Makalah Kromatografi - Salin
Makalah Kromatografi - Salin
KROMATOGRAFI
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Dasar-Dasar Pemisahan Analitik
(DDPA) yang diampuh oleh Wiwin Rewini Kunusa S.Pd, M.Si
NIM : 441421007
JURUSAN KIMIA
2022
KATA PENGANTAR
Alhamdulilah puji dan syukur atas kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah
memberikan karuniaNya kepada saya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini
tepat waktu. Makalah yang saya buat ini berjudul ”Kromatografi”.
Adapun tujuan saya membuat makalah ini yaitu untuk memenuhi tugas mata
kuliah kimia analis yang di bimbing oleh ibu Endang Istriningsih, S.Farm.,Apt.
Semoga makalah yang saya susun ini dapat bermanfaat dan berguna, khususnya bagi
saya dan umumnya bagi pembaca.
Wassalamua’laikum Wr. Wb
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.3. Tujuan
1.4 Manfaat
Jika fase tetap berupa zat padat maka cara tersebut dikenal sebagai
kromatografi serapan, jika zat cair dikenal sebagai kromatografi partisi. Karena fase
bergerak dapat berupa zat cair atau gas maka semua ada empat system kromatografi.
Prinsip pemisahan kromatografi yaitu adanya distribusi komponen-komponen dalam
fasa diam dan fasa gerak berdasarkan perbedaan sifat fisik komponen yang akan
dipisahkan.
• Kromatografi gas
Fasa diam pada kromatografi Jenis ini berupa lapisan tipis cairan yang
terserap pada: padatan inert berpori, yang berfungsi sebagai fasa pendukung.
Kromatografi gas termasuk dalam salah satu alat analisa (analisa kualitatif dan
analisa kuantitatif), kromatografi gas dijajarkan sebagai cara analisa yang dapat
digunakan untuk menganalisa senyawa-senyawa organic. ada dua jenis kromatografi
gas, yaitu kromatografi gas padat (KGP), dan kromatografi gas cair (KGC
Pada kromatografi jenis ini fasa diam berupa gel yang terbuat dari dekstran,
suatu bahan hasil ikatan silang molekul-molekul polisakarida.
Resin penukar ion adalah suatu bahan padat yang memiliki bagian (ion positif
atau negatif) tertentu yang bisa dilepas dan ditukar dengan bahan kimia lain dari luar.
Berdasarkan jenis ion/muatan yang dipertukarkan, resin dapat dibagi menjadi 2 yaitu
resin penukar kation adalah ion positif yang dipertukarkan dan resin penukar anion
adalah ion negatif yang dipertukarkan. Ion Exchange adalah proses penyerapan ion –
ion oleh resin dengan cara Ion-ion dalam fasa cair (biasanya dengan pelarut air)
diserap lewat ikatan kimiawi karena bereaksi dengan padatan resin. Resin sendiri
melepaskan ion lain sebagai ganti ion yang diserap. Selama operasi berlangsung
setiap ion akan dipertukarkan dengan ion penggantinya hingga seluruh resin
jenuh dengan ion yang diserap.
Besarnya nilai kapasitas penukar dari resin penukar ion tergantung pada jumlah
gugus ion yang dapat ditukarkan yang terkandung dalam setiap gram bahan resin
tersebut. Semakin besar jumlah gugus-gugus tersebut, maka semakin besar pula nilai
kapasitas resinnya. Besarnya nilai kapasitas resin diketahui agar dapat
memperkirakan berapa banyaknya resin yang diperlukan dalam analisa kimia dengan
menggunakan metode kromatografi kolom. Apabila resin telah mengikat jumlah ion
yang sama dengan kapasitas maksimumnya maka resin tersebut dikatakan telah
“exchausted”. Dalam keadaan demikian resin dapat dikembalikan ke keadaan semula
dengan jalan menuangkan larutan asam yang agak pekat ke dalamnya sehingga terjadi
reaksi kebalikan dari reaksi penukaran ion. Resin penukar anion dapat berupa ko-
polimer stiren dan divinil benzen tetapi tidak mengandung gugusan-gugusan amin
yang bersifat basa dengan resin penukar anion terjadi pengubahan yang jumlahnya
ekuivalen.
Parameter yang di gunakan dalam mengevaluasi kinerja kolom, setelah
mengoptimumkan efesiensi pemisahan secara kromatografi, mutu kromatografi dapat
di kendalikan dengan menerapkan uji kesesuian sistem tertentu. Salah satu
diantaranya adalah perhitungan pelat pelat teoritis untuk suatu kolom dan terdapat
dua parameter utama lainnya untuk menilai kinerja.
Pola kecepatan arus elutor pada tiap irisan kolom yang dipilih di sembarang
tempat suddah tentu sedapat mungkin harus sama. Keseragaman ini dapat dicapai
dengan memilih adsorben yang ukuran butir – butirnya sama ( diayak ) dan dengan
cara penyaratan yang baik. Makin kecil ukuran butir adsorben, makin cepat
keseimbangan adsorpsi akan tercapai, dan makin besar pula kecepatan elusi yang
boleh dipergunakan. Tetapi dilain pihak, makin kecil butir adsorben, makin besar
hambatan bagi cairan yang harus mengalir melalui kolom. Apabila kecepatan lintas
bagi cairan elutor terlalu kecil, dapat dipergunakan pompa vakum yang menimbulkan
tekanan rendah dalam ruang di bawah kolom sehingga cairan dapat mengalir lebih
cepat melalui kolom. Cara yang lain ialah menambahkan tekanan dalam ruang di atas
kolom dengan menggunakan pompa pneumatic.
Semakin rendah kecepatan arus cairan, semakin baik akibatnya bagi tercapainya
keseimbangan adsorpsi dan akan semakin baik pula pemisahannya. Bentuk zona pun
menjadi lebih teratur. Tetapi kecepatan arus yang terlalu rendah dapat menimbulkan
efek difusi axial dalam fasa mobil yang harus dihindarkan sejauh mungkin. Jadi dapat
dikatakan bahwa pemisahan yang terbaik dapat dicapai dengan mempergunakan
kolom yang panjang dan sempit, diisi dengan adsorben yang berbutir halus, dan arus
yang lambat. Elusi dapat dimulai apabila campuran yang harus dipisahkan sudah
dimasukan dalam kolom. Elusi ini dilakukan dengan memasukan cairan elutor
berenyai – renyai melalui kolom dan harus dijaga supaya arusnya tidak berhenti.
Komponen – komponen yang telah diadsorpsikan oleh adsorben akan bergerak dalam
bentuk gelang – gelang atau zona dengan kecepatan yang berbeda – beda melalui
kolom dan ditampung di bawah kolom secara terpisah memakai beberapa tabung
yang dibubuhi tanda – tanda. Tabung – tabung ini ditempatkan dalam sebuah
fraksikolektor. Setelah itu fraksi – fraksi yang diperoleh mulai dapat diselidiki.
Suatu integrator, jika berdasarkan mikroprosesor atau perakat lunak pc, hanya
mengukur jumlah total arus yang mengalir melewati lebar puncak suatu kromatografi.
Untuk melakukan hal ini , integrator mengukur laju peningkatan tegangan lebih
kurang 30 kali melintasi lebar puncak tersebut. Parameter yang menunjukan waktu
pengukuran harus di mulai adalah ambang batas puncak tersebut, yang menentukan
tingkat ketika tegangan sinyal tersebut harus di naikkan sebelum akumulasi sinyal
terjadi. Untuk mencegah penyimpanan aliran garis dasar, kemiringan kenaikan harus
memiliki ketajaman tertentu sebelum di anggap suatu puncak.
Persamaan 1
n x 100/L
Pengukuran efesiensi kolom yang lebih ketat, terutama jika waktu retensi analit
tersebut singkat, di nyatakan dengan persamaan 2.
Persamaan 2
Dengan N eff adalah jumlah pelat yang efektif dan mencerminkan berapa kali
analit berpartisi antara fase gerak dan fase diam selama pergerakannya melalui kolom
dan t’r =tr – t0
H=L/N eff
tR=tM(1+k’)
tM terkadang di tulis t0 dan di kenal sebagai waktu mati merupakan waktu yang
di butuhkan oleh solut yang tidak tertahan untuk melewati kolom. Solut yang tidak
tertahan akan bermigrasi dengan kecepatan yang sama dengan fase gerak, karenanya
perbandingan distribusi (D) dan faktor retensinya adalah 0 akan tertahan secara
profosional dan akan mempunyai waktu retensi yang lebih besar dari pada tM, misal:
kondisi kromatografi umumnya di atur sedemikian rupa sehingga nilai k’ lebih kecil
dari pada 20 untuk menghindari waktu retensi yang terlalu panjang. Nilai k’ dapat di
hitung dengan menyusun ulang persamaan di atas:
Vr=Vm (1+k’)
Sementara nilai k dapat di ganti dengan:
k’=D(Vs / Vm)
Vr=Vm(1+D Vs / Vm)
Atau
Vr=Vm+DVs
Vs dan Vm masing-masing merupakann volume fase diam dan volume vase gerak
dalam kolom.
Ditambahkan lebih lanjut oleh Hassler; Weber; Sawyer dalam Zahroh. (2010),
proses adsorpsi dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:
a. Sifat Adsorbat
b. Konsentrasi Adsorbat
c. Sifat Adsorben
d. Temperatur
Reaksi yang terjadi pada adsorpsi biasanya eksotermis, oleh karena itu adsorpsi
akan besar jika temperatur rendah.
f. pH (Derajat Keasaman)
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
saya menyadari di dalam penyusunan dan pembuatan makalah ini masih banyak
kekurangan dan maka dari pada itu kritik dan saran sangat kami harapkan untuk
mencapai kesempurnaan makalah ini agar lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, M. Natsir. 2001. Kamus Kimia Arti dan Penjelasan Istilah. Jakarta:
Gramedia
Keenan, Charles W, dkk. 2002. Kimia Untuk Universitas Jilid 2. Jakarta: Erlangga
Synder, L.R,J.J. Kirkland, dan J.L.Glajch. 1997. HPLC Method Development. New
York: John Willey dan Sons