Anda di halaman 1dari 13

LK. 2.

1 Eksplorasi Alternatif Solusi


Nama : Misriana Putri Prodi : Teknik Komputer dan Informatika
Unit kerja : SMAN 1 Bukittinggi Mapel : Informatika

Masalah terpilih
No. yang akan Akar Penyebab masalah Eksplorasi alternatif solusi Analisis alternatif solusi
diselesaikan
1 Pembelajaran yang 1. Strategi pembelajaran Kajian Literatur Analisis alternatif solusi :
dilaksanakan belum discovery learning 1. Penggunaan Strategi
mengayomi semua berbasis grup tetapi ANALISIS KELEBIHAN DAN KEKURANGAN pembelajaran Discovery
gaya belajar di kelas pembagian grup MODEL DISCOVERY LEARNING BERBASIS MEDIA Learning dengan
belum memperhatikan AUDIOVISUAL DALAM PEMBELAJARAN BAHASA memperhatikan gaya
gaya belajar siswa INDONESIA, Melly Mukarramah, 2020 belajar siswa
Kekuatannya:
Discovery Learning, siswa dituntut lebih berperan Kepastian siswa aktif
aktif untuk mencari informasi. Menurut Borthick dalam pembelajaran
dan Jones (2000) dalam Widyastuti (2016:23) sehingga diharapkan
menyatakan bahwa dalam pembelajaran penemuan, dapat mendorong
peserta belajar untuk mengenali masalah, solusi, timbulnya motivasi
mencari informasi yang relevan, mengembangkan dalam diri siswa karena
strategi solusi, dan melaksanakan strategi yang adanya kesesuaian model
dipilih. pembelajaran yang
Dalam kolaborasi pembelajaran Discovery Learning, didesain oleh guru
siswa akan bekerja sama dan memecahkan masalah dengan gaya belajar
dengan kelompoknya. Pada dasarnya, setiap guru siswa sehingga dapat
menginginkan materi yang disampaikannya dapat meningkatkan hasil
diterima secara keseluruhan. Guru harus paham belajar siswa. (Suwarno,
bahwa karakteristik siswa berbeda-beda, baik dari 2022)
segi minat, potensi, kecerdasan, dan usaha siswa
tersebut. Model pembelajaran yang bervariasi
menjadi salah satu upaya guru dalam Kelemahannya:
menyampaikan ilmunya kepada siswa. Dengan Keterbatasan penerapan
pemilihan model pembelajaran yang tepat, akan model discovery learning
memudahkan siswa menerima informasi, juga dengan gaya belajar VAK
menumbuhkan minat dan motivasi serta rasa (Visual, Auditori,
senang. Kinestetik) yaitu
memerlukan kerjasama
antarsiswa dengan
Pengaruh Model Pembelajaran dan Gaya Belajar gaya belajar berbeda-
terhadap Hasil Belajar Peserta Didik, Netti beda. Pelaksanaan
Herawati, Chemistry Education Review, pembelajaran tersebut
Pendidikan Kimia PPs UNM, 2022 Vol. 5, No. 2 juga membutuhkan
(170-178), ISSN (e): 2597-9361 dan ISSN (p): 2597- waktu lebih lama
4068. Homepage:http://ojs.unm.ac.id/CER dibandingkan dengan
DOI: https://doi.org/10.26858/cer.v5i2.13315 pembelajaran
konvensional.(Ita Martini
dkk, 2016)
Penggunaan model pembelajaran yang kurang tepat
serta pemahaman guru terhadap karakteristik
peserta didik merupakan masalah yang terjadi
dilapangan guru tidak mampu memberikan suasana
nyaman dalam belajar di dalam kelas sehingga
terdapat peserta didik cenderung pasif dalam proses
pembelajaran. Model pembelajaran yang diterapkan
guru di dalam kelas serta karakteristik peserta didik
begitu berpengaruh pada hasil belajar peserta didik.
Penggunaan model pembelajaran yang tepat dapat
menciptakan suasana belajar yang menyenangkan
sehingga hasil
belajar peserta didik meningkat. Salah satu model
pembelajaran yang menunjang adalah model
Discovery Learning dimana model ini lebih
menekankan interaksi antar peserta didik. Model
Discovery Learning merupakan pembelajaran yang
menitikberatkan pada kemampuan peserta didik
dalam memecahkan suatu persoalan atau
permasalahan dalam proses pembelajaran melalui
rasa ingin tahunya dalam menemukan hal penting
pada materi pembelajaran (Ilahi, 2012). Selama
proses pembelajaran, guru tidak menyajikan bahan
ajar dalam bentuk final, akan tetapi guru
memberikan peluang kepada peserta didik untuk
mencari dan menemukan sendiri informasi-
informasi yang berkaitan dengan materi untuk
memecahkan suatu permasalahan dalam materi
pembelajaran. Model pembelajaran ini menuntut
keaktifan peserta didik dalam menemukan sendiri
konsep materi pembelajaran dan menstimulasi
peserta didik dalam mengeksplorasi sumber belajar
yang ada untuk menjawab permasalahan.

Wawancara
Kepala Sekolah (Dra. Silfa Dusun, M.Pd)
Setiap siswa pasti mempunyai gaya belajar yang
berbeda-beda sesuai dari kebiasaan mereka dalam
mengikuti sebuah pelajaran. Seorang pendidik
dalam melaksanakan pengelolaan didalam kelas
harus mengetahui gaya belajar yang biasanya ada
pada diri siswa sehingga pendidik mampu
menerapkan strategi dan metode pembelajaran yang
sesuai dengan kondisi kelas, sehingga tujuan
pembelajaran dapat tercapai dengan maksimal.

Guru (Eliza Sutriani, S.Pd)


Hal yang perlu dilakukan seorang guru adalah
mengenali dan memahami gaya belajar seluruh
siswa yang diampunya dan menentukan metode
pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa.
Metode pembelajaran sangat menentukan tingkat
penyerapan dan pemahaman siswa terhadap materi
atau konsep yang disampaikan oleh guru. Di
samping itu, metode pembelajaran yang tepat dan
menarik akan membuat suasana belajar mengajar
menjadi nyaman sehingga memungkinkan setiap
peserta didik untuk mendapatkan sebuah situasi
yang menjadikan mereka dapat menerima materi
dan konsep tersebut dengan benar.

Pakar
Ekarining Widyastuti, S.Pd, M.Pd (Guru Penggerak
Angkatan ke-2)
Guru wajib mengenali gaya belajar siswa,
pengenalan ini dapat dilakukan dengan
menggunakan beberapa instrumen elektronik, tetapi
dapat pula diperoleh melalui pengamatan. Dengan
hal tersebut guru bisa menyusun rencana
pembelajaran yang tepat sehingga tujuan
pembelajaran dapat dicapai oleh semua gaya belajar
siswa di kelas.
Penentuan metode, media dan evaluasi pembelajaran
yang tepat diharapkan dapat memenuhi kebutuhan
siswa di kelas
2. Media pembelajaran Kajian Literatur 2. Pemanfaatan Media
belum pembelajaran interaktif
memperhatikan gaya KREATIVITAS GURU DALAM MEMANFAATKAN dengan memperhatikan
belajar siswa MEDIA BERBASIS IT DITINJAU DARI GAYA gaya belajar siswa di kelas
BELAJAR SISWA, Andi Harpeni Dewantara,
AmirB., Harnida, Al-Gurfah : Journal of Primary Kekuatannya:
Education Volume 1, No. 1, Juni 2020, 15-28 Rifani (2014) menjelaskan
bahwa pemanfaatan
Pemahaman tentang diferensiasi gayabelajar peserta multimedia interaktif
didik merupakan salah satu komponen kompetensi sangat berpengaruh kepada
pedagogik yang harus dikuasai oleh guru. Dengan hasil belajar sekaligus
memahami secara mendalam tentang gaya belajar mampu memotivasi peserta
sebagai bagian dari karakteristik unik individu, didik sehingga tidak
guru diharapkan menjadi lebih kreatif dalam bosan, dikarenakan materi
mempersiapkan dan melaksanakan proses yang disajikan dengan
pembelajaran. Kreativitas guru merupakan gambar dan video dalam
kemampuan guru dalam menciptakan suatu kegiatan belajar sehingga
gagasan atau produk baru yang dapat mendukung membuat peserta didik
perannya dalam proses pembelajaran. tertarik untuk belajar.
Salah satu bentuk kreativitas guru adalah
kreatif dalam memilih media pembelajaran yang Kelemahannya:
tepat. Dalam hal ini, konteks tepat dapat kekurangan multimedia
diartikan bahwa media yang digunakan haruslah interaktif yaitu: (a) proses
tepat guna dan tepat sasaran serta disesuaikan pengembangan media
dengan kebutuhan siswa dan tetap megikuti multimedia interaktif ini
perkembangan teknologi. Salah satu bentuk media memerlukan adanya tim
yang saat ini banyak dimanfaatkan dalam proses yang profesional dan (b)
pembelajaran adalah media berbasis IT. Media memerlukan waktu
yang memanfaatkan kecanggihan teknologi
menawarkan banyak kelebihan, diantaranya yang cukup lama dalam
meningkatkandapatmotivasi belajar, menarik proses pengembangannya.
perhatian siswa, memperjelas dan mempermudah (Husein et al. 2015)
konsep yang kompleks, serta menjadikan konsep
abstrak menjadi lebih konkret dan mudah dipahami
(Muslih, 2016).

INTERAKSI ANTARA PEMANFAATAN MEDIA


PEMBELAJARAN DAN GAYA BELAJAR TERHADAP
HASIL BELAJAR IPS TERPADU, Arsyad Abd. Gani,
Vol. 6 No. 2September2018, hal. 83-87
Penerapan media belajar multimedia memberikan
dampak yang berbeda bagi siswa dengan gaya
belajar visual dan siswa dengan gaya belajar
auditori. Hal ini tentu saja memberikan implikasi
pada perolehan hasil belajar siswa.Temuan ini
memberikan gambaran yang jelas pada dampak
antara faktor-faktor utama yang turut mendukung
perolehan hasil belajar IPS Terpadu siswa.
Penerapan media belajar multimedia yang
seharusnya menjadi pilihan bagi para guru di
era digital ini hendaklah juga mempertimbangkan
varian gaya belajar siswa. Sebab siswa dengan
gaya belajar visual memiliki cara yang berbeda
dengan siswa dengan gaya belajar auditori.

Wawancara
Kepala Sekolah (Dra. Silfa Dusun, M.Pd)
Penggunaan multimedia interaktif sebagai media
pembelajaran dapat digunakan untuk mengatasi
beberapa hambatan bagi peserta didik yang memiliki
karakteristik gaya belajar berbeda. Media
pembelajaran berbasis multimedia interaktif
memungkinkan adanya suatu interaksi langsung
antara peserta didik dengan sumber belajar. Dengan
penerapan media pembelajaran berbasis multimedia
interaktif ini diharapkan mampu memberikan
perubahan dalam suasana belajar, sehingga dapat
meningkatkan hasil belajar peserta didik. Dengan
modul dan paket media pembelajaran berbantuan
komputer, peserta didik dapat belajar sesuai dengan
kebutuhan belajar mereka berdasarkan karakteristik
gaya belajar masing-masing.

Guru (Eliza Sutriani, S.Pd)


Dalam mencapai tujuan pembelajaran yang
diharapkan, tentunya guru membutuhkan cara
pembelajaran yang tepat untuk peserta didik,
dimana peserta didik tersebut tentunya memiliki
cara belajar yang berbeda-beda. Guru harus bisa
memahami bagaimana gaya belajar siswa. Selain
memahami, untuk mencapai tujuan dari
pembelajaran diperlukan media yang dapat
memudahkan guru dalam menyampaikan materi
pembelajaran sesuai dengan karakteristik belajar
peserta didik. Tentunya media yang digunakan harus
mampu mengatasi segala keterbatasan, khususnya
gaya belajar peserta didik. Sehingga dalam
penerapannya guru bisa memberikan berbagai jenis
media (multimedia) atau bisa dengan menggunakan
cara mengkolaborasikan berbagai jenis media
pembelajaran.

Pakar
Ekarining Widyastuti, S.Pd, M.Pd (Guru Penggerak
Angkatan ke-2)
Dengan adanya “keunikan” cara belajar peserta didik
tersebut, maka dalam memilih media
pembelajaranpun harus disesuaikan. Agar
keseluruhan peserta didik yang memiliki modalitas
atau cara belajar yang berbeda tersebut mampu
menerima informasi yang disampaikan guru dengan
baik. Media pembelajaran diharapkan mampu
merangsang perhatian, minat, pikiran, dan perasaan
siswa dalam kegiatan belajar untuk mencapai tujuan
belajar
2 Siswa masih belum 1. Belum maksimal Kajian Literatur Analisis alternatif solusi :
terbiasa dengan dalam proses 1. Perencanaan,
soal-soal level HOTS pembelajaran berbasis ANALISIS PERANGKAT PEMBELAJARAN pelaksanaan dan evaluasi
HOTS BERBASIS HIGHER ORDER THINKING pembelajaran berbasis
SKILL(HOTS) DI MASA PANDEMI COVID-19 HOTS
Euis Vera Nursari, Ina Setiawati , Lilis Lismaya,
2021 Kekuatannya:
HOTS (Higher order
Dalam kurikulum 2013 siswa dituntut untuk thinking) pertama kali
meningkatkan kemampuan berpikir dari tahap dikemukakan oleh
Low Order Thinking Skill(LOTS) yang meliputi seorangpenulis sekaligus
aspek mengingat (C1), memahami (C2), dan Assosiate Professor dari
menerapkan (C3), menuju High Order Thinking Dusquance University
Skill(HOTS) yang meliputi aspek menganalisis (C4), bernama Susan M
mengevaluasi (C5) dan mencipta (C6) (Anderson Brookhart dalam
&Krathwohl, 2015). Pembelajaran yang berorientasi bukunya, 'How to Assess
pada keterampilan berpikir tingkat tinggi merupakan Higher-order Thinking
suatu program pemerintah yang dikembangkan Skills in Your
sebagai upaya Kemendikbud melalui Direktorat Classroom' (2010). Dia
Jendral Guru dan Tenaga Kependidikan (Ditjen mendefinisikan model ini
GTK) untuk peningkatan kualitas dan mutu sebagai metode untuk
pembelajaran serta kualitas lulusan yang lebih transfer pengetahuan,
baik (Ariyana et al.,2018). Hal ini menunjukkan berpikir kritis, dan
bahwa pembelajaran yang dilaksanakan disekolah memecahkan masalah.
harus lebih ditingkatkan dan perlu dibiasakan HOTS tak sekedar model
melatih keterampilan berpikir tingkat tinggi pada soal, tetapi juga
siswa melalui perangkat pembelajaran yang disusun mencangkup model
oleh guru. Guru membuat RPP yang dapat pengajaran. Model
memfasilitasi dan melatih HOTS siswa agar dalam pengajaran harus
proses pembelajaran dan evaluasi nya sesuai dengan mencangkup kemampuan
tujuan pembelajarandan mencapai tuntutan berpikir, contoh,
kurikulum 2013. pengaplikasian pemikiran
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN dan diadaptasikan
BERBASIS HIGHER ORDER THINKING SKILLSDI dengan kebutuhan
SEKOLAH DASAR sisiwa yang berbeda-
Fahmi Qodrul Asphar, Syarip Hidayat, Yusuf beda.
Suryana
Kelemahannya :
JURNAL BASIC EDU Volume 5 Nomor 4Tahun Penyusunan rencana
2021 Halaman 2635 -2643 Research & Learningin pelaksanaan
Elementary Education pembelajaran berbasis
HOTS sebagai penerapan
Kemampuan berpikir tingkat tinggi (HOTS) kurikulum 13 bukan hal
dipandang sebagai aspek penting dalam proses mudah bagi setiap
pembelajaran. Kemampuan berpikir tingkat tinggi pendidik, karena
(HOTS) dapat meningkatkan kemampuan peserta memerlukan keterampilan
didik untuk bersaing pada jenjang pendidikan khusus. Pendidik
lebih tinggi serta menyiapkan peseta didik untuk biasanya hanya
bersaing di masa depan. Untuk dapat menyusun perangkangkat
meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi pembelajaran
(HOTS) peserta didik, pendidik memiliki peranan berdasarkan persepsinya
penting untuk menjadikan peserta didik berada pada sendiri tanpa
level tersebut (Sani, 2019).Pendidik memiliki mempertimbangkan
peranan penting untuk menjadikan peserta didik standarisasi dalam
berada pada level berpikir tingkat tinggi (HOTS). kurikulum (Sari,
Untuk mewujudkan hal tersebut pendidik harus Marsidin, & Sabandi,
membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) 2020).
dengan berorientasi pada penggunaan kata kerja
dengan level berpikir tingkat tinggi (HOTS).
Namun pada kenyataannya pendidik belum
menguasai perihal penggunaan kata kerja pada
levelkemampuan berfikir tingkat tinggi (HOTS),
sehingga dalam penyusunan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) belum mengacu
pada level berpikir tinggi (HOTS). Maka, dalam
penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
pendidik diharapkan untuk mengimplementasikan
berfikir tingkat tinggi (HOTS) dalam penyusunan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Wawancara
Kepala Sekolah (Dra. Silfa Dusun, M.Pd)
Pembelajaran yang berbasis HOTS tidak akan
terlaksana jika dalam perangkat
pembelajarannya, guru tidak memfasilitasi HOTS
siswa. Pembelajaran yang berbasis HOTS dapat
diterapkan oleh guru melalui perangkat
pembelajaran yang disusunnya, yaitu dalam RPP,
proses pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran

Pakar
Ekarining Widyastuti, S.Pd, M.Pd (Guru Penggerak
Angkatan ke-2)
Sebelum memulai pembelajaran wajib membuat
rencana pembelajaran yang mencakup pembelajaran
dan penilaian HOTS. Rencana pembelajaran yang
dibuat gurudimulai dari pembuatan matriks
kompetensi dasar dan indikator yang
menggunakan kata kerja perasional HOTS. Metode
yang dapat digunakan dalam pembelajaran berbasis
HOTS, yaitu pembelajaran berbasis masalah
(problem based learning), inkuiri (inquiry), dan
penyelidikan kelompok (group investigation).
Hasilnya dengan menerapkan pembelajaran HOTS
(Higher Order Thinking Skills kemampuan siswa
untuk berpikir secara kritis pada sekolah menengah
pertama lebih
cepat dalam menerima berbagai jenis informasi,
berpikir kreatif dalam memecahkan suatu masalah
menggunakan pengetahuan yang dimiliki serta
membuat keputusan dalam situasi-situasi yang
kompleks.

Guru (Eliza Sutriani, S.Pd)


Pembelajaran dan penilaian HOTS perlu dilakukan
karena jika menginginkan penilaian siswa yang
HOTS maka diawali dengan pembelajaran yang
HOTS juga. Tidak mungkin jika penilaian yang
dilakukan merupakan penilaian HOTS, namun
pembelajaran yang dilaksanakan pembelajaran
LOTS (Low Other Thinking Skils).
2. Evaluasi pembelajaran Kajian Literatur Analisis alternatif solusi
belum maksimal
menerapkan berbasis PEMBELAJARAN IPA SD BERBASIS HOTS 2. Penilaian dalam
HOTS (HIGHER ORDER THINKING SKILLS) MENJAWAB pembelajaran berbasis
TUNTUTAN PEMBELAJARAN DI ABAD 21 HOTS
Fahrur Rozi, 2019

Widana (2017, hlm. 3) memaparkan bahwa pada


umumnya soal HOTS mengadaptasi soal-soal yang Kekuatannya:
mampu menjadi parameter bagi dimensi Adanya penggunaan
metakognitif, meliputi interpretasi, problem solving, instrumen penilaian
pemilihan strategi pemecahan masalah, menemukan berbasis pemikiran level
metode baru, berargumen, dan mengambil tinggi dapat menjadikan
keputusan dengan bijak dan tepat. Adapun bentuk- siswa untuk berpikir secara
bentuk soal yang dapat digunakan untuk menulis kritis, sehingga siswa dapat
soal HOTS, yakni pilihan ganda, pilihan ganda memahami konsep tersebut
kompleks (benar atau salah, ya atau tidak), isian secara mendalam (Lailly,
singkat atau melengkapi, jawaban singkat atau 2015:29)
pendek, dan uraian.
Widana (2017, hlm. 21) memaparkan bahwa dalam Kelemahannya :
langkah-langkah penyusunan soal-soal HOTS antara Biaya untuk pengadaan
lain; a) menganalisis KD yang dapat dibuat soal-soal kertas dan penggandaan
HOTS, b) mendesain kisi-kisi soal, c) memilih soal, lamanya waktu
stimulus yang menarik dan kontekstual, d) menulis pengoreksian, kesalahan
butir pertanyaan sesuai dengan kisi-kisi soal, d saat pengoreksian,
)Membuat pedoman penskoran (rubrik) atau kunci seringkali menimbulkan
jawaban. tindakan curang, serta rasa
gugup pada siswa (Hamid,
STRATEGI PENYUSUNAN SOAL BERBASIS HOTS 2016: 39)
PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SD
Dhina Cahya Rohim, 2019

Langkah menyusun soal berbasis HOTs memiliki


langkah yang sama dengan menyusun soal biasanya
(Wahidmurni, 2018:11). Perbedaannya ada pada
penggunaan rangsangan berupa penyajian masalah
dalam kehidupan sehari – hari. Soal berbasis HOTs
lebih menuntut siswa untuk befikir tentang
bagaimana penerapan dari fakta atau konsep yang
telah dikuasai. Sementara untuk soal yang tidak
berbasis HOTs lebih condong kepada jenis soal
sederhana yang hanya mengukur kemampuan
mengingat atau pemahaman siswa terhadap sebuah
kosep serta tidak menyajikan masalah kontekstual
yang berhubungan dengan kehidupan sehari – hari.
Strategi menyusun soal berbasis HOTs meliputi
beberapa langkah yaitu (1) melakukan analisis
terhadap kompetensi dasar, (2) membuat kisi – kisi
soal, (3) menggunakan masalah yang menyangut
kehidupan sehari – hari, (4) menyusun butir soal dan
(5) membuat pedoman penskoran (Fanani, 2018:71)

Wawancara
Kepala Sekolah (Dra. Silfa Dusun, M.Pd)
Praktik pembelajaran di lapangan, pembelajaran dan
penilaian HOTS bukanlah suatuhal yang mudah
diimplementasikan oleh para guru. Guru harus
mampumenguasai konsep dan strategi
pembelajarannya. Harapannya guru dapat menarik
respon siswa agar lebih kritis dan pembelajaran
lebih kondusif. Dengan demikian, kegiatan
pembelajaran tidak lagi teacher centered melainkan
student centered. Hal ini sejalan dengan tujuan
pembuatan soal-soal HOTS yaitu untuk pembiasaan
bagi peserta didik dalam mengerjakan standart
olimpiade internasionalserta meningkatkan kualitas
soal

Pakar
Ekarining Widyastuti, S.Pd, M.Pd (Guru Penggerak
Angkatan ke-2)

Untuk menulis butir soal HOTS, penulis soal


dituntut untuk dapat menentukan perilaku yang
hendak diukur dan merumuskan materi yang akan
dijadikan dasar pertanyaan (stimulus) dalam
konteks tertentu sesuai dengan perilaku yang
diharapkan. Selain itu uraian materi yang akan
ditanyakan (yang menuntut penalaran tinggi) tidak
selalu tersedia di dalam buku pelajaran. Oleh karena
itu dalam penulisan soal HOTS, dibutuhkan
penguasaan materi ajar, keterampilan dalam
menulis soal (kontruksi soal), dan kreativitas guru
dalam memilih stimulus soal sesuai dengan situasi
dan kondisi daerah di sekitar satuan pendidikan.

Guru (Eliza Sutriani, S.Pd)


Sebuah Soal dikategorikan sebagai soal HOTS harus
memiliki 3 karakteristik berikut ini:
 Dapat mengukur kemampuan berpikir
tingkat tinggi.
 memiliki basis permasalahan kontekstual.
 Menggunakan bentuk soal beragam.

Indikator dalam soal HOTS meliputi tiga indikator


yaitu menganalisis (C4), mengevaluasi (C5), dan
mengkreasi(C6).

Pengaruh Pembelajaran dalam Jaringan Discovery Learning dan GayaBelajarterhadapHasil Belajar Bahasa Inggris Siswa Kelas XI di SMA
Negeri 1 Karangan Kabupaten Trenggalek, Suwarno, E-ISSN:2598-2877, P-ISSN:2598-5175Vol6No4, Oktober 2022

PENGARUH MODEL DISCOVERY LEARNINGDENGAN GAYA BELAJAR VAK (VISUAL, AUDITORI, KINESTETIK)
TERHADAP PEMBELAJARAN INVERTEBRATA DI SMA, Ita Martini, Ely Rudyatmi, Saiful Ridl, Unnes.J.Biol.Educ. 5(1) (2016)

PENGEMBANGAN MULTIMEDIA INTERAKTIF MATERI PERKEMBANGAN KEMAJUAN TEKNOLOGI PADA MATA PELAJARAN
ILMU PENGETAHUAN SOSIAL, Muhammad Zidni Ilman Nafi’a, I Nyoman Sudana Degeng, Yerry Soepriyanto, JKTP Vol 3 No (3) Agustus
(2020): 272-281
MEDIA PEMBELAJARAN BERSASIS MULTIMEDIA INTERAKTIF DALAM PEMBELAJARAN JARAK JAUH, Nada Rezkiana
Naufalia, 2020

Sari, L., Marsidin, S., & Sabandi, A. (2020). Pemahaman Pembuatan RPP Dan Penggunaan Model K-13 Di Sekolah Dasar. Edukatif : Jurnal
Ilmu Pendidikan, 2(2), 181–186. Retrieved From Https://Edukatif.Org/Index.Php/Edukatif/Article/View/130

Hamid, A. M. (2016). Pengembangan Instrumen Penilaian Hasil Belajar Siswa Berbasis TIK Pada Pembelajaran Dasar Listrik
Elektronika. Jurnal Ilmiah Pendidikan Teknik Elektro, 1(1), 37–46.

Lailly, N. R. (2015). Analisis Soal Tipe Higher Order Thinking Skill (HOTS) Dalam Soal UN Kimia SMA Raton B Tahun 2012 / 2013. Kaunia,
XI(1), 27–39

Anda mungkin juga menyukai