Anda di halaman 1dari 13

Akidah dan Tauhid

. A. Pengertian dan Ruang Lingkupnya

1. Akidah
 Pengertian
1. Bahasa. Aqidah berasal dari kata ‘aqada-ya’qidu-‘aqidan yang berarti
simpul, ikatan,dan perjanjian yang kokoh dan kuat. Setelah terbentuk
menjadi aqidatan (aqidah) berarti kepercayaan atau keyakinan. Kaitan
antara aqdan dengan ‘aqidatan adalah bahwa keyakinan itu tersimpul dan
tertambat dengan kokoh dalam hati, bersifat mengikat dan mengandung
perjanjian.
2. Istilah. Aqidah adalah sejumlah kebenaran yang dapat diterima secara
mudah olehmanusia berdasarkan akal, wahyu (yang didengar) dan fitrah.
Kebenaran itu dipatrikan dalam hati, dan ditolak segala sesuatu yang
bertentangan dangan kebenaranitu.
3. Akidah Islam ialah kepercayaan dan keyakinan terhadap Allah sebagai
rabb dan ilah serta beriman dengan nama-namaNya dan segala sifat-
sifatNya juga beriman denganadanya malaikat, kitab-kitab, para Rasul,
Hari Akhirat dan beriman dengan taqdirAllah sama ada baik atau buruk
termasuk juga segala apa yang dating dari Allah.Seterusnya patuh dan
taat pada segala ajaran dan petunjuknya. Oleh itu, akidah Islamialah
keimanan dan keyakinan terhadap Allah dan RasulNya serta apa yang
dibawa oleh Rasul dan dilaksanakan dalam kehidupan
4. Pengenalanan.
a. Ilmu yang membicarakan perkara-perkara yang berkaitan keyakinan
terhadapAllah swt dan sifat-sifat kesempurnaanNya.
b. Setiap umat Islam wajib mengetahui, mempelajari dan mendalami
ilmu akidahsupaya tidak berlaku perkara-perkara yang membawa
kepada penyelewenganakidah kepada Allah swt.
c. Akidah sebenar adalah akidah yang berdasarkan pada al-Quran dan
As-Sunnah
 Ruang Lingkup
1. Ilahiah, yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan
dengan ilah(Tuhan), seperti wujud Allah, nama-nama dan sifat-sifat
Allah, perbuatan-perbuatan (af’al) Allah, dan lain-lain
2. Nubuwwah, yaitu pembahasan tentang segala sesuatu mukjizat, dan
sebagainya yangberhubungan dengan nabi dan rasul, termasuk
pembicaraan mengenai kitab-kitabAllah, dan sebagainya.
3. Ruhaniah, yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang
berhubungan dengan alammetafisik, seperti malaikat, jin, iblis, setan,
dan ruh.
4. Sam’iyah, yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang hanya bisa
diketahui melalui sami, yakni dalil naqli berupa Al-Qur’an dan As-
Sunah, seperti alam barzakh, akhirat,azab kubur dan sebagainya.
5. Di samping sistematika di atas, pembahasan aqidah bisa juga
mengikuti sistematikaarkanul iman (Rukun Iman), yaitu : Iman Kepada
Allah, Malaikat, Kitab-Kitab Suci, Nabi dan Rasul, Hari Akhir, serta
Qada’ dan Qadar.

2. Tauhid
 Pengertian
Tauhid dalam Ensiklopedi Islam disebutkan berasal dari bahasa Arab
yang berarti meng-esakan. Tauhid adalah menyakini bahwa Allah itu esa
dan tidak ada sekutu bagi-Nya. Kesaksian ini dirumuskan dalam kalimat
syahadat lã ilãha illã Allah (tidak ada Tuhan selain Allah) (Dewan Redaksi
Ensiklopedi Islam, 2003 : 90).
Kata tauhid mempunyai makna derifasi dengan akidah, para tauhid
membagi tauhid ke dalam tiga bagian yaitu:
(1). tauhid rububiyah, yakni mempercayai bahwa Allah SWT adalah
satu-satunya pencipta, pemelihara, penguasa, dan mengatur alam
semesta,
(2). Tauhid Uluhiyah, yakni mempercayai bahwa hanya kepada Allah
SWT manusia harus ber-Tuhan, beribadah, memohon pertolongan,
tunduk, patuh, dan merendah serta tidak menyekutukan dengan lain-
Nya.
(3). Tauhid Sifatiyah, yakni mempercayai bahwa hanya Allah SWT yang
memiliki segala sifat kesempurnaan dan terlepas dari sifat tercela atau
dari segala kekurangan (Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, 2003 : 91).
Adnani menyebutkan bahwa istilah tauhid barasal dari kata dasar
wahhada-yuwahhidu-tauhid, yang secara bahasa berarti “menyatukan”,
“menganggap sesuatu sebagai satu”, atau “mengesakan”. Adapun
pengertian tauhid menurut istilah ilmu akidah adalah mengesakan
Allah, meyakini keesaan Allah dalam rububiyah-Nya, ikhlas beribadah
kepada-Nya, serta menetapkan bagi-Nya nama- nama dan sifat-sifat
kesempurnaan-Nya (Adnani, 2008 : 198).
Dalam kitab Fath Allah al-Hamid al-Majid fi syarh kitab at- Tauhid
disebutkan bahwa Tauhid secara garis besar adalah menyendirikan
Allah dalam masalah ibadah (hal pengabdian dan penyembahan hamba)
sebagaimana yang telah disyariatkan kepada Rasul Allah Muhammad
SAW., dan meniadakan ibadah (penghambaan) kepada selain-Nya
(Hamid, 1996 : 28). Sifat tauhid adalah terang benderang seperti cahaya
dan sifat lawan tauhid adalah syirik yang gelap gulita (Hamid, 1996 : 30).
Jadi tauhid diambil dari kata : Wahhada Yuwahhidu Tauhidan yang
artinya mengesakan. Satu suku kata dengan kata wahid yang berarti
satu atau kata ahad yang berarti esa. Dalam ajaran Islam Tauhid itu
berarti keyakinan akan keesaan Allah.
Tauhid merupakan inti dan dasar dari seluruh tata nilai dan norma
Islam, sehingga oleh karenanya Islam dikenal sebagai agama tauhid
yaitu agama yang mengesakan Tuhan. Bahkan gerakan-gerakan
pemurnian Islam terkenal dengan nama gerakan muwahhidin (yang
memperjuangkan tauhid). Dalam perkembangan sejarah kaum
muslimin, tauhid itu telah berkembang menjadi nama salah satu cabang
ilmu Islam, yaitu ilmu Tauhid yakni ilmu yang mempelajari dan
membahas masalah-masalah yang berhubungan dengan keimanan
terutama yang menyangkut masalah ke-Maha Esa-an Allah.
Tauhid adalah mengakui dan meyakini keesaan Allah SWT dengan
membersihkan keyakinan dan pengakuan tersebut dari segala
kemusyrikan. Bertauhid kepada Allah SWT., artinya hanya mengakui
ketetapan Allah SWT, yang memiliki kebenaran mutlak, dan hanya
ketetapan dan peraturan Allah yang mengikat manusia secara mutlak.
Dalam kitab Tafsir Muyassar karya Malik Fahd (2009 : 604), mengenai
tafsir surat al-Ikhlas disebutkan bahwa :
“Tauhid berarti mengakui bahwa Allah adalah dzat yang menyendiri
dalam sifat uluhiyah, rububiyah, asma dan sifat, tiada satupun sekutu
yang dapat menyamainya, Allah merupakan dzat yang sempurna dalam
sifat-sifat kesempurnaan dan keagungan, Allah merupakan dzat yang
dituju setiap makhluk dalam memperoleh kebutuhan hidup dan sesuatu
yang dicintai mereka”
Tauhid merupakan perbuatan jiwa dalam mengesakan adanya Allah
yang di dalamnya disertai dengan pengetahuan tentang dalil
pembuktiannya. Sedangkan ilmu tauhid merupakan ilmu yang
membahas tentang Allah SWT, sifat-sifat yang wajib pada-Nya, sifat
yang boleh disifatkan kepada-Nya, dan sifat yang sama sekali harus
ditiadakan daripada-Nya serta tentang rasul-rasul-Nya, hal yang wajib
pada mereka, hal yang boleh dinisbahkan kepada mereka, dan hal yang
terlarang mengaitkannya kepada mereka (Dewan Redaksi Ensiklopedi
Islam, 2003 : 90). Sedangkan iman merupakan ucapan dan perbuatan,
yaitu ucapan hati, amalan hati, ucapan lisan, amalan lisan, dan amalan
anggota badan, iman bisa bertambah dengan bertambahnya ketaatan
dan bisa berkurang dengan melaksanakan kemaksiatan (Adnani, 2008 :
234).
Tauhid merupakan salah satu bentuk atau unsur dari iman, yaitu amalan
dan perbuatan hati dengan mantap dalam menetapkan keesaan Allah,
dalam konteks ini tauhid hanya merupakan unsur dalam iman kepada
Allah. Sedangkan akidah secara syar’i sebagaimana dijelaskan Adnani
(2008 : 3), merupakan keimanan yang mantap kepada Allah, uluhian-
Nya, rububiyah-Nya, nama-nama dan sifat-Nya, keimanan kepada
malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, dan para Rasul-Nya, hari akhir, dan takdir
baik maupun buruk.
Mengenai definisi ilmu tauhid berikut kami paparkan beberapa
pendapat para ulama sebagai berikut :
a. Menurut Syekh Muhammad Abduh ilmu tauhid adalah ilmu yang
membicarakan tentang wujud Tuhan, sifat-sifat yang mesti ada pada-
Nya, sifat-sifat yang boleh ada pada-Nya, sifat-sifat yang tidak mungkin
ada pada-Nya; membicarakan tentang rasul-rasul, untuk menetapkan
keutusan mereka, sifat-sifat yang boleh dipertautkan kepada mereka,
dan sifat-sifat yang tidak mungkin terdapat pada mereka (Abduh,1958 :
4).
b. Hasbi ash-Shiddieqy merumuskan ilmu tauhid adalah ilmu yang
membicarakan tentang cara-cara menetapkan akidah agama dengan
mempergunakan dalil-dalil yang meyakinkan, baik dalil- dalil itu
merupakan dalil naqli, dalil aqli, atau pun dalil wijdani (perasaan halus)
(as-Shiddieqy, 2001: 1).
c. Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, ilmu tauhid adalah ilmu yang
membahas tentang Allah SWT., sifat-sifat yang wajib pada-Nya, sifat-
sifat yang boleh disifatkan kepada-Nya, dan sifat-sifat yang sama sekali
harus di tiadakan daripada-Nya serta tentang rasul- rasul Allah SWT
untuk menetapkan kerasulan mereka, hal-hal yang wajib ada pada diri
mereka, hal-hal yang boleh dikaitkan (dinisbahkan kepada mereka, dan
hal-hal yang terlarang mengaitkan kepada mereka (Dewan Redaksi
Ensiklopedi Islam, 2003 : 90).
d. Adnani mendefinisikan ilmu tauhid atau ilmu akidah adalah ilmu
tentang hukum-hukum syariat dalam bidang akidah yang diambil dari
dalil-dalil mutlak dan menolak semua syubhat dan semua dalil-dalil
khilafiyah yang cacat (Adnani : 2008 : 4-5).
Ilmu Tauhid sering disebut juga dengan ilmu ushuludin (pokok- pokok
atau dasar-dasar agama) karena ilmu itu menguraikan pokok- pokok
atau dasar-dasar agama. Istilah lainnya adalah ilmu aqaid karena ilmu
tersebu membahas masalah-masalah yang berhubungan dengan
keyakinan yang harus terpatri dalam hati secara kuat, istilah lainnya
adalah ilmu akidah, dan ilmu kalam (Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam,
2003 : 91).
Jadi pengajaran ilmu tauhid dapat diartikan dengan proses transmisi
pengetahuan tentang ilmu tauhid dari pendidik kepada peserta didik
agar tertanam dalam jiwa, dan selanjutnya dapat mempengaruhi sikap
dan perbuatannya.
Para ulama sependapat, mempelajari ilmu tauhid hukumnya wajib bagi
setiap muslim. Kewajiban itu bukan saja di dasarkan pada alasan rasio
bahwa aqidah merupakan dasar pertama dan utama dalam Islam ,
tetapi juga didasarkan pada dalil-dalain naqli, al-Qur’an dan Hadits
(Nasir, 1996 : 9).
Ilmu tauhid / ilmu tentang keimanan merupakan hal yang sangat
esensial dan mendasar bagi anak yang harus diajarkan kepada anak –
anak. Yang dimaksud dengan pendidikan iman di sini adalah, mengikat
anak dengan dasar – dasar keimanan sejak ia mulai mengerti (tamyiz),
membiasakannya dengan rukun Islam sejak anak mulai bisa memahami,
dan mengajarkan kepadanya dasar – dasar syariat sejak usia tamyiz
(Ulwan, 2002 : 165).

 Ruang Lingkup Ilmu Tauhid


Menurut Hasan al-Banna ruang lingkup pembahasan ilmu tauhid
meliputi ;
a. Ilahiyat
Ilahiyat adalah pembahasan dalam ilmu tauhid tentang segala sesuatu
yang berhubungan dengan Illah (Tuhan, Allah SWT.) seperti wujud Allah
SWT., nama-nama dan sifat-sifat Allah, perbuatan Allah dan sebagainya.
b. Nubuwat
Nubuwat adalah pembahasan tentang segala sesuatu yang
berhubungan dengan Nabi dan Rasul. Termasuk pembahasan mengenai
Kitab-kitab Allah, mu’jizat, dan hal-hal yang bertalian baik secara
langsung maupun tidak langsung dengan tugas dan misi kenabian
c. Ruhaniyat
Ruhaniyat adalah pembahasan tentang segala seuatu yang bertalian
dengan alam metafisik atau alam ghaib seperti alam jin, malaikat, iblis,
setan, roh, dan sebagainya
d. Sam’iyat
Samiyat adalah pembahasan tentang segala sesuatu yang hanya dapat
diketahui lewat sam’i atau dari pemberitaan dalil naqli, baik dari al-
Qur’an maupun al-Hadits seperti alam barzah, surga neraka, alam
akhirat, azab kubur, tanda-tanda kiamat, surga neraka dan hal lain yang
sifatnya hanya merupakan pengabaran dari “wahyu” melalui kitab-kitab
suci yang diturunkan kepada para nabi dan rasul.
3. Ma’rifatullah
• Ma’rifatullah berasal dari kala ma’rifah dan Allah. Ma’rifah berarti
mengetahui, mengenal. Mengenal Allah bukan melalui zat Allah tetapi
mengenal-Nya lewat tanda-tanda kebesaranNya (ayat-ayatNya).
• Seseorang yang mengenal Allah pasti akan tahu tujuan hidupnya (QS
51:56) dan tidak tertipu oleh dunia .
• Ma’rifatullah merupakan ilmu yang tertinggi yang harus difahami
manusia (QS 6:122). Hakikat ilmu adalah memberikan keyakinan kepada
yang mendalaminya. Ma’rifatullah adalah ilmu yang tertinggi sebab jika
difahami memberikan keyakinan mendalam. Memahami Ma’rifatullah
juga akan mengeluarkan manusia dari kegelapan kebodohan kepada
cahaya hidayah yang terang [6:122] .
• Berilmu dengan ma’rifatullah sangat penting karena:
a) Berhubungan dengan obyeknya, yaitu Allah Sang Pencipta.
b) Berhubungan dengan manfaat yang diperoleh, yaitu meningkatkan
keimanan dan ketaqwaan, yang dengannya akan diperoleh keberuntungan
dan kemenangan.
 Jalan untuk mengenal Allah
1) lewat akal:
Ayat Kauniyah / ayat Allah di alam ini:
– fenomena terjadinya alam (52:35)
– fenomena kehendak yang tinggi(67:3)
– fenomena kehidupan (24:45)
– fenomena petunjuk dan ilham (20:50)
– fenomena pengabulan doa (6:63)
Ayat Qur’aniyah/ayat Allah di dalam Al-Qur’an:
– keindahan Al-Qur’ an (2:23)
– pemberitahuan tentang umat yang lampau [9:70]
– pemberitahuan tentang kejadian yang akan datang (30:1-3, 8:7,
24:55)
2) Lewat memahami Asma’ul Husna:
– Allah sebagai Al-Khaliq (40:62)
– Allah sebagai pemberi rizqi (35:3, 11:6)
– Allah sebagai pemilik (2:284)
– dll. (59:22-24)
 Hal-hal yang menghalangi ma’rifatullah
1) Kesombongan (QS 7:146; 25:21).
2) Dzalim (QS 4:153) .
3) Bersandar pada panca indera (QS 2:55) .
4) Dusta (QS 7:176) .
5) Membatalkan janji dengan Allah (QS 2:2&-27) .
6) Berbuat kerusakan/Fasad .
7) Lalai (QS 21:1-3) .
8) Banyak berbuat ma’siyat .
9) Ragu-ragu (QS 6:109-110)

Semua sifat diatas merupakan bibit-bibit kekafiran kepada Allah yang harus
dibersihkan dari hati. Sebab kekafiranlah yang menyebabkan Allah mengunci
mati, menutup mata dan telinga manusia serta menyiksa mereka di neraka. (QS
2:6-7

4. Syahadat
 Syarat Sah Syahadat
1) ‘Ilmu

Ilmu di sini adalah mengetahui makna yang dimaksudkan, baik


yang dinafikan (ilaah) maupun yang ditetapkan (Allah). Dengan ‘ilmu
(mengetahui) bisa menangkal kebodohan. Firman Allah,
“Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tiada ilaah kecuali
Allah” [47:19]. Liha juga [43:86, 3:18]

2) Al-Yaqin

Maksudnya orang yang mengucapkan kalimat tauhid harus


yakin terhadap pengertian di dalamnya dengan keyakinan yang
sepenuhnya. Sebab keimanan tidak dapat dilandasi oleh praduga dan
prasangka [49:15]. Adanya keyakinan dapat menangka1 keraguan.
Rasulullah SAW bersabda: “Saya bersaaksi bahwa tidak ada ilah
selain Allah dan sesungguhnya aku adalah Rasul Allah. Dengan dua
kesaksian ini dan tidak ragu-ragu tentang keduanya, seorang hamba
tidak akan bertemu Allah kecuali ia masuk surga” (HR Muslim dari
Abu Hurairah ra.)

3) Al-Qabuul

Maksudnya, menerima apa yang dituntut oleh kalimat ini dari


hati dan ucannya secara bulat. Allah mengisahkan kabar masa
lampau tentang keselamatan bagi orang yang menerima Laa ilaha
Illallah dan siksaan bagi orang yang menolak [43:23-25, 10:103,
37:35-36]. Penerimaan dapat menangkal pembangkangan

4) Al-Inqiyaad

Maksudnya tunduk patuh dan berserah diri kepada apa yang


ditunjukkan serta apa yang dinafikan atau terus mengikuti dan terikat
rada kalimat ini [39:54, 4:125, 31:22]. Ketundukkan dapat menangkal
penolakan. “Tidak beriman di antara kamu sehingga menjadikan
kecenderungannya mengikuti apa yang kubawa.” (Hadits hasan
shahih al-arbain an-Nawawiyah, hadits no.41)

5) Ash-Shidqu

Maksudnya ia harus mengucapkan kalimat tauhid itu dari


sanubarinya dengan jujur dan benar. Adanya kejujuran dapat
menafikan kedustaan dan kemunafikan. Apa yang diucapkan sudah
harus dibenarkan dengan hatinya [2:8-10, 29:1-3]. “Tidaklah
seseorang bersaksi bahwa tidak ada ilah selain Allah dan bahwa
Muhammad adalah hamba dan rasulnya dengan sebenarnya
dari hati, melainkan Allah mengharamkan neraka baginya.” [HR
Bukhari dari Muadz bin Jabal]

6) Al-Ikhlas

Memurnikan amalan dengan niat yang baik dan benar.


Keikhlasan dapat melepaskan atau menangkal dari berbagai bentuk
syirik [39:3, 98:5]. “Orang yang paling berbahagia dengan syafaatku
adalah orang yang mengucapkan laa ilaaha illallah secara mumi dari
hatinya.” [HR Bukhari] “Sesungguhnya Allah mengharamkan api
neraka bagi orang yang mengucapkan laa
ilaaha Illallah, yang dengan ucapannya itu ia hendak mengharapkan
wajah Allah Azza wa
Jalla.” [HR Muslim]

7) Al-Mahabbah

Ucapanlaa ilaha Illallah tidak akan berarti bila tak disertai dengan
segenap rasa cinta (mahabbah) dalam mengamalkannya. AL-
Mahabbah merupakan unsur yang sangat penting, karena
untukmenegakkan kalimat tauhid ini diperlukan pengorbanan lahir
dan batin. Cinta dan pengorbanan merupakan dua ikatan yang tidak
dapat dipisahkan [2:165, 5:54]. Kecintaan dapat menafikan
kebencian.

“Tiga perkara barang siapa yang berada di dalamnya, maka akan


mendapatkan kenikmatan dan manisnya iman, atau menjadikan
Allah dan Rasulnya lebih dicintai daripada semua cintanya
selain kepada keduanya, seseorang mencintai yang lain, ia tidak
mencintainya melainkan karena Allah dan menolak kembali kepada
kekufuran setelah Allah menyelamatkan dirinya
dari kekufuran itu sebagaimana ia menolak untuk dilemparkan ke
dalam api neraka.” [HR Bukhari]

8) Mengetahui dan mengucapkan lafad syahadat


9) Mengamalkan isi syahadat
 Syarat Batalnya Syahadat
1) Berbuat syirik
Syirik merupakan salah satu dosa besar yang sangat dibenci Allah
SWT. Sebagaimana firman Allah Ta’aala bahwa, “Sesungguhnya Allah
tidak mengampuni dosa orang yang menyekutukan Dia dengan
sesuatu, dan mengampuni dosa-dosa lainnya bagi yang Dia
kehendaki.” (An-Nisa’: 116). Syirik terbagi atas dua macam, yaitu
syirik besar dan kecil. Di mana syirik besar itu mengakui adanya
Tuhan selain Allah SWT, sementara syirik kecil itu berupa mengakui
adanya kekuatan selain Allah Ta’ala yaitu memiliki jimat-jimat, guna-
guna dan sebagainya.
2) Murtad
Murtad berarti keluar dari agama Islam. Dengan demikian, hal ini
otomatis syahadatnya juga batal dan semua amalan yang
dilakukannya selama menjadi muslim akan sia-sia dan tidak
terhitung.
3) Tidak mengkafirkan orang musyrik dan membenarkan mahdzab
mereka
Dalam Islam sudah dijelaskan orang musyrik adalah kafir. Namun,
sayangnya perkembangan dunia saat ini justru terbalik. Hanya
dikarenakan ingin disebut kaum moderat atau karena kedekatan
hubungan, maka sebagian muslim enggan menyebut istilah musyrik
dan kafir bagi orang yang keluar dari Islam.
4) Meyakini hukum thagut
Dalam sebuah riwayat disebutkan Umar bin Khattab mengatakan,
thagut adalah syaitan. Sementara Jabir menjelaskan, thagut adalah
tukang tenung yang turun padanya syaitan-syaitan. Sementara
hukum thagut adalah hukum yang dibuat manusia dan saat ini
banyak orang yang lebih menggunakan hukum ini dibandingkan
hukum Islam. Padahal jika dibandingkan tentunya hal ini sungguh
tidak sebanding
5) Membenci sunnah Rasulullah
Perilaku ini tentunya menjadi salah satu perilaku yang membatalkan
syahadat. Sebab, bagaimana mungkin seseorang mengaku Islam bila
membenci sunnah rasul. Oleh sebab itulah Allah SWT pun
menghapus pahala dari setiap amal kebaikan yang telah
diperbuatnya.
6) Mengejek atau memperolok agama Allah
Selain membenci sunnah rasul, tak jarang pula mereka memperolok-
olok agamanya sendiri dengan alasan hanya bermain-main dan
bersenda gurau. Dengan demikian, perilaku seperti ini sudah
membatalkan keislaman mereka.
7) Mempelajari dan mengamalkan ilmu sihir
Selain berbuat syirik, perilaku seperti ini juga merupakan salah satu
perilaku yang dibenci Allah SWT. Sehingga meskipun dengan alasan
apa pun, jika seorang muslim melakukannya maka perbuatannya ini
telah membatalkan keislamannya.
8) Membantu orang kafir memerangi kaum muslim
Dalam sebuah riwayat disebutkan, Rasulullah SAW bersikap keras
terhadap kaum kafir dan lembut terhadap muslimin. Namun,
sayangnya sebagian kaum muslimin ada yang menjadi duri dalam
daging. Di mana mereka hidup dan mengaku sebagai seorang muslim
namun amalannya digunakan untuk memusuhi saudara-saudara
seiman
9) Meyakini bahwa diperbolehkan keluar dari syariat Allah
Perilaku ini juga salah satu penyebab batalnya syahadat seorang
muslim. Bahkan saat ini kelompok yang seperti ini semakin hari
semakin meningkat jumlahnya. Di mana mereka adalah orang-orang
yang hobi mengutak-atik agama Allah menurut selera akal mereka.
10) Tidak mau mempelajari dan mengamalkan agama
Sebagaimana kita ketahui syarat seorang muslim sejati adalah
melaksanakan ajaran Allah sesuai Alquran dan sunnahnya. Namun
dikarenakan kesombongannya, mereka melakukan rekayasa akal
dengan cara menyelewengkan pesan Allah dalam Alquran dan
sunnahnya. Sehingga perilaku seperti inilah yang dapat
menyebabkan batalnya syahadat seorang muslim.
11)

Anda mungkin juga menyukai