Pengarus Infus Lama DG Plebitis
Pengarus Infus Lama DG Plebitis
PENDAHULUAN
penangan oleh tim kesehatan. Penanganan yang diberikan salah satunya berupa
pemasangan infus atau terapi intravena (Wahyuni & Nurhidayat, 2008). Terapi infus
adalah salah satu teknologi yang paling sering digunakan dalam pelayanan kesehatan
di seluruh dunia. Lebih dari 60% pasien yang masuk ke rumah sakit mendapat
memasukkan jarum steril kedalam jaringan tubuh untuk mendapatkan akses vena
guna memulai dan mempertahankan terapi cairan intravena, indikasi infus ini
dilakukan pada pasien dengan dehidrasi, pasien sebelum transfusi darah, pasien pasca
bedah sesuai dengan program pengobatan, pasien yang tidak bisa makan dan minum
melalui mulut, pasien yang memerlukan pengobatan dengan infus. Teknil steril harus
dipertahankan karena klien beresiko terhadap infeksi mana kala jarum suntik
yang berhubungan dengan terjadinya komplikasi, salah satu komplikasi yang paling
banyak terjadi akibat pemasangan infus adalah plebitis. Untuk meminimalkan resiko
plebitis, perawat perlu menyadari dan mengenali lebih jauh tentang plebitis dan
2004).
1
2
Plebitis sangat sering dialami oleh pasien, hasil studi atau penelitian di
beberapa rumah sakit menunjukkan komplikasi pemasangan infus yang paling banyak
adalah plebitis misalnya penelitian di RSUD Tugurejo Semarang pada bulan juli 2006
terdapat kejadian plebitis 27,6% dari jumlah responden 87 pasien, lokasi pemasangan
infus sebagian besar terpasang di vena metacarpal sebesar 51 orang 58,6% dan di
infeksi nosokomial di RSUD Kanjuruhan Malang pada bulan Januari 2012 – Pebuari
2013 pasien pada IRNA Airlangga dengan kejadian plebitis sebesar 10,2% (11 dari
108 pasien), pasien di IRNA Diponegoro dengan kejadian plebitis sebesar 9,2% (9
dari 98 pasien), dan di IRNA Imam Bonjol dengan kejadian plebitis sebesar 21,4%(30
dari 140 pasien). Untuk perawatan infus di rumah sakit umum daerah Kanjuruhan
didefinisikan sebagai adanya dua atau lebih tanda dan gejala ; nyeri, kemerahan,
bengkak, panas dan vena terlihat lebih jelas (Karadag dan Gorgulu, 2000). Adapun
cairan intravena yang digunakan, kondisi pasien, teknik insersi kateter, dan
teknik sterilisasi di rumah sakit. Ini sangat berpengaruh dengan tingkat kejadian
plebitis misalnya kurang sterilnya pada saat melakukan tindakan keperawatan pada
pasien yang sedang dirawat, misalnya pada saat pemasangan infus. Apabila ada saat
3
nyeri disepanjang vena. Hal ini sangat merugikan bagi pasien karena infus yang
seharusnya dilepas setelah 72 jam kini harus dilepas sebelum waktunya karena
disebabkan oleh alat-alat bantu yang digunakan untuk memasang infus tidak
“’Pengaruh perawatan infus dan lama penggunaan infus terhadap kejadian plebitis di
Rumusan masalah dari penelitian ini adalah adakah Pengaruh perawatan infus
Malang?”
Malang.
pentingnya perawatan infus dan lama penggunaan infus dan motivasi kerja
plebitis.
pengetahuan serta peneliti dapat mencari sinergi antar teori dan kenyataan di
Sampel yang diambil adalah pasien yang dirawat inap di ruang Irna I
dresing infus setiap hari, tidak setiap hari/tidak teratur, dan tidak pernah.
2. Saryati, 2002, Hubungan Pemilihan Lokasi Insersi Kanula Infus dengan Kejadian
Plebitis pada Pasien Dewasa di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten, dengan
studi kohort. Sampel yang diambil adalah pasien dewasa di RSUP Dr.
antara waktu dresing infus setiap hari, tidak setiap hari/tidak teratur, dan
tidak pernah.
plebitis antara waktu dresing infus setiap hari, tidak setiap hari/tidak