Anda di halaman 1dari 21

Tugas Makalah

KROMATOGRAFI
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Dasar-Dasar Pemisahan Analitik
(DDPA) yang diampuh oleh Wiwin Rewini Kunusa S.Pd, M.Si

NAMA : Siti Jabaria Anwar

NIM : 441421007

KELAS : Pendidkan Kimia A

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

JURUSAN KIMIA

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’ alaikum Wr. Wb

Alhamdulilah puji dan syukur atas kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah
memberikan karuniaNya kepada saya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini
tepat waktu. Makalah yang saya buat ini berjudul ”Kromatografi”.

Adapun tujuan saya membuat makalah ini yaitu untuk memenuhi tugas mata
kuliah kimia analis yang di bimbing oleh ibu Endang Istriningsih, S.Farm.,Apt.
Semoga makalah yang saya susun ini dapat bermanfaat dan berguna, khususnya bagi
saya dan umumnya bagi pembaca.

Demikian makalah ini dibuat, saya menyadari di dalam penyusunan dan


pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan dan maka dari pada itu kritik dan
saran sangat saya harapkan untuk mencapai kesempurnaan makalah ini agar lebih
baik lagi, dan atas kritik dan saran saya ucapkan terima kasih.

Wassalamua’laikum Wr. Wb

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sekarang ini deteksi sifat spesifik suatu senyawa menjadi sangat


penting,terutama dalam bidang farmasi, kimia, dan klinik, serta bidang lainnya. Suatu
analisis kimia seperti pengambilan cuplikan, pemisahan senyawa pengganggu, isolasi
senyawa yang dimaksudkan, pemekatan terlebih dahulu sebelum identifikasi dan
pengukuran banyak dilakukan. Banyak metode analisis seperti spektrofotometri,
manganometri, atau lainnya, akan tetapi semuanya membutuhkan kerja ekstra dan
waktu yang cukup lama untuk mendapatkan hasil analisis dibandingkan dengan
teknik kromatografi.

Dengan alasan inilah penyusun membahas tentang kromatografi, terutama


kromatografi kolom. Tanpa teknik kromatografi, sintesis senyawa murni (atau hampir
murni) akan sangat sukar, dan dalam banyak kasus, hampir tidak mungkin. Pada
umumnya sebelum suatu senyawa diidentifikasi dan dapat di ukur kadarnya, perlu di
pisahkan dari matriknya. Oleh karna itu, pemisahan merupakan langkah penting
dalam analisi kualitatis. Suatu analisis kimia menjadi meragukan jika pengukuran
sifat tidak berhubungan dengan sifat spesifik senyawa terukur. Analisis meliputi
pengambilan cuplikan, pemisahan senyawa pengganggu, isolasi senyawa yang
dimaksudkan, pemekatan terlebih dahulu sebelum identifikasi dan pengukuran.
Terdapat banyak teknik pemisahan tetapi kromatografi merupakan teknik yang paling
banyak di gunakan. Salah satunya yaitu kromatografi kolom.

Berbagai metode kromatografi memberikan cara pemisahan paling kuat.


Karena pemanfaatannya yang leluasa, dipakai secara luas untuk pemisahan analitik
dan preparatif. Biasanya, kromatografi analitik dipakai pada tahap permulaan untuk
semua cuplikan, dan kromatografi preparatif hanya dilakukan jika diperlukan fraksi
murni dari campuran. Pemisahan secara kromatografi dilakukan dengan cara
mengotak-atik langsung beberapa sifat fisika umum dari molekul. Pemisahan
senyawa biasanya menggunakan beberapa teknik kromatografi. Pemilihan teknik
kromatografi sebagian besar bergantung pada sifat kelarutan senyawa yang akan
dipisahkan. Berdasarkan uraian tersebut, maka akan membahas tentang metode
kromatografi kolom.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan. Di bawah ini


dirumuskan beberapa masalah yang akan dibahas dalam makalah :

1.2.1. Apakah pengertian dari kromatografi?

1.2.2. Apakah pengertian kromatografi kolom?

1.2.3. Bagaimana jenis-jenis kromatografi?

1.2.4. Bagaimanakah sifat-sifat adsorben dan pelarut dalam kromatografi


kolom?

1.3. Tujuan

Adapun tujuannya yaitu sebagai berikut:

1.3.1. Untuk mengetahui arti dari kromatografi

1.3.2. Untuk mengetahui pengertian dari kromatografi kolom

1.3.3. Untuk mengetahui jenis-jenis kromatografi

1.3.4. Untuk mengetahui sifat-sifat adsorben dan pelarut dalam


kromatografi kolom

1.4 Manfaat

Semoga makalah ini dapat bermanfaat dalam proses perkuliahan baik


bagi penyusun khususnya dan para pembaca pada umumnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Kromatografi

Kromatografi merupakan suatu nama yang diberikan untuk teknik pemisahan


tertentu. Kromatografi pertama kali di perkenalkan oleh Michael Tsweet pada tahun
1903 yang merupakan seorang di ahli botani dari rusia. Dalam percobaannya Michael
Tsweet berhasil memisahkan klorofil dan pigmen pigmen warna lain dalam ekstrak
tumbuhan dengan menggunakan serbuk kalsium karbonat yang di isikan ke dalam
kolom kaca dan petroleum eter sebagai pelarut. Proses pemisahan itu di awali dengan
menempatkan larutan cuplikan dengan menempatkan larutan cuplikan pada
permukaan atas kalsium karbonat, kemudian di alirkan pelarut petroleum eter, dan
hasilnya berupa pita pita warna yang terlihat sepanjang kolom sebagai hasil
pemisahan komponen-komponen dalam ekstrak tumbuhan. Cara asli telah
diketengahkan pada tahun 1903 oleh Tsweet, ia telah menggunakannya untuk
menggunakan pemisahan senyawa-senyawa yang berwarna, dan nama kromatografi
diambil dari senyawa yang berwarna. Meskipun demikian pembatasan untuk
senyawa-senyawa yang berwarna tak lama dan hampir kebanyakan pemisahan-
pemisahan secara kromatografi sekarang diperuntukkan pada senyawa-senyawa yang
tak berwarna, termasuk gas.

Kromatografi adalah suatu teknik pemisahan molekul berdasarkan perbedaan


pola pergerakan antara fase gerak dan fase diam untuk memisahkan komponen
(berupa molekul) yang berada pada larutan. Atau kromatografi adalah proses
melewatkan sampel melalui suatu kolom, perbedaan kemampuan absorpsi terhadap
zat-zat yang sangat mirip mempengaruhi resolusi zat terlarut dan menghasilkan apa
yang di sebut kromatogram. Pada dasarnya, semua kromatografi menggunakan dua
fase yaitu satu fase tetap (stationary) dan yang lain fase bergerak (mobile).
Pemisahan-pemisahan tergantung pada gerakan relative dari dua fase ini. Cara-cara
kromatografi dapat digolongkan sesuai dengan sifat-sifat fase tetap, yang dapat
berupa zat padat atau zat cair.

Jika fase tetap berupa zat padat maka cara tersebut dikenal sebagai
kromatografi serapan, jika zat cair dikenal sebagai kromatografi partisi. Karena fase
bergerak dapat berupa zat cair atau gas maka semua ada empat system kromatografi.
Prinsip pemisahan kromatografi yaitu adanya distribusi komponen-komponen dalam
fasa diam dan fasa gerak berdasarkan perbedaan sifat fisik komponen yang akan
dipisahkan.

2.2. Jenis-Jenis Kromatografi

Umumnya metode kromatografi diklasifikasikan berdasarkan jenis fasa yang


digunakan dan sebagian berdasarkan mekanisme pemisahannya. Berdasarkan fasa
gerak dan fasa diamnya , kromatografi dapat di bedakan atas berbagai tipe sebagai
berikut:

2.2.1 Kromatografi cair-padat (Kromatografi Adsorpsi)

Kromatografi adsorpsi adalah teknik kromatografi tertua dioperasikan


berdasarkan retensi terlarut pada permukaan adsorben. Pada kromatografi adsorpsi,
fasa stasionernya terdiri atas zat padat dan fasa mobilnya terdiri atas zat gas atau zat
cair.
Contoh– contoh yang termasuk kromatografi adsorpsi

• Kromatografi kolom Adsorpsi

• Kromatografi gas

• Kromatografi lapis tipis


2.2.2 Kromatografi Cair-cair (Kromatografi Partisi)

Fasa diam pada kromatografi Jenis ini berupa lapisan tipis cairan yang
terserap pada: padatan inert berpori, yang berfungsi sebagai fasa pendukung.

2.2.3 Kromatografi Gas-padat (KGP)

Kromatografi gas termasuk dalam salah satu alat analisa (analisa kualitatif dan
analisa kuantitatif), kromatografi gas dijajarkan sebagai cara analisa yang dapat
digunakan untuk menganalisa senyawa-senyawa organic. ada dua jenis kromatografi
gas, yaitu kromatografi gas padat (KGP), dan kromatografi gas cair (KGC

2.2.4 Kromatografi Gas-Cair (KGC)

Pada kaimia organik kadang-kadang menyebutnya sebagai kromatografi fasa


uap.

2.2.5 Kromatografi Penukar Ion

Kromatografi pertukaran ion adalah salah satu teknik pemurnian senyawa


spesifik di dalam larutan campuran. Prinsip utama dalam metode ini didasarkan pada
interaksi muatan positif dan negatif antara molekul spesifik dengan matriks yang
barada di dalam kolom kromatografi. Secara umum, teradapat dua jenis kromatografi
pertukaran ion, yaitu Kromatografi pertukaran kation dan kromatografi pertukaran
anion.

2.2.6 Kromatografi Kertas (KT)

Kromatografi kertas merupakan salah satu metode pemisahan berdasarkan


distribusi suatu senyawa pada dua fasa yaitu fasa diam dan fasa gerak. Pemisahan
sederhana suatu campuran senyawa dapat dilakukan dengan kromatografi kertas,
prosesnya dikenal sebagai analisis kapiler dimana lembaran kertas berfungsi sebagai
pengganti kolom.
2.2.7 Kromatografi Lapis Tipis (KLT atau TLC = Thin Layer Chromatography)

Kromatografi jenis ini mirip dengan kromatografi kertas. Bedanya kartas


digantikan lembaran kaca atau plastik yang dilapisi dengan lapisan tipis adsorben
seperti alumina, silika gel. selulosa atau materi lainnya. Kromatografi lapis tipis lebih
bersifat reprodusibel (bersifat boleh ulang) daripada kromatografi kertas.

2.2.8 Kromatografi Filtrasi Gel

Pada kromatografi jenis ini fasa diam berupa gel yang terbuat dari dekstran,
suatu bahan hasil ikatan silang molekul-molekul polisakarida.

2.2.9 Kromatografi Elektroforesis Kontinyu

Kromatografi jenis ini merupakan bagian dari kromatografi kertas dimana


selama pengerjaannya diterapkan medan listrik tegak lurus pada aliran pelarut. Arah
aliran spesies ionik akan menyimpang dari arah aliran semula tergantung atas muatan
molekul dan gerakitasnya.

2.3. Kromatografi Kolom

2.3.1. Pengertian Kromatografi Kolom

Kromatografi kolom merupakan teknik kromatografi yang paling awal yang


pertamakali di lakukan oleh D.T.Davy yaitu untuk membedakan komposisi minyak
bumi. Ditinjau dari mekanismenya kromatografi kolom merupakan kromatografi
serapan atau adsorbsi. Kromatografi kolom digolongkan kedalam kromatografi cair –
padat (KCP) kolom terbuka. Pemisahan kromatografi kolom adsorpsi didasarkan
pada adsorpsi komponen-komponen campuran dengan afinitas berbeda-beda terhadap
permukaan fase diam. Kromatografi kolom adsorpsi termasuk pada cara pemisahan
cair-padat. Substrat padat (adsorben) bertindak sebagai fase diam yang sifatnya tidak
larut dalam fase cair. Fase bergeraknya adalah cairan (pelarut) yang mengalir
membawa komponen campuran sepanjang kolom. Prinsip yang mendasari
kromatografi kolom adsorpsi ialah bahwa komponen – komponen dalam zat contoh
yang harus diperiksa mempunyai afinitas yang berbeda-beda terhadap adsorben
dalam kolom. Apabila kita mengalirkan cairan ( elutor ) secara kontinyu melalui
kolom yang berisi zat contoh yang telah diadsorpsikan oleh penyarat kolom, maka
yang pertama – tama dihanyutkan elutor ialah komponen yang paling lemah terikat
kepada adsorben. Komponen –komponen lainnya akan dihanyutkan menurut urutan
afinitasnya terhadap adsorben, sehingga terjadi pemisahan daripada komponen –
komponen tersebut.

Pemisahan tergantung pada kesetimbangan yang terbentuk pada bidang


antarmuka di antara butiran-butiran adsorben dan fase bergerak serta kelarutan relatif
komponen pada fase bergeraknya. Antara molekul-molekul komponen dan pelarut
terjadi kompetisi untuk teradsorpsi pada permukaan adsorben sehingga menimbulkan
proses dinamis. Keduanya secara bergantian tertahan beberapa saat di permukaan
adsorben dan masuk kembali pada fase bergerak. Pada saat teradsorpsi komponen
dipaksa untuk berpindah oleh aliran fase bergerak yang ditambahkan secara kontinyu.
Akibatnya hanya komponen yang mempunyai afinitas lebih besar terhadap adsorben
akan secara selektif tertahan. Komponen dengan afinitas paling kecil akan bergerak
lebih cepat mengikuti aliran pelarut.

Teknik pemisahan kromatografi kolom partisi sangat mirip dengan


kromatografi kolom adsorpsi. Perbedaan utamanya terletak pada sifat dari penyerap
yang digunakan. Pada kromatografi kolom partisi penyerapnya berupa materi padat
berpori seperti kieselguhr, selulosa atau silika gel yang permukaannya dilapisi zat cair
(biasanya air). Dalam hal ini zat padat hanya berperan sebagai penyangga
(penyokong) dan zat cair sebagai fase diamnya. Fase diam zat cair umumnya
diadsorpsikan pada penyangga padat yang sejauh mungkin inert terhadap senyawa-
senyawa yang akan dipisahkan. Zat padat yang penyokong harus penyerap dan
menahan fase diam serta harus membuat permukaannya seluas mungkin untuk
mengalirnya fase bergerak. Penyangga pada umumnya bersifat polar dan fase diam
lebih polar dari pada fase bergerak. Dalam kromatografi partisi fase bergeraknya
dapat berupa zat cair dan gas yang mengalir membawa komponen-komponen
campuran sepanjang kolom. Jika fase bergeraknya dari zat cair, akan diperoleh
kromatografi partisi cair-cair. Teknik ini banyak digunakan untuk pemisahan
senyawa-senyawa organik maupun anorganik.

Resin penukar ion adalah suatu bahan padat yang memiliki bagian (ion positif
atau negatif) tertentu yang bisa dilepas dan ditukar dengan bahan kimia lain dari luar.
Berdasarkan jenis ion/muatan yang dipertukarkan, resin dapat dibagi menjadi 2 yaitu
resin penukar kation adalah ion positif yang dipertukarkan dan resin penukar anion
adalah ion negatif yang dipertukarkan. Ion Exchange adalah proses penyerapan ion –
ion oleh resin dengan cara Ion-ion dalam fasa cair (biasanya dengan pelarut air)
diserap lewat ikatan kimiawi karena bereaksi dengan padatan resin. Resin sendiri
melepaskan ion lain sebagai ganti ion yang diserap. Selama operasi berlangsung
setiap ion akan dipertukarkan dengan ion penggantinya hingga seluruh resin
jenuh dengan ion yang diserap.

Besarnya nilai kapasitas penukar dari resin penukar ion tergantung pada jumlah
gugus ion yang dapat ditukarkan yang terkandung dalam setiap gram bahan resin
tersebut. Semakin besar jumlah gugus-gugus tersebut, maka semakin besar pula nilai
kapasitas resinnya. Besarnya nilai kapasitas resin diketahui agar dapat
memperkirakan berapa banyaknya resin yang diperlukan dalam analisa kimia dengan
menggunakan metode kromatografi kolom. Apabila resin telah mengikat jumlah ion
yang sama dengan kapasitas maksimumnya maka resin tersebut dikatakan telah
“exchausted”. Dalam keadaan demikian resin dapat dikembalikan ke keadaan semula
dengan jalan menuangkan larutan asam yang agak pekat ke dalamnya sehingga terjadi
reaksi kebalikan dari reaksi penukaran ion. Resin penukar anion dapat berupa ko-
polimer stiren dan divinil benzen tetapi tidak mengandung gugusan-gugusan amin
yang bersifat basa dengan resin penukar anion terjadi pengubahan yang jumlahnya
ekuivalen.
Parameter yang di gunakan dalam mengevaluasi kinerja kolom, setelah
mengoptimumkan efesiensi pemisahan secara kromatografi, mutu kromatografi dapat
di kendalikan dengan menerapkan uji kesesuian sistem tertentu. Salah satu
diantaranya adalah perhitungan pelat pelat teoritis untuk suatu kolom dan terdapat
dua parameter utama lainnya untuk menilai kinerja.

2.3.2 Persyaratan kolom

Pola kecepatan arus elutor pada tiap irisan kolom yang dipilih di sembarang
tempat suddah tentu sedapat mungkin harus sama. Keseragaman ini dapat dicapai
dengan memilih adsorben yang ukuran butir – butirnya sama ( diayak ) dan dengan
cara penyaratan yang baik. Makin kecil ukuran butir adsorben, makin cepat
keseimbangan adsorpsi akan tercapai, dan makin besar pula kecepatan elusi yang
boleh dipergunakan. Tetapi dilain pihak, makin kecil butir adsorben, makin besar
hambatan bagi cairan yang harus mengalir melalui kolom. Apabila kecepatan lintas
bagi cairan elutor terlalu kecil, dapat dipergunakan pompa vakum yang menimbulkan
tekanan rendah dalam ruang di bawah kolom sehingga cairan dapat mengalir lebih
cepat melalui kolom. Cara yang lain ialah menambahkan tekanan dalam ruang di atas
kolom dengan menggunakan pompa pneumatic.

2.3.3 Bentuk kolom

Penempatan adsorben dalam kolom secara uniform betul sangat sukar


dilaksanakan. Sebagai akibatnya, zona – zona komponen yang dipisahkan menjadi
kurang teratur bentuknya. Bagi kolom yang lebar hal ini dapat menyebabkan
pembauran. Tetapi bagi kolom kecil bahaya ini seberapa besar. Namun di lain pihak,
kolom yang lebar dan pendek itu lebih memudahkan dalam pemakaiannya. Oleh
karena itu, tinggi kebanyakan kolom ialah ± 20 kali diameternya. Di bawah tabung
yang umumnya terbuat dari gelas terdapat lempengan meduk yang terbuat dari
porselen atau dari serbuk gelas yang dipanaskan hingga melengket jadi satu.
Lempengan yang berbentuk cakram ini bergawai sebagai penahan fasa yang
stasioner. Di bagian tabung yang paling bawah terdapat kapiler penyulur dilengkapi
dengan pancur. Kapiler beserta pancur dirakitkan dengan kolom memakai suku asah
sehingga mudah dilepaskan guna membersihkan kolom dan untuk meniup kolom
sehingga menjadi bersih dari cairan. Ruang antara pancur dan cakram penyaring
harus sekecil mungkin supaya tidak terjadi pembauran antara cairan – cairan yang
keluar dari kolom.

2.3.4 Kecepatan arus

Semakin rendah kecepatan arus cairan, semakin baik akibatnya bagi tercapainya
keseimbangan adsorpsi dan akan semakin baik pula pemisahannya. Bentuk zona pun
menjadi lebih teratur. Tetapi kecepatan arus yang terlalu rendah dapat menimbulkan
efek difusi axial dalam fasa mobil yang harus dihindarkan sejauh mungkin. Jadi dapat
dikatakan bahwa pemisahan yang terbaik dapat dicapai dengan mempergunakan
kolom yang panjang dan sempit, diisi dengan adsorben yang berbutir halus, dan arus
yang lambat. Elusi dapat dimulai apabila campuran yang harus dipisahkan sudah
dimasukan dalam kolom. Elusi ini dilakukan dengan memasukan cairan elutor
berenyai – renyai melalui kolom dan harus dijaga supaya arusnya tidak berhenti.
Komponen – komponen yang telah diadsorpsikan oleh adsorben akan bergerak dalam
bentuk gelang – gelang atau zona dengan kecepatan yang berbeda – beda melalui
kolom dan ditampung di bawah kolom secara terpisah memakai beberapa tabung
yang dibubuhi tanda – tanda. Tabung – tabung ini ditempatkan dalam sebuah
fraksikolektor. Setelah itu fraksi – fraksi yang diperoleh mulai dapat diselidiki.

2.3.5 Perolehan data

Suatu integrator, jika berdasarkan mikroprosesor atau perakat lunak pc, hanya
mengukur jumlah total arus yang mengalir melewati lebar puncak suatu kromatografi.
Untuk melakukan hal ini , integrator mengukur laju peningkatan tegangan lebih
kurang 30 kali melintasi lebar puncak tersebut. Parameter yang menunjukan waktu
pengukuran harus di mulai adalah ambang batas puncak tersebut, yang menentukan
tingkat ketika tegangan sinyal tersebut harus di naikkan sebelum akumulasi sinyal
terjadi. Untuk mencegah penyimpanan aliran garis dasar, kemiringan kenaikan harus
memiliki ketajaman tertentu sebelum di anggap suatu puncak.

2.3.6 Perhitungan Efesiensi Kolom

Semakin lebar suatu puncak kromatografi yang sebanding dengan waktu


retensinya, semakin kurang efesien kolom pengelusinya.

Persamaan 1

Dengan n adalah jumlah pelat teoretis. Efesiensi kolom biasanya dinyatakan


dalam pelat teoretis per meter:

n x 100/L

Pengukuran efesiensi kolom yang lebih ketat, terutama jika waktu retensi analit
tersebut singkat, di nyatakan dengan persamaan 2.

Persamaan 2

Dengan N eff adalah jumlah pelat yang efektif dan mencerminkan berapa kali
analit berpartisi antara fase gerak dan fase diam selama pergerakannya melalui kolom
dan t’r =tr – t0

N eff = 5, 54 (t’r : W1/2)²

Persamaan lain yang di gunakan sebagai pengukuran adalah H, “tinggi pelat


teoretis”

H=L/N eff

Dengan h adalah panjang kolom yang di butuhkan untuk berlangsungnya satu


tahap partisi. (Watson, 2005)
3.3.7 Pemisahan pada kolom

Pada pemisahan campuran-campuran pada kolom, solut di cirikan dengan


waktu retensi (tR) dan faktor retensi (k’) yang berbanding lurus dengan D. Waktu
retensi merupakan lamanya waktu yang di butuhkan solut untuk melewati kolom.
Waktu retensi dan faktor retensi di hubungkan oleh persamaan berikut:

tR=tM(1+k’)

tM terkadang di tulis t0 dan di kenal sebagai waktu mati merupakan waktu yang
di butuhkan oleh solut yang tidak tertahan untuk melewati kolom. Solut yang tidak
tertahan akan bermigrasi dengan kecepatan yang sama dengan fase gerak, karenanya
perbandingan distribusi (D) dan faktor retensinya adalah 0 akan tertahan secara
profosional dan akan mempunyai waktu retensi yang lebih besar dari pada tM, misal:

jika k’ = 1 maka tR= 2tM

jika k’ = 2 maka tR = 3tM

kondisi kromatografi umumnya di atur sedemikian rupa sehingga nilai k’ lebih kecil
dari pada 20 untuk menghindari waktu retensi yang terlalu panjang. Nilai k’ dapat di
hitung dengan menyusun ulang persamaan di atas:

tR=tM (1=k’) maka k’ = (tR-tM) / tM

dalam kromatografi ukuran eksklusi, solut di karakterisasi dengan volume retensi


(Vr) yang merupakan volume fase gerak yang di butuhkan untuk mengelusi solut dari
kolom. Waktu retensi berbanding langsung dengan volume retensi pada kecepatan
alir yang konstan sehingga persamaan di atas dapat di tulis kembali:

Vr=Vm (1+k’)
Sementara nilai k dapat di ganti dengan:

k’=D(Vs / Vm)

dengan menggabungkan kedua persamaan ini maka akan di peroleh:

Vr=Vm(1+D Vs / Vm)

Atau

Vr=Vm+DVs

Vs dan Vm masing-masing merupakann volume fase diam dan volume vase gerak
dalam kolom.

Persamaan tersebut merupakan persamaan pundamental pada kromatografi


kolom karena berhubungan dengan volume retensi solut terhadap perbandingan
distribusinya

2.4 Sifat Adsorben dan Pelarut

Harus memiliki luas permukaan besar internal. Kecepatan adsorbsi akan


semakin bertambah dengan semakin kecilnya ukuran diameter adsorben. Daerah
tersebut harus dapat diakses melalui pori-pori cukup besar untuk mengakui molekul
untuk teradsorpsi. Ini adalah bonus jika pori-pori juga cukup kecil untuk
mengecualikan molekulyang tidak diinginkan untuk menyerap adsorben harus
mampu menjadi mudah diregenerasi adsorben seharusnya tidak mengalami penuaan
yang cepat, yang kehilangan kapasitas serap melalui daur ulang terus-menerus harus
adbsorbent mekanik cukup kuat untuk menahan penanganan massal dan getaran yang
merupakan fitur dari setiap unit industri.Pemilihan pelarut tergantung dari sifat
kelarutannya, akan tetapi lebih baik untuk memilih suatu pelarut yang tidak
tergantung pada kekuatan elusi sehingga zat-zat elusi yang lebih kuat dapat dicoba.
“kekuatan” dari zat elusi adalah daya penyerapan pada penyerap dalam kolom.
Adsorbsi terjadi karena adanya perbedaan potensial antara molekul-molekul
adsorbat dengan permukaan aktif pada pori-pori adsorbent. Gaya tersebut yang
menyebabkan molekul-molekul adsorbate secara difusional terjerap ke dalam pori-
pori adsorbent, dan terikat untuk waktu tertentu. Faktor-faktor yang mempengaruhi
adsorpsi adalah jenis adsorbent, jenis adsorbate, konsentrasi adsorbate, luas
permukaan aktif adsorbent, daya larut adsorbent, dan kemungkinan terjadinya
koadsorbsi pabila terdapat lebih dari satu jenis adsorbat (Sawitri, 2008).

Ditambahkan lebih lanjut oleh Hassler; Weber; Sawyer dalam Zahroh. (2010),
proses adsorpsi dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:

a. Sifat Adsorbat

Besarnya adsorpsi zat terlarut tergantung pada kelarutannya pada pelarut.


Kenaikan kelarutan menunjukkan ikatan yang kuat antara zat terlarut dengan pelarut.
Apabila adsorbat memiliki kelarutan yang besar, maka ikatan antara zat terlarut dan
pelarut makin kuat sehingga adsorpsi akan semakin kecil karena sebelum adsorpsi
terjadi diperlukan energi yang besar untuk memecahkan ikatan zat terlarut dengan
pelarut.

b. Konsentrasi Adsorbat

Adsorpsi akan meningkat dengan kenaikan konsentrasi adsorbat. Adsorpsi akan


konstan jika terjadi kesetimbangan antara konsentarasi adsorbat yang terserap dengan
konsentrasi yang tersisa dalam larutan.

c. Sifat Adsorben

Adsorpsi secara umum terjadi pada semua permukaan, namun besarnya


ditentukan oleh luas permukaan adsorben yang kontak dengan adsorbat. Luas
permukaan adsorben sangat berpengaruh terhadap proses adsorpsi. Adsorpsi
merupakan suatu kejadian permukaan sehingga besarnya adsorpsi sebanding dengan
luas permukaan. Semakin banyak permukaan yang kontak dengan adsorbat maka
akan semakin besar pula adsorpsi yang terjadi.

d. Temperatur

Reaksi yang terjadi pada adsorpsi biasanya eksotermis, oleh karena itu adsorpsi
akan besar jika temperatur rendah.

e. Waktu Kontak dan Pengocokan

Waktu kontak yang cukup diperlukan untuk mencapai kesetimbangan adsorpsi.


Jika fasa cair berisi adsorben diam, maka difusi adsorbat melalui permukaan adsorben
akan lambat. Oleh karena itu, diperlukan pengocokan untuk mempercepat proses
adsorpsi.

f. pH (Derajat Keasaman)

Untuk asam-asam organik adsorpsi akan meningkat bila pH diturunkan dengan


penambahan asam-asam mineral. Hal ini disebabkan karena kemampuan asam
mineral untuk mengurangi ionisasi asam organik tersebut, sebaliknya bila pH asam
organik dinaikkan yaitu dengan menambahkan alkali, adsorpsi akan berkurang
sebagai akibat terbentuknya garam.

Berdasarkan sifatnya, adsorpsi dapat digolongkan menjadi adsorpsi fisik dan


kimia. Adsorpsi fisik adalah adsorpsi yang melibatkan gaya intermolekul (gaya Van
der Walls dan ikatan hidrogen) antar adsorbat dan substrat (adsorben). Pada adsorpsi
ini adsorbat tidak terikat kuat pada permukaan adsorben sehingga dapat bergerak dari
satu bagian kebagian lain dalam adsorben. Sifat adsorpsinya adalah reversible yaitu
dapat dilepaskan kembali dengan adanya penurunan konsentrasi larutan dan
membentuk lapisan multilayer. Adsorpsi kimia adalah adsorpsi yang melibatkan
ikatan kovalen. Ikatan tersebut terjadi sebagai hasil dari pemakaian bersama elektron
oleh adsorben dan adsorbat. Dalam adsorpsi kimia partikel melekat pada permukaan
dengan membentuk ikatan kimia yaitu ikatan kovalen. Sifat adsorpsinya adalah
irreversible dan membentuk lapisan monolayer.
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

1.Kromatografi adalah suatu teknik pemisahan molekul berdasarkan perbedaan


pola pergerakan antara fase gerak dan fase diam untuk memisahkan komponen
(berupa molekul) yang berada pada larutan. Atau kromatografi adalah proses
melewatkan sampel melalui suatu kolom, perbedaan kemampuan absorpsi terhadap
zat-zat yang sangat mirip mempengaruhi resolusi zat terlarut dan menghasilkan apa
yang di sebut kromatogram.

2.Jenis jenis kromatografi : Kromatografi cair-padat (Kromatografi Adsorpsi),


Kromatografi Cair-cair (Kromatografi Partisi), romatografi Gas-padat (KGP)
Kromatografi Gas-Cair (KGC), Kromatografi Penukar Ion, Kromatografi Kertas
(KT), Kromatografi Lapis Tipis (KLT atau TLC = Thin Layer Chromatography),
Kromatografi Filtrasi Gel, Kromatografi Elektroforesis Kontinyu, dan Kromatografi
Kolom

3. Kromatografi kolom merupakan teknik kromatografi yang paling awal yang


pertamakali di lakukan oleh D.T.Davy yaitu untuk membedakan komposisi minyak
bumi. Ditinjau dari mekanismenya kromatografi kolom merupakan kromatografi
serapan atau adsorbsi. Kromatografi kolom digolongkan kedalam kromatografi cair –
padat (KCP) kolom terbuka.

4. Kelebihan kromatografi kolom adalah dapat digunakan untuk analisis dan


aplikasi preparative. Digunakan untuk menentukan jumlah komponen campuran.
Digunakan untuk memisahkan dan purifikasi substansi.

5. Kekurangan kromatografi kolom adalah untuk mempersiapkan kolom


dibutuhkan kemampuan teknik dan manual. Metode ini sangat membutuhkan waktu
yang lama (time consuming).
3.2. Saran

saya menyadari di dalam penyusunan dan pembuatan makalah ini masih banyak
kekurangan dan maka dari pada itu kritik dan saran sangat kami harapkan untuk
mencapai kesempurnaan makalah ini agar lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, M. Natsir. 2001. Kamus Kimia Arti dan Penjelasan Istilah. Jakarta:
Gramedia

Aswad.2001.Kimia Untuk Universitas. Jakarta: Erlangga

Bernaseoni,G. 2005. Teknologi Kimia. Jakarta: PT Padya Pranita

Keenan, Charles W, dkk. 2002. Kimia Untuk Universitas Jilid 2. Jakarta: Erlangga

Mulyadi. 2006. Pengenalan Ilmu Kimia. Jakarta: Bumi aksara

Sudjadi.1988.Metode Pemisahan.: Yogyakarta: Konsius

Synder, L.R,J.J. Kirkland, dan J.L.Glajch. 1997. HPLC Method Development. New
York: John Willey dan Sons

Syukri. 2000. Kimia Dasar 3. Bandung: ITB Press

Watson, G David. 2005. Analisis Farmasi edisi 2. Jakarta: Buku Kedokteran

Anda mungkin juga menyukai