Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Professional FIS UNIVED Vol. 4 No.

2 Desember 2017 

PENATAAN PERUMAHAN KUMUH KOTA BERBASIS KAWASAN

Oleh :

NOVLIZA EKA PATRISIA

Dosen Prodi Ilmu Administrasi Negara FISIP Universitas Muhammadiyah Bengkulu

ABSTRACT

Cities in Indonesia has the same problem in the presence of slum residential in some area. The
existence keeps growing altogether with the increasing of population and urbanisation in some cities.
Slum residential brings several bad effects towards urban life, not only based on physical performance
but also affects the decreasing in human resource quality especially those who live in the area. Along
with the city development, slum residential should be arranged into a livable environment; which
could be handled by area-based that placed the slum area arranged altogether by supervising
surrounded environment like a united area.

Keywords: residential, slum area, re-arrenged

PENDAHULUAN kualitas pelayanan prasarana dan sarana


Berdasarkan sensus penduduk yang permukiman. Belum lagi karena
diadakan pada tahun 2015, jumlah kepadatannya, dapat meningkatkan
penduduk Indonesia saat ini berjumlah kerawanan dan konflik sosial. Oleh karena
sekitar 210 juta jiwa, suatu jumlah yang itu, permukiman kumuh di perkotaan ini
cukup besar. Hampir 50% penduduk harus segera ditangani agar dampak buruk
tersebut tinggal di kawasan perkotaan. tidak semakin bertambah.
Pesatnya pertumbuhan penduduk di Pemerintah daerah sudah menangani
kawasan perkotaan ini sering mengalahkan pemukiman kumuh dengan berbagai macam
kemampuan kota dalam penyediaan cara, tentu disesuaikan dengan kondisi
pelayanannya termasuk infrastruktur dan masing-masing daerah yang bersangkutan.
penyediaan pemukiman yang layak bagi Salah satu model penanganan lingkungan
warganya, akibatnya muncul banyak kumuh ini adalah penataan berbasis
lingkungan perumahan kumuh. Pada tahun kawasan yang mengintegrasikan
2010, luas pemukiman kumuh mencapai pemukiman kumuh ini dengan lingkungan
65.000 ha, luas ini terus berkembang hingga sekitarnya sebagai satu kawasan, artinya
70.000 ha pada tahun 2014 (Laporan mengintegrasikan dengan kegiatan
Pendahuluan PLP2K-BK, 2014). lingkungan di sekitarnya (sistem kota) baik
Meluasnya lingkungan permukiman aktivitas ekonomi, lingkungan fisik,
kumuh di perkotaan membawa banyak maupun lingkungan sosial. Dengan
konsekuensi pada kehidupan di perkotaan. perencanaan model ini, diharapkan kawasan
Secara estetika, konsekuensi nya adalah kumuh akan berkembang secara
menimbulkan lingkungan yang rendah berkelanjutan dan saling mendukung
kualitasnya. Namun lebih dari itu, dengan potensi-potensi perkembangan yang
pemukiman kumuh ini mengakibatkan ada disekitarnya.
konflik ruang, kawasan hunian yang sesak Dari waktu ke waktu, rumah semakin
dengan daya dukung rendah, menurunnya dibutuhkan oleh setiap rumah tangga
tingkat kesehatan masyarakat, menurunnya bersamaan dengan kebutuhan pokok

 
Jurnal Professional FIS UNIVED Vol. 4 No. 2 Desember 2017 

sandang dan pangan. Kebutuhan rumah layak huni bagi masyarakat yang belum
tidak saja dilihat dari aspek kuantitasnya memiliki rumah; (5) peningkatan akses
saja namun juga kualitasnya. Kebutuhan masyarakat kepada kredit mikro (small
rumah ini semakin bertambah sejalan scale credit) untuk pembangunan dan
dengan bertambahnya kawasan perkotaan di perbaikan rumah yang berbasis swadaya
berbagai wilayah di Indonesia. UUD 1945, masyarakat sebanyak 3.600.000 unit rumah;
Pasal 28H ayat (1) menyatakan bahwa (6) pembangunan 60.000 unit rusunawa
"Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir bagi MBR; (7) pembangunan 25.000 unit
dan batin, bertempat tinggal, dan rusunami melalui peran serta swasta.
mendapatkan lingkungan hidup yang baik Namun karena jumlah kebutuhan
dan sehat serta berhak memperoleh akan rumah yang sangat besar, maka
pelayanan kesehatan". pemenuhan akan rumah belum terkejar
Amanat UUD 1945 tersebut hingga saat ini, belum lagi dalam
memposisikan bahwa rumah atau tempat pelaksanaannya ditemukan berbagai macam
tinggal sebagai hak setiap orang. Rumah hambatan. Hambatan utama adalah semakin
merupakan kebutuhan dasar manusia dalam langkanya lahan bagi pengembangan
meningkatkan harkat, martabat, kualitas kawasan perumahan di perkotaan, kalaupun
kehidupan, serta sebagai cerminan diri. ada tentu harganya sangat mahal dan
Lebih dari itu rumah juga berperan dalam menjadi tidak efisien untuk dibangun
pembentukan watak, karakter dan sebagai perumahan murah bagi golongan
kepribadian bangsa. Masyarakat Berpenghasilan Rendah
Berdasarkan hasil Survei Sosial (MBR). Berkaitan dengan penataan
Ekonomi Nasional 2015, dari 55 juta perumahan di perkotaan khususnya
keluarga di Indonesia, sekitar 5,9 juta di perumahan kumuh, hambatan yang
antaranya belum memiliki rumah. dijumpai adalah penanganan yang masih
Sementara itu, setiap tahun terjadi cenderung parsial dan belum efektif dan
penambahan kebutuhan rumah dari masih luasnya kawasan perumahan yang
keluarga baru sekitar 820.000 unit rumah. berkembang kurang terintegrasi dan serasi
Selain itu, masih terdapat 3,1 juta keluarga dengan fungsi kawasan di sekitarnya.
atau 12,5 juta jiwa keluarga yang menghuni Lebih jauh dari itu, menurut
rumah dalam kondisi yang tidak Iayak. Adisasmita (2010) mengatakan bahwa
Angka- angka ini menunjukan besarnya Pembangunan lingkungan perumahan
kebutuhan rumah namun belum terpenuhi. merupakan bagian dari perencanaan
Pemerintah sudah berupaya pembangunan daerah-daerah tempat tinggal
memenuhi kebutuhan rumah bagi warganya dalam suatu daerah perkotaan, untuk
sejak Pelita 1 hingga sekarang. Untuk membangun kesatuan masyarakat kecil
mengejar ketertinggalan pemenuhan akan dalam jumlah banyak yang dilengkapi
rumah, Kementerian Negara Perumahan dengan sarana/fasilitas pelayanan
Rakyat telah menetapkan beberapa sasaran kebutuhannya. Dalam pengembangan
di bidang perumahan dalam Rencana perumahan, ada beberapa peraturan dan
Strategis (Renstra) Kementerian Negara perundangan yang mendasarinya, antara
Perumahan Rakyat 2004-2009, yang lain:
meliputi: (1) penyediaan prasarana dan
sarana dasar bagi kawasan RS dan RsH; (2) UU No.4 Tahun 1992 tentang
pengembangan kawasan perumahan dan Perumahan dan Permukiman
permukiman seluas 10.000 ha; (3) Perumahan dan permukiman yang
pengembangan pola subsidi yang tepat layak, sehat, aman, serasi, dan teratur
sasaran, efisien dan efektif sebagai merupakan salah satu kebutuhan dasar
pengganti subsidi selisih bunga; (4) manusia dan merupakan faktor penting
penyediaan 1.350.000 unit rumah baru dalam peningkatan harkat dan martabat

 
Jurnal Professional FIS UNIVED Vol. 4 No. 2 Desember 2017 

mutu kehidupan serta kesejahteraan rakyat. tinggal/ hunian dan sarana pembinaan
Setiap warga negara mempunyai hak untuk keluarga.
menempati dan/atau menikmati dan/atau b. Yang dimaksud dengan perumahan
memiliki rumah yang layak dalam adalah kelompok rumah yang
lingkungan yang sehat, aman, serasi, dan berfungsi sebagai lingkungan tempat
teratur. Setiap warga negara juga wajib tinggal/hunian yang dilengkapi
berperan serta dalam pembangunan dengan sarana dan prasarana
perumahan dan permukiman. Oleh karena lingkungan.
itu, pembangunan perumahan dan c. Sedangkan permukiman adalah
permukiman perlu terus ditingkatkan dan bagian dari lingkungan hidup di luar
dikembangkan secara terpadu, terarah, kawasan lindung (kota dan desa) yang
berencana, dan berkesinambungan. berfungsi sebagai lingkungan tempat
Dalam UU No. 4 Tahun 1992 ini tinggal/hunian dan tempat kegiatan
perumahan diartikan sebagai kelompok yang mendukung perikehidupan dan
rumah yang berfungsi sebagai lingkungan penghidupan. Rumah merupakan
tempat tinggal atau lingkungan hunian yang bagian yang tidak dapat dilihat
dilengkapi dengan prasarana dan sarana sebagai hasil fisik yang rampung
lingkungan (Suparno, 2006). Dalam UU ini semata, melainkan merupakan proses
juga disampaikan bahwa penataan yang berkembang dan berkaitan
perumahan dan permukiman perlu dengan mobilitas sosial-ekonomi
dilakukan dalam rangka: (1) memenuhi penghuninya dalam suatu kurun
kebutuhan rumah sebagai salah satu waktu.
kebutuhan dasar manusia, dalam rangka Seperti kebanyakan wajah
peningkatan dan pemerataan kesejahteraan permukiman di Indonesia banyak kita
rakyat; (2) mewujudkan perumahan dan jumpai permukiman penduduk yang sering
permukiman yang layak dalam lingkungan disebut kampung. Adapun pengertian
yang sehat, aman, serasi, dan teratur; (3) kampung identik dengan suatu wilayah
memberi arah pada pertumbuhan wilayah yang terdapat di pedesaan dan berada pada
dan persebaran penduduk yang rasional; (4) kondisi yang terpenuhi kebutuhan
menunjang pembangunan di bidang masyarakatnya dengan sarana dan prasarana
ekonomi, sosial, budaya, dan bidang-bidang yang layak. Kampung merupakan
lain. lingkungan suatu masyarakat yang sudah
Oleh karena itu, pembangunan mapan, yang terdiri dari golongan
perumahan dan permukiman harus berpenghasilan rendah dan menengah dan
diselenggarakan berdasarkan rencana tata pada umumnya tidak memiliki prasarana,
ruang wilayah perkotaan dan rencana tata utilitas dan fasilitas sosial yang cukup baik
ruang wilayah, yang menyeluruh dan jumlah maupun kualitasnya dan dibangun
terpadu, yang ditetapkan oleh pemerintah di atas tanah yang telah dimiliki, disewa
daerah dengan mempertimbangkan atau dipinjam pemiliknya (Yudosono, dkk
berbagai aspek yang terkait dengan rencana, dalam Komarudin, 1997).
program, dan prioritas pembangunan
perumahan dan permukiman. Permukiman Kumuh
Dalam Undang-Undang Nomor 1
TINJAUAN PUSTAKA Tahun 2011 tentang Perumahan dan
Undang-Undang Nomor 1 Tahun Kawasan Permukiman, tidak mengenal
2011 tentang Perumahan dan Kawasan adanya istilah kawasan kumuh, yang ada
Permukiman Permukiman kumuh dan Perumahan
a. Pengertian rumah adalah bangunan kumuh. Menurut UU Nomor 1 Tahun 2011
yang berfungsi sebagai tempat Permukiman kumuh adalah permukiman
yang tidak layak huni karena

 
Jurnal Professional FIS UNIVED Vol. 4 No. 2 Desember 2017 

ketidakteraturan bangunan, tingkat adanya pertambahan jumlah keluarga,


kepadatan bangunan yang tinggi, dan maka akan membawa masalah baru.
kualitas bangunan serta sarana dan Secara manusiawi mereka ingin
prasarana yang tidak memenuhi syarat, menempati rumah milik mereka
(Pasal 1 Angka 13 UU Nomor 1 Tahun sendiri. Dengan demikian semakin
2011 Tentang Perumahan dan Kawasan bertambahlah jumlah hunian yang ada
Permukiman). Sedangkan Perumahan di kawasan permukiman tersebut
kumuh adalah perumahan yang mengalami yang menyebabkan pertumbuhan
penurunan kualitas fungsi sebagai tempat perumahan permukiman.
hunian. b. Urbanization (Urbanisasi)
Permukiman kumuh sering dilihat Dengan adanya daya tarik pusat kota
sebagai suatu kawasan yang identik dengan maka akan menyebabkan arus migrasi
kawasan yang apatis, kelebihan penduduk, desa ke kota maupun dari luar kota ke
tidak mencukupi, tidak memadai, miskin, pusat kota. Kaum urbanis yang
bobrok, berbahaya, tidak aman, kotor, di bekerja di pusat kota ataupun
bawah standar, tidak sehat dan masih masyarakat yang membuka usaha di
banyak stigma negatif lainnya (Rahardjo pusat kota, tentu saja memilih untuk
Adisasmita, 2010). Dari beberapa kesan tinggal di permukiman di sekitar
yang timbul dari permukiman kumuh dapat kaeasan pusat kota (down town). Hal
disimpulkan definisi dari permukiman ini juga akan menyebabkan
kumuh itu sendiri, terdapat beberapa pertumbuhan perumahan permukiman
definisi yang diungkapkan oleh para ahli, di kawasan pusat kota. Menurut
berikut penjelasannya: Permukiman kumuh Danisworo dalam Khomarudin (1997:
yaitu permukiman yang padat, kualitas 83-112) bahwa kita harus akui pula
konstruksi rendah, prasarana, dan pelayanan bahwa tumbuhnya permukiman-
minim adalah pengejawantahan kemiskinan permukiman spontan dan
(Tjuk Kuswartojo, 2005). Sedangkan permukiman kumuh adalah
menurut Parsudi Suparlan, permukiman merupakan bagian yang tak
kumuh adalah permukiman atau perumahan terpisahkan dari proses urbanisasi.
orang- orang miskin kota yang
berpenduduk padat, terdapat di lorong- Dasar-Dasar Perencanaan Perumahan
lorong yang kotor dan merupakan bagian Permukiman.
dari kota secara keseluruhan, juga biasa Menurut Direktorat Jenderal Cipta
disebut dengan wilayah pencomberan atau Karya, lokasi kawasan perumahan yang
semerawut. layak adalah :
a. Tidak terganggu oleh polusi (air,
Faktor Penyebab Pertumbuhan udara, suara)
Kawasan Permukiman b. Tersedia air bersih
Dalam perkembangannya perumahan c. Memiliki kemungkinan untuk
permukiman di pusat kota ini dapat perkembangan pembangunannya
disebabkan oleh beberapa faktor. Menurut d. Mudah dan aman mencapai tempat
Constantinos A. Doxiadis disebutkan kerja
bahwa perkembangan perumahan e. Tidak berada dibawah permukaan air
permukiman (development of human setempat
settlement) dipengaruhi oleh beberapa f. Mempunyai kemiringan rata-rata
faktor yaitu: Adapun dasar-dasar perencanaan
a. Growth of density (Pertambahan perumahan harus memperhatikan standar
jumlah penduduk) prasarana lingkungan perumahan. Seperti
Dengan adanya pertambahan jumlah yang terdapat dalam buku Pelatihan
penduduk yaitu dari kelahiran dan Substantif Perencanaan Spasial tentang

 
Jurnal Professional FIS UNIVED Vol. 4 No. 2 Desember 2017 

Dasar-dasar Perencanaan Perumahan oleh HASIL PENELITIAN DAN


Pusbindiklatren Bappenas (2003:2-4), PEMBAHASAN
Standar prasarana lingkungan permukiman Penanganan Kawasan Pemukiman
adalah: kumuh di perkotaan yang berbasis kawasan
a. Jenis Prasarana Lingkungan harus dilandasi oleh karakteristik lahan dan
Secara umum prasarana lingkungan sekitarnya. Hal ini akan menentukan
dikenal sebagai utilities dan amenities konsep, strategi dan bentuk
atau disebut juga wisma, marga, suka penanganannya. Dalam penanganannya ada
dan penyempurna. Lebih spesifik lagi, beberapa pertimbangan utama antara lain
jenis- jenis tersebut adalah fasilitas, masalah status tanah, perkembangan
sistim jaringan sirkulasi, drainasi dan kawasan dan dinamikanya, dan peran serta
kesehatan lingkungan. Rumah harus masyarakat.
memenuhi persyaratan rumah sehat.
Dalam UU Nomor 23 Tahun 1992 Status Tanah
tentang “Kesehatan” ditegaskan, Masalah status tanah adalah faktor
bahwa kesehatan lingkungan untuk pertimbangan utama dalam menangani
mewujudkan derajat kesehatan pemukiman kumuh di perkotaan.
masyarakat yang optimal, dilakukan Penanganan kawasan kumuh dengan status
antara lain melalui peningkatan tanah negara akan berbeda dengan kawasan
sanitasi lingkungan pada tempat kumuh dengan status tanah hak milik. Pada
tinggal maupun terhadap bentuk atau status tanah negara harus dimulai dengan
wujud substantifnya berupa fisik, aspek penegasan status tanah terlebih.
kimia atau biologis termasuk Tahap ini sering menimbulkan konflik jika
perubahan perilaku yang tidak disosialisasikan dengan baik. Berbeda
diselenggarakan untuk mewujudkan dengan penanganan pada perumahan
kualitas lingkungan yang sehat, yaitu kumuh dengan status tanah yang sudah hak
keadaan lingkungan yang bebas dari milik, penanganannya dimulai kesepakatan
risiko yang membahayakan kesehatan terlebih dahulu dengan pemilik tanah.
dan keselamatan hidup manusia. Tanpa kesepakatan dengan pemilik tanah
b. Ketentuan Besaran maka rencana yang sempurna sekalipun
Ketentuan besaran fasilitas secara akan sulit direalisasikan.
umum diturunkan dari kebutuhan Melihat sangat pentingnya status
penduduk atas fasilitas tersebut. tanah, secara umum tipologi penanganan
Secara normatif standat kebutuhan kawasan permukiman dapat dibedakan
diukur per satuan jumlah penduduk berdasarkan status kepemilikan tanahnya,
tertentu sesuai dengan kebutuhannya. yaitu:
1) 1 TK untuk tiap 200 KK (1) Kawasan dengan dominasi tanah
2) 1 SD untuk tiap 400 KK negara
3) 1 Puskesmas Pembantu untuk (2) Kawasan dengan dominasi tanah
tiap 3000 KK milik, lebih dari itu, yang juga
4) 1 Puskesmas untuk tiap 6000 mempengaruhi cara penanganan
KK. kawasan kumuh adalah aspek
Disamping besaran jumlah ekonomi dan lokasi
penduduk, dapat pula diturunkan dari (3) Kawasan dengan nilai ekonomi tinggi
jumlah unit rumah yang dilayani, satu misalnya berada di tengah kota
satuan luas atau satuan wilayah (4) Kawasan dengan nilai ekonomi
administrasi yang dilayani. Misalnya rendah, misalnya berada di pinggiran
1 puskesmas per Kecamatan. kota atau daerah banjir.


 
Jurnal Professional FIS UNIVED Vol. 4 No. 2 Desember 2017 

Dari uraian di atas, status kepemilikan dilakukan dengan penataan tata bangunan,
tanah dan nilai ekonomi kawasan jelas akan tata informasi, ruang terbuka dan tata hijau,
membedakan cara penanganan, khususnya pembentukan image kota, dan sebagainya;
yang terkait dengan aspek pendanaan, sifat (3) peningkatan kualitas lingkungan
kelembagaan dan stakeholder yang terlibat kawasan, konsep peningkatan kualitas
dalam penanganannya. Berdasarkan hal lingkungan fisik adalah menciptakan
tersebut maka strategi penanganan dapat kenyamanan lingkungan dengan
dikelompokkan menjadi 3 bagian yaitu penyediaan sistem utilitas lingkungan yang
konsep pengembangan fisik kawasan, memadai . Sedangkan lingkungan sosial
konsep pengembangan ekonomi kawasan, budaya adalah menciptakan iklim yang
dan konsep pengembangan kelembagaan. kondusif bagi masyarakat untuk berperan
Konsep pengembangan fisik dan secara aktif dalam pembangunan dan
ekonomi kawasan merupakan upaya untuk menikmati pembangunan di kawasan
meningkatkan kualitas ruang di dalam perencanaan.
kawasan melalui rekayasa fisik. Hal ini
untuk mendorong perkembangan potensi Perkembangan Kota dan Dinamika
ekonomi yang terdapat di dalam kawasan Kawasan
baik melalui pengembangan kegiatan yang Perkembangan kota dan kawasan di
sudah berkembang maupun pengembangan sekitar perumahan kumuh yang akan ditata
kegiatan ekonomi baru. Sedangkan tidak lepas dari pertimbangan dalam
pengembangan kelembagaan diperlukan penataan. Pertimbangan meliputi: (1)
sebagai manajemen yang akan mengelola tingkat dinamika perkembangan kota ,
kawasan perencanaan sehingga dicapai khususnya wilayah di sekitar kawasan
pembangunan yang berkelanjutan. penataan antara lain sosial ekonomi
Sebagaimana tercantum dalam penduduk dan aktivitas kegiatannya; (2)
Laporan Pendahuluan PLP2K-BK (2010), mobilitas pergerakan masyarakat di
secara umum parameter dan aspek yang kawasan sekitar; (3) kepastian hukum
perlu dipertimbangkan dan diasumsikan dengan melibatkan pihak swasta dan
dalam kajian teknis analisis dalam masyarakat, tidak hanya meliputi rencana
penanganan kawasan kumuh. teknis/desain penataan bangunan saja,
Berkaitan dengan peningkatan namun menyangkut pula institusi
kualitas fisik ruang kawasan, secara umum pengelolaanya; (4) sinergi dan
dapat dikategorikan menjadi 3 yaitu: (1) keseimbangan antara zona-sona aktivitas
peningkatan kualitas fungsional ruang, „bangkitan‟ kehidupan sosial ekonomi di
konsep peningkatan kualitas fungsional dalam kawasan perencanaan berdasarkan
adalah untuk meningkatkan fungsi yang prinsip-prinsip peremajaan dan peningkatan
berkembang di dalam kawasan kawasan. Pertimbangan ini menghasilkan
perencanaan. Diharapkan dengan konsep pengembangan segmen ruang
meningkatkan fungsi fungsi ruang tersebut kawasan; (5) kendala keterbatasan lahan
akan mendorong perkembangan ekonomi dengan konsep mengoptimalkan intensitas
kota. Hal ini dilakukan dengan penataan ruang, antara lain dengan: pengembangan
ruang baik organisasi ruang, hubungan kawasan secara vertikal pada beberapa
ruang maupun intensitas ruang; (2) bagian untuk menghindari kepadatan
peningkatan kualitas visual ruang kawasan, bangunan yang berlebihan, memperpanjang
konsep peningkatan kualitas visual ruang waktu aktivitas pada sebuah ruang yang
kawasan dilakukan untuk meningkatkan sama, dan menggunakan ruang bebas
mutu visual kawasan sehingga kawasan bangunan di tepi jalan utama dan sungai
dapat lebih menarik untuk di kunjungi sebagai ruang ekonomi yang disesuaikan
maupun ditinggali. Upaya untuk dengan peraturan; (6) pembentukan pola
meningkatkan kualitas visual ini antara lain bangunan yang mendukung pengembangan

 
Jurnal Professional FIS UNIVED Vol. 4 No. 2 Desember 2017 

arsitektur kota; (7) meningkatkan prasarana pendukung seperti ketersediaan


keragaman kegiatan yang saling jaringan listrik, dan telekomunikasi,
mendukung di dalam kawasan peningkatan kualitas fungsi sosial dan
perencanaan, antara lain dengan budaya, berupa alokasi ruang-ruang sebagai
menciptakan ruang yang terorganisasi wadah kegiatan sosial dan budaya
untuk aktivitas beragam namun berkarakter masyarakat seperti penyediaan ruang
sama yang saling terkait secara fungsional bersama, pertemuan, rekreasi, taman,
misalnya aktivitas perdagangan dengan olahraga tempat tempat aktivitas umum
jasa, ruang terbuka dengan hunian , lainnya, dan peningkatan kualitas fungsi
transportasi dengan pelayanan umum, ekonomi: formal dan informal berupa
mengelompokkan kegiatan tersebut dalam alokasi ruang-ruang kota untuk mendukung
satu segmen penataan kawasan perkembangan dan pertumbuhan sektor
perencanaan, dan menghubungkan ekonomi.
(linkage) antar kegiatan di dalam kawasan
perencanaan dengan di luar kawasan, Peran Serta Masyarakat
maupun yang menghubungkan antar Berkaitan dengan peran serta
segmen kegiatan di dalam kawasan; (8) masyarakat, harus dilakukan konsolidasi
meningkatkan ruang terbuka hijau untuk para stake holder terkait untuk
keseimbangan ruang terbangun dan ruang mengefektifkan dan mengkoordinasikan
terbuka di dalam kawasan. Secara pelaksanaan kegiatan. Konsolidasi ini
fungsional, ruang terbuka di kawasan dapat direalisasikan dengan membentuk forum
dibedakan atas ruang terbuka umum (public komunikasi yang beranggotakan unsur-
domain) dan ruang terbuka private (private unsur Pemerintah Kabupaten/Kota dan
domain). masyarakat/swasta. Forum akan mewakili
Sedangkan secara visual, ruang seluruh pelaku pembangunan (stakeholders)
terbuka yang ada dapat dibedakan atas yang terlibat dalam kegiatan pembangunan
ruang terbuka taman, dan koridor atau jalur. permukiman, LSM, kelompok warga,
Peningkatan ruang terbuka ini agar: sektor swasta. Forum komunikasi ini
meningkatkan kualitas visual ruang-ruang bermanfaat untuk mempertemukan berbagai
terbuka yang sudah ada, khususnya ruang macam kepentingan dalam sebuah wadah
terbuka umum seperti jalur pedestrian, dan kerjasama. Lebih jauh, forum ini dapat
jalur hijau, mengembangkan ruang-ruang berfungsi antara lain: (1)
terbuka baru, baik dalam bentuk taman, mengkoordinasikan semua kegiatan
maupun koridor/ jalur dalam rangka pembangunan perumahan dan permukiman
mengimbangi tingginya intensitas yang dilaksanakan; (2) menampung aspirasi
pemanfaatan lahan di dalam kawasan, masyarakat serta menjaring aspirasi-aspirasi
memadukan ruang-ruang terbuka umum tersebut untuk disalurkan ke Pemerintah
dan ruang terbuka private yang secara Kabupaten/Kota dan Pusat; (3)
kolektif dapat memenuhi kebutuhan ruang menjembatani kepentingan masyarakat
terbuka kawasan, dan meningkatkan dengan pihak lain yang terlibat (baik
partisipasi aktif masyarakat dalam pemerintah maupun non pemerintah); (4)
penyediaan ruang terbuka kawasan; (9) merumuskan kesepakatan mengenai
meningkatkan potensi ekonomi ruang pengaturan wewenang dan tanggung jawab;
kawasan, meliputi: peningkatan kualitas (5) mempromosikan pentingnya
fungsi permukiman, peningkatan prasarana peningkatan kesadaran serta memperdalam
dasar seperti jalan dan transportasi, rasa ikut memiliki dalam pengelolaan asset
ketersediaan supply jaringan air bersih, perumahan dan permukiman; mengawasi
drainase, jaringan pengolahan air limbah pelaksanaan pembangunan; (7)
baik on-site system maupun off-site mengidentifikasi kemungkinan terjadinya
system, dan pengolahan persampahan serta perubahan- perubahan yang dapat

 
Jurnal Professional FIS UNIVED Vol. 4 No. 2 Desember 2017 

mengubah kesesuaian peruntukan lahan untuk memecahkan masalah ini seperti


yang sudah dialokasikan dalam program NUSSP surabaya, Program MHT
perencanaan tata ruang secara integrasi; (8) di Jakarta. Salah satu model penataan
mengidentifikasi masalah-masalah yang ada kawasan kumuh dengan perencanaan
dan mengusulkan solusi untuk berbasis kawasan. Penataan lingkungan
dipertimbangkan Pemerintah kumuh dengan „menyatukan‟nya pada
Kabupaten/Kota. lingkungan sekitarnya menjadi satu
kesatuan sehingga perkembangannya pun
PENUTUP kemudian menjadi saling terkait dengan
Rumah merupakan kebutuhan dasar lingkungan yang lebih luas. Namun
yang harus terpenuhi oleh setiap warga sebelum program dimulai, pemahaman
negara sesuai amanat UUD 1945 Republik karakteristik lahan dan kawasan mutlak
Indonesia, namun karena keterbatasan diketahui karena akan menentukan cara
pemerintah hingga saat ini masih banyak penanganannya. Ada beberapa hal yang
masyarakat yang belum memiliki rumah. menjadi dasar yaitu : status tanah,
Masyarakat mencari cara sendiri untuk perkembangan kota dan peran serta
memiliki rumah, antara lain dengan masyarakat. Semua ini yang harus jelas
mendirikan rumah seadanya di kawasan terlebih dahulu agar pelaksanaan penataan
perkotaan. Rumah tanpa fasilitas sekedar tersebut tidak mengalami kendala sehingga
tempat berlindung dari panas dan hujan harapan untuk menciptakan lingkungan
dikenal dengan perumahan kumuh. Banyak hunian yang nyaman dan aman dapat
konsekwensi yang ditimbulkan oleh terwujud.
hadirnya perumahan kumuh ini, mulai dari
rendahnya kualitas sumber daya manusia
yang tinggal di lingkungan ini, kerawanan DAFTAR PUSTAKA
sosial dan kriminal hingga rendahnya Adisasmita. R. (2010). Pembangunan
estetika kota. Sejalan dengan pertumbuhan Kawasan dan Tata Ruang (1st ed.).
penduduk perkotaan yang cenderung Yogyakarta: Graha Ilmu.
meningkat maka kawasan kumuh perkotaan Sastra, S. (2006). Perencanaan dan
ini juga meningkat. Dalam kurun waktu 5 Pengembangan Perumahan.
tahun (2010 -2015) kawasan kumuh di Yogyakarta: CV. Andi Offset.
Indonesia bertambah dari 65.000 ha Gandarum, D. N. (2008). Prinsip-Prinsip
menjadi 70.000 ha. Pengembangan Permukiman Baru
Pemerintah daerah/kota di Indonesia Tinjauan Arsitektur Kota. Jakarta:
memutar otak untuk mengurangi jumlah Penerbit Universitas Trisakti.
perumahan kumuh di daerahnya masing- Laporan Pendahuluan PLP2K-BK Medan.
masing. Beragam program sudah digulirkan (2010). Jakarta: PT. Patita.


 

Anda mungkin juga menyukai