Bu Vina seorang guru kelas V SD Cimekar. Pada jam pelajaran terakhir, ia mengajarkan
pelajaran Bahasa Indonesia dengan kegiatan mengarang bebas. Bu vina mengajak murid-murid
keluar dari sekolah. Tujuan pembelajaran yang ditargetkan adalah agar di akhir pembelajaran
siswa kelas V SD Cimekar dapat menceritakan kembali sebuah cerita di depan kelas.
Pelaksanaan pembelajaran Bu Vina dimulai dengan menjelaskan bahwa hari ini semua
siswa diharapkan dapat maju ke depan kelas untuk menceritakan kembali cerita yang harus
mereka hapalkan kemarin. Kemudian, Bu Vina memanggil beberapa nama siswa untuk tampil ke
depan kelas. Siswa yang maju pertama kali hanya menyebutkan beberapa kalimat, kemudian ia
meminta izin duduk dengan alasan lupa cerita selanjutnya. Kelas ribut, ada siswa yang
mengobrol dengan temannya, ada yang berteriak-teriak meminta izin maju ke depan kelas, ada
yang diam saja, ada juga yang mengadukan kenakalan temannya. Dalam keributan tersebut Bu
Vina menunjuk beberapa siswa untuk maju ke depan. Saat mereka bercerita di depan kelas, Bu
Vina kadang mendengarkan sambil mengatakan “Bagus... sekarang kembali ke bangkumu”.
Terkadang pula, Bu Teti mengatakan “Bagaimana ceritanya, kok hanya itu saja... ya
sudah... sekarang kau duduk kembali”. Kadang-kadang, Bu Teti membantu siswa mengingat
cerita dengan meneruskan cerita siswa yang terpotong. Pada saat ada seorang teman gurunya
lewat di depan kelas, Bu Teti yang berdiri di dekat pintu masuk kelas memanggil rekannya, dan
mereka mengobrol di depan kelas. Bu Teti juga sempat memarahi siswa yang nakal dan ribut.
Hal ini dilakukan saat ada siswa yang sedang menceritakan hapalannya.
Setelah waktu pelajaran Bahasa Indonesia selesai, Bu Vina tersenyum dan mengatakan:
“Baik anak-anak, cukup sampai di sini dahulu pelajaran Bahasa Indonesia ini. Sekarang buka
bukumu karena Ibu akan mendiktekan PR untuk dikumpulkan esok hari. Dengarkan setiap soal
baik-baik, karena Ibu tak akan mengulangi soalnya”. Mendengarkan kata-kata itu, semua siswa
bergegas membuka bukunya.
Bu Teti mendiktekan soal PR, mulai soal IPA sampai Matematika. Karena banyak siswa
yang bertanya tentang soal yang sedang didiktekan, Bu Teti kemudian mencatat soal di papan
tulis dengan kapur. Saat ia menulis di papan tulis, ia menulis di tempat-tempat yang tidak ada
tulisannya karena papan tulis telah penuh dengan tulisan. Saat menulis di papan tulis, Bu Teti
kadang-kadang ada di sisi kiri papan, lalu sebentar pindah ke tengah, atau ke sisi kanan, atau
menulis di bagian bawah papan. Hal itu dilakukan Bu Teti untuk mencari ruang kosong untuk
menulis karena papan tulis masih dipenuhi tulisan dari pelajaran sebelumnya. Hasilnya, papan
tulis terlihat penuh dan tidak teratur. Namun begitu, sebagian siswa terlihat dapat mengikuti alur
tulisan Bu Teti, walaupun ada pula siswa yang menanyakan apa yang di tulis Bu
Teti. Sambil menulis, Bu Teti mendiktekan soal PR. Selain itu, Bu Teti menyelingi soal sambil
menanyakan rumus untuk menghitung keliling dan luas suatu benda dan dijawab oleh para siswa
sehingga suasana menjadi riuh rendah. Setelah soal PR selesai diberikan, semua siswa bergiliran
mencium tangan gurunya sambil ke luar kelas. Bu Teti pun bergegas menyiapkan diri untuk
pulang.
Pertanyaan:
1. Ditinjau dari segi mengajarkan keterampilan berbahasa dalam kasus pembelajaran
tersebut, identifikasilah masalah pembelajaran yang terjadi di kelas Bu Teti.
Hubungkan jawaban Anda dengan aspek-aspek pembelajaran yang relevan!
Jawab:
Identifikasi terhadap kelas guru dalam mengajarkan keterampilan berbahasa. Aspek-aspek
pembelajaran yang relevan untuk mengajar adalah berupa sikap guru, bahan pelajaran, media
pembelajaran, hasil belajar, dan minat serta motivasi siswa dalam belajar.
a. Sikap guru
Dalam melaksanakan pembelajaran pada kelasnya guru kurang peduli dengan para
siswanya dan kondisi kelasnya hingga pembelajarannya kurang optimal. Dia juga tidak
mampu menjaga kelas tetap kondusif dibuktikan dengan kelasnya yang ribut. guru juga
menambah kegaduhan dengan memarahi mereka. Sikap guru yang memanggil rekan
kerjanya pada saat pembelajaran berlangsung juga akan memecah konsentrasi siswa,
apalagi dia malah mengobrol di depan kelas. Hal ini tentu saja memicu siswanya untuk
ikutan mengobrol dengan teman-temannya di dalam kelas karena mereka tidak sedang
dalam pengawasan. Yang dilakukan guru seakan-akan menjadi biang kegaduhan bagi
kelasnya. Sedangkan siswa yang sedang perform di depan kelas yang seharusnya
diperhatikan sepenuhnya oleh guru, malah ditinggal. Ini menyebabkan siswanya
melaksanakan tugasnya sekehendak hati. Malah bisa jadi para siswa yang sedang
bercerita mengambil kedempatan untuk bercerita sekenanya saja bahkan tidak sampai
selesai karena gurunya sebagai pengontrol kelas tidak mengawasi dengan baik.
Sementara itu pada saat memberikan soal tambahan, guru melakukan hal yang sangat
arogan sebagai seorang guru SD dengan mendikte tanpa ada pengulangan. Pada akhirnya
guru kesulitan sendiri karena banyak siswanya yang terus bertanya tentang soal yang
didikte.
guru juga kurang sabar dalam mengajar. Pada saat soal menulis di papan tulis dengan
menggunakan ruang kosong seadanya di papan tulis itu akan membingungkan siswa
mencatat.
b. Bahan pelajaran
Dalam kelas guru tidak terlihat adanya aktivitas dari guru yang mengarahkan bagaimana
bercerita yang baik. Guru hanya mengajak siswanya keluar sekolah tanpa ada bekal yang
cukup dari guru bagaimana membuat karangan cerita yang baik. Siswa hanya dilepaskan
begitu saja. guru sebagai guru juga tidak memberikan bimbingan tertentu kepada
muridnya.
c. Media pembelajaran
Dalam kelas mengarang tersebut guru tidak memanfaatkan media pembelajaran tertentu
yang mendukung cerita siswa atau guru tidak meminta siswa untuk membawa sesuatu
sebagai bahan cerita agar siswa tidak lupa apa yang akan diceritakan di depan kelas.
Buktinya ada siswa yang lupa sebagian yang akan diceritakan. Jika ada media maka
siswa akan lebih terbantu untuk bercerita
d. Hasil belajar
Dari kasus di atas membuktikan bahwa para siswanya banyak yang tidak dapat
memenuhi tugas mereka dengan baik karena kelalaian guru. Sehingga para siswanya
hanya bercerita hal yang sama.
Sementara pemberian PR pada saat akhir pembelajaran menurut saya hanya akan
membenani siswa dan juga menambah kejenuhan siswa terhadap pelajaran sehingga
pembelajaran yang digadang negara harus berupa pembelajaran yang menyenangkan
menjadi tergerus atau bahkan hilang seiring pemberian PR yang banyak dan terus menerus.
Akna lebih baik jika pembelajaran itu selesia di sekolah saja sehingga ketika di rumah, siswa
dapat melakukan kegiatan lain yang disenangi demi menumbuhkan kemampuan lain selain
dalam pelajaran sekolah. Dengan adanya PR maka siswa hanya akan berkutat dengan hal-hal
yang berkaitan dengan pelajaran sekolah saja, maka sebaiknya pemberian PR harus
dihentikan saja sehingga Ketika dirumah, para siswa dapat mengembangkan kemampuan
lain berupa bakat diri yang tidak bisa dipelajari di sekolah. Pada umumnya guru memberikan
PR hanya untuk memberikan kegiatan siswa di rumah, namun disisi lain PR bisa diberikan
guru kepada siswa jika bentuknya untuk menunjang pembelajaran missal pemberian tugas
proyek IPA menumbuhkan tanaman yang harus diamati tiap beberapa saat. Jadi PR juga bisa
diberikan dengan syarat efektif untuk menunjang proses pembelajaran.
b. Analisis masalah
1. Guru tidak memberikan instruksi kepada siswa untuk menggunakan media saat
bercerita.
2. Guru tidak dapat menguasai kelas hingga kelas ramai dan tidak terkontrol
3. Guru hanya menyuruh siswa menghafal sehingga pembelajaran membosankan
4. Guru mengabaikan kelas dengan mengobrol di depan kelas pada saat berlangsungnya
pembelajaran.
5. Guru tidak menggunakan sarana papan tulis dengan benar.
6. Guru memberikan PR mata pelajaran lain.
7. Guru tidak membuka dan menutup pelajaran dengan benar.
8. Guru merasa kecewa kepada muridnya dengan mengatakan, “Bagaimana ceritanya,
kok hanya itu saja”
9. Guru meninggalkan kelas pada saat pelajaran sedang berlangsung.
c. Perumusan masalah
1. Mengapa siswa kurang berminat mengikuti kegiatan bercerita pada mata pelajaran
Bahasa Indonesia?
2. Mengapa siswa belum mampu bercerita tentang pengalaman mereka?
3. Bagaimana cara meningkatkan kemampuan siswa terhadap kegiatan bercerita dengan
gambar seri:
a. Menggunakan media gambar seri/ foto
b. Bercerita secara berkelompok
c. Metode bercerita
d. RPP/Modul ajar
C. Metode
Diskusi, tanya jawab, penugasan
D. Tujuan Perbaikan
1. Siswa dapat menceritakan kembali sebuah cerita di akhir pembelajaran.
E. Penilaian
1. Teknik Penilaian
a. Penilaian sikap
Mencatat hal-hal menonjol baik maupun kurang baik yang ditunjukkan siswa dalam sikap
disiplin.
b. Penilaian pengetahuan
Muatan Indikator Teknik Penilaian Bentuk Instrumen
Bahasa Indonesia Siswa mampu Tes tulis Soal uraian
bercerita di depan
kelas
c. Unjuk kerja
Muatan Indikator Teknik Penilaian Bentuk Instrumen
Bahasa Indonesia Siswa mampu Diskusi dan unjuk Rubrik penilaian
bercerita di depan hasil pada Buku Guru
kelas halaman 13-14
d. Remidial
Siswa yang belum terampil dalam bercerita di depan kelas diberikan tugas mengarang
dengan paragraph sederhana kemudian menceritakan Kembali dalam bentuk video.
2. Instrumen Penilaian
No. Tanggal Nama Catatan Butir Sikap Tindak
Siswa Perilaku lanjut
1
2
3
4
5