Anda di halaman 1dari 8

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tuberkolosis paru ( TB Paru ), merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh kuman
tuberkolosis ( Mycobacterium Tuberkolosa ).( WHO, 2014 ). Penyakit ini masih menjadi masalah
kesetahan global. Mycobacterium tuberkolosis dapat mengenai organ apapun didalam tubuh.
Infeksi TB berkembang ketika bakteri masuk melelui droplet udara. TB bisa berakibat fatal,
tetapi dalam banyak kasus TB dapat dicegah dan diobati. TB adalah penyebab utama kematian
di seluruh dunia.
Gejala utama pasien TBC paru yaitu batuk berdahak selama 2 minggu atau lebih. Batuk dapat
diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur darah, batuk darah, sesak nafas, badan
lemas, berat badan menurun, malaise, berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik, demam
meriang lebih dari 1 bulan ( Kemenkes RI, 2018 ).
Secara global, TB satu dari 10 penyebab kematian dan penyebab utama agen infeksius. Di tahun
2017, TB menyebabkan sekitar 1,3 juta kematian ( rentang, 1,2 – 1,4 juta ) diantara orang HIV
negative dan terdapat sekitar 300.000 kematian karena TB ( rentang, 266.000 – 335.000 )
diantara orang dengan HIV positif. Dan dapat diperkirakan terdapat 10 juta kasus TB baru
( rentang, 9 -11 juta ) setara dengan 133 ( rentang, 120 – 148 ) per 100.000 penduduk.
Indonesia termasuk delapan Negara yang menyumbang 2/3 kasus TBC di seluruh dunia,
Indonesia menempati posisi kedua setelah India dengan kasus sebanyak 845.000 dengan
kematian sebanyak 98.000 atau setara dengan 11 kematian/jam ( Kemenkes 2021 ).
Lingkungan hidup yang sangat padat dan pemukiman di wilayah perkotaan kemungkinan besar
mempermudah proses penularan dan berperan sekali atas peningkatan jumlah kasus TB. Proses
terjadinya infeksi oleh Mycobakterium Tuberkolosa biasanya secara inhalan, sehingga TB paru
merupakan manifestasi klinik yang paling sering dibanding organ lainnya. Penularan penyakit ini
sebagian besar melalui inhalan basil yang mengandung droplet nuclei, khususnya yang didapat
dari pasien TB paru dengan batuk berdahak yang mengandung basil tahan asam ( BTA ).
Batuk terjadi karena adanya iritasi pada bronkus. Batuk ini diperlukan untuk membuang produk
- produk radang keluar. Karena terlibatnya bronkus pada setiap penyakit tidak sama, mungkin
saja batuk baruada setelah penyakit berkembang dalam jaringan paru yakni setelah berminggu
minggu atau berbulan bulan peradangan bermula. Sifat batuk dimulai dari batuk kering
kemudian timbul peradangan menjadi produktif ( menghasilkan sputum ).
Batuk adalah gejala yang paling dini dan merupakan gangguan yang paling sering dikeluhkan.
Biasanya batuk ringan sehingga dianggap batuk biasa, proses yang paling ringan ini
menyebabkan secret akan terkupul pada waktu penderita tidur dan dikeluarkan saat penderita
bangun pagi. Untuk mengeluarkan secret dengan baik dengan caranya dengan cara batuk yang
benar yaitu batuk efektif. Batuk efektif yaitu merupakan latihan batuk untuk mengeluarkan
secret – secret. Batuk efektif adalah merupakan suatu metode batuk dengan benar, dimana
klien dapat menghemat energy sehingga tidak mudah lelah dan dapat mengeluarkan dahak
secara maksimal.
Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa latihan batuk efektif mempunyai peranan sangat
penting untuk mengeluarkan dahak atau secret pada pasien, salah satunya penderita TB paru.
Dan dengan batuk efektif yang benar akan mengurangi resiko penularan TB paru. Sehingga
pasien TB harus diberikan edukasi latihan batuk efektif.
B. Tujuan Penelitian.
Adapun tujuan penelitian yaitu :
1. Untuk mengetahui manfaat latihan batuk efektif sebagai metode untuk mengeluarkan
secret.
2. Untuk mengetahui bahwa dengan melakukan batuk efektif bisa memperbaiki kualitas
pernafasan.
3. Untuk mengetahui persentase tingkat keberhasilan metode latihan batuk efektif dalam
memperbaiki kulitas pernafasan.
4. Untuk mengetahui persentase tingkat pengetahuan pasien tentang latihan batuk efektif.

BAB II

ANALISA JURNAL

A. Judul Utama
1. Judul Jurnal
Pengaruh batuk efektif terhadap pengeluaran sputum pada pasien tuberkolosis di
Puskesmas kampung Bugis Tanjung Pinang
2. Peneliti
Ns. Linda widiastuti, M. Kep
Ns. Yusnaini Siagian, M. Kep
3. Populasi sampel dan tekhnik sampling
Populasi penelitian ini adalah Pasien TB di Puskesmas Kampung Bugis pada bulan Mei
sampai Juli 2016, dengan jumlah 158 orang. Tekhnik sampling yang digunakan adalah
accidental sampling, dengan sample 24 orang. Tekhnik pengumpulan data dengan
menggunakan alat ukur SAP ( satuan acara penyuluhan dan ceklist ).
4. Desain Penelitian
Untuk menghitung persentase dan proposi kemampuan pasien dalam melakukan tekhnik
batuk efektif yaitu dengan menggunakan metode SAP ( satuan acara penyuluhan dan
ceklist ). Kriteria Inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian pada populasi target
dan populasi terjangkau. Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah semua pasien TB di
Puskesmas kampung Bugis yang sedang melakukan pengobatan pada saat penelitian.
Kriteria Eklusi adalah mengeluarkan subjek yang memenuhi inklusi dari penelitian ( pasien
TB yang tidak hadir saat penelitian ).
5. Instrumen yang digunakan
Satuan acara penyuluhan ( SAP ) dan cek list
Sample sputum
Pot sputum
6. Uji Statistik yang digunakan.
Uji statistik yang digunakan oleh peneliti adalah yaitu
1). Distribusi frekuensi responden berdasarkan pengeluaran sputum sebelum dilatih batuk
efektif pada pasien TB di Puskesmas Kampung Bugis.
2). Distribusi frekuensi responden berdasarkan pengeluaran sputum sesudah dilatih batuk
efektif pada pasien TB di Puskesmas Kampung Bugis
3). Distribusi silang berdasarkan pengeluaran sputum sebelum dan sesudah dilatih batuk
efektif pada pasien TB di Puskesmas Kampung Bugis.

B. Jurnal Pendukung
1. Judul Jurnal
Pengaruh latihan batuk efektif terhadap frekuensi pernafasan pasien TB paru di Instalasi
rawat inap penyakit dalam Rumah Sakit Pelabuhan Palembang.
2. Peneliti
Sasono Mardiono
3. Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa latihan batuk efektif
sangat efektif dalam pengeluaran sputum dan membantu membersihkan secret pada jalan
nafas serta mengatasi sesak nafas pada pasien TB Paru. Peneliti juga menyimpulkan bahwa
latihan batuk efektif terbukti dapat mempengaruhi frekuensi pernafasan pada pasien TB.
Oleh karena itu penelitian ini dapat dijadikan masukan dan dapat diterapkan oleh perawat
tentang latihan batuk efektif pada pasien TB paru yang mengalami sesak nafas tersebut
dengan standar operasional prosedur ( SOP ) agar pasien TB paru yang mengalami sesak
nafas agar mempunyai frekuensi pernafasan yang normal setelah dilakukan latihan batuk
efektif.

C. Analisa PICO
1. Problem
Ditemukannya kesulitan mengeluarkan dahak ( sputum ) pada pasien TB paru, baik dengan
pasien yang mempunyai keluhan batuk atau tidak. Dahak ( sputum ) sangat penting untuk
pemeriksaan kuman BTA, dan pengeluaran dahak bisa membantu membebaskan jalan nafas
pasien TB paru.
2. Intervensi
Dilakukan pengkajian terlebih dahulu kepada pasien TB sejauh mana mereka mengetahui
tentang cara batuk efektif yang benar sebelum dilakukan penyuluhan.
Melakukan penyuluhan dan edukasi kepada pasien TB paru tentang batuk efektif
Mengevaluasi tingkat pengetahuan dan kemampuan pasien TB paru tentang batuk efektif
setelah diberikan edukasi.
Libatkan keluarga dalam penyuluhan dan edukasi tentang batuk efektif.
3. Compersion
1). Judul Jurnal
Pengaruh fisotherapi dada terhadap pengeluaran secret pada pasien Tb paru di Balai Besar
Kesehatan Paru Masyarakat makasar.
2). Peneliti
Siti Nurhani
3). Hasil
Setelah dilakukan penelitian terdapat pengaruh fisiotherapi dada terhadap pengeluaran
secret pada pasien TB paru, karena responden seblum tindakan fisiotherapi dada masih
banyak yang tidak mengeluarkan secret dan setelah dilakukan fisiotherapi dada pasien TB
paru mampu mengeluarkan sekretnya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tindakan
fisiotherapi dada dapat membantu mengeluarkan secret pada pasien TB paru. Khususnya
pada pasien laki-laki yang mempunyai riwayat merokok.

4. Outcome
Hasil penelitian didapatkan sebagian besar responden tidak dapat mengeluarkan sputum
sebelum dilatih batuk efektif sebesar 54,2 % dan hampir seluruh responden dapat
mengeluarkan sputum sesudah dilatih batuk efektif sebesar 79,2 %. Pasien TB dengan
melakukan batuk yang benar yaitu batuk efektif dapat menghemat energi sehingga tidak
mudah lelah dan dapat mengeluarkan dahak secara maksimal dan dilanjutkan satu hari
sebelum pemeriksaan sputum pasien dianjurkan minum kurang lebih 2 liter untuk
mempermudah mengeluarkan dahak.
Berdasarkan hasil penelitian maka kami berharap untuk memudahkan pengeluaran dahak
pada pasien TB paru diperlukan kerja sama yang baik di semua instansi pelayanan untuk
melakukan penyulahan dan edukasi tentang batuk efektif. Sehingga pemeriksaan BTA bisa
dllakukan dengan baik dan bisa mengetahui jenis kuman TB. Dan dipelukan juga kerjasama
yang baik antara pasien dan keluarga untuk koperatif dalam setiap edukasi yang diberikan.

BAB III
Tinjauan Teoritis
A. Konsep Teori
Tuberkolosis Paru adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri
mycobacterium tuberculosis yang merupakan salah satu penyakit saluran pernafasan
bagian bawah yang sebagian besar bakteri tuberkolosis masuk kedalam jaringan paru
melalui udara dan selanjutnya mengalami prosesyang dikenal dengan sebagai focus
ghon ( Wijaya, 2013 ). Tuberkolosis ( TB ) adalah penyakit yang biasanya menyerang
parenkim paru, yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Tuberkolosis . TB dapat
mengenai hamper kesemua bagian tubuh, termasuk meningen, ginjal, tulang dan nodus
limfe. Infeksi awal biasanya terjadi dalam 2 sampai 10 minggu setelah pajanan
( Smeltzer dan Bare, 2015 ).
Penyebab Tuberkolosis adalah Mycobakterium Tuberkolosa, sejenis kuman berbentuk
batang dengan ukuran panjang 1-4/um dan tebal 0,6/um. Sebagian besar dinding
kuman terdiri atas asam lemak ( lipid ) kemudian peptidoglikan dan arabinommanan.
Lipid inilah yang membuat kuman lebih tahan terhadap asam sehingga disebut bakteri
tahan asam ( BTA ). Kuman dapat tahan hidup pada udara kering maupun dalam
keadaan dingin. Hal ini terjadi karena kuman bersifat dorman , dan dapat hidup kembali
menjadikan penyakit menjadi aktif lagi.
Keluhan yang timbul pada penderita TB paru bermacam macam pada setiap orang,
menurut Setiati yang sering timbul adalah seagai berikut:
1. Demam
2. Batuk/ batuk berdarah
3. Sesak nafas
4. Nyeri dada
5. Malaise
6. Tidak nafsu makan, BB menurun.

Penularan TB umumnya terjadi melalui udara, ketika penderita TB paru aktif memrcikan
lendir atau dahak saat batuk atau bersin, bakteri TB akan ikut keluar melalui lendir
tersebut dan terbawa keudara. Selanjutnya, bakteri TB akan masuk kedalam tubuh
orang lain melalui udara yang dihirupnya.

Cara-cara mencegah penularan TB paru adalah :

1. Tutupi mulut saat bersin, batuk, dan tertawa, atau pakai tissue segera buanglah
pada tempatnya.
2. Tidak membuang dahak atau meludah sembarangan
3. Pastikan rumah memiliki sirkulasi udara yang baik
4. Jangan tidur sekamar dengan orang penderita TB paru.

Komplikasi pada TB paru

1. Komplikasi dini : Pleuritis, efusi pleura, emfisema, laryngitis,


2. Komplikasi Lanjut : Obstruksi jalan nafas, SOPT, fibrotis paru, cor pulmonal,
amyloidosis, karsinoma, sindrom gagal nafas, ARDS.

Penatalaksanaan TB paru

Obat anti tuberkulosa ( OAT ), yang dapat dipakai sebagai tatalaksana pertama adalah
rifamfisin, isoniazid, pirazinamid, streptomicyn dan etambutol, atau yang tersedia dalam
tablet tunggal maupun dalam sediaan dosis tetap ( fixed dose combination ). Jenis obat
kedua adalah kanamisin, kuinolon, dan derivate rifamfisin dan isoniazid. Panduan
pemberian OAT yang digunakan oleh Program Nasional Pengendalian Tuberkulosis di
Indonesia adalah ;

1. Kategori satu
2. Kategori dua
3. Therapi MDR – TB

Batuk Efektif adalah suatu metode batuk dengan benar dimana dapat menggunakan
energy untuk batuk dengan seefektif mungkin sehingga tidak mudah lelah dalam
pengeluaran dahak secara maximal.

Tujuan dilakukannya batuk efektif adalah :


1. Meningkatkan mobilisasi secret
2. Mencegah resiko tinggi retensi sekresi
3. Mengeluarkan sputum untuk pemeriksaan diagnostic
4. Membebaskan jalan nafas dari akumulasi secret
5. Mengurangi sesak nafas akibat akumulasi secret

Langkah – langkah batuk efektif

1. Cuci tangan
2. Atur posisi pasien semi fowler ditempat tidur atau duduk dikursi
3. Pasang perlak atau handuk kecil didada
4. Berikan pasien minum air hangat
5. Anjurkan pasien bernafas pelan 2-3 kali melalui hidung dan kemudian mengeluarkan
melalui mulut
6. Instruksikan pasien menarik nafas dalam dan ditahan selama 1-3 detik kemudian
batukan dengan kuat dengan menggunakan otot abdominal dan otot-otot asesoris
pernafasan lainnya
7. Siapkan pot sputum, anjurkan pasien untuk membuang sputum kedalam pot
sputum
8. Bersihkan mulut pasien dengan tissue
9. Anjurkan pasien istirahat sebentar
10. Anjurkan pasien untuk mengikuti prosedur 2-3 kali

B. Konsep Intervensi Yang Diberikan

Analisa SWOT

1. Strenghts ( Kekuatan )
Dapat menumbuhkan dan meningkatkan kesadaran antara perawat dan pasien TB
akan pentingnya melakukan latihan batuk efektif untuk dapat melakukan
pemeriksaan secara maximal. Dan dapat membantu pasien TB juga dalam hal cara
membebaskan jalan nafas yang baik dengan melakukan latihan batuk efektif.
Sehngga dapat dijadikan acuan dan panduan dalam penerapan pelayanan kesehatan
disetiap instansi.

2. Weaknesses ( Kelemahan )
Di Indonesia jumlah penderita TB Paru sangat banyak, khususnya pada kalangan
ekonomi menengah ke bawah. Oleh karena itu, latar belakang penderita TB Paru
memiliki pendidikan yang kurang. Pada penelitian ini pun yang menjadi kendala dan
hambatan dalam melakukan penyuluhan dan edukasi tentang latihan batuk efektif
adalah pendidikan dan pengetahuan yang kurang tentang Latihan batuk efektif.
Ditambah kesadaran yang kurang dalam penerapan batuk efektif pada setiap
penderita TB Paru. Selain itu juga, pada penelitian ini yang yang menjadikan tidak
maximalnya penerapan latihan batuk efektif adalah sebagian besar penderita TB
paru sudah dalam pengobobatan TB bulan ke 3 sampai ke 6 sehingga produksi
secretnya sebagian besar sudah tidak ada.
3. Opportunitis ( Peluang )
Setelah dilakukan intervensi, terjadi peningkatan pengetahuan pada penderita TB
Paru maupun keluarganya tetang latihan batuk efektif, dan tatalaksananya.

4. Threats ( Ancaman )
Kesadaran dan tingkat pengetahuan yang rendah akan menyebabkan pemahaman
yang kurang baik terhadap latihan batuk efektif pada penderita TB Paru, sehingga
akan menyebabkan masalah yang serius karena pemeriksaan diagnostic tidak akan
dapat dilaksanakan secara maximal, sehingga akan mengakibatkan tingkat
penularan TB Paru akan semakin meningkat. Selain itu juga penderita TB paru tidak
bisa membebaskan jalan nafas secara adekuat, hal ini akan menyebabkan penderita
TB Paru mengelami kondisi yang lebih buruk.

BAB. IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan analisa data hasil penelitian dan pembahasan tentang pengaruh batuk
efektif terhadap pengeluaran sputum pada pasien TB paru, dapat disimpulakan bahwa
pengeluaran hasil sputum sebelum dilatih batuk efektif pada pasien TB Paru sebagian
besar tidak bisa mengeluarkan sputum. Sedangkan pengeluaran sputum setelah dilatih
batuk efektif pada pasien TB Paru seluruhnya dapat mengeluarkan sputum. Oleh karena
itu perawat mempunyai peranan penting dalam melakukan edukasi dan penyuluhan
tentang latihan batuk efektif.

B. Saran
Untuk menghindari dampak buruk dari penyebaran dan penularan TB paru maka
perawat dituntut untuk bisa mengedukasi dengan baik latihan batuk efektif terhadap
pasien – pasien TB paru. Selain itu juga dibutuhkan peran yang aktif dari penderita TB
Paru dan keluarga dalam hal komunikasi dan kerja sama yang baik dalam tatalaksana
penerapan latihan batuk efektif.

DAFTAR PUSTAKA
1. Aditama, T. Y., Kamso,S., Basri, C., dan Surya, A. et al 2006. Pedoman Nasional
Penenggulangan Tuberkolosis. Depertemen Kesehatan Indonesia.
2. Asti Werdhani, Retno. 2008. Patologi, Klasifikasi dan Diagnosis Tuberkolosa.
Departemen Kedokteran Ilmu Komunitas, Okupasi, dan Keluarga: FKUI
3. Alsagof, Hood dkk. ( 2005 ). Dasar Dasar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya : Airlangga
University Press.
4. Widiastuti Linda dan Siagian Yusnaini. 2019. Pengaruh BatukEfektif Terhadap
Pengeluaran Sputum Pada Pasien Tuberkolosis di Puskesmas Kampung Bugus
Tanjung Pinang. Stikes Hang Tuah.
5. Mardiono, sasono. 2019. Pengaruh Latihan Batuk efektif Terhadap Frekuensi
Pernafasan Pasien TB Paru. RS Pelabuhan. Jakarta.
6. Nurhani, siti. 2019. Pengaruh Fisiotherapi Dada Terhadap Pengeluaran Sekret Pada
Pasien TB. Balai Besar Kesehatan Paru. Makasar.

Anda mungkin juga menyukai