MJM 103pendidikan Kewarganegaraan
MJM 103pendidikan Kewarganegaraan
A. PENGERTIAN
1. Negara
Secara terminologi, negara diartikan dengan organisasi tertinggi di antara satu
kelompok masyarakat yang mempunyai cita-cita untuk bersatu, hidup di dalam daerah
tertentu dan mempunyai pemerintahan yang berdaulat. Pengertian ini mengandung nilai
konstitutif dari sebuah negara yang meniscayakan adanya unsur dalam sebuah negara,
yakni adanya masyarakat (rakyat), adanya wilayah (daerah) dan adanya pemerintah
yang berdaulat.
Menurut Roger H. Soltau, negara didefinisikan dengan alat (agency) atau
wewenang (authority) yang mengatur atau mengendalikan persoalan-persoalan
bersama, atas nama masyarakat. Lain halnya dengan apa yang dikemukakan Harold J.
Laski. Menurutnya negara merupakan suatu masyarakat yang diintegrasikan karena
mempunyai wewenang yang bersifat memaksa dan yang secara sah lebih agung
daripada individu atau kelompok yang merupakan bagian dari masyarakat itu.
Masyarakat merupakan suatu kelompok manusia yang hidup dan bekerja sama untuk
mencapai terkabulnya keinginan-keinginan mereka bersama.
Sejalan dengan Harold J. Laski, Max Weber pun mendefinisikan bahwa negara
adalah suatu masyarakat yang mempunyai monopoli dalam penggunaan kekerasan
fisik secara sah dalam suatu wilayah.
Sedangkan dalam konsep Robert M. Mac Iver, negara diartikan dengan asosiasi
yang menyelenggarakan penertiban di dalam suatu masyarakat dalam suatu wilayah
dengan berdasarkan sistem hukum yang diselenggarakan oleh suatu pemerintah yang
untuk maksud tersebut diberikan kekuasaan memaksa.
Dalam konsepsi Islam, dengan mengacu pada al-Quran dan al-Sunnah, tidak
ditemukan rumusan tentang negara secara eksplisit, hanya saja di dalam al Quran dan
al Sunnah terdapat prinsip-prinsip dasar dalam bermasyarakat, berbangsa dan
bemegara. Selain itu, konsep Islam tentang negara juga berasal dari 3 (tiga) paradigma,
yaitu:
a. Paradigma tentang teori khilafah yang dipraktikan sesudah Rasulullah Saw.,
terutama biasanya merujuk pada masa Khulafa al Rasyidun;
b. Paradigma yang bersumber pada teori Imamah dalam paham Islam Syi'ah;
c. Paradigma yang bersumber dari teori Imamah atau pemerintahan.
Teori tentang Khilafah menurut Amien Rais, dipahami sebagai suatu misi kaum
muslimin yang harus ditegakan di muka bumi ini | untuk memakmurkan sesuai dengan
petunjuk dan peraturan Allah swt, maupun Rasul-Nya. Adapun cara pelaksanaannya,
al-Quran tidak . menunjukan secara terperinci, tetapi dalam bentuk global saja.
Sedangkan untuk teori Imamah, Amien lebih lanjut mengatakan bahwa kata imamah
(dalam pengertian negara/stete.) dalam al-Quran tidak tertulis. Akan tetapi kalau yang
dimaksudkan dengan imamah itu adalah kepemimpinan yang harus diikuti oleh umat
Islam, hal itu jelas ada dalam al-Quran. Artinya al-Quran menyuruh kaum musliinin
untuk mengikuti pemimpin yang benar, yang terdiri dari manusia-manusia atau
pemimpin yang menggunakan Islam sebagai patokan kepemimpinannya.
Dari beberapa pendapat tentang negara tersebut, dapat dipahami secara sederhana
bahwa yang dimaksud dengan negara adalah suatu daerah teritorial yang rakyatnya
diperintah (governet) oleh sejumlah pejabat yang berhak menuntut dari
warganegaranya untuk taat pada peraturan perundang-undangan melalui penguasaan
(kontrol) monopolistis dari kekuasaan yang sah.
B. TUJUAN NEGARA
Sebagai sebuah organisasi kekuasaan dari kumpulan orang-orang yang
mendiaminya, negara harus memiliki tujuan yang disepakati bersama. Tujuan sebuah
negara dapat bermacam-macam, antara lain;
a. Bertujuan untuk memperluas kekuasaan semata-mata; .
b. Bertujuan menyelenggarakan ketertiban hukum;
c. Bertujuan untuk mencapai kesejahteraan umum
Dalam konsep dan ajaran Plato, tujuan adanya negara adalah untuk memajukan
kesusilaan manusia, sebagai perseorangan (individu) dan 1 sebagai makhluk sosial.
Sedangkan menurut Roger H. Soltau tujuan negara adalah memungkinkan rakyatnya
berkembang serta menyelenggarakan daya ciptanya sebebas mungkin (the freest
possibles deuelopment and creative self-expression of its members).
Dalam ajaran dan konsep Teokratis (yang diwakili oleh Thomas Aqodnas dan
Agustinus), tujuan negara adalah untuk mencapai penghidupan dan kehidupan aman
dan tentram dengan taat kepada dan di bawah pimpinan Tuhan. Pemimpin negara
menjalankkan kekuasaannya hanya berdasarkan kekuasaan Tuhan yang diberikan
kepadanya.
Dalam Islam, seperti yang dikemukakan oleh Ibnu Arabi, tujuan negara adalah
agar manusia bisa menjalankan kehidupannya dengan baik, jauh dari sengketa dan
menjaga intervensi pihak-pihak asing. Paradigma ini didasarkan pada konsep sosio-
hitoris bahwa manusia didptakan oleh Allah dengan watak dan kecenderungan
berkumpul dan bermasyarakat, yang membawa konsekuensi antara individu-individu
satu sama lain saling membutuhkan bantuan. Sementara menurut Ibnu Khaldun, tujuan
negara adalah untuk mengusahakan kemaslahatan agama dan dunia yang bermuara
pada kepentingan akhirat.
Sementara itu, dalam konsep dan ajaran Negara Hukum, tujuan negara adalah
menyelenggarakan ketertiban hukum, dengan berdasarkan dan berpefloman pada
hukum. Dalam negara hukum segala kekuasaan dari alat-alat pemerintahannya
didasarkan atas hukum. Semua orang tanpa kecuali harus tunduk dan taat pada
hukum, hanya hukum yang berkuasa dalam negara itu (government not by man but by
law = the rule of law).
Dalam konteks negara Indonesia, tujuan negara (sesuai dengan pembukaan
UUD 1945) adalah untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan
bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial. Selain itu/dalam penjelasan UUD 1945
ditetapkan bahwa Negara Indonesia berdasarkan atas hukum (rechtstaat), tidak
berdasarkan kekuasaan belaka (machtstaat). Dari pembukaan dan penjelasan UUD
1945 tersebut, dapat dikatakan bahwa Indonesia merupakan suatu negara hukum yang
bertujuan untuk mewujudkan kesejahteraan umum, membentuk suatu masyarakat adil
dan makmur.
C. UNSUR NEGARA
Dalam mmusan Konvensi Montevideo tahun 1933 disebutkan bahwa suatu
negara harus memiliki 3 (tiga) unsur penting, yaitu rakyat, wilayah dan pemerintah.
Sejalan dengan itu, Mac Iver merumuskan bahwa suatu negara harus memenuhi 3
(tiga) unsur pokok, yaitu pemerintahan, komurdtas atau rakyat, dan wilayah tertentu.
Ketiga unsur ini oleh Mahfud MD disebut sebagai unsur konstitutif. Tiga unsur ini perlu
ditunjang dengan unsur lainnya seperd adanya konstitusi dan pengakuan dunia
intemasional yang oleh Mahfud disebut dengan unsur deklaratif.
Dari beberapa pendapat tentang unsur negara tersebut, maka secara global
suatu negara membutuhkan tiga (3) unsur pokok, yakru rakyat
(masyarakat/warganegara), wilayah dan pemerintah. Untuk lebih jelas memahami
nnsur-unsur pokok dalam negara ini, akan dijelaskan masing-masing unsur tersebut.
Setiap negara tidak mungkin bisa ada tanpa adanya warga atau rakyatnya.
Unsur rakyat ini sangat penting dalam sebuah negara, karena secara kongkret
rakyatlah yang memiliki kepentingan agar negara itu dapat berjalan dengan baik. Selain
itu, bagimanapun juga manusialah yang akan mengatur dan menentukan sebuah
organisasi (negara).
Rakyat dalam konteks ini diartikan sebagai sekumpulan manusia yang
dipersatukan oleh suatu rasa persamaan dan yang bersama-sama mendiami suatu
wilayah tertentu. Mungkin tidak dapat dibayangkan adanya suatu negara tanpa rakyat,
(warga negara). Rakyat (warga negara) adalah substratum personil dari negara.
2. WILAYAH
Wilayah dalam sebuah negara merupakan unsur yang harus ada, karena tidak
mungkin ada negara tanpa ada batas-batas teritorial yang jelas. Sebagai contoh, pada
tahun 1860, Kursi Suci (Holy See, Papacy) adalah sebuah negara, karena menguasai
sebagian wilayah Italia dari pantai barat sampai ke bagian timur jazirah Italia. Ketika
pada tahun 1800-1861 Italia menjadi kerajaan yang disatukan, maka Kursi Suci
diinkorportir ke dalam wilayah kerajaan baru itu, kecuali wilayah di sekitar kota Roma
yang tetap dikuasainya. Akan tetapi pada tahun 1870, wilayah sekitar kota Roma itu
pun dilepaskan dari kekuasaan Kursi Suci. Secara otomatis kemudian Kursi Suci lenyap
sebagai negara. Baru dalam tahun 1929 dengan Traktat Lateran dicapai persetujuan
antara Mussolini dan Paus tentang hubungan gereja dan negara. Dengan Traktat
Lateran itu diciptakan kembali Negara Vatikan yang meliputi luas wilayah 109 Ha di
tengah-tengah kota Roma.
Secara mendasar, wilayah dalam sebuah negara biasanya mencakup daratan
(wilayah darat), perairan (wilayah laut/perairan) dan udara (wilayah udara).
Perairan atau laut yang menjadi bagian atau termasuk wilayah suatu negara
disebut perairan atau laut teritorial dari negara yang bersangkutan. Adapun batas dari
perairan teritorial itu pada umumnya 3 mil laut (5,555 km) yang dihitung dari pantai
ketika air surut. Laut yang berada di luar perairan teritorial disebut Lautan Bebas (Mare
Liberum). Disebut dengan Lautan Bebas, karena wilayah perairan tersebut tidak
termasuk wilayah kekuasaan suatu negara sehingga siapapun bebas
memanfaatkannya, akan tetapi pertanggungjawabannya kepada negara terdekat
dengan lau eks bebas tersebut.
Udara yang berada di atas wilayah darat (daratan) dan wilayah laut (perairan)
teritorial suatu negara merupakan bagian dari wilayah udara sebuah negara. Mengenai
batas ketinggian sebuah wilayah negara tidak memiliki batas yang pasti, asalkan
negara yang bersangkutan dapat mempertahankannya.
3. PEMERINTAH
D. DEMOKRATIS
Sebagaimana dijelaskan di awal, bahwa konstitusi merupakan aturan-aturan
dasar yang dibentuk untuk mengatur dasar hubungan kerjasama antara negara dan
masyarakat (rakyat) dalam konteks kehidupan berbangsa dan bemegara. Sebagai
sebuah aturan dasar yang mengatur kehidupan dalam berbangsa dan bemegara, maka
sepatutnya konstitusi dibuat atas dasar kesepakatan bersama antara negara dan warga
negara, agar satu sama lain merasa bertanggung jawab serta tidak terjadi penindasan
dari yang kuat terhadap yang lemah.
Jika konstitusi dipahami sebagai pedoman dalam kehidupan berbangsa dan
bemegara, maka konstitusi rnemiliki kaitan yang cukup erat dengan penyelenggaraan
pemerintahan dalam sebuah negara. Konstitusi merupakan media bagi terciptanya
kehidupan yang demokratis bagi selumh warga negara. Dengan kata lain, negara yang
memilih demokrasi sebagai pilihannya, maka konstitusi demokratis merupakan aturan
yang dapat menjamin terwujudnya demokrasi di negara tersebut sehingga melahirkan
kekuasaan atau pemerintahan yang demokratis pula.
Meskipun tidak dijumpai pemerintahan yang demokratis mumi di dimia ini,
namun pada dasamya, setiap konsititusi yang digolongkan sebagai konstitusi
demokratis haruslah memiliki prinsip-prinsip dasar demokrasi itu sendiri. Secara umum,
konstitusi yang dapat dikatakan demokratis mengandung prinsip-prinsip dasar
demokrasi dalam kehidupan bemegara, yaitu:
1. Menempatkan warga negara sebagai sumber utama
kedaulatan;
2. Mayoritas berkuasa dan terjaminnya hak minoritas;
3. Pembatasan pemerintahan;
4. Pembatasan dan pemisahan kekuasaan negara yang meliputi:
a. Pemisahan wewenang kekuasaan berdasarkan trias •politika;
b. Kontrol dan keseimbangan lembaga-lembaga pemerintahan;
c. Proses Hukum; dan
d. Adanya pemilihan umum sebagai mekanisme peralihan kekuasaan.
Prinsip-prinsip konstitusi demokratis ini merupakan refleksi dari nilai-nilai dasar yang
terkandung dalam hak asasi manusia yang meliputi:
1, Hak-hak dasar (basic rights).
2. Kebebasan mengeluarkan pendapat;
3. Hak-hak Individu
4. Keadilan
5. Persamaan
6. Keterbukaan.
QUIS
1. Apa nama mata kuliah Kewarganegaraan di masa orde lama dan di masa orde baru !
3. Ada tiga hal yang menandai tata pemerintahan yang menuju arah demokratisasi.
Jelaskan !
8. Coba Diskusikan dengan teman kelompok: Negara mana saja yang memiliki wilayah
9. Coba saudara Diskusikan dengan teman kelompok: Wilayah Indonesia dibagi kedalam
wilayah Pulau Besar, kemudian masing-masing pulau besar tersebut identifikasi pulau-
pulau yang ada disekitar pulau besar tersebut !
10. Coba saudara análisis beserta teman kelompok: Berapa jumlah penduduk Indonesia,