kegiatan usaha (business).
Bentuk dari resiko itu dapat dikategorikan sebagai berikut:
 Risiko Murni. Bentuk resiko yang kalau terjadi akan menimbulkan kerugian (loss) atau
tidak menimbulkan kerugian (no loss/break even). Contoh: resiko kebakaran, risiko
kecelakaan.
 Risiko Spekulatif. Bentuk Resiko yang kalau terjadi, dapat menimbulkan kerugian
(loss), tidak menimbulkan kerugian (no loss/break even), atau mendatangkan
keuntungan (gain). Contoh: resiko produksi, resiko moneter (kurs valuta asing).
 Risiko Fundamental. Bentuk resiko yang kalau terjadi, dampak kerugiannya bisa
sangat luas atau katastropis. Penyebabnya biasanya tidak menyangkut pribadi.
Contoh: resiko perang, gempa bumi, polusi udara.
 Risiko Partikular. Bentuk Resiko yang berasal dari kejadian tertentu dan dampaknya
dirasakan secara lokal. Contoh: resiko kebakaran, resiko pencurian, resiko huru-hara,
dll.
Asuransi Kerugian

 Memberikan jasa dalam penanggulangan risiko atas


kerugian, kehilangan manfaat, dan tanggung jawab
hukum kepada pihak ketiga, yang timbul dari peristiwa
yang tidak pasti.

 Asuransi kerugian terdiri dari asuransi untuk harta


benda (property), kepentingan keuangan (pecuniary),
tanggung jawab hukum (liability) dan asuransi diri
(kecelakaaan atau kesehatan)
Terhadap apa bangunan di asuransikan ?
Risiko Properti
 Risiko yang mungkin terjadi atas properti
(asset) mencakup banyak hal seperti
kebakaran, banjir, perusakan, dan lainnya.
 Dalam perusahaan asuransi, risiko atas harta
benda biasanya masuk dalam kategori asuransi
umum, seperti terlihat dari penawaran produk
salah satu perusahaan asuransi umum.
 Harta benda yang menghadapi risiko mencakup
banyak kategori seperti bangunan, perabot
rumah tangga, perlengkapan rumah, mesin,
barang dagangan, persediaan bahan baku atau
barang jadi, dll.
Cakupan Asuransi Umum & Properti
 Asuransi harta benda (Property Insurance)
 Asuransi Rekayasa (Engineering Insurance)
 Asuransi Pengangkutan (Marine Cargo Insurance)
 Asuransi Rangka Kapal (Marine Hull Insurance)
 Asuransi Usaha Gas dan Minyak Bumi (Oil & Gas
Insurance)
 Asuransi Pesawat (Aviation Insurance)
 Asuransi Satelit (Space Insurance)
 Asuransi Kecelakaan Diri (Personal Accident Insurance)
 Asuransi Tanggung Gugat (Liability Insurance)
 Asuransi Uang (Money Insurance)
 Asuransi Kebakaran (Burglary Insuranse)
Kategori Harta Benda

 Properti Riil (Real Property)


Properti riil bisa didefinisikan sebagai tanah dan apa saja yang tumbuh,
berdiri. Contoh : tanah, bangunan atau tanaman
 Properti Personal (Personal Property)
Properti personal dapat didefinisikan sebagai harta benda diluar properti riil.
Contoh : mobil, komputer, pakaian, perhiasan, dll
Sumber-Sumber Risiko Yang Berpengaruh
Terhadap Harta Benda

 Sumber Fisik : Sumber fisik mencakup antara lain


kekuatan alam, seperti api, badai, ledakan yang bisa
menghancurkan harta benda.
 Sumber Sosial : sumber sosial mencakup kejadian yang
muncul karena dorongan sosial, sebagai contoh, kerusuhan
yang terjadi yang berakibat pada perusakan properti
 Sumber Ekonomi : Sumber ekonomi mencakup kekuatan
ekonomi yang mengakibatkan kerusakan. Sebagai contoh,
perubahan model menyebabkan barang stock lama
menjadi kehilangan nilainya
Kerugian Yang Dialami Harta Benda
 Kerugian Langsung
Terjadi jika kejadian buruk mempunyai dampak langsung
terhadap properti, Contoh : kebakaran menghancurkan bangunan
merupakan kerugian langsung.
 Kerugian Tidak Langsung
Terjadi jika kejadian buruk tersebut berdampak secara tidak
langsung terhadap kerugian tersebut. Contoh bangunan hancur
karena kebakaran mengakibatkan aktivitas operasional
perusahaan terhambat sehingga tidak memperoleh pendapatan.
Perusahaan terpaksa mengeluarkan biaya ekstra untuk
memperbaiki fasilitas kantor.
 Elemen Waktu
Jika waktu diperhirtungkan dalam kerugian tersebut. Contoh :
karena kebakaran bangunan kantor tidak bisa dipakai/ disewakan
dalam masa renovasi. Semakin lama waktu perbaikan maka
semakin besar kerugian yang dihadapi bank
ASURANSI JIWA

 Memberikan jasa dalam penanggulangan risiko yang


berkaitan dengan hidup atau meninggalnya seseorang
yang dipertanggungjawabkan.

 Perusahaan asuransi jiwa disamping asuransi kerugian


(umum), juga diperbolehkan untuk memasarkan produk
asuransi kecelakaan dan kesehatan.
ASURANSI SOSIAL
 Adalah program asuransi wajib yang diselenggarakan pemerintah
berdasarkan UU. Maksud dan tujuan asuransi sosial adalah
menyediakan jaminan dasar bagi masyarakat dan tidak bertujuan
untuk mendapatkan keuntungan komersial. Umumnya program
asuransi sosial ditujukan kepada perusahaan-perusahaan.

Contoh Asuransi Sosial

 Asuransi Tenaga Kerja (Astek)


Program asuransi yang melindungi dari para karyawan apabila
terjadi musibah yang mengakibatkan karyawan berkurang atau
hilang penghasilan dan untuk biaya pengobatan

 Dana Pensiun
Program asuransi yang bersifat seperti tabungan, dimana setiap
bulan sejumlah persentase kecil dari pendapatan dipotong untuk
disimpan. Kelak, apabila karyawan sudah pensiun, maka dana
akumulasi ini dapat dicairkan.
UNSUR DALAM ASURANSI
 Pihak tertanggung (insured)

Pihak yang berjanji membayar uang kepada


pihak penanggung
 Pihak penanggung (insurer)

Pihak yang berjanji membayar jika peristiwa


pada unsur ketiga terlaksana
 Suatu peristiwa (accident)

Suatu peristiwa belum tentu akan terjadi


(evenement)
 Kepentingan (interest)
TERTANGGUNG (insured)
Tertanggung adalah:
Orang atau individu atau badan hukum
yang memiliki kepentingan keuangan
terhadap barang/properti yang
dipertanggungkan sehingga ia memiliki hak
untuk membeli proteksi asuransi
PENANGGUNG (insurer)
Penanggung adalah:
Perusahaan asuransi yang memberikan ganti
rugi kepada tertanggung atas kerugian
yang dideritanya sesuai dengan polis yang
diterbitkannya
SYARAT SYAHNYA PERJANJIAN ASURANSI

 Diatur dalam Psl 1320 KUHPdt


 Ditambah ketentuan Psl 251 KUHD
tentang pemberitahuan (notification),
yakni tertanggung wajib
memberitahukan kepada penanggung
mengenai keadaan obyek asuransi.
Apabila lalai maka pertanggungan
menjadi batal
TUJUAN ASURANSI
 Ekonomi
Mengurangi ketidakpastian dari hasil
usaha yang dilakukan oleh seseorang atau
perusahaan dalam rangka memenuhi
kebutuhan atau mencapai tujuan
 Hukum
Memindahkan risiko yang dihadapi suatu
kegiatan kepada pihak lain
TUJUAN ASURANSI
 Tata Niaga
Membagi risiko yang dihadapi kepada
semua peserta program
 Kemasyarakatan
Menanggung kerugian secara bersama-
sama antar peserta program asuransi

FUNGSI UTAMA ASURANSI


Menempatkan posisi keuangan tertanggung
kembali kepada saat sebelum terjadi
kerugian/loss
MANFAAT ASURANSI
 Rasa aman dan perlindungan
 Pendistribusian biaya dan manfaat yang
lebih adil
 Polis dapat dijadikan jaminan kredit
 Sebagai tabungan dan sumber
pendapatan
 Alat penyebaran risiko
 Membantu peningkatan kegiatan usaha
PRINSIP ASURANSI
 Insurable interest (kepentingan terhadap objek)
 Hak subyektif yang mungkin akan lenyap atau berkurang karena peristiwa tidak tentu

 Ulmost good faith (itikad baik)


 Indemnity (kembali pada posisi semula/keseimbangan)
 Proximate cause (sebab akibat yang berantai)
 Prinsip Follow the Fortunes, berlaku bagi reasuransi
 Subrogation
 Menuntut pihak lain yang mengakibatkan kerugian

 Contribution
 Pihak penangggung mengajak penangggung lain untuk ikut menanggung
INSURABLE RISK

 Jiwa,harta benda, hak dan kepentingan


 Sesuatu yang dapat dipertanggungkan
 Memiliki hubungan hukum dengan objek
SYARAT INSURABLE RISK
 Loss and Unexpected
 Kerugian harus dapat diukur/dipastikan waktu dan tempatnya serta sulit diperkirakan
kejadiannya

 Reasonable
 Nilai benda yang dipertanggungkan cukup material

 Catastrophic
 Risiko harus tidak menimbulkan kerugian yang sangat besar

 Homogeneous
 Barang yang diasuransikan bukan yang unik melainkan banyak barang serupa atau sejenis
PELAKSANAAN PRINSIP INDEMNITY
 Pembayaran tunai atas suatu klaim dengan penyerahan langsung kepada
tertanggung atau kepada pihak ketiga dalam hal tanggung gugat
 Penggantian (replacement) atas barang tertanggung dalam bentuk barang yang
sama
 Perbaikan (repair) barang milik tertanggung menjadi bentuk/kondisi semula
(kerusakan kendaraan)
 Pembangunan kembali (reinstatement), biasanya pada property insurance
CONTOH PRINSIP PROXIMATE CAUSE
 Badai menerpa dan menghantam tembok dinding pagar
 Tembok roboh menyebabkan instalasi listrik rusak
 Rusak instalasi listrik menimbulkan korsleting dan percikan api
 Percikan api menimbulkan kebakaran
 Pemadam kebakaran menyemprotkan air
 Air yang disemprotkan menimbulkan kerusakan barang lain yang tidak terbakar
PERIL, HAZARDS, LOSS
 Peril (penyebab suatu kerugian): peristiwa yang apabila terjadi
dapat menimbulkan kerugian
 Hazards: setiap keadaan yang dapat menciptakan kesempatan
timbulnya kerugian dari suatu peril
 Loss: kerugian atau kerusakan yang diderita seseorang baik atas
diri, keluarga ataupun harta miliknya akibat suatu peril
 Contoh Peril dan Hazards:
 Merokok dalam pabrik dinamit (hazards)
 Rem mobil tidak berfungsi (hazards)
 Tabrakan beruntun (peril)
 Banjir mangakibatkan kerugian petani (peril)
JENIS HAZARDS
 Physical hazards: kondisi yang bersumber pada karakteristik fisik
suatu obyek yang dapat memperbesar terjadinya peril yang
timbul dari kondisi fisik, penggunaan barang yang
dipertanggungkan
 Contoh : garasi dijadikan pabrik petasan
 Legal hazard, seringkali berdasarkan pada peraturan ataupun
perundangan yang bertujuan melindungi masyarakat, justru
diabaikan atau kurang diperhatikan sehingga dapat
memperbesar kemungkinan terjadinya peril
 Morale hazards: suatu kondisi yang bersumber pada diri orang
yang bersangkutan berkaitan dengan mental atau pandangan
hidup serta kebiasaannya yang dapat memperbesar suatu peril
Indemnity VS Reinstatement

Pemilihan Prinsip Indemnity atau Reinstatement


tergantung pada beberapa pertimbangan sebagai
berikut :
 Umur Properti yang berkenaan
 Karateristik Properti yang Berkenaan
 Kondisi Properti
 Negosiasi proposal
Pentingnya Memahami Penilaian Bagi
Tujuan Asuransi
 Penilaian properti bagi tujuan asuransi merupakan
sesuatu yang jarang dilakukan dibandingkan dengan
penilaian untuk tujuan penentuan nilai pasar,
pengenaan pajak, sewa-menyewa dan tujuan-tujuan
lain yang mempunyai intensitas lebih tinggi dalam
masyarakat.
 Pemahaman mengenai penilaian bagi tujuan asuransi ini
adalah penting karena ada prinsip-prinsip dan
perlakuan khusus yang tidak terdapat pada tujuan
penilaian lainnya.
 Penilaian bagi tujuan asuransi biasanya didasarkan pada
polis asuransi (insurance policy), yaitu sebuah kontrak
antara pihak yang mengasuransikan (insured) dan pihak
asuransi (insurer) yang mempertimbangkan jumlah
premi (dalam bentuk uang dalam jumlah tertentu) yang
harus dibayar oleh insured kepada insurer dan jumlah
yang harus dibayar oleh pihak asuransi manakala suatu
kejadian tertentu yang menyebabkan kerugian terjadi.
METODE PENILAIAN
 METODE REINSTATEMENT

 METODE THE TRUE LOSS (INDEMNITY)

 METODE PENGGANTI/SUBTITUSI
METODE REINSTATEMENT
 Besarnya nilai penggantian (reinstatement value)
terhadap properti adalah tergantung pada keadaan
properti.
 Jika properti musnah atau mengalami kerusakan total,
maka untuk sebuah bangunan yang ada tersebut akan
dipulihkan dengan memberi penggantian sebesar biaya
membangun baru bangunan dengan harga yang terjadi
pada saat penggantian sedangkan untuk bangunan
lama/kuno yang materialnya tidak tersedia lagi di
pasaran, maka penggantiannya adalah sebesar biaya
membangun baru bangunan pengganti (bangunan lain
yang mempunyai fungsi dan karateristik fisik yang
serupa).
 Untuk properti yang mengalami kerusakan kecil atau
kerusakan sebagian, maka biaya penggantian yang
diberikan adalah sebesar biaya perbaikan dan
pemulihan (restoration) bagian-bagian yang mengalami
kerusakan. Tetapi perlu diingat bahwa pemberian
METODE THE TRUE LOSS (INDEMNITY)

 Prinsip indemnity ini menempatkan “insured” dalam keadaan


sedekat mungkin dalam keadaan yang sedekat mungkin dalam
menikmati properti sebelum terjadi insiden/musibah.
Penghitungan kerugian didasarkan pada nilai aktual (actual value)
dari properti pada tanggal terjadinya kerugian dan dilakukan
penyesuaian (adjustment). Besarnya ganti rugi tersebut adalah
dihitung sebagai berikut :

Untuk Bangunan
Indemnity = Rebuilding Cost atau Repair Cost – Depresiasi

Untuk Bangunan Pengganti


Indemnity = Market Value atau Going Concern Value
Lanjutan…

Dalam kasus ini “insured” tidak diperkenankan untuk


membuat keuntungan atas ganti rugi yang diberikan.
Klaim harus merujuk pada kondisi dan batasan-batasan
yang ada dalam polis serta setelah indemnity
diberikan,pihak asuransi bisa meminta “insured” untuk
membuktikan kerugian yang dialami.
APLIKASI PENILAIAN
Sebelum melakukan aplikasi penilaian, terdapat beberapa
faktor
yang perlu dipertimbangkan dalam melakukan penilaian
properti
untuk tujuan asuransi, yaitu:
1. Metode pengukuran yang dipakai.
2. Tipe atau jenis properti.
3. Standar dan kualitas bangunan.
4. Kondisi struktur bangunan.
5. Standar fittings dan finishings.
6. Dapat tidaknya direproduksi seperti keadaan aktualnya.
7. Memungkinkan/tidak direproduksi seperti keadaan
aktualnya.
8. Beberapa faktor khusus properti.
lanjutan

9. Pengaruh peraturan bangunan termasuk


peraturan perencanaan dan zoning serta
peraturan-peraturan lain berkenaan dengan
bangunan cagar budaya, peraturan kesehatan
dan keselamatan publik.
10. Risiko-risiko tertentu yang terkait dan
berpengaruh terhadap properti.
11. Biaya-biaya pembangunan kembali yang perlu
diaplikasikan.
Metode Reinstatement
Metode ini didasarkan atas asumsi bahwa dalam peristiwa
timbulnya kerugian total, pemilik diharapkan akan
dibangunkan kembali propertinya seperti bentuk
awal/eksistingnya. Metode ini cukup sederhana, yaitu
meliputi estimasi biaya membangun kembali bangunan,
ditambah biaya professional fees, pembersihan tapak dam
faktor-faktor tertentu lain. Pihak asuransi, berdasarkan
polis asurasnsi tertulis, memiliki hak untuk memilih
apakah asuransi
 Berbentuk biaya pembangunan kembali
(reinstatement), atau
 Kompensasi kepada “insured” untuk kerugian finansial
yang dideritanya
Metode the true-loss

Metode the true-loss ini didasarkan atas prinsip asuransi


indemnity, yaitu pemilik properti harus diberikan
kompensasi/gantirugi yang tidak lebih baik dan juga
tidak lebih jelek dari keadaan sebelum terjadinya
musibah yang menyebabkan kerugian. Dalam banyak
kasus metode ini dapat dilakukan dengan mengestimasi
nilai pasar dari properti sebelum terjadinya kerugian
total dikurangi dengan nilai pasar properti setelah
terjadinya musibah/kerugian total
Metode Penggantian/Subtitusi

 Metode ini pada dasarnya sama dengan metode


reinstatement. Metode ini digunakan manakala
bangunan yang akan dipulihkan/diganti dalah
bangunan lama yang material bangunannya tidak
tersedia dipasaran sehingga perlu ditetapkan
bangunan subtitusi yang mempunyai bentuk,
disain, fungsi dan material yang serupa/ yang
hampir sama yang dibangun di atas tanah di mana
bangunan asalnya terletak
Contoh Perhitungan
Terhadap sebuah bangunan kuno terjadi suatu musibah yang
mengakibatkan kerusakan total terhadap bangunan tersebut yang
mempunyai luas 200 m2. Karena material bangunan tidak tersedia
lagi di pasaran , maka penggantian didasarkan pada bangunan
subtitusi yang mempunyai fungsi, jenis, disain dan ukuran yang
hampir sama, yaitu mempunyai RCN sebesar Rp 400.000,-/m2
sehingga besarnya biaya bangunan pengganti adalah :
Bangunan pengganti yang dibangun di
lokasi bangunan subjek (asal) 200 m2
(x)Biaya pembangunan kembali Rp 400.000 /m2
Rp 80.000.000
(+)Biaya pembersihan tapak Rp 3.000.000
Rp 83.000.000
(+)Professional fee 15% Rp 12.450.000
Cost of Subtitution Rp 95.450.000
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai