Anda di halaman 1dari 29

Analisis dan Evaluasi Model Konseptual

Keperawatan Myra Estrin Levine;


Teori Konservasi

KELOMPOK : VIII

Ns. Damianus Marising, S.Kep


Ns. Flora Hilaria Banda, S.Kep
Ns. Rosita Lumban Gaol, S.Kep
Ns. Sriwanti Ambabunga, S.Kep
Ns. Sriwanti Ambabunga, S.Kep
Ns. Renta Anita C. Situmorang, S.Kep
Ns. Yuliana Bayu Prasetyoningsih, S.Kep

PROGRAM MAGISTER KEPEMIMPINAN DAN MANAJEMEN


KEPERAWATAN
2022
BAB I
PENDAHULUAN
 

I.1 Latar Belakang


Keperawatan merupakan salah satu profesi yang memiliki peran penting dalam

pelayanan kesehatan disamping keperawatan sedang mengalami perkembangan yang

begitu pesat, baik dibidang praktik, penelitian, maupun pendidikan keperawatan. Ilmu

keperawatan sebagai salah satu cabang ilmu pengetahuan, memiliki teori-teori yang

terbentuk dari filosofi dan paradigma yang berbeda dari para pencetus teori

keperawatan. Tidak semua teori dapat diaplikasikan secara langsung pada praktik

keperawatan sehari-hari, tergantung pada kondisi pasien dan situasi lingkungan yang

dialami pasien (Fawcett, 2005). Sehingga, perawat sebagai profesi yang menjalankan

praktik berdasarkan batang tubuh ilmu keperawatannya, harus dapat mengenali dan

memahami teori-teori yang berkembang dalam dunia keperawatan. Perkembangan

ilmu pengetahuan keperawatan saat ini tidak terlepas dari upaya ahli keperawatan

yang mengembangkan berbagai konsep model teori keperawatan untuk memberikan

arah bagi perawat dalam melaksanakan kegiatan praktek keperawatan.

Salah satu model kosnseptual keperawatan adalah model keperawatan konservasi

yang dikembangkan oleh Myra Estrin Levine. Tiga konsep utama konservasi model

adalah holistik, adaptasi, dan konservasi (Tomey&Alligood, 2006). Tujuan dari model

ini adalah untuk meningkatkan adaptasi dan mempertahankan keutuhan menggunakan

prinsip-prinsip konservasi.

Makalah ini akan menganalisis tentang  model konseptual keperawatan yang

dikemukakan oleh Myra E Levine yang memperkenalkan teori Konservasi.  Kerangka

2
kerja dalam menganalisis teori konservasi ini mengacu pada buku yang ditulis oleh

Fawcett (2005).

I.2 Tujuan Penulisan
Penulisan ini bertujuan agar penyusun mampu memberikan gambaran tentang model

konseptual Mary E Levine yang meliputi:

a) Mampu menganalisa Model Konseptual Keperawatan Myra E Levina

b) Mampu mengevaluasi Model Konseptual Keperawatan Myra E Levine

I.3 Manfaat Penulisan


Penulisan makalah ini yang dilakukan diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan

pengembangan sains keperawatan khususnya terkait dengan model konseptual

Myra E Levine dan makalah ini diharapkan menjadi referensi tambahan ilmu dalam

upaya pengembangan diri terutama dalam hal penerapan model konseptual Myra E.

Levine.

3
BAB II
ANALISIS MODEL KEPERAWATAN MYRA E LEVINE
 

II.1 Riwayat Hidup
Myra Estrin Levine (1920-1996) lahir di Chicago, Illinois. Ia adalah anak tertua dari

tiga bersaudara. Levine sangat mengagumi ayahnya yang seorang pekerja keras. Awal

ketertarikan Levine pada keperawatan adalah saat ayahnya sering keluar masuk rumah

sakit karena masalah gastrointestinal. Ibunya adalah ibu rumah tangga yang

mendukung profesi Levine sebagai perawat (Parker & Smith, 2010). Levine

mengembangkan minat dalam perawatan karena ayahnya sering sakit (mengalami

masalah gastrointestinal) dan memerlukan perawatan (George, 2002).

Levine masuk di Universitas Chicago, tetapi karena masalah keuangan, dia

memutuskan untuk keluar dan melanjutkan studi dan menyelesaikan program D3

Keperawatan di Cook Country School of Nursing dan lulus pada tahun

1944  memperoleh gelar Bachelor Science of Nursing (BSN) dari University of

Chicago pada tahun 1949. Setelah lulus, Levine bekerja sebagai perawat sipil untuk

US Army, Levine memiliki pengalaman bekerja di ruang operasi dan onkologi

(Parker & Smith, 2010) sebagai supervisor perawat bedah, dan administrasi

keperawatan. Levine menyelesaikan gelar S-1 di University of Chicago pada tahun

1944 dan mendapatkan gelar S-2 nya dari Wayne State University pada tahun 1962.

Setelah mendapatkan gelar Master Science of Nursing (MSN) di Wayne State

University pada tahun 1962, ia mengajar keperawatan di berbagai lembaga seperti

University of Illinois di Chicago dan Tel Aviv University di Israel. Levine menulis 77

artikel yang dipublikasikan yang termasuk artikel “An Introduction to Clinical

Nursing” yang dipublikasikan berulang kali pada tahun pada tahun 1969, 1973 &

4
1989.Ia juga menerima gelar doktor kehormatan dari Loyola University pada tahun

1992(Tomey&Alligood, 2006).

Levine meninggal pada tanggal 20 Maret 1996 di usianya ke 75 tahun. Levine pribadi

menyatakan bahwa ia tidak bertujuan khusus untuk mengembangkan “Teori

keperawatan” tetapi ingin menemukan cara untuk mengajarkan konsep-konsep utama

dalam Keperawatan Medikal Bedah dan berusaha untuk mengajarkan siswa

keperawatan sebuah pendekatan baru dalam kegiatan keperawatan. Levine juga ingin

berpindah dari praktek keperawatan pendidikan yang  menurutnya sangat prosedural

dan kembali fokus pada pemecahan masalah secara aktif dan perawatan pasien

(George, 2002).

II.2 Analisa Langkah 1: Asal-usul model keperawatan

Levine konseptual model berfokus pada mempromosikan dan mengatur keutuhan

dengan menggunakan prinsip konservasi (Parker, 2003) Model ini membimbing

perawat untuk fokus dalam pengaruh dan respon dari level organismik. Aligood

(2004) menjelaskan bahwa pada awal mulanya Levine mempelajari sudut pandang

sejarah penyakit dan menyadari bahwa pemikiran manusia terhadap penyakit berubah

sepanjang waktu. Model konsep ini juga sangat  dipengaruhi oleh defenisi sistem

perseptual dari Erikson dan juga teori model lingkungan  Bates, (Aligood, 2003).

Kedua teori itu membuat Levine menyadari bahwa lingkungan ekternal memberi

tantangan cukup besar untuk manusia

II.3  Analisa Langkah 2: Fokus Yang Unik dari Model Keperawatan


Fokus Yang Unik dari Model Keperawatan konservasi adalah konservasi keutuhan

manusia. Lebih khusus lagi, fokus model konservasi adalah adaptasi sebagai proses

dimana manusia mempertahankan keutuhan atau integritas mereka. Dengan demikian,

model menekankan efektivitas adaptasi manusia. Selain  itu, model konservasi

memfokuskan perhatian perawat pada manusia dan kompleksitas hubungan mereka

5
dengan lingkunagn internal dan eksternal, yang juga menekankan tanggung jawab

perawat untuk konsevrasi energi pasien, serta integritas struktural, pribadi dan sosial.

Kategori dari Pengetahuan

Levine menganggap model konservasi adalah model interaksi, isi model konservasi

berkaitan dengan interaksi antara manusia dan lingkungan. Dengan kata lain “Model

adaptasi”.

 Sistem: manusia atau organisme adalah sistem

 Integritas: bagian – bagian dari sistem organisme

  Lingkungan: lingkungan dipandang internal maupun eksternal

  System terbuka: gagasan “keutuhan” dikaitkan dengan gagasan tentang system

terbuka. Inetraski tak henti – hentinya organisme individu dengan lingkungan

yang mewakili system “terbuka dan cairan”

  Batas: karakteristik batas secara eksplisit ditujukan dalam model konservasi

dalam diskusi tentang territoriality individu. “setiap individu memerlukan ruang

dan pendirian batas – batas pribdai dan pertahanan mereka masing – masing

yakni berupa komponan penting dari perilaku.

  Ketegangan, stress, dan konflik: sumber ancaman terhadap keutuhan manusia

atau integritas adalah tantangan lingkungan.

 Keseimbangan dan kesetimbangan: Levine menyebutkan kesetimbangan ketika

homerrhesis, yang menandakan “aliran stabil, dari pada keadaan statis”. Konsep

aliran stabil lebih akurat mnecerminkan realitas perubahan harian serta perubahan

dalam aktivitas fisiologis yang mencirikan proses pertumbuhan dan

perkembangan”.

 Umpan balik: umpan balik adalah metode untuk mengendalikan sistem oleh

reinserting kedalamnya yang merupakan hasil dari masa lalu. Umpan balik yang

6
positif diwujudkan ketika proses patologis terjadi dan dapat bertanggungjawab

untuk patologi. Umpan balik negatif dikaitkan dengan autoregulation fisiologis

sistem. Umpan balik negatif dikaitkan dengan mekanisme sukses adaptasi.

Meskipun Levine membahas tentang kelangsungan hidup individu, ia juga

membahas tenggapan fisiologis dan perilaku, yang dianggapnya sebagai satu dan

sama – tidak hanya paralel dan tidak hanya stimultan, tetapi merupakan bagian –

bagian penting dari kegiatan. Selain itu dia juga mengidentifikasi empat prinsip

konservasi, yang dilihatkan seperti bergabung, tidak terisoliasi atau terpisah.

II.4 Analisa Langkah 3: Konten dari Konsep Model Myra Levine

Dalam model konsepnya, Myra Levine memandang manusia sebagai satu kesatuan

yang holistik  dan beritegritas (Aligood, 2004). Berintegritas berarti manusia memiliki

kebebasan untuk memilih dan melakukan sesuatu. Manusia juga memiliki sense of

identity dan self worth (Parker, 2001) atau dengan kata lain manusia memiliki

keunikan dan berharga. Lebih lanjut Levine mendefinikan manusia sebagai sistem

dari sebuah sistem dan masing-masing bagian menjadikan manusia sebagai satu

kesatuan. Dalam kehidupan manusia akan mengalami perubahan. Konsep utama dari

model konsep ini adalah bagaimana manusia menghadapi perubahan dengan adaptasi

(Aligood, 2004). Respon atau cara manudia menghadapi perubahan model konsep

levine dikenal dengan Organismic response. Organismic respon adalah sebuah

tingkah laku atau perubahan pda level fungsi selama seseorang beradaptasi dengan

lingkungan. Level dari organismik respons menurut Parker (2005) diantaranya adalah:

1.      Respon terhadap rasa takut (Flight/fight response)

Respon ini merupakan respon paling primitif. Respon ini muncul apabila seseorang

mengalami perubahan lingkungan yang tiba-tiba dan tidak diduga

2.      Respon Inflamantori

7
Respon ini merupakan mekanisme pertahanan tubuh dari hal-hal yang berbahaya di

lingkungan. Kontrol lingkungan sangat penting.

3.      Respon terhadap stress

Pada level ini, respon dibangun menurut waktu dan dipengaruhi oleh setiap

pengalaman stres yang dirasakan pasien. Jika stres terjadi dalam waktu lama, hal

tersebut dapat membahayakan sistem.

4.      Respon Perseptual

Respon ini terjadi berdasarkan kesadaran perceptual seseorang. Hal tersebut terjadi

sebagai pengalaman individu dengan dunia di sekitarnya. Seseorang menggunakan

respon untuk mencari dan memperoleh keamanan.

Dalam Model konsepnya, Levine mendefenisikan lingkungan (baik eksternal maupun

internal) merupakan suatu sistem yang mempengaruhi konsep adaptasi manusia

(Parker, 2003). Adaptasi merupakan proses perubahahan ketika seseorang menahan

integritas untuk menghadapi lingkungan eksternal dan internal (Aligood, 2004)

dengan kata lain saat beradaptasi manusia menahan kebebasan dalam melakukan

sesuatu untuk menghadapi lingkungan eksternal dan internal yang mempengaruhinya.

Setiap Individu memiliki respon adaptasi yang berbeda bergantung pada suku, usia,

jenis kelamin, atau berat tidaknya sebuah penyakit (Parker, 2003). Lebih lanjut Parker

(2003) mengemukakan bahwa lingkungan menyempurnakan manusia sebagai sistem

yang utuh. Manusia memiliki lingkungan internal dan eksternal. Lingkungan internal

adalah lingkungan yang berasal dari dalam pasien. Lingkungan internal merupakan

kombinasi dari aspek psikologi dan dan patopsikologi individu yang secara konstan

dipengaruhi oleh lingkungan eksternal (Parker, 2003). Sementara itu lingkungan

external merupakan lingkungan luar yang mempengaruhi individu. Aliigood (2004)

mendefenisikan 3 level lingkungan eksternal dalam model konsep Levine yaitu

8
1.    Perseptual – Merupakan aspek dari lingkungan yang dapat diterima dan dirasakan

seseorang menggunakan indra

2. Operasional – Merupakan hal-hal dari lingkungan yang dapat mempengaruhi

manusia secara fisik, walaupn manusia tidak dapat merasakan mereka. Misalnya

Bakteri atau kuman dari lingkungan

3. Konseptual – Pada level ini lingkunan dibangun atas dasar kebudayaan dan juga

agama yang dimediasi oleh bahasa, pemikiran dan sejarah. Misalnya Norma, nilai,

budaya, dan kepercayaan.

Levine mengemukan bahwa kondisi sehat adalah ketika seorang mampu beradaptasi

dengan efektif. Adaptasi efektif akan membawa pasien ke konservasi yang merupakan

suatu kondisi ketika pasien dapat mencapai level maksimum kesehatan dengan

menggunakan minimum energi (Sitzman, 2005). Alligood (2004) mendefenisikan

konservasi sebagai cara sebuah sistem mampu untuk berfungsi walaupun menghadapi

tantangan yang berat.  Tujuan dari konservasi adalah kesehatan dan kekuatan untuk

mencegah terjadinya kecacatan.

Aligood (2004)  mengungkapkan empat level Konservasi Myra Levine yaitu:

1.   Konservasi energi

Pada konservasi ini seorang individu harus memiliki keseimbangan energi keluar dan

masuk agar dapat melakukan aktifitas sehari-hari dengan baik.

2.  Konservasi Integritas Struktural

Konservasi ini berarti cara-cara yang dilakukan untuk mengembalikan kondisi tubuh

ke kondisi sehat dan mencegah terjadi kerusakan yang lebih parah

3.  Konservasi integritas personal

Pada konservasi ini, seserang sebagai manusia yang memiliki identitas, harga diri, dan

kedudukan.

9
4.   Konservasi integritas Sosial

Pada Konsevasi ini, manusia merupakan mahluk sosial yang membutuhkan suprt

system untuk dapat menjalani kehidupan yaitu keluarga, kelompok masyarakat, dan

pemuka agama.

Seseorang dikatakan sehat dan mencapai keutuhan jika keempat konservasi di atas

dapat dipenuhi dan dikatakan sakit dan tidak mencapai keutuhan jika keempat

konservasi di atas tidak dapat dipenuhi. Secara sederhana, konsep sehat sakit dari

Model Konsep Myra Levine adalah sebagai berikut

          Dalam model konsepnya, Levine mengungkapkan bahwa perawat berperan

dalam memenuhi setiap konversi pasien dengan baik (Parker, 2011) Asuhan

keperawatan melihat manusia secara holistik dan memperhatikan setiap bentuk

konservasi. Peran perawat dalam model konsep Levine berdasarkan konservasi adalah

sebagai berikut (Aligood, 2004)

1. Konservasi energi

Pada konservasi ini perawat membantu pasien untuk pasien

menyimbangkan  energinya agar tidak lemah dengan cara memperhatikan istiraha dan

makan

Contoh: Menjaga nutrisi dan istirahat pasien dengan masalah nutrisi

2.  Konservasi intergritas struktural

Pada konservasi ini perawat membantu proses penyembuhan fungsi dan struktur

pasien dan mencegah terjadinya kerusakan yang lebih parah.

Contoh: Latihan ROM pada pasien dengan Struk, Pengobatan luka dekubitus pada

klien tirah baring

3.  Konservasi integritas personal

10
Perawat menghargai pasien dengan cara memanggil nama mereka, menghormati

keinginan meraka, menghargai hal-hal personal pasien, menjaga rahasia dan

kenyamanan pasien.

Contoh: Tidak membocorkan status kesehatan pasien kepada orang lain

4.   Konservasi integritas sosial

Perawat membantu pasien untuk melakukan komunikasi dengan keluarga, orang lain

dan juga pemuka agama jika perlu.

Contoh: Memfasilitasi klien dengan keluarga

Menurut model konsep Levine, perawat memiliki fungsi yang signifikan dalam

meningkatkan keutuhan sehingga klien dapat mencapai konservasi dengan baik.

Asuhan keperawatan menurut Levine harus berdasarkan pada level konservasi

(Aligood, 2004)

Tujuan praktik keperawatan dari model konservasi adalah untuk mempromosikan

adaptasi dan menjaga keutuhan dengan menggunakan prinsip konservasi (Parker,

2003) Perawat diharapkan melihat setiap level konservasi dan menganalisa

kemungkinan masalah yang terjadi jika seseorang tidak dapat mencapai level

konservasi dengan baik. Menggunakan model konsep dalam praktik  mengharuskan

perawat mengerti hal yang lumrah tentang kesehatan, manusia,lingkungan, dan

perawat itu sendiri. Tujuan dari perawat menggunakan model konsep ini untuk

mempromosikan kesehatan. Selain itu Aligood (2004) juga mengemukan bahwa

tujuan dari asuhan keperawatan dengan menggunakan model konsep Levine adalah

untuk mempromosikan kesehatan, menyadari bahwa setiap individu membutuhkan

aktifitas yang unik dan berkelompok. Selain itu seseorang akan selalu memperhatikan

intergritasnya dan tanggung jawab perawat adalah untuk membantu, membela dan

mencari cara agar dapar menjadikannya nyata

11
BAB III
EVALUASI  MODEL KEPERAWATAN MYRA E LEVINE

III. 1 Evaluasi Langkah 1 : Penjelasan Asal Usul Model Konseptual Myra E


Levine
Asal usul dari teori model konservasi Levine berasal dari teori perkembangan

“Mengapa” tindakan keperawatan itu dilakukan, yang artinya tindakan keperawatan

itu berbasis konsep ilmiah. Filosofi klaim Levine yakni kesucian hidup dan

pencegahan penderitaan. Manusia dianggap sebagai mahkluk yang berada dalam

lingkungan, baik lingkungan internal maupun eksternal. Sistem nilai Levine

menyatakan bahwa manusia itu berbasis sistem moral yang dilihat secara utuh, yang

memandang hak – hak pasien sebagai manusia secara realistis. Teori model

konservasi Levine menghubungan masalah keperawatan, mendorong kebebasan dari

eksplorasi dalam praktik, penelitian, dan pendidikan tanpa menghilangkan integritas

antara praktisi dengan pasien, sehingga teori model Levine ini banyak mempengaruhi

sekolah keperawatan maupun disiplin ilmu lainnya. Hal ini dikarenakan Levine

menghubungan teori model konservasi dengan llingkungannya Nightingale tentang

observasi, lingkungan, dan keperawatan.

III.2 Evaluasi Langkah 2: Pemahaman Isi

Menurut Fawcett (2005) suatu teori keperawatan dikatakan mempunyai makna yang

dalam dan luas jika mengandung empat paradigma yaitu manusia/individu, kesehatan,

lingkungan, dan keperawatan. Hal ini perlu dimiliki karena setiap paradigma haruslah

didefinisikan dan dideskripsikan yang nantinya akan mengacu pada praktik

keperawatan. Teori ini nantinya akan digunakan dalam bagian proses keperawatan

atau metodologi dalam praktik keperawatan.

12
Konservasi mendeksripsikan sistem yang kompleks yang bisa dilanjutkan untuk

fungsi suatu tindakan meski sangat menantang dalam pengaplikasinnya. Tujuan dari

konservasi adalah kesehatan dan kekuatan untuk melawan ketidakmampuan seorang

individu. Levine dengan Teori Model Konservasinya menguraikan empat paradigma

dengan karakteristiknya masing-masing.

1)      Manusia / Individu

Manusia/Individu dipandang memiliki pola diri yang pasti dan unik. Pola ini telah

dibentuk untuk menjamin kesuksesan dari pencapaian aktivitas dasar dalam hidup

individu itu sendiri. Melihat adanya pola diri yang adaptif, hal ini mendemonstrasikan

bahwa adaptasi adalah sesuatu yang historical dan spesifik pada diri seorang individu.

Selain itu pola adaptasi bisa tersembunyi di gen seorang individu. Pada pola adaptasi

dikenal istilah redudansi. Redundansi merupakan pilihan gagal-berhasil pada individu

yang melakukan adaptasi. Kehilangan segi redudansi yang didapat dipengaruhi oleh

trauma, faktor usia, penyakit,  atau kondisi lingkungan,  membuat individu ini sulit

untuk mengatur hidupnya (Alligood, 2014).

2)      Lingkungan

Lingkungan didefinisikan Levine (Fawcett, 2005) terbagi menjadi lingkungan internal

dan eksternal. Didalam lingkungan internal meliputi dua dimensi , Homeostatis dan

Homeorrhesis. Homeostatis yang merupakan suatu keadaan statis mengembangkan

dasar yang penting yakni sinkskronasi antara fisiologis dan psikologis. Sedangkan

Homeorrhesis merupakan  aliran yang stabil. Hal ini menekankan ketidakstabilan

perubahan dari waktu- ke waktu dan lebih mendeskripsikan pola adaptasi yang luar

biasa atas individu dalam menanggapi perubahan yang luas dalam hidup.

13
Respon yang ada pada lingkungan internal akan berlanjut ke lingkungan eksternal.

Lingkan eksternal menekankan kepada 3 dimensi yakni lignkungan perseptual,

lingkungan operasional, dan lingkungan konseptual.

3)      Keperawatan

Model interaksi keperawatan tentang stress dan intervensi yang ada diperuntukkan

untuk mempromosikan adaptasi dan mempertahankan suatu keutuhan (wholeness).

Interaksi-interaksi ini didasari oleh latar belakang keilmuan dari prinsip konservatif.

Fokus dari teori konservatif adalah mencapai keseimbangan penyaluran energi dan

permintaan didalam realitas bilogis yang unik bagi setiap individu. Asuhan

keperawatan didasari oleh pengetahuan keilmuan dan keahlian keperawatan.

Intervensi keperawatan berdarkan pada prinsip-prinsip konservasi.

4)      Kesehatan

Kesehatan secara sosial diartikan sebagai kemampuan dalam berfungsi secara wajar.

Kesehatan tidak hanya sebuah absensi dari kondisi patologis. Kesehatan adalah proses

kembali ke kehidupan, individu adalah hal yang bebas dan bisa untuk mengejar

ketertarikan yang ia ingin kejar didalam lingkup kehidupannya. Setiap individu

mempunyai definisi sehat yang akan berubah-ubah sesuai dengan berubahnya waktu.

Keempat paradigma yang telah dijelaskan diatas dikataan kongruen jika memiliki

proporsi hubungan dalam teori model konseptual ini. Fawcett (2005) menyatakan

bahwa homeostatis pada lingkungan internal merefleksikan kesesuaian antara seorang

individu seutuhnya dengan lingkungannya. Hal ini juga sesuai dengan makna dari

lingkungan perceptual yang menyatakan bahwa lingkungan menfasilitasi individu

seutuhnya. Sehingga individu bukanlah seorang secara pasif menerima rangsangan

dari lingkungan. Hal berkaitan dengan kemampuan adaptasi individu yang

menekankan akan tiga hal yakni historisitas, spesifikasi, dan redudansi. Lingkungan

14
baik internal dan eksternal. Perawat dapat mengaitkan lingkungan internal ke aspek

fisiologis dan  patofisiologis dari pasien.

Levine mendenskripsikan lebih lanjut tentang hubungan keempat paradigma tersebut

didalam empat prinsip konservasi teori model konservasinya yakni :

1)      Konservasi Energi

Individual membutuhkan keseimbangan energi dan pembaharuan berkala untuk

mengatur aktivitas hidupnya. Proses-proses seperti penuaan menjadi tantangan dalam

mencapai proses keseimbangan energi. Hal ini juga didasarkan dari hukum kedua dari

termodinamik yaitu pengaplikasian setiap hal di semesta, termasuk manusia.

Konservasi energi sudah lama digunakan di praktik keperawatan meski sebagian besar

berupa prosedur dasar. Intervensi keperawatan mengukur kemampuan individu yang

tergantung kepada perawatan yangmembuat permintaan akan muncul seminimal

mungkin.

2)      Konservasi Integritas Struktural

Penyembuhan adalah proses menyimpang integritas struktural dan fungsional didalam

konservasi di pertahanan keutuhan (wholeness). Ketidakmampuan akan menggring

kepada level baru adaptasi. Perawat bisa membatasi jumlah bagian tubuh yang

diserang oleh suatu penyakit dengan pengenalan dari perubahan fungsional dan

dengan intervensi keperawatan.

3)      Konservasi integritas personal

Harga diri dan perasaan terhadap identitas adalah penting. Hal yang paling rentan

pada pasien. Ini dimulai dengan pengikisan dari privasi dan tahapan munculnya

ansietas. Perawat dapat menunjukkan respek ke pasien dengan memanggil nama

pasien, menghormati permintaannya, menghargai kepemilikan pribadinya,

memfasilitasi privasi selama prosedur, mensuport ketahanannya, dan mengajarkan

15
mereka. Tujuan dari seorang perawat adalah untuk memberi pengetahuan dan

kekuatan , jadi individu dapat melanjutkan menjadi seorang individu yang mandiri,

selama tidak menjadi pasien lagi maka mereka tidak akan tergantung lagi. Kesucian

dari hidup dimanisfestasikan didalam kesehatan, sebuah bukti spiritual di semua

orang. Konservasi dari integritas personal termasuk pengenalan dari konsep kesucian

tiap individu.

4)      Konservasi integritas sosial

Pencapaian makna hidup didalam komunitas sosial dan kesehatan ditentukan secara

sosial. Perawat memenuhi peran professional, mempunyai peran untuk anggota

keluarga, membantu dengan kebutuhan religius, dan menggunakan hubungan

intrapersonal untuk menjaga integrasi sosial.

Panduan pendidikan keperawatan berdasar teori model konseptual Levine juga sudah

disusun yang mendeskripsikan bahwa model ini adalah persiapan mahasiswa

keperawatan untuk menerapkan holistic care pada pasien nantinya di lahan

praktik.  Pada penerapaannya mahasiswa perawatan harus dapat berpikir secara

intuitif, kritis, dan kreatif. Hal yang tidak kalah penting lagi adalah mahasiswa harus

menghargai kebutuhan akan pembelajaran yang berlangsung sepanjang hayat. Ketika

di kelas, pembelajaran model diskusi, membawa bahan yang diperlukan, presentasi

oral dan memvalidasi hipotesis akan praktik model konsep ini adalah sangat

dibutuhkan (Fawcett, 2005).

III.3 Evaluasi Tahap 3 : Kongruen Logis


Logical Congruence adalah proses evaluasi teori kedalam proses intelektual yang

melibatkan penilaian segi kongruens dari penyertaan model filosofi

seorang theorist dengan konten dari model tersebut. Levine secara primer

menggunakan logika deduktif. Dalam mengembangkan teorinya, Levin mengintegrasi

dan mengkonsep hal dari kemanusiaan dan ilmu keperawatan, filosofi, teologi,

16
kemanusiaan, fisiologi, mikrobiologi, psikologi, sosiologi, sejarah pendidikan,

antropologi, matematika, bahasa inggris dan riset. Beliau menggunakan informasi

untuk menganalisapraktik keperawatan dan mendeskripsikan keterampilan (Alligood,

2014). 

Menurut Fawcett (2005) teori model konservasi ini kongruen secara logical. Levine

mampu mentranslasikan ide mekanis dari reaksi kepada lingkungan dengan membawa

ide yang lebih holistic dan berespon integratif. Asuhan keperawatan didasari oleh

pengetahuan keilmuan dan keahlian keperawatan yang diikuti oleh 4 prinsip dasar

konservasi yang sudah dijelaskan sebelumnya.

Konservasi mendeksripsikan sistem cara yang kompleks yang bisa dilanjutkan untuk

fungsi meski sangat menantang. Tujuan dari konservasi adalah kesehatan dan

kekuatan untuk melawan ketidakmampuan. Fokus primer dari konservasi adalah

mempertahankan kebersamaan keutuhan dari individu. Meskipun intervensi

keperawatan bisa berhadapan dengan 2 prinsip konservasi yang khas, perawat harus

mengenali pengaruh dari prinsip konservasi lain.

III.4 Evaluasi Tahap 4: Pembentukan Teori dari Model Konseptual Levine


Evaluasi pada tahap ini mengkaji hubungan antara model konseptual yang masih

bersifat abstrak dan umum dengan teori yang lebih spesifik dan konkrit. Konsep dan

proposisi dari model konseptual dijabarkan dengan jelas termasuk mengidentifikasi

teori yang dihasilkan dari model konseptual Levine (Fawcett, 2005; Alligood &

Tomey, 2010). Conservation Model  mengembangkan dua teori yaitu Therapeutic

Intention dan Redundancy.

Teori Therapeutic Intention dikembangkan sejak tahun 1970. Pada tahun 1987,

Levine menyatakan ia mengorganisasi intervensi keperawatan yang lebih dari realitas

biologis dimana realitas tersebut harus dihadapi oleh perawat. Beberapa asumsi dari

17
teori tersebut diantaranya konservasi sebagai hasil dari proses adaptasi, perubahan

yang berhubungan dengan intervensi terapeutik menghasilkan proses adaptasi,

penerapan dari prinsip model konservasi adalah restorasi kesehatan fisik, serta

aktifitas yang berhubungan dengan upaya menjaga kesehatan meliputi promosi

kesehatan, pengawasan kesehatan, pencegahan kesehatan dan aktifitas pemantauan

kesehatan berkala (Fawcett, 2005).

Levine menyatakan cakupan dari teori Therapeutic Intention meliputi tujuh area yaitu

regimen terapeutik digunakan untuk mendukung proses penyembuhan fisik dan

pemulihan optimal dari struktur dan fungsi tubuh sebagai respon alamiah terhadap

penyakit, regimen terapeutik yang mensubstitusi proses servomechanism (mekanisme

tubuh untuk menghasilkan tingkat energi yang lebih tinggi dari sebelumnya) sebagai

akibat dari kegagalan proses autoregulasi tubuh, regimen terapeutik berfokus pada

penyebab spesifik penyakit dan  penyembuhan setelah pembedahan atau terapi

pengobatan serta pemulihan kondisi kesejahteraan klien, regimen terapeutik yang

tidak dapat mengganti proses patologis akan ditujukan untuk meningkatkan kenyaman

klien, regimen terapeutik akan menyeimbangkan resiko terkena maupun proses

penyakit, regimen terapeutik akan menstimulasi proses fisiologis dan memfasilitasi

respon perbaikan fungsi tubuh serta regimen terapeutik berperan dalam

menyeimbangkan kondisi metabolik, nutrisi dan latihan.

Levine menyatakan dalam mengembangkan teori Therapeutic Intention tidak semua

ide atau konsep berasal dari model konsep konservasi. Levine menyatakan proses

berpikirnya memang cukup konsisten akan tetapi dicurahkan dalam banyak area, tidak

hanya pada satu area saja. Schaefer (1991) menyatakan bahwa penerapan

teori Therapeutic Intention tidak hanya menjelaskan informasi spesifik mengenai

pemberian perawatan akan tetapi perawat harus memiliki informasi terkait respon

18
individu sehingga teori ini pun mengarah pada kualitas perawatan dan efektifitas

biaya.

Teori selanjutnya yang dikembangkan berdasarkan Levine’s Conservation

Model adalah teori Redundancy. Teori ini masih bersifat spekulatif yang

mendefinisikan ulang mengenai penuaan dan hampir keseluruhan hal yang harus

dilakukan berkenaan dengan kehidupan manusia. Levine menyatakan bahwa penuaan

merupakan suatu kondisi dimana berkurangnya ketersediaan sistem redundansi yang

dibutuhkan dalam rangka menjaga kesejahteraan fisik dan dan sosial. Selanjutnya ia

menyatakan bahwa penuaan menghasilkan konsekuesi kegagalan redundansi proses

fisiologis dan psikologis. Teori ini berasal dari konsep adaptasi.

Perubahan  merupakan proses adaptasi dan konservasi merupakan hasil dari proses

adaptasi (Fawcett, 2005).

Schaefer mengembangkan teori redundansi dengan mengidentifikasi pernyataan

asumsi dan proposisi dalam teori tersebut. Teori redundansi berasumsi bahwa tidak

tersedianya kondisi baik dalam fisiologis, anatomi dan respon psikologis individu

yang digunakan dalam pengembangan upaya perawatan pasien. Proposisi dalam teori

tersebut adalah tubuh memiliki lebih dari satu cara untuk memenuhi fungsinya hal

tersebut mencakup rangkaian proses adaptasi yang dilakukan individu ketika

stabilitasnya terganggu, pilihan redundansi diambil berdasarkan pengetahuan dan

konsultasi dari klien dan petugas kesehatan dan ketika pilihan redundansi tidak

tersedia maka mempertahankan diri menjadi hal yang sulit bagi klien (Schaefer,

2001).

Asumsi dari teori ini dikembangkan oleh Schaefer yang menyatakan bahwa seluruh

aktifitas keperawatan merupakan konservasi, konservasi adalah prinsip fundamental

dalam ilmu pengetahuan dasar, tujuan dari konservasi adalah tetap dalam

19
kebersamaan menuju keseimbangan intervensi keperawatan dan partisipasi klien dan

konservasi menitikberatkan dalam keseluruhan, integritas serta kesatuan. Beberapa

proposisi yang dikembangkan adalah individu selalu terkait dengan lingkungan dan

kesadaran individu tentang lingkungan tersebut akan mempengaruhi perilaku individu

tersebut, individu melindungi dirinnya dari lingkungan dengan mengupayakan

pencarian informasi terkait, perawat berpartisipasi aktif dalam lingkungan pasien

termasuk mendukung proses adaptasi serta perawat harus mempertimbangkan

interaksi lingkungan dan individu dalam asuhan keperawatan. Dalam

perkembangannya, Conservation Model  menjadi dasar dikembangkannya beberapa

teori lain seperti teori menjaga keseimbangan yang dikembangkan oleh Schaefer

(1996) dilakukan pada wanita dengan fibromyalgia, teori mengenai efek latihan

berjalan bagi wanita yang menderita kanker payudara yang dikembangkan oleh Mock

(1998) (Fawcett, 2005).

III.5 Evaluasi Tahap 5 : Kredibilitas dari Model Konseptual Levine


Evaluasi terhadap kredibilitas model konseptual bertujuan untuk memastikan konsep

dalam model konseptual mana yang cocok diaplikasikan pada situasi dan populasi

tertentu. Evaluasi ini dilakukan dengan cara menghubungkan konsep dan proposisi

dalam model konseptual yang masih bersifat abstrak dan umum dengan konsep dan

proposisi middle range theory yang lebih konkrit dan spesifik sehingga menghasilkan

indikator empiris yang secara langsung dapat dievaluasi kredibilitasnya.  Evaluasi

pada tahap ini mencakup evaluasi pada aspek utilitas sosial, kongruensi sosial dan

signifikansi sosial (Fawcett, 2005).

3.5.1. Utilitas Sosial

Perbendaharaan kata dalam Conservation Model bersifat khas dan luas sehingga

membutuhkan beberapa studi mendalam untuk menguasainya. Hal tersebut

menunjukkan upaya Levine yang berhati-hati dalam memilih diksi guna menghindari

20
adanya makna ganda dari teorinya. Conservation Model merupakan model konseptual

yang memungkinkan untuk diaplikasikan pada berbagai setting dan populasi klien.

Berbagai pendapat mengenai penerapan model konseptual ini membahas mengenai

penggunaan model konseptual Levine sebagai model yang mengkaji sumber daya

manusia dan material yang dibutuhkan dalam mengimplementasikan level organisasi

pelayanan kesehatan serta memfasilitasi setiap tenaga kesehatan untuk menyediakan

pelayanan atau level praktek berdasarkan  pengetahuan yang dimiliki (Cox, 1991).

Penggunaan Conservation Model dalam penelitian keperawatan telah banyak

dipublikasikan baik pada penelitian deskriptif, korelasional maupun penelitian

eksperimental. Beberapa penelitian tersebut diantaranya Langemo,et al. (1991) yang

mengkaji mengenai konservasi pada struktur integritas meliputi insidensi dan prediksi

dari nyeri tekan pada populasi pasien di setting IGD rumah sakit, panti rehabilitasi

maupun nursing home, serta penelitian Roberts,et al. (1994) yang melakukan

penelitian pada wanita dewasa yang sehat terkait konservasi energi dalam kapasitas

pernafasan (Fawcett, 2005).

Dalam bidang pendidikan keperawatan, model konseptual Levine mempengaruhi

pada pengembangan kurikulum, termasuk pada pengembangan model pelatihan di

level magister keperawatan. Beberapa institusi yang menerapkan model konseptual ini

dalam pengembangan kurikulumnya adalah Loyola University of Chicago, Allentown

College of St. Francis de Sales Pensylvania,  Hines Veterans Administration Medical

Illinois. Beberapa administrasi keperawatan berupa instrumen yang dikembangkan

berdasarkan model konseptual Levine adalah sebagai berikut:

1.  Levine’s Nursing Process Tool (Schaefer, 2002), penelitian ini menyediakan

panduan pada setiap komponen dalam metodologi praktek model konseptual Levine

(Alligood, 2010).

21
2. Nursing Diagnosis Assessment Guide (Taylor, 1989), penelitian ini mengkaji

konservasi energi pada pasien dengan gangguan neurologis. Konservasi energi yang

dimaksud meliputi kebutuhan oksigen, nutrisi, aktivitas dan istirahat dan kondisi

sakit. Selain itu juga dilakukan pengkajian pada integritas struktural yaitu sistem

integumen dan muskuloskeletal, sensori persepsi, perfusi serebral, eliminasi, cairan

dan elektrolit. Selanjutnya pengkajian pada konservasi integritas personal yang

meliputi status mental, komunikasi, gambaran diri, dan adaptasi serta pengkajian pada

konservasi integritas sosial yaitu keluarga dan situasi sosial. Pengkajian ini dilakukan

untuk melengkapai proses asuhan keperawatan yang mencakup diagnosa, perumusan

hasil, dan intervensi keperawatan dengan pendekatan prinsip konservasi.

3.  Family Assessment Tool (Lynn Mc Hale & Smith, 1991). Penelitian ini meliputi

pengkajian pada anggota keluarga dari pasien di unit perawatan kritis (ICU) meliputi

pengkajian konservasi energi (persepsi terhadap kejadian, mekanisme koping,

transportasi logistik), konservasi integritas struktur (proses penyakit, fungsi keluarga

dan kebutuhan kesehatan), konservasi integritas personal (riwayat penyakit, faktor

etnis, agama, kebutuhan keluarga, informasi dan diskusi dengan tenaga kesehatan)

serta pengkajian konservasi integritas sosial meliputi dukungan keluarga, dan pola

kerja.

Penggunaan model konseptual Levine dalam praktek keperawatan dimulai dengan

penerapan pada setting perawatan akut. Levine menitikberatkan pada intervensi

keperawatan berfokus pada seluruh aspek dalam individu klien. Beberapa penelitian

yang berlandaskan pada model ini adalah penelitian Taylor (1989) mengenai

pengembangan diagnosa keperawatan berdasarkan prinsip konservasi pada populasi

wanita lansia dengan riwayat cedera serebrovaskular, penelitian Cooper (1990) dan

Neswick (1997) mengenai konservasi struktur integritas pada pasien dengan luka pada

22
jaringan lunak, serta penelitian Fawcett (1992) mengenai aplikasi model konservasi

pada pasien dengan glomerulonefritis (Fawcett, 2005).

3.5.2.       Kongruensi Sosial

Meskipun Conservation Model telah dikembangkan sejak beberapa tahun yang lalu,

akan tetapi model konseptual ini selaras dengan topik perawatan kesehatan holistik

saat ini yang menitikberatkan pada perawatan individu sebagai makhluk yang

unik. Conservation Model dalam penerapan promosi kesehatan dan pencegahan sakit

juga dilakukan dengan pendekatan empat dimensi dalam model tersebut. Model

konseptual ini dapat diaplikasikan oleh setiap petugas kesehatan dalam intervensi

mandiri maupun kolaborasi dimana intervensi kesehatan dimulai sejak promosi

kesehatan, pencegahan sakit, pengobatan, pemulihan, pencegahan kekambuhan

hingga perawatan akhir hayat (Fawcett, 2005; Alligood, 2010).

3.5.3.           Signifikansi Sosial

Penelitian mengenai penerapan model konseptual Levine sudah mencakup berbagai

ranah dalam keperawatan. Hirschfeld (1976) menyatakan bahwa empat prinsip model

konservasi sangat mudah digunakan terutama pada klien dengan gangguan kognitif

pada lansia dimana pendekatan konservasi yang dimaksud meliputi aktifitas klien

dengan perawat maupun klien dengan keluarga. Cox (1991) menyatakan bahwa

prinsip dalam model konseptual konservasi telah memenuhi seluruh fokus

keperawatan dengan komprehensif. Conservation Model akan menciptakan suasana

aktifitas keperawatan yang kreatif dan fleksibel terutama dalam melakukan

pendekatan dengan keluarga termasuk pada anggota keluarga dengan gangguan

mental. Kesimpulan dari beberapa bukti empiris mengenai Conservation

Model menunjukkan bahwa energi dapat dihasilkan dari intervensi keperawatan yang

23
tepat dan dapat diukur atau dinilai dengan mengkaji respon organisme (Schaefer,

2001).

24
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
 
VI.1 Kesimpulan
     Analisis, kritik, dan evaluasi adalah metode-metode yang digunakan untuk

mempelajari karya teoritis keperawatan secara kritis. Analisis teori dilakukan untuk

memperoleh pengetahuan tentang kecukupan teoritis. Proses analisis berguna untuk

belajar tentang karya dan sangat penting bagi para ilmuwan perawat yang berniat

untuk menguji, memperluas, atau memperpanjang karya. (Alligood, 2010).

Menurut Fawcett (2005) teori model konservasi ini kongruen secara logis. Levine

mampu mentranslasikan ide mekanis dari reaksi kepada lingkungan dengan membawa

ide yang lebih holistic dan berespon integratif. Asuhan keperawatan didasari oleh

pengetahuan keilmuan dan keahlian keperawatan yang diikuti oleh 4 prinsip dasar

konservasi yang sudah dijelaskan sebelumnya.

Konservasi mendeksripsikan sistem cara yang kompleks yang bisa dilanjutkan untuk

fungsi meski sangat menantang. Tujuan dari konservasi adalah kesehatan dan

kekuatan untuk melawan ketidakmampuan. Fokus primer dari konservasi adalah

mempertahankan kebersamaan keutuhan dari individu. Meskipun intervensi

keperawatan bisa berhadapan dengan 2 prinsip konservasi yang khas, perawat harus

mengenali pengaruh dari prinsip konservasi lain.

VI. 2 Saran

Dalam memberikan Asuhan keperawatan kepada pasien kita dapat mengembangkan

dan menganalisa dari model keperawatan yang telah dikemukan Myra E

Levine bahwa inti dari praktik keperawatan yang baik adalah mempertahankan

kebersamaan keutuhan dari individu. Sehingga akan menghasilkan hubungan diantara

perawat dan pasien untuk mencapai kondisi sehat

25
Aplikasi Model Konservasi Myra E. Levine dalam Asuhan Keperawatan pada
Anak dengan Demam Di Ruang Rawat Infeksi Anak Rumah Sakit Umum Pusat
Nasional Dr Cipto Mangunkusumo Jakarta xiv + 147 halaman + 3 tabel + 3
skema + 7 lampiran
Abstrak

Karya Ilmiah Akhir ini memberikan gambaran tentang pelaksanaan Program

Residensi Ners Spesialis Keperawatan Anak dalam bentuk kegiatan praktik Residensi

I dan II. Karya Ilmiah Akhir ini bertujuan untuk memberikan gambaran aplikasi

Model Konservasi Myra E. Levine pada asuhan keperawatan anak dengan penyakit

infeksi dan pencapaian kompetensi baik sebagai pemberi asuhan, advocator, conselor,

educator, colaborator, dan agen perubah selama praktik residensi. Menurut model

konservasi Levin, trophicognosis peningkatan suhu tubuh (demam) merupakan

gangguan pada integritas struktur. Intervensi keperwatan dilakukan untuk

mengkonservasi integritas struktur tersebut, yang berdampak pada konservasi energi,

integritas personal dan integritas sosial. Pada kondisi demam intervensi yang

dilakukan adalah mempertahankan agar lingkungan tetap nyaman dan sejuk,

mengurangi aktivitas yang melelahkan, meningkatkan istirahat, memberikan asupan

nutrisi yang adekuat. Konsep lain yang diterapkan dalam asuhan keperawatan dengan

demam ini adalah konsep family centered care (FCC), kemudian melaksanakan ners

spesialis sebagai inovator, residen melaksanakan proyek inovasi berupa pembuatan

format dischar planning dan optimalisasi ruang bermain. Kata kunci: model

konservasi Levine, demam, hipertermia, FCC. Daftar Pustaka : 53 (2002-2011)

26
ABSTRACT

Cardiovascular system nursing care and Acutely Decompensated Heart Failure


(ADHF) cases increase every year accompanied by an increase in life expectancy.
Cardiovascular system disorders nursing care with energy conservation theory
approach developed by Myra Levine. Patients with cardiovascular disorders on
average experience shortness of breath during activities and chest pain. A balance of
energy input and output is required to avoid excessive fatigue. The main focus of care
is acute cardiac care. The purpose of this case study is to provide nursing care for
ADHF patients with Myra Levine's energy conservation theory approach. This
research design uses a descriptive case study approach. The sample in this study was a
patient diagnosed with Acutely Decompensated Heart Failure (ADHF). The results of
the application of nursing care in ADHF patients with Myra Levine's energy
conservation theory approach obtained conservation priority Tropichognosis: Activity
intolerance; and priority structural integrity: decreased cardiac output. The results of
the priority hypothesis of nursing care in ADHF patients with Myra Levine energy
conservation theory approach obtained an effective heat pump. The priority
intervention applied in nursing care for ADHF patients with Myra Levine’s energy
conservation approach is acute cardiac care. The final result of nursing care for ADHF
patients with the energy conservation theory approach of Myra Levine, it was found
that patients were able to conserve the problem of decreasing cardiac output.

Keywords: Acutely Decompensated Heart Failure (ADHF); Myra Levine; energy


conservation theory

27
ABSTRAK

Asuhan keperawatan sistem kardiovaskuler serta kasus ADHF meningkat setiap


tahunnya diiringi dengan peningkatan usia harapan hidup. Asuhan keperawatan
gangguan system kardiovaskuler dengan pendekatan teori konservasi energi yang
dikembangkan Myra Levine. Pasien yang mengalami gangguan kardiovaskuler rata-
rata mengalami keluhan sesak saat beraktivitas dan nyeri dada. Keseimbangan input
dan output energi diperlukan untuk menghindari kelelahan berlebihan. Fokus
perawatan utama adalah perawatan jantung akut. Tujuan studi kasus ini adalah
melakukan asuhan keperawatan pada pasien ADHF dengan pendekatan teori
konservasi energi Myra Levine. Desain penelitian ini menggunakan desain deskriptif
pendekatan studi kasus. Sampel dalam penelitian ini adalah 1 pasien
terdiagnosis Acutely Decompensated Heart Failure (ADHF). Hasil penerapan asuhan
keperawatan pada pasien ADHF dengan pendekatan teori konservasi energy Myra
Levine didapatkan Tropichognosis prioritas konservasi: Intoleransi aktivitas; dan
prioritas integritas structural: penurunan curah jantung. Hasil prioritas hipotesis
asuhan keperawatan pada pasien ADHF dengan pendekatan teori konservasi energy
myar Levine didapatkan pompa jantung efektif. Intervensi prioritas yang diterapkan
dalam asuhan keperawatan pada pasien ADHF dengan pendekatan konservasi energy
myra Levine adalah perawatan jantung akut. Hasil akhir asuhan keperawatan pada
pasien ADHF dengan pendekatan teori konservasi energy myra Levine didapatkan
pasien mampu melakukan konservasi terhadap masalah penurunan curah jantung.

Kata Kunci : Acutely Decompensated Heart Failure (ADHF); Myra Levine; Teori


Konservasi Energi

28
DAFTAR PUSTAKA

Alligood, M. R & Tomey. (2010). Nursing Theorist and Their Works Seventh Ed.

St.Louis : Mosby Elsevier.

Cox, R.A., Sr. (1991). A tradition of caring: Use of Levine’s model in long term

care. Philadelphia : F.A Davis Company.

Fawcett, J. (2006). Contemporary nursing knowledge : Analysis and evaluation of

nursing models and theories. Second Edition. Philadelphia : F.A Davis Company.

Hirschfeld, M.J. (1976). The cognitively impaired older adult. American Journal of

Nursing, 76: 1981-1984.

Langemo, D.K., Olson, B., Hanson, D., Hunter, S., Silberberg, T. (1991) Incidence

and prediction of pressure ulcers in five patient care setting. Decubitus: 4(3), 25-26.

Lynn-McHale & Smith, A. (1991). Comprehensive assessment of families of the

critically ill.  AACN Clinical Issues in Critical Care Nursing, 2: 195-209.

Schaefer, K.M. (1991). Levine’s conservation principles and research. Philadelphia:

FA. Davis.

Schaefer, K.M. (2001). Myra Levine conservation model: A model for the future.

Philadelpia: F.A. Davis.

Taylor, J.W. (1989). Levine’s conservation principles. Norwalk: CT: Appleton &

Lange.

29

Anda mungkin juga menyukai