Anda di halaman 1dari 30

BAB II

KONSEP TEORI KONSERVASI LEVINE

A. Konsep Dasar Model Konservasi Levine

Teori keperawatan Myra


Levine dirumuskan pada tahun
sekalipun (Levine, 1990). Selama
1966 dan dipublikasikan pada
kondisi konservasi, individu dapat
tahun 1973. Konservasi berasal
melakukan, melawan rintangan
dari bahasa latin conservatio yang
adaptasi adaptasi yang sesuai, dan
berarti “to keep together” atau
mempertahankan keunikannya.
menjaga bersama-sama (Levine,
Tujuan konservasi adalah kesehatan
1973). Teori ini menggambarkan
dan kekuatan untuk untuk
sistem yang kompleks dibutuhkan
menghadapi ketidakmampuan. Fokus
untuk melanjutkan fungsi bahkan
utama konservasi
Gambar adalah
1. Model Teori Levinemenjaga
jika terjadi hambatan yang berat
bersama-sama seluruh aspek dari
sekalipun
manusia/individu. Meskipun intervensi keperawatan mungkin mengacu
pada satu bagian prinsip konservasi, perawat juga harus mengkaji pengaruh
prinsip konservasi lainnya (Levine, 1990). Model konservasi levine
merupakan Keperawatan praktis dengan konservasi model dan prinsip yang
berfokus pada pelestarian energi pasien untuk kesehatan dan penyembuhan.

Ada 4 (empat) prinsip konservasi, yaitu sebagai berikut :


a. Konservasi Energi
Individu membutuhkan keseimbangan energi dan pembaharuan konstan
dari energi untuk mempertahankan aktifitas hidup. Proses seperti
penyembuhan dan penuaan merupakan hambatan bagi energi tersebut.
Hukum termodinamika yang kedua diterapkan pada apapun di dunia,
1
termasuk manusia. Konservasi energi telah lama dipakai dalam praktik
keperawatan meskipun kebanyakan pada prosedur dasar. Tujuan dari
konversi energi ini adalah untuk menghindari penggunaan energi yang
berlebihan atau kelelahan. Karena individu memerlukan keseimbangan
energi dan memperbaharui energi secara konstan untuk
mempertahankan aktivitas hidup. Dalam praktek keperawatan, hal ini
terlihat di ruang rawat pasien.

b. Konservasi Integritas Struktur


Penyembuhan merupakan proses memulihkan integritas struktural dan
fungsi selama konservasi dalam mempertahankan keutuhan levine
1991). Ketidakmampuan akan ditunjukkan kepada level baru adaptasi
(Levine, 1996). Perawat dapat membatasi jumlah jaringan yang terlibat
dalam penyakit dengan deteksi dini terhadap perubahan fungsi dan
dengan intervensi keperawatan. Konservasi integritas struktur bertujuan
untuk mempertahankan atau memulihkan struktur tubuh sehingga
mencegah terjadinya kerusakan fisik dan meningkatkan proses
penyembuhan. Contoh : Membantu pasien dalam latihan ROM,
Pemeliharaan kebersihan diri pasien.

c. Konservasi Integritas Personal


Harga diri dan kepekaan identitas sangat penting, merupakan hal yang
paling mudah diserang. Hal ini diawali dengan berkurangnya privasi
dan munculnya kecemasan. Perawat dapat menunjukkan respek kepada
pasien selama prosedur, mensupport usaha mereka, dan mengajar
mereka. Pada konservasi integritas personal, perawat diharapkan
memberikan pengetahuan dan kekuatan sehingga individu tidak lagi
melanjutkan hidup pribadi dan tidak lagi bergantung, kebutuhan pasien
harus dihormati, dilengkapi dengan privasi, dan dukungan psikologis.
kesucian hidup diwujudkan pada semua orang. Keterbatasan di sini
akan berpusat pada klien yang secara psikologis terganggu. Konservasi
2
integritas personal bertujuan untuk mengenali individu sebagai manusia
yang mendapatkan pengakuan, rasa hormat, kesadaran diri, dan dapat
menentukan nasibnya sendiri.

d. Konservasi Integritas Sosial


Seorang individu diakui sebagai anggota keluarga, anggota komunitas
atau masyarakat, kelompok keagamaan, kelompok etnis, dan sistem
politik suatu bangsa. Makna hidup meningkat sepanjang komunikasi
sosial dan kesehatan dipertahankan. Perawat memegang peranan
professional untuk anggota keluarga, membantu dalam kebutuhan
agama, dan menggunakan hubungan interpersonal untuk melestarikan
atau mempertahankan integritas sosial. Tujuan konservasi integritas
sosial adalah untuk melestarikan dan pengakuan dari interaksi manusia,
terutama dengan klien, orang lain yang signifikan yang terdiri dari
sistem dukungannya. Keterbatasan khusus untuk ini adalah ketika klien
tidak memiliki orang lain yang signifikan seperti ditinggalkan anak-
anak, pasien psikiatris yang tidak mampu berinteraksi, klien tidak
responsif seperti orang tak sadar, fokus di sini adalah tidak lagi pasien
sendiri namun ada orang-orang yang terlibat dalam perawatan
kesehatannya.

BAB III

KONSEP META PARADIGMA TEORI LEVINE

Myra Estrin Levine mengembangkan teori tentang model konservasi.


Teorinya dibagi dalam 4 (empat) asumsi utama yaitu manusia, lingkungan,
keperawatan, dan kesehatan. Schaefer mengidentifikasi pernyataan berikut
sebagai asumsi tentang model yaitu :

3
1. orang hanya dapat dipahami dalam konteks lingkungannya.
2. setiap sistem mempertahankan diri memonitor perilaku sendiri dengan
melestarikan penggunaan sumber daya
3. Manusia merespons dengan tunggal, belum terintegrasi, fashion.

A. Manusia
Manusia digambarkan sebagai individu yang holistik yang terus-
menerus berusaha untuk mempertahankan keutuhan dan integritas sebagai
makhluk yang berfikir, berorientasi pada masa depan, dan masa lalu.
Manusia memliki kepekaan identitas dan harga diri. Berdasarkan Levine
(1989), proses kehidupan adalah proses perubahan.

B. Keperawatan
Keperawatan adalah interaksi manusia (Levine, 1973). Perawat
masuk ke dalam satu kemitraan dengan pasien dan berbagi pengalaman
dengan setiap pasien (Levine, 1977). Tujuan keperawatan adalah untuk
mempromosikan adaptasi dan mempertahankan keutuhan baik individu
maupun masyarakat. Keperawatan adalah untuk mempromosikan kesehatan,
menyadari bahwa setiap individu memiliki respon yang unik sebagai
individu dan anggota kelompok. Integritas individu yaitu keutuhan individu
(bio, psiko, sosial, dan spiritual) dan merupakan tanggung jawab perawat
untuk membantu pasien mempertahankan dan mencari realisasinya. Tujuan
keperawatan dicapai melalui penggunaan prinsip-prinsip konservasi :
energi, struktur, personal, dan sosial.

C. Sehat Sakit
Kesehatan secara umum didefinisikan sebagai kemampuan untuk
melakukan fungsi secara normal (Levine, 1969). Kesehatan bukan hanya
tidak adanya kondisi patologis. Kesehatan juga diartikan sebagai terjaganya
keutuhan tubuh dan keberhasilan adaptasi.
D. Lingkungan
4
Levine memandang bahwa setiap individu memiliki lingkungan
sendiri, baik secara internal maupun eksternal. Lingkungan internal meliputi
fisiolosis dan pathofisiologis.
Levine menggunakan definisi Bates (1967) dalam Tomey &
Alligood (2006) dalam mendefinisikan lingkungan eksternal yang terdiri
dari tiga level, yaitu :
1. Perseptual
Lingkungan perseptual adalah bagian dari lingkungan eksternal dimana
individu berespon terhadap sumber sensori seperti cahaya, suara,
sentuhan, suhu, perubahan kimia yang dibau atau yang dirasa.
2. Operasional
Lingkungan operasional adalah bagian dari lingkungan eksternal yang
berinteraksi dengan kehidupan seperti semua bentuk radiasi,
mikroorganisme, dan polutan.
3. Konseptual
Lingkungan konseptual merupakan lingkungan eksternal yang terdiri
dari bahasa, ide, simbol, spiritual, keyakinan, dan tradisi, budaya dan
etnis, pola psikologis individu yang diperoleh dari pengalaman hidup.

BAB IV

ANALISIS PENERAPAN MODEL KONSERVASI LEVINE PADA


ASUHAN KEPERAWATAN KASUS DIABETES MELLITUS TIPE 2

A. Gambaran Kasus Kelolaan Utama


Pasien bernama Tn. M, usia 42 tahun, riwayat pendidikan tamat
SMA, bekerja sebagai staf di perusahaan ekspedisi barang, sudah menikah
tapi belum dikaruniai anak setelah 3 tahun menikah. Pasien masuk RS
Hermina Bekasi dan dirawat di ruang gawat darurat pada tanggal 8 Oktober

5
2013, pada tanggal 9 Oktober 2018 pasien masuk ke ruang rawat inap lantai
3 kamar 331, pada Pengkajian dilakukan pada tanggal 10 Oktober 2018.
Pasien datang dengan keluhan luka di kaki kanan sudah 2 minggu
sebelum masuk rumah sakit. Awalnya luka hanya kecil saja karena lecet
menggunakan sepatu di punggung kaki kanan, lama kelamaan semakin
membesar, mengeluarkan nanah, serta berbau busuk. Selama di rumah luka
diobati oleh mantri, luka dibersihkan setiap hari dengan menggunakan
cairan Rivanol kemudian ditutup perban. Karena luka tidak sembuh,
semakin meluas, bengkak, berwarna merah dan terasa nyeri sehingga
keluarga membawa pasien untuk berobat ke RS Hermina Bekasi.
Pasien baru mengetahui memiliki DM sekitar 3 tahun yang lalu
ketika pasien mengalami kecelakaan. Saat dilakukan pemeriksaan darah
ternyata hasil glukosa darah sekitar 200 mg/dL. Sejak saat itu pasien baru
tahu kalau mengidap penyakit DM.
Menurut pasien, luka kecelakaan saat itu lama sembuh, setelah
perawatan 3 bulan baru luka di tibia kiri sembuh dan meninggalkan bekas
luka berwarna kehitaman. Pasien tidak berobat rutin untuk penyakit DM,
hanya menggunakan obat herbal untuk mengobati penyakitnya. Pasien
mengalami polidipsi, polipagia serta poliurin. Penurunan berat badan
dirasakan pasien, berat badan pasien sebelumnya 65 kg, saat di timbang di
rumah sakit adalah 58 kg. Sejak 2 tahun yang lalu pasien mengeluhkan
ujung jari kedua kaki sering terasa baal, kesemutan, nyeri seperti kesetrum
serta nyeri seperti ditusuk-tusuk sehingga mengganggu istirahat tidur di
malam hari atau ketika melakukan pekerjaan. Pasien tidak pernah
mengalami nyeri dada, pingsan, berkeringat dingin. Menurut pasien tidak
ada riwayat penyakit asma, alergi, hipertensi serta jantung, dalam keluarga
tidak ada yang mengalami penyakit DM.

B. Penerapan Model Konservasi Levine Pada Kasus Kelolaan


Asuhan keperawatan pada Tn. M dengan menerapkan model
konservasi Levine dilakukan secara holistik dan komprehensif, meliputi
6
tahap pengkajian hingga evaluasi. Melalui penerapan model konservasi
Levine, diharapkan pasien dapat beradaptasi terhadap lingkungan internal
dan eksternal sehingga tercapai wholeness atau keutuhan.

1. Pengkajian
a) Konservasi Integritas Energi
1) Perubahan Lingkungan Internal
1.1. Oksigenasi Lingkungan Internal
Pasien tampak terbaring lemah dalam posisi supine
dengan menggunakan satu bantal tidak ada keluhan batuk,
sesak napas, pusing serta palpitasi. Pasien mengeluh kedua
kaki terasa baal dan kesemutan, kadang-kadang merasa
nyeri menusuk pada ujung jari kaki. Menurut pasien,
kurang lebih 3 tahun yang lalu pernah mengalami
kecelakan dan menyebabkan luka pada permukaan tibia
kaki kiri, luka sembuh setelah 3 bulan dirawat oleh mantri
dekat rumah, meninggalkan bekas warna hitam pada
permukaan luka.
Konjungtiva anemis pada kedua mata, tidak ada
tanda sianosis pada permukaan kulit. Pemeriksaan pitting
edema tidak ditemukan adanya edema, esktremitas teraba
hangat. Pemeriksaan tanda vital: pernapasan 21 x/menit,
irama regular, pasien bernapas normal tanpa menggunakan
alat bantu napas, suara napas pada kedua paru vesikuler,
wheezing -/-, ronki -/-. Tekanan darah 100/60 mmHg,
nadi 98 x/menit, pernapasan 20 x/menit, capillary refill <
2 detik. Pemeriksaan vaskular pada esktremitas bawah
ditemukan :

Tabel. 4.1. Hasil Pemeriksaan Vaskuler Esktremitas


Bawah

7
Status Vaskuler Kanan Kiri
Arteri Tibialis Sulit dinilai Pulsasi teraba kuat
Posterior (ulkus) ++ 100/70 mm Hg
Tekanan Dorsalis 100/60 mmHg 110/70 mmHg
Brachial
Ankle Brachial Tidak dapat 0.90
Index (ABI) dinilai

Menurut pasien tidak ada riwayat penyakit asma,


alergi, hipertensi serta jantung, dalam keluarga tidak ada
yang mengalami penyakit DM, jantung, pernapasan dan
tiroid. Pasien tidak pernah berobat untuk kontrol gula
darah, pengobatan kaki kiri yang luka karena kecelakaan
kurnag lebih 3 tahun yang lalu dilakukan oleh mantri dekat
rumah dan minum obat herbal (pasien tidak mengingat
nama obat).

Hasil pemeriksaan toraks, cor dan pulmo pada


tanggal 10 Oktober 2018 menunjukkan hasil dalam batas
normal. Hasil pemeriksaan laboratorium tanggal 8 Oktober
2018 : Hb : 10.6 g/dL, Eritrosit 4.11juta/uL, GDS 206
mg/dl.

1.2. Nutrisi
Pasien diketahui menderita DM kurang lebih 3
tahun yang lalu. Menurut pasien sejak 3 bulan terakhir
napsu makan pasien meningkat namun mengalami
penurunan berat badan (dari 60 kg menjadi 58 kg). Selama
di rumah sakit, selera makan pasien kurang, hanya
menghabiskan setengah porsi makanan dari seluruh porsi
yang disediakan. Pasien tampak lemah mengeluh mual
tapi tidak disertai muntah, perut terasa penuh bila diisi,
kurang menyukai menu makanan yang disediakan di

8
rumah sakit. Tidak ada keluhan nyeri ulu hati, rasa penuh
pada lambung atau kesulitan mengunyah.
Sebelum masuk rumah sakit pasien makan tidak
teratur, karena pasien bekerja sebagai staf di salah satu
perusahaan ekspedisi barang sehingga waktu makan tidak
tentu. Bila sedang bekerja, pasien makan di warung atau
kantin dekat tempat bekerja tapi bila sedang dinas luar
pasien makan dimana saja. Jenis makanan yang
dikonsumsi pasien apa saja yang ditemukan di warung itu
yang dimakan, pasien gemar jajan makanan ringan
terutama gorengan. Menurut pasien, bila pulang kerja
sudah larut, sampai di rumah pasien suka beli gorengan
atau martabak untuk makan malam sebelum tidur.
Berat badan pasien 58 kg, tinggi badan 160 cm,
IMT : 22.65 masuk dalam kategori normal. Mukosa mulut
lembab, stomatitis tidak ada, terdapat karies pada beberapa
bagian gigi pasien, tidak ditemukan pembesaran hepar,
bising usus 12 x/menit.
Hasil pemeriksaan glukosa darah tgl 11 Oktober
2018 menunjukkan hasil terendah 172 mg/dL dan tertinggi
310 mg/dL, HBA1c 8.1%, Albumin 2.70%, Glukosa urin
negative, SGOT 36 u/l, SGPT 28 u/l, Trigliserida 249
mg/dL, Kolesterol Total 299 mg/dl, Kolesterol HDL 41
mg/dl, Kolesterol LDL 207 mg/dl.
Selama di rumah sakit, pasien mendapat makanan
dengan diet DM lunak 2000 kkal/hari, Protein 1.0 gr/kg
BB/hari, porsi makanan dibagi menjadi tiga kali makan
besar dan tiga kali makan ringan atau snack. Pasien
mendapatkan suntikan insulin Actrapid 3 x 6 unit
kemudian diganti pada tanggal 13 Oktober 2018 menjadi
Novorapid 3 x 5 unit subkutan. Untuk memantau kadar
9
glukosa darah, dilakukan pemeriksaan kadar glukosa
darah harian setiap hari.

1.3. Cairan dan Elektrolit


Pasien mengeluh poliuria dan polidipsi, catatan
asupan cairan dalam 24 jam adalah : intake 2100 ml terdiri
dari IVFD NaCl 0.9% 1500 ml dan minum 600 ml, output
2000 ml terdiri dari urine 1500 ml, IWL 500 ml. Tidak ada
keluhan dalam aktivitas BAB, diare atau keringat
berlebihan. Membran mukosa lembab, turgor kulit baik,
tidak ditemukan tanda asites, edema ditemukan pada
daerah sekitar luka.
Pemeriksaan tanda vital : Tekanan darah 100/60
mmHg, nadi 98 x/menit regular, pernapasan 20 x/menit,
suhu 36.5ºC. Hasil pemeriksaan laboratorium, Natrium
132 mmol/L, Kalium 3.65 mmol/l, Klorida 91 mmol/L,
Ureum 68 mg/dL, Kreatinin 1.2 mg/dL, Protein urin
Trace. Osmolalitas cairan 343.444 mosm/kg BB, CCT:
65.8 ml/menit.

1.4. Eliminasi
Pola eliminasi BAK selama di rumah sakit : pasien
menggunakan kateter, urine berwarna kuning jernih,
Protein urin Trace, Darah/Hb ++, Eritrosit 5-10/lpb,
Ureum 68 mg/dl, Kreatinin 1.2 mg/dl. Tidak ada keluhan
nyeri pada daerah simpisis pubis, tidak ada distensi
kandung kemih. Pola eliminasi BAB selama di rumah
sakit 1 x/hari, konsistensi padat, berwarna kuning
kecoklatan, bising usus 12 x/menit.

1.5. Aktivitas dan Istirahat


10
Pasien tampak lemah terbaring dengan
menggunakan satu bantal, semua kegiatan dilakukan di
tempat tidur, kecuali untuk BAB dilakukan di kamar
mandi dengan bantuan istri. Kebutuhan makan dan lap
badan dibantu oleh istri karena untuk duduk pasien merasa
lemah dan pusing sehingga tidak sanggup untuk
melakukannya sambil duduk. Mobilisasi yang dapat
dilakukan sendiri oleh pasien adalah miring kanan dan
kiri, sedangkan untuk duduk dan BAB ke kamar mandi
dibantu oleh istri. Pasien mengeluhkan ujung jari kedua
kaki kaki sering terasa baal, kesemutan, nyeri seperti
kesetrum, tiba-tiba merasa nyeri seperti ditusuk-tusuk
sehingga mengganggu istirahat tidur di malam hari atau
ketika melakukan pekerjaan. Pasien katakan istirahat tidur
malam kadang terganggu oleh karena nyeri pada kaki
sehingga terbangun 1-2 kali. Pasien tidak merasa
terganggu dengan lingkungan kamar pada saat istirahat,
kecuali suhu ruangan yang panas panas pada siang hari,
kipas angin yang tersedia di kamar tidak bisa dinyalakan
karena pasien di sebelah tempat tidur pasien tidak kuat
bila kipas dinyalakan terlalu besar. Pasien mengeluh nyeri
pada daerah luka di kaki terutama bila sedang melakukan
ganti verband (GV), skala nyeri 3. Pemeriksaan
monofilament pada daerah kaki yang luka ditemukan
sensasi berkurang pada ujung jari kaki serta plantar kaki
kanan, sebaliknya pada kaki kiri sensasi masih baik.

1.6. Fungsi Neurologis


Saat dilakukan pengkajian, pasien dalam keadaan
sadar dengan orientasi tempat, waktu dan orang, begitu
juga dengan memori serta bahasa tidak mengalami
11
gangguan. Pasien mengalami gangguan fungsi motorik
karena keterbatasan energi dan adanya ulkus pada kaki
kaki. Pemeriksaan monofilament pada daerah kaki yang
luka ditemukan sensasi berkurang pada ujung jari kaki
serta plantar kaki kanan, sebaliknya pada kaki kiri sensasi
masih baik Tidak terdapat kelainan pada pemeriksaan
saraf kranial begitu juga reflek fisiologis pasien tidak
mengalami gangguan, tidak terdapat refleks patologis.
Pasien mengalami penurunan sensasi pada kaki kanan dan
kiri.

1.7. Fungsi Endokrin


Pasien memiliki riwayat DM sejak 3 tahun yang
lalu, hasil glukosa darah saat itu 200 mg/dl. Pasien
mengalami gejala khas polidipsi, polipagia serta poliurin.
Penurunan berat badan dirasakan pasien, berat badan
pasien sebelumnya 60 kg, saat di timbang di rumah sakit
adalah 58 kg. Keluhan yang berhubungan dengan
gangguan hormon lain seperti tiroid tidak ditemukan pada
pasien.

2) Perubahan Lingkungan Eksternal


Pasien mengatakan dalam keluarga tidak ada yang
memiliki riwayat penyakit DM, begitu juga dengan penyakit
jantung, gangguan pernapasan, atau penyakit tiroid. Pasien
tidak minum alkohol, merokok kurang lebih 15 tahun yang
lalu, dalam sehari pasien 5 – 10 batang/hari. Selama ini pasien
tidak tahu tentang penatalaksanaan DM karena waktu
diketahui menderita DM 3 tahun yang lalu, pasien tidak
diberikan informasi tentang apa yang harus dilakukan untuk
menangani penyakitnya. Pasien tidak tahu penatalaksanaan
12
DM yang meliputi: pengaturan makanan, olahraga,
penggunaan obat DM, pemantauan kadar glukosa serta
perawatan kaki.

b) Konservasi Integritas Struktural


1) Perubahan Lingkungan Internal
Pada tanggal 11 Oktober 2018, telah dilakukan
debridment di ruang operasi. Hasil pengkajian kaki
berdasarkan klasifikasi PEDIS adalah : nilai ABI pada kaki
kanan tidak dapat dikaji karena ada ulkus, dan kaki kiri 0.90,
ukuran ulkus pada region dorsal pedis kiri 33 cm x 15 cm x 1
cm dan 5 cm x 4 cm x 1 cm. Ulkus dalam, di bawah dermis
meliputi struktur subkutan, fasia, otot atau tendon. Ditemukan
tanda-tanda infeksi (Leukosit 20.3), ketidakstabilan metabolik
dan hasil pemeriksaan kultur jaringan tanggal 11 Oktober 2018
: ditemukan Burkholderia cepacia. Hasil kultur pus tanggal 13
Oktober 2018 : ditemukan Acinetobacter baumanii, hasil apus
pus ditemukan gram negatif batang, Sel epitel: 0-1/lpk,
Lekosit: 5-10/lpb.
Klasifikasi ulkus berdasarkan University of Texas
Classification System adalah : berada pada stage B dan grade
II, dimana lesi post ulkus mengalami epitelisasi sempurna,
mengalami infeksi, ulkus sampai ke tendon dan mengalami
infeksi. Luka mengeluarkan bau eksudat yang khas, eksudat
purulen banyak keluar terutama saat dilakukan penekanan pada
daerah sekitar ulkus. Permukaan ulkus ada yang berwarna
hitam, beberapa bagian tampak slough. Pasien mengeluh nyeri
pada daerah ulkus, terutama saat luka dibersihakan dan ganti
perban, skala nyeri 3. Pada tanggal 8 November 2018
dilakukan debridment kedua dan Split Thickness Skin Graft
(STSG)
13
.

Tabel 4.2 Hasil Pemeriksaan Kaki


Kaki Kanan Kaki Kiri
Kondisi kaki
Ya Tidak Ya Tidak
Hammer toe
 
Claw toe
 
Hallux valgus  
Charcot foot  
Kalus  
Kuku
Penebalan  
Infeksi jamur  
Ingrowing nail  
Kulit
Kering  
Tumit pecah-pecah  
Bulu rambut menipis 

Kulit berkilap
Perabaan kaki dingin  
Atropi lemak sub kutan  
Rubor  
Pucat saat elevasi  

Tidak ada gangguan pendengaran maupun penglihatan,


pasien dapat melihat masih dapat membaca dengan jelas pada
jarak 30 cm. Pasien mengeluhkan ujung jari kedua kaki kaki
sering terasa baal, kesemutan, nyeri seperti kesetrum, tiba-tiba
merasa nyeri seperti ditusuk-tusuk sehingga mengganggu
istirahat tidur di malam hari atau ketika melakukan pekerjaan.
Pada pemeriksaan sensasi dengan menggunakan monofilament
pada plantar kanan terjadi penurunan sensasi, dorsal kanan
tidak dapat dilakukan karena ada ulkus, sedangkan pada
plantar dan dorsal kiri terjadi penurunan sensasi.

14
2) Perubahan Lingkungan Eksternal
Selama di rumah pasien tidak pernah menggunakan alas kaki,
pasien baru menggunakan sepatu atau sandal bila keluar
rumah. Dari hasil pengkajian yang praktikan lakukan
ditemukan pasien belum mengetahui tentang penyakit DM
dengan baik, pasien hanya mengetahui penyakit DM adalah
penyakit gula. Pasien belum memahami tanda dan gejala
poliuria, polidipsi dan polifagia adalah salah satu gejala
penyakit DM. Selain itu, pasien belum mengetahui
penatalaksanaan DM yang meliputi pengaturan makanan,
olahraga, pengobatan, pemantauan glukosa darah serta
perawatan luka. Karena memiliki pengalaman luka yang
pernah dia alami 3 tahun lalu, dengan hanya diobati oleh
mantri, maka perawatan luka yang dialami 2 minggu sebelum
masuk rumah sakit dilakukan di rumah dan dilakukan oleh
mantri. Selain itu pasien juga minum obat herbal (tidak diingat
pasien nama obatnya) untuk kesembuhan lukanya.

c) Konservasi Integritas Personal


1) Perubahan Lingkungan Internal
1.1. Konsep Diri
Sebelum sakit pasien adalah salah satu staf di
sebuah perusahaan ekspedisi barang, yang sibuk setiap
hari sehingga pulang ke rumah pada malam hari, bila
harus keluar kota pasien baru kembali ke rumah setelah 2
atau 3 hari kemudian. Tiga tahun yang lalu pasien
menikah dan belum dikarunia anak, istri pasien bekerja
sebagai karyawati di sebuah toko di daerah blok M. Pasien
dan istri hanya tinggal berdua di sebuah rumah

15
kontrakkan, sesekali keluarga pasien, adik dan kakak
pasien mengunjungi mereka.
Setelah masuk rumah sakit, pasien merasakan
perubahan yang besar karena tidak dapat lagi bekerja
seperti biasa, tidak dapat lagi mencari nafkah sebagai
seorang suami karena sakit dan adanya ulkus pada kaki
kanan. Pasien merasa khawatir dengan penyakitnya
terutama dengan ulkus pada kaki yang semakin meluas,
pasien khawatir apakah ulkus akan sembuh, atau kakinya
akan di amputasi sehingga tidak dapat lagi berperan
menjadi seorang suami. Pasien lebih banyak berdiam diri
dan melamun saat pertama ditemui praktikan, saat
pengkajian terjadi kontak mata dengan baik walau pasien
terlihat menutup diri dengan menjawab pertanyaan secara
singkat. Pasien ingin cepat sembuh dan dapat kembali
bekerja, serta menjalankan kembali fungsi sebagai seorang
suami. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, pasien
bergantung pada istri yang setia menemani pasien selama
pasien di rawat di rumah sakit. Meski pasien dalam
keadaan sakit, istri pasien menunjukkan rasa hormat dan
menerima keadaan pasien dengan selalu memberi
semangat untuk kesembuhan suaminya.

1.2. Moral, Etika, Spritual Diri


Pasien beragama Islam, memilki keyakinan akan
kesembuhan penyakitnya dengan banyak berdoa dan
melakukan shalat, menerima dengan lapang dada dan
menyerahkan semuanya kepada Tuhan. Menurut pasien
penyakit yang dialami adalah ujian yang diberikan Tuhan,
peringatan baginya karena selama ini terlalu sibuk dengan
pekerjaan sehingga sering lalai untuk shalat. Selama di
16
rumah sakit pasien lebih rajin untuk melakukan shalat
sesuai dengan kondisi dan keadaannya.

2) Perubahan Lingkungan Eksternal


Selama di rumah sakit pasien selalu ditemani istri yang
dengan sabar dan setia membantu dalam memenuhi kebutuhan
sehari-hari. Istri pasien memberikan dukungan dan semangat
untuk kesembuhan pasien. Saat dilakukan GV, istri pasien
selalu mendampingi untuk memberikan semangat, termasuk
dalam membantu perawat untuk memegang kaki saat ulkus
dibersihkan oleh perawat. Istri pasien juga banyak bertanya
tentang perawatan luka bila pasien pulang ke rumah, selain
penatalaksanaan DM yang harus dijalani pasien.

d) Konservasi Integritas Sosial


1) Perubahan Lingkungan Internal
Awal pengkajian, pasien lebih banyak berdiam diri dan
menunjukkan tidak ingin berinteraksi dengan orang lain
termasuk dengan pasien di sebelah tempat tidur pasien dan
perawat. Dalam berkomunikasi pasien lebih banyak diam, istri
pasien yang lebih banyak memberikan respon terutama saat
praktikan melakukan pengkajian. Pasien mengatakan istrinya
sangat berarti dalam kehidupannya, karena hanya istrinya yang
selalu menemani pasien selama sakit walaupun sekali-kali
kakak atau adik pasien datang mengunjunginya. Pasien tidak
mengikuti kegiatan-kegiatan yang diadakan di sekitar
rumahnya, hal ini karena pasien sibuk dengan pekerjaannya.
Selama di rumah sakit, pasien kooperatif untuk setiap terapi
terutama tindakan keperawatan yang dilakukan, hubungan
pasien dengan keluarga baik begitu juga dengan perawat.

17
2) Perubahan Lingkungan Eksternal
Pasien mendapat dukungan yang penuh dari istri yang
selalu mendampingi selama di rawat. Selain itu kakak dan adik
pasien selalu mengunjungi secara bergantian bahkan menjaga
pasien ketika istri pasien harus pergi untuk bekerja. Selama
melakukan asuhan keperawatan, terjalin interkasi yang baik
antara istri, keluarga pasien dengan perawat.

2. Diagnosis Keperawatan
Berdasarkan pengkajian yang dilakukan pada integritas energi,
integritas struktur, integritas personal dan integritas sosial, dapat
diidentifikasi masalah-masalah keperawatan sebagai berikut :

18
1) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan ketidakseimbangan asupan makanan dan
aktivitas fisik, kurangnya pengetahuan dan ketidakefetifan koping
2) Resiko ketidakseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan
dengan hiperglikemia, kegagalan mekanisme regulasi
3) Nyeri berhubungan dengan kerusakan permukaan kulit
4) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan gangguan sirkulasi,
berkurangnya aktivitas/ mobilisasi, kurangnya pengetahuan
perawatan kulit dan infeksi
5) Kecemasan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan
penatalaksanaan DM, keterbatasan kognitif
6) Ketidakefektifan penatalaksanaan terapeutik di rumah berhubungan
dengan kurang pengetahuan tentang keadaan manajemen
terapeutik, tidak adekuatnya system dukungan
7) Ketidakefetifan koping individu

19
3. Perencanaan (NIC NOC)
Tabel 2. Rencana Asuhan Keperawatan

Nama : Tn. M No Rekam Medis : 01262965


Umur : 42 tahun Diagnosa Medis : Ulkus DM Cruris et Pedis
Dextra dengan Osteomyelitis
+ Ketosis DM tipe 2

Perubahan Lingkungan
No Diagnosis Keperawatan Tujuan Rencana Intervensi
Internal dan Eksternal
1 Data Subyektif : Ketidakseimbangan nutrisi Kebutuhan nutrisi dapat NIC :
Mengeluh mual tapi tidak kurang dari kebutuhan terpenuhi setelah 7 hari -Manajemen nutrisi
disertai muntah, perut terasa tubuh berhubungan dengan tindakan keperawatan -Monitor nutrisi
penuh bila diisi penuh, kurang ketidakseimbangan asupan dengan kriteria hasil -Manajemen hiperglikemia
menyukai menu makanan yang makanan dan aktivitas (NOC) :
disediakan di rumah sakit, fisik, kurangnya - Mempertahankan BB ideal Aktivitas Keperawatan:
pasien hanya makan ½ porsi pengetahuan dan sesuai dengan tinggi badan dan - Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
makanan yang disediakan di ketidakefektifan koping usia (54- 58 kg) jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien
rumah sakit - Mampu mengidentifikasi - Kolaborasi dengan ahli gizi dalam menentukan
Data Obyektif : kebutuhan nutrisi jumlah nutrisi dan kandungan kalori (Diit DM
- BB: 58 kg, TB:160 cm, IMT: - Tidak ada tanda- tanda Lunak, 2000 Kkal dalam 3 porsi makan besar
22.65 malnutrisi dan 2 makan kecil)
- Hasil glukosa darah sewaktu - Tidak terjadi penurunan berat - Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan
fluktuatif dari 172 mg/dL dan badan yang berarti nutrisi yang dibutuhkan
tertinggi 310 mg/dL, Albumin - Terpenuhi kebutuhan nutrisi, - Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
2.30 g/dl, protein urin: trace, cairan, dan zat gizi untuk kesehantannya
Glukosa urin negative, SGOT - Dapat bertoleransi terhadap - Monitor adanya penurunan berat badan

20
36 u/l, SGPT 28 u/l, diet yang dianjurkan Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa
-
Trigliserida 249 mg/dL, - Nilai albumin, total protein, dilakukan serta lingkungan selama makan
Kolesterol Total 299 mg/dl, dan glukosa darah dalam batas - Lakukan tindakan dan pengobatan di luar jam
HDL 41 mg/dl, LDL 207 normal makan
mg/dl - Monitor mual, muntah, serta turgor kulit
- Riwayat DM sekitar 3 tahun - Monitor kadar albumin, total protein, Hb kadar
yang lalu, tidak mengetahui Ht
pengaturan makanan - Kaji makanan yang disukai pasien dan waktu
dimana muncul selera makan
- Kaji tanda pucat, kemerahan, dan kekeringan
jaringan konjungtiva
- Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik
papilla lidah dan cavitas oral
2 Data Subyektif : Resiko defisit volume Gangguan NIC :
- Pasien mengatakan urine bag cairan berhubungan ketidakseimbanngan cairan - Manajemen cairan
cepat sekali penuh, urne dengan hiperglikemia, dan elektrolit tidak terjadi - Manajemen elektrolit
berwarna kuning jernih kegagalan mekanisme setelah 5 hari tindakan
- Mengeluh sering haus regulasi keperawatan dengan kriteria Aktivitas keperawatan :
Data Obyektif : hasil (NOC) : - Perhatikan tanda awal hipovolemik: haus, sakit
- Tekanan darah 100/60 mmHg, - Memonitor dan mempertahankan kepala, ketidakmampuan berkonsentrasi, gelisah.
nadi 98 x/menit regular, suhu urine output sesuai dengan usia - Monitor status hidrasi (kelembaban membrane
36.5ºC dan BB, BJ urine normal mukosa, sianosis, kulit teraba dingin, nadi
- Catatan asupan cairan dalam - Tekanan darah, nadi,suhu tubuh adekuat, tekanan darah ortostatik)
24 jam adalah: intake 2100 ml dalam batas normal - Monitor nadi, pernapasan, dan tekanan darah,
terdiri dari IVFD NaCl 0.9% - Tidak ada tanda- tanda turgor kulit
1500 ml dan minum 600 ml, dehidrasi, edema, elastisitas - Monitor asupan makanan/cairan
output 2000 ml terdiri dari turgor kulit baik, membrane - Monitor status nutrisi
urine 1500 ml, IWL 500 ml. mukosa lembab - Pemberian cairan hidrasi, NaCl 0.9% 500 cc/8
- Membran mukosa lembab, - Elektrolit dalam batas normal jam

21
turgor kulit baik, tidak - Pertahankan monitor dan pencatatan intake dan
ditemukan tanda asites, edema output
ditemukan pada daerah sekitar - Dorong untuk meningkatkan asupan oral, dorong
luka. keluarga untuk membantu pasien makan
- Capillary refill < 2 detik
- Natrium 132 mmol/L, Kalium
3.65 mmol/l, Klorida 93
mmol/L, Ureum 68 mg/dL,
Kreatinin 1.2 mg/dL, Protein
urin Trace, Osmolalitas cairan
343.4 mosm/kg BB.
3 Data Subyektif : Nyeri berhubungan dengan Nyeri dapat diatasi setelah NIC :
- Pasien mengeluh nyeri luka di kerusakan permukaan kulit 1 jam tindakan keperawatan - Manajemen nyeri
kaki kanan. karena gangrene diabetes, dengan kriteria hasil (NOC) - Administrasi analgesik
Data Obyektif : proses penggantian perban. : - Manajemen lingkungan: kenyamanan
- Post debridment tgl 22 - Nyeri berkurang atau dapat
Oktober 2013, nyeri dikendalikan Aktivitas keperawatan:
bertambah terutama saat luka - Dapat menggunakan tehnik - Kaji lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
dibersihkan dan diganti relaksasi dan kegiatan yang kualitas dan faktor penyebab
balutan. Ukuran ulkus 33 cm x mengalihkan nyeri - Observasi reaksi nonverbal dari
15 cm x 1 cm. Luka - Merasa nyaman dan dapat ketidaknyamanan
berdasarkan Wagner beristirahat - Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi
classification berada pada - Tanda vital dalam batas normal nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan &
grade 4 dan 5 kebisingan
- Terdapat gangren dan nekrosis - Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
pada beberapa bagian luka. - Ajarkan tehnik non farmakologi (hipnotis,
- Luka mengeluarkan bau Terapi musik, guided imagery, relaksasi)
eksudat yang khas, eksudat - Periksa riwayat alergi pasien
purulen banyak keluar - Monitor vital sign sebelum & sesudah

22
terutama saat dilakukan pemberian analgetik
penekanan pada daerah sekitar - Kelola jadwal pemberian analgetik yang sesuai
ulkus. - Anjurkan pasien dan keluarga untuk melaporkan
- Permukaan ulkus ada yang bila terjadi efek samping obat
berwarna hitam, beberapa
bagian tampak slough.
- Ganti balutan setiap hari
dengan kompres NaCl 0.9%
- Lekosit: 20.3 rb/ul
- Hasil Kultur Jaringan tanggal
23 Oktober 2013: ditemukan
Burkholderia Cepacia
- Hasil Kultur Pus tanggal 25
Oktober 2013: ditemukan
Acinetobacter baumanii, hasil
apus pus ditemukan gram
negative batang, Sel epitel: 0-
1/lpk, Leukosit : 5- 10/lpb
4 Data Subyektif : Kerusakan integritas kulit Kerusakan integritas dapat diatasi NIC :
- Nyeri pada daerah luka berhubungan dengan setelah 5 hari tindakan keperawatan - Perawatan luka
sewaktu dibersihkan gangguan sirkulasi, dengan kriteria hasil (NOC) :
- Ada rembesan di balutan berkurangnya - Mengembalikan integritas Aktivtas Keperawatan :
Data Obyektif: aktivitas/mobilisasi, permukaan kulit - Monitor status nutrisi pasien
- Terdapat ulkus pada kaki kurangnya pengetahuan - Melaporkan setiap perubahan - Observasi luka : lokasi,dimensi, kedalaman luka,
kanan, ukuran ulkus 33 cm x perawatan kulit dan infeksi sensasi maupun nyeri pada karakteristik, warna, adanya cairan, granulasi,
15 cm x 1 cm. University of daerah ulkus. nekrotik, tanda-tanda infeksi local, formasi
Texas Classification System - Memahami perencanaan untuk traktus.
adalah berada pada stage B kesembuhan ulkus dan mencegah - Evaluasi kulit dan membrane mukosa untuk
dan grade II cidera berulang status hidrasi (edema), nadi serta ABI

23
- Terdapat gangrene dan - Dapat menguraikan langkah- - Mengkaji luka dan dokumentasikan: ukuran,
nekrosis pada beberapa bagian langkah untuk melindungi, kedalaman, eksudat: warna, bau, jumlah; batas
luka. menyembuhkan serta merawat luka jelas/tidak jelas, terowongan/saluran
- Luka mengeluarkan bau setiap luka pada kulit - Memeriksa kultur dan sensitivity eskudat
eksudat yang khas, eksudat - Lakukan tehnik perawatan luka dengan steril
purulen banyak keluar - Berikan posisi yang mengurangi tekanan pada
terutama saat dilakukan luka
penekanan pada daerah sekitar - Monitor pemeriksaan Darah Perifer Lengkap
ulkus. (DPL), Elektrolit, glukosa
- Permukaan ulkus ada yang - Ajarkan pasien dan keluarga tentang luka dan
berwarna hitam, beberapa perawatan luka
bagian tampak slough. - Pastikan pengaruh psikologis pada keluarga dan
- Ganti balutan setiap hari pasien
dengan kompres NaCl 0.9%
- Lekosit: 20.3 rb/ul
- Hasil Kultur Jaringan tanggal
23 Oktober 2013: ditemukan
Burkholderia Cepacia
- Hasil Kultur Pus tanggal 25
Oktober 2013 : ditemukan
Acinetobacter baumanii, hasil
apus ditemukan gram negative
batang, Sel epitel: 0-1/lpk,
Lekosit : 5-10/lpb
5 Data Subyektif : Kecemasan Kecemasan dapat diatasi NIC:
- Pasien menanyakan ulkus di berhubungan setelah 5 hari tindakan - Reduksi kecemasan
kaki apakah bisa sembuh dengan status keperawatan dengan criteria - Teknik menenangkan
- Pasien bertanya tentang penyakit, hasil (NOC) :
prosedur skin graft infeksi/konta - Pasien rileks serta berkurangnya Aktivitas Keperawatan :

24
minan rasa cemas - Mengkaji tingkat kecemasan: cari penyebab
Data Obyektif : interpersonal - Secara verbal menyadari kecemasan
- Pasien merasa khawatir ulkus , status peran perasaan cemas, - Menjalin hubungan terapetik, menyampaikan
pada kaki yang semakin mengidentifikasi cara sehat empati dan hal positif
meluas, pasien khawatir untuk menangani - Bersedia untuk mendengarkan dan berbicara
apakah ulkus akan sembuh, - Dapat mengekspresikan dengan pasien
atau kakinya akan di amputasi kecemasan. - Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan
- Pasien cemas banyak bertanya - Menunjukkan kemampuan - Membantu pasien untuk mengembangkan
tentang prosedur skin graft untuk memecahkan masalah kesadaran diri terhadap perilaku verbal dan
- Rencana skin graft dan - Menggunakan sumber daya dan nonverbal
debridment kedua akan sistem pendukung secara efektif - Berikan tindakan kenyamanan: menyediakan
dilaksanakan tanggal 15 lingkungan yang tenang, mendengarkan musik
November 2013 lembut, back rub
- Menerima pasien apa adanya
- Menerima tingkah laku pasien tanpa memberi
tanggapan pribadi
- Menjelaskan semua kegiatan, prosedur, dan
permasalahan yang berhubungan dengan pasien;
tidak menggunakan istilah medis, berbicara
pelan dan tenang
6 Data Subyektif : Ketidakefektifan Setelah diberikan asuhan NIC:
- Pasien tidak tahu manajemen kesehatan diri keperawatan selama 2 - Asisten modifikasi diri
penyakit DM berhubungan dengan minggu pasien diharapkan - Bimbingan sistem kesehatan
- Pasien tidak tahu kurang pengetahuan dapat mengerti dan - Edukasi manajemen DM: pengaturan makanan,
manajemen DM yang tentang keadaan menerapkan manajemen aktivitas fisik, medikasi, monitor glukosa darah,
meliputi: pengaturan manageman terapetik, kesehatan diri di rumah perawatan kaki serta komplikasi akut DM
makanan, latihan fisik, tidak adekuatnya sistem dengan kriteria hasil Aktivitas Keperawatan :
mendikasi, memeriksa - Pastikan motivasi/keinginan pasien untuk
dukungan (NOC) :
glukosa darah, berubah
- Mampu menjelaskan kembali - Kaji pengetahuan pasien tentang manajemen
perawatan kaki serta

25
komplikasi DM proses penyakit DM DM
- Mampu menjelaskan pengaturan - Bantu pasien untuk mencapai efikasi diri atau
Data Obyektif : makan kepercayaan diri dalam kemampuannya untuk
- Pengetahuan pasien tentang - Mampu menjelaskan tujuan dan mengelola penyakitnya
DM dan manajemennya masih - Libatkan keluarga dalam pengembangan
jenis aktivitas fisik pengetahuan, rencana manajemen diri, dan
kurang. - Mampu menjelaskan
- Pasien banyak bertanya dalam mengambil keputusan
pengobatan DM dan - Membantu pasien dalam manajemen kesehatan
tentang DM dan manajemen
- Pasien bertanya tentang mendemonstrasikan penyuntikan diri melalui edukasi dan strategi dalam tujuan
perawatan ulkus kaki bila insulin merubah kebiasaan
pulang ke rumah. - Mampu menjelaskan cara - Memberikan informasi tentang manajemen
- Pasien baru tahu mengidap pemantauan glukosa darah terapi diabetes
DM 3 tahun yang lalu saat - Mampu menjelaskan perawatan - Menjelaskan pada pasien, penyebab, proses
kecelakan yang menyebabkan penyakit dan komplikasi DM
kaki - Menjelaskan pengaturan makan berdasarkan
luka pada kaki kiri. - Mampu menjelaskan tanda,
- Pasien tidak mendapat cukup jadwal, jenis dan jumlah
gejala dan penanganan - Menjelaskan tujuan, jenis serta hal yang perlu
informasi tentang DM dan
hipoglikemia diperhatikan sebelum melakukan aktivitas fisik
manajemennya
- Pasien tidak kontrol ke - Menjelaskan medikasi dan mendemonstrasikan
layanan kesehatan untuk cara penyuntikan insulin
- Menjelaskan cara pemantauan glukosa darah
memantau kadar glukosa
- Menjelaskan cara perawatan kaki di rumah
darahnya.
- Menjelaskan komplikasi DM, tanda dan gejala,
penanganan
- Memberikan booklet manajemen DM
7 Data Subyektif : Ketidakefektifan koping Setelah diberikan asuhan NIC :
- Merasa khawatir dengan individu keperawatan selama 7 hari - Peningkatan koping
kondisi luka di kakinya diharapkan pasien dapat - Dukungan pengambilan keputusan
- Meminta dukungan istri dan meningkatkan kesiapan
adiknya untuk dapat koping dengan criteria hasil Aktivitas Keperawatan :
melakukan manajemen (NOC ) : - Mengkaji dukungan keluarga sebagai kekuatan
diabetes - Memahami kekuatan diri - Menggunakan komunikasi empati dan

26
- Menyadari penyembuhan luka - Dapat mengelola tressor mendorong pasien dan keluarga untuk
menjadi lama karena kadar - Berupaya mendapatkan strategi mengatakan ketakutan, ekspresi emosi dan
glukosa darah yang tinggi koping yang baru menyusun tujuan
- Menanyakan cara perawatan - Mencari dukungan social - Memberdayakan pasien untuk menyusun tujuan
luka bila pulang ke rumah - Menunjukkan kemampuan yang realistik dan ikutsertakan dalam
untuk mengatasi masalah memecahkan masalah
Data Obyektif : dengan menggunakan berbagai - Memberdayakan pasien untuk menggunakan
- Memilki semangat, motivasi strategi koping mekanisme koping spiritual, seperti iman,
dan dukungan dari istri untuk - Menggunakan dukungan berdoa
melakukan perawatan luka spiritual - Kaji harapan yang diingini dan hal positif yang
dan manajemen diabetes dimilki pasien
lainnya di rumah

27
4. Evaluasi
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 20 hari untuk masalah gangguan
pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan didapatkan Tn.M menghabiskan makanan
sesuai dengan porsi yang disediakan serta mampu mengidentifikasi waktu, jenis dan
jumlah makanan yang dianjurkan. Pengontrolan kadar glukosa tercapai dengan
pemberian Novorapid 3 x 5 unit subkutan, pasien mampu melakukan penyuntikan
sendiri dibawah bimbingan perawat. Tn. M bertekad dan berusaha untuk mengatur
makanan ketika pulang, masih membutuhkan dukungan dengan motivasi istri. Masalah
resiko defisit volume cairan dan elektrolit, mencapai kesimbangan cairan berdasarkan
pencatatan intake dan output dalam 24 jam. Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam
batas normal. Tidak ditemukan tanda-tanda dehidrasi seperti: tidak ada edema, turgor
kulit baik, serta membran mukosa lembab hasil pemeriksaan elektrolit dalam batas
normal. Masalah nyeri dapat dikendalikan, nyeri pada saat penggantian perban
berkurang menjadi skala 2, Tn. M menggunakan terapi musik untuk mengatasi nyeri
ulkus terutama pada saat dilakukan GV.
Setelah tindakan keperawatan dilakukan untuk masalah kerusakan integritas
kulit, dilakukan evaluasi dan modifikasi pada hari keempatbelas, luka gangren
menunjukkan granulasi pada sebagian besar permukaan tibia dan dorsal pedis, masih
ada eksudat pus pada daerah dorsal pedis, berbau. Tanggal 4 November 2018
dilakukan debridment kedua dan STSG, jaringan kulit diambil dari bagian depan
kedua femur, perkembangan pertumbuhan jaringan resipien pada hari ketujuh
menunjukkan perkembangan, permukaan kulit mengalami perdarahan pada beberapa
area saat dilakukan ganti perban setiap dua hari sekali, tidak ada tanda-tanda infeksi,
pasien mengeluhkan nyeri yang hebat (skala 3-4). Sedangkan area resipien
menunjukkan adanya perlekatan dengan area ulkus, tidak ada tanda-tanda infeksi,
bagian yang tidak dilakukan skin graft menunjukkan granulasi dan beberapa area
sudah mulai mengering. Hari kesepuluh paska STSG, jaringan pendonor sudah kering
tidak ada tanda-tanda infeksi, jaringan berwarna merah muda, masih terasa nyeri saat

28
diganti perban (skala 1-2), sedangkan daerah resipien menunjukkan perlekatan area
berwarna merah. Perawatan ulkus dilakukan pada area pendonor dan resipien dengan
menggunakan tehnik steril, dibersihkan dengan cairan NaCl 0.9% dan kompres NaCl
0.9% sebelumnya diberi hydrogel, terutama pada jaringan granulasi. Memberikan
edukasi dan motivasi tentang perawatan luka dan kaki di rumah, menunjukkan
kesiapan melakukan perawatan luka di rumah.
Setelah diberikan tindakan keperawatan selama lima hari untuk masalah
kecemasan hasil evaluasi menunjukkan Tn. M tampak lebih rileks, cemas berkurang.
Dapat mengekspresikan cemas dengan bertanya tentang prosedur skin graft, kondisi
ulkus, serta perawatan luka di rumah. Pasien dapat menunjukkan kemampuan untuk
memecahkan masalah perawatan lanjutan di rumah, dengan dukungan dan motivasi
istri. Hasil evaluasi tiga hari berikutnya, pasien menyatakan siap untuk menjalani
prosedur STSG, prosedur STSG dilaksanakan pada tanggal 4 November 2018 dan
pada tanggal 16 November 2018 pasien diijinkan untuk pulang dan melakukan rawat
jalan.
Setelah diberikan tindakan keperawatan selama 34 hari dengan melakukan
evaluasi setiap lima hari maka didapatkan hasil: Tn. M mampu menjelaskan secara
sederhana proses penyakit DM, mampu menjelaskan pengaturan makanan meliputi
jadwal, jenis dan jumlah. Tn. M mampu menjelaskan tujuan dan jenis aktivitas fisik,
pengobatan DM, pemantauan glukosa darah dan dapat mendemonstrasikan cara
menyiapkan dan menyuntik insulin. Dengan edukasi yang diberikan pasien dengan
bantuan istri dapat menjelaskan cara perawatan luka dan kaki. Selain itu Tn. M
mampu menjelaskan secara sederhana tanda, gejala dan penanganan hipoglikemia.
Setelah asuhan keperawatan diberikan selama 2 minggu maka didapatkan: Tn.
M memahami kekuatan diri yang dimiliki adalah berkat dukungan istri dan keluarga,
kooperatif dalam setiap program keperawatan, mengungkapkan harapan untuk
sembuh. Menggunakan waktu untuk shalat dan mendengarkan musik saat dilakukan
ganti perban sebagai mekanisme koping yang dilakukan Tn.M.

29
30

Anda mungkin juga menyukai