Anda di halaman 1dari 10

BAB III

NEGARA DAN KONSTITUSI

A. PENGERTIAN
1. Negara
Secara terminologi, negara diartikan dengan organisasi tertinggi di antara satu
kelompok masyarakat yang mempunyai cita-cita untuk bersatu, hidup di dalam daerah
tertentu dan mempunyai pemerintahan yang berdaulat. Pengertian ini mengandung nilai
konstitutif dari sebuah negara yang meniscayakan adanya unsur dalam sebuah negara,
yakni adanya masyarakat (rakyat), adanya wilayah (daerah) dan adanya pemerintah
yang berdaulat.
Menurut Roger H. Soltau, negara didefinisikan dengan alat (agency) atau
wewenang (authority) yang mengatur atau mengendalikan persoalan-persoalan
bersama, atas nama masyarakat. Lain halnya dengan apa yang dikemukakan Harold J.
Laski. Menurutnya negara merupakan suatu masyarakat yang diintegrasikan karena
mempunyai wewenang yang bersifat memaksa dan yang secara sah lebih agung
daripada individu atau kelompok yang merupakan bagian dari masyarakat itu.
Masyarakat merupakan suatu kelompok manusia yang hidup dan bekerja sama untuk
mencapai terkabulnya keinginan-keinginan mereka bersama.
Sejalan dengan Harold J. Laski, Max Weber pun mendefinisikan bahwa negara
adalah suatu masyarakat yang mempunyai monopoli dalam penggunaan kekerasan
fisik secara sah dalam suatu wilayah.
Sedangkan dalam konsep Robert M. Mac Iver, negara diartikan dengan asosiasi
yang menyelenggarakan penertiban di dalam suatu masyarakat dalam suatu wilayah
dengan berdasarkan sistem hukum yang diselenggarakan oleh suatu pemerintah yang
untuk maksud tersebut diberikan kekuasaan memaksa.
Dalam konsepsi Islam, dengan mengacu pada al-Quran dan al-Sunnah, tidak
ditemukan rumusan tentang negara secara eksplisit, hanya saja di dalam al Quran dan
al Sunnah terdapat prinsip-prinsip dasar dalam bermasyarakat, berbangsa dan
bemegara. Selain itu, konsep Islam tentang negara juga berasal dari 3 (tiga) paradigma,
yaitu:
a. Paradigma tentang teori khilafah yang dipraktikan sesudah Rasulullah Saw.,
terutama biasanya merujuk pada masa Khulafa al Rasyidun;
b. Paradigma yang bersumber pada teori Imamah dalam paham Islam Syi'ah;
c. Paradigma yang bersumber dari teori Imamah atau pemerintahan.
Teori tentang Khilafah menurut Amien Rais, dipahami sebagai suatu misi kaum
muslimin yang harus ditegakan di muka bumi ini | untuk memakmurkan sesuai dengan
petunjuk dan peraturan Allah swt, maupun Rasul-Nya. Adapun cara pelaksanaannya,
al-Quran tidak . menunjukan secara terperinci, tetapi dalam bentuk global saja.
Sedangkan untuk teori Imamah, Amien lebih lanjut mengatakan bahwa kata imamah
(dalam pengertian negara/stete.) dalam al-Quran tidak tertulis. Akan tetapi kalau yang
dimaksudkan dengan imamah itu adalah kepemimpinan yang harus diikuti oleh umat
Islam, hal itu jelas ada dalam al-Quran. Artinya al-Quran menyuruh kaum musliinin
untuk mengikuti pemimpin yang benar, yang terdiri dari manusia-manusia atau
pemimpin yang menggunakan Islam sebagai patokan kepemimpinannya.
Dari beberapa pendapat tentang negara tersebut, dapat dipahami secara sederhana
bahwa yang dimaksud dengan negara adalah suatu daerah teritorial yang rakyatnya
diperintah (governet) oleh sejumlah pejabat yang berhak menuntut dari
warganegaranya untuk taat pada peraturan perundang-undangan melalui penguasaan
(kontrol) monopolistis dari kekuasaan yang sah.

B. TUJUAN NEGARA
Sebagai sebuah organisasi kekuasaan dari kumpulan orang-orang yang
mendiaminya, negara harus memiliki tujuan yang disepakati bersama. Tujuan sebuah
negara dapat bermacam-macam, antara lain;
a. Bertujuan untuk memperluas kekuasaan semata-mata; .
b. Bertujuan menyelenggarakan ketertiban hukum;
c. Bertujuan untuk mencapai kesejahteraan umum
Dalam konsep dan ajaran Plato, tujuan adanya negara adalah untuk memajukan
kesusilaan manusia, sebagai perseorangan (individu) dan 1 sebagai makhluk sosial.
Sedangkan menurut Roger H. Soltau tujuan negara adalah memungkinkan rakyatnya
berkembang serta menyelenggarakan daya ciptanya sebebas mungkin (the freest
possibles deuelopment and creative self-expression of its members).
Dalam ajaran dan konsep Teokratis (yang diwakili oleh Thomas Aqodnas dan
Agustinus), tujuan negara adalah untuk mencapai penghidupan dan kehidupan aman
dan tentram dengan taat kepada dan di bawah pimpinan Tuhan. Pemimpin negara
menjalankkan kekuasaannya hanya berdasarkan kekuasaan Tuhan yang diberikan
kepadanya.
Dalam Islam, seperti yang dikemukakan oleh Ibnu Arabi, tujuan negara adalah
agar manusia bisa menjalankan kehidupannya dengan baik, jauh dari sengketa dan
menjaga intervensi pihak-pihak asing. Paradigma ini didasarkan pada konsep sosio-
hitoris bahwa manusia didptakan oleh Allah dengan watak dan kecenderungan
berkumpul dan bermasyarakat, yang membawa konsekuensi antara individu-individu
satu sama lain saling membutuhkan bantuan. Sementara menurut Ibnu Khaldun, tujuan
negara adalah untuk mengusahakan kemaslahatan agama dan dunia yang bermuara
pada kepentingan akhirat.
Sementara itu, dalam konsep dan ajaran Negara Hukum, tujuan negara adalah
menyelenggarakan ketertiban hukum, dengan berdasarkan dan berpefloman pada
hukum. Dalam negara hukum segala kekuasaan dari alat-alat pemerintahannya
didasarkan atas hukum. Semua orang tanpa kecuali harus tunduk dan taat pada
hukum, hanya hukum yang berkuasa dalam negara itu (government not by man but by
law = the rule of law).
Dalam konteks negara Indonesia, tujuan negara (sesuai dengan pembukaan
UUD 1945) adalah untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan
bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial. Selain itu/dalam penjelasan UUD 1945
ditetapkan bahwa Negara Indonesia berdasarkan atas hukum (rechtstaat), tidak
berdasarkan kekuasaan belaka (machtstaat). Dari pembukaan dan penjelasan UUD
1945 tersebut, dapat dikatakan bahwa Indonesia merupakan suatu negara hukum yang
bertujuan untuk mewujudkan kesejahteraan umum, membentuk suatu masyarakat adil
dan makmur.
C. UNSUR NEGARA
Dalam mmusan Konvensi Montevideo tahun 1933 disebutkan bahwa suatu
negara harus memiliki 3 (tiga) unsur penting, yaitu rakyat, wilayah dan pemerintah.
Sejalan dengan itu, Mac Iver merumuskan bahwa suatu negara harus memenuhi 3
(tiga) unsur pokok, yaitu pemerintahan, komurdtas atau rakyat, dan wilayah tertentu.
Ketiga unsur ini oleh Mahfud MD disebut sebagai unsur konstitutif. Tiga unsur ini perlu
ditunjang dengan unsur lainnya seperd adanya konstitusi dan pengakuan dunia
intemasional yang oleh Mahfud disebut dengan unsur deklaratif.
Dari beberapa pendapat tentang unsur negara tersebut, maka secara global
suatu negara membutuhkan tiga (3) unsur pokok, yakru rakyat
(masyarakat/warganegara), wilayah dan pemerintah. Untuk lebih jelas memahami
nnsur-unsur pokok dalam negara ini, akan dijelaskan masing-masing unsur tersebut.

1. RAKYAT (MASYARAKAT/WARGA NEGARA)

Setiap negara tidak mungkin bisa ada tanpa adanya warga atau rakyatnya.
Unsur rakyat ini sangat penting dalam sebuah negara, karena secara kongkret
rakyatlah yang memiliki kepentingan agar negara itu dapat berjalan dengan baik. Selain
itu, bagimanapun juga manusialah yang akan mengatur dan menentukan sebuah
organisasi (negara).
Rakyat dalam konteks ini diartikan sebagai sekumpulan manusia yang
dipersatukan oleh suatu rasa persamaan dan yang bersama-sama mendiami suatu
wilayah tertentu. Mungkin tidak dapat dibayangkan adanya suatu negara tanpa rakyat,
(warga negara). Rakyat (warga negara) adalah substratum personil dari negara.

2. WILAYAH

Wilayah dalam sebuah negara merupakan unsur yang harus ada, karena tidak
mungkin ada negara tanpa ada batas-batas teritorial yang jelas. Sebagai contoh, pada
tahun 1860, Kursi Suci (Holy See, Papacy) adalah sebuah negara, karena menguasai
sebagian wilayah Italia dari pantai barat sampai ke bagian timur jazirah Italia. Ketika
pada tahun 1800-1861 Italia menjadi kerajaan yang disatukan, maka Kursi Suci
diinkorportir ke dalam wilayah kerajaan baru itu, kecuali wilayah di sekitar kota Roma
yang tetap dikuasainya. Akan tetapi pada tahun 1870, wilayah sekitar kota Roma itu
pun dilepaskan dari kekuasaan Kursi Suci. Secara otomatis kemudian Kursi Suci lenyap
sebagai negara. Baru dalam tahun 1929 dengan Traktat Lateran dicapai persetujuan
antara Mussolini dan Paus tentang hubungan gereja dan negara. Dengan Traktat
Lateran itu diciptakan kembali Negara Vatikan yang meliputi luas wilayah 109 Ha di
tengah-tengah kota Roma.
Secara mendasar, wilayah dalam sebuah negara biasanya mencakup daratan
(wilayah darat), perairan (wilayah laut/perairan) dan udara (wilayah udara).

a. Daratan (wilayah Darat)


Wilayah darat suatu negara dibatasi oleh wilayah darat dan atau laut (perairan)
negara lain. Perbatasan wilayah sebuah negara biasanya ditentukan berdasarkan
perjanjian. Perjanjian mtemasional yang dibuat antara dua negara disebut perjanjian bi-
lateral (M=dua); perjanjian yang dibuat antara banyak negara disebut perjanjian
multilateral (multi=banyak). Perbatasan antar dua negara dapat berupa:
1. Perbatasan alam; seperti sungai, danau, pegunungan atau lembah
2. Perbatasan buatan; seperti pagar tembok, pagar kawat, tiang tembok
3. Perbatasan menurut Ilmu Pasti, yakni dengan menggunakan ukuran Garis Lintang
atau Bujur pada peta bumi.

b. Perairan (wilayah Laut/Perairan)

Perairan atau laut yang menjadi bagian atau termasuk wilayah suatu negara
disebut perairan atau laut teritorial dari negara yang bersangkutan. Adapun batas dari
perairan teritorial itu pada umumnya 3 mil laut (5,555 km) yang dihitung dari pantai
ketika air surut. Laut yang berada di luar perairan teritorial disebut Lautan Bebas (Mare
Liberum). Disebut dengan Lautan Bebas, karena wilayah perairan tersebut tidak
termasuk wilayah kekuasaan suatu negara sehingga siapapun bebas
memanfaatkannya, akan tetapi pertanggungjawabannya kepada negara terdekat
dengan lau eks bebas tersebut.

c. Udara (wilayah Udara)

Udara yang berada di atas wilayah darat (daratan) dan wilayah laut (perairan)
teritorial suatu negara merupakan bagian dari wilayah udara sebuah negara. Mengenai
batas ketinggian sebuah wilayah negara tidak memiliki batas yang pasti, asalkan
negara yang bersangkutan dapat mempertahankannya.

3. PEMERINTAH

Pemerintah adalah alat kelengkapan negara yang bertugas memimpin organisasi


negara untuk mencapai tujuan negara. Oleh karenanya, pemerintah seringkali menjadi
personifikasi sebuah negara.
Pemerintah menegakan hukum dan memberantas kekacauan, mengadakan
perdamaian dan menyelaraskan kepentingan-kepentingan yang bertentangan.
Pemerintah yang menetapkan, menyatakan dan menjalankan kemauan individu-
individu yang tergabung dalam organisasi politik yang disebut negara. Pemerintah
adalah badan yang mengatur urusan sehari-hari, yang menjalankan kepentingan-
kepentingan bersama. Pemerintah melaksanakan tujuan-tujuan negara, menjalankan
fungsi-fungsi kesejahteraan bersama.
1. Konstitusi
Konstitusi berasal dari bahasa Perancis; Constituir yang berarti membentuk.
Istilah Konstitusi menurut Chairul Anwar adalah fundamental laws tentang
pemerintahan suatu negara dan nilai-nilai fundamentalnya. sementara menurut Sri
Soemantri, konstitusi berarti suatu naskah yang memuat suatu bangunan negara dan
sendi-sendi sistem pemerintahan negara. Dari dua pengertian bisa dikatakan bahwa
konstitusi memuat aturan-aturan pokok (fundamental) mengenai sendi-sendi yang
diperlukan untuk berdirinya sebuah negara.
E.C.S. Wade mengatakan bahwa yang dimaksud dengan konstitusi adalah "a
document having a special legal sanctity which sets out theframe-vork and the principal
functions of the organs of government ofa state and fedares the priciples governing the
operation ofthose organs" (naskah yang «lemaparkan rangka dan tugas-tugas pokok
dari badan-badan ^etnerintahan suatu negara dan menentukan pokok cara kerja badan
tersebut).
Dalam terminologi fiqih siyasah, istilah konstitusi dikenal dengan Dustur, yang
pada mulanya diartikan dengan seseorang yang memiliki otoritas, baik dalam bidang
politik maupun agama. Dustur dalam konteks konstitusi berarti kumpulan kaidah yang
mengatur dasar dan hubungan kerjasama antar sesama anggota masyarakat dalam
sebuah negara, baik yang tidak tertulis (konvensi) maupun yang tertulis (konstitusi).
Lebih lanjut dijelaskan oleh Abdul Wahab Khallaf, bahwa prinsip yang ditegakkan dalam
perumusan undang-undang dasar (dustur) adalah jaminan atas hak-hak asasi manusia
setiap anggota masyarakat dan persamaan kedudukan semua orang di mata hukum,
tanpa membeda-bedakan stratifikasi sosial, kekayaan, pendidikan dan agama; Dari
berbagai pengertian konstitusi di atas, dapat dikatakan bahwa yang dimaksud dengan
konstitusi adalah sejumlah aturan-aturan dasar dan ketentuan-ketentuan hukum yang
dibentuk untuk mengatur fungsi dan struktur lembaga pemerintahan termasuk dasar
hubungan kerjasama antara negara dan masyarakat (rakyat) dalam konteks kehidupan
berbangsa dan bernegara. Dalam praktiknya, konstitusi ini dibagi ke dalam 2 (dua)
bagian, yakni yang tertulis atau dikenal dengan undang-undang dasar dan yang tidak
tertulis, atau dikenal juga dengan konvensi.
Dalam perkembangannya, ada beberapa pendapat yang membedakan antara
konstitusi dengan undang-undang dasar. Seperti yang dikemukakan oleh Herman
Heler. la mengatakan bahwa konstitusi lebih luas daripada undang-undang dasar.
Konstitusi tidak hanya bersifat yuridis melainkan juga bersifat sosiologis dan politis.
Sedangkan undang-undang dasar hanya merupakan sebagian dari pengertian
konstitusi, yakni die geschreiben verfassung atau konstitusi yang tertulis (Malian, 2001:
14).
Pendapat yang sama dikemukakan oleh F. Lassale yang dikutip oleh Abu Daud
Busroh dan Abu bakar Busro. la membagi pengertian konstitusi ke dalam dua (2)
pengertian, yaitu:
1. Pengertian sosiologis dan politis (sosiologiche atau politische begrip). Konstitusi
merupakan shintese faktor kekuatan yang nyata (dereele machtsfactoren) dalam
masyarakat. Jadi konstitusi menggambarkan hubungan antara kekuasaan yang
terdapat dengan nyata dalam suatu negara.
2. Pengertian yuridis (yuridische begrip). Konstitusi adalah suatu naskah yang memuat
semua bangunan negara dan sendi-sendi pemerintahan.
Berbeda halnya dengan pendapat yang dikemukakan oleh CF. Strong dan
James Bryce. Keduanya menyamakan konstitusi dengan undang-undang dasar. Bagi
mereka yang terpenting adalah isi atau substansi materi dari konstitusi itu sendiri.
Konstitusi menurut mereka adalah "a frame of political society, organized through and
by law, that is to say on in which law has established permanent institutions with recog-
nized functions and definite right."
B. TUJUAN KONSTITUSI

Konstitusi sebagaimana disebutkan merupakan aturan-aturan dasar yang


dibentuk dalam mengatur hubungan antar negara dan warga negara. Konstitusi juga
dapat dipahami sebagai bagian dari social contract (kontrak sosial) yang memuat
aturan main dalam berbangsa dan bemegara. Lebih jelas, Sovemin Lohman
menjelaskan bahwa dalam konstitusi harus memuat unsur-unsur sebagai berikut:
1. Konstitusi dipandang sebagai perwujudan perjanjian masyarakat (kontrak sosial),
artinya bahwa konstitusi merupakan konklusi dari kesepakatan masyarakat untuk
membina negara dan pemerintahan yang akan mengatur mereka;
2. Konstitusi sebagai piagam yang menjamin hak-hak asasi manusia dan warga
negara sekaligus penentuan batas-batas hak dan kewajiban warga negara dan alat-
alat pemerintahannya;
3. Konstitusi sebagai format regitimes yaitu kerangka bangunan pemerintahan (Solly
Lubis, 1982: 48).
Pada prinsipnya, adanya konstitusi memiliki tujuan untuk membatasi
kewenangan pemerintah dalam menjamin hak-hak yang diperintah dan merumuskan
pelaksanaan kekuasaan yang berdaulat. Secara spesifik CF. Strong memberikan
batasan tentang tujuan konstitusi, sebagaimana dikutip Thaib, sebagai berikut: are to
limit the arbitrary action of the government, to quarantee the right of the governed, and
to define the operation of the sovereign power (Thaba, 2001: 27). Pendapat yang
hampir sama dikemukakan oleh Loewenstein. la mengatakan bahwa konstitusi
merupakan sarana dasar untuk meng-awasi proses-proses kekuasaan.
Tujuan-tujuan adanya konstitusi tersebut, secara ringkas dapat diklasifikasikan
menjadi tiga tujuan, yaitu:
1. Konstitusi bertujuan untuk memberikan pembatasan sekaligus pengawasan terhadap
kekuasaan politik;
2. Konstitusi bertujuan untuk melepaskan kontrol kekuasaan dari penguasa sendiri;
3. Konstitusi bertujuan memberikan batasan-batasan ketetapan bagi para penguasa
dalam menjalankan kekuasaannya.

C. KONSTITUSI DALAM SUATU NEGARA

Eksistensi konstitusi dalam kehidupan ketatanegaraan suatu negara merupakan


sesuatu hal yang sangat krusial, karena tanpa konstitusi bisa jadi tidak akan terbentuk
sebuah negara. Dalam lintasan sejarah hingga awal abad ke-21 ini, hampir tidak ada
negara yang tidak memiliki konstitusi. Hal ini menunjukkan betapa urgennya konstitusi
sebagai suatu perangkat negara. Konstitusi dan negara ibarat dua sisi mata uang yang
satu sama lain tidak terpisahkan.
Pertanyaan yang kemudian muncul adalah mengapa konstitusi itu menjadi
sesuatu yang urgen dalam tatanan kehidupan ketatanegaraan suatu negara? Seperti
telah disinggung sebelumnya bahwa konstitusi merupakan sekumpulan aturan yang
mengatur organisasi negara, serta hubungan antara negara dan warga negara
sehingga saling menyesuaikan diri dan saling bekerjasama. Dr. A. Hamid S. Attamimi
menegaskan, seperti yang dikutip Thaib, bahwa konstitusi atau Undang-undang Dasar
merupakan suatu hal yang sangat penting sebagai pemberi pegangan dan pemberi
batas, sekaligus dipakai sebagai pegangan dalam mengatur bagaimana kekuasaan
negara harus dijalankan. Sejalan dengan pendapat tersebut, Bagir Manan mengatakan
bahwa hakikat konstitusi merupakan perwujudan paham tentang konstitusi atau
konstitusionalisme yaitu pembatasan terhadap kekuasaan pemerintah di satu pihak dan
jaminan terhadap hak-hak warga negara maupun setiap penduduk di pihak lain.
Sejalan dengan perlunya konstitusi sebagai instrumen untuk membatasi
kekuasaan dalam suatu negara, Miriam Budiardjo mengatakan:
Di dalam negara-negara yang mendasarkan dirinya atas demokrasi
konstitusional, Undang-undang Dasar mempunyai fungsi yang khas yaitu membatasi
kekuasaan pemerintah sedemikian rupa sehingga penyelenggaraan kekuasaan tidak
bersifat sewenang-wenang. Dengan demikian diharapkan hak-hak warga negara akan
lebih terlindungi. (Budiardjo, 1978: 96).
Dalam konteks pentingnya konstitusi sebagai pemberi batas kekuasaan tersebut,
Kusnardi menjelaskan bahwa konstitusi dilihat dari fungsinya terbagi ke dalam dua (2)
bagian, yakni membagi kekuasaan dalam negara, dan membatasi kekuasaan
pemerintah atau penguasa dalam negara. Lebih lanjut, ia mengatakari bahwa bagi
mereka yang memandang negara dari sudut kekuasaan dan menganggap sebagai
organisasi kekuasaan, maka konstitusi dapat dipandang sebagai lembaga atau
kumpulan asas yang menetapkan bagaimana kekuasaan dibagi di antara beberapa
lembaga kenegaraan, seperd antara lembaga legislatif, eksekutif dan yudikatif.
Selain sebagai pembatas kekuasaan, konstitusi juga digunakan sebagai alat untuk
menjamin hak-hak warga negara. Hak-hak tersebut mencakup hak-hak asasi, sepgrti
hak untuk hidup, kesejahteraan hidup dan hak kebebasan.
Mengingat pentingnya konstitusi dalam suatu negara ini, Struycken dalam
bukunya "Het Staatsrecht van Het Koninkrijk der Nederlander" menyatakan bahwa
Undang-undang Dasar sebagai konstitusi tertulis merupakan dokumen formal yang
berisikan:
1. Hasil perjuangan politik bangsa di waktu yang lampau;
2. Tingkat-tingkat tertinggi perkembangan ketatanegaraan bangsa;
3. Pandangan tokoh-tokoh bangsa yang hendak diwujudkan baik untuk waktu sekarang
maupun untuk waktu yang akan datang;
4. Suatu keinginan, dimana perkembangan kehidupan ketatanegaraan bangsa hendak
dipimpin.
Keempat materi yang terdapat dalam konstitusi atau undang-undang tersebut,
menunjukan arti pentingnya suatu konstitusi yang menjadi barometer kehidupan
bernegara dan berbangsa, serta memberikan arahan dan pedoman bagi generasi
penerus bangsa dalam menjalankan suatu negara. Dan pada prinsipnya, semua
agenda penting kenegaraan serta prinsip-prinsip dalam merqalankan kehidupan
berbangsa dan bemegara, telah teicover dalam konstitusi. .
Dari beberapa pakar yang menjelaskan mengenai urgensi konstitusi dalam
sebuah negara, maka secara umum dapat dikatakan bahwa eksistensi konstitusi dalam
suatu negara merupakan suatu keniscayaan, karena dengan adanya konstitusi akan
tercipta pembatasan kekuasaan melalui pembagian wewenang dan kekuasaan dalam
menjalankan negara. Selain itu, adanya konstitusi juga menjadi suatu hal yang sangat
penting untuk menjamin hak-hak asasi warga negara, sehingga tidak terfadi penindasan
dan perialakuan sewenang-wenang dari pemerintah.

D. DEMOKRATIS
Sebagaimana dijelaskan di awal, bahwa konstitusi merupakan aturan-aturan
dasar yang dibentuk untuk mengatur dasar hubungan kerjasama antara negara dan
masyarakat (rakyat) dalam konteks kehidupan berbangsa dan bemegara. Sebagai
sebuah aturan dasar yang mengatur kehidupan dalam berbangsa dan bemegara, maka
sepatutnya konstitusi dibuat atas dasar kesepakatan bersama antara negara dan warga
negara, agar satu sama lain merasa bertanggung jawab serta tidak terjadi penindasan
dari yang kuat terhadap yang lemah.
Jika konstitusi dipahami sebagai pedoman dalam kehidupan berbangsa dan
bemegara, maka konstitusi rnemiliki kaitan yang cukup erat dengan penyelenggaraan
pemerintahan dalam sebuah negara. Konstitusi merupakan media bagi terciptanya
kehidupan yang demokratis bagi selumh warga negara. Dengan kata lain, negara yang
memilih demokrasi sebagai pilihannya, maka konstitusi demokratis merupakan aturan
yang dapat menjamin terwujudnya demokrasi di negara tersebut sehingga melahirkan
kekuasaan atau pemerintahan yang demokratis pula.
Meskipun tidak dijumpai pemerintahan yang demokratis mumi di dimia ini,
namun pada dasamya, setiap konsititusi yang digolongkan sebagai konstitusi
demokratis haruslah memiliki prinsip-prinsip dasar demokrasi itu sendiri. Secara umum,
konstitusi yang dapat dikatakan demokratis mengandung prinsip-prinsip dasar
demokrasi dalam kehidupan bemegara, yaitu:
1. Menempatkan warga negara sebagai sumber utama
kedaulatan;
2. Mayoritas berkuasa dan terjaminnya hak minoritas;
3. Pembatasan pemerintahan;
4. Pembatasan dan pemisahan kekuasaan negara yang meliputi:
a. Pemisahan wewenang kekuasaan berdasarkan trias •politika;
b. Kontrol dan keseimbangan lembaga-lembaga pemerintahan;
c. Proses Hukum; dan
d. Adanya pemilihan umum sebagai mekanisme peralihan kekuasaan.
Prinsip-prinsip konstitusi demokratis ini merupakan refleksi dari nilai-nilai dasar yang
terkandung dalam hak asasi manusia yang meliputi:
1, Hak-hak dasar (basic rights).
2. Kebebasan mengeluarkan pendapat;
3. Hak-hak Individu
4. Keadilan
5. Persamaan
6. Keterbukaan.
QUIS
1. Apa nama mata kuliah Kewarganegaraan di masa orde lama dan di masa orde baru !

2. Sebutkan ruang lingkup pembahasan mata kuliah kewarganegaraan !

3. Ada tiga hal yang menandai tata pemerintahan yang menuju arah demokratisasi.

Jelaskan !

4. Apa Perlunya integrasi Nasional !

5. Apa pengertian Negara dan Konstitusi !

6. Jelaskan Bentuk dan teori terbentuknya Negara !

7. Bagaimana Hubungan Agama dengan Negara di Indonesia !

8. Coba Diskusikan dengan teman kelompok: Negara mana saja yang memiliki wilayah

berbatasan dengan wilayah Indonesia !

9. Coba saudara Diskusikan dengan teman kelompok: Wilayah Indonesia dibagi kedalam
wilayah Pulau Besar, kemudian masing-masing pulau besar tersebut identifikasi pulau-
pulau yang ada disekitar pulau besar tersebut !

10. Coba saudara análisis beserta teman kelompok: Berapa jumlah penduduk Indonesia,

kemudian dikalisifikasi menurut usia (Tua, Muda dan anak)!

NB : berikan jawaban langsung di elearning.

Anda mungkin juga menyukai