Profil Risiko Pembiayaan Bermasalah Pada Perbankan Syariah Nasional Dalam Masa Pandemi Covid-19
Profil Risiko Pembiayaan Bermasalah Pada Perbankan Syariah Nasional Dalam Masa Pandemi Covid-19
1 2021
Abdul Kholik
Program Studi Perbankan Syariah Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Syariah Mitra Karya Bekasi
Abdulkholik@stiesmitrakarya.ac.id
Abstract
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil risiko pembiayaan bermasalah pada perbankan
syariah nasional dalam masa pendemi covid-19. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif
dengan pengolahan data secara statistik deskriptif terhadap data sekunder pembiayaan
berdasarkan akad pada bank umum syariah dan unit usaha syariah yang dikeluarkan oleh
Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Hasil penelitian menyatakan bahwa dalam masa pandemi covid-
19, profil risiko pembiayaan bermasalah pada akad mudharabah, murabahah, qardh, dan
istishna’ memiliki tren menurun, akad musyarakah relatif stabil, sedangkan akad ijarah memiliki
tren meningkat. Tingkat pembiayaan bermasalah/non performing financing rata-rata ijarah
6,10%; musyarakah 3,39%; istishna’ 1,60%; qardh 3,05%, murabahah 2,98%; dan mudharabah
3,59%. Komposisi akad pembiayaan terhadap total pembiayaan adalah ijarah 2,47%;
musyarakah 45,49%; istishna’ 0,61%; qardh 2,83%, murabahah 45,28%; dan mudharabah
3,32%. Perhitungan rata-rata tertimbang atas non performing financing dan komposisi akad
pembiayaan menghasilkan nilai 3,26%, yang menggambarkan bahwa dalam masa pandemi covid-
19 yang memberikan tekanan pada pertumbuhan ekonomi, profil risiko pembiayaan
bermasalah/non performing financing perbankan syariah di Indonesia pada tingkat terkendali dan
di bawah ketentuan OJK yaitu 5%. Kondisi tersebut tetap memerlukan manajemen risiko dengan
prioritas pada komposisi pembiayaan yang besar dan berpotensi tinggi dalam rangka memitigasi
risiko pembiayaan bermasalah dalam perbankan syariah.
Abstract
Profile Of Problem Financing Risk In National Sharia Banking In The Covid-19 Pandemic
This study aims to determine the risk profile of non-performing financing in national Islamic
banking during the COVID-19 pandemic. This research is a quantitative research with descriptive
statistical data processing on secondary data on financing based on contracts at Islamic
commercial banks and sharia business units issued by the Financial Services Authority (OJK). The
results of the study stated that during the COVID-19 pandemic, the risk profile of problematic
financing in mudharabah, murabahah, qardh, and istishna' contracts had a downward trend,
musyarakah contracts were relatively stable, while ijarah contracts had an increasing trend. The
level of non-performing financing is ijarah 6.10% on average; Musharaka 3.39%; istishna'
1.60%; qardh 3.05%, murabaha 2.98%; and mudharabah 3.59%. The composition of the
financing contract to the total financing is ijarah 2.47%; musyarakah 45.49%; istishna' 0.61%;
qardh 2.83%, murabahah 45.28%; and mudharabah 3.32%. The calculation of the weighted
average of non-performing financing and the composition of financing contracts resulted in a
value of 3.26%, which illustrates that during the COVID-19 pandemic which puts pressure on
economic growth, the risk profile of non-performing financing/non-performing financing of
Islamic banking in Indonesia is at a level under control and under OJK regulations, namely 5%.
This condition still requires risk management with a priority on the composition of large and high
potential financing in order to mitigate the risk of non-performing financing in Islamic banking.
Abdul Kholik 6
Al-Misbah Volume 2 No. 1 2021
Abdul Kholik 7
Al-Misbah Volume 2 No. 1 2021
yang akan terjadi pada masa berdasarkan akad pada bank umum
mendatang yang disebabkan oleh syariah dan unit usaha syariah yang
faktor internal dan eksternal dengan dikeluarkan oleh Otoritas Jasa
dampak baik secara finansial Keuangan (OJK). Akad pembiayaan
maupun non finansial melalui syariah yang diteliti profil risikonya
keputusan yang diambil berdasarkan meliputi mudharabah, musyarakah,
berbagai pertimbangan pada saat ini murabahah, qardh, istishna’, dan
secara sistematis dan komprehensif ijarah. Periode data pembiayaan
(Fahmi, 2014). syariah yang digunakan dalam
Dalam perbankan syariah, penelitian adalah periode masa
proses identifikasi, analisis, dan pandemi covid-19 pada tahun 2020
penilaian risiko dalam manajemen dengan memperhatikan ketersediaan
risiko salah satunya dilakukan data, yaitu mulai Maret-Desember
dengan mendapatkan informasi profil 2020.
risiko pembiayaan. Kondisi pandemi
covid-19 yang secara signifikan III. HASIL DAN PEMBAHASAN
mempengaruhi terjadinya kontraksi Aktivitas pembiayaan oleh
ekonomi, perlu menjadi perhatian perbaikan syariah akan
dalam manajemen risiko pembiayaan mempengaruhi tingkat kinerja dan
dalam perbankan syariah. Berkaitan risiko perbankan syariah. Nilai
dengan hal tersebut, penelitian ini pembiayaan yang dilakukan oleh
bertujuan untuk mengetahui profil perbankan syariah pada periode masa
risiko pembiayaan bermasalah pada pandemi covid-19 dalam tahun 2020
perbankan syariah nasional dalam ditunjukkan pada Maret- Desember
masa pendemi covid-19. Hasil 2020. Tabel 1 menunjukkan jumlah
penelitian ini diharapkan menjadi pembiayan syariah sesuai akad- akad
informasi dan masukan penting bagi yang dilakukan perbankan syariah
industri perbankan syariah, nasional.
pemerintah, otoritas Jumlah pembiayaan syariah
keuangan/moneter, dan masyarakat pada periode Maret- Desember 2020
dalam perumusan kebijakan dan mencapai Rp3.706,2 triliun dengan
pengambilan keputusan. rata-rata Rp370,6 triliun per bulan.
Total pembiayaan syariah tersebut
II. METODE PENELITIAN dikontribusikan dari enam akad
Penelitian dilakukan pada syariah utama dalam perbankan
kurun waktu Oktober 2020 – syariah yaitu murabahah, qardh,
Februari 2021. Penelitian istishna’, ijarah, musyarakah, dan
menggunakan desain penelitian mudharabah.
deksriptif kuantitatif yaitu ditujukan Komposisi akad-akad syariah
untuk menggambarkan karakteristik terhadap total pembiayaan syariah
dari suatu objek, fenomena, dapat digunakan untuk
kelompok, organisasi, atau mengidentifikasi prioritas perhatian
lingkungan (Sumarwan et al., 2014). pembiayaan syariah. Komposisi akad
Metode pengolahan data dilakukan musyarakah merupakan komposisi
secara statistik deskriptif terhadap terbesar dari pembiayaan syariah
data sekunder pembiayaan syariah yaitu mencapai 45,49%. Komposisi
Abdul Kholik 8
Al-Misbah Volume 2 No. 1 2021
Abdul Kholik 9
Al-Misbah Volume 2 No. 1 2021
pergerakan antara 2,77% hingga 3,18%. Desember 2020. Indikator NPF akad
Indikator NPF akad murabahah di mudharabah pada periode tersebut
tingkat tertinggi terjadi pada bulan April memiliki tren menurun.
2020 yaitu sebesar 3,18%, sedangkan Akad qardh adalah perjanjian
NPF terendah sebesar 2,77% pada pembiayaan berupa transaksi pinjam
Desember 2020. Indikator NPF akad
murabahah pada periode tersebut
meminjam dana tanpa imbalan
memiliki tren menurun. dengan kewajiban pihak peminjam
Akad mudharabah adalah mengembalikan pokok pinjaman
perjanjian pembiayaan/penanaman secara sekaligus atau cicilan dalam
dana dari pemilik dana (shahibul jangka waktu tertentu. Gambar 4
maal) kepada pengelola dana menunjukkan karakteristik tingkat
(mudharib) untuk melakukan pembiayaan bermasalah pada akad
kegiatan usaha tertentu yang sesuai qardh pada periode Maret-Desember
syariah, dengan pembagian hasil 2020, dalam masa pandemi covid-19
usaha antara kedua belah pihak melalui indikator non performing
berdasarkan nisbah yang telah financing (NPF).
disepakati sebelumnya. Gambar 3 Tingkat pembiayaan
menunjukkan karakteristik tingkat bermasalah atau non performing
pembiayaan bermasalah pada akad financing (NPF) yang
mudharabah pada periode Maret- menggambarkan risiko pembiayaan
Desember 2020, dalam masa pada akad qardh dalam periode
pandemi covid-19 melalui indikator Maret-Desember 2020 masa pandemi
non performing financing (NPF). covid-19 menunjukkan pergerakan
antara 2,48% hingga 3,68%.
Indikator NPF akad qardh di tingkat
tertinggi terjadi pada bulan Juli 2020
yaitu sebesar 3,68%, sedangkan NPF
terendah sebesar 2,48% pada
Desember 2020. Indikator NPF akad
qardh pada periode tersebut memiliki
tren menurun.
Gambar 3 Tingkat pembiayaan
bermasalah akad mudharabah
Tingkat pembiayaan
bermasalah atau non performing
financing (NPF) yang
menggambarkan risiko pembiayaan
pada akad mudharabah dalam
periode Maret-Desember 2020 masa
pandemi covid-19 menunjukkan Gambar 4 Tingkat pembiayaan
pergerakan antara 3,21% hingga bermasalah akad qardh
4,00%. Indikator NPF akad Akad ijarah adalah perjanjian
mudharabah di tingkat tertinggi pembiayaan berupa transaksi sewa
terjadi pada bulan Maret 2020 yaitu menyewa atas suatu barang dan/atau
sebesar 4,00%, sedangkan NPF jasa antara pemilik obyek sewa
terendah sebesar 3,21% pada termasuk kepemilikan hak pakai atas
Abdul Kholik 10
Al-Misbah Volume 2 No. 1 2021
Abdul Kholik 11
Al-Misbah Volume 2 No. 1 2021
Abdul Kholik 12
Al-Misbah Volume 2 No. 1 2021
http://dx.doi.org/10.17358/jab
m.4. 1.151
Fahmi, I. 2014. Studi Kelayakan
Bisnis dan Keputusan
Investasi. Jakarta:Penerbit
Mitra Wacana Media
Insani Utami, M. S. M. dan
Muslikhati. (2019). Pengaruh
Dana Pihak Ketiga (DPK),
Capital Adequacy Ratio
(CAR), Non Performing
Financing (NPF) terhadap
Likuiditas Bank Umum
Syariah (BUS) Periode 2015-
2017. F ALAH : Jurnal
Ekonomi Syariah V ol. 4
(1):33-43.
Abdul Kholik 13