Anda di halaman 1dari 18

0

PROPOSAL
PENELITIAN TINDDAKAN KELAS

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PERKALIAN


MENGGUNAKAN ALAT PERAGA LIDI DAN
GAMBAR PADA PESERTA DIDIK KELAS II
SD NO.119/VII BUKIT TIGO
KECAMATAN SINGKUT

UNTUK MELANGKAPI TUGAS 2

DISUSUN OLEH

NAMA : RISKA AFRIYANTI


NIM : 83755827
POKJAR : SAROLANGUN
UPBJJ : JAMBI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS TERBUKA
UBJJ JAMBI
2020
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Mata pelajaran Matematika memiliki peran penting dalam perkembangan
hidup manusia. Matematika merupakan cabang ilmu yang menjadi dasar dalam
perkembangan Teknologi dan informasi. Untuk menguasai dan mencipta teknologi
di masa depan diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini. Namun Mata
pelajaran Matematika di Sekolah Dasar merupakan mata pelajaran yang
dianggap paling sulit oleh peserta didik sehingga berakibat pada rendahnya
hasil belajar mata pelajaran tersebut. Padahal matematika merupakan mata
pelajaran yang wajib diberikan bagi peserta didik sejak Sekolah Dasar (SD)
hingga Sekolah Menengah Atas (SMA). Untuk peserta didik di SD kelas II
masih banyak yang kesulitan dalam mempelajari matematika terutama dalam
hal berhitung pada operasi bilangan, yaitu penjumlahan, pengurangan,
perkalian dan pembagian.
Mulyono Abdurrahman (2003:252) berpendapat bahwa matematika
adalah suatu cara untuk menemukan jawaban terhadap masalah yang dihadapi
manusia, suatu cara yang menggunakan pengetahuan tentang bentuk dan
ukuran, menggunakan pengetahuan tentang menghitung dan yang paling
penting adalah pemikiran dalam diri manusia itu sendiri dalam melihat dan
menggunakan hubungan-hubungan. Standar kompetensi matematika yang
tertuang dalam kurikulum ingkat satuan pendidikan pada tingkat sekolah dasar,
khususnya pada kelas II, di semester I adalah (a) Bilangan, melakukan
penjumlahan dan pengurangan bilangan sampai 500, (b) Geometri dan Pengukuran,
menggunakan pengukuran waktu, panjang dan berat dalam pemecahan masalah.
Sedangkan standar kompetensi matematika kelas II SD di semester II adalah (c)
Bilangan, melakukan perkalian dan pembagian bilangan sampai dua angka, (d)
Geometri dan Pengukuran, mengenal unsur-unsur bangun datar sederhana.
Kenyataan di SD N0.119/VII Bukit Tigo kecamataan Singkut, sebelum
diadakan tindakan banyak peserta didik mengalami kesulitan dalam pelajaran

1
2

matematika dan tidak dapat mencapai standar kompetensi yang telah ditetapkan
serta Kriteria Ketutasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan yaitu 70. Dari jumlah
peserta didik 19 hanya 7 (36.8%) peserta didik yang tuntas belajarnya mencapai KKM
dan masih terdapat 12 (63,2%) peserta didik yang belum tuntas.
Untuk mengatasi masalah pembelajaran matematika terutama pada materi
perkalian maka peneliti mengajukan satu metode pembelajaran yaitu mengajar
matematika pada operasi perkalian dengan menggunakan alat peraga gambar dan
lidi. Alat peraga merupakan bagian dari media pembelajaran. Media bukan hanya
alat atau bahan saja, akan tetapi hal-hal lain yang memungkinkan peserta didik
untuk dapat memperoleh pengetahuan.
Dengan alasan tersebut dan juga mengingat begitu penting penggunaan alat
peraga dalam pemebelajaran matematika maka penulis akan melaksanakan penelitian
tindakan kelas dalam mata pelajaran matematika pada operasi perkalian yang
berupaya untuk menyelesaikan permasalahan pembelajaran matematika di SD
No.119/VII Bukit Tigo kecamatan Singkut.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka rumusan masalah
pada penelitian ini adalah: Apakah penggunaan alat peraga lidi dan gambar
dapat meningkatkan hasil belajar Matematika pada operasi perkalian pada
peserta didik kelas II SD No.119/VII Bukit Tigo kecamatan Singkut?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut di atas, maka tujuan penelitian ini
untuk meningkatkan hasil belajar Matematika pada operasi perkalian peserta
didik kelas II SD No.119/VII Bukit Tigo kecamatan Singkut dengan menggunakan
alaat peraga lidi dan gambar.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat memberikan manfaat
yang berarti bagi peserta didik, guru, dan sekolah.
1. Bagi Peserta didik
a. Meningkatnya hasil belajar pada pokok bahasan operasi perkalian.
b. Meningkatnya motivasi belajar matematika.
3

c. Meningkatnya rasa percaya diri.


d. Menumbuhkan keaktifan dan prestasi belajar peserta didik secara
optimal dalam pelaksanaan proses belajar sehingga lebih bermakna.
e. Mempermudah peserta didik dalam memahami materi operasi perkalian
2. Bagi guru
a. Meningkatkan gairah dalam pelaksanaan proses belajar mengajar.
b. Merupakan umpan balik keberhasilan peserta didik dalam menguasai
pokok bahasan operasi perkalian.
c. Meningkatkan kualitas pembelajaran karena dengan kegiatan PTK ini
guru lebih terampil menggunakan alat peraga.
3. Bagi Sekolah
Hasil penelitian ini akan memberikan sumbangan dan kontribusi positif
bagi sekolah sebagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik
dan dapat dijadikan model pembelajaran oleh guru sekolah dasar lain dalam
pembelajaran pokok bahasan operasi perkalian.
4

BAB II
KAJIAN TEORI

A. Hakikat Belajar dan Hasil Belajar


1. Pengertian belajar
Pengertian Belajar dalam kehidupan sehari-hari seringkali sering
diartikan yang kurang tepat, biasanya orang awam mengartikan belajar identik
dengan membaca, belajar identik dengan mengerjakan soal-soal. Pengertian
belajar seperti tersebut masih sempit. belajar sebagai berikut. Santrock dan
Yussen (Sugihartono, 2007: 74) mengemukakan bahwa belajar merupakan
sebagai perubahan yang relatif permanen karena adanya pengalaman.
Sugihartono (2007: 74) mengemukakan bahwa belajar adalah suatu proses
perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungannya
dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Slameto (2003: 2) mengemukakan
belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil dari
interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Morgan dalam Ngalim Purwanto, 2007: 84) mengemukakan belajar adalah
setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai
suatu hasil dari latihan atau pengalaman.
Menurut Suherman, dkk., (2003 : 32), teori Ausubel terkenal dengan
belajar bermaknanya dan pentingnya pengulangan sebelum belajar dimulai.
Bermakna yang dimaksud adalah materi yang telah diperoleh itu
dikembangkan dengan keadaan lain sehingga belajarnya lebih dimengerti.
Skinner (Dimyati dan Mudjiono, 2006: 9) mengemukakan belajar adalah suatu
perilaku. Pada saat orang belajar, maka responnya menjadi lebih baik,
sebaliknya, bila ia tidak belajar maka responnya menurun. Gagne (Dimyati
dan Mudjiono, 2006: 10) mengemukakan belajar merupakan kegiatan yang
kompleks. Hasil belajar berupa kapabilitas. Setelah belajar orang memiliki
keterampilan, pengetahuan, sikap dan nilai.
Dari beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan definisi belajar.
Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk

4
5

memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan


sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Dengan demikian belajar adalah perubahan-perubahan yang relatif
konstan dan berbekas menyangkut pengetahuan, pemahaman, keterampilan,
dan sikap-sikap.

2. Faktor yang Mempengaruhi Belajar


Hasil belajar setiap individu dipengaruhi oleh belajar peserta didik.
Syah (2008: 144) menyebutkan tiga faktor yang mempengaruhi belajar peserta
didik yaitu faktor internal, eksternal dan pendekatan belajar.
a. Faktor dari dalam yaitu faktor-faktor yang dapat mempengaruhi belajar
yang berasal dari peserta didik belajar. Faktor dari dalam (internal)
meliputi dua aspek, fisiologi dan psikologis.
1) Fisiologi, faktor ini meliputi kondisi jasmaniah secara umum dan
kondisi panca indra.
2) Kondisi psikologis, faktor ini meliputi kecerdasan, bakat, minat,
motivasi, emosi dan kemampuan kognitif.
b. Faktor dari luar yaitu faktor-faktor yang berasal dari luar peserta didik
yang mempengaruhi proses dan hasil belajar. Faktor-faktor ini meliputi
lingkungan sosial dan lingkungan non sosial.
1) Lingkungan sosial yang dimaksud adalah manusia atau sesama
manusia, baik manusia itu ada (kehadirannya) ataupun tidak
langsung hadir. Dalam lingkungan sosial yang mempengaruhi
belajar peserta didik ini dapat dibedakan menjadi tiga yaitu rumah,
sekolah dan masyarakat.
2) Lingkungan non sosial meliputi keadaan udara, waktu belajar,
cuaca, lokasi gedung sekolah dan alat-alat pembelajaran.
c. Faktor pendekatan belajar (approach to learning) yaitu jenis upaya
belajar yang meliputi strategi, model dan metode yang digunakan
peserta didik untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi
pelajaran. Dengan demikian guru harus memperhatikan perbedaan
6

individu dalam memberikan pelajaran kepada mereka, supaya dapat


menangani peserta didik sesuai dengan kondisinya untuk menunjang
keberhasilan belajar. Hal tersebut dikarenakan faktor-faktor yang
mempengaruhi belajar peserta didik, satu dengan yang lainnya berbeda.
Salah satu yang mempengaruhi belajar adalah faktor pendekatan belajar
(approach to learning), yang di dalamnya terdapat model pembelajaran. Joyce
(Trianto, 2010: 22) menyatakan bahwa model pembelajaran mengarahkan kita
ke dalam mendesain pembelajaran untuk membantu peserta didik sedemikian
rupa sehingga tujuan pembelajaran tercapai. Tepat tidaknya guru
menggunakan model pembelajaran, turut menentukan bagaimana hasil belajar
yang dicapai peserta didik. Maka dalam penelitian ini membicarakan salah
satu faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar yaitu model pembelajaran.

3. Hasil Belajar
Setelah mengetahui pengertian belajar dan faktor yang
mempengaruhinya, maka akan dikemukakan apa itu hasil belajar. Nana
Sudjana (2009:5) menyatakan bahwa hasil belajar peserta didik pada
hakikatnya adalah perubahan tingkah laku dan sebagai umpan balik dalam
upaya memperbaiki proses belajar mengajar. Tingkah laku sebagai hasil
belajar dalam pengertian luas mencakup bidang kognitif, afektif dan
psikomotorik.
Syaiful Bahri Djamarah (2006:23) mengungkapkan hasil belajar
adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan
perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari aktivitas dalam belajar.
Widoyoko (2009:1), mengemukakan bahwa hasil belajar terkait dengan
pengukuran, kemudian akan terjadi suatu penilaian dan menuju evaluasi baik
menggunakan tes maupun non-tes. Pengukuran, penilaian dan evaluasi bersifat
hirarki.
Evaluasi didahului dengan penilaian (assessment), sedangkan penilaian
didahului dengan pengukuran. Benyamin Bloom (Sudjana , 2010: 22-31)
mengemukakan secara garis besar membagi hasil belajar menjadi tiga ranah,
7

yaitu ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik.


Menurut Benyamin S. Bloom dalam Sardiman (2012:23)
menyampaikan tiga taksonomi yang disebut dengan ranah belajar, yaitu: ranah
kognitif (cognitive domain), ranah afekif (affective domain), danranah
psikomotorik (psychomotoric domain). Ranah kognitif berkaitan dengan hasil
berupa pengetahuan, kemampuan dan kemahiran intelektual. Ranah kognitif
mencakup kategori pengetahuan (knowledge), pemahaman(comprehension),
penerapan (application), analisis (analysis), sintesis (synthesis), dan penilaian
(evaluation). Ranah afektif berkaitan dengan perasaan, sikap, minat dan nilai.
Kategori tujuannya mencerminkan hirarkhi yang bertentangan dengan
keinginan untuk menerima sampai dengan pembentukan pola hidup.
Kategori tujuan peserta didikan afektif adalah penerimaan (receiving),
penanggapan (responding), penilaian (valuing), pengorganisasian
(organization), pembentukan pola hidup (organization by a value complex).
Ranah psikomotorik berkaitan dengan kemampuan fisik seperti ketermpilan
motorik dan syaraf, manipulasi objek, dan koordinasi syaraf. Penjabaran ranah
psikomotorik ini sangat sukar karena seringkali tumpang tindih dengan
dengan ranah kognitif dan afektif. Kategori jenis perilaku untuk ranah
psikomotorik menurut Elizabeth Simpson adalah persepsi (perception),
kesiapan (set), gerakan terbimbing (guided respons), gerakan terbiasa
(mechanism), gerakan kompleks (complex overt response), penyesuaian
(adaption), kreativitas (originality).
B. Alat Peraga
1. Pengertian Alat Peraga
Alat peraga adalah alat (benda) yang digunakan untuk memperagakan
fakta, konsep, prinsip, atau prosedur tertentu agat tampak lebih nyata atau
konkrit (Aristo Rohadi ,2003:10). Alat peraga adalah segala sesuatu yang
dapat digunakan untuk menyatakan pesan merangsang pikiran, perasaan,
perhatian dan kemauan peserta didik sehingga dapat mendorong proses belajar
(Ali dalam Sundayana, 2014:7). Ruseffendi (dalam Sundayana, 2014:7)
menyatakan, “Alat peraga adalah alat yang menerangkan atau mewujudkan
8

konsep matematika”, sedangkan menurut Pramudjono (dalam Sundayana,


2014: 7), “Alat peraga adalah benda konkret yang dibuat, dihimpun atau
disusun secara sengaja digunakan untuk membantu menanamkan atau
mengembangkan konsep matematika. Alat peraga merupakan media
pengajaran yang mengandung atau membawakan ciri-ciri dari konsep yang
dipelajari.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa alat peraga
adalah media pengajaran yang diartikan sebagai semua benda yang menjadi
perantara untuk membantu menanamkan dan memperjelas konsep dalam
proses pembelajaran seuai dengan tujuan yang diharapkan.

2. Fungsi Alat Peraga


Alat peraga merupakan media pengajaran yang diartikan sebagai
semua benda yang menjadi perantara untuk membantu menanamkan dan
memperjelas Konsep. Menurut Ruseffendi (dalam Ramlan, 2012: 40) ada
beberapa fungsi penggunaan alat peraga dalam pengajaran matematika,
diantaranya sebagai berikut:
a. Proses belajar mengajar termotivasi.
b. Konsep abstrak matematika tersajikan dalam bentuk konkret.
c. Hubungan antara konsep abstrak matematika dengan benda-benda di alam
sekitar akan lebih dapat dipahami.
d. Konsep-konsep abstrak yang tersajikan dalam bentuk konkret, yaitu dalam
bentuk model matematika yang dapat dipakai sebagai obyek penelitian
maupun sebagai alat untuk meneliti ide-ide baru dan relasi baru.
Secara umum, Sadiman (dalam Sundayana, 2014:7) menyatakan,
a. Alat peraga mempunyai fungsi.
b. Memperjelas pesan agar tidak terlalu verbalisme.
c. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, tenaga dan daya indera.
d. Menimbulkan gairah belajar, interaksi lebih langsung antara peserta didik
dengan sumber belajar.
e. Pembelajaran dapat lebih menarik.
9

f. Sikap positif peserta didik terhadap materi pembelajaran dapat ditingkatkan.


Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa alat peraga
berfungsi untuk memperjelas konsep yang dipelajari karena konsep-konsep
abstrak tersajikan dalam bentuk konkret, sehingga peserta didik dapat lebih
mudah memahami konsep yang dipelajari.
3. Prinsip Penggunaan Alat Peraga
Penggunaan alat peraga dalam proses pembelajaran akan membantu
kelancaran, efektivitas dan efisiensi pencapaian tujuan. Alat peraga dapat
meningkatkan proses belajar peserta didik yang pada akhirnya diharapkan
dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik. Menyadari pentingnya alat
peraga dalam meningkatkan mutu keberhasilan proses pembelajaran, guru
dituntut untuk menguasai keterampilan pengembangan dan kegunaan alat
peraga serta keterampilan memilih alat peraga yang sesuai dengan konsep
yang akan diajarkan. Pada penggunaan alat peraga terdapat prinsip-prinsip
yang harus diperhatikan agar penggunaan alat peraga dapat mencapai tujuan
yang diharapkan. Prinsip-prinsip penggunaan alat peraga menurut Hermawan
(2007: 88) diantaranya:
a. Tidak satupun sarana alat peraga dan alat praktik yang dapat sesuai
dengan segala macam kegiatan belajara mengajar
b. Sarana atau alat tertentu cenderung untuk lebih tepat menyajikan suatu
pelajaran tertentu daripada sarana lainnya.
c. Penggunaan sarana atau alat yang terlalu banyak secara bersamaan
belum tentu akan memperjelas konsep. Bahkan sebaliknya dapat
mengalihkan perhatian peserta didik.
d. Sarana atau alat pelajaran yang akan digunakan harus bagian-bagian
integral dari pelajaran yang akan disampaikan.
e. Sarana atau alat pelajaran yang canggih belum tentu akan dapat
mengaktifkan peserta didik. Oleh karena itu, peserta didik diperlukan
sebagai peserta yang aktif.
f. Penggunaan sarana alat pelajaran bukan hanya sekedar selingan atau
pengisi waktu tapi untuk memperjelas konsep.
10

g. Alat peraga meletakkan dasar-dasar konkret untuk berpikir.


h. Alat peraga bisa meningkatkan kualitas proses belajar mengajar.
Pada umumnya hasil belajar peserta didik dengan menggunakan alat
peraga akan bertahan lama pada ingatan peserta didik sehingga pembelajaran
memiliki kualitas yang tinggi. Sudjana (dalam Sundayana, 2014: 16)
menyatakan, penggunaan alat peraga hendaknya guru memperhatikan
sejumlah prinsip tertentu agar penggunaan alat peraga mencapai hasil yang
baik.
Prinsip-prinsip tersebut diantaranya:
a. Menentukan jenis alat peraga dengan tepat
b. Menetapkan atau memperhitungkan subjek dengan tepat, apakah sesuai
dengan tingkat kematangan/kemampuan peserta didik
c. Menyajikan alat peraga dengan tepat, yaitu disesuaikan dengan tujuan,
bahan, metode, waktu dan sarana yang ada.
d. Menempatkan atau memperlihatkan alat peraga pada waktu, tempat, dan
situasi yang tepat.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam
penggunaan alat peraga terdapat prinsip yang harus diperhatikan agar
penggunaan alat peraga dapat secara optimal sehingga mampu mencapai
tujuan yang diharapkan. Alat peraga sebagai media pembelajaran dapat
menjadikan materi pelajaran yang disampaikan lebih konkret sehingga mudah
dicerna peserta didik. Alat peraga menambah konkretnya materi pelajaran
yang disampaikan guru sehingga pembelajaran yang dilaksanakan akan lebih
bermakna bagi kehidupan peserta didik. Karena itulah guru matematika yang
dalam pembelajaran menggunakan alat peraga akan memperoleh keuntungan
sebagai berikut.
1. Peserta didik dan guru dalam kegiatan proses belajar mengajar lebih
termotivasi.
Baik peserta didik maupun guru, terutama peserta didik menjadi
tumbuh minatnya terhadap pelajaran yang sedang diajarkan.
2. Konsep abstrak matematika tersajikan dalam bentuk konkret dan
11

karena itu lebih dipahami dan dimengerti, dan dapat ditanamkan


pada tingkat- tingkat yang lebih rendah.
3. Hubungan antara konsep abstrak matematika dengan benda-benda
di alam sekitar akan lebih dapat dipahami.
Alat peraga dapat disebut pula alat bantu dalam pembelajaran.
Dalam praktik kegiatan pendidikan, alat peraga sering pula disebut dengan
media pembelajaran. Oleh karena itu dalam hal ini peneliti tidak akan
mempersoalkan penggunaan istilah tersebut. Secara harfiah kata
media memiliki arti “perantara” atau “pengantar” atau peraga.
Ada empat pola guru dalam pembelajaran yaitu:
1. guru sebagai pengendali peserta didik;
2. guru mengggunakan alat peraga dalam pembelajaran;
3. guru sebagai sumber bersama dengan sumber lainnya dalam
pembelajaran;
4. guru melakukan pembelajaran dari sumber bukan manusia atau guru
bermedia ( UPI, 2001:200).
Media dan alat peraga memiliki perbedaan yaitu sebagaimana
digambarkan dalam diagram berikut.
Skema Penggunaan Alat Peraga dalam pembelajaran Matematika

Gambar 2.1 . Skema: Model Pembelajaran yang dilakukan guru


(Nana Sujana,2001:13).
Model pembelajaran yang tampak pada skema di atas
12

menunjukkan keragaman bahwa ada guru yang menggunakan


media dan ada guru yang menggunakan alat peraga dalam kegiatan
pembelajaran.
Ada empat pola guru dalam pembelajaran yaitu sebagai berikut.
a. Guru sebagai pengendali peserta didik, disini tugas guru adalah
melakukan manajemen kelas dan mengukur kemajuan balajar
peserta didik secara bertahap dan berkelanjutan.
b. Guru mengggunakan alat peraga dalam pembelajaran.
Pembelajaran yang dilakukan guru sedapat mungkin
diupayakan menggunakan alat peraga, hal ini dimaksudkan
agar materi pelajaran yang disampaikan dapat dimengerti dan
mudah dicerna oleh peserta didik sehingga tujuan
pembelajaran yang ditetapkan dapat dicapai secara optimal.
c. Guru sebagai sumber bersama dengan sumber lainnya dalam
pembelajaran artinya baik guru maupun media pembelajaran
yang lain dijadikan sumber belajar.
d. Guru melakukan pembelajaran dari sumber bukan manusia
(guru bermedia).
Meskipun ada perbedaan, pada prinsipnya media dan alat peraga
merupakan perantara dalam kegiatan pembelajaran. Kaitannya dengan
pembelajaran matematika maka alat peraga yang dapat digunakan dalam
pembelajaran sesuai dengan materi yang akan diberikan pada saat itu
13

BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Penelitian


Penelitian tindakan kelas ini akan dilaksanakan di kelas 2 SD
No.119/VII Bukit Tigo kecamatan Singkut.. Penelitian dilaksanakan karena
peneliti menemukan permasalah sekaligus bahwa peneliti merupakan
pengajar di SD No.119/VII Bukit Tigo kecamatan Singkut. Subjek penelitian
adalah peserta didik kelas 2 SD No.119/VII Bukit Tigo kecamatan Singkut..
Subjek kelas 2 dipilih karena permasalahan matematika ditemukan di kelas
2.
B. Prosedur Penelitian
Penelitian dilaksanakan sesuai dengan pelaksanaan prosedur penelitian
tindakan kelas (PTK) yang dimulai dengan pelaksanaan penelitian pendahuluan,
kemudian diikuti oleh perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan yang terakhir
refleksi. Prosedur penelitian dilaksanakan sesuai dengan tahapannya, tahap
pertama, kedua, dan seterusnya. Hal ini dapat dilihat skema PTK

Gambar 3.1 Siklus PTK Model Suharsimin Arikunto (Dimyati, 2013: 122)

Keterangan
1. Perencanaan
14

Pada tahap perencanaan, peneliti akan menganalisa permasalahan yang


diperoleh dari hasil pelaksanaan penelitian pendahuluan. Selanjutnya
berdasarkan analisa tersebut peneliti menyiapkan
13 rencana pembelajaran,
menetapkan kriteria keberhasilan, dan menentukan model pengajaran
matematika dalam materi operasi perkalian.

Tabel. 3.1. Skenario Pembelajaran Matematika operasi perkalian dengan


Menggunakan Media Gambar dan Lidi
No Kegiatan Guru KegiatanPeserta Didik
1. Kegiatan awal
Berdo’a Mengabsen peserta didik Berdo’a
Menyampaikan tujuan Mendengar/ menyimak
pembelajaran

2. Kegiatan Inti
Menjelaskan cara penggunaan alat Mempraktekkan alat peraga
peraga Meyimak
Menjelaskan operasi perkalian Membentuk kelompok
menggunakan alat peraga Menerima dan Mengerjakan
gambar dan lidi Soal
Membagi peserta didik menjadi Menyimak dan meneliti
beberapa kelompok Menerima penghargaan yang
Membagikan soal dan diberikan guru
membimbing peserta didik
menjawabsoal dengan
menggunakan alat peraga gambar
dan lidi
Memastikan semua kelompok
mengetahui jawaban yang benar
Guru memberi penghargaan pada
kelompok yang pekerjaannya bagus
3. Kegiatan Akhir
Menyimpulkan materi Menyimpulkan Mengerjakan
pembelajaran Guru memberi soal
evaluasi

2. Pelaksanaan
Pada tahap ini, peneliti melaksanakan pengajaran matematika
15

dengan materi perkalian menggunakan alat peraga. Pelaksanaan pembelajaran


mengacu kepada langkah-langkah yang dibuat dalam rencana pembelajaran.
Tahapan kegiatan proses belajar mengajar matematika dengan alat peraga
berlangsung dalam 3 tahap yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan
kegiatan penutup.
3. Observasi
Di tahap observasi, peneliti mengumpulkan semua data yang
berhubungan dengan kriteria keberhasilan. Untuk mengumpulkan data
tersebut, peneliti menggunakan instrument penelitian. Instrument terdiri
dari dua, yaitu lembar observasi guru/ peserta didik, dan lembar soal
matematika.
4. Refleksi
Dari data yang terkumpul di tahap observasi melalui instrumen yang
telah disiapkan, peneliti merefleksikan pelaksanaan implementasi pengajaran
operasi perkalian dengan menggunakan alat peraga. Refleksi
dilakukan untuk mengetahui apakah implementasi strategi yang dijalankan
berhasil atau tidak.

Apabila berhasil maka peneliti menghentikan penelitian, tetapi


apabila gagal maka peneliti melanjutkan ke siklus berikutnya. Berhasil artinya
nilai peserta didik telah mencapai kriteria ketuntasan belajar yang
dituangkan dalam bentuk kriteria keberhasilan penelitian.

C. Teknik Pengumpulan Data


Peneliti menggunakan instrumen penelitian untuk mengumpulkan data.
Instrumen penelitian yang digunakan adalah tes matematika untuk kelas 2
sekolah dasar dan lembar observasi. Untuk mendapatkan data mengenai
kemampuan peserta didik maka digunakan tes matematika sedangkan untuk
mendapatkan data mengenai proses pembelajaran digunakan lembar observasi.

D. Teknik Analisis Data


Data dianalisis untuk melihat apakah pelaksanaan pengajaran
16

matematika di kelas 2 SD No 119/VII Bukit Tigo Kecamatan Singkut


dengan menggunakan alat peraga telah berhasil atau tidak. Data penelitian
yang didapatkan dari hasil observasi kelas menggunakan lembar observasi
merupakan data yang dianalisa secara kualitatif. Sedangkan data yang berkaitan
dengan kemampuan matematika didapatkan dari pelaksanaan tes matematika

F
P 100
N

adalah data yang dianalisa secara kuantitatif. Untuk menganalisa hasil tes
kemampuan peserta didik dalam menjawab soal matematika digunakan
formula:

P : Nilai Matematika
F : Jawaban Benar
N : Jumlah Soal

E. Indikator Keberhasilan Penelitian

Penulis menetapkan tuntas atau berhasil apabila peserta didik pada

Pokok Bahasan Operasi Perkaalian yaitu mencapai KKM 70, atau

persentase ketuntasan klasikal 85%.


17

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Mulyono .2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar.


Jakarta: Rineka Cipta

Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka.


Cipta.
Purwanto, Ngalim .2007. Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis. Bandung :
Remaja. Karya
Ramlan. 2012. Bahan dan Media Pembelajaran Matematika. Bandung: FKIP.
UNPAS.
Sardiman, AM. 2012. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja.
Grafindo Persada
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta:
Rineka Cipta
Sudjana, Nana, 2001. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung: PT
Remaja
Sudjana, Nana. 2010. Dasar-dasar Proses Belajar, Sinar Baru Bandung
Sugihartono, dkk, 2007. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY Pers.
Suherman, Erman .dkk. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer.
Bandung: UPI.
Sundayana, Rostina. 2013. Media Pembelajaran Matematika. Bandung: Alfabeta
Syah, Muhibbin 2008. Psikologi Pendidikan,Bandung,PT Remaja Rosdakarya
Trianto. 2010. Model Pembelajaran Inovatif-Progresif Konsep, Landasan, dan
Implementasi Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Jakarta: Kencana

Anda mungkin juga menyukai