Anda di halaman 1dari 14

Tugas Paper Mata Kuliah Lintas Prodi Sosiologi Lingkungan Oleh Kelompok 2

TUGAS PAPER
MATAKULIAH
LINTAS PRODI SOSIOLOGI LINGKUNGAN
DOSEN PENGAMPU: Dr.I Ketut Margi, M.Si.

JUDUL PAPER:
ALIRAN ATAU PAHAM – PAHAM SOSIOLOGI LINGKUNGAN

OLEH:

Kelompok 2

Nama Kelompok:

1. Ari Adrianto (2017011019)


2. Rena Gita Br Ginting (2017011025)
3. Iklasni Rohayani Jawak (2017011028)
4. Prida Melati Br Simanjuntak (2017011031)
5. Difia Febrina Br Surbakti (2017011042)
6. Ni Komang Trisnayani (2017011064)
7. Ni Luh Trisna Ulaningsih (20170110660
8. Tita Juisa Sembiring (2017011086)

UNDIKSHA
TAHUN
2022
i
Tugas Paper Mata Kuliah Lintas Prodi Sosiologi Lingkungan Oleh Kelompok 2

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan
Karunia-Nya , saya dapat menyelesaikan paper Sosiologi Lingkungan ini. Paper ini di
menyajikan rangkuman materi tentang “ Aliran atau Paham – Paham Sosiologi
Lingkungan “ yang telah selesai di kerjakan oleh Kami.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Dosen mata kuliah lintas prodi
Sosiologi Lingkungan yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk berkarya
menyusun paper ini .
Semoga paper ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Saran , kritikdan masukan sangat saya
harapkan dari seluruh pihak dalam prosesmembangun mutu makalah ini .

Singaraja, 13 Oktober 2022

Penulis

ii
Tugas Paper Mata Kuliah Lintas Prodi Sosiologi Lingkungan Oleh Kelompok 2

DAFTAR ISI

COVER.......................................................................................................... i
KATA PENGANTAR.................................................................................. ii
DAFTAR ISI................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
1.1.Latar Belakang.....................................................................................1
1.2.Rumusan Masalah................................................................................1
1.3.Tujuan .................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN................................................................................3
2.1. Aliran Etnosentrisme............................................................................3
2.2. Aliran Biosentrisme..............................................................................4
2.3. Aliran Ekonsentrisme...........................................................................5
2.4. Aliran Ekofeminisme............................................................................5
2.5. Paham Gerakan Politik Lingkuangan...................................................7
BAB III PENUTUP........................................................................................9
3.1. Kesimpulan .........................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................11

iii
Tugas Paper Mata Kuliah Lintas Prodi Sosiologi Lingkungan Oleh Kelompok 2

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Sosiologi lingkungan adalah bidang ilmu yang mempelajari faktor sosial, yaitu yang
mengakibatkan masalah lingkungan, dampak masyarakat terhadap masalah-masalah
tersebut, dan sekaligus usaha untuk menyelesaikan masalahnya juga. Perhatian sosiologi
lingkungan terhadap proses menjadi bagian mengkondisikan satu lingkungan tertentu, agar
dapat ditetapkan secara sosial sebagai sebuah masalah.Dalam hal ini jika dianalisis melalui
kajian sosiologi lingkungan ialah mempelajari faktor sosial yang mengakibatkan
permasalahan lingkungan, dampak akan permasalahan tersebut, serta solusi dalam
menangani permasalahan itu. Fokus dalam sosiologi lingkungan ini ialah menjadi bagian
dalam mengkondisikan lingkungan yang ditetapkan secara sosial atas permalasahan yang
terjadi. Dalam paradigma kajian sosiologi lingkungan terdapat aliran utama teori mengenai
kasus dalam hal ini yakni teori institusional. Dimana objek kajiannya perilaku manusia
dengan alam yang sesuai dengan fakta pemanfaatan hutan yang ada.
Kemunculan sosiologi lingkungan ini adalah pada saat terjadi perluasan perspektif
sosiologi dari antroposentrime (manusia) menjadi ekosentrisme (lingkungan, alam). Jadi
sosiologi lingkungan adalah studi terhadap hubungan antara manusia-masyarakat dengan
lingkungan. Ini merupakan gabungan dari ilmu sosiologi dan ilmu lingkungan. Sedangkan
ilmu lingkungan adalah gabungan atau perlintasan berbagai ilmu, biologi, fisika, kimia,
ekosistem, geografi, geologi dan lainya.
Sebagaimana kita ketahui bersama, bahwa lingkungan memberikan arti penting bagi
manusia. Manusia membutuhkan air dan udara yang sehat dan bersih. Manusia
membutuhkan pepohonan, tanaman, ikan di laut dan sungai sebagai bahan kebutuhan
tempat tinggal dan makanan. Begitu pula dengan tanah tempat berpijak diperlukan untuk
menyerap sampah. Lingkungan adalah tempat keberadaan dan menentukan corak manusia.
Sehingga dari hal tersebut juga dapat kita ketahui bahwasannya dalam sosiologi terdapat
beberapaka aliran seperti; aliran antrofosentrisme, aliran biosentrisme, aliran ekosentrisme,
aliran ekopeminisme dan aliran gerakan politik ingkungan.
Aliran atau Paham – paham Sosiologi lingkunan ini juga membahas dari terjadinya
perluasan perpektif sosiologi sampai menjaga,melestarikan, serta memperbaiki lingkungan
itu sendiri. Hal ini dikarenakan seiring berjalannya waktu, justru dalam perkembanganya
manusia memanfaatkan sumber daya alam dengan rakusnya, sehingga memunculkan
masalah lingkungan. Air dan udara menjadi tak bersih dan tak sehat dikonsumsi. Di
samping itu, pertumbuhan penduduk yang pesat, rakusnya pemanfaatan ilmu dan teknologi
hanya untuk mengeksploitasi sumber daya alam. Pada akhirnya hanya menyisakan masalah
lingkungan; kekeringan, banjir, pencemaran, global warming, ilegal loging, ilegal fishing.

1.2.Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan aliran antroposentrisme?
2. Apakah yang dimaksud dengan aliran biosentrisme?
3. Apakah yang dimaksud dengan aliran ekosentrisme?
4. Apakah yang dimaksud dengan aliran ekofeminisme?
5. Bagaimanakah gerakan politik lingkuangan tersebut?

1
Tugas Paper Mata Kuliah Lintas Prodi Sosiologi Lingkungan Oleh Kelompok 2

1.3.Tujuan
Untuk mengetahui aliran atau paham pada sosiologi lingkungan seperti antroposentrisme,
biosentrisme, ekosentrisme, ekopeminisme serta gerakan politik pada lingkungan.

2
Tugas Paper Mata Kuliah Lintas Prodi Sosiologi Lingkungan Oleh Kelompok 2

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Aliran Antroposentrisme


2.1.1. Pengertian Antroposentrisme
Antroposentrisme adalah aliran yang memandang bahwa manusia adalah pusat dari
alam semesta, dan hanya manusia yang memiliki nilai, sementara alam dan segala isinya
sekedar alat bagi pemuasan kepentingan dan kebutuhan hidup manusia. Manusia dianggap
berada di luar, di atas, dan terpisah dari alam. Bahkan manusia dipahami sebagai penguasa
atas alam yang boleh melakukan apa saja. Cara pandang seperti itu melahirkan sikap dan
perilaku eksploitatif tanpa kepedulian sama sekali terhadap alam dan segala isinya yang
dianggap tidak mempunyai nilai pada diri sendiri. Di dalam antroposentrisme, etika, nilai
dan prinsip moral hanya berlaku bagi manusia, dan bahwa kebutuhan dan kepentingan
manusia mempunyai nilai paling tinggi dan paling penting diantara mahkluk hidup lainnya.
Manusia dan kepentingannya dianggap yang paling menentukan dalam tatanan ekosistem
dan dalam kebijakan yang diambil dalam kaitan dengan alam, baik secara langsung atau
tidak langsung. Nilai tertinggi adalah manusia dan kepentingannya. Hanya manusia yang
mempunyai nilai dan mendapat perhatian. Segala sesuatau yang lain di alam semesta ini
hanya akan mendapat nilai dan perhatian sejauh menunjang dan demi kepentingan manusia.
Oleh karena itu, alampun dilihat hanya sebagai obyek, alat, dan sarana bagi pemenuhan
kebutuhan dan kepentingan manusia. Alam hanya alat bagi pencapaian tujuan manusia.

2.1.2. Kelebihan Dan Kelemahan Teori Antroposentrisme


Adapun beberapa kelebihan dan kelemahan teori antroposentrisme adalah yaitu
sebagai berikut:
a. Kelebihan Antroposentrisme
• Validitas argumennya sulit di bantahkan sehingga yang salah bukan
antroposentrisme itu sendiri tetapi antroposentrisme yang berlebihan.

• Antroposentrisme menawarkan etika lingkungan yang mempunyai daya tarik


kuat untuk mendorong manusia menjaga lingkungan.
b. Kelemahan teori antroposentrisme
• Mengabaikan masalah-masalah lingkungan yang tidak langsung menyentuh
kepentingan manusia. Mengeksploitasi hutan tampa bertanggung awab
shingga menimbulkan dampak buruk lagi mahkluk hidup atau penghuni
hutan.
• Kepentingan manusia selalu berubah-ubah dan berbeda-beda kadarnya.
Konsekuensiya, sejauh dipandang menyangkut kepentingan manusia maka
alam akan dipertimbangkan secara serius, sebaliknya sejauh tidak
menyangkut kepentingan manusia maka akan di abaikan.
• Dalam perspektif filsafat, nalar antroposentrisme merupakan penyebab
utama krisis lingkungan,
• Antroposentrisme bersifat egoistis karena hanya mengutamakan kepentingan
manusia, karena kepentingan mahluk hidup lain mendapat pertimbangan
moral tetap saja demi kepentingan manusia, maka dianggap sebagai etika
lingkungan yang dangkal dan sempit.

3
Tugas Paper Mata Kuliah Lintas Prodi Sosiologi Lingkungan Oleh Kelompok 2

2.2 Aliran Biosentrisme


2.2.1. Pengertian Biosentrisme
Biocentrisme adalah teori etika-filosofis bahwa semua makhluk hidup layak menghormati
nilai intrinsik mereka sebagai cara hidup dan memiliki yang hak untuk hidup dan
berkembang.Istilah biosentrisme muncul terkait dengan pendekatan deep ecology, yang
didalilkan oleh filsuf Norwegia Arne Naess pada tahun 1973. Naess, selain meningkatkan
rasa hormat terhadap semua makhluk hidup, mendalilkan bahwa aktivitas manusia wajib
menyebabkan kerusakan sekecil mungkin pada spesies lain.
2.2.2.Tren Dalam biosentrisme
Ada dua kecenderungan dalam pengikut biosentrisme : sikap radikal cararat.
1. Biosentrisme radikal
Biosentrisme radikal mendalilkan kesetaraan moral semua makhluk hidup, jadi
makhluk hidup lain tidak boleh digunakan melalui penilaian berlebihan spesies
manusia atas spesies lain. Menurut tren ini, semua makhluk hidup harus
“diperlakukan secara moral”, tidak membahayakan mereka, atau meremehkan
peluang keberadaan mereka dan membantu mereka hidup dengan baik.
2. Biosentrisme Sedang
Biosentrisme cararat menganggap semua makhluk hidup layak dihormati; Ini
mengusulkan untuk tidak melakukan kerusakan yang disengaja pada hewan, karena
mereka “memiliki kapasitas dan atribut tinggi”, tetapi membedakan “tujuan” untuk
setiap spesies, yang ditentukan oleh manusia. Menurut tujuan ini, manusia
diperbolehkan untuk meminimalkan kerusakan pada spesies lain dan lingkungan.
3. Biosentrisme Bagi Lingkungan
Perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan yang meredupsi kehidupan
manusia semakin membawa dampak bagi kerusakan lingkungan hidup. Prinsip no
harm seperti tindakan merawat, memelihara, melindungi dan melestarikan
lingkungan merupakan suatu jawaban agar manusia dikatakan bertanggung jawab
bagi lingkungan hidup yang berkelanjutan. Manusia perlu bekerja untuk
keberlangsungan hidupnya. Sehingga karena kebutuhannya, manusia mengerjakan
dan menciptakan banyak hal baik secara kelompok maupun individual. Usaha
manusia tersebut kerapkali menimbulkan berbagai macam masalah yang
berdampak bagi kerusakan lingkungan.
Bencana alam seperti banjir, tanah longsor, gempa bumi dan lain sebagainya
merupakan contoh konkrit yang menunjukkan bahwa alam tidak terawat dengan baik.
Dengan kata lain gejala-gejala alam tersebut terjadi karena kekeliruan cara pandang
manusia. Cara pandang manusia yang salah terhadap alam yang kemudian berdampak
pada kerusakan lingkungannya. Biosentrisme merupakan salah satu ajaran etika
lingkungan hidup yang memberikan pandangan baru bagi lingkungan hidup yang
berkelanjutan. Biosentrisme menunjukkan suatu pandangan bahwa manusia dan
lingkungan secara moral merupakan satu komunitas. Manusia bertanggung jawab secara
rasional atas keberlangsungan tempat tinggalnya sebagai bukti kesadaran moral bagi
lingkungan yang berkelanjutan.
Kesadaran bahwa alam bukan hanya sebagai alat pemuasan kebutuhan manusia.
Alam dan linkungan dipergunakan bukan berdasarkan untuk pemuasan kebutuhan
manusia semata melainkan karena alam memiliki nilai bagi dirinya. Bertolak pandangan
tersebut prinsip biosentris sebenarnya menunjukkan cara pandang baru secara rasional
bagi manusia supaya dapat solider dengan alam dan lingkungannya. Konsekuensi
tanggung jawab moral ini adalah kelestarian lingkungan hidup itu sendiri. Bencana alam
yang merupakan akibat dari perilaku manusia dapat ditolelir secara rasional. Bencana
4
Tugas Paper Mata Kuliah Lintas Prodi Sosiologi Lingkungan Oleh Kelompok 2

alam yang terjadi memberikan horizon baru yang menyadarkan manusia mengenai
pentingnya upaya pemeliharaan dan pemberdayaan lingkungan.

2.3. Aliran Ekosentrisme


Ekosentrisme Berkaitan dengan etika lingkungan yang lebih luas. Berbeda dengan
biosentrisme yang hanya memusatkan pada etika pada biosentrisme, pada kehidupan
seluruhnya, ekosentrisme justru memusatkan etika pada seluruh komunitas ekologis,
baik yang hidup maupun tidak. Karena secara ekologis, makhluk hidup dan benda-
benda abiotis lainnya saling terkait satu sama lain. Oleh karenanya, kewajiban dan
tanggung jawab moral tidak hanya dibatasi pada makhluk hidup. Kewajiban dan
tanggung jawab moral yang sama juga berlaku terhadap semua realitas ekologis. Arne
Naess, seorang filsuf asal Norwegia, yang merupakan salah satu tokoh paradigma
ekosentrisme, mengemukakan sebuah pandangan yang dikenal dengan Deep Ecology.
Pandangan ini adalah suatu etika baru yang tidak berpusat pada manusia, tetapi berpusat
pada makluk hidup seluruhnya dalam kaitan untuk mengatasi persoalan lingkungan
hidup. Terdapat dua hal yang mendasar dalam Deep Ecology, yaitu:
1. Manusia dan kepentingannya bukan lagi ukuran bagi segala sesuatu yang lain.
Manusia bukan pusat dari dunia moral, tetapi memusatkan perhatian pada
biosphere seluruhnya, yakni kepentingan seluruh komunitas ekologis. Perhatian
bersifat jangka panjang.
2. Etika lingkungan hidup yang dikembangkan dirancang sebagai sebuah etika
praktis, berupa sebuah gerakan yang diterjemahkan dalam aksi nyata dan konkret.
Pemahaman baru tentang relasi etis yang ada dalam alam semesta, disertai adanya
prinsip-prinsip baru sejalan dengan relasi etis tersebut, yang kemudian
diterjemahkan dalam aksi nyata di lapangan.
Deep Ecology memiliki filsafat pokok ecosophy. Eco berarti rumah tangga dan
sophy berarti kearifan. Ecosophy diartikan sebagai bentuk kearifan mengatur hidup
selaras dengan alam sebagai sebuah rumah tangga dalam arti luas. Ecosophy meliputi
pergeseran dari sebuah ilmu (science) menjadi sebuah kearifan (wisdom), berupa cara
hidup, pola hidup yang selaras dengan alam. Hal ini berupa gerakan seluruh penghuni
alam semesta untuk menjaga secara arif lingkungannya sebagai rumah tangga. Naess
sangat menekankan perlunya perubahan gaya hidup, karena melihat krisis ekologi yang
kita alami sekarang ini berakar pada perilaku manusia yang salah satu manifestasinya
adalah pola produksi dan pola konsumsi yang sangat eksesif dan tidak ekologis, tidak
ramah lingkungan, serta sangat konsumeristis. paham ekologi (ekosentris = berpusat
ekologi), bertumpu pada keseimbangan alam, kesadaran akan bencana dan mendorong
kesadaran moral dalam hal ini solidaritas untuk bertindak secara bersama-sama
memperbaiki perilaku yang berpotensi merusak alam.

2.4.Aliran Ekofeminisme
2.4.1. Pengertian dan Sejarah Ekofeminisme
Ekofeminisme adalah salah satu pemikiran dan gerakan sosial yang
menghubungkan masalah ekologi dengan perempuan. Ekofeminisme merupakan salah
satu aliran pemikiran dan gerakan feminisme yang berusaha untuk menunjukkan
hubungan antara semua bentuk penindasan manusia, khususnya perempuan, dan alam.
Ekofeminisme memandang bahwa perempuan secara kultural dikaitkan dengan alam.
Ekofeminisme diperkenalkan oleh Francoide d’Eaubonne melalui buku yang berjudul
Le Feminisme ou la Mort (Feminisme atau Kematian) yang terbit pertama kali 1974
(Tong, 2006:366). Dalam bukunya tersebut dikemukakan adanya hubungan antara
5
Tugas Paper Mata Kuliah Lintas Prodi Sosiologi Lingkungan Oleh Kelompok 2

penindasan terhadap alam dengan penindasan terhadap perempuan (Tong, 2006:366;


Gaard, 1993:13). Istilah ekofeminisme yang diperkenalkan oleh d’Eaubonne itu
sepuluh tahun berikutnya (1987) dipopulerkan oleh Karen J. Warren melalui tulisannya
yang berjudul “Feminis and Ecology” yang dipublikasikan melalui Enviromental
Review 9, No. 1. Ekofeminisme berusaha untuk menunjukkan hubungan antara semua
bentuk penindasan manusia, khususnya perempuan, dan alam.
Sebagai salah satu tipe aliran pemikiran dan gerakan feminis, ekofeminisme
memiliki karakterstik yang sama yaitu menetang adanya bentuk-bentuk penindasan
terhadap perempuan yang disebabkan oleh sistem patriarki. Namun, berbeda dengan
aliran feminisme lainnya, ekofeminisme menawarkan konsepsi yang paling luas dan
paling menuntut atas hubungan diri (manusia) dengan yang lain (Tong, 2006:11).
Ekofeminisme memahami hubungan bukan manusia hanya manusia dengan manusia
lalinnya, tetapi juga dengan dunia bukan manusia, yaitu binatang, bahkan juga
tumbuhan (Tong, 2006:11). Sama halnya dengan feminisme, yang berkembang
menjadi berbagai tipe aliran pemikiran, ekofeminisme juga bukan suatu aliran
pemikiran dan gerakan yang tunggal. Ada beberapa aliran ekofemisme. Paling tidak
menurut Rosemarie Putnam Tong (2006) ada ekofeminisme alam, ekofeminisme
spiritualis, dan ekofeminisme sosialis. Tiap aliran ekofeminisme tersebut memiliki
kekhasan masing-masing dalam memahami hubungan antara manusia, terutama
perempuan, dengan alam. Berikut ini diuraikan perbedaan dari sejumlah aliran
ekofeminisme tersebut:
1. Ekofeminismen alam
Ekofeminsme alam dikembangkan oleh Mary Daly melalui bukunya Gyn/Ecology
dan Susan Griffit (Woman and Nature). Ekofeminsme alam menolak inferioritas
yang diasumsikan atas perempuan dan alam, serta superioritas yang diasumsikan
lakilaki dan kebudayaan. Ekofeminsme alam memandang bahwa alam/perempuan
setara terhadap dan barang kali lebih baik daripada kebudayaan/laki-laki.
2. Ekofeminisme spiritualis
Ekofeminisme spiritualis dikembangkan oleh Starhawk dan Charles Spretnak.
Dengan mendasarkan pada pandangan antroposentris yang mencoba membenarkan
bahaya yang disebabkan oleh manusia terhadap alam, sebagaimana pandangan yang
membenarkan bahaya yang disebabkan laki-laki terhadap perempuan, maka
ekofeminisme spiritualis berargumen bahwa ada hubungan yang dekat antara
degradasi lingkungan dengan keyakinan Yahudi-Kristen bahwa Tuhan memberikan
manusia “kekuasaan” atas bumi (Tong, 2006:380). Mitos yang berkembang di Jawa
yang menempatkan Dewi Sri sebagai dewi yang menjaga tanaman padi merupakan
salah satu contoh perwujudan ekofeminisme spiritual.
3.Ekofeminisme sosialis
Ekofeminisme sosialis berusaha menghilangkan penekanan terhadap hubungan
antara perempuan-alam (Tong, 2006:384). Menurut Dorothy Dinnersaein, salah
seorang tokoh ekofeminis sosial, untuk mengakhiri opresi terhadap setiap orang dan
segala sesuatu yang selama ini tidak dihargai harus dihancurkan pemikiran dikotomi
Barat, tentang perempuan-laki-laki. Untuk mengakhiri hal tersebut, menurutnya
perempuan harus membawa alam ke dalam kebudayaan, dengan memasuki dunia
publik, dan laki-laki harus membawa kebudayaan ke dalam alam, dengan memasuki
dunia pribadi.dengan cara begitu, maka laki-laki dan perempuan (kebudayaan dan
alam) adalah satu (Tong, 2006:286).

6
Tugas Paper Mata Kuliah Lintas Prodi Sosiologi Lingkungan Oleh Kelompok 2

2.4.2. Ekofeminisme Dalam Sastra Indonesia


Di Indonesia ekofeminisme masuk dalam kancah akademik bersama-sama dengan
masuknya feminisme karena ekofeminisme merupakan salah satu ragam pemikiran dan
gerakan feminisme (Tong, 2006). Sejumlah pustaka asing tentang feminisme masuk ke
Indonesia sejak awal 1990-an, disusul dengan sejumlah buku dan kajian feminisme
yang ditulis oleh akademisi Indonesia. Feminist Thought: A More Comprehensive
Introduction (1998) karya Rosemarie Putnam Tong, Feminist Methods in Social
Research (1992) karya Shulamit Reinharz, The Routledge to Feminism and
Postfeminism (2004), Postfeminism: Feminism, Cultural Theory, and Cultural Forms
(1997) karya Ann Brooks merupakan beberapa referensi feminis yang dapat dikatakan
memberikan konstribusi sebagai pembuka pintu pemahaman feminisme di Indonesia.
Istilah sastra hijau (green literature) menurut Pranoto (2014:4) identik dengan
ecocriticism.
Dengan mengacu pada hasil penelitian Dana Phillips, Pranoto (2014:5)
mengemukakan bahwa sastra hijau memiliki beberapa kriteria, yaitu bahasa yang
digunakan banyak mengandung diksi ekologis, isi karya dilandasi rasa cinta pada bumi.
Rasa kepedihan bumi yang hancur, ungkapan kegelisahan dalam menyikapi
penghancuran bumi, melawan ketidakadilan atas perlakuan sewenang-wenang terhadap
bumi dan isinya (pohon, tambang, air, dan udara, serta penghuninya –manusia), ide
pembebasan bumi dari kehancuran dan implementasinya. Sastra hijau harus mampu
mempengaruhi pola pikir dan sikap masyarakat terhadap penghancuran bumi. hal ini
sesuai dengan visi dan misi sastra hijau, yaitu sastra yang berperan dalam penyadaran
dan pencerahan yang diharapkan dapat mengubah gaya hidup perusak menjadi
pemelihara merawat bumi (go green) (Pranoto, 2014:5).

2.4.3.Wujud dan Sifat Ekofenismisme


Gerakan Ekofeminisme dalam tataran praksis relatif banyak di dunia Barat,
terutama berhubungan dengan pola pikir yang didasarkan pada perhatian pada alam.
Walaupun begitu, para ekofeminisme sepakat bahwa fokus dari wacana lingkungan dan
perempuan bukan terletak pada kedekatan antara perempuan/alam sebagai model yang
lebih baik dari pada budaya laki-laki/lingkungan. Maksudnya, tradisi dan nilai-nilai
perempuan dianggap mempunyai nilai lebih sehingga model lingkungan hidup yang
mengadopsi nilai-nilai feminis akan lebih baik bagi sistem lingkungan hidup secara
keseluruhan.
Diantara sekian aksi yang dilakukan oleh para ekofeminisme Barat sebagai
perwujudan atas kepedulain mereka pada alam yaitu: Gerakan Chipko Andolan di India
yaitu gerakan perempuan untuk melindungi kerusakan hutan dengan cara memeluk
pohon yang akan ditebang, gerakan-gerakan perempuan yang tergabung dalam New
Age, Moral Majority, HOW (Happiness of Womanhood) di AS, juga di Amerika
sebagian ibu-ibu mengorganisir usaha lokal untuk membersihkan bahaya tempat
pembuangan (sampah). Di Kenya para kaum perempuan berduyung-duyung menanam
berjuta pohon di tanah yang rendah dan kering untuk mengadakan penghijauan, di
Canada ada aksi dengan menghadang jalan untuk mendapatkan tanda tangan sebagai
aksi protes asapnya uranium dekat kota mereka, kemudian di Swedia, para feminis
menyiapkan berbagai alat untuk tumbuhan beri dan menawarkan pada anggota
parlemen dan masih banyaklagi aksi-aksi para kaum perempuan untuk mengamankan
dan menjaga kelestarian alam yang belum bisa penulis akses. Di lain pihak menurut
catatan Rachel Carson bahwa perempuan telah mendirikan suatu grup sendiri yang
memberika perhatian lebih pada lingkungan, organisasi itu disebut WOICI. Di
7
Tugas Paper Mata Kuliah Lintas Prodi Sosiologi Lingkungan Oleh Kelompok 2

California aliansi Greenbelt didirikan oleh perempuan tahun 1958, The Save
Assosiation pada tahun 1961 didirikan oleh tiga orang perempuan kemudian sebuah
organisasi perempuan California di Timber pada tahun 1975 didirikan oleh sekelompok
perempuan. Tetapi kebanyakan perempuan itu tidak menamakan sebagai feminist.
Di Indonesia, juga telah ada gerakan ekofeminis yang dipelopori oleh seorang
perempuan asal Nusa Tenggara Timur (NTT), bernama Aleta. Beliau membuat
kelompok perempuan di Mollo, NTT untuk mengusir penambang selama lebih dari 13
tahun. Karena baginya, merusak alam sama saja seperti merusak tubuh sendiri,
layaknya hutan memiliki fungsi utama untuk menjaga lahan atau tanah dan menjadi
sumber utama air, seperti kulit melindungi daging dan darah atau sumber-sumber utama
kehidupan dibaliknya. Ekofeminisme yang memiliki keterkaitan erat dan khusus antar
alam dengan perempuan,merupakan cara pandang yang memiliki intensi mulia guna
‘kesembuhan’ ibu atau bumi yang dihuni. Namun seiring perjalanan waktu dan
perubahan zaman, pola pandang ekofeminisme sekarang dipandang lebih luas, dan
disambut secara open-minded mengingat kewajiban untuk menjaga bumi atau ‘ibu’ dari
pengeksploitasian adalah tugas, kewajiban, dan tanggung jawab seluruh insan yang
tinggal dan hidup diatasnya, tanpa terkecuali dan tanpa memandang bentuk perbedaan
apapun. Gerakan lain yang sukses adalah tolak reklamasi Teluk Benoa Bali, yang
menggunakan gagasan Dewi Sang Hyang Dedari di Bali, sebagai landasan melindungi
wilayah-wilayah mereka yang akan dimasuki oleh perusahaan. dan gerakan Ibu Bumi
di Kendeng, Jawa Tengah.

2.5. Gerakan Politik Lingkungan


2.5.1. Pengertian Gerakan Lingkungan
Gerakan Lingkungan adalah gerakan sosial dan politik yang di arahkan untuk
pelestarian, restorasi dan peningkatan kualitas lingkungan hidup melalui pendidikan
publik, advokasi perubahan gaya hidup, perbaikan perencanaan komunitas,
perubahan ekonomi uang serta perombakan kebijakan Negara. Gerakan Lingkungan
sering di kaitkan dengan Revolusi Hijau, dimana pengembangan teknologi pertanian
dalam upaya meningkatnya hasil pangan, mengubah pertanian tradisonal menjadi
pertanian yang lebih modern.

2.5.2. Pengertian Politik Ligkungan


Sedangkan politik lingkungan adalah politik mengenai pengelolaan sumber daya
alam. Pemerintah harus mendesain kebijakan yang tepat di dalam menangani
masalah lingkungan dan politik lingkungan menawarkan berbagai opsi dan alternatif
yang dapat diambil dalam menangani pengelolaan sumber daya alam. Agar dapat
mendesain kebijakan yang tepat, Kraft (2011) menawarkan model proses kebijakan
yang terdiri atas enam tahap yaitu agenda setting, policy formulation, policy
legitimation, policy implementation, policy and program evaluation dan terakhir,
policy change.
Menurut Kraft (2011), terdapat tiga perspektif dalam politik lingkungan yaitu
perspektif ilmu pengetahuan, perspektif ekonomi dan perspektif etika lingkungan.
Dalam perspektif ilmu pengetahuan, politik lingkungan harus mengadopsi dan
mengadaptasi kebenaran yang disepakati oleh komunitas akademis. Kraft (2011)
mengatakan: “Many scientists (and business leaders as well) believe that
environmental problems can be traced chiefly to a lack of scientific knowledge about
the dynamics of natural systems or the use of technology.” Pemerintah seharusnya
berinvestasi sebesar-besarnya dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan
8
Tugas Paper Mata Kuliah Lintas Prodi Sosiologi Lingkungan Oleh Kelompok 2

menjadikannya sebagai referensi utama dalam pengambilan kebijakan. Perspektif


yang kedua adalah perspektif ekonomi. Di dalam perspektif ini, aspek untung rugi
menjadi faktor utama. Kerusakan lingkungan merupakan dampak dari perhitungan
ekonomi yang tidak memperhatikan jasa lingkungan hidup bagi kehidupan manusia.
Kraft (2011) mengatakan: “These prices send inaccurate and inappropriate signals
to consumers and businesses and thus encourage behavior that may be
environmentally destructive.” Oleh karena itu, Pemerintah harus menetapkan
kebijakan harga yang mendorong pertumbuhan ekonomi yang sejalan dengan
keadilan dan konservasi lingkungan hidup. Selain Kraft, Walter A. Rosenbaum
(2019) juga pemikir yang fokus mengembangkan politik lingkungan berdasarkan
pertimbangan untung dan rugi sebuah kebijakan.
Perspektif yang ketiga adalah perspektif etika lingkungan. Di dalam perspektif
ini, politik lingkungan adalah sebuah gerakan kritik terhadap gaya hidup manusia
yang memikirkan kepentingan manusia tanpa mempertimbangkan aspek kehidupan
non-manusia. Etika lingkungan mengenal dua teori utama yaitu anthroposentrisme
dan ekosentrisme (Nurmardiansyah 2014). Anthroposentrisme adalah sebuah
pemikiran yang fokus kepada keuntungan yang diperoleh manusia sedangkan
ekosentrisme fokus kepada keutuhan dan keberlanjutan Bumi sebagai sebuah
kesatuan tunggal (Richardson 1997).
Etika lingkungan menjadi ruang di dalam politik lingkungan menyuarakan
kepentingan rimbawan, nelayan, dan masyarakat adat terkait kerusakan lingkungan
yang terjadi akibat dominasi anthroposentrisme. Etika lingkungan membahas filsafat
lingkungan yang menelusuri karakter manusia yang rakus terhadap sumber daya
alam.
Meminjam definisi Watts di atas, politik lingkungan dapat didefinisikan
sebagai instrumen untuk memahami kompleksitas kepemilikan akses dan kontrol
terhadap sumber daya dan dampaknya terhadap kesehatan lingkungan dan
keberlanjutannya. Setiap kebijakan yang diambil terkait sumber daya alam akan
membawa dampak terhadap konfigurasi kekuatan ekonomi dan sosial di dalam
sebuah masyarakat. Kesenjangan antara penduduk miskin dan penduduk kaya dapat
bertambah lebar atau sempit karena kebijakan atas sumber daya alam yang diambil
Pemerintah.

9
Tugas Paper Mata Kuliah Lintas Prodi Sosiologi Lingkungan Oleh Kelompok 2

BAB III
PENUTUP

3.1.Kesimpulan
Sosiologi lingkungan adalah bidang ilmu yang mempelajari faktor sosial, yaitu yang
mengakibatkan masalah lingkungan, dampak masyarakat terhadap masalah-masalah
tersebut, dan sekaligus usaha untuk menyelesaikan masalahnya juga. Kemunculan sosiologi
lingkungan ini adalah pada saat terjadi perluasan perspektif sosiologi dari antroposentrime
(manusia) menjadi ekosentrisme (lingkungan, alam). Jadi sosiologi lingkungan adalah studi
terhadap hubungan antara manusia-masyarakat dengan lingkungan. Ini merupakan
gabungan dari ilmu sosiologi dan ilmu lingkungan. Dalam sosiologi terdapat beberapaka
aliran seperti; aliran antroposentrisme, aliran biosentrisme, aliran ekosenntrisme, aliran
ekopeminisme dan aliran gerakan politik ingkungan.
Adapun Antroposentrisme adalah aliran yang memandang bahwa manusia adalah pusat
dari alam semesta, dan hanya manusia yang memiliki nilai, sementara alam dan segala isinya
sekedar alat bagi pemuasan kepentingan dan kebutuhan hidup manusia. Biocentrisme adalah
teori etika-filosofis bahwa semua makhluk hidup layak menghormati nilai intrinsik mereka
sebagai cara hidup dan memiliki yang hak untuk hidup dan berkembang. Ekosentrisme
berkaitan dengan etika yang lebih luas dan justru lebih memusatkan etika pada seluruh
komunitas ekologis, baik yang hidup maupun tidak. Ekofeminisme merupakan salah satu
aliran pemikiran dan gerakan feminisme yang berusaha untuk menunjukkan hubungan
antara semua bentuk penindasan manusia, khususnya perempuan, dan alam. Politik
lingkungan adalah politik mengenai pengelolaan sumber daya alam sedangkan Gerakan
Lingkungan adalah gerakan sosial dan politik yang di arahkan untuk pelestarian, restorasi
dan peningkatan kualitas lingkungan hidup melalui pendidikan publik, advokasi perubahan
gaya hidup, perbaikan perencanaan komunitas, perubahan ekonomi uang serta perombakan
kebijakan Negara.

10
Tugas Paper Mata Kuliah Lintas Prodi Sosiologi Lingkungan Oleh Kelompok 2

DAFTAR PUSTAKA

Siahaan, S. 2022. Politik Lingkungan Indonesia. Jakarta: UKI press. Tersedia dari google
Wiyatmi, dkk. 2017. Ekofeminisme : Kritik Sastra Berwawasan Ekologis dan Feminis.
Penerbit Cantrik Pustaka.
Fahimah, Siti. 2017. Ekofeminisme : Teori dan Gerakan. Jurnal Komunikasi dan Penyiaran
Islam, Volume 1 Nomor 1.

11

Anda mungkin juga menyukai