MAKALAH
Andi Kurniawan NPM.2006507694
Nur Hasyim Auladi NPM.2006508141
Latif Hisbullah NPM.
Ristinawati NPM.
R. Isnawan Risqi Rakhman NPM.2006508173
Samrotul Fuadah NPM.
BAB 1
PENDAHULUAN
2
Dalam konsep penerapan model konservasi levine dalam penanganan pasien yang
mempunyai gejala ketidaknyamanan dapat diaplikasikan sesuai dengan tujuan
teori ini yaitu untuk mengkonservasi energi , mengkonservasi integritas struktur,
personal dan sosial klien. Konsep utama dari teori levine terdiri dari wholism
( menyeluruh / integritas ), adaptasi dan konservasi. Konservasi terhadap salah
satu aspek tersebut diharapkan dapat ikut memberikan kontribusi yang berarti
terhadap ketiga aspek lainnya baik secara langsung maupun tidak langsung.
Dengan adanya pemberian kenyamanan fisik diharapkan akan terjadi konservsi
integritas struktur. Kondisi ini secara tidak langsung akan mengkonversi energi
dan mengkonversi integritas personal dan sosial klien , sehingga adaptasi
mekanisme tubuh akan berfokus pada proses penyembuhan ( Alligod, 2010 ).
Dengan adanya aplikasi teori keperawatan yang digunakan dalam suatu kasus
pada pasien salah satunya teori konservasi levine diharapkan bisa dijadikan
pedoman dalam melakukan pengkajiab, penegakan diagnosa, perumusan
intervensi sebelum melakukan implementasi dalam mengatasi masalah kesehatan
yang ada pada pasien. Melalui pendekatan teori konservasi levine diharapkan
klien dapat mencapai derajat kesehatan yang mnyeluruh ( wholism ) dengan
memperhatikan aspek fisik, psikologi, dan sosial pada pasien sehingga masalah
yang muncul dapat diselesaikan secara komprehensif.
BAB 2
TINJAUAN TEORITIS
Universitas Indonesia
4
2.2.2. Lingkungan
Lingkungan merupakan tempat dimana individu hidup dalam
kehidupannya. Lingkungan bukan merupakan latar belakangh yang
sifatnya pasif, melainkan secara aktif individu ikut terlibat dalam
lingkungannya. Konsep model konservasi memandang bahwa individu
memiliki lingkungannya sendiri, baik lingkungan internal maupun
eksternal. Dimensi lingkungan internal terdiri dari 1) Homeostatis dan
2) Homeorhesis. Homeostatis mengarah pada spek fisiologis sedangkan
homeoresis mengarah pada aspek patofisiologis yang ada pada pasien.
Dimensi lingkungan eksternal terdiri dari 3 level yaitu :
Persepsual, dimana individu memiliki kemampuan untuk menerima
dan menerjemahkan organ inderanya.
Operasional, yaitu hal-hal yang yang dapat memengaruhi fisiknya
meskipun tidak secara kasat dapat diketahui secara langsung
(misalnya adalah mikroorganisme)
Konseptual, merupakan konstruksi dari pola budaya sebagai wujud
dari eksistensi spiritual dan direpresentasikan melalui symbol-
simblo Bahasa, pikiranm dan sejarah (Levine, 1973 dalam Aligood,
2014)
2.3.2. Adaptasi
Adaptasi merupakan proses perubahan individu untuk berusaha
mempertahankan integritasnya dalam realita yang terjadi di
lingkungan internal dan eksternalnya. Sementara konservasi
merupakan sebuah hasil yang diharapkan (outcome), sedangkan
Universitas Indonesia
6
adaptasi adalah derajat atau tingkatan atas sebuah proses yang terjadi.
Karakteristik adaptasi menurut Levine terdiri dari 3 (tiga tingkatan) :
Historicity
Specificity
Redundancy
Levine menyatakan bahwa setiap makhluk memiliki pola respon
uniknya masing-masing untuk memastikan keberhasilannya dalam
aktivitas kehidupan. Hal ini menunjukkan bahwa adaptasi merupakan
sebuah riwayat lampau (historicity) yang spesifik (specificity). Proses
adaptasi juga dapat tersembunyi dalam kode-kode genetic tiap
individu. Redundansi merupakan bentuk dari pilihan berhasil atau
gagalnya sebuah proses adaptasi. Kehilangan pilihan untuk bertahan
akibat trauma, usia, penyakit atau kondisi lingkungan menyebabkan
indivudi sulit untuk mempertahankan kehidupannya. Levine
menyatakan bahwa menua merupakan konsekuensi dari proses
kegagalan mempertahankan redundancy dari proses fisiologis dan
psikologis
Universitas Indonesia
8
Tanda-tanda vital
Keadaan umum pasien
Perilaku pasien
Batas toleransi pasien terhadap aktivitas perawatan yang dibutuhkan
sesuai dengan kondisinya.
Universitas Indonesia
10
BAB 3
1. Kasus Pasien
Pasien tn A datang ke IGD dengan keluhan lemah dan lemas, sudah 5 hari pasien
merasakan keluhan tersebut dan dirasa semakin bertambah keluhannya. 7 hari
sebelum masuk RS pasien mengalami diare tapi sembuh setelah mnum obat beli
diapotik. Selain mengeluh lemas pasien juga mengeluh mual sehingga nafsu
makan tidak ada asupan hanya bebrapa sendok bubur saja. Pasien mempunyai
riwayt DM dah rutin berobat dipuskesmas melalui program prolanis, sdh mnum
obat rutin sejak 1 tahun yang lalu dengan obat glibenclamid 2x1 dan renabetik
1x1. Selama 2 hari terakhir dalam memenuhi kebutuhan ADL ny pasien selalu
dibantu oleh keluarga yaitu anak dan istri terutama pada saat mndi dan kekamar
mandi. Therapi yang didapat pasien untuk saat ini IVFD RL / Asering 20 tpm
Ceftriaxone 2x1 gr IV
OMZ 1x40 mg IV PCT infus 3x500 mg IV Mecobalamin 1x500 mg/drip
Renabetic 1x1 tab Glibenclamid 2x1 tab . Saat dilakukan pemeriksaan ttv td
154/89 hr 108 resp 20 spo2 97% utk hasil laboratorium Hb : 8,5 gr / dl Leukosit :
11.000 / μL Trombosit : 250.000 / μL Hematokrit : 35 % SGOT : 30 U/L SGPT :
50 U/L GDS : 315 mg / dl Ureum : 50 mg / dl Kreatinin 2,5 mg / dl
Albumin : 2,5 gr% Globulin 1,8 gr% Natrium : 148 mmol/L Klorida : 115 mmol /
L Kalium : 3,0 mmol / L Kalsium 7,9 mmol / L Pada pemeriksaan fisik ditemukan
hasil
Kepala
Bentuk mesochepal, konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik, mukosa mulut agak
kering dan pucat
Leher
Pemebesaran tiroid tidak ada , nilai JVP dalam batas normal
Dada
Thorak :
Simetris, suara nafas vesikuler tidak ada suara nafas tambahan
Jantung :
Irama reguler , S1 > S2 dengan tanpa murmur dan gallop
11
Abdomen
Bising usus agak meningkat 15 x/menit, sedikit distensi abdomen, hipertimpani
(+), nyeri tekan tidak ditemukan, terdapat luka post op prostat yang telah
mngering sekitar 2 tahun yang lalu
Integumen
Turgor kulit elastisitas agak menurun, membran mukosa pucat
Saat sehat pasien adalah orang yang aktif dalam kegiatan bermasyarakat, aktif
dalam rapat serta turut berperan dalam pengambilan keputusan dalam
kemasyarakatan.
DO :
7 hari sebleum masuk RS pasien
mengalami diare, asupan makan
hanya beberapa sendok dalam
sehari, nafsu makan berkurang,
tonus otot menurun, mukosa
membran pucat
Universitas Indonesia
12
DO
Gerakan pasien tampak lambat,
selama 2 hari terakhir dalam
memenuhi kebutuhan ADL selalu
didampingi dan dibantu keluarga
terutama saat mandi atau mobilisasi
dari tempat tidur, terdapat pasien
mengalami tremor saat bergerak.
(sesuai DO :
dengan TTV
kasus TD : 154/89 mmHg
pasien) N : 108 x/ menit
S : 37, 5 C
RR : 20 x / menit
SaO2 98%
Kepala
Bentuk mesochepal, konjungtiva
anemis, sklera tidak ikterik,
mukosa mulut agak kering dan
pucat
Leher
13
Hasil Hb : 8,5 gr / dl
pemeriksaan Leukosit : 11.000 / μL
penunjang/ Trombosit : 250.000 / μL
diagnostic Hematokrit : 35 %
pasien SGOT : 30 U/L
SGPT : 50 U/L
GDS : 315 mg / dl
Ureum : 50 mg / dl
Kreatinin 2,5 mg / dl
Albumin : 2,5 gr%
Globulin 1,8 gr%
Natrium : 148 mmol/L
Klorida : 115 mmol / L
Universitas Indonesia
14
DO
Pasien tambah lemah dan lemas terbaring
ditempat tidur
Universitas Indonesia
16
Universitas Indonesia
18
dengan tersenyum
bila didekati atau
diajak bicara.
19
BAB 4
PEMBAHASAN
Universitas Indonesia
20
BAB V
KESIMPULAN
21
REFERENSI
Universitas Indonesia